Anda di halaman 1dari 64

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas izin dan karunia-Nya
akhirnya kegiatan penyusunan Pedoman Pembinaan Kebugaran Jasmani
Peserta Didik melalui Upaya Kesehatan Sekolah dapat diselesaikan
dengan baik.

Pedoman ini disusun agar tersedianya acuan bagi penanggung jawab


UKS, Upaya kesehatan olahraga dan upaya kesehatan lain di puskesmas,
tim pelaksana UKS dan pendidik di sekolah, guru pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan serta peserta didik dan warga sekolah dalam
rangka terwujudnya peserta didik yang sehat, bugar dan berprestasi
belajar melalui pendidikan dan pembudayaan aktivitas fisik, latihan fisik
dan olahraga yang baik, benar, terukur dan teratur disekolah.

Panduan ini mencakup Kebugaran Jasmani, Peningkatan Kebugaran


Jasmani, Upaya Kesehatan Olahraga melalui Program UKS, Pembinaan,
indikator keberhasilan, pemantauan dan evaluasi, pencatatan dan
pelaporan.

Kepada seluruh penyusun dan berbagai pihak yang telah berkontribusi


dalam penyusunan panduan ini, kami sampaikan terima kasih atas
dedikasinya. Semoga panduan ini bermanfaat dalam pembinaan
kesehatan dan kebugaran jasmani bagi anak sekolah di Indonesia.

Wa billahitaufik wal hidayah, Wassalamualaikum Wr. Wb.


yah, Wassalamualai

Jakarta, Februari 2013


Drektur Bina Kesehatan
Ke Kerja dan Olahraga

dr. Asjikin Iman H. Dachlan, MHA


NIP. 1959121319
195912131985121002

iii
SAMBUTAN

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan


yang setinggi-tingginya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat.

Sejalan dengan Visi Kementerian Kesehatan Rl yaitu mewujudkan masyarakat


sehat yang mandiri dan berkeadilan melalui berbagai upaya antara lain
penggunaan alat, metode dan teknologi kesehatan yang tepat guna, sarana
pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat dan biaya kesehatan
yang terjangkau.

Sebagai salah satu upaya kesehatan dalam Undang-undang nomor 36


tahun 2009 tentang kesehatan, upaya kesehatan olahraga ditujukan untuk
meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat termasuk
dalam meningkatkan prestasi belajar, prestasi kerja, dan prestasi olahraga
melalui aktivitas fisik, latihan fisik dan atau olahraga yang baik, benar,
terukur, dan teratur . Sebaliknya bila dilakukan tidak sesuai dengan kaidah
tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau cedera yang mungkin
akan berakibat fatal.

Kebugaran Jasmani adalah salah satu komponen penting yang mempengaruhi


prestasi belajar anak sekolah. Program peningkatan aktivitas fisik dengan
melakukan latihan fisik dan olahraga secara baik, benar, terukur dan teratur
di sekolah dapat menurunkan angka ketidakhadiran anak sekolah karena
sakit, sehingga diharapkan prestasi belajar akhirnya dapat meningkat.

Harapan kami, buku ini dapat menjadi pedoman bagi penanggung jawab
UKS, Upaya kesehatan olahraga dan upaya kesehatan lain di puskesmas, tim
pelaksana UKS dan pendidik di sekolah, guru pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan serta peserta didik dan warga sekolah.

Wa billahi taufik wal hidayah, Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta,
arta, Februari 2013
Direktur
ektur Jenderal Bina Gizi dan KIA

DR. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&


DTM&H, MARS
NIP 195305231980031006

v
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI Halaman


KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
KATA SAMBUTAN.............................................................................. v
DAFTAR ISI ....................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1


A. Latar belakang.................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................. 3
C. Sasaran ............................................................................. 4
D. Ruang lingkup ................................................................ 4
E. Landasan hukum ........................................................... 4
F. Definisi operasional ........................................................ 5

BAB II KEBUGARAN JASMANI ..................................................... 7


A. Komponen Kebugaran Jasmani .................................... 8
B. Manfaat Kebugaran Jasmani ......................................... 9
C. Hubungan Kebugaran Jasmani dengan
Prestasi Belajar ................................................................. 10
D. Pengukuran Kebugaran Jasmani ................................. 11

BAB III PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI..................... 23


A. Aktivitas Fisik ................................................................. 23
B. Kemampuan Gerak Dasar ............................................. 25
C. Latihan Fisik dan Olahraga yang Baik, Benar,Terukur,
dan Teratur ....................................................................... 29
D. Kegiatan di Sekolah......................................................... 31
1. Gerak Ringan di Dalam dan di Luar Kelas ............ 31
2. Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) ............................. 34
3. Optimalisasi Waktu Turun Main .............................. 34

vii
BAB IV UPAYA KESEHATAN OLAHRAGA MELALUI UKS ...... 39
A. Pendidikan Kesehatan Olahraga ................................... 40
B. Pelayanan Kesehatan Olahraga ..................................... 41
C. Pembinaan Lingkungan Sekolah .................................. 41

BAB V INDIKATOR KEBERHASILAN, PEMANTAUAN DAN


EVALUASI SERTA PENCATATAN DAN PELAPORAN 43
A. Indikator Keberhasilan ................................................... 43
B. Pemantauan dan Evaluasi ............................................. 44
C. Pencatatan dan Pelaporan .............................................. 45

BAB VI PENUTUP ............................................................................... 47


KEPUSTAKAAN .................................................................................. 48
LAMPIRAN ....................................................................................... 49
TIM PENYUSUN ................................................................................. 60

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi seluruh lapisan
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Kebijakan
pembangunan kesehatan lebih diarahkan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas.
Keberhasilan pembangunan kesehatan mempunyai peranan penting
dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia
Indonesia.

Visi Kementerian Kesehatan RI berupa Masyarakat Sehat yang Mandiri


dan Berkeadilan perlu diwujudkan melalui misi dan strategi dengan
mengimplementasikan kegiatan pada kelompok sasaran.

Salah satu upaya untuk mewujudkan visi dan misi melalui strategi
tersebut adalah melalui upaya kesehatan olahraga yang tertuang
dalam Undang-Undang RI nomor 36 tahun 2009 pasal 80 dan 81 yang
menyatakan bahwa:
1. Upaya kesehatan olahraga ditujukan untuk meningkatkan
kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat.
2. Peningkatan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat
merupakan upaya dasar dalam meningkatkan prestasi belajar,
prestasi kerja, dan prestasi olahraga.
3. Upaya kesehatan olahraga dilaksanakan melalui aktivitas fisik,
latihan fisik, dan atau olahraga.
4. Upaya kesehatan olahraga lebih mengutamakan pendekatan
preventif dan promotif, tanpa mengabaikan pendekatan kuratif
dan rehabilitatif.

1
5. Penyelenggaraan upaya kesehatan olahraga diselenggarakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Upaya kesehatan olahraga merupakan salah satu upaya kesehatan yang


bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani
masyarakat termasuk anak sekolah melalui aktivitas fisik, latihan fisik
dan atau olahraga. Latihan fisik dan atau olahraga dapat memberikan
dampak positif bila dilakukan secara baik, benar, terukur dan teratur.
Sebaliknya bila dilakukan tidak sesuai dengan kaidah tersebut dapat
menimbulkan gangguan kesehatan atau cedera yang mungkin akan
berakibat fatal.

Kebugaran jasmani mempunyai arti penting bagi anak usia sekolah,


antara lain dapat meningkatkan fungsi organ tubuh, sosial emosional,
sportivitas dan semangat kompetisi, serta mendukung prestasi belajar.
Peningkatan aktivitas fisik serta melakukan latihan fisik dan olahraga
yang baik, benar, terukur, dan teratur di sekolah dapat menurunkan
angka kesakitan dan mendukung pendidikan karakter peserta didik.

Penurunan angka kesakitan akan menurunkan biaya pengobatan dan


meningkatkan jumlah kehadiran anak sekolah sehingga prestasi belajar
dapat meningkat.

Masalah kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua


kelompok umur maupun strata sosial ekonomi. Anak yang kurang
melakukan aktivitas fisik dapat menjadi gemuk dan obesitas yang akan
berlanjut hingga usia dewasa. Anak usia sekolah merupakan penentu
kualitas sumber daya manusia di kemudian hari.

Hasil riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan dan


obesitas pada anak usia sekolah (6-12 tahun) sebesar 9,2%. Prevalensi anak
gemuk di keluarga miskin 13,7% dan di keluarga kaya 14%, sedangkan
tingkat obesitas penduduk usia lebih dari 15 tahun sebesar 15%.

Tes kebugaran jasmani Indonesia yang dilakukan oleh Pusat


Pengembangan Kualitas Jasmani Kementerian Pendidikan Nasional
tahun 2010 pada 12.240 siswa SD, SMP, SMA/SMK di 17 provinsi
menyatakan kategori tingkat kebugaran jasmani yang baik hanya 17%,
sedang 38%, dan kurang 45%.

2
Rendahnya tingkat kebugaran jasmani dan berbagai masalah kesehatan
pada peserta didik sebagai akibat kurangnya menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), termasuk kurang melakukan aktivitas fisik.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (penjasorkes) di sekolah


mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,
keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas
emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan
lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan.

Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Kesehatan RI perlu menyusun


Pedoman Pembinaan Kebugaran Jasmani Peserta Didik melalui upaya
Kesehatan Sekolah (UKS) bagi petugas puskesmas, agar peserta didik
tahu dan mau melakukan aktivitas fisik, latihan fisik dan atau olahraga
secara baik, benar, terukur, dan teratur melalui pembudayaan peningkatan
aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan kebugaran jasmani yang optimal sehingga dapat
meningkatkan usia harapan hidup manusia Indonesia.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Terwujudnya peserta didik yang sehat, bugar, berprestasi melalui
pendidikan dan pembudayaan aktivitas fisik, latihan fisik serta
olahraga yang baik, benar, terukur, teratur di sekolah.

2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatnya pengetahuan, psikomotor, sikap, dan perilaku
peserta didik dalam meningkatkan kebugaran jasmani
b. Meningkatnya pengetahuan, psikomotor, sikap, dan perilaku
peserta didik untuk melakukan kegiatan aktivitas fisik, latihan
fisik dan olahraga sehingga menjadi budaya hidup sehari-hari.
c. Meningkatnya kemandirian peserta didik berperilaku hidup
bersih dan sehat dalam melakukan aktivitas fisik, latihan fisik
serta olahraga yang baik, benar, terukur dan teratur

3
C. SASARAN
Sasaran yang ingin dicapai dalam menerapkan Pedoman Pembinaan
Kebugaran bagi Anak Sekolah melalui UKS adalah :
1. Penanggung jawab upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan
olahraga dan upaya kesehatan lain di Puskesmas
2. Tim pelaksana UKS dan pendidik di sekolah
3. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes)
4. Peserta didik dan warga sekolah

D. RUANG LINGKUP
1. Kebugaran Jasmani
2. Peningkatan Kebugaran Jasmani
3. Upaya Kesehatan Olahraga melalui UKS
4. Indikator Keberhasilan
5. Pemantauan dan Evaluasi
6. Pencatatan dan Pelaporan
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 3 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
2. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009, Pasal 79 tentang
Kesehatan Sekolah
3. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009, Bab IX, Pasal 80 dan 81
tentang Kesehatan Olahraga
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun
2008, Pasal 3 tentang Pembinaan Kesiswaan melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler dan Intrakurikuler
5. Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
RI Nomor 1/U/SKB/2003, 1067/Men.Kes/SKB/VII/2003,
MA/230A/2003, Nomor 26 Tahun 2003, tanggal 23 Juli 2003
tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1429/Menkes/SK XII/2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan
Sekolah

4
F. DEFINISI OPERASIONAL
1. Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk
melakukan kegiatan sehari-hari secara efektif dan efisien dalam
jangka waktu relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang
berlebihan.
2. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dapat
meningkatkan pengeluaran tenaga atau energi.
3. Latihan fisik adalah semua bentuk aktivitas fisik yang dilakukan
secara terstruktur, terencana, dan berkesinambungan dengan
tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
4. Olahraga adalah salah satu bentuk aktivitas fisik yang dilakukan
secara terstruktur, terencana, dan berkesinambungan dengan
mengikuti aturan-aturan tertentu dan bertujuan untuk
meningkatkan kebugaran jasmani dan prestasi.
5. Kesehatan sekolah dalam Undang-Undang nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan pasal 79 menyatakan bahwa Kesehatan
Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga didik
belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan setinggi-
tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
6. Peserta didik adalah semua anak yang mengikuti pendidikan di
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Madrasah Tsanawiyah
(MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB),
Madrasah Aliyah (MA), termasuk Satuan Pendidikan Keagamaan
yang sederajat dan setara.
7. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah segala usaha yang
dilakukan untuk meningkatkan kesehata peserta didik pada jalur,
jenis, dan jenjang pendidikan mulai dari TK/RA sampai SMA/
SMK/MA.
8. Pedoman Pembinaan adalah acuan bagi Tim UKS untuk
melaksanakan dan mengembangkan UKS di wilayahnya.

