Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA

PAPRIKA (Capsicum annum) HIJAU


Effect of Temperature and Storage Duration Levels of Vitamin C
on Green Peppers (Capsicum annum)

Laily Kurniawati1, Ni Luh Nova Dilisca Dwi Putri1, Adreng Pamungkas2


1Program Studi Analis Kesehatan STIKes Wira Medika Bali1
2STIKes Wira Medika Bali2

ABSTRAK
Pendahuluan: Paprika dibedakan menjadi empat berdasarkan warnanya yaitu: merah, kuning, hijau, dan ungu. Paprika
hijau hanya memiliki rasa manis, tanpa rasa pedas dan pahit sehingga paprika hijau lebih disukai konsumen dibanding
paprika lain. Paprika termasuk istimewa dibanding cabai lain, karena mengandung vitamin C sangat tinggi yakni
160mg/100 gr paprika. Vitamin C sangat dibutuhkan oleh tubuh yakni sebagai antioksidan. Pada umumnya turunnya kadar
vitamin C lebih cepat pada suhu penyimpanan tinggi. Tujuan dari peneitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C pada paprika hijau. Metode: Penentuan kadar vitamin C
dapat dilakukan dengan titrasi iodometri yakni Iodium sebagai larutan baku sekunder dan Na 2S2O3 sebagai larutan baku
primer yang titik akhirnya ditandai dengan terjadi perubahan warna menjadi biru tua karena iodium dan amilum membentuk
ikatan yang kompleks. Hasil: Hasil rata-rata kadar vitamin C pada paprika hijau segar (kontrol) adalah ppm 13,59 ppm
sedangkan ketika diberi perlakuan disimpan pada suhu kulkas; ruang dan luar ruang berturut-turut selama enam jam
adalah 11,12 ppm; 11,28 ppm; 10,22 ppm, penyimpanan empat jam adalah 12,53 ppm; 11,93 ppm; 10,79 ppm dan
penyimpanan dua jam adalah 13,20 ppm; 12,52 ppm; 11,64 ppm. Diskusi: Hasil tersebut menunjukan bahwa adanya
pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C pada paprika hijau karena semakin tinggi suhu dan
semakin lama waktu penyimpanan maka kadar vitamin C akan semakin mengalami penurunan.
Kata Kunci: Paprika, Vitamin C, Titrasi iodometri.

ABSTRACT
Introduction: Peppers can be divided into four by colors whice are: red, yellow, green, and purple. Only green peppers
taste sweet, without the spicy and bitter taste, so that consumers preferred green peppers compared to other peppers.
Peppers is very special compared with other chili, because it contains very high vitamin C which is 160mg/100gr peppers.
Vitamin C is needed by the body as an antioxidant. In general, the decline in the levels of vitamin C faster at higher storage
temperatures. The purpose of this study was to determine whether or not the effect of temperature and storage duration
on the vitamin C content of green peppers. Method: Determination of the levels of vitamin C can be done with iodometric
titration, the iodine as a secondary standard solution and Na2S2O3 as a primary standard solution, the end point is marked
by the color changes to dark blue, because the iodine and amilum to form a complex bond. Result: The average result
levels of vitamin C in fresh green peppers (control) was 67.95 ppm, whereas when treated stored at refrigerator
temperature, space, outer space (100C, 200C, 300C), consecutively for six hours: 11,12 ppm; 11,28 ppm; 10,22 ppm, four
hours of storage was: 12,53 ppm, 11,93 ppm, 10,79 ppm, and two hours of storage was 13,20 ppm, 12,52 ppm, 11,64
ppm. Discuss: These results indicate that there is the effect of temperature and storage duration on the vitamin C content
in green pepper because the higher of temperature and the longer of storage duration, the levels of vitamin C will be
decreased.
Keywords: Paprika, Vitamin C, Titration iodometry.

Alamat Korespondensi : Jl. Nenas, Lingkungan Telagamas, Karangasem


Email : Lailykurniawati740@gmail.com

PENDAHULUAN kemungkinan akan tumbuh dan memberikan


hasil selama lebih dari beberapa tahun (Noor,
Tanaman Paprika berasal dari Amerika
2010).
Tengah dan Amerika Selatan dimana banyak
Paprika termasuk genus cabai, yang
spesies yang telah dibudidayakan beratus
merupakan tanaman holtikultura (sayuran) yang
tahun sebelum Colombus mendarat di benua
dimanfaatkan untuk keperluan pangan. Selain
tersebut. Penanaman paprika menyebar ke
itu, paprika juga digunakan di industri farmasi
Eropa dan Asia setelah tahun 1500. Walaupun
untuk membuat ramuan obat-obatan, kosmetik,
termasuk tanaman tahunan, paprika
pewarna bahan makanan, serta bahan
dibudidayakan sebagai tanaman setahun di
daerah beriklim subtropis, tetapi di daerah tropis
Laily Kurniawati, dkk: Pengaruh Suhu dan Lama

campuran berbagai industri pengolahan Paprika dibedakan menjadi empat


makanan dan minuman (Cahyono, 2012). berdasarkan warnanya yaitu: merah, kuning,
Sebagai bumbu, buah paprika segar dapat hijau dan ungu. Paprika hijau hanya memiliki
diproses menjadi saus dan pasta (giling). rasa manis, tanpa rasa pedas sama sekali, hal
Paprika juga banyak dikonsumsi sebagai ini yang menyebabkan paprika hijau lebih
sayuran. Masakan-masakan luar negeri (asing) disukai konsumen dibandingkan paprika lain
yang menggunakan paprika misalnya: cah yang memiliki rasa manis dan pedas (Cahyono,
paprika daging sapi, paprika campur sosis, 2012).
udang, dan jeroan. Paprika juga dapat dijadikan Berdasarkan kondisi dilapangan,
sebagai salad yang diisi nasi atau daging, masyarakat khususnya pemilik rumah makan
penyedap pizza, dan produk makanan kaleng. yang menyediakan masakan asing lebih sering
Berbagai kelompok industri pengolahan membeli sayuran dalam jumlah yang besar
makanan yang menggunakan paprika sebagai sebagai persediaan. Suhu dan lama
bahan baku utama atau bahan baku campuran penyimpanan yang diberikan juga berbeda
antara lain: industri mie, bihun, kecap, industri yakni dapat disimpan pada suhu dingin yang
emping, dan sebagainya. Pada industri biasanya diletakan pada vegetable box kulkas,
minuman, ekstrak bubuk paprika digunakan ada juga yang menyimpan pada suhu ruang
sebagai bahan baku dalam pembuatan ginger yakni dimeja masak tempat sayuran yang siap
beer. Kelompok industri pengolahan makanan digunakan atau dimasak, selain itu ditempat
ternak memerlukan paprika sebagai bahan makan kaki lima biasanya sayuran disimpan
baku campuran adalah industri pakan unggas pada etalase ruang terbuka.
(Cahyono, 2012). Pada umumnya turunnya kadar vitamin C
Paprika termasuk istimewa dibandingkan lebih cepat pada suhu penyimpanan tinggi
dengan cabai lain, karena mengandung vitamin namun dengan memberikan suhu rendah maka
C sangat tinggi. Kandungan vitamin C tersebut dapat memperlambat reaksi-reaksi
jauh lebih tinggi dari pada jeruk yang selama ini metabolisme yang dapat dilihat dari laju
dikenal sebagai sumber vitamin C. Setiap 100 g respiranya. Laju respirasi merupakan petunjuk
paprika mengandung 160 mg vitamin C. yang baik untuk daya simpan buah dan sayuran
Sedangkan kandungan vitamin C pada jeruk sesudah panen. Intensitas respirasi dianggap
hanya 3050 mg per 100 g jeruk (Guntarti, sebagai ukuran laju jalannya metabolisme
2013). sehingga laju respirasi yang tinggi biasanya
Paprika juga mengandung senyawa yang disertai oleh umur simpan yang pendek. Faktor
bermanfaat sebagai energi, antara lain: protein, yang sangat penting yang mempengaruhi
karbohidrat, lemak jenuh, dan lemak tidak respirasi dilihat dari segi penyimpanan dan suhu
jenuh. Paprika mengandung senyawa yang (Safaryani, dkk, 2007).
membuat rasa pedas yaitu capsaisin. Pada umumnya turunnya kadar vitamin C
Kandungan mineral pada paprika sangat lebih cepat pada suhu penyimpanan tinggi
lengkap, yaitu: kalsium, besi, kalium, namun dengan memberikan suhu rendah maka
magnesium, fosfor, natrium, seng, tembaga, dapat memperlambat reaksi-reaksi
mangan, selenium serta asam folat. Paprika metabolisme yang dapat dilihat dari laju
juga mengandung vitamin B kompleks. respiranya. Laju respirasi merupakan petunjuk
Kandungan vitamin B6 pada paprika termasuk yang baik untuk daya simpan buah dan sayuran
kategori excellent, karena paprika mengandung sesudah panen. Intensitas respirasi dianggap
vitamin B6 dengan tingkat densitas tinggi sebagai ukuran laju jalannya metabolisme
(Guntarti, 2013). sehingga laju respirasi yang tinggi biasanya
Fungsi vitamin C dalam bahan pangan disertai oleh umur simpan yang pendek. Faktor
adalah sebagai penangkap oksigen sehingga yang sangat penting yang mempengaruhi
mencegah proses oksidasi, mendegenerasi respirasi dilihat dari segi penyimpanan dan suhu
fenolik atau antioksidan larut lemak, untuk (Safaryani, 2007).
mengurangi produk oksidasi yang tidak Banyaknya manfaat dari paprika dan
diinginkan, dalam edible coating, asam askorbat sangat pentingnya vitamin C sebagai
dan dehidroaskorbat berperan dalam antioksidan untuk tubuh kita maka peneliti
menangkap O2 sehingga laju respirasi produk tertarik menguji pengaruh suhu dan lama
yang dicoating berkurang (Djaeni, 2010). penyimpanan terhadap kadar vitamin C pada

39
Chemistry Laboratory Juli Vol. 2 No. 1 2015

paprika (Capsicum annum) hijau dengan secara acak, yang selanjutnya di letakkan pada
metode titrasi iodometri. suhu berbeda dan waktu simpan yang berbeda.
Metode pengukuran konsentrasi larutan Adapun alat yang digunakan dalam
menggunakan metode titrasi iodometri yaitu penelitian ini adalah: timbangan digital, labu
suatu penambahan indikator warna pada ukur, pipet tetes, gelas ukur, pipet volume,
larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan spatula, buret, statip, klem, erlenmeyer, balf
larutan yang merupakan kebalikan sifat larutan filler, corong, pisau, blander, sentrifuge, tabung
yang diuji. Pengukuran kadar vitamin C dengan sentrifuge, alumunium foil.
reaksi redoks yaitu menggunakan larutan iodine Bahan dalam penelitian ini meliputi:
(I2) sebagai titran dan larutan kanji (amilum) sampel penelitian, yaitu paprika (Capsicum
sebagai indikator. Pada proses titrasi, setelah annum) hijau yang telah diletakan pada suhu
semua vitamin C bereaksi dengan iodin, maka dingin (vegetable box) yaitu 100 C, pada suhu
kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji kamar yaitu 200 C, dan suhu luar ruang yaitu 300
(amilum) yang menjadikan larutan berwarna C. Adapun bahan kimia yang digunakan dalam
biru gelap. Titrasi ini biasa dilakukan dalam penelitian ini adalah iodium (I2), KI, amilum,
suasana netral, sedikit asam atau sedikit basa, Na2S2O3, kloroform, aquadest.
vitamin C adalah reduktor kuat, dari reaksi akan Adapun prosedur dalam penelitian dimulai
terbentuk asam dehirokaskorbat, vitamin C dari pembuatan larutan yang akan digunakan
dengan iod akan membentuk ikatan dengan dalam analisa kadar vitamin C yang pertama
atom C nomor 2 dan 3 sehingga ikatan adalah pembuatan larutan indikator amilum 1%
rangkapnya hilang (Erawati, 2012). yakni dengan cara dibuat adonan 1 gram
Berdasarkan latar belakang diatas yang amilum dengan sedikit air, kemudian dalarutkan
menjadi masalah dalam penelitian adalah dalam 100 mL air mendidih dalam erlenmeyer,
apakah adanya pengaruh suhu dan lamanya didihkan selama 1 menit. Setelah itu didinginkan
penyimpanan terhadap kadar vitamin C pada dan ditambahkan 23 gram KI, dicampur
paprika (Capsicum annum) hijau dengan sampai homogen. Larutan yang kedua adalah
metode titrasi iodometri. pembuatan larutan baku sekunder iodium (I2)
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 0,01 N yakni ditimbang 3 gram KI dan 3,175
untuk mengetahui apakah adanya pengaruh gram I2, dimasukan kedalam labu ukur 500 mL,
suhu dan lamanya penyimpanan terhadap ditambahkan aquadest sampai tepat garis
kadar vitamin C pada paprika (Capsicum tanda. Setelah itu iodium (I2) yang sudah jadi
annum) hijau dengan metode titrasi iodometri. diencerkan 10 kali dengan cara, dipipet iodium
(I2) 10,0 mL kedalam labu ukur 500 mL,
BAHAN DAN METODE kemudian ditambah aquadest sampai tanda
batas dan yang terakhir dihitung normalitas
Jenis penelitian dalam penelitian ini larutan ini sampai empat angka dibelakang
adalah survey analitik dengan pendekatan
koma. Pembuatan larutan yang ketiga
cross sectional yang penelitian ini dilakukan pembuatan larutan baku primer Na2S2O3
dengan mengambil waktu tertentu yang relatif ditimbang 3,1 gram Na2S2O3 dengan timbangan
pendek dan pada tempat tertentu. digital, lalu dimasukan kedalam labu ukur 500
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia mL. Kemudian ditambahkan aquadest dingin
STIKes Wira Medika Bali. Waktu penelitian yang sudah dididihkan sampai volumenya tepat
berlangsung pada bulan Mei 2014.
pada garis tanda, dan yang terakhir dikocok
Adapun pengertian populasi adalah
sampai homogen dan ditambahkan 3 tetes
wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek kloroform, disimpan ditempat yang gelap.
yang mempunya kualitas dan karakteristik Prosedur yang selanjutnya dilakukan
tertentu (Sugiyono, 2003). Pada penelitian ini adalah penentuan normalitas larutan Na2S2O3
populasi yang diteliti adalah seluruh paprika dimana dalam percobaan ini dilakukan tiga kali
(Capsicum annum) hijau yang dijual di pasaran.
pengulangan (triplo) perlu dilakukan yang
Sedangkan pengertian sampel adalah pertama diisi buret dengan larutan iodium (I2),
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
ditepatkan dan tutup atas buret dengan
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003). alummunium foil agar iodium tidak menguap
Sampel yang digunakan adalah paprika karena sifat iodium adalah sangat sensitif
(Capsicum annum) hijau yang sudah masak terhadap cahaya dan sangat mudah menguap,
yang diambil dengan teknik random yakni selanjutnya dipipet 10,0 mL Na2S2O3 dengan

