Anda di halaman 1dari 20

40 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No.

1, hal 40 - 59

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Volume 10 Nomor 1, Juni 2013

MANAJEMEN LABA DAN MANAJEMEN IMPRESI


DALAM LAPORAN TAHUNAN: PENELITIAN STRATEGI
PENGUNGKAPAN PERUSAHAAN

Bambang Suripto
STIE YKPN Yogyakarta
bambangsuripto@yahoo.com

Abstract
This study examines the impact of earnings management to impression management in Management
Discussion and Analysis (MD&A). Earnings management is measured using an index that includes accrual
discretional, income smoothing, and loss avoidance reporting. Impression management is measured using
an index that includes the use of self-serving attribution and accounting explanation bias. Impression
management data are obtained by content analysis of the MD&A sections of 594 annual report companies
in the period between 2004 and 2009. Empirical test results show that earnings management, performance
level, performance changes, and economic conditions negatively affects impression management. The study
results are usefull for regulators to formulate and enforce the Bapepam rules No. VIII.G.2 about annual
report to minimize the possibility managers conducting earnings and impression management.

Keywords: earnings management, impression management, narrative disclosures.

Abstract
Penelitian ini menguji pengaruh manajemen laba terhadap manajemen impresi dalam Analisis dan
Pembahasan Manajemen (MD&A). Manajemen laba diukur menggunakan indeks yang mencakup akrual
diskresional, perataan laba, dan penghindaran pelaporan rugi. Manajemen impresi diukur menggunakan
indeks yang mencakup atribusi self-serving dan bias penjelasan akuntansi. Data manajemen impresi
diperoleh melalui analisis konten bagian MD&A 594 laporan tahunan perusahaan dari tahun 2004 sampai
2009. Penelitian ini berhasil memberikan bukti bahwa manajemen laba, tingkat kinerja, perubahan kinerja,
dan kondisi ekonomi berpengaruh negatif pada manajemen impresi. Hasil penelitian berguna bagi regulator
dalam merumuskan dan menegakkan aturan Bapepam No. VIII.G.2 mengenai laporan tahunan guna
meminimalkan kemungkinan manajer melakukan manajemen laba dan manajemen impresi.

Kata Kunci: manajemen laba, manajemen impresi, pengungkapan naratif.

LATAR BELAKANG Tujuan kedua adalah untuk memungkinkan


para pemangku kepentingan, terutama peme-
Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang gang saham, mengevaluasi pengelolaan sum-
perseroan terbatas mewajibkan perusahaan berdaya perusahaan oleh manajemen. Namun
menerbitkan laporan tahunan setiap tahun. demikian, dalam perkembangannya, laporan
Penerbitan laporan tahunan memiliki dua tahunan saat ini sudah menjadi bagian dari
tujuan (IAI 2009). Tujuan pertama adalah usaha perusahaan untuk membentuk dan
untuk mendukung investor (calon investor) mengelola citra perusahaan (Andersen 2001).
dalam proses pembuatan keputusan investasi.

1
Tulisan ini merupakan bagian dari tulisan yang sudah dipresentasikan dalam SNA XV Banjarmasin tahun 2012.
Bambang Suripto, Manajemen Laba dan Manajemen Impresi dalam Laporan Tahunan ... 41

Perusahaan menggunakan dana yang cukup Bagian laporan keuangan memuat laporan
besar untuk membuat laporan tahunannya. laba-rugi, laporan arus kas, laporan laba
Hyland (1998) melaporkan seluruh peru- ditahan, laporan posisi keuangan dan catatan
sahaan publik di U.S. membelanjakan atas laporan keuangan (CaLK). Format
sekitar $5 milyar setiap tahun untuk mem- maupun isi bagian laporan keuangan di laporan
buat laporan tahunannya. Survei oleh tahunan sebagian besar ditentukan oleh prinsip
National Investor Relations Institute (NIRI) akuntansi yang berlaku umum. Selain itu,
menunjukkan sebagian besar perusahaan di auditor independen harus memeriksa dan
U.S. menganggarkan biaya pembuatan laporan menyatakan pendapat mengenai kewajaran
tahunan berkisar $150.000 sampai $199.999 penyajian laporan keuangan sesuai dengan
per tahun atau $3,00 sampai $3,99 per buah prinsip akuntansi yang beterima umum.
laporan tahunan (NIRI 2006). Bagian naratif laporan tahunan sebagian
Pada saat ini, sangat sulit mendapatkan besar tidak diatur dan tidak perlu diaudit
perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan (Bagby et al. 1988). Standar pengauditan
yang tidak dicetak di kertas yang mahal menentukan auditor harus membaca bagian
dan tidak memuat grafik dan gambar yang
itu untuk memperoleh keyakinan informasi
menarik. Hopwood (1996, 55) menyatakan
dan penyajiannya konsisten dengan laporan
angka sudah menjadi sekadar laporan teknis
keuangan (IAPI 2011). Bagian naratif laporan
dari sebuah produk canggih yang dihasilkan
tahunan biasanya mengungkap informasi
oleh lingkungan desain perusahaan yang
penjelasan manajemen terhadap kinerja
di dalamnya narasi, gambar dan grafik
lebih dominan. Dalam penelitian terhadap perusahaan dan perkiraannya mengenai
laporan tahunan 25 perusahaan besar di keadaan perusahaan pada masa datang
U.K., Lee (1994) menemukan perubahan (Hooghiemstra 2000). Terdapat berbagai
bentuk laporan tahunan antara tahun 1965 kemungkinan jenis penjelasan yang dapat
dan 1988. Jumlah halaman laporan tahunan diberikan oleh manajemen. Salah satu jenis
menjadi dua kali lipat dalam kurun waktu penjelasan yang dapat diberikan adalah atribusi
tersebut. Tambahan halaman sebagian besar kausal, yaitu penjelasan yang mengaitkan
digunakan untuk informasi sukarela yang hasil-hasil yang diraih perusahaan dengan
berisi narasi dan gambar. Survei Andersen faktor-faktor yang menjadi penyebab dari
(2001) juga menunjukkan peningkatan dalam hasil-hasil tersebut. Penelitian menunjukkan
proporsi laporan tahunan yang digunakan penjelasan semacam itu bermanfaat bagi para
untuk informasi naratif, dari 45% pada pengguna laporan keuangan (Baginski et al.
tahun 1996 menjadi 57% pada tahun 2000. 2000, 2004).
Penelitian tersebut menunjukkan informasi Penjelasan manajemen terhadap kinerja
naratif menjadi semakin mendominasi laporan perusahaan dapat berfungsi sebagai manajemen
tahunan. impresi (Gardner dan Martinko 1988).
Laporan tahunan terdiri atas bagian laporan Aktivitas tersebut dilakukan oleh manajemen
keuangan dan bagian naratif (Radebaugh sebagai bagian dari aktivitas simbolik dalam
dan Gray 2006). Survei di beberapa negara rangka pembentukan kesan dan reputasi
menunjukkan para pengguna laporan tahunan positif (Neu et al. 1998). Kesan dan reputasi
memberi arti penting yang lebih kecil terhadap positif dapat diciptakan melalui penjelasan
laporan keuangan dan mereka lebih tertarik yang memberikan rasionalisasi dan legitimasi
pada bagian narasi dibanding laporan keuangan terhadap tindakan yang dilakukan oleh
(Smith dan Taffler 2000). Salah satu alasan manajemen (Pfeffer 1981). Teori manajemen
dari preferensi tersebut adalah karena laporan impresi menyatakan individu berusaha
keuangan di luar jangkauan pemahaman memberikan penjelasan terhadap perilakunya
sebagian besar investor privat (Courtis 1998). supaya dinilai sukses, kompeten, bertanggung
Penelitian tersebut menunjukkan bagian naratif jawab, dan rasional (Aerts 1994). Penjelasan
laporan tahunan berguna bagi para pemakai. kinerja yang diberikan oleh manajemen pada
42 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 40 - 59