5
BAB II

KEBUGARAN JASMANI

Kebugaran jasmani dapat menggambarkan kondisi fisik seseorang


untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dimana seseorang dapat
melakukan tugas atau pekerjaan fisik dan tidak mudah merasa lelah
saat melakukan pekerjaan atau tugas tersebut. Kebugaran jasmani tidak
sama dengan kesehatan. Anak yang sehat belum tentu bugar, tetapi
anak yang bugar pasti sehat. Anak yang bugar tidak mudah lelah,
sehingga dapat mengerjakan tugas atau pekerjaan di sekolah lebih lama
dan lebih baik. Makin tinggi tingkat kebugaran jasmani seorang anak,
makin baik kemampuan fisik yang diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajarnya, misalnya peserta didik setelah pulang dari sekolah
masih mampu melakukan kegiatan lain seperti bermain, bersosialisasi
dengan teman sebaya, menambah keterampilan mengikuti kursus-
kursus tambahan dan kegiatan lain sesuai kesenangannya tanpa merasa
kelelahan yang berlebihan.

Kebiasaan untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari perlu dibiasakan


dan dipertahankan untuk mengurangi keluhan yang timbul akibat terlalu
banyak duduk, berdiri atau pada posisi yang sama untuk waktu yang
terlalu lama.
Aktivitas fisik sehari-hari tersebut meliputi kebutuhan gerakan tubuh
untuk mengurangi penat dan kekakuan otot dan sendi agar tetap sehat

7
baik di rumah, selama perjalanan, di sekolah, di tempat kerja, maupun di
tempat-tempat umum.

Beberapa aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh anak-anak antara lain:
1. Aktivitas fisik sehari-hari seperti berjalan kaki, berkebun, menyapu,
mencuci, mengepel, naik-turun tangga, aktivitas bermain, dll.
2. Latihan fisik seperti berlari, jogging, bermain bola, berenang, senam,
bersepeda, dll.
3. Olahraga seperti sepak bola, bulutangkis, bola basket, tenis meja, voli,
futsal, dll.

Dampak positif latihan fisik atau olahraga terhadap peserta didik dapat
meningkatkan kebugaran jasmani, meningkatkan kapasitas belajar
anak, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit menular, serta
menurunkan angka tidak masuk sekolah.

A. Komponen Kebugaran Jasmani


Kebugaran jasmani terkait dengan kegiatan manusia dalam bergerak
dan melakukan pekerjaan. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan
sesuai dengan gerak dan pekerjaan yang dilakukan. Kebugaran
jasmani pada anak-anak tidak sama dengan orang dewasa.
Istilah lain dari kebugaran jasmani yang sering digunakan yaitu
kesegaran jasmani dan kesamaptaan jasmani. Untuk mengetahui
tingkat kebugaran jasmani dapat dilakukan pengukuran
komponennya.
Komponen kebugaran jasmani terdiri dari 2 kelompok :
- Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (Health
related physical fitness), terdiri dari daya tahan jantung paru, daya
tahan otot, kekuatan otot, fleksibilitas, dan komposisi tubuh.
Komponen ini sangat dominan dibutuhkan dalam olahraga
masyarakat/olahraga non kompetisi.
- Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan (Skill
related physical fitness), terdiri dari komponen kecepatan gerak,
kelincahan, keseimbangan, waktu reaksi, koordinasi, dan daya
ledak otot. Komponen ini ditambah komponen yang berhubungan
dengan kesehatan, sangat dibutuhkan dalam olahraga prestasi/
olahraga kompetisi.

8
Komponen daya tahan jantung paru merupakan komponen dasar
dan utama dari kebugaran jasmani, sehingga tes daya tahan jantung
paru merupakan tes minimal harus dilakukan dalam melakukan tes
kebugaran jasmani.

B. Manfaat Kebugaran Jasmani


Manfaat kebugaran jasmani dengan melakukan latihan fisik dan
olahraga yang baik, benar, terukur, dan teratur dapat dilihat dari
berbagai aspek:
1. MANFAAT ASPEK FISIK
a. Memperlancar aliran darah
b. Memperkuat otot jantung
c. Meningkatkan kapasitas jantung
d. Memperbaiki fleksibilitas otot dan sendi
e. Memperbaiki postur tubuh
f. Menurunkan risiko tekanan darah tinggi
g. Menurunkan risiko kolesterol tinggi
h. Menurunkan risiko kegemukan
i. Menurunkan risiko diabetes tipe 2
j. Menurunkan risiko osteoporosis pada saat tua
k. Menurunkan risiko penyakit menular (misalnya influenza)

2. MANFAAT ASPEK PSIKOLOGIS


a. Meningkatkan rasa percaya diri
b. Membangun rasa sportivitas
c. Memupuk tanggung jawab
d. Membantu mengendalikan stres
e. Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dan
mengkontrol kecemasan dan depresi
Manfaat psikologis ini dapat terlihat khususnya pada kegiatan yang
dilakukan secara berkelompok.

Bagi anak-anak selain manfaat tersebut, aktivitas fisik yang teratur juga
sangat bermanfaat bagi proses tumbuh kembangnya antara lain:
a. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sistem
muskuloskeletal
b. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sistem
kardiorespirasi

9
c. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan neuromuskuler
(koordinasi dan kontrol gerak)
d. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan tubuh
e. Meningkatkan proses pemadatan tulang pada anak
f. Mempertahankan dan mengkontrol berat badan
g. Membantu dalam perkembangan kehidupan sosial anak-anak seperti
meningkatkan kepercayaan diri, interaksi sosial dan integrasi
h. Menjauhkan anak dari tingkah laku yang tidak baik bagi kesehatan
seperti merokok, alkohol dan penggunaan obat terlarang
i. Meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan
j. Meningkatkan kreativitas, produktivitas dan prestasi akademik

C. Hubungan Kebugaran Jasmani dengan Prestasi Belajar

Latihan fisik dan olahraga yang dilakukan dengan baik, benar, terukur,
dan teratur dapat meningkatkan suplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh
sehingga berdampak pada:
1. Peningkatan kontraksi otot termasuk otot jantung yang akan
meningkatkan jumlah darah ke seluruh tubuh (curah jantung per
menit) dengan jumlah nadi yang cukup (kerja otot jantung lebih
efisien). Hal ini akan meningkatkan pemanfaatan oksigen ke seluruh
tubuh oleh organ-organ tubuh sehingga kapasitas fisik (kebugaran
jasmani) akan meningkat dan peserta didik tidak mudah lelah bila
harus belajar lebih lama.
2. Metabolisme sistem hormon tubuh lebih efisien sehingga fungsi
organ-organ tubuh menjadi lebih optimal.
Kombinasi dari ke 2 hal tersebut menyebabkan kemampuan semua
sistem organ-organ tubuh termasuk persarafan menjadi lebih optimal
khususnya dalam daya serap seorang anak pada pelajaran. Jika kondisi ini

10
berlangsung dalam jangka waktu lama diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar anak.

D. PENGUKURAN KEBUGARAN JASMANI


Penilaian tingkat kebugaran jasmani secara berkala melalui UKS
dapat mengetahui pengaruh kegiatan kesehatan olahraga terhadap
peserta didik. Tingkat kebugaran jasmani peserta didik merupakan
bagian dari penjaringan dini kesehatan yang dapat melihat sejauh
mana tingkat pencapaian kebugaran jasmani melalui pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan baik yang bersifat intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler.

Tes kebugaran jasmani dapat sebagai tes penjaringan/data awal


peserta didik pada awal maupun pertengahan tahun ajaran sebagai
data pencapaian kegiatan pendidikan jasmani (monitoring). Pihak
sekolah dapat menjadikan tes kebugaran jasmani sebagai pendukung
keberhasilan peserta didik dan menjadi dasar penghargaan (reward)
bagi peserta didik yang terbaik di sekolah, serta memotivasi peserta
didik agar mau meningkatkan aktivitas fisik melalui latihan fisik dan
olahraga.

Pengukuran kebugaran jasmani peserta didik menggunakan instrumen


Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) yang telah disepakati dan
ditetapkan menjadi suatu instrumen yang sesuai dengan kondisi anak
Indonesia dan berlaku di Indonesia.

Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) merupakan suatu perangkat


tes lapangan untuk anak usia 6-19 tahun, yang dibagi ke dalam
empat kelompok usia yaitu kelompok usia 6-9 tahun, kelompok usia
10-12 tahun, kelompok usia 13-15 tahun, dan kelompok usia 16-19
tahun. Setiap kelompok usia berdasarkan jenis kelamin merupakan
rangkaian tes yang masing-masing terdiri dari 5 (lima) butir tes yang
harus dilakukan secara berurutan.

11
Tabel 1
Rangkaian TKJI Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin
6-9 tahun 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun
Butir Tes
Putera Puteri Putera Puteri Putera Puteri Putera Puteri
1. Lari cepat 30 m 30 m 40 m 40 m 50 m 50 m 60 m 60 m
2a. Gantung siku tekuk v v v v v - v -
2b. Gantung angkat tubuh - - - - - v - v
3. Baring duduk 30 30 30 30 60 60 60 60
4. Loncat tegak v v v v v v v v
5. Lari jarak sedang 600 m 600 m 600 m 600 m 800 m 1000m 1000m 1200m

Uraian setiap butir tes dalam rangkaian TKJI beserta alat dan fasilitas
yang diperlukan untuk pelaksanaan termasuk cara melaksanakan tes
secara umum adalah sebagai berikut:

A. BATEREI TEST
Kebugaran jasmani merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia
yang berhubungan dengan kemampuan dan kesanggupan tubuh
untuk berfungsi dalam pekerjaan dan bergerak secara optimal
dan efisien. Kebugaran jasmani bersifat individual yang berbeda
antara anak dengan orang dewasa. Pengukuran kebugaran jasmani
dilakukan dengan instrumen tes kebugaran jasmani.

Tes kebugaran jasmani bagi peserta didik dapat dilaksanakan sebagai


bagian dari penjaringan kesehatan pada awal tahun pelajaran dan
sebagai monitoring pada akhir semester genap.

