PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuannya adalah untuk memberi pemahaman dan lebih mendalam, dalam
pembuatan salep, khususnya proses pembuatan dan sedian dan dasar salep yang
digunakan. Selain itu juga agar lebih mengenal bahan-bahan yang digunakan untuk
membuat sedian salep.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sebagai obat oles, salep memiliki daya absorpsi. Adapun cara absorpsi salep
adalah dengan absorpsi perkatan, yakni absorpsi bahan dari luar kulit ke posisi di bwah
kulit ke posisi di bawah kulit tercakup masuk ke dalam aliran darah. Pada umumnya,
absorpsi perkuatan dari bahan obat yang ada pada preparat dermatologi (misalnya cairan,
gel, salep, krim, atau pasta) tidak hanya bergantung pada sifat kimia dan fisika bahan
obat. Lebih dari itu, absorpsi perkuatan juga tergantung pada sifat bahan apabila
dimasukkan ke dalam pembawa farmasetika, serta kondisi kulit. Apabila kulit utuh, maka
cara utama untuk penetrasi obat umumnya melalui lapisan epidermis. Hal ini lebih baik
daripada melalui folikel rambut atau kelenjar, yang luas permukaannya lebih kecil
dibanding dengan daerah kulit yang tidak mengandung elemen anatomi ini.
Umumnya, absorpsi perkuatan suatu obat disebabkan oleh penetrasi langsung
obat melalui stratum corneum. Sebagai jaringan keratin, stratum corneum akan berperan
sebagai membran buatan yang semipermeabel, dan molekul obat melakukakan penetrasi
dengan cara difusi pasif. Jadi, jumlah obat yang pindah menyebrangi lapisan kulit
tergantung pada konsentrasi obat, kelarutan obat dalam air, dan koefisien partisi minyak
atau airnya. Bahan-bahan yang mempunyai sifat larut dalam keduanya, seperti minyak
dan air, merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui stratum corneum, seperti halnya
melalui epidermisdan lapisan-lapisan kulit.
Meskipun kulit telah dibagi secara histologi ke dalam stratum corneum, namun
epidermis (yang hidup) dan dermis secara bersama-sama dapat dianggapsebagai lapisan
penghalang. Penetrasi lapisan ini dapat terjadi dengan cara difusi melalui penetrasi
transeluler (menyebrangi sel), penetrasi intraseluler (antarsel), dan penetrasi
transeppendageal (melalui folikel rambut, keringet, kelenjar lemak, dan pelengkapan pilo
sebaceous).
Secara umum, faktor utama yang mempengaruhi absorpsi pada kulit , antara lain:
a. Penetrasi dan cara pemakaiannya
b. Temperatur kulit
c. Sifat-sifat obatnya
d. Pengaruh sifat dasar salep
e. Lama pemakaian
f. Kondisi atau keadaan kulit
Sementara, dari segi fisiologi, faktor yang mempengaruhi kecepatan atau
besarnya absorpsi perkuatan adalah keadaan kulit, luas daerah pemakaian, dan banyaknya
pemakaian. Pada kulit yang sakit atau lecet, sering terjadi kenaikan kecepatan dan
besarnya absorpsi kecil. Bila sawar kulit rusak, maka pengaruh dasar salep pada absorpsi
kecil. Pada daerah kulit yang tebal, seperti telapak kaki dan telapak tangan, penetrasi
3
berjalan lambat. Sedangkan pada daerah yang lapisan kreatinnya tipis, misalnya muka
dan pelupuk mata, penetrasi berjalan cepat.
4
3) Salep diadermic (salep resep). Salep ini bahan obatnya menembus ke dalam
melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan kerena diabsorpsi seluruhnya.
Contoh salep jenis ini adalah salep yang mengandung senyawa merkuri, iodida,
atau belladonnae. Dasar salep diadermic yang baik adalah adeps lanae dan oleum
cacao.
c. Menurut Dasar Salepnya
Menurut dasar salepnya, salep dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1) Salep hydrophobic, yaitu salep dengan bahan dasar berlemak, misalnya campuran
dari lemak-lemak, minyak-lemak, atau malam yang tak tercuci dengan air.
2) Salep hydrophilic, yaitu salep yang kuat menarik air. Biasanya, dasar salep bertipe
o/w (oil in water) atau seperti dasar hydrophobic, tetapi konsistensinya lebih
lembek. Terkadang pula, dasar salep bertipe w/o (water in oil), misalnya campuran
sterol dan petrolatum.