40
Laily Kurniawati, dkk: Pengaruh Suhu dan Lama

pipet volume lalu dimasukan kedalam iodium (I2), maka kelebihan iodium (I2) akan
erlenmeyer tutup asah, selanjutnya dideteksi oleh larutan amilum karena larutan
ditambahkan dengan amilum sebanyak 5 tetes amilum akan membentuk kompleks dengan
sampai larutan berubah warna menjadi putih, iodium (I2) sehingga terbentuk titik akhir titrasi
kemudian dititrasi dengan iodium (I2) sampai yakni larutan berubah menjadi berwarna biru
larutan berubah warna menjadi biru tua, di catat gelap. Selanjutnya dicatat volume penurunan
volume iodium (I2) yang habis, dan yang terakhir larutan iodium serta dihitung kadar vitamin C.
dihitung normalitas rata-rata larutan iodium (I2) Setelah langkah atau prosedur diatas
sampai empat angka dibelakang koma. dilakukan, maka langkah selanjutnya dilakukan
Prosedur selanjutnya adalah analisis adalah data yang diperoleh dari penelitian
vitamin C dimana pada analisis kadar vitamin C dianalisa dengan program SPSS for windows
pada sampel, tahap pertama yang dilakukan versi 16.0 yang selanjutnya dilakukan uji
dalam penelitian ini adalah preparasi sampel normalitas dengan uji shapiro wilk untuk
yakni dilakukan pengambilan sampel. Teknik mengetahui apakah data berdistribusi normal
pengambilan sampel dilakukan secara random atau tidak. Data berdistribusi normal apabila
yakni secara acak yang selanjutnya sampel hasil pada output p lebih dari 0,05 (p>0,05)
dicuci sampai bersih agar tidak ada kotoran tetapi jika hasil pada output p<0,05 maka data
yang menempel pada sampel. Setelah sampel tidak berdistribusi normal. Kemudian data diuji
bersih, selanjutnya sampel diberikan perlakuan dengan uji regresi. Apabila diperoleh hasil pada
yakni di simpan selama enam jam pada suhu output p<0,05 berarti Ho ditolak dan Ha
kulkas (100C), pada suhu ruang (200C), pada diterima. Sedangkan apabila diperoleh hasil
suhu luar ruang (300C), waktu penyimpanan pada output p>0,05 berarti Ha ditolak dan Ho
empat jam pada suhu kulkas (100C), pada suhu diterima. Data yang telah dianalisa selanjutnya
ruang (200C), pada suhu luar ruang (300C), disajikan dalam bentuk grafik. Adapun hipotesis
waktu penyimpanan dua jam pada suhu kulkas dari penelitian ini adalah sebagai berikut, ada
(100C), pada suhu ruang (200C), pada suhu luar pengaruh suhu (100C, 200C, 300C) secara
ruang (300C). Langkah selanjutnya adalah parsial terhadap kadar vitamin C pada paprika
sampel dihaluskan dengan menggunakan hijau, serta ada pengaruh lama penyimpanan (2
blander, dimana sampel dihaluskan bertujuan kadar vitamin C pada paprika hijau.
untuk memudahkan sampel dilarutkan.
Selanjutnya sampel ditimbang sebanyak 100 HASIL
gram. Setelah itu sampel disaring agar terpisah
Penelitian pengaruh suhu dan lama
dengan ampas paprika, dan selanjutnya
penyimpanan terhadap kadar vitamin C pada
dilarutkan dengan 20 mL aquadest dalam
paprika hijau dilakukan di Laboratorium Kimia
beaker glass. Setelah larut, larutan dipindahkan
STIKes Wira Medika Bali dengan menggunakan
kedalam labu ukur 100 mL dan diencerkan
titrasi iodometri. Pada penelitian ini sebelum
dengan aquadest sampai tanda batas. Setelah
analisis kadar vitamin C, dilakukan terlebih
itu larutan disentrifuge atau dipusingkan dengan
dahulu standarisasi larutan iodium (I2) dengan
kecepatan 3000 rpm (rotary per minute) selama
baku primer Na2S2O3, dan dilakukan sebanyak
10 menit agar filtrat lebih jernih. Setelah
tiga kali pengulangan. Hasil standarisasi larutan
disentrifuge dipipet sampel dengan pipet
iodium (I2) dengan baku primer Na2S2O3 dapat
volume sebanyak 25 mL dan diletakkan pada
dilihat pada tabel 1. Hasil pemeriksaan kadar
labu ukur 50 mL, selanjutnya diencerkan dengn
vitamin C pada paprika hijau dapat dilihat pada
menambahkan aquadest sampai tanda batas.
tabel 2. Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar
Setelah dilakukannya preparasi sampel maka
vitamin C pada kontrol atau paprika yang tidak
langkah selanjutnya adalah penentuan kadar
diberikan perlakuan yakni diberikan suhu dan
dari sampel yakni dipipet sebanyak 10,0 mL
lama penyimpanan yang berbeda didapatkan
filtrat yang telah disentrifuge dan dimasukan
hasil titrasi yakni pada titrasi I = 13,67 ppm;
kedalam erlenmeyer 250 mL. Selanjutnya
titrasi II = 13,61 ppm; titrasi III = 13,49 ppm dan
ditambahkan 2mL indikator amilum dan dititrasi
rata-rata dari kadar vitamin C pada kontrol
dengan larutan iodium yang sudah
tersebut adalah 13,59 ppm.
distandarisasi. Pada proses titrasi sampel,
setelah semua vitamin C bereaksi dengan

41
Chemistry Laboratory Juli Vol. 2 No. 1 2015

Tabel 1. Hasil Standarisasi Larutan Iodium (I2) dengan Baku Primer Na2S2O3
Titrasi Volume Na2S2O3 Volume Iodium (I2) Hasil Pembakuan Rata-rata
(mL) (mL) (grek/L) (grek/L)
I 10,0 7,20 0,0347 0,0336
II 10,0 7,60 0,0328
III 10,0 7,50 0,0333

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kadar Vitamin C pada Paprika


Suhu Penyimpanan
Kadar Vitamin C Kadar Vitamin C Kadar Vitamin C
Titrasi ke Waktu
(ppm) (ppm) (ppm)
Kulkas (100C) Ruang (200C) Luar Ruang (300C)
I 13,14 12,43 11,54
II 2 Jam 13,26 12,60 11,66
III 13,20 12,54 11,72
Rata-rata/ 13,20 12,52 11,64
Persentase penurunan 3% 8% 14%
I 12,60 11,89 10,71
II 4 Jam 12,49 11,89 10,77
III 12,49 12,01 10,88
Rata-rata/ 12,53 11,93 10,79
Persentase penurunan 8% 13% 21%
I 11,72 10,77 9,35
II 6 Jam 10,77 11,60 10,59
III 10,88 11,54 10,71
Rata-rata/ 11,12 11,28 10,22
Persentase penurunan 15% 22% 31%

Tabel 3. Hasil Uji Shapiro-Wilk Tests of Normality


Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kadar Vitamin C .142 9 .200* .981 9 .970

Tabel 4. Hasil Uji SPSS ANOVA


Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
6.685 2 3.342 39.019 .000a
Regression Residual
.514 6 .086
Total
7.199 8

Tabel 5. Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 14.672 .352 41.712 .000
Suhu Penyimpanan Paprika -.700 .119 -.639 -5.859 .001
Lama Penyimpanan Paprika -.790 .119 -.721 -6.612 .001

42
Laily Kurniawati, dkk: Pengaruh Suhu dan Lama

larutan iodium (I2) sebagai baku sekunder,


larutan Na2S2O3 sebagai baku primer dan
larutan amilum sebagai indikator karena larutan
amilum akan membentuk kompleks dengan
iodium (I2) yang berwarna biru sangat jelas
dimana warna biru tersebut menunjukan titik
akhir titrasi, hal ini dapat dilihat dari reaksi:

2Na2S2O3 + I2 2 NaI + Na2S4O6


I2 + Amilum Amilum I 2 (Biru)

Pada analisis kadar vitamin C pada


sampel, tahap pertama yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah preparasi sampel yakni
dilakukan pengambilan sampel. Teknik
pengambilan sampel dilakukan secara random
Gambar 1. Grafik linier regresi yakni secara acak yang selanjutnya sampel
dicuci sampai bersih agar tidak ada kotoran
yang menempel pada sampel. Setelah sampel
PEMBAHASAN bersih, selanjutnya sampel diberikan perlakuan
yakni di simpan selama enam jam pada suhu
Analisis kadar vitamin C pada paprika kulkas (100C), pada suhu ruang (200C), pada
hijau yang telah dilakukan di Laboratorium suhu luar ruang (300C), waktu penyimpanan
Kimia STIKes Wira Medika Bali dengan empat jam pada suhu kulkas (100C), pada suhu
menggunakan metode titrasi iodometri yakni ruang (200C), pada suhu luar ruang (300C),
titrasi iodometri langsung (iodimetri). Metode waktu penyimpanan dua jam pada suhu kulkas
pengukuran konsentrasi larutan menggunakan (100C), pada suhu ruang (200C), pada suhu luar
metode titrasi iodometri yaitu suatu ruang (300C). Langkah selanjutnya adalah
penambahan indikator amilum pada larutan sampel dihaluskan dengan menggunakan
yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan blander, dimana sampel dihaluskan bertujuan
yang merupakan kebalikan sifat larutan yang untuk memudahkan sampel dilarutkan.
diuji yakni iodium (I2). Analisis kadar vitamin C Selanjutnya sampel ditimbang sebanyak 100
dengan reaksi redoks yaitu menggunakan gram. Setelah itu sampel disaring agar terpisah
larutan iodium (I2) sebagai titran dan larutan dengan ampas paprika, dan selanjutnya
amilum sebagai indikator. Pada proses titrasi, dilarutkan dengan 20 mL aquadest dalam
setelah semua vitamin C bereaksi dengan beaker glass. Setelah larut, larutan dipindahkan
iodium (I2), maka kelebihan iodium (I2) akan kedalam labu ukur 100 mL dan diencerkan
dideteksi oleh amilum akan terbentuk titik akhir dengan aquadest sampai tanda batas. Setelah
titrasi yakni larutan berubah menjadi berwarna itu larutan disentrifuge atau dipusingkan dengan
biru gelap. Titrasi iodometri juga merupakan kecepatan 3000 rpm (rotary per minute) selama
metode analisis kadar vitamin C yang sangat 10 menit agar filtrat lebih jernih. Setelah
sederhana dibandingkan dengan menggunakan disentrifuge dipipet sampel dengan pipet
instrumentasi dilihat dari prosedur kerja juga volume sebanyak 25 mL dan diletakkan pada
lebih sederhana dan memakan waktu yang labu ukur 50 mL, selanjutnya diencerkan dengn
cukup singkat. menambahkan aquadest sampai tanda batas.
Sebelum dilakukan pemeriksaan kadar Setelah dilakukannya preparasi sampel maka
vitamin C pada sampel yang akan diteliti, langkah selanjutnya adalah penentuan kadar
terlebih dahulu dilakukan standarisasi larutan dari sampel yakni dipipet sebanyak 10,0 mL
iodium (I2). Larutan iodium (I2) bukan filtrat yang telah disentrifuge dan dimasukan
merupakan larutan standar primer pada metode kedalam Erlenmeyer 250 mL. Selanjutnya
titrasi ini sehingga perlu dilakukan standarisasi ditambahkan 2mL indikator amilum dan dititrasi
terlebih dahulu dengan larutan Na2S2O3 untuk dengan larutan iodium yang sudah
mengetahui konsentrasi sebenarnya dari distandarisasi. Pada proses titrasi sampel,
larutan iodium (I2). Standarisasi dilakukan setelah semua vitamin C bereaksi dengan
dengan reaksi redoks yaitu menggunakan iodium (I2), maka kelebihan iodium (I2) akan

43
Chemistry Laboratory Juli Vol. 2 No. 1 2015

dideteksi oleh larutan amilum karena larutan SIMPULAN DAN SARAN


amilum akan membentuk kompleks dengan
Simpulan
iodium (I2) sehingga terbentuk titik akhir titrasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
yakni larutan berubah menjadi berwarna biru
dilakukan yaitu mengenai pengaruh suhu dan
gelap. Selanjutnya dicatat volume penurunan
lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C
larutan iodium serta dihitung kadar vitamin C.
pada paprika hijau (Capsiccum annum) dengan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
metode titrasi iodometri diperoleh kesimpulan
terhadap sampel paprika hijau maka diperoleh
yakni suhu yang meningkat atau suhu yang
hasil yaitu semakin lama waktu simpan dan
tinggi serta dengan lama penyimpanan yang
semakin tinggi suhu simpan menunjukan bahwa
semakin lama maka dapat mempengaruhi
kadar vitamin C pada paprika hijau akan
kadar vitamin C dimana kadar vitamin C akan
semakin mengalami penurunan pula. Rata-rata
semakin mengalami penurunan. Nilai p yang
kadar vitamin C pada paprika hijau segar
diperoleh pada pengujian data yaitu 0,005 yang
(kontrol) adalah 13,59 ppm sedangkan ketika
menunjukkan bahwa hasil pada output p<0,05
disimpan selama enam jam pada suhu kulkas
berarti Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya
(100C) adalah 11,12 ppm, pada suhu ruang
ada pengaruh suhu dan lama penyimpanan
(200C) adalah 11,28 ppm, pada suhu luar ruang
terhadap kadar vitamin C pada paprika
(300C) adalah 10,22 ppm, saat waktu
(Capsicum annum) hijau.
penyimpanan empat jam pada suhu kulkas
(100C) adalah 12,53 ppm, pada suhu ruang
Saran
(200C) adalah 11,93 ppm, pada suhu luar ruang
Setelah melakukan penelitian tentang
(300C) adalah 10,79 ppm, dan waktu
pengaruh suhu dan lama penyimpanan
penyimpanan dua jam pada suhu kulkas (100C)
terhadap kadar vitamin C pada paprika hijau
adalah 13,20 ppm, pada suhu ruang (200C)
(Capsiccum annum) dengan metode titrasi
adalah 12,52 ppm, pada suhu luar ruang (300C)
iodometri maka pada kesempatan ini penulis
adalah 11,64 ppm.
ingin memberikan saran: yang pertama yakni
Berdasarkan rata-rata dari kontrol (paprika
bagi masyarakat yang gemar mengkonsumsi
hijau yang tidak diberikan perlakuan) yakni
paprika hijau disarankan dalam melakukan
13,59 ppm, maka persentase penurunan dari
penyimpanan pada paprika hijau akan lebih baik
kadar vitamin C pada paprika hijau yang
jika waktu penyimpanan yang dilakukan jangan
disimpan selama enam jam pada suhu kulkas
terlalu lama, dan penyimpanan dilakukan pada
(100C) adalah 15%, pada suhu ruang (200C)
suhu yang rendah yakni pada kulkas, coolbox,
adalah 22%, pada suhu luar ruang (300C)
dll., karena dengan suhu rendah akan
adalah 31%, saat waktu penyimpanan empat
memperlambat reaksi-reaksi oksidasi dari
jam pada suhu kulkas (100C) adalah 8%, pada
vitamin C yang terdapat pada paprika hijau.
suhu ruang (200C) adalah 13%, pada suhu luar
Kedua disarankan kepada masyarakat yang
ruang (300C) adalah 21% dan waktu
sering menambahkan paprika kedalam
penyimpanan dua jam pada suhu kulkas (100C)
masakan disarankan untuk tidak memberikan
adalah 3%, pada suhu ruang (200C) adalah 8%,
suhu lebih dari 1000C dan saat pengolahan
pada suhu luar ruang (300C) adalah 14%.
waktu yg digunakan tidak terlalu lama karena
Berdasarkan rata-rata dari hasil analisa
dapat menyebabkan kadar vitamin C yang
dan persentase penurunan kadar vitamin C
terdapat pada paprika hijau semakin mengalami
pada paprika hijau dengan perlakuan yang
penurunan. Ketiga bagi peneliti lain dapat
diberikan menunjukan bahwa adanya pengaruh
melakukan penelitian mengenai kadar vitamin C
suhu dan lama penyimpanan terhadap kadar
selain paprika hijau dan dapat meneliti kadar
vitamin C pada paprika hijau yakni semakin
vitamin C dengan metode lain yang lebih efektif
tinggi suhu dan semakin lama waktu
serta faktor-faktor lain yang dapat mempercepat
penyimpanan yang di berikan maka kadar
terjadinya oksidasi vitamin C pada paprika hijau.
vitamin C pada paprika hijau akan semakin
mengalami penurunan pula, hal ini sesuai
KEPUSTAKAAN
dengan literatur yang mengatakan bahwa suhu
dan lama penyimpanan merupakan salah satu Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
faktor yang mempengaruhi penurunan kadar Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
vitamin C (Safaryani, 2007).

44
Laily Kurniawati, dkk: Pengaruh Suhu dan Lama

Cahyono, B., 2012. Budidaya Intensif Cabai


Paprika (Secara Organik dan Anorganik).
Jakarta: Pustaka Mina.

Djaeni, A., 2010. Ilmu Gizi I. Jakarta: PT. Dian


Rakyat.

Erawati, E., 2012. Pengaruh Suhu dan Lama


Pemanasan Terhadap Paprika Merah.
Karya Tulis Ilmiah tidak dipublikasikan.
STIKes Wira Medika PPNI Bali.

Gunawan, V., 2009. Formulasi dan Aplikasi


Edible Coating Berbasis Pati Sagu
Dengan Penambahan Vitamin C pada
Paprika. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Guntarti A, dkk., 2013. Aktifitas Antioksidan


Ekstrak Metanol Paprika Hijau.
Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor.

Kusnandar, F., 2010. Kimia Pangan Komponen


Makro. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Noor, Z., 2006. Produktivitas dan Mutu Paprika


Dalam Sistem Hidroponik Didataran
Rendah Pulau Batam pada Berbagai
Tingkat Naungan dan Pemupukan. Bogor:
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.

Parwata Adi, dkk., 2011. Dasar-Dasar Kimia


Analitik. Denpasar: Laboratorium Kimia
Program Studi D3 Analis Kesehatan Wira
Medika PPNI Bali.

Safaryani, dkk., 2007. Pengaruh Suhu dan


Lama Penyimpanan terhadap Kadar
Vitamin C Brokoli (Brassica oleraceal).
FMIPA UNDIP

Setiyo, D & Retno A., 2010. Kimia Analisa


Kuantitatif Dasar Penguasaan Aspek
Eksperimental. Yogyakarta: PT. Graha
Ilmu.

Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Bisnis.


Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas.

45

Anda mungkin juga menyukai