bagian Analisis dan Pembahasan Manajemen penyajiannya dalam laporan. Henry (2006)
(Management Discussion and Analysis/MD&A) menemukan pasar bereaksi terhadap tone,
bukan hasil analisis data semata. Manajemen panjang, dan intensitas numeris dalam press
bisa mengarahkan interpretasi para pemakai release. Matsumoto et al. (2006) menemukan
laporan melalui penjelasan yang diberikan. reaksi harga positif sebagai respon terhadap
Manajemen impresi merupakan bidang optimisme manajer dalam siaran pers
s tu d i y a n g mem elajari upaya ora ng pengumuman laba dan setelah itu harga akan
merepresentasikan diri agar dinilai baik berbalik sebagai respon terhadap skeptisme
(Hooghiemstra 2000). Kolektivitas, misalnya analis yang dinyatakan dalam conference calls.
perusahaan, berperilaku dengan cara yang Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan
sama dengan individu (Staw 1980). Alasan para pemakai laporan dipengaruhi oleh
yang paling mendasar adalah perusahaan berbagai teknik manajemen impresi yang
terdiri atas individu, sehingga jika terdapat digunakan oleh manajer.
kecenderungan yang dapat digeneralisasi Manajer dapat menggunakan teknik mana-
pada tataran individu, kecenderungan ter- jemen impresi penyembunyian dan atribusi
sebut akan termanifestasi pada tataran ketika menjelaskan hasil-hasil keuangan
perusahaan. Clatworthy dan Jones (2001, 311) yang diraih perusahaan (Merkl-Davies dan
menyatakan manajemen impresi merupakan Brennan 2007). Teknik manajemen impresi
usaha manajemen untuk mengendalikan dan penyembunyian dapat dilakukan dengan
memanipulasi impresi para pengguna laporan cara tidak melaporkan atau menyamarkan
keuangan. Yuthas et al. (2002, 142) menyatakan berita negatif dan/atau menonjolkan berita
manajemen menggunakan penjelasan yang positif. Teknik manajemen impresi atribusi
diberikan terhadap laporan keuangan untuk dapat dilakukan dengan cara lebih banyak
memengaruhi penilaian dan keputusan para mengaitkan raihan hasil yang dinilai positif ke
pengguna laporan keuangan. faktor-faktor yang berada di dalam perusahaan
Penelitian menunjukkan pengguna laporan dan lebih banyak mengaitkan raihan hasil yang
rentan terhadap manajemen impresi. Staw et dinilai negatif ke faktor-faktor yang berada di
al. (1983) menemukan atribusi hasil positif luar perusahaan (self-serving attribution). Riset
lebih banyak ke faktor internal perusahaan di negara lain sudah menemukan self-serving
dan hasil negatif lebih banyak ke faktor attribution dalam penjelasan manajemen
eksternal perusahaan (self-serving attribution) terhadap kinerja perusahaan (Aerts 1994).
berhubungan dengan peningkatan harga Di pihak lain penelitian terhadap laporan
saham. Peneliti menyimpulkan hal itu sebagai keuangan juga menunjukkan manajer secara
bukti self-serving attribution meyakinkan oportunistik dapat menggunakan keleluasaan
investor (1983, 2) dan menunjukkan ke- (diskresi) yang diberikan oleh standar
efektifan manajemen impresi bagi manajer. akuntansi berterima umum untuk melakukan
Villiers (2002) juga menemukan manajer manajemen laba (Beneish 2001). Tindakan
dapat memengaruhi evaluasi kinerja dengan manajemen laba oleh manajer memengaruhi
mengajukan berbagai alasan atau membuat hasil-hasil yang disajikan dalam laporan
atribusi mengenai pencapaian keuangannya keuangan. Manajer dapat melakukan tindakan
atau divisinya. Schrand dan Walther (2000) tersebut dan mencapai tujuannya apabila
menemukan investor dipengaruhi oleh terjadi asimetri informasi yang tinggi antara
penggunaan pembanding kinerja yang se- manajemen dengan para pengguna laporan
cara strategik dipilih oleh manajer untuk keuangan (Trueman dan Titman 1988).
menggambarkan peningkatan laba yang paling Manajemen dapat secara oportunistik
baik. Bowen et al. (2007) menemukan respon melakukan pengaturan laba ketika menyusun
pasar saham terhadap laba pro forma lebih laporan keuangan dan manajemen impresi
tinggi apabila jumlah laba tersebut ditonjolkan ketika menjelaskan kinerja perusahaan.
Bambang Suripto, Manajemen Laba dan Manajemen Impresi dalam Laporan Tahunan ... 43

Manajemen laba dapat dilakukan oleh melakukan manajemen laba lebih kecil
manajemen karena memiliki diskresi dalam kemungkinan menerbitkan press release
pemilihan kebijakan dan estimasi akuntansi. laba tahunan ketika pengungkapan informasi
Manajemen impresi dapat dilakukan oleh tersebut masih bersifat optional. Aerts et
manajer ketika memberi penjelasan terhadap al. (2013) meneliti 162 perusahaan UK,
kinerja perusahaan karena peraturan yang Australia, US, dan Kanada dan menemukan
ditetapkan terhadap pengungkapan informasi adanya hubungan antara jenis penjelasan yang
tersebut longgar dan bersifat sukarela (penya- digunakan oleh manajer dengan manajemen
jian informasi berdasarkan pertimbangan laba.
manajer sendiri diluar yang diwajibkan oleh Penelitian ini berkontribusi terhadap
peraturan yang berlaku). Karena manajemen literatur dalam dua hal. Pertama, penelitian ini
laba dan manajemen impresi timbul akibat memberikan bukti mengenai hubungan dua
diskresi yang dimiliki oleh manajemen, maka perilaku pengungkapan oportunistik, yaitu
boleh jadi manajer mempertimbangkan saling manajemen laba dan manajemen impresi
pengaruh dari penggunaan kedua diskresi dalam konteks lingkungan risiko litigasi
tersebut (Lobo dan Zhou 2001). Sebagai rendah karena regulasi serta penegakannya
contoh, manajer yang melakukan pengaturan yang lemah (La Porta et al. 2004). Dalam
laba mungkin cenderung tidak memberikan lingkungan semacam itu, praktik pengungkap-
penjelasan terhadap hasil-hasil keuangannya. an oportunistik diduga lebih marak sehingga
Manajemen laba dan manajemen impresi ada kemungkinan hasil penelitian ini berbeda
merupakan dua dimensi perilaku pengungkapan dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya
oportunistik manajer yang saling terkait yang sudah dilakukan di negara lain. Penelitian
(Guillamon-Saorin dan Osma 2010). Karena juga menunjukkan terdapat perbedaan pola
pembahasan manajemen terhadap hasil-hasil atribusi kinerja antarlingkungan institusional
keuangan dilakukan setelah penyusunan (Aerts dan Tarca 2010) dan antarkultur
laporan keuangan, maka boleh jadi tindakan (Hooghiemstra 2003) sehingga boleh jadi
manajer tersebut memengaruhi pemilihan hasil penelitian di tempat lain tidak berlaku di
teknik-teknik penjelasan yang digunakan. Indonesia. Kedua, penelitian ini memberikan
Manajer yang sudah melakukan pengaturan bukti bagaimana manajemen laba dan
laba diduga akan memberikan penjelasan manajemen impresi digunakan secara bersama-
terhadap kinerja perusahaan dengan teknik- sama oleh manajer dalam laporan tahunan
teknik penjelasan yang tidak mengungkap untuk secara oportunistik memengaruhi
adanya manajemen laba. persepsi dan keputusan pemakai laporan.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji Sampai saat ini, masih sedikit penelitian yang
pengaruh manajemen laba dalam laporan memandang secara komprehensif strategi
keuangan terhadap manajemen impresi pada pengungkapan perusahaan dan secara bersama
bagian MD&A laporan tahunan. Pada saat meneliti berbagai cara yang dapat digunakan
ini baru ada sedikit penelitian mengenai hal oleh manajer untuk secara oportunistik
itu dan dilakukan dalam konteks lingkungan memanipulasi persepsi pemakai laporan sesuai
yang berbeda dengan penelitian ini. Godfrey dengan yang dijelaskan oleh teori keagenan
et al. (2003) melakukan penelitian di Australia (Eisenhardt 1989).
dan menemukan manajemen laba berpengaruh Penelitian ini berbeda dengan penelitian
positif dengan manajemen impresi melalui sebelumnya dalam media pengungkapan
grafik. Aerts dan Cheng (2010) melakukan dan teknik manajemen impresi yang diteliti.
penelitian di Cina dan menemukan manajemen Godfrey et al. (2003) meneliti manajemen
laba berhubungan dengan jenis pembahasan impresi melalui penyajian grafik, sedangkan
kinerja dalam prospektus. Guillamon-Saorin penelitian ini meneliti manajemen impresi
dan Osma (2010) melakukan penelitian di melalui pemilihan strategi penjelasan kinerja.
Spanyol dan menemukan perusahaan yang Media pengungkapan yang diteliti dalam
44 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 40 - 59

penelitian ini adalah bagian analisis dan REVIEW LITERATUR DAN


pembahasan manajemen laporan tahunan, PERUMUSAN HIPOTESIS
sedangkan Aerts dan Cheng (2010) meneliti
prospektus, Guillamon-Saorin dan Osma Tujuan pelaporan keuangan adalah
(2010) meneliti press release, dan Aerts et memberikan informasi mengenai posisi
al. (2013) meneliti surat kepada pemegang keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
saham dalam laporan tahunan. Penelitian ini entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
menggunakan metode analisis konten seperti kalangan pengguna laporan dalam pembuatan
yang biasa digunakan dalam penelitian- keputusan ekonomi (PSAK No. 1 Revisi
penelitian sebelumnya dengan objek penelitian 2009). Laba memainkan peran penting dalam
berupa narasi. pengukuran kinerja perusahaan (FASB 1978).
Penelitian dilakukan terhadap 594 tahun Selain itu, laba merupakan bagian penting
perusahaan. Manajemen laba diukur dengan dari pengungkapan yang digunakan oleh para
indeks yang menggabungkan tiga penggunaan pemangku kepentingan untuk mengevaluasi
diskresi dalam penyusunan laporan keuangan, seberapa baik manajer menjalankan tugas
yaitu (1) discretional accrual, (2) income pengelolaannya dan memenuhi kontrak. Peran
smoothing, dan (3) loss reporting avoidance. penting laba dalam kontrak kompensasi dan
Manajemen impresi diukur berdasar indeks penilaian investor terhadap kinerja perusahaan
yang mencakup (1) self-enhancing attribution, menimbulkan insentif bagi manajer untuk
(2) self-defensive attribution, dan (3) bias secara oportunistik melakukan manajemen
penjelasan bahasa akuntansi (Aerts 1994). Data laba (Dye 1988). Literatur memberikan bukti
untuk mengukur manajemen impresi diperoleh yang menunjukkan manajer mengambil
dengan metode analisis konten terhadap bagian keuntungan dari keleluasaan yang diberikan
analisis dan pembahasan manajemen laporan oleh standar akuntansi berterima umum untuk
tahunan perusahaan sampel. Setiap penjelasan memanipulasi akrual melalui pemilihan dan
manajemen terhadap hasil-hasil keuangan estimasi akuntansi (Dechow dan Skinner
diklasifikasi menurut (1) valensi hasil yang 2000).
dibahas (positif/negatif), (2) jenis penjelasan Motivasi manajer secara oportunistik
yang diberikan (atribusi/akuntansi), dan (3) melakukan manajemen laba secara umum
atribusi hasil yang dibahas (faktor internal/ dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
eksternal). Penelitian berhasil memberikan untuk menyesatkan pemakai atau untuk
bukti empiris bahwa manajemen laba memengaruhi hasil-hasil kontrak. Contoh
memiliki pengaruh negatif pada manajemen motivasi manajer melakukan manajemen
impresi. Hasil tersebut menunjukkan tindakan laba adalah adanya kesenjangan antara
pengaturan laba mengurangi keleluasaan kinerja perusahaan yang sesungguhnya
manajemen dalam menggunakan berbagai dengan ekspektasi analis (Healy dan Whalen
teknik penjelasan untuk tujuan manajemen 1999), untuk menyamai pembanding atau
impresi. Manajer yang melakukan manajemen mencapai target laba (DeGeorge et al.
laba cenderung memilih untuk tidak mem- 1999), adanya pengaitan antara ukuran laba
berikan penjelasan dan/atau memberikan dengan kompensasi eksekutif (Bartov 2001),
penjelasan dengan teknik-teknik yang tidak kebutuhan untuk menurunkan persepsi
mengungkapkan tindakan manajemen laba. variabilitas laba perusahaan (Trueman dan
Hal itu membatasi kemungkinan teknik Titman 1988), dan untuk mengurangi pajak
manajemen impresi yang dapat digunakan (Niskanen dan Keloharju 2000).
oleh manajer dalam penjelasannya. Hasil Manajer dapat melakukan manajemen
penelitian dapat digunakan oleh regulator laba ketika menyusun laporan keuangan
dalam merumuskan dan menegakkan aturan dan melakukan manajemen impresi ketika
pelaporan keuangan perusahaan. menjelaskan kinerja perusahaan. Apabila
Bambang Suripto, Manajemen Laba dan Manajemen Impresi dalam Laporan Tahunan ... 45

dalam pelaporan keuangan yang sudah diatur tindakan pengungkapan yang sudah dilakukan
oleh standar akuntansi keuangan (SAK) dan sebelumnya dan sebaliknya (Kasznik 1996).
harus diaudit oleh auditor independen manajer Hubungan yang terakhir berlaku dalam
secara oportunistik melakukan pengaturan konteks pengungkapan penjelasan kinerja yang
terhadap jumlah laba yang dilaporkan, maka diberikan oleh manajemen. Karena pemberian
dapat diduga lebih besar kemungkinannya penjelasan kinerja dilakukan setelah tindakan
manajer melakukan manajemen impresi ketika manajemen laba, maka hal itu akan dilakukan
menjelaskan kinerja karena sifat aturannya oleh manajer sedemikian rupa sehingga dapat
yang lebih longgar dan lebih sulit untuk mendukung tindakan manajemen labanya.
ditegakkan. Karena keduanya merupakan Pembahasan kinerja yang mendukung
subjek diskresi manajemen, maka boleh jadi tindakan pengaturan laba adalah yang
manajer mempertimbangkan saling pengaruh tidak menyampaikan informasi yang dapat
antara manajemen laba dan manajemen impresi digunakan oleh para pengguna laporan untuk
(Lobo dan Zhou 2001). Manajemen laba mengetahui tindakan manajemen laba. Teknik
dilakukan oleh manajer untuk memengaruhi pembahasan kinerja yang cocok untuk itu
jumlah laba yang dilaporkan, sedangkan adalah pembahasan yang hanya menyatakan
manajemen impresi dalam penjelasan kinerja hasil tanpa penjelasan dan/atau memberikan
dilakukan oleh manajer untuk memengaruhi penjelasan dalam bahasa teknis akuntansi.
interpretasi terhadap kinerja perusahaan. Sebagai contoh, apabila manajer dalam
Penelitian menunjukkan pengungkapan penjelasannya hanya menyatakan bahwa laba
perusahaan berhubungan dengan asimetri tahun ini naik 5% dibanding tahun sebelumnya
informasi (Lang dan Lundholm 1993), asimetri atau menyatakan laba tahun ini naik karena
informasi berhubungan dengan manajemen pendapatan naik, maka penjelasan semacam
laba (Dye 1988), dan manajemen laba itu tidak memberikan informasi yang dapat
berhubungan dengan pengungkapan (Hunton digunakan oleh para pengguna laporan untuk
et al. 2006). Literatur mengenai hubungan mengetahui tindakan pengaturan laba oleh
antara manajemen laba dan pengungkapan manajemen.
sukarela menunjukkan kedua keputusan Manajer yang sudah melakukan penga-
manajemen tersebut berinteraksi (Lobo dan turan laba lebih kecil kemungkinannya
Zhou 2001). untuk menjelaskan kinerja perusahaan dalam
Tingkat asimetri informasi tergantung bentuk atribusi karena penjelasan semacam
tingkat pengungkapan (Lang dan Lundholm itu dapat digunakan oleh pengguna laporan
1993). Lebih tinggi (rendah) tingkat untuk mengetahui keberadaan dan pengaruh
pengungkapan informasi yang dilakukan oleh manajemen laba. Sebagai contoh apabila
perusahaan, maka akan lebih rendah (tinggi) manajer menjelaskan penurunan biaya di-
tingkat asimetri informasi antara manajer sebabkan oleh perubahan kebijakan estimasi
dengan para pengguna laporan. Manajer lebih kerugian piutang, maka informasi semacam
kecil (besar) kemungkinannya melakukan itu akan mengungkapkan bahwa manajer
pengaturan laba dalam lingkungan asimetri sudah melakukan manajemen laba dan
yang rendah (tinggi). informasi tersebut dapat digunakan oleh para
Penelitian menunjukkan terdapat hu- pengguna laporan untuk mengetahui pengaruh
bungan antara tindakan manajemen laba manajemen laba.
dengan tingkat pengungkapan (Hunton Argumen di atas menunjukkan manajemen
et al. 2006). Urutan waktu pengambilan laba membatasi kemungkinan penggunaan
tindakan manajemen terhadap kedua hal teknik penjelasan untuk tujuan manajemen
tersebut menentukan hubungan di antara impresi (Lobo dan Zhou 2001). Manajer yang
keduanya. Apabila tindakan pengungkapan sudah melakukan manajemen laba hanya dapat
dilakukan terlebih dahulu, maka manajer akan menggunakan teknik manajemen impresi
melakukan manajemen laba untuk mendukung berdasar sifat baik/buruknya hasil (valensi) dan
46 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 40 - 59

penjelasan dalam bahasa akuntansi dan lebih penelitian terdiri atas variabel manajemen laba
kecil kemungkinan memberikan penjelasan dan variabel kontrol yang sudah ditemukan
atribusi. Oleh karena itu manajer tidak bisa berpengaruh pada manajemen impresi (Staw et
melakukan manajemen impresi dengan al. 1983; Salancik dan Meindl 1984; Brandon
cara meninggikan perannya terhadap raihan 2001; Bettman dan Weitz 1983). Variabel
hasil-hasil positif dan mengecilkan perannya kontrol dalam penelitian meliputi kinerja
terhadap raihan hasil-hasil negatif. perusahaan (Staw et al. 1983), stabilitas
Godfrey et al. (2003) membuktikan kinerja perusahaan (Salancik dan Meindl
manajemen laba berpengaruh positif ter- 1984), ukuran perusahaan (Brandon 2001), dan
hadap manajemen impresi melalui grafik. kondisi ekonomi (Bettman dan Weitz 1983).
Hal itu terjadi karena penyajian grafik Kelompok industri tidak dimasukkan sebagai
tidak mengungkap informasi baru yang variabel kontrol karena tidak berpengaruh
dapat digunakan oleh pemakai laporan pada pola penjelasan kinerja (Clapham dan
untuk mengetahui adanya manajemen laba. Schwenk 1991).
Sebaliknya, penelitian Guillamon-Saorin dan Bagian MD&A laporan tahunan yang
Osma (2010) menunjukkan manajemen laba diteliti berbentuk teks. Analisis konten cocok
berpengaruh negatif terhadap pengungkapan diterapkan untuk objek penelitian tersebut.
dan berpengaruh terhadap jenis penjelasan Analisis konten memberikan kode naskah
yang diberikan (Aerts et al. 2013). Oleh tertulis berdasar klasifikasi tertentu (Weber
karena penjelasan manajemen dalam MD&A 1988). Sebelum melakukan analisis konten
merupakan salah satu jenis pengungkapan peneliti harus terlebih dahulu menetapkan
yang dapat mengungkap informasi baru yang seperangkat aturan keputusan klasifikasi
bisa digunakan oleh pemakai laporan untuk teks ke dalam kelompok-kelompok tertentu.
mengetahui adanya manajemen laba, maka Untuk keperluan analisis lebih lanjut, hasil
dalam penelitian ini manajemen laba diduga pengkodean konten dikonversi ke dalam skala
berpengaruh negatif terhadap manajemen kuantitatif.
impresi. Hipotesis yang diajukan adalah Analisis konten dapat dilakukan secara
sebagai berikut: manual atau dengan bantuan software kom-
H1: Manajemen laba berpengaruh puter, misalnya dengan LEXIMANCER,
n e g a t if terhad ap manajem e n NVIVO10, dan DICTION. Analisis konten
impresi pada bagian analisis dan dengan komputer cocok diterapkan apabila
pembahasan manajemen (MD&A) penelitian berorientasi form (jumlah kata,
laporan tahunan. panjang kalimat, dan keterbacaan), sedangkan
analisis konten manual cocok diterapkan pada
penelitian yang memusatkan pada meaning.
METODE PENELITIAN
Oleh karena memusatkan pada makna konten,
maka penelitian ini menggunakan analisis
Hipotesis penelitian diuji dengan model
konten manual. Analisis konten manual
regresi linear. Meskipun objek penelitian
memiliki kelemahan karena bersifat subjektif.
ini bagian MD&A laporan tahunan yang
Analisis konten secara manual melibatkan
bersifat kualitatif, semua hasil analisis konten
pertimbangan peneliti. Upaya peneliti untuk
dikonversi ke dalam skala kuantitatif. Variabel
meningkatkan keandalan adalah dengan
dependen penelitian adalah manajemen im-
melakukan latihan analisis konten terhadap
presi pada bagian MD&A laporan tahunan.
laporan tahunan perusahaan non-sampel
Penjelasan kinerja biasanya dilakukan
sampai dengan diperoleh hasil yang konsisten
pada bagian sambutan direktur dan bagian
sebelum peneliti menganalisis perusahaan
MD&A. Penelitian ini membatasi hanya pada
sampel. Selain itu, untuk menjaga konsistensi
penjelasan kinerja yang diberikan manajer
analisis konten hanya dilakukan oleh satu
pada bagian MD&A. Variabel independen
orang.
Bambang Suripto, Manajemen Laba dan Manajemen Impresi dalam Laporan Tahunan ... 47

Setiap pernyataan hasil keuangan dalam 5. Pernyataan hasil yang diberi penjelasan
bagian MD&A diidentifikasi dan dikode ber- kausal oleh manajemen, lebih lanjut
dasar sifat hasil (Fiol 1995), tipe penjelasan diklasifikasi ke dalam kelompok hasil
(Aerts 1994), dan atribusi hasil (Bettman dan yang diatribusi ke faktor eksternal dan
Weitz 1983). Pernyataan hasil keuangan adalah kelompok hasil yang diatribusi ke faktor
kalimat dalam MD&A yang berisi ulasan internal.
manajemen tentang hasil-hasil keuangan Hasil analisis konten berdasar prosedur
yang dimuat dalam laporan keuangan. Ulasan tersebut kemudian ditabulasi untuk men-
manajemen bisa berupa peryataan hasil tanpa dapatkan data frekuensi setiap klasifikasi.
evaluasi dan penjelasan atau pernyataan hasil Dalam penelitian ini manajemen impresi
dengan evaluasi dan penjelasan. Penjelasan diukur berdasar bias yang dapat terjadi dalam
yang diberikan oleh manajemen bisa dalam penjelasan kinerja oleh manajemen, yaitu
bentuk bahasa teknis akuntansi atau atribusi. bias penjelasan bahasa akuntansi dan bias
Penjelasan teknis akuntansi diberikan dengan atribusi self-serving (bias peninggian diri
cara menghubungkan antarhasil akuntansi dan pembelaan diri). Bias penjelasan bahasa
atau menggunakan hubungan perhitungan akuntansi merupakan kecenderungan manajer
akuntansi. Penjelasan atribusi adalah penjelas- untuk lebih banyak menjelaskan hasil negatif
an yang menghubungkan secara jelas hasil- dengan bahasa teknis akuntansi sehingga
hasil kinerja dengan penyebab atau alasannya, pihak yang bertanggung jawab terhadap
baik faktor internal maupun eksternal hasil menjadi tidak jelas. Bias peninggian
perusahaan. diri merupakan kecenderungan manajer
Setelah diidentifikasi, pernyataan menge- untuk lebih banyak mengaitkan raihan hasil
nai hasil-hasil keuangan tersebut diberi kode positif ke faktor internal. Bias pembelaan diri
menurut berbagai dimensi: merupakan kecenderungan manajer untuk
1. Pernyataan hasil keuangan diklasifikasi ke lebih banyak mengaitkan raihan hasil negatif
dalam kelompok hasil yang di dalamnya ke faktor eksternal. Oleh karena berbagai
manajemen memberikan penilaian terha- teknik manajemen impresi dapat digunakan
dap hasil (baik/buruk, positif/negatif atau oleh manajer secara saling melengkapi (Aerts
naik/turun) dan kelompok hasil yang di 1994), maka variabel dependen manajemen
dalamnya manajemen tidak memberikan impresi diukur menggunakan rata-rata ketiga
penilaian terhadap hasil. bias tersebut.
2. Pernyataan hasil yang di dalamnya Pengukuran manajemen impresi dilaku-
manajemen memberikan penilaian, lebih kan dalam dua tahap. Pertama, peneliti
lanjut diklasifikasi ke dalam kelompok mengumpulkan data frekuensi. Hal tersebut
hasil yang dinilai positif dan kelompok melibatkan perhitungan jumlah, per peru-
hasil yang dinilai negatif. Penilaian hasil sahaan per tahun, penjelasan yang dikode
ke dalam positif dan negatif tersebut dilihat dengan cara tertentu menurut dimensi tertentu.
dari sudut pandang manajemen. Sebagai contoh dimisalkan pada tahun X
3. Pernyataan hasil yang dievaluasi oleh perusahaan Y membahas 7 hasil positif dan 3
manajemen (positif/negatif), selanjutnya hasil negatif. Kedua, peneliti mengubah data
diklasifikasi ke dalam kelompok hasil yang frekuensi tersebut ke dalam data proporsi,
tidak diberi penjelasan dan kelompok hasil yang mencerminkan frekuensi relatif karak-
yang diberi penjelasan. teristik tertentu dengan mengendalikan varia-
4. Pernyataan hasil yang diberi penjelasan si dalam jumlah penjelasan yang dikode
oleh manajemen, selanjutnya diklasifikasi per perusahaan (Aerts 2001, 11). Sebagai
ke dalam kelompok hasil yang diberi contoh proporsi hasil positif dalam contoh
penjelasan dengan bahasa akuntansi dan sebelumnya dapat dihitung dengan cara
kelompok hasil yang diberi penjelasan jumlah hasil positif (7) dibagi dengan jumlah
kausal (atribusi).
48 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 40 - 59

hasil positif (7) ditambah jumlah hasil negatif oleh jumlah absolut akrual diskresional yang
(3). Cara tersebut akan mengubah ukuran lebih besar (kecil). Akrual diskresional adalah
frekuensi menjadi ukuran intensitas (Gardner akrual total dikurangi akrual nondiskresional.
dan Martinko 1988; Aerts 1994). Pengukuran Akrual total diukur berdasar laba sebelum
intensitas manajemen impresi secara ringkas pos luar biasa dikurangi arus kas operasi.
disajikan pada Tabel 1. Akrual nondiskresional diukur menggunakan
model Jones (1991) data runtut waktu. Model
Tabel 1 Jones (1991) merupakan model perhitungan
Pengukuran Manajemen Impresi akrual nondiskresional yang paling mampu
Manajemen mendeteksi manajemen laba di antara berbagai
No. Pengukuran
Impresi model lainnya yang diuji oleh Dechow et al.
1. Intensitas bias (Frekuensi hasil positif (1995).
peninggian diri diatribusi ke faktor internal
Frekuensi hasil positif Koefisien regresi faktor-faktor yang
diatribusi ke faktor eksternal)/ memengaruhi akrual nondiskresional setiap
Frekuensi hasil positif yang
diatribusi perusahaan sampel pada setiap tahun
2. Intensitas bias (Frekuensi hasil negatif diestimasi menggunakan data selama 10 tahun
pembelaan diri diatribusi ke faktor eksternal terakhir. Setelah itu, koefisien hasil estimasi
Frekuensi hasil negatif
diatribusi ke faktor internal)/
digunakan untuk menghitung jumlah akrual
Frekuensi hasil negatif yang nondiskresional. Terakhir, jumlah akrual
diatribusi diskresional dihitung dengan cara akrual total
3. Intensitas bias (Frekuensi hasil negatif yang dikurangi jumlah akrual nondiskresional.
penjelasan teknis dijelaskan dengan bahasa
akuntansi teknis akuntansi Frekuensi Supaya konsisten dengan ukuran diskresi
hasil negatif yang dijelaskan akuntansi lainnya yang digunakan dalam
dengan atribusi kausal)/
Frekuensi hasil negatif yang
penelitian ini, maka analisis dilakukan ber-
diberi penjelasan dasar jumlah rata-rata akrual diskresional
4. Intensitas (Intensitas bias peninggian selama tiga tahun terakhir.
manajemen diri + Intensitas bias
impresi pembelaan diri + Intensitas Ukuran kedua penggunaan diskresi
bias penjelasan teknis akuntansi adalah perataan laba, yaitu deviasi
akuntansi)/3
standar arus kas operasi dibagi deviasi
standar laba (Leuz et al. 2003). Rasio tersebut
Manajer dapat menggunakan diskresi
mengindikasikan besarnya penggunaan diskresi
akuntansi untuk mengatur jumlah laba yang
akuntansi oleh manajemen untuk meratakan
dilaporkan dalam laporan keuangan. Manajer
laba antar periode. Perusahaan dengan rasio
melakukan tindakan tersebut misalnya untuk
yang lebih tinggi (rendah) menunjukkan
melaporkan kinerja yang luar biasa pada saat
penggunaan diskresi akuntansi yang lebih
perusahaan akan menerbitkan saham (Dechow
tinggi (rendah).
dan Skinner 2000). Penggunaan diskresi
Ukuran ketiga penggunaan diskresi
akuntansi oleh manajer dalam penyusunan
akuntansi adalah penghindaran penurunan
laporan keuangan dalam penelitian ini diukur
laba. Manajer dapat menggunakan diskresi
berdasar akrual diskresional, perataan laba,
akuntansi untuk menghindari pelaporan laba
dan penghindaran penurunan laba.
kejutan negatif kecil menjadi pelaporan laba
Ukuran pertama penggunaan diskresi
kejutan positif kecil (Burgstahler dan Dichev
akuntansi adalah akrual diskresional. Ak-
1997). Meskipun memiliki insentif untuk
rual diskresional menunjukkan besarnya
menghindari kerugian berapapun besarnya,
penyesuaian yang dilakukan manajer untuk
manajer hanya memiliki diskresi akuntansi
mendapatkan jumlah laba yang akan
yang terbatas dan oleh karenanya tidak dapat
dilaporkan. Penggunaan diskresi akuntansi oleh
melaporkan laba jika perusahaan mengalami
manajemen yang lebih tinggi (rendah) dalam
kerugian yang sangat besar. Hasil penelitian
penyusunan laporan keuangan ditunjukkan
Graham et al. (2004) menunjukkan CFO
Bambang Suripto, Manajemen Laba dan Manajemen Impresi dalam Laporan Tahunan ... 49

menggunakan laba kuartal yang sama tahun 3. Perusahaan sampel pada setiap tahun
sebelumnya sebagai target. Penggunaan amatan diurutkan dari terkecil ke terbesar
diskresi akuntansi untuk menghindari pe- berdasar ukuran pelaporan laba kejutan
nurunan laba diukur berdasar frekuensi positif kecil. Peringkat setiap perusahaan
perusahaan melaporkan laba kuartalan dihitung dengan cara yang sama. Apabila
kejutan positif kecil selama dua belas kuartal perusahaan A memiliki nomor urut 20 dari
terakhir. Perusahaan dipandang melaporkan 104 amatan, maka peringkat perusahaan
laba kejutan positif kecil apabila jumlah laba tersebut adalah 0,19 (20/104).
kuartal tersebut (Labak Labak-4) diskala aset 4. Indeks diskresi akuntansi setiap perusahaan
total pada kuartal k-5 berkisar 0,00 sampai 0,01 sampel adalah jumlah peringkat perusahaan
(Burgstahler dan Dichev 1997). Penghindaran dalam ke tiga ukuran dibagi tiga. Indeks
penurunan laba diukur dengan cara bagian dari diskresi akuntansi perusahaan A adalah
12 kuartal sebelumnya yang menyajikan laba 0,36 ((0,32 + 0,57 + 0,19) 3) (Bowen et
kejutan positif kecil dibagi 12. Rasio yang al. 2007; Leuz et al. 2003).
lebih tinggi (rendah) menunjukkan manajer 5. Indeks diskresi akuntansi perusahaan
perusahaan tersebut menggunakan diskresi sampel berkisar dari 0 sampai dengan 1, 0
akuntansi yang lebih besar (kecil) dalam menunjukkan tingkat penggunaan diskresi
penyusunan laporan keuangan. akuntansi paling rendah, 1 menunjukkan
Ketiga ukuran di atas merupakan proksi tingkat penggunaan diskresi akuntansi
penggunaan diskresi akuntansi oleh manajemen paling tinggi.
dalam penyusunan laporan keuangan sehingga Penelitian menunjukkan kinerja per-
ada kemungkinan terjadi kesalahan dalam usahaan berpengaruh terhadap manajemen
pengukuran. Untuk mengatasi kemungkinan impresi. Kinerja perusahaan yang buruk
kesalahan tersebut maka dalam penelitian ini dapat mendorong manajer untuk secara
diskresi akuntansi diukur berdasarkan indeks oportunistik menerapkan berbagai teknik
yang menggabungkan ketiga ukuran tersebut manajemen impresi ketika menjelaskan
(Leuz et al. 2003). Indeks penggunaan diskresi kinerja perusahaan (Abrahamson dan Park
akuntansi dihitung dengan prosedur sebagai 1994; Skinner 1994). Kinerja perusahaan
berikut: yang buruk menempatkan manajemen pada
1. Perusahaan sampel pada setiap tahun posisi defensif yang mendorongnya untuk
amatan diurutkan dari terkecil ke terbesar berusaha mengurangi kesan negatif tersebut
berdasar rasio akrual diskresional absolut dengan cara mengembangkan berbagai teknik
dengan aset total. Akrual diskresional manajemen impresi ketika menjelaskan kinerja
absolut perlu dibagi dengan aset total untuk perusahaan. Berdasar argumen tersebut dalam
menetralisir pengaruh ukuran perusahaan. penelitian ini kinerja perusahaan dimasukkan
Peringkat setiap perusahaan dihitung sebagai variabel kontrol. Kinerja perusahaan
dengan cara membagi nomor urut dengan dioperasionalkan berdasar tingkat kinerja dan
jumlah amatan. Apabila perusahaan A perubahan kinerja keuangan. Tingkat kinerja
memiliki nomor urut 34 dari 104 amatan, perusahaan diukur berdasar ROA, yaitu laba
maka peringkat perusahaan tersebut adalah sebelum pos luar biasa dibagi dengan total
0,32 (34/104). aset tahun sebelumnya. Perubahan kinerja
2. Perusahaan sampel pada setiap tahun diukur berdasar perubahan ROA pada tahun t
amatan diurutkan dari terkecil ke terbesar dibanding ROA pada tahun t-1.
berdasar ukuran perataan laba. Peringkat Manajer perusahaan dengan kinerja tidak
setiap perusahaan dihitung dengan cara stabil memiliki insentif lebih tinggi untuk
yang sama. Apabila perusahaan A memiliki menggunakan berbagai teknik penjelasan guna
nomor urut 60 dari 104 amatan, maka menciptakan kesan bahwa ia mengendalikan
peringkat perusahaan tersebut adalah 0,57 perusahaan (Salancik dan Meindl 1984).
(60/104).
50 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 40 - 59

Dengan penjelasan atribusi, manajer dapat alasan atas kegagalannya (Bloomfield 2008).
meninggikan kontribusinya terhadap raihan Untuk tujuan tersebut manajer akan banyak
hasil-hasil positif dengan cara lebih banyak menyalahkan keadaan ekonomi yang buruk
mengatribusi hasil-hasil positif kepada faktor- sebagai faktor utama penyebab kegagalannya.
faktor internal (manajemen) dibanding kepada Pada saat kondisi ekonomi baik dan perusahaan
faktor-faktor eksternal (lingkungan). Dalam mengalami keberhasilan maka dorongan
penelitian ini stabilitas kinerja dijadikan manajer untuk melakukan hal tersebut lebih
sebagai variabel kontrol. Stabilitas kinerja rendah. Berdasar argumen tersebut kondisi
diukur berdasar koefisien variasi ROA (standar ekonomi dimasukkan variabel kontrol. Kondisi
deviasi dibagi mean) dalam lima tahun terakhir. ekonomi pada suatu tahun ditentukan berdasar
Teori atribusi (Snyder et al. 1978) men- pertumbuhan GDP. Suatu tahun dikategorikan
jelaskan sejauh mana atribusi self-serving memiliki kondisi ekonomi buruk (baik) jika
terjadi merupakan fungsi dari lingkungan tingkat pertumbuhan ekonominya (t) lebih
dimana atribusi tersebut dilakukan. Atribusi rendah (tinggi) dibanding tahun sebelumnya
self-serving lebih kecil kemungkinan terjadi (t-1). Kondisi ekonomi diukur dengan dummy
apabila ada kemungkinan penjelasan yang 1 jika pertumbuhan GDP pada tahun amatan
diberikan oleh seseorang bertentangan dengan lebih tinggi dari tahun sebelumnya dan 0 untuk
penjelasan yang diberikan oleh pihak lain lainnya.
dan apabila kinerja seseorang di masa datang Pengaruh manajemen laba dan variabel
juga menjadi subjek pencermatan publik. kontrol pada manajemen impresi diuji dengan
Perusahaan besar memiliki saluran informasi model regresi berganda sebagai berikut:
yang lebih banyak (Aerts 1994). Oleh karena MIit = 0 + 1MLit + 2TKit + 3PKit
itu lebih besar ukuran perusahaan lebih kecil + 4SKit + 5UPit + 6KEit
kemungkinan manajer secara oportunistik + it ...............................
(1)
melakukan manajemen impresi melalui atribusi
self-serving atau teknik verbal lainnya karena Keterangan:
hal itu dapat merusak reputasi manajemen dan MI : Manajemen impresi
ML : Manajemen laba
perusahaan (Brandon 2001). Berdasar argumen TK : Tingkat kinerja
di atas ukuran perusahaan dimasukkan sebagai PK : Perubahan kinerja
variabel kontrol. Dalam penelitian ini ukuran SK : Stabilitas kinerja
perusahaan ditentukan berdasar jumlah aset UP : Ukuran perusahaan
KE : Kondisi ekonomi
yang dinyatakan dalam logaritma natural.
Pada saat kondisi ekonomi baik
Hipotesis didukung apabila arah pengaruh
perusahaan pada umumnya menikmati
variabel independen terhadap variabel
keberhasilan. Sebaliknya, pada saat kondisi
dependen sesuai prediksi dan koefisiennya
ekonomi buruk perusahaan pada umumnya
signifikan (1 < 0).
mengalami kegagalan. Pada saat perusahaan
Sampel penelitian dipilih supaya semua
mengalami kegagalan timbul dorongan yang
variabel yang diteliti cukup terwakili dan
kuat bagi manajer untuk memberikan berbagai

Tabel 2
Pemilihan Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Jumlah perusahaan sampel 104
Jumlah tahun yang dicakup 6
Jumlah laporan tahunan perusahaan sampel 624
Jumlah laporan tahunan/rusak tidak terbaca (30)
Jumlah laporan tahunan sampel 594
Bambang Suripto, Manajemen Laba dan Manajemen Impresi dalam Laporan Tahunan ... 51

berdasar ketersediaan data yang diperlukan. Jenis penjelasan yang diberikan oleh manajer
Penelitian ini menggunakan data panel dari sebagian besar dalam bentuk penjelasan teknis
tahun 2004 sampai 2009 untuk mengevaluasi akuntansi (43,05%) dibanding penjelasan
pengaruh variabel kontrol kondisi ekonomi atribusi kausal (34,07%). Hasil tersebut tidak
terhadap manajemen impresi. Data penelitian konsisten dengan hasil penelitian di negara
diperoleh dari situs BEI (www.bei.co.id), lain yang menunjukkan manajer lebih banyak
situs masing-masing perusahaan sampel, memberikan penjelasan atribusi dibanding
dan ICMD. Prosedur tersebut menghasilkan penjelasan akuntansi (Aerts 1994, 2001;
sampel penelitian sebanyak 594 buah laporan Hooghiemstra 2003). Hal itu boleh jadi
tahunan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 2. merupakan perwujudan dari apa yang disebut
oleh Tetlock (1985) sebagai acceptability
HASIL PENELITIAN DAN heuristic dalam perilaku penjelasan manajer
PEMBAHASAN perusahaan publik Indonesia, yaitu sebuah
kecenderungan alamiah untuk menanggulangi
Data hasil analisis konten yang disajikan gangguan dengan cara yang berterima dan
dalam Tabel 3 menunjukkan manajer usaha minimal. Penjelasan dengan bahasa
cenderung untuk memberi penjelasan terhadap teknis akuntansi merupakan jenis penjelasan
hasil keuangan dibanding tidak memberikan yang sudah berterima umum, memberikan
penjelasan. Tabel 3 menunjukkan manajemen kesan rasional, dan mudah digunakan (Aerts
menyatakan hasil keuangan tanpa berusaha 1994).
menjelaskan penyebabnya rata-rata hanya Tabel 3 menunjukkan dari total penjelasan
23,15 persen dari seluruh hasil yang dibahas. atribusi yang diberikan, sebanyak 2.254
Tabel 3
Jenis Penjelasan Terhadap Hasil Keuangan
Per Laporan Tahunan
Total
Keterangan Rata-Rata Deviasi Std.
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Penjelasan atribusi 3.462 34,07 5,86 34,70 5,04 23,16
*Hasil positif 2.254 65,11 3,79 63,70 3,80 30,25
*Hasil negatif 1.208 34,89 2,03 36,30 2,32 30,25
Penjelasan akuntansi 4.374 43,05 7,43 42,15 6,88 22,38
*Hasil positif 2.525 57,50 4,23 59,28 3,98 28,81
*Hasil negatif 1.859 42,50 3,13 40,72 3,73 28,81
Tanpa penjelasan 2.325 22,88 3,98 23,15 3,97 19,11
*Hasil positif 1.601 68,86 2,70 68,25 2,98 32,28
*Hasil negatif 724 31,14 1,22 31,75 1,69 32,28
Total 10.161 - 17,27 - 11,69 -

Tabel 4
Lokus Kausalitas Penjelasan Atribusi
Per Laporan Tahunan
Total
Keterangan Rata-Rata Deviasi Std.
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Faktor internal 2.507 72,41 4,24 71,67 3,97 27,07
*Positif internal 1.932 85,71 3,25 86,83 3,32 21,95
*Negatif internal 575 47,60 0,97 45,04 1,52 38,14
Faktor eksternal 955 27,58 1,61 28,33 1,93 27,07
*Positif eksternal 322 14,29 0,54 13,17 1,16 21,95
*Negatif eksternal 633 52,40 1,07 54,96 1,38 38,14
Penjelasan atribusi 3.462 - 5,86 - 5,04 -
52 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 40 - 59

(65,11%) atau rata-rata 3,79 (63,70%) hasil diatribusi ke faktor internal. Meskipun tidak
keuangan per laporan merupakan hasil positif terlalu mencolok seperti yang terjadi pada
dan sebanyak 1.208 (34,89%) atau rata-rata hasil positif, data tersebut menunjukkan
2,03 (36,30%) hasil keuangan per laporan kecenderungan manajer perusahaan di
merupakan hasil negatif. Data menunjukkan Indonesia untuk melakukan atribusi hasil
manajer cenderung memberikan penjelasan negatif dengan cara membela diri. Hasil
atribusi terhadap hasil keuangan positif tersebut konsisten dengan teori atribusi yang
dibanding hasil keuangan negatif. Hal tersebut menunjukkan kecenderungan individu untuk
konsisten dengan dugaan Aerts (1994) bahwa menyalahkan lingkungan apabila memperoleh
manajer akan cenderung menjelaskan hasil hasil negatif (Staw et al. 1983).
positif dengan atribusi supaya mereka dapat Data deskriptif ukuran manajemen
mengklaim bertanggung jawab terhadap hasil laba disajikan pada Tabel 5. Data Tabel 5
positif. menunjukkan bahwa nilai absolut akrual
Hasil tabulasi faktor penyebab yang diskresional perusahaan sampel rata-
digunakan manajer untuk menjelaskan hasil rata sebesar 3,6 persen dari jumlah aset.
yang dibahas pada bagian naratif disajikan Angka tersebut menunjukkan manajemen
dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan dari perusahaan sampel melakukan penyesuaian
total hasil keuangan positif yang diberi rata-rata sebesar 3,6 persen dari jumlah
penjelasan atribusi, sebanyak 1.932 (85,71%) aset untuk mendapatkan jumlah laba yang
atau rata-rata 3,25 (86,83%) per laporan disajikan dalam laporan tahunan. Data Tabel
disebutkan faktor internal perusahaan sebagai 5 menunjukkan bahwa rasio perataan laba
penyebabnya dan sebanyak 322 (14,29%) atau perusahaan sampel penelitian rata-rata hampir
rata-rata 0,54 (13,17%) per laporan disebutkan 3. Hal itu mengindikasikan arus kas operasi
faktor eksternal sebagai penyebabnya. Data berfluktuasi tiga kali lipat dari laba. Rasio
tersebut menunjukkan kecenderungan manajer perataan laba yang jauh lebih besar dari
perusahaan sampel untuk melakukan atribusi satu mengindikasikan pemakaian diskresi
hasil positif dengan cara yang meninggikan akuntansi dalam jumlah yang sangat besar
diri, yaitu lebih banyak mengklaim hasil oleh manajemen dalam rangka menyajikan
positif sebagai akibat faktor-faktor internal jumlah laba yang kurang bervariasi. Data
perusahaan. Hasil penelitian tersebut konsisten Tabel 5 menunjukkan perusahaan sampel
dengan hasil penelitian lainnya (Aerts 1994; menyajikan laba kejutan positif kecil rata-
Hooghiemstra 2003). rata sebanyak 2,74 kali atau 22,8 persen
Tabel 4 juga menunjukkan dari total dalam dua belas kuartal yang berakhir pada
hasil keuangan negatif yang diberi penjelasan tahun amatan. Angka tersebut menunjukkan
atribusi, sebanyak 633 (52,40%) atau rata-rata frekuensi manajemen menggunakan akrual
1,07 (54,96%) per laporan, hasil keuangan untuk menghindari pelaporan penurunan laba
negatif diatribusi ke faktor eksternal dan dalam dua belas kuartal terakhir. Frekuensi
sebanyak 575 (47,60%) atau rata-rata 0,97 rata-rata perusahaan sampel 22,8 persen
(45,04%) per laporan, hasil keuangan negatif menunjukkan penggunaan diskresi akuntansi

Tabel 5
Data Deskriptif Penggunaan Diskresi Akuntansi
Elemen Minimum Maksimum Mean Dev. Std.
Akrual diskresional 0,0001 0,7266 0,0363 0,0674
Perataan laba 0,0807 33,2019 2,9992 4,6355
Frekuensi pelaporan laba kejutan kecil 0,0000 12,0000 2,7400 2,4850
Persentase pelaporan laba kejutan kecil 0,0000 1,0000 0,2283 0,2071
Indeks diskresi akuntansi 0,0412 0,9269 0,5060 0,1865
Bambang Suripto, Manajemen Laba dan Manajemen Impresi dalam Laporan Tahunan ... 53

oleh manajemen untuk menghindari penyajian indeks diskresi memiliki kelebihan dibanding
penurunan laba yang cukup sering. Terakhir, penggunaan salah satu ukuran karena
data Tabel 5 menunjukkan indeks penggunaan indeks dapat menangkap atribut unik dari
diskresi akuntansi oleh manajemen dalam setiap ukuran. Data menunjukkan semua
penyusunan laporan keuangan perusahaan ukuran berkorelasi signifikan dengan indeks
sampel rata-rata 0,5. Hal itu merupakan diskresi akuntansi (koefisien korelasi akrual
konsekuensi logis dari prosedur pengukuran diskresional 0,18, perataan laba 0,49, dan
manajemen laba yang digunakan dalam frekuensi pelaporan laba kecil 0,69).
penelitian ini. Angka lebih besar (kecil) Data deskriptif variabel penelitian disajikan
dari 0,5 menunjukkan penggunaan diskresi pada Tabel 6. Data Tabel 6 menunjukkan
akuntansi yang tinggi (rendah) dari rata-rata manajemen impresi perusahaan sampel rata-
perusahaan sampel. rata 0,0462; aset total perusahaan sampel rata-
Data korelasi linear Pearson antar ketiga rata 12.725.570 juta; ROA perusahaan sampel
ukuran penggunaan diskresi akuntansi rata-rata 0,0225; perubahan kinerja perusahaan
(tidak disajikan) dalam penyusunan laporan sampel rata-rata -0,0067; koefisien variasi ROA
keuangan mengindikasikan terdapat korelasi perusahaan sampel rata-rata 3,4801; indeks
yang signifikan antara ukuran frekuensi manajemen laba sampel rata-rata 0,5060; dan
pelaporan laba kejutan positif kecil dengan kondisi ekonomi perusahaan sampel rata-rata
ukuran perataan laba (0,312), sedangkan untuk 0,48. Data Tabel 6 menunjukkan terdapat
ukuran-ukuran yang lain korelasinya tidak cukup variasi ukuran variabel dependen dan
signifikan. Meskipun boleh jadi ada kesamaan independen dalam sampel penelitian.
unsur dalam ketiga ukuran, data korelasi Data yang digunakan untuk menguji
menunjukkan setiap ukuran menangkap tipe hipotesis adalah data panel 104 perusahaan
diskresi akuntansi yang berlainan. Penggunaan dengan cakupan waktu dari sejak 2004 sampai
Tabel 6
Data Deskriptif Sampel (N = 594)
Variabel Minimum Maksimum Mean Std. Deviation

Manajemen impresi -0,6250 0,8666 0,0462 0,2419


Manajemen laba 0,0412 0,9269 0,5060 0,1865
Tingkat kinerja (ROA) -1,7065 0,4249 0,0225 0,1315
Perubahan kinerja -1,7263 1,3387 -0,0067 0,1498
Stabilitas kinerja (variasi ROA) 0,0291 261,4946 3,4801 15,6339
Ukuran perusahaan (aset total) 16.686 316.947.029 12.725.570 36.592.141
Kondisi ekonomi 0 1 0,48 0,500

Tabel 7
Ringkasan Hasil Regresi
MIit = 0 + 1MLit + 2TKit + 3PKit + 4SKit + 5UPit + 6KEit + it
Hasil Regresi
Simbol Prediksi
Variabel B S.E. T Sig. VIF
Konstanta - - 0,260 0,066 3,916 0,000 -
Manajemen laba ML 1< 0 -0,149 0,052 -2,856 0,004 1,106
Tingkat kinerja TK 2< 0 -0,433 0,100 -4,328 0,000 2,034
Perubahan kinerja PK 3< 0 -0,165 0,084 -1,967 0,050 1,862
Stabilitas kinerja SK 4< 0 0,014 0,020 0,677 0,498 1,189
Ukuran perusahaan UP 5< 0 -0,007 0,005 -1,534 0,125 1,105
Kondisi ekonomi KE 6< 0 -0,079 0,019 -4,252 0,000 1,008
54 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 40 - 59

dengan 2009. Data antartahun digunakan cenderung memilih untuk tidak memberikan
menguji pengaruh kondisi ekonomi terhadap penjelasan atau memberikan penjelasan
variabel dependen. Dalam penelitian ini dengan teknik-teknik penjelasan yang tidak
variabel kondisi ekonomi diasumsikan mengungkapkan tindakan manajemen laba.
berbeda antartahun yang dicakup dalam Hal itu akan membatasi kemungkinan teknik
penelitian dan berlaku sama antarperusahaan. manajemen impresi yang dapat digunakan
Untuk mengetahui pengaruh kondisi ekonomi oleh manajer dalam penjelasannya. Selain
terhadap manajemen impresi, variabel ter- itu hasil hitungan juga menunjukkan variabel
sebut dijadikan variabel dummy: 1 untuk kontrol tingkat kinerja, perubahan kinerja,
tahun kondisi ekonomi baik dan 0 untuk dan kondisi ekonomi berpengaruh negatif
kondisi lainnya. Berdasar argumen di atas dan terhadap manajemen impresi. Terakhir, hasil
mempertimbangkan bahwa sampel diambil pengolahan menunjukkan stabilitas kinerja
dari populasi yang terbatas dan terdapat dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh
kemungkinan variabel yang tidak dimasukkan signifikan terhadap manajemen impresi.
ke dalam model tidak bersifat independen
terhadap variabel independen yang dimasukkan SIMPULAN
ke dalam model (Gujarati 2003), maka dalam
penelitian ini digunakan model fixed effect. Hasil analisis konten bagian MD&A
Peneliti melakukan pengujian asumsi laporan tahunan menunjukkan manajer
klasik terhadap data penelitian sebelum menggunakan berbagai teknik manajemen
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. impresi. Manajemen impresi dilakukan melalui
Langkah tersebut dilakukan untuk menjamin jenis penjelasan yang diberikan dan sumber
validitas simpulan penelitian. Berdasar hasil penyebab hasil (lokus). Manajemen impresi
pengujian (tidak disajikan) dapat disimpulkan pada bagian MD&A bersifat oportunistik
bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat karena intensitasnya tergantung pada faktor-
pelanggaran asumsi klasik yang dapat faktor yang memengaruhi insentif manajer
mengganggu hasil penelitian. untuk melakukannya.
Hipotesis penelitian ini diuji dengan Hasil penelitian membuktikan manajemen
analisis regresi berganda. Hasil hitungan laba berpengaruh negatif terhadap manajemen
menunjukkan nilai F hitung 16,539 dengan impresi. Hal itu berarti bahwa tindakan
p-value 0,000. Berdasar hