Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

GEOLOGI STRUKTUR

Deformasi Batuan & Tektonik Lempeng

Nama : Syafril Maidi

NIM : 1202056

Prodi : Teknik Pertambangan (S1)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2014
DEFORMASI BATUAN

Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu


benda [Kuang,1996]. Berdasarkan definisi tersebut deformasi dapat
diartikan sebagai perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada
suatu benda secara absolut maupun relatif. Dikatakan titik bergerak
absolut apabila dikaji dari perilaku gerakan titik itu sendiri dan dikatakan
relatif apabila gerakan itu dikaji dari titik yang lain. Perubahan kedudukan
atau pergerakan suatu titik pada umumnya mengacu kepada suatu sitem
kerangka referensi (absolut atau relatif).

Untuk mengetahui terjadinya deformasi pada suatu tempat


diperlukan suatu survei, yaitu survei deformasi dan geodinamika. Survei
deformasi dan geodinamika sendiri adalah survei geodetik yang dilakukan
untuk mempelajari fenomena-fenomena deformasi dan geodinamika.
Fenomena-fenomena tersebut terbagi atas 2, yaitu fenomena alam seperti
pergerakan lempengtektonik,aktivitas gunung api, dan lain-lain.
Fenomena yang lain adalah fenomena manusia seperti bangunan,
jembatan, bendungan, permukaan tanah, dan sebagainya.
Adapun faktor-faktor yang mengontrol terjadinya deformasi suatu materi
adalah :
1. Temperatur dan tekanan ke semua arah; pada temperatur dan
tekanan yang rendah akan lebih cepat terjadi patahan, pada
temperatur dan tekanan yang tinggi akan terjadi lenturan atau
bahkan lelehan.

2. Kecepatan gerakan yang disebabkan oleh gaya yang diberikan;


gerakan yang cepat dapat menyebabkan patahan, sedangkan
gerakan yang lambat dapat menimbulkan lenturan, tergantung dari
bahan yang bersangkutan dan dari keadaan-keadaan lain.

3. Sifat material, yang bisa lebih rapuh atau lebih lentur.


Tekanan merupakan gaya yang diberikan atau dikenakan pada
suatu medan atau area. Tekanan terbagi menjadi tekanan seragam
(uniform stress) yaitu gaya yang bekerja pada suatu materi sama
atau seragam di semua arah, dan tekanan diferensial atau tekanan
dengan gaya yang bekerja tidak sama di setiap arah. Tekanan
diferensial terbagi menjadi tensional stress, compressional stress,
dan shear stress.
Tahapan Deformasi
Ketika suatu batuan dikenakan tekanan dengan besar tertentu, maka
batuan itu akan mengalami tiga tahap deformasi, yaitu :

1. Elastic deformation
Adalah deformasi sementara tidak permanen atau dapat kembali kebentuk
awal (reversible). Begitu stress hilang, batuan kembali kebentuk dan volume
semula. Seperti karet yang ditarik akan melar tetapi jika dilepas akan kembali
ke panjang semula. Elastisitas ini ada batasnya yang disebut elastic limit,
yang apabila dilampaui batuan tidak akan kembali pada kondisi awal. Di alam
tidak pernah dijumpai batuan yang pernah mengalami deformasi elastis ini,
karena tidak meninggalkan jejak atau bekas, karena kembali ke keadaan
semula, baik bentuk maupun volumenya. Sir Robert Hooke (1635-1703)
adalah orang pertama yang memperlihatkan hubungan antara stress dan
strain yang sesuai dengan batuan Hukum Hooke mengatakan sebelum
melampaui batas elastisitasnya hubungan stress dan strain suatu material
adalah linier.

2. Ductile deformation
Merupakan deformasi dimana elastic limit dilampaui dan perubahan bentuk
dan volume batuan tidak kembali. Untuk mempermudah membayangkannya
lihat diagram strain-stress Gambar yang didapat dari percobaan menekan
contoh batuan silindris. Mula-mula kurva stess-strain naik tajam sepanjang
daerah elastis sesampai pada elastic limit (Z), kurvanya mendatar.
Penambahan stress menyebabkan deformasi ducktile. Bila stress dihentikan
pada titik X silinder kembali sedikit kearah semula. Strain menurun sepanjang
kurva X!Y. Strain permanennya adalah XY yang merupakan deformasi ductile.

3. Fracture
Tejadi apabila batas atau limit elastik dan ducktile deformasi dilampaui.
Perhatikan Gambar yang semula stress dihentikan pada X!, disini dilanjutkan
menaikkan stress. Kurva stress-strain berlanjut sampai titik F dan batuan
pecah melalui rekahan. Deformasi rekah (fracture deformation) dan lentur
(ductile deformation) adalah sama, menghasilkan regangan (strain) yang
tidak kembali ke kondisi semula.

Pengontrol Deformasi
Percobaan-percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa deformasi
batuan, selain tergantung pada besarnya gaya yang bekerja, juga kepada
sifat fisika dan kompisis batuan serta lingkungan tektonik dan waktu.

Faktor-faktor yang mengontrol terjadinya deformasi adalah :

1. Suhu
Makin tinggi suhu suatu benda padat semakin ductile sifatnya dan
keregasannya makin berkurang. Misalnya pipa kaca tidak dapat
dibengkokan pada suhu udara normal, bila dipaksa akan patah, karena
regas (brittle). Setelah dipanaskan akan mudah dibengkokan. Demikian
pula halnya dengan batuan. Di permukaan, sifatnya padat dan regas,
tetapi jauh di bawah permukaan dimana suhunya tinggi, bersifat ductile.

2. Waktu dan strain rate


Pengaruh waktu dalam deformasi batuan sangat penting.
Kecepatan strain sangat dipengaruhi oleh waktu. Strain yang terjadi
bergantung kepada berapa lama batuan dikenai stress. Kecepatan batuan
untuk berubah bentuk dan volume disebut strain rate, yang dinyatakan
dalam volume per unit volume per detik, di
bumi berkisar antara 10-14/ detik sampai 10-15/ detik. Makin rendah strain
rate batuan, makin besar kecenderungan terjadinya deformasi ductile.
Pengaruh suhu, confining pressure dan strain rate pada batuan, seperti
ciri pada kerak, terutama di bagian atas dimana suhu dan confining
pressure rendah tetapi strain rate tinggi, batuan cenderung rapuh (brittle)
dan patah. Sedangkan bila pada suhu tinggi, confining pressure tinggi
dan strain rate rendah sifat batuan akan menjadi kurang regas dan lebih
bersifat ductile. Sekitar kedalaman 15 km, batuan akan bersifat regas dan
mudah patah. Di bawah kedalaman 15 km batuan tidak mudah patah
karena bersifat ductile. Kedalaman dimana sifat kerak berubah dari regas
mulai menjadi ductile, disebut brittle-ductile transition.

3. Komposisi
Komposisi batuan berpengaruh pada cara deformasinya. Komposisi
mempunyai dua aspek. Pertama, jenis dan kandungan mineral dalam
batuan, beberapa mineral (seperti kuarsa, garnet dan olivin)
sangat brittle, sedangkan yang lainnya (seperti mika, lempung, kalsit dan
gypsum) bersifatductile. Kedua, kandungan air dalam batuan akan
mengurangi keregasannya dan memperbesar keduktilannya. Pengaruh
air, memperlemah ikatan kimia mineral-mineral dan melapisi butiran-
butiran mineral yang memperlemah friksi antar butir. Jadi batuan yang
basah cenderung lebihductile daripada batuan kering. Batuan yang
cenderung terdeformasi ductile diantaranya adalah batu gamping,
marmer, lanau, serpih, filit dan sekis. Sedangkan yang
cenderung brittle adalah batupasir, kuarsit, granit, granodiorit, dan gneiss.

TEKTONIK LEMPENG

Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses


dinamika (pergerakan) bumi tentang pembentukan jalur pegunungan,
jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi
yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng. Menurut teori ini, permukaan
bumi terpecah menjadi beberapa lempeng besar. Ukuran dan posisi dari
tiap-tiap lempeng ini selalu berubah-ubah. Pertemuan antara lempeng-
lempeng ini, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik
yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa bumi, gunung berapi, dan
pembentukan dataran tinggi.
Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer
padat dan kaku yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat
plastis. Selubung bagian atas bumi merupakan massa yang mendekati
titik lebur atau bisa dikatakan hampir mendekati cair sehingga wajarlah
kalau lempeng litosfer yang padat dapat bergerak di atasnya. Kerak bumi
(litosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relatif
dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat
panas. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudera yang tersusun
oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera
sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih
tebal dari kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan
bumi, namun akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam
astenofer menyebabkan kerak bumi ini pecah menjadi beberapa bagian
yang lebih kecil yang disebut lempeng kerak bumi. Dengan demikian
lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya.
Lempeng litosfer yang kita kenal sekarang ini ada 6 lempeng besar,
yaitu lempeng Eurasia, Amerika utara, Amerika selatan, Afrika, Pasifik, dan
Hindia Australia. Lempeng-lempeng tersebut bergerak di atas lapisan
astenosfir (kedalaman 500 km di dalam selubung dan bersifat kampir
melebur atau hampir berbentuk cair). Karena hal tersebut, maka terjadi
interaksi antar lempeng pada batas-batas lempeng yang dapat
berbentuk :
Divergen : lempeng-lempeng bergerak saling menjauh dan
mengakibatkan material dari selubung naik membentuk lantai samudra
baru dan membentuk jalur magmatik atau gunung api.
Konvergen : lempeng-lempeng saling mendekati dan menyebabkan
tumbukan dimana salah satu dari lempeng akan menunjam (menyusup)
ke bawah yang lain masuk ke selubung. Daerah penunjaman membentuk
suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi
yang kuat. Dibelakang jalur penunjaman akan terbentuk rangkaian
kegiatan magmatik dan gunungapi serta berbagai cekungan
pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia, pertemuan
antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menghasilkan jalur
penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur gunungapi Sumatera, Jawa
dan Nusatenggara dan berbagai cekungan seperti Cekungan Sumatera
Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan Jawa Utara.
Transform : lempeng-lempeng saling bergesekan tanpa membentuk
atau merusak litosfer. Hai ini dicirikan oleh adanya sesar mendatar yang
besar seperti misalnya Sesar Besar San Andreas di Amerika.

Pada daerah konvergen terjadi perusakan litosfer yang berlebihan.


Tumbukan pada zonakonvergen ini dipengaruhi oleh tipe material yang
terlibat.
Tumbukan itu dapat berupa :
1. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng samudra
Tumbukan ini, lempeng samudra akan tertekuk ke bawah dengan sudut
45 atau lebih, menyusup ke bawah blok benua menuju atenosfer.
2. Tumbukan lempeng samudra dengan lempeng samudra
Bila dua lempeng saling bertumbukan, maka salah satu akan menyusup di
bawah yang lain dan menghasilkan aktivitas vulkanik. Gunung api yang
terbentuk cenderung di lantai samudra. Bila tumbuh ke atas permukan
laut, maka akan terjadi serangkaian pulau-pulau gunung api baru yang
terletak beberapa ratus kilometer dari palung laut dimana kedua lempeng
samudra bertemu.
3. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng benua
Pada tumbukan ini, terjadi penyusupan lempeng ke bawah benua
sehingga menyebabkan massa benua dan sedimen lantai samudra
tertekan , terlipat, dan terdeformasi. Akibatnya adalah terbentuknya
formasi pegunungan baru. Peristiwa ini terjadi pada saat
bersatunya India ke benua Asia yang menghasilkan pegunungan
Himalaya.
Penyebab Lempeng Bergerak
Pendapat yang banyak diterima mengenai penyebab kempeng bergerak
saat ini adalah karena adanya arus konveksi di dalam selubung atau
mantel. Sebagai energi dalam hal ini adalah panas bumi. Panas bumi
menyebar ke luar pusat bumi sepanjang waktu. Konveksi di dalam bumi
dikendalikan oleh gravitasi dan sifat-sifat batuan yang mengkerut bila
mendingin. Hal ini berarti litosfer samudra lebih berat dari selubung di
bawahnya. Sedangkan gaya gravitasi yang menarik lempeng ini cukup
kuat untuk menendalikan mantel..

Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat


dari suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak
relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak
bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak
tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan
berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan
meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya
gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust)
ataupun kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari
mantel bumi (earths mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta
lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada
kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua.
Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih
berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan
astenosfer. Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat
tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid).
Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling
bersinggungan satu dengan lainnya. Berikut adalah nama-nama lempeng
tektonik yang ada di bumi, dan lokasinya bisa dilihat pada Peta Tektonik.

Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik


yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu
divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup
kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction)
dimana tiga lempeng kerak bertemu.
1. Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break
apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis
dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses
ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan
pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah
retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang
saling menjauh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh
divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di
sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan
Benua Amerika.

2. Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak
bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu
sama lain (one slip beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng
samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain
disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman
inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan
parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.

3. Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide
each other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya
tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga
dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).

Anda mungkin juga menyukai