Deformasi Batuan Dan Tektonik Lempeng
Deformasi Batuan Dan Tektonik Lempeng
GEOLOGI STRUKTUR
NIM : 1202056
FAKULTAS TEKNIK
2014
DEFORMASI BATUAN
1. Elastic deformation
Adalah deformasi sementara tidak permanen atau dapat kembali kebentuk
awal (reversible). Begitu stress hilang, batuan kembali kebentuk dan volume
semula. Seperti karet yang ditarik akan melar tetapi jika dilepas akan kembali
ke panjang semula. Elastisitas ini ada batasnya yang disebut elastic limit,
yang apabila dilampaui batuan tidak akan kembali pada kondisi awal. Di alam
tidak pernah dijumpai batuan yang pernah mengalami deformasi elastis ini,
karena tidak meninggalkan jejak atau bekas, karena kembali ke keadaan
semula, baik bentuk maupun volumenya. Sir Robert Hooke (1635-1703)
adalah orang pertama yang memperlihatkan hubungan antara stress dan
strain yang sesuai dengan batuan Hukum Hooke mengatakan sebelum
melampaui batas elastisitasnya hubungan stress dan strain suatu material
adalah linier.
2. Ductile deformation
Merupakan deformasi dimana elastic limit dilampaui dan perubahan bentuk
dan volume batuan tidak kembali. Untuk mempermudah membayangkannya
lihat diagram strain-stress Gambar yang didapat dari percobaan menekan
contoh batuan silindris. Mula-mula kurva stess-strain naik tajam sepanjang
daerah elastis sesampai pada elastic limit (Z), kurvanya mendatar.
Penambahan stress menyebabkan deformasi ducktile. Bila stress dihentikan
pada titik X silinder kembali sedikit kearah semula. Strain menurun sepanjang
kurva X!Y. Strain permanennya adalah XY yang merupakan deformasi ductile.
3. Fracture
Tejadi apabila batas atau limit elastik dan ducktile deformasi dilampaui.
Perhatikan Gambar yang semula stress dihentikan pada X!, disini dilanjutkan
menaikkan stress. Kurva stress-strain berlanjut sampai titik F dan batuan
pecah melalui rekahan. Deformasi rekah (fracture deformation) dan lentur
(ductile deformation) adalah sama, menghasilkan regangan (strain) yang
tidak kembali ke kondisi semula.
Pengontrol Deformasi
Percobaan-percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa deformasi
batuan, selain tergantung pada besarnya gaya yang bekerja, juga kepada
sifat fisika dan kompisis batuan serta lingkungan tektonik dan waktu.
1. Suhu
Makin tinggi suhu suatu benda padat semakin ductile sifatnya dan
keregasannya makin berkurang. Misalnya pipa kaca tidak dapat
dibengkokan pada suhu udara normal, bila dipaksa akan patah, karena
regas (brittle). Setelah dipanaskan akan mudah dibengkokan. Demikian
pula halnya dengan batuan. Di permukaan, sifatnya padat dan regas,
tetapi jauh di bawah permukaan dimana suhunya tinggi, bersifat ductile.
3. Komposisi
Komposisi batuan berpengaruh pada cara deformasinya. Komposisi
mempunyai dua aspek. Pertama, jenis dan kandungan mineral dalam
batuan, beberapa mineral (seperti kuarsa, garnet dan olivin)
sangat brittle, sedangkan yang lainnya (seperti mika, lempung, kalsit dan
gypsum) bersifatductile. Kedua, kandungan air dalam batuan akan
mengurangi keregasannya dan memperbesar keduktilannya. Pengaruh
air, memperlemah ikatan kimia mineral-mineral dan melapisi butiran-
butiran mineral yang memperlemah friksi antar butir. Jadi batuan yang
basah cenderung lebihductile daripada batuan kering. Batuan yang
cenderung terdeformasi ductile diantaranya adalah batu gamping,
marmer, lanau, serpih, filit dan sekis. Sedangkan yang
cenderung brittle adalah batupasir, kuarsit, granit, granodiorit, dan gneiss.
TEKTONIK LEMPENG
2. Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak
bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu
sama lain (one slip beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng
samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain
disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman
inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan
parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.
3. Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide
each other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya
tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga
dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).