Dalam Lokakarya Kebugaran Jasmani tahun 1984 Tes Kesegaran


Jasmani Indonesia (TKJI) disepakati dan ditetapkan sebagai suatu
instrumen untuk pengukuran kebugaran jasmani yang berlaku di
seluruh wilayah Indonesia.
TKJI dapat dilakukan setelah peserta didik dinyatakan sehat pada
pemeriksaan penjaringan dini oleh dokter puskesmas.

Pelaksanaan butir tes dalam rangkaian TKJI yang disusun sesuai


dengan kondisi anak Indonesia menurut kelompok umur berdasarkan

12
jenis kelamin berbeda pada tiap kelompok umur, sehingga perlu
memperhatikan butir tes per kelompok umur dan jenis kelamin.

TKJI dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut:


1. Kelompok usia 6-9 tahun Putera-Puteri
a. Lari cepat 30 meter
b. Gantung siku tekuk
c. Baring duduk 30 detik
d. Loncat tegak
e. Lari jarak sedang 600 meter

2. Kelompok usia 10-12 tahun Putera-Puteri


a. Lari cepat 40 meter
b. Gantung siku tekuk
c. Baring duduk 30 detik
d. Loncat tegak
e. Lari jarak sedang 600 meter

3. Kelompok usia 13-15 tahun


Putera:
a. Lari cepat 50 meter
b. Gantung angkat tubuh 60 detik
c. Baring duduk 60 detik
d. Loncat tegak
e. Lari jarak sedang 1000 meter

Puteri:
a. Lari cepat 50 meter
b. Gantung siku tekuk
c. Baring duduk 60 detik
d. Loncat tegak
e. Lari jarak sedang 800 meter

4. Kelompok usia 16-19 tahun


Putera:
a. Lari cepat 60 meter
b. Gantung angkat tubuh 60 detik
c. Baring duduk 60 detik

13
d. Loncat tegak
e. Lari jarak sedang 1200 meter

Puteri:
a. Lari cepat 60 meter
b. Gantung siku tekuk
c. Baring duduk 60 detik
d. Loncat tegak
e. Lari jarak sedang 1000 meter

Petunjuk Umum
1. Peserta didik
a. Tes ini mengeluarkan banyak energi, sehingga peserta didik harus
dalam kondisi sehat dan siap untuk melaksanakan tes.
b. Sudah makan minimal 2 jam sebelum melaksanakan tes.
c. Memakai pakaian dan sepatu olahraga.
d. Mengerti dan memahami cara pelaksanaan tes.
e. Melakukan latihan pemanasan (warming up) dipimpin petugas
pelaksana sebelum melaksanakan tes.
f. Bila tidak melaksanakan 1 butir tes dinyatakan gagal.

2. Petugas Pelaksana
a. Menjelaskan cara pelaksanaan tes.
b. Memimpin latihan pemanasan (warming up).
c. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba
gerakan tes.
d. Memperhatikan perpindahan pelaksanaan butir tes satu ke butir
tes berikutnya secepat mungkin.
e. Memberi nomor dada yang jelas dan mudah dilihat oleh petugas
pelaksana.
f. Peserta didik yang tidak mampu melakukan gerakan tes diberi
nilai 0 (nol).
g. Mencatat hasil tes dengan menggunakan formulir perorangan
atau gabungan.

Alat dan Fasilitas


Alat dan fasilitas yang dipersiapkan:
1. Lapangan olahraga atau sarana lain yang memiliki fasilitas sebagai

14
berikut:
a. Lintasan lari yang lurus, datar dan tidak licin sepanjang minimum
70 meter
b. Lintasan lari yang datar dan tidak licin untuk lari 1200 meter
(lintasan lari yang ideal adalah lintasan atletik yang kelilingnya
400 meter)
c. Tiang/palang tunggal untuk bergantung setinggi minimal 180 cm
d. Dinding/papan berskala untuk loncat tegak (vertical jump) dengan
landasan yang datar dan tidak licin
2. Tiang pancang untuk rambu lintasan lari
3. Papan skala loncat tegak
4. Bendera start (1 buah)
5. Nomor dada
6. Matras/alas untuk baring duduk
7. Format TKJI dalam Formulir Penjaringan Kesehatan Peserta Didik
(Lampiran 4/5)
8. Stopwatch
9. Peluit
10. Alat tulis (untuk setiap petugas pengambil data)
11. Papan jalan (untuk setiap petugas pengambil data)
12. Serbuk kapur/bedak bubuk/magnesium bikarbonat warna putih
13. Penghapus papan loncat tegak

Ketentuan Pelaksanaan
1. TKJI ini merupakan satu rangkaian tes (baterei test), oleh karena itu
semua butir tes harus dilaksanakan secara berurutan dan tidak
terputus-putus.
2. Urutan pelaksanaan sesuai dengan kelompok usia dan jenis kelamin
sebagai berikut:
a. Pertama : Lari cepat (30, 40, 50 atau 60 meter)
b. Kedua : Gantung siku tekuk atau gantung angkat tubuh
c. Ketiga : Baring duduk 30 atau 60 detik
d. Keempat : Loncat tegak
e. Kelima : Lari jarak menengah 600, 800, 1000 atau 1200 meter

Pelaksanaan Tes
1. Lari cepat (30, 40, 50 atau 60 meter)
a. Tujuan: untuk mengukur kecepatan.

15
b. Sikap permulaan: peserta berdiri di belakang garis start.
c. Pelaksanaan gerakan:
1) Pada aba-aba siap peserta mengambil sikap start berdiri,
siap untuk lari.
2) Pada aba-aba ya peserta lari secepat mungkin menuju
garis finish, menempuh jarak 30, 40, 50 atau 60 meter sesuai
kelompok usia dan jenis kelamin.
Catatan:
Lari diulang bila ada:
a) pelari yang mencuri start
b) pelari tidak melewati garis finish
c) pelari terganggu dengan pelari lain
d. Pengukuran waktu:
Pengukuran waktu tempuh dilakukan dari saat bendera diangkat
sampai pelari tepat melintasi garis finish.
e. Pencatatan hasil:
1) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk
menempuh jarak yang ditentukan.
2) Waktu tempuh dicatat dalam satuan waktu detik.
3) Waktu tempuh dicatat satu angka di belakang koma.

2. Gantung Siku Tekuk


a. Tujuan: untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan
otot bahu
b. Sikap permulaan:
Peserta berdiri di bawah palang tunggal, kedua tangan
berpegangan pada palang tunggal selebar bahu. Pegangan telapak
tangan menghadap ke wajah.
c. Pelaksanaan gerakan:
Dengan bantuan tolakan kaki atau naik bangku, peserta meraih

16
palang sampai mencapai sikap bergantung siku tekuk. Dagu
berada di atas palang tunggal.
d. Pencatatan hasil:
Hasil yang dicatat adalah lamanya waktu yang dicapai oleh
peserta untuk mempertahankan sikap tersebut di atas. Waktu
yang dicapai dihitung dalam satuan detik.
Catatan:
Peserta yang tidak dapat melakukan gerakan di atas secara
sempurna, dinyatakan tidak mampu atau gagal, dan hasilnya
ditulis dengan angka 0 (nol).

3. Baring Duduk (30 atau 60 detik)


a. Tujuan: untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut
b. Sikap permulaan:
1) Peserta berbaring telentang dengan belakang bahu menyentuh
lantai atau rumput, kedua lutut ditekuk dengan sudut 900,
telapak kaki menapak lantai, lengan ditekuk di atas bahu dan
telapak tangan diletakkan pada telinga (jari hanya menempel
telinga).
2) Petugas/peserta lain memegang atau menahan kedua
pergelangan kaki agar kaki tidak terangkat.
c. Pelaksanaan gerakan:
1) Pada aba-aba ya peserta bergerak mengambil sikap duduk
sehingga kedua sikunya menyentuh kedua paha, kemudian
kembali ke sikap permulaan sampai belakang bahu menyentuh
lantai.
2) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan cepat tanpa
istirahat selama 30 atau 60 detik sesuai kelompok usia.

17
d. Pencatatan hasil:
1) Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan baring
yang dapat dilakukan dengan sempurna selama 30 atau 60
detik.
2) Peserta yang tidak mampu melakukan tes baring duduk ini,
hasilnya ditulis dengan angka 0 (nol).
Catatan:
Gerakan tidak dihitung, bila:
a) Tangan terlepas dari telinga
b) Kedua siku tidak sampai menyentuh paha
c) Saat kembali berbaring bahu tidak menyentuh lantai
d) Mempergunakan siku untuk membantu menolak tubuh

4. Loncat Tegak
a. Tujuan: untuk mengukur tenaga eksplosif.
b. Sikap permulaan;
1) Terlebih dahulu taburi/bubuhi ujung jari tangan kanan (tangan
kiri bagi yang kidal) dengan serbuk kapur atau bedak bubuk
atau magnesium bikabonat berwarna putih.
2) Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, lengan kanan
(lengan kiri bagi yang kidal) merapat ke dinding, papan skala
berada di samping kanan atau kiri atasnya. Kemudian tangan
yang dekat dinding diangkat lurus keatas, telapak tangan
dengan jari-jari tegak lurus ditempelkan pada papan berskala,
sehingga meninggalkan bekas raihan ujung jari tangannya.
c. Pelaksanaan gerakan:
1) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut
dan kedua lengan diayun ke belakang. Kemudian peserta
meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan jari
tangan yang berkapur sehingga meninggalkan bekas raihan.
2) Ulangi loncatan ini sampai 3 kali dengan selang istirahat sekitar

18
5-10 detik.
d. Pencatatan hasil:
1) Catat jangkauan raihan tertinggi (sebelum meloncat) = X
2) Catat tinggi rata-rata ketiga raihan hasil loncatan = Y
3) Hasil loncatan = selisih hasil tinggi raihan loncatan dikurangi
hasil raihan sebelum meloncat (Y - X)
4) Ambil hasil selisih raihan yang tertinggi, catat dalam satuan
sentimeter tanpa angka di belakang koma.

5. Lari jarak sedang (600, 800, 1000 atau 1200 meter)


a. Tujuan: untuk mengukur daya tahan jantung, peredaran darah,
dan paru-paru.
b. Sikap permulaan: peserta berdiri di belakang garis start.
c. Gerakan
1) Pada aba-aba siap peserta mengambil sikap berdiri, siap
untuk lari.
2) Pada aba-aba ya peserta lari dengan kesecepatan konstan
menuju garis finish, menempuh jarak 600, 800, 1000 atau 1200
meter sesuai kelompok usia dan jenis kelamin.
Catatan:
Lari diulang bila:
a) ada pelari yang mencuri start
b) pelari tidak melewati garis finish
d. Pencatatan Hasil
1) Pengambilan waktu dilakukan dari saat bendera diangkat
sampai pelari tepat melintasi garis finish.
2) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh peserta
menempuh jarak yang telah ditentukan. Waktu dicatat dalam
satuan menit dan detik.

19
Cara Penilaian
a. Hasil Kasar
Prestasi setiap butir tes yang dicapai oleh peserta yang telah mengikuti
tes tersebut hasil kasar. Tingkat kebugaran jasmani peserta tidak
dapat dinilai secara langsung berdasarkan prestasi yang telah dicapai,
karena satuan ukuran yang dipergunakan masing-masing butir tes
tidak sama, yaitu:
1) Untuk butir tes lari dan gantung siku tekuk mempergunakan
satuan ukuran waktu (menit dan detik).
2) Untuk butir tes baring duduk dan gantung angkat tubuh,
mempergunakan satuan ukuran jumlah ulangan gerak (beberapa
kali).
3) Untuk butir tes loncat tegak, mempergunakan satuan ukuran
tinggi (sentimeter).

b. Nilai Tes
1) Hasil kasar yang masih merupakan satuan ukuran yang berbeda-
beda tersebut, perlu diganti dengan satuan ukuran yang sama.
Satuan ukuran ini adalah Nilai.
2) Setelah hasil kasar tiap butir tes diubah menjadi nilai, langkah
berikutnya adalah menjumlahkan nilai-nilai dari kelima butir tes
tersebut untuk menentukan klasifikasi kebugaran jasmani peserta.
3) Klasifikasi nilai tes dapat dilihat dalam Tabel Penilaian TKJI (lihat
Lampiran 1).

