Tokyo merupakan kota di Jepang dengan kepadatan penduduk dan infrastruktur yang tinggi. Hal ini menyebabkan Tokyo rentan terhadap bencana alam, yang salah satunya banjir. Tokyo terletak di daerah dengan risiko tinggi terhadap banjir dan siklon tropis. Untuk melindungi dari banjir, Tokyo membangun sistem pengendalian banjir dan tampungan bernama Metropolitan Area Outer Underground Discharge Channel (G-Cans). G-Cans merupakan suatu sistem drainase bawah tanah yang bekerja dengan mengumpulkan air banjir berlebih dari sungai di Tokyo, seperti sungai Oochi Kotone, sungai Kuramatsu, sungai Nagakawa and sungai Arakawa, dan menyalurkannya ke Sungai Edogawa.
(Mekanisme G-Cans)
G-Cans terletak di antara Showa di Tokyo dan Kasukabe di daerah
administrasi Saitama. Proyek ini dimulai dari tahun 1992 dan selesai tahun 2009. Sistem ini didesain dengan kapasitas banjir 200 tahunan. G-Cans terdiri dari 5 silo (ruang tabung raksasa), sebuah tunnel sepanjang 6.5 km, sebuah reservoir raksasa, dan 78 pompa. Lima silo yang terbuat dari beton memiliki kedalaman 65 m dan diameter 32 m. Bangunan ini terletak di dekat sungai dan berfungsi sebagai pengatur aliran. Lima silo ini saling terhubung dengan tunnel dengan diameter 10.6 m. Tunnel dibangun 50 m di bawah permukaan tanah. Tunnel akan membawa air menuju tampungan raksasa saat silo mencapai kapasitasnya. Reservoir raksasa memiliki dimensi tinggi 25.4 m dan panjang 177 m, yang diperkuat oleh 59 pilar dengan ketinggian 20 m dan berat 500 ton. Reservoir ini terhubung dengan 78 pompa yang mampu mengalirkan 200 ton air menuju sungai Edogawa. Di antara tunnel dan reservoir, terdapat ruang control pompa tersebut. B. Sistem Pengendalian Banjir di Bangkok, Thailand Bangkok merupakan ibukota dari Negara Thailand. Posisinya sebagai ibukota, menjadikan kota ini memiliki infrastruktur dan penduduk yang padat. Dengan melihat sejarah, kota Bangkok telah beberapa kali mengalami banjir. Hal ini mendorong untuk dibangunnya suatu sistem pengendali banjir berupa sistem drainase. Sistem drainase di kota Bangkok telah ditingkatkan sehingga dapat menampung hujan dengan intensitas 60 mm/jam. Sistem drainase ini terdiri dari: 1. Kanal sebanyak 1682 saluran dan sepanjang 2600 km. 2. Sistem pipa sepanjang 6.4 km. 3. Stasiun pompa dan pintu air berjumlah 409 lokasi dengan kapasitas total 1638 m3/s. 4. Tunnel sebanyak 7 buah dengan panjang total 19 km dan kapasitas 155.5 m3/s. 5. Kolam retensi sebanyak 25 lokasi dengan total volume mencapai 12.88 juta m3. 6. Adanya suatu sistem IT yang bernama Flood Control Center (FCC). Tunnel dibangun sebagai antisipasi apabila sistem drainase tidak bekerja effisien. Tunnel akan membawa air banjir yang berlebih melalui saluran yang terletak 15-22 m di bawah tanah dan dipompa menuju sungai. Flood Control Center (FCC) dibangun pada tahun 1990 dengan mengaplikasikan teknologi computer untuk memanajemen pengoperasian perlindungan banjir secara sistematik. Pusatnya merupakan satu stasiun master yang terletak di kantor DDS dan 69 unit terminal remot (SCADA) yang tersebar di Bangkok. Stasiun pusat memiliki fungsi dasar dalam mengawasi dan mengumpulkan data hidrologi, kondisi pengoperasian fasilitas, situasi kerusakan bajir dan data kuaslitas air dengan menggunakan sistem online. Berbagai data diproses dan disalurkan menuju operator fasilitas dan tim pengendali banjir. (Kantor Flood Control Center)