5
Keempat, dasar salep yang larut dalam air. Kelompok ini disebut juga dasar salep
tak berlemak. Dasar salep ini terdiri dari konstituen yang larut dalam air. Banyak
keuntungan yang diperoleh dari dasar salep jenis ini, di antaranya dapat dicuci dengan air
dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air, seperti parafin, lanolin anhidrat, atau
malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.
Itulah empat kelompok dasar salep. Setiap salep obat menggunakan salah satu
dari keempat kelompok dasar salep tersebut. Adapun pemilihin dasar salep tergantung
pada beberapa faktor, yaitu khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan,
ketersediaan hayati, stabilitas, dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal, apoteker
perlu menggunakan dasar salep yang kurag ideal untuk mendapatkan stabilitas yang
diinginkan. Misalnya, obat-obat yang cepat terhidrolisis lebih stabil dalam dasar salep
hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja
lebih efektif dalam dasar salep yang mengandung air. Tabel berikut ini menyajikan
beberapa contoh basis salep.
Untuk bisa mengetahui kualitas basis salep yang baik, maka apoteker harus
memperhatikan beberapa kriteria berikut:
a. Stabil. Artinya, selama dipakai, salep harus bebas dari inkompatibilitas serta tidak
terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar.
b. Lunak. Artinya, semua zat yang ada di dalam salep harus dalam keadaan halus serta
seluruh produk harus lunak dan homogen.
6
c. Mudah dipakai.
d. Dasar salep yang cocok.
e. Dapat terdistribusi secara merata.
Tak larut
Air Terjadi
Bany
Tidak terjadi
Dikit
Jumlah
Caira Alkohol
Zat n
berkhasiat Tahan Diketahui
Tinctur
a perbandinga
Jumlah nnya
banyak
Tidak tahan
panas
Kental Tidak
lainnya diketahui
perbandinga
7
nnya
Ekstra Spissum
Siccum
Liquidum
Gambar skema cara pembuatan salep berdasarkan zat berkhasiat utamanya
Berdasarkan skema di atas, dapat diketahui bahwa setidaknya ada lima jenis zat
berkhasiat dalam pembuatan salep. Berikut adalah contoh cara pembuatan masing-masing
jenis zat berkhasiat tersebut.
a. Zat Berkhasiat bentuk padat yang larut dalam Dasar Salep
1) Champora
Pembuatan salep dengan zat berkhasiat champora (kamper) dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Zat dilarutkan ke dalam dasar salep yang sudah dicairkan di dalam pot salep
tertutup (bila tidak melampaui daya larutnya).
b) Bila di dalam resep terdapat campuran minyak lemak, maka kamper dilarutkan ke
dalam minyak-lemak tersebut.
c) Bila kamper bersama sama menthol, salol, atau zat lainnya yang dapat
mencairjika dicampur (karena penurunan titik eutentik), maka kamper dicampur
dengan sesamanya supaya mencair, baru kemudian ditambahkan dasar salep.
d) Jika a, b, dan c, tidak ada, maka kamper diberi etanol 95% atau eter, kemudian
digerus dengan dasar salep.
Agar lebih paham, berikut ini diberikan beberapa contoh resep salep dengan zat
berkhasiat padat champora.
8
s.ungt.camphoratum
R/ Mentholi
Camphora aa 0,3
Lanolin 5
Ungt. Acid Salycylas 15
m.d.s.u. e
R/ Camphora 1
Ol. Cocos 1
Adeps lanae 18
m.f. ungt.
2) Pellidol
Karena pellidol larut 3% dalam vaselin dan 7% dalam minyak-lemak, maka
pellidol dilarutkan bersama sama dasar salep yang dicairkan. Bila dasar salep
disaring, maka pellidol juga ikut disaring, dan jangan lupa menambahkan 20%. Jika
jumlahnya melebihi daya larutnya, maka pellidol digerus dengan dasar salep yang
sudah dicairkan. Adapun contoh resepnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
3) Iodium
Pembuatan salep dengan zat berkhasiat iodiumn dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Jika memenuhi kelarutan, maka iodium dilarutkan ke dalam dasar salep yang
sudah dicairkan di dalam pot salep tertutup (apabila tidak melampaui daya
larutnya)
b) Iodium dilarutkan ke dalam larutan pekat KI atau Nal (seperti pada unguentum
Iodi dari farmakopr Belanda)
c) Iodium dilarutkan ke dalam etanol 95% kemudian ditambahkan dasar salep.
d)
Tabel 4. Contoh resep salep dengan zat berkhasiat iodium
R/ Iodii 2 Caranya, larutkan KI ke dalam
Kalii iodii 3 air, lalu tambahkan iodium
Aq.dest. 5 hingga larut. Setelah itu, gerus
9
Ungt.simplex 90 bersama unguentum simplex
m.d.s.u.e. hingga homogen.
10
a) Apabila terjadi reaksi (misalnya aqua calcis dengan minyak lemak akan terjadi
reaksi penyambunan), cara pengerjaannya adalah sebagai berikut:
- Diteteskan sedikit demi sedikit;
- Dikocok dalam botol bersama minyak lemak, baru di campurkan dengan bahan
lainnya.
b) Apabila tidak terjadi reaksi, cara pengerjaannya adalah sebagai berikut:
- Jika jumlahnay sedikit, air diteteskan terakhir sedikit demi sedikit sampai
terserap oleh dasar salep;
- Jika jumlahnya banyak,, air diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya dan berat
airnya diganti dengan dasar salep.
2) Alkohol
a) Jika jumlahnya sedikit, alkohol diteteskan terakhir sedikit demi sedikit sampai
terserap oleh dasar salep.
b) Jika jumlahnya banyak, ketentuannya sebagai berikut:
- Tahan panas, misalnya tinct. Ratanhiae dipanaskan di atas penangas air sampai
sekental sirop atau ditingal sepertiganya, dan kehilangan beratnya diganti
dengan dasar salep.
- Tidak tahan panas;
Jika diketahui perbandingannya, maka diambil bagian-bagiannya saja,
contohnya tinctura iodii.
Jika tidak diketahui perbandingannya, maka alkohol diteteskan terakhir
sedikit demi sedikit.
Perlu diperhatikan bahwa kehilangan berat pelarut hendaknya diganti dengan
dasar salep. Bila dasar salep lebih dari satu macam, maka harus diperhiungkan
menurut perbandingan dasar salep tersebut.
3) Cairan kental
Umumnya, cairan kental dimasukkan sedikit demi sedikit. Contohny, glycerin =,
pix liquida, oleum cadini, balsamum peruvianum, ichtyol dan kreosot.
f. Lain-lain
1) Naphtolum
Zat ini dapat larut dalam sapo kalinus, tetapi kalau tidak ada sapo kalimat,
dikerjakan seperti kamper.
2) Bentonit
11
Zat ini berupa serbuk halus yangm dengan air membentuk massa seperti
salep. Di sini, senyawa aluminium silikat yanfg mengikat air. Cara pembuatan
yang terbaik adalah dengan menambahkan sedikit demi sedikit bentonit ke dalam
air hangat (direndam ke dalam air, biarkan 1 jam). Salep dengan bentonit dan
tidak tahan lama, karena itu perlu ditambahkan lemak agar airnya tidak memisah.
12
kompatibel, bau, kelarutan, stabilitas, dan iritasi. Seringkali digunakan 2 antioksidan
untuk mendapatkan efek sinergis. Contoh antioksidan adalah Butylated Hydroxyanisole
( BHA), Butylated hydroxytoluene (BHT), Propyl gallate, dan Nordihydroguaiaretic acid
(NCGA).
2.12 EVALUASI
Evaluasi salep biasanya dilakukan dengan melakukan beberapa pengujian berikut
ini:
a. Daya Menyerap Air
Daya menyerap air diukur sebagai bilangan air yang digunakan untuk
mengkarakterisasikan basis absorpsi. Bilangan air dirumuskan sebagai jumlah ar
maksimal (g) yang mampu diikat oleh 100g basis bebas air pada suhu tertentu (umumnya
15-20C) secara terus-menerus dalam jangka waktu terbatas (umumnya 24jam), dimana
air tersebut digabungkan secara manual. Kedua bilangan ukur tersebut dapat dihitunjg
satu ke dalam yang lain melalui persamaan berikut:
BA = 100 . KA 100 KA
KA = 100 . BA 100- BA
b. Kandungan Air
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air di dalam salep,
yakni sebagai berikut:
1) Penentuan kehilangan akibat pengeringan
Untuk kandungan air, digunakan ukuran kehilangan massa maksimum (%) yang dihitung
pada saat pengeringan pada suhu tertentu (umumnya 100-110C)
2) Cara penyulingan
Prinsip metode ini terletak pada penyulingan menggunakan bahan pelarut menguap yang
tidak dapat bercampur dengan air. Dalam hal ini, digunakan trikloretan, toluen, atau silen
yang disuling sebagai campuran azeotrop dengan air.
3) Cara titrasi menurut Karl Fischer
13
Kandungan air ditentukan berdasarkan atas perubahan belerang oksida dan iod, serta air
dengan adanya piridin dan mentanol, menurut persamaan reaksi berikut:
12 + SO2 + CH3OH + H2O 2HI + CH3HSO4
Adanya pirin akan menangkap asam yang terbentuk dan memungkinkan terjadinya
reaksi secara kuantitatif.. untuk menghitung kandungan air, digunakan formula berikut:
% Air = f. 100 (a - b) P
Keterangan:
f = harga aktif daari larutan standar (mg air/ml)
a = larutan standar yang dibutuhkan (ml)
b = larutan standar yang diperlukan dalam penelitian blanko
(ml)
P = penimbangan zat (mg)
c. Konsistensi
Kosistensi merupakan suatu cara menentukan sifat berulang, misalnya sifat lunak
dari setiap sejenis salep atau mentega, melalui sebuah angka ukur. Untuk memperoleh
konsistensi, dapat dilakukan melalui dua cara yakni metode penetrometer dan metode
penentuan batas mengalir praktis.
d. Penyebaran
Penyebaran saleqp diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada kulit. Adapun
penentuannya dilakukan dengan menggunakan alat bernama entensometer.
e. Termoresistensi
Nilai termoresistensi dihasilkan melalui tes berayun. Nilai ini digunakan untuk
mempertimbangkan daya simpan salep di daerah dengan perubahan iklim (tropen) yang
terjadi secara nyata dan terus-menerus.
f. Ukuran Partikel
Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer yang banyak dipakai dalam
industri bahan pewarna. Metode ini hanya menghasilkan harga pendekatan, sehingga
tidak sesuai dengan harga yang diperoleh dari cara mikroskopis. Akan tetapi, setelah
dilakukan peneraan yang tepat, metode ini dapat menjadi metode rutin yang baik dan
cepat pelaksanaannya.
14
Zat yang mudah larut dalam air danstabil
serta dasarr salep mampu mendukung/
menyerap air tersebut,dilarutkan didalam air
yagn tersedia, selain itu ditambahkan bagian
dasar salep.
Bila dasar salep dibuat dengan peleburan,
maka campuran tersebuut harus diaduk
sampai dingin.
I. RESEP
R/Salep 24 20
s.u.e
pro : Hartati
R/ Salep 24 20g
m.f. unguentum
s.u,.e
pro : Rina
umur : Dewasa
alamat : Jalan. Tanah abang
Ket :
M.f.unguenta : misce fac unguenta =buat salep
S.u.e : signa usus eksternus
Tanda obat untuk luar
Pro : untuk
No : nomeru (nomor)
R : recipe (ambilah)
15
1. SALEP 24 (FN. HAL 13)
Nama resmi : ACIDI SALICYCILICI. SULFURIS UNGUANTUM
Sinonim : salep asam salisilat. Belerang. Salep 24.
Komposisi : tiap log mengandumg
Acidum salicylicum 200 mg
Sulfur 400 mg
Vaseline alba hingga 10 g
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Dosis : 3 sampai 4 kali sehari. Dioleskan
16
k/p : antiskabies yaitu digunakan untuk mengobati penyakit scabies.
Perhitungan Bahan
Asam salisilat : 200 mg x 20 : 400 mg : 0,4 g
Sulfur : 400 mg x 20 : 800 mg : 0,8 g
Vaseline album : 20 (0,4 + 0,8 ) = 18,8 g
Cara Kerja
o Siapkan alat dan bahan
o Setarakan timbangan
o Timbanglah :
asam salisilat 0,4 g
Sulfur 0,8 g
Vaseline album dikertas perkamen yang telah diolesi paraffin
cair.
o Masukkan asam salisilat kedalam lumpang. Gerus
o Tambahkan sulfur sedikit demi sedikit. Gerus
o Tambahkan Vaseline album sedikit demi sedikit gerus sampai homogeny
o Keluarkan dari lumpang . masukkan kedalam wadah.
o Beri etiket biru
17
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar.
Baik dalam ukuran kecil maupun besar, salep dibuat dengan 2 metode umum
yaitu:
1. Metode pencampuranlincorporation
2. Metode peleburan
Untuk menjaga stabilitas bahan berkhasiat pada penyimpanan perlu
diperhatikan antara lain temperatur penyimpanan, kontaminasi dengan
mikroorganisme dan pengotor, kemungkinan hilangnya komponen yang mudah
menguap, atau faktor sifat bahan kemasan seperti adsorpsi sediaan oleh wadah.
19
DAFTAR PUSTAKA
20