B. Single Test
Bila rangkaian TKJI tidak dapat dilakukan karena berbagai kendala
seperti fasilitas tidak ada atau kemampuan SDM terbatas, maka
dapat dipilih tes lari jarak menengah saja sesuai kelompok usia dan
jenis kelamin sebagai Single Test yaitu tes lari 1000 meter untuk
10-12 tahun putera/puteri, 1600 meter untuk 13-19 tahun putera/

20
puteri untuk menilai kemampuan jantung-paru sebagai komponen
kebugaran jasmani yang paling dominan. Tes lari jarak menengah ini
dapat juga dilaksanakan sebagai bagian dari monitoring. Klasifikasi
nilai tes dapat dilihat dalam Tabel Penilaian Single Test (lihat Lampiran
2).
a. Tujuan: untuk mengukur daya tahan jantung, peredaran darah,
dan paru-paru.
b. Sikap permulaan: peserta berdiri di belakang garis start.
c. Gerakan
1) Pada aba-aba siap peserta mengambil sikap berdiri, siap
untuk lari.
2) Pada aba-aba ya peserta lari dengan kesecepatan konstan
menuju garis finish, menempuh jarak 1000 atau 1600 meter
sesuai kelompok usia dan jenis kelamin.
Catatan:
Lari diulang bila:
a) ada pelari yang mencuri start
b) pelari tidak melewati garis finish
d. Pencatatan Hasil
1) Pengambilan waktu dilakukan dari saat bendera diangkat
sampai pelari tepat melintasi garis finish.
2) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh peserta
menempuh jarak yang telah ditentukan. Waktu dicatat dalam
satuan menit dan detik.
3) Klasifikasi nilai tes dapat dilihat dalam Tabel Penilaian Single
Test (lihat Lampiran 2).

21
BAB III

PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI

A. AKTIVITAS FISIK

Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu faktor keberhasilan


pembangunan suatu negara yang perlu ditingkatkan melalui upaya
peningkatan kesehatan dan kebugaran jasmani. Upaya peningkatan
kesehatan dan kebugaran jasmani melalui progam-program aktivitas
fisik yang baik, benar, terukur, dan teratur selayaknya sudah dilakukan
sejak usia dini. Upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia, harus
dilakukan melalui proses pendidikan dan pembudayaan sikap dan
kesadaran setiap individu untuk selalu berperilaku hidup sehat dan
aktif, yang selanjutnya menjadi suatu kebiasaan dan kebutuhan dalam
kehidupan sehari-hari.

Aktivitas fisik, latihan fisik, dan olahraga bertujuan mendidik peserta


didik untuk memelihara kesehatan dan kebugaran jasmani, meningkatkan
kemampuan dan keterampilan gerak, membentuk karakter dan
kematangan pribadi untuk mencapai suatu prestasi tertentu.

Saat ini masyarakat Indonesia menghadapi era globalisasi dengan


teknologi mutakhir yang menyebabkan setiap individu (termasuk
peserta didik) cenderung kurang bergerak. Sarana transportasi yang
canggih, pola makan junk food, kebiasaan menonton televisi dalam
waktu lama, lahan bermain/berolahraga yang semakin sempit dan terisi
oleh pembangunan mall/bangunan-bangunan komersial, sekolah yang
tidak memiliki halaman bermain, waktu bermain di sekolah yang tersita
oleh jam pelajaran yang padat dan melelahkan serta kurikulum sekolah
yang kurang memperhatikan pentingnya aktivitas fisik bagi peserta didik
semakin mendorong peserta didik kurang bergerak, menjadi gemuk dan
tingkat kebugaran jasmaninya rendah.

23
Kementerian Pendidikan Nasional melalui unit kerja Pusat Pengembangan
Kualitas Jasmani pernah meluncurkan suatu Program Gerakan Hidup
Aktif Nasional (GERHANA) yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan
Nasional pada tanggal 27 Mei 2007 di Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Pelaksanaan program ini digulirkan sejak tahun 2008 sampai dengan
2010.

GERHANA adalah suatu gerakan hidup aktif bagi peserta didik, pendidik
dan tenaga kependidikan (masyarakat sekolah) agar menerapkan pola
hidup aktif dalam kehidupan sehari-hari secara teratur baik di sekolah
maupun di luar sekolah sehingga tercapai kualitas jasmani yang baik
guna menghasilkan Insan Indonesia yang Sehat, Bugar dan Cerdas.

Berbagai bentuk aktivitas fisik yang dirancang bagi masyarakat sekolah


tanpa mengganggu aktivitas belajar mengajar di sekolah, yaitu:
1. Pembukaan
Kegiatan pembukaan GERHANA melibatkan Kepala Daerah dan
pejabat terkait di setiap daerah dalam rangka sosialisasi pelaksanaan
gerakan hidup aktif bagi masyarakat sekolah khususnya dan
masyarakat di setiap daerah di Indonesia pada umumnya.
2. Kegiatan harian di sekolah
a. Gerak ringan/peregangan/senam ringan sebelum masuk kelas (5-
10 menit).
b. Gerak ringan di antara jam pelajaran untuk mengurangi rasa jenuh
dan mengantuk.
c. Optimalisasi waktu luang pada waktu istirahat melalui kegiatan-
kegiatan rekreatif yang merangsang aktivitas fisik dan kegembiraan
anak-anak. Terdiri dari:
- Permainan khas daerah
- Olahraga tradisional
- Rekreasi pendidikan
- Kesenian (musik, tari dan lain-lain)
d. Gerakan lingkungan bersih
seperti:
- membersihkan kelas dan lingkungan sekolah
- membersihkan sarana belajar-mengajar
- mengelola kebun sekolah/penghijauan halaman sekolah

24
- mengadakan lomba kebersihan, permainan rekreatif, dan
olahraga
3. Penugasan di luar lingkungan sekolah: peserta didik diberi tugas
mencatat semua aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari sepulang
sekolah, ke dalam buku catatan aktivitas harian (lampiran).
4. Dialog interaktif dirancang agar peserta didik dapat memahami
arti dan makna pola hidup aktif terkait dengan peningkatan derajat
kesehatan.
5. Workshop di kalangan penentu kebijakan tingkat sekolah dalam
rangka menyusun plan of action program aktivitas fisik di sekolah.
6. Tes Kebugaran Jasmani, berupa tes lari 1000 meter untuk peserta didik
tingkat SD dan tes lari 1600 meter bagi peserta didik tingkat SMP dan
SMA.

B. KEMAMPUAN GERAK DASAR


Pengembangan dan penyempurnaan gerak dasar penting bagi
peserta didik di usia sekolah, sehingga peserta didik harus mendapat
kesempatan bergerak yang cukup agar terjamin pertumbuhan dan
perkembangan motorik melalui kemampuan gerak dasar optimal
yang didukung proses untuk mendapat kesenangan melalui gerak.
Gerak dasar merupakan pengulangan gerak yang dilakukan terus-
menerus dari kebiasaan dan dasar dari pengalaman dan lingkungan.
Kemampuan gerak yang baik dapat mempersiapkan anak untuk
mengeksploitasi dirinya untuk menghadapi gerak kehidupan
termasuk gerak untuk kepentingan akademik sehingga penanaman
motorik dasar yang benar dan pengembangan kemampuan
motorik yang optimal memerlukan diagnosis dini dan berkala agar
pengembangan kemampuan motorik anak dapat dilakukan sesuai
dengan kemampuan individu.

Kemampuan gerak dasar adalah serangkaian gerak yang digunakan


untuk melakukan gerak yang azasi seperti berlari, melompat,
melempar dan meloncat yang terdiri dari bentuk gerak lokomotor,
non lokomotor dan manipulasi. Gerak lokomotor adalah gerakan
berpindah tempat dengan bagian tubuh tertentu ikut bergerak dan
berpindah tempat, seperti berjalan, berlari, melompat. Gerak non
lokomotor adalah gerakan tidak berpindah tempat dengan tubuh

25
tertentu saja yang digerakkan tanpa berpindah tempat, seperti
mendorong, menarik, menekuk, memutar. Manipulasi adalah gerakan
dengan obyek yang digerakkan oleh segmen tubuh, seperti melempar,
menangkap, menendang, memukul.

Gerakan motorik menyebabkan terjadinya suatu gerakan yang


melibatkan otot, sendi, saraf dan otak yang berinteraksi positif, saling
berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi untuk mencapai
kondisi motorik yang lebih sempurna.
Kemampuan motorik adalah perlengkapan dasar yang dimiliki
seseorang sejak lahir untuk melakukan tugas-tugas di kehidupan
yang sebenarnya dan ditentukan oleh pengalaman sebelumnya,
sedangkan keterampilan motorik adalah ketangkasan sesorang untuk
melakukan tugas-tugas yang khas dan dapat dipelajari.

Tabel 2
Perbedaan Kemampuan dan Keterampilan Motorik
menurut Schmidt (1991)

Kemampuan Motorik Keterampilan Motorik


- Sifat bawaan - Berkembang karena latihan
- Cenderung tetap dan - Berubah dengan latihan
bertahan lama - Jumlah tidak terhitung
- Jumlah sekitar 50 jenis - Tergantung beberapa
- Mendasari beberapa kemampuan
perbedaan keterampilan

Jadi kemampuan dasar dianggap sebagai pemberi andil utama untuk


meraih sukses dalam tugas gerak yang lebih khusus di masa mendatang.

Penilaian kemampuan dasar peserta didik 6-9 tahun lebih menekankan


pada kualitas suatu gerakan, sedangkan peserta didik 10-12 tahun
lebih menekankan pada kuantitas karena anak telah memasuki masa
kematangan motorik dasar.
Latihan keterampilan gerak dasar dapat meningkatkan aktivitas
pengembangan kemampuan jasmani anak bermanfaat untuk:
a. menyempurnakan gerakan dasar

26
b. menghaluskan gerakan dasar
c. mengalihkan bentuk-bentuk gerakan dasar dari suatu tempat ke
tempat lainnya
d. mengembangkan kemampuan untu bertindak di dalam melakukan
bentu gerakan secara lebih terampil
e. menerapkan berbagai bentuk gerakan dengan lebih mudah dan
efisien di dalam lingkungan
f. mempertahankan keseimbangan di dalam melakukan berbagai
bentuk gerakan
g. memperoleh bentuk-bentuk gerakan yang baru
h. dapat diterapkan dalam berbagai cabang olahraga
i. membina dan meningkatkan kesegaran jasmani
j. meningkatkan kesanggupan anak-anak dalam memfungsikan
dirinya, serta tindakannya di lingkungan sesuai dengan tingkat
pengembangan dan kemampuan jasmaninya.

Peserta didik sekolah dasar perlu diperkenalkan dengan gerak dasar


yang dapat dilatih beserta variasi gerakannya untuk menyempurnakan
kecakapan melakukan gerak dasar tersebut melalui 4 gerak dasar sebagai
berikut:

1. Gerak Dasar Lari


Berlari adalah gerakan tubuh melangkah di mana pada suatu saat
seluruh kaki tidak menginjak tanah. Secara alamiah setiap orang
normal dapat berjalan atau lari tanpa mengalami kesulitan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Gerak dasar lari diawali dengan
berjalan sehingga perlu sikap dan gerakan berjalan yang benar perlu
dipelajari dan dilatihkan sejak anak masih kecil karena gerakan
berjalan yang benar akan memberikan efisiensi tenaga sehingga orang
tidak cepat mengalami kelelahan.

Teknik berjalan yang benar sebagai berikut:


a. Posisi tubuh tegak, susunan tulang belakang lurus, kepala tegak,
tengkuk bahu lurus segaris dengan badan dagu sedikit ditarik,
pandangan lurus ke depan.
b. Dada ditarik terbuka, pernapasan dilakukan dengan perut,
pandangan mata lurus ke depan.
c. Lengan mengayun bergantian secara wajar, tidak kaku dan

27
ayunan dimulai dari sendi bahu dan sendi siku.
d. Kaki melangkah ke depan bergantian dengan tumit terkadang
terangkat, menolak pada pangkal jari.
e. Kaki ayun diangkat ke depan dengan lutut sedikit ditekuk,
menapak pada tumit, telapak dan ujung jari kaki yang mengarah
lurus ke depan (tidak serong ke luar atau serong ke dalam)
f. Kaki yang semula menjadi kaki tumpu, ganti menjadi kaki ayun.
g. Gerakan langkah kaki berlangsung susul-menyusul bergantian
disertai dengan ayunan lengan yang serasi dengan gerak kaki,
pandangan mata lurus ke depan.

Gerak dasar berlari merupakan perkembangan dari gerakan berjalan.


Gerakan berlari memerlukan kekuatan otot kaki dan koordinasi yang
lebih baik. Kekuatan otot kaki diperlukan untuk menjejakkan satu kaki
tumpu agar terjadi gerakan melayang (kedua kaki tidak menginjak
tanah), kemudian menahan berat badan pada kaki lainnya pada saat
mendarat, dan dilanjutkan dengan menjejakkan kaki untuk gerakan
langkah berikutnya. Koordinasi antara otot penggerak dan otot yang
berlawanan pada saat kaki melangkah diperlukan agar perpindahan
satu langkah berikutnya yang relatif cepat bisa dilakukan dengan
lancar dan berkesinambungan.

Variasi gerak dasar lari:


b. Berlari dengan rintangan
c. Berlari dengan sikap awal yang berbeda
d. Dikejar
e. Mengejar
f. berlari cepat
g. Mendaki
h. Berlari sambung

2. Gerak Dasar Lempar


Melempar adalah suatu gerakan mengarahkan benda yang
dipegang dengan cara mengayunkan tangan ke arah tertentu,
menggunakan kekuatan tangan dan lengan, serta koordinasi beberapa
gerakan. Pembentukan gerak dasar melempar bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan melakukan gerakan dengan anggota
tubuhnya agar terampil menggunakan alat yang sesuai dengan usia
dan kemampuannya.

28
Variasi gerak dasar lempar:
a. Melempar ke sasaran yang telah ditentukan
b. Melempar dari samping
c. Melempar jauh melalui atas kepala
d. Melempar dengan 2 tangan
e. Menggelinding di atas tanah

3. Gerak Dasar Lompat


Melompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke
titik lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat
atau lambat bertumpu pada satu kaki dan mendarat pada kaki atau
anggota tubuh lain dengan keseimbangan yang baik.

Variasi gerak dasar lompat:


a. Melompat jauh
b. Melompat tanpa gerakan awal
c. Melompat dengan gerakan awal

4. Gerak Dasar Loncat


Meloncat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke
titik lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat
atau lambat bertumpu pada dua kaki dan mendarat pada kaki atau
anggota tubuh lain dengan keseimbangan yang baik.

Variasi gerak dasar loncat:


a. Meloncat dengan tali diletakkan lurus sejajar
b. Meloncat dengan simapi yang disusun berjajar
c. Meloncat melewati balok

C. LATIHAN FISIK ATAU OLAHRAGA BAIK, BENAR, TERUKUR,


DAN TERATUR

Latihan fisik atau olahraga dapat memberikan hasil yang optimal bagi
peningkatan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani anak sekolah,
maka perlu mengikuti kaidah-kaidah baik, benar, terukur, dan teratur.
Penjelasan kaidah tersebut sebagai berikut:

29
1. Olahraga yang baik
- Olahraga yang dimulai sejak usia dini dan tetap dilakukan
hingga usia lanjut.
- Olahraga yang dilakukan sesuai dengan kondisi fisik
yang secara medis mampu melakukannya, sehingga tidak
menimbulkan dampak yang merugikan.
Contoh: Penderita obesitas tidak dianjurkan jogging atau
lari karena dapat menimbulkan cedera pada sendi lutut dan
persendian penyangga tubuh lainnya
- Olahraga hendaknya dilakukan secara bervariasi sesuai
dengan kesenangan dan kemampuan peserta didik.

2. Olahraga yang benar


Dilakukan secara bertahap, dimulai dari latihan pemanasan dengan
latihan peregangan 5-10 menit, diikuti latihan inti 20-60 menit, dan
diakhiri latihan pendinginan dengan latihan peregangan selama
5-10 menit.
Latihan yang berat memerlukan latihan pemanasan, latihan
peregangan, dan latihan pendinginan lebih lama.

3. Olahraga yang terukur


- Olahraga yang dilakukan dengan mengukur Denyut Nadi
Latihan (DNL).
- Denyut Nadi Maksimal (DNM) untuk usia kurang dari 20
tahun dihitung berdasarkan rumus: 208 - (0.7 x umur) kali per
menit.
- Contoh untuk anak usia 10 tahun
Denyut Nadi Maksimalnya: 208 - (0.7 x 10) kali per menit =
208 - 7 = 201 kali per menit.
- Denyut Nadi Latihan yang direkomendasikan sesuai dengan
hasil tingkat kebugaran jasmani adalah:
a. Kurang : 35-59% denyut jantung maksimal
b. Cukup : 60-79% denyut jantung maksimal
c. Baik : 80-89% denyut jantung maksimal
d. Baik Sekali : >90% denyut jantung maksimal
- Lama latihan dimulai semampunya, ditambah bertahap secara
perlahan-lahan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh
(endurance) perlu waktu antara 20-60 menit, sedangkan untuk
membakar lemak perlu waktu lebih lama (lebih dari 1 jam).

30
4. Olahraga yang teratur
Menurut WHO aktivitas fisik dibagi 4 kategori:
- Hidup aktif: setiap hari melakukan aktivitas ringan sampai
sedang selama 10 menit atau lebih.
- Aktivitas untuk sehat: setiap hari melakukan aktivitas sedang
sampai berat selama 30 menit atau lebih.
- Latihan fisik untuk bugar: seminggu 3-5 kali melakukan
aktivitas sedang sampai berat selama 20 menit atau lebih.
- Latihan fisik untuk olahraga: durasi dan frekuensi tergantung
tingkat kebugaran jasmani seseorang dengan latihan
terprogram.

D. KEGIATAN DI SEKOLAH

1. Gerak Ringan Sebelum Mulai Jam Pelajaran (di dalam kelas dan
di luar kelas)
Latihan Senam Ringan Untuk Anak Sekolah
Nama senam : YOO GERAK
Lagu : Aku Seorang Kapiten
Durasi : 2 menit 23 detik
Lokasi : dalam kelas
Waktu pelaksanaan : sebelum mulai belajar dan pada waktu
istirahat
Hitungan : lambat
Intro : 8-8
8-8-8-8 / 8-8
8-8-8-8 / 8-8
8-8-8
Intro
2 x 8 Posisi berdiri di belakang meja belajar, kaki rapat tepuk meja
untuk melatih Rhythm (Kepekaan Irama) 6 x tepuk meja sesuai
irama cepat + 3 x tepuk meja cepat hitungan 7 & 8
Dilakukan sebanyak 4 set selama introduction

31
Latihan I
1 x 8 Masih di posisi berdiri, kaki rapat
Angkat tangan kanan ke atas dan turunkan
Ulangi angkat tangan kiri ke atas dan turunkan
Angkat kedua tangan dengan jari-jari tangan menyentuh bahu, angkat
lurus ke atas, buka lurus ke samping sejajar bahu dan turunkan ke
bawah di samping paha
Ulangi mulai tangan kiri.

Latihan II
Buka kaki kanan ke samping di posisi kuda-kuda dengan siap
memegang buku
1x8 Angkat buku di depan dengan posisi siku menekuk hitungan 1
Rotasi badan ke sisi kanan (2) kembali ke depan (3)
Rotasi badan ke sisi kiri (4) kembali ke depan (5)
Miringkan kepala ke kanan dan ke kiri (6-7) kembali ke meja (8)
1 x 8 Ulangi ke arah kiri

Latihan III
Posisi kaki terbuka (posisi kuda-kuda), masih memegang buku
1 x 8 Angkat kedua tangan ke atas (1), miringkan badan ke kanan (2)
kembali tegak (3), miringkan badan ke kiri (4), kembali tegak (5),
tekuk siku sampai buku berada di belakang kepala (6), luruskan ke
atas (7) dan kembali ke bawah (8).
1 x 8 Ulangi ke arah kiri, hitungan 8 terakhir sambil menutup kaki
kanan ke arah kaki kiri.

Latihan IV
Tanpa Buku
1 x 8 marching di tempat 6 hitungan (1-6) + 3 marching pada hitungan
(7 & 8)
(seperti rhythm sebelumnya pada introduction)
1 x 8 lakukan sebanyak 4 set dengan tangan ayun natural.

Latihan V
1 x 8 Pindahkan berat badan ke arah kanan kembali ke tengah dan kiri
bergantian sebanyak 4 x, tangan diayun natural ke arah sebaliknya
jinjit dengan mengangkat kedua tangan dari depan lurus ke atas

32
dan kembali turunkan tumit sambil tangan turunkan lurus melalui
samping ke bawah.
1 x 8 ulangi pindahkan berat badan ke arah kiri-kanan-kiri dan kanan
saja (tanpa jinjit).
Hitungan 1-4 ambil penggaris sambil duduk di kursi hitungan 5-8.

Latihan VI
Duduk di kursi, memegang penggaris di posisi horizontal.
1 x 8 Luruskan kaki kanan ke depan dan kembali, kedua tangan
luruskan ke depan dan kembali ke depan dada dengan siku menekuk
ke samping.
Ulangi dengan kaki kiri
Ulangi gerakan kaki ke depan kanan dan kiri seperti di atas, dengan
kedua tangan luruskan ke atas dan kembali ke depan dada dengan
siku menekuk ke samping.
1 x 8 Marching di tempat duduk 6 hitungan (1-6) + 3 marching pada
hitungan (7 & 8), seperti rhythm sebelumnya (tangan tetap di posisi
sebelumnya)
Berdiri tegap dengan kedua tangan ke atas memegang penggaris
hitungan (5-6) dan duduk kembali dengan tangan kembali di depan
dada hitungan (7-8).
2 X 8 Ulangi latihan VII dimulai dengan kaki kiri, hanya pada hitungan
7, 8 terakhir tidak duduk kembali (tetap berdiri), turunkan tangan ke
bawah.

Penutup
Latihan VII
1 X 8 kaki kanan buka ke samping sambil tangan kanan membuat
bentuk lingkaran dengan penggaris ke arah kiri, ulangi dengan
tangan kiri membuat lingkaran ke arah kanan dan dilanjutkan
dengan kedua tangan bertemu di atas memegang penggaris dan
tutup kaki kanan ke arah kiri sambil menurunkan tangan ke depan
dada memegang penggaris.
SELESAI

33
2. Senam Kesegaran Jasmani (SKJ)
SKJ pada hari Jumat pagi tetap menggunakan Senam Kesegaran
Jasmani Usia Sekolah Dasar tahun 1995 yang diproduksi oleh
Direktorat Keolahragaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar
Sekolah Pemuda dan Olahraga, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 067/U/1995. Senam tersebut sudah
diperbarui tahun 2012 dalam 2 versi yaitu versi latihan 16 menit
(2 set) dan versi lomba 9 menit (1 set) serta sudah disosialisasikan
ke seluruh Indonesia sebagai kegiatan rutin sekolah maupun
lomba tingkat nasional.

3. Optimalisasi waktu turun main


Jam istirahat di sekolah adalah waktu turun main yang dinanti-
nanti oleh peserta didik untuk bermain dengan teman-temannya.
Aktivitas fisik dalam bentuk permainan atau bermain pada jam
istirahat atau turun main perlu diperkenalkan pada anak sekolah
sedini mungkin untuk mendapat manfaat peningkatan aktivitas
fisik bagi anak sekolah. Bentuk kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan kemampuan dan minat anak yang dapat menumbuhkan
sifat kejujuran, sportivitas, sikap memegang teguh aturan atau
kebiasaan yang berlaku. Kegiatan ini dapat juga mengembangkan
budaya setempat dengan memperkenalkan model-model
permainan daerah.
Aneka permainan dapat dikembangkan dan dilakukan di dalam
maupun di luar gedung sesuai dengan lahan yang dimiliki sekolah.
Setiap daerah mempunyai permainan yang spesifik maupun yang
sama dengan daerah lain, sehingga sekolah dapat memfasilitasi
sarana prasarana untuk bermain anak sesuai kemampuan.

Beberapa contoh permainan yang dapat dilakukan di sekolah,


antara lain:
a. Permainan Engrang
Permainan ini mengandung unsur ketangkasan, kecepatan,
keseimbangan, dan ketekunan. Permainan ini menggunakan
bambu panjang ( 3 meter) yang dilengkapi dengan pijakan dari
salah satu ruas bambu atau papan dari kayu. Bentuk lain engrang
ada yang terbuat dari tempurung kelapa yang dibelah menjadi

34
dua sehingga menyerupai setengah bola, kemudian di tengahnya
diberi lubang untuk diberi tali agar pemakai dapar mengangkat
tempurung tersebut pada saat dimainkan.

b. Permainan Tali
Pemainan ini menggunakan seutas tali sepanjang 2-3 meter
untuk perorangan dan 6 meter untuk 2 orang yang diputar oleh
2 orang pada kedua ujungnya. Pada saat tali diputar, satu atau
dua orang anak serentak masuk dan melompat mengikuti putaran
tali. Permainan ini dimulai dengan undian (som atau hompimpa)
untuk menentukan urutan pemain yang melompat lebih dulu,
dua pemain yang urutan terakhir bertugas memutar tali.

c. Permainan Tejek-tejekan/Demprak
Permainan ini mengandung unsur ketekunan, kesabaran dan
perasaan halus. Permainan ini banyak dilakukan oleh anak-anak
perempuan berumur 7-12 tahun di halaman dengan menggambar
10 petak di atas tanah. Jumlah pemain minimal 2 orang. Alat yang
digunakan adalah pecahan genteng (disebut kuju).

Pertama-tama semua kuju milik peserta diletakkan di petak


pertama. Pemenang pertama dalam sut bermain lebih dahulu

35
dengan cara melempar kuju ke petak kedua. Jika kuju mengenai
sasaran maka pemain boleh melakukan permainan dengan jalan
bertejek mengangkat kaki sebelah ke atas sambil melompat-
lompat ke petak kedua sampai petak terakhir. Pada waktu kembali
kuju diambil di petak ketiga selanjutnya bertejek lagi sampai
petak kesatu, tetapi petak kesatu kuju lawan tidak boleh terinjak.
Andaikata ini berhasil maka kuju dilempar lagi ke petak ketiga,
kemudian bertejek lagi seperti semula sampai ke petak yang
terakhir dan jika berhasil maka akan diberi penghargaan bintang
yang digambarkan di dalam petak tersebut sesuai keinginan
pemain. Pemilik bintang selanjutnya diberi hak untuk menginjak
bintang dan pemain lawan tidak boleh menginjak.

Permainan mati akan digantikan oleh pemain lain bila:


1) Pada waktu melempar kuju jatuh di luar petak yang sudah
ditentukan
2) Pada waktu bertejek terpijak garis petak
3) Pada waktu bertejek terpijak bintang kepunyaan pemain lain
Pemenang adalah pemain yang paling banyak mendapat
bintang dan sebagai hukuman pemain yang kalah bergantian
menggendong pemain yang menang.
Di daerah lain permainan serupa dengan bentuk petak dan nama
berbeda, seperti di Jawa Barat disebut Sondah, di kota Jambi
disebut Cingkling.

d. Permainan Adang-adangan/Galaksin
Permainan ini dapat dilakukan oleh anak laki-laki atau perempuan
berusia 10-16 tahun. Jumlah pemain minimal 6 orang. Tidak ada
alat khusus dalam permainan ini, hanya yang diperlukan tempat
yang luas dan terbuka. Tempat ini diberi petak-petak sejumlah 8

36
buah. Tiap petak berukuran 3 meter bujur sangkar.
Permainan diawali dengan sut oleh ketua kelompok. Kelompok
yang menang bertindak sebagai penerobos, sedangkan yang kalah
bertindak sebagai penjaga benteng.
Masing-masing anggota penjaga benteng menempati garis
melintang pada petak-petak tersebut, ketua kelompok menempati
garis paling depan. Ketua kelompok boleh berjalan atau berlari
sampai ke belakang melewati garis vertikal yang ada di tengah,
sedangkan penjaga lainnya hanya dibenarkan pada garis melintang
yang sudah ditentukan.
Penerobos benteng berusaha memasuki benteng dengan segala
taktik dan kelihaian untuk memasuki petak-petak tersebut. Jika
penerobos berhasil melewati petak benteng tanpa melanggar
aturan mendapatkan nilai satu.

Pemain melanggar aturan bila:


1) Menginjak garis permainan
2) Berada di luar petak setelah yang bersangkutan memasuki
benteng
3) Bersinggungan dengan salah satu penghadang
Pemenang kelompok adalah kelompok yang paling banyak
mengumpulkan nilai. Sebagai hukuman bagi kelompok yang
kalah setiap anggota kelompok diharuskan menggendong setiap
anggota yang menang.
Di daerah lain permainan serupa dengan bentuk petak dan nama
berbeda, seperti di Jakarta disebut galaksin, di Jawa Barat disebut
Gala asin, di Jawa Tengah disebut Gobak sodor.

37
BAB IV

UPAYA KESEHATAN OLAHRAGA


MELALUI UKS

Upaya kesehatan Olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan


latihan fisik atau olahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan kebugaran jasmani masyarakat termasuk anak sekolah, dengan
bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif tanpa
meninggalkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif.
Kesehatan Olahraga mempunyai peran yang sangat penting dalam
proses peningkatan budaya masyarakat untuk beraktivitas fisik dan
meningkatkan kebugaran jasmani, melalui pemberdayaan masyarakat
yaitu proses pembelajaran dari oleh untuk dan bersama masyarakat
sesuai dengan lingkungan sosial, budaya setempat, agar masyarakat
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan olahraga.

Upaya Kesehatan olahraga yang dilaksanakan meliputi pelayanan


kesehatan pada kegiatan olahraga dan pemanfaatan olahraga untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani yang
diselenggarakan secara terpadu dan menyeluruh melalui pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
1. Pendekatan promotif, olahraga diharapkan dapat meningkatkan
kebugaran jasmani dan daya tahan tubuh terhadap penyakit;
2. Pendekatan preventif, olahraga diharapkan dapat mencegah
timbulnya cedera olahraga , factor risiko penyakit akibat kurang
gerak serta memperlambat proses penuaan;
3. Pendekatan kuratif, olahraga diharapkan dapat menjadi salah satu
metode pengobatan terhadap penyakit tidak menular dan cedera
olahraga (exercise is medicine);
4. Pendekatan rehabilitatif diharapkan dapat memulihkan gangguan
fungsi tubuh akibat penyakit dan kecacatan

39
Pendidikan Jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk
mendorong pertumbuhan fisik, keterampilan motorik, pengetahuan
dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-
sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang
bemata untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas
fisik dan psikis seimbang.

Program kebugaran jasmani bagi anak usia sekolah diselenggarakan


melalui kegiatan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) dengan melakukan
pembinaan kesehatan olahraga di sekolah. Kegiatan dilakukan oleh
Petugas Puskesmas dengan membekali pengurus sekolah, guru
penjasorkes (pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan) serta peserta
didik.

Kegiatan pembinaan kesehatan olahraga dilaksanakan sesuai dengan


pelaksanaan Trias UKS yang terdiri dari:
- Pendidikan kesehatan
- Pelayanan kesehatan
- Pembinaan lingkungan sekolah

A. Pendidikan Kesehatan Olahraga


Kegiatan pendidikan kesehatan olahraga dianggap sebagai bagian
dari upaya promotif dan preventif di sekolah dengan memberikan
pengetahuan bagi guru olahraga dan peserta didik tentang latihan
fisik/olahraga yang baik, benar, terukur, dan teratur untuk diterapkan
pada peserta didik, termasuk pencegahan dan penanganan cedera
olahraga secara sederhana.

Kegiatan praktek latihan fisik/olahraga untuk kebugaran jasmani:


a. Usia SD diberikan dengan latihan pola gerak dasar (lari, lompat,
loncat dan lempar) serta senam kebugaran jasmani secara baik,
benar, terukur, dan teratur untuk meningkatkan kebugaran
jasmani serta mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang
anak akibat latihan fisik/latihan beban yang berlebihan.
Bentuk pengembangan kemampuan gerak dasar adalah:
1) Pengembangan kemampuan daya gerak anak yang dilakukan
dari satu tempat yang lain, seperti berjalan, berlari, melompat,
meloncat, berjingkat, melangkah, meluncur, merangkak dan
berguling (lokomosi).

40
2) Pengembangan kemampuan daya gerak anak yang dilakukan
di tempat, seperti membungkuk, memutar, membalik
menekuk, merenggang, mengulur, memilin, mengelak (non
lokomosi).
3) Pengembangan kemampuan untuk bertindak melakukan
sesuatu bentuk gerakan dengan anggota badannya secara
lebih terampil, seperti melempar, menangkap, menendang,
menggiring, mengangkat, memukul, menarik, mendorong
(manipulasi).
4) Pengembangan kemampuan untuk mempertahankan dan
menyempurnakan bentuk- dan corak dari gerakan dasar yang
telah diperolehnya agar menjadi lebih mantap dan merupakan
bagian dari permulaan lagi untuk memperoleh bentuk gerakan
baru dari situasi yang baru (stabilisasi).

b. Usia SMP mulai ditambahkan praktik teknik dasar olahraga


permainan/prestasi dan diberikan secara berjenjang dan bertahap
(sesuai dengan tingkat pendidikan dan pada kelas yang berbeda).

c. Usia SMA selain kegiatan dasar untuk meningkatkan kebugaran


jasmani, juga dengan kegiatan peningkatan keterampilan dari
berbagai cabang olahraga prestasi.

B. Pelayanan Kesehatan Olahraga


Pelayanan dalam bentuk :
- Praktek penanganan cedera olahraga akut secara sederhana
dengan metode RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation).
- Tes kebugaran jasmani sebagai screening awal atau penjaringan
dan evaluasi.
- Program latihan fisik spesifik bagi peserta didik dengan masalah
fisik, seperti latihan khusus obesitas, konselling gizi, dll.
- SMP dan SMA: Pembinaan kesehatan olahraga bagi peserta didik
yang berbakat di bidang olahraga prestasi.

C. Pembinaan Lingkungan Sekolah


Pembinaan lingkungan sekolah berupa adanya sarana dan prasarana
untuk beraktivitas fisik/latihan fisik/olahraga yang sehat dan aman
bagi peserta didik. Kegiatan olahraga permainan atau olahraga bela

41
diri sebagai kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan sekolah (bagi
siswa SMP dan SMA) mulai dari pemanduan bakat (talent scouting)
sampai dengan pembinaan kesehatan fisiknya.

Kegiatan lainnya dapat berupa pembudayaan melakukan latihan


peregangan (stretching) dan senam ringan sebelum masuk kelas,
stretching saat jam belajar, senam kebugaran jasmani setiap hari
Jumat serta pembudayaan beraktivitas fisik saat jam istirahat.
Pembinaan lainnya dapat dilakukan dengan adanya poliklinik di
sekolah yang dapat menangani P3K termasuk penanganan cedera
olahraga akut.

Petugas Puskesmas membina lingkungan sekolah untuk sarana dan


prasarana olahraga yang aman, tidak menimbulkan cedera, misalnya
lapangan tidak berpasir atau licin, pencahayaan dan ventilasi udara
yang cukup pada lapangan indoor, dll.

42
BAB V

INDIKATOR KEBERHASILAN,
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
SERTA PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan suatu petunjuk untuk membatasi
fokus perhatian penilaian program. Indikator keberhasilan
pelaksanaan aktivitas fisik dan latihan fisik bagi anak sekolah dinilai
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Pemilihan dan target
indikator dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
penyelenggaraan kegiatan.
Indikator dibagi menjadi indikator input, proses, output dan outcome.
1. Indikator Input
a. Kebijakan sekolah dalam pelaksanaan pembinaan kebugaran
jasmani bagi peserta didik
b. Ketersediaan petugas UKS di Puskesmas
c. Ketersediaan petugas UKS di Sekolah
d. Ketersediaan Guru Pendidikan Jasmani di Sekolah
e. Ketersediaan sarana prasarana di Sekolah
f. Ketersediaan dana/anggaran
g. Komunitas olahraga di sekolah

2. Indikator Proses
a. Adanya kegiatan pembinaan kesehatan olahraga dari
Puskesmas
b. Adanya kegiatan gerak ringan sebelum masuk kelas
c. Adanya kegiatan peregangan di antara jam belajar
d. Adanya kegiatan senam kebugaran jasmani
e. Adanya kegiatan pengukuran kebugaran jasmani

43
3. Indikator Output
Cakupan/persentase anak sekolah yang diukur kebugaran
jasmani (perbandingan antara jumlah yang anak sekolah yang
diukur dengan jumlah anak sekolah pada kelas yang sesuai)

4. Indikator Outcome
a. Persentase peningkatan kebugaran jasmani anak sekolah
b. Menurunnya angka kesakitan atau ketidakhadiran peserta
didik

B. Pemantauan dan Evaluasi


Pemantauan pembinaan kebugaran jasmani:
Pelaksanaan pemantauan perlu dilakukan untuk memantau keluhan
yang timbul pada saat melakukan senam ringan sebelum masuk kelas,
stretching saat jam belajar, aktivitas fisik selama jam istirahat, senam
kebugaran jasmani setiap hari jumat dan pengukuran kebugaran
jasmani.
Pemantauan dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan dan cedera olahraga.

Pemantauan dilakukan dalam bentuk :


- Partisipasi aktif peserta didik selama melakukan aktivitas fisik
dan latihan fisik di sekolah.
- Mengukur denyut nadi (DN) selama senam kebugaran jasmani.
Denyut nadi yang dianjurkan untuk diukur adalah pada saat
sebelum latihan (nadi istirahat), setelah melakukan pemanasan
(nadi pemanasan), setelah melakukan latihan inti (nadi latihan)
dan setelah melakukan pendinginan (nadi pendinginan).
- Melakukan pemeriksaan kondisi tubuh, denyut nadi istirahat
dan tekanan darah sebelum melakukan pengukuran kebugaran
jasmani.
- Mencatat keluhan yang dirasakan peserta didik selama melakukan
kegiatan.
- Pemantauan dilaksanakan sesuai dengan jenis kegiatan.
- Alat pemantauan dapat berupa kartu absensi yang diisi oleh guru
pendidikan jasmani atau guru kelas dan kartu individu untuk
mencatat pencapaian dan perkembangan hasil kegiatan peserta
didik.

44
Evaluasi pembinaan kebugaran jasmani:
Evaluasi pelaksanaan pembinaan kebugaran jasmani bagi anak sekolah
meliputi kegiatan aktivitas fisik dan latihan fisik di sekolah dikaitkan
dengan kebugaran jasmani anak sekolah sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar.
Evaluasi dilakukan untuk melihat:
1. Partisipasi peserta didik melakukan aktivitas fisik dan latihan fisik
2. Menurunnya angka kesakitan atau ketidakhadiran peserta didik

C. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan pembinaan kebugaran jasmani merupakan
bagian dari pencatatan Penjaringan Kesehatan Peserta Didik.
Pencatatan hasil pengukuran kebugaran jasmani sebagai bagian dari
screening kesehatan pada awal tahun ajaran dapat diisikan pada
bab VII (Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar) dan bab VIII
(Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Lanjutan) tentang Kebugaran
Jasmani dalam bentuk baterei tes (5 item tes) atau hanya 1 item tes saja
(lari jarak sedang).
Pencatatan hasil pengukuran kebugaran jasmani sebagai bagian dari
monitoring pada akhir semester genap berupa 1 item tes (lari jarak
sedang) dapat dicatat pada kartu individu peserta didik.

Formulir Penjaringan Kesehatan Peserta Didik Puskesmas . . . . . .


(Bab VII atau VIII Kebugaran Jasmani)

1. BATEREI TEST
Penilaian Hasil Nilai
Lari Cepat detik
Gantung Siku Tekuk (Perempuan) detik
Gantung Angkat Tubuh (Laki-laki) kali
Baring Duduk kali
Loncat Tegak
Tinggi Rayan (a) cm
Loncatan Tertinggi (b) cm
Selisih (b - a) cm
Lari Jarak Sedang
Total Nilai

45
Kesimpulan:
BaikSekali (BS)
Baik (B)
Sedang (S)
Kurang (K)
Kurang sekali (KS)

2. SINGLE TEST
Penilaian Hasil Nilai
Lari Jarak Menengah detik

Kesimpulan:
BaikSekali (BS)
Baik (B)
Sedang (S)
Kurang (K)
Kurang sekali (KS)

Pencatatan dan pelaporan kesehatan olahraga perlu dilakukan oleh


puskesmas untuk mendapat data dasar tentang kesehatan dan rencana
tindak lanjut masalah kesehatan. Pelaporan oleh puskesmas dilakukan
dengan merekap data hasil penjaringan dan diserahkan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota untuk dianalisa dan mendapat gambaran
kondisi kesehatan peserta didik yang baru masuk sekolah di wilayah
kerjanya yang dapat digunakan dalam menyusun perencanaan upaya
kesehatan terkait.

46
BAB VI

PENUTUP

Peningkatan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat


sekolah merupakan upaya dasar dalam meningkatkan prestasi belajar.
Pembinaan kebugaran jasmani bagi peserta didik melalui pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan yang meliputi tes kebugaran jasmani
dan latihan fisik/olahraga terprogram perlu diterapkan dalam kurikulum
sekolah.

Peserta didik diharapkan tahu dan mau melakukan aktivitas fisik, latihan
fisik dan atau olahraga secara baik, benar, terukur, dan teratur melalui
pembudayaan peningkatan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani yang
optimal sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

Puskesmas melalui UKS diharapkan dapat membantu sekolah dan


berkoordinasi dengan lintas program maupun lintas sektor terkait untuk
mengembangkan penyelenggaraan kesehatan olahraga di sekolah

47
KEPUSTAKAAN

1. Petunjuk Teknis Penjaringan Anak Sekolah Dasar, Direktorat Bina


Kesehatan Anak, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Kemenkes Tahun
2010
2. Petunjuk Teknis Penjaringan Anak Sekolah Lanjutan, Direktorat Bina
Kesehatan Anak, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Kemenkes Tahun
2010
3. Pedoman Senam Kebugaran Jasmani Anak SD, Direktorat
Keolahragaan, Ditjen Diklusepora, Depdikbud Tahun 1995
4. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Anak umur 6-9 tahun, Pusat
Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Departemen Pendidikan Nasional,
Tahun 2010
5. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Anak umur 10-12 tahun, Pusat
Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Departemen Pendidikan Nasional,
Tahun 1999
6. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Remaja umur 13-15 tahun,
Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Departemen Pendidikan
Nasional, Tahun 1999
7. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Remaja umur 16-19 tahun,
Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Departemen Pendidikan
Nasional, Tahun 1999
8. Buku Panduan Gerak Senam Kesegaran Jasmani Usia Sekolah
Dasar, Direktorat Keolahragaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Tahun 1999
9. Permainan Tradisional Indonesia, Direktorat Permuseuman,
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Tahun 1998
10. Dynamic Physical Education for Elementary School Children, RP
Pangrazi & VP Dauer, 1995

48
LAMPIRAN 1.
PENILAIAN BATEREI TEST

A. TES LARI CEPAT JARAK PENDEK


1. Jarak Tempuh Tes Lari Jarak Pendek menurut Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin
Jarak Lari
Kelompok Umur
Putera Puteri
6 - 9 tahun 30 meter 30 meter
10 - 12 tahun 40 meter 40 meter
13 - 15 tahun 50 meter 50 meter
16 - 19 tahun 60 meter 60 meter

2. Penilaian Tes Lari Cepat Jarak Pendek


6 - 9 tahun 10-12 tahun 13 - 15 tahun 16 - 19 tahun
Nilai
Putera Puteri Putera Puteri Putera Puteri Putera Puteri
5 5.5 5.8 6.3 6.7 6.7 7.7 7.2 8.4
4 5.6 - 6.1 5.9 - 6.6 6.4 - 6.9 6.8 - 7.5 6.8 - 7.6 7.8 - 8.7 7.3 - 8.3 8.5 - 9.8
3 6.2 - 6.9 6.7 - 7.8 7.0 - 7.7 7.6 - 8.3 7.7 - 8.7 8.8 - 9.9 8.4 - 9.6 9.9 - 11.4
2 7.0 - 8.6 7.9 - 9.2 7.8 - 8.8 8.4 - 9.6 8.8 - 10.3 10.0 - 11.9 9.7 - 11.0 11.5 - 13.4
1 8.7 9.3 8.9 9.7 10.4 12.0 11.1 13.5

B. TES GANTUNG SIKU TEKUK (detik) / GANTUNG ANGKAT


TUBUH (kali)
1. Tes Gantung Siku Tekuk dan Gantung Angkat Tubuh menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Gantung Angkat
Kelompok Gantung Siku Tekuk
Tubuh
Umur
Puteri Putera Putera
6 - 9 tahun sekuatnya sekuatnya --
10 - 12 tahun sekuatnya sekuatnya --
13 - 15 tahun sekuatnya -- 60 detik
16 - 19 tahun sekuatnya -- 60 detik

2. Penilaian Tes Gantung Siku Tekuk (putera dan puteri)


6 - 9 tahun 10-12 tahun
Nilai
Putera Puteri Putera Puteri
5 40 33 51 40
4 22 - 39 18 - 32 31 - 50 20 - 39
3 9 - 21 9 - 17 15 - 30 8 - 19
2 3 - 8 3 - 8 5 - 14 2 - 7
1 0-2 0-2 0 - 4 0 - 1

49
3. Penilaian Tes Gantung Siku Tekuk (puteri) dan Tes Gantung
Angkat Tubuh (putera)
13 - 15 tahun 16 - 19 tahun
Nilai
Putera Puteri Putera Puteri
5 16 41 19 41
4 11 -15 22 - 40 14 - 18 22 - 40
3 6 - 10 10 -21 9 - 13 10 - 21
2 2 -5 3 - 9 5 - 8 3 - 9
1 0 -1 0 -2 0 - 4 0 - 2

C. TES BARING DUDUK (kali)


1. Tes Baring Duduk menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin
Waktu Pelaksanaan
Kelompok Umur
Putera Puteri
6 - 9 tahun 30 detik 30 detik
10 - 12 tahun 30 detik 30 detik
13 - 15 tahun 60 detik 60 detik
16 - 19 tahun 60 detik 60 detik

2. Penilaian Tes Baring Duduk


6 - 9 tahun 10-12 tahun 13 - 15 tahun 16 - 19 tahun
Nilai Putera Puteri Putera Puteri Putera Puteri Putera Puteri
(kali) (kali) (kali) (kali) (kali) (kali) (kali) (kali)
5 17 15 23 20 38 28 41 29
4 13 - 16 11 - 14 18 - 22 14 - 19 28 -37 19 - 27 30 - 40 20 - 28
3 7 - 12 4 - 10 12 - 17 7 - 13 19 - 27 9 -18 21 - 29 10 - 19
2 2-6 2-3 4 - 11 2-6 8 - 18 3-8 10 - 20 3-9
1 0-1 0-1 0-3 0-1 0-7 0-2 0-9 0-2

D. TES LONCAT TEGAK


Penilaian Tes Loncat Tegak
6 - 9 tahun 10-12 tahun 13 - 15 tahun 16 - 19 tahun
Nilai Putera Puteri Putera Puteri Putera Puteri Putera Puteri
(kali) (kali) (kali) (kali) (kali) (kali) (kali) (kali)
5 38 38 46 42 66 50 73 50
4 30 -37 29 -37 38 - 45 34 - 41 53 - 65 39 - 49 60 - 72 39 - 49
3 22 - 29 22 - 28 31 - 37 28 - 33 42 - 52 30 - 38 50 - 59 31 - 38
2 13 - 21 13 - 21 24 - 30 21 - 27 31 - 41 21 - 29 39 - 49 23 - 30
1 12 12 23 20 30 20 38 22

50
E. LARI JARAK SEDANG
1. Tes Lari Jarak Sedang menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin
Jarak Lari
Kelompok Umur
Putera Puteri
6 - 9 tahun 600 meter 600 meter
10 - 12 tahun 600 meter 600 meter
13 - 15 tahun 1000 meter 800 meter
16 - 19 tahun 1200 meter 1000 meter

2. Penilaian Tes Lari Jarak Sedang Kelompok Umur 6-9 tahun dan
10-12 tahun
6 - 9 tahun 10-12 tahun
Nilai Putera Puteri Putera Puteri
(menit-detik) (menit-detik) (menit-detik) (menit-detik)
5 239 253 209 232
4 240- 300 254- 323 210- 230 233- 254
3 301- 345 324- 408 231- 245 255- 328
2 346- 448 409- 503 246- 344 329- 422
1 449 504 345 423

3. Penilaian Tes Lari Jarak Sedang Kelompok Umur 6-9 tahun dan
10-12 tahun
13 - 15 tahun 16 - 19 tahun
Nilai Putera Puteri Putera Puteri
(menit-detik) (menit-detik) (menit-detik) (menit-detik)
5 304 306 314 352
4 305- 353 307- 355 315- 325 353- 456
3 354- 446 356- 458 326- 512 457- 558
2 447- 604 459- 640 513- 633 559- 723
1 605 641 634 724

F. NORMA KLASIFIKASI TINGKAT KEBUGARAN TOTAL


Jumlah Nilai Klasifikasi
22 - 25 Baik Sekali (BS)
28 - 21 Baik (B)
14 - 17 Sedang (S)
10 - 13 Kurang (K)
5-9 Kurang Sekali (KS)

51
LAMPIRAN 2.
PENILAIAN SINGLE TEST

A. Penilaian Single Tes 1000 meter Kelompok Umur 10-12 tahun


menurut Waktu Tempuh
Usia 10 tahun Usia 11 tahun Usia 12 tahun
Klasifikasi Putera Puteri Putera Puteri Putera Puteri
(menit-detik) (menit-detik) (menit-detik) (menit-detik) (menit-detik) (menit-detik)
Baik Sekali 447 516 417 504 412 452
Baik 448 - 549 517 628 418 - 514 505 - 610 413 - 505 453 - 554
Cukup 550 - 652 629 737 515 - 612 611 - 719 506 - 557 555 - 655
Kurang 653 - 753 738 848 613 709 720 - 828 558 - 649 656 - 756
Kurang Sekali 754 849 710 829 650 757

B. Tes lari 1600 meter Putera untuk Usia 13-19 tahun


Usia Klasifikasi
(tahun) Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali
13 723 724 - 840 841 - 958 959 - 1115 1116
14 706 707 - 814 815 - 921 922 - 1028 1029
15 632 633 - 746 747 - 901 902 - 1016 1017
16 631 632 - 743 744 - 855 856 - 1006 1007
17 628 629 - 740 741 - 852 853 - 1004 1005
18 627 628 - 727 728 - 856 827 - 925 926
19 621 622 - 721 722 - 826 821 - 929 920

C. Tes lari 1600 meter Puteri untuk Usia 13-19 tahun


Usia Klasifikasi
(tahun) Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang
Sekali
13 929 930 - 1055 1056 - 1221 1222 - 1346 1347
14 926 927 - 1051 1052 - 1215 1216 - 1339 1340
15 903 904 - 1033 1034 - 1204 1205 - 1334 1335
16 755 756 - 948 949 - 1140 1141 - 1332 1333
17 754 755 - 943 944 - 1133 1134 - 1322 1323
18 752 753 - 927 928 - 1102 1103 - 1237 1328
19 751 752 - 925 926 - 1100 1101 - 1234 1235

52
LAMPIRAN 3.

KARTU AKTIVITAS FISIK MANDIRI


DI LUAR LINGKUNGAN SEKOLAH

Nama : ___________________ Berat badan : _____ kg


Jenis Kelamin : laki-laki/perempuan Tinggi badan : _____ cm
Usia : ____ tahun Sekolah : _________________
Kelas : ___________________ Bulan : _________________

HARI/ URAIAN AKTIVITAS FISIK PARAF dan PESAN


NO Saran Guru
TANGGAL (Nama aktivitas dan lamanya) ORANG TUA
1.

2.

3.

4.

5.

6.

dst.

53
LAMPIRAN 4.

54
55
LAMPIRAN 5

56
57
58
LAMPIRAN 6.
HASIL PENILAIAN TES KEBUGARAN JASMANI
Puskesmas . . . . . . . . . . . . . . . . .

Nama sekolah : ..............................................


Alamat : ..............................................
Kelas : ..............................................

Baterei Test Single Test


Loncat Tegak Lari Jarak
Nama Gantung Lari Kesimpulan Kesimpulan
No Lari Baring (cm) Menengah
Peserta Didik Jarak
Total (Klasifikasi)
Nilai (Klasifikasi)
Cepat Siku Angkat Duduk Tinggi Loncatan Selisih Nilai
Sedang 1000 m 1200 m
Tekuk Tubuh Rayan (a) Tertinggi (b) (b-a)
LAMPIRAN 7.

REKAP PENILAIAN TES KEBUGARAN JASMANI


Puskesmas ...............................

Nama sekolah : ...............................................


Alamat : ...............................................
Kelas : ...............................................

Baterei Test Single Test


Nama
No Baik Kurang Baik Kurang
Peserta Didik Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang
Sekali Sekali Sekali Sekali

Jumlah orang

59
TIM PENYUSUN

1. Dr. Eny Riangwati T, SpKO Subdit BK.Perkotaan dan Olahraga, Dit.Bina


Kesja & OR
2. Dr. Imran Agus Nurali, SpKO Subdit BK.Perkotaan dan Olahraga, Dit.
Bina Kesja & OR
3. Dr. Indrarti. S, SpKO Subbag Kerjasama, Sesditjen Dikmen /
PDSKO
4. Dr. Lia Meiliyana Dit. Bina Kesehatan Anak
5. Drs. D.Poerwanto, M.Pd SMA N 98 Jakarta / AGPORI
6. Drs.Jenal Aripin Kabid Olahraga Pendidikan, Kemenpora
7. Maya Tamara, LRAD ARAD Direktur Namarina Ballet Jazz Fitness
8. Yuanita Nasution, S.Psi, M.App.Sc Puslitjak Balitbang, Kemendikbud
9. Yudi Okriansyah, ST Kementerian Agama

KONTRIBUTOR
1. Dr. Asjikin Iman H. Dachlan, MHA Dit. Bina Kesehatan Kerja & Olahraga
2. Dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS Dit.Kesja & OR
3. Syahrul Effendi .P, SKM, MKKK Dit. Bina Kesehatan Kerja & Olahraga
4. Drg. Wahyu Nugroho, MPH Dit. Bina Kesehatan Kerja & Olahraga
5. Dr.Nita Mardiah, MKM Dit. Bina Kesehatan Kerja & Olahraga
6. Dr.Fitria Maulina Dit. Bina Kesehatan Kerja & Olahraga
7. Dr. Ari Setyaningrum Dit. Bina Kesehatan Kerja & Olahraga
8. Abdullah SMPN 5 Bogor
9. Acep MI Nurul Huda
10. Agung B SMP Islam Al Ikhlas
11. Agus Firmansyah Dit. Pembinaan SD, Kemendikbud
12. Childa Maisni, SKM, M.Kes Dit. Bina Kes. Anak
13. Dr. Edward E. Tambunan, SpKO BKOM Bandung
14. Dr. Sari Chandrawati PKM Tanah Sareal

60
15. Dr. Sofyan Hanif, M.Pd Komnas Pendidikan Jasmani & Olahraga
16. Dr. Sri Nilawati, SpKO PS-IKO, FK-UI
17. Drg. Ratna Kirana, MS Dit. Bina Kesehatan Anak
18. Drs. Abd. Muin, MPd Dit. Pendidikan Madrasah, Kemenag
19. Drs. Budi Santosa Puskurbuk, Kemendikbud
20. Drs. H.Aang Juanda PGRI
21. Endang Yuli H SDN 01 Pasar Minggu
22. Gusep Giri. N Dinkes Kota Tangerang
23. M. Miftahul. M Dinkes Kota Bekasi
24. Poedji Rahardjo, S.Pd MTs N 23 Jakarta
25. Rismanaadji, SKM Dinkes DKI Jakarta
26. Setiyono, SH, MM Dit.Pembinaan Sekolah Menengah,
Kemendikbud
27. Sudewo PKM Kec. Pasar Minggu
28. Sujadi SMPN 41 Jakarta
29. Teri Nurjanah PKM Jatimakmur

SEKRETARIAT
1. Albert, AMTE Subdit BK.Perkotaan dan Olahraga, Dit.
Kesja & OR Kesja & OR
2. Hasanah, AMd.KL Subdit BK.Perkotaan dan Olahraga, Dit.
Kesja & OR
3. Sudarmi, SAP Subdit BK.Perkotaan dan Olahraga,
Dit.

61

Anda mungkin juga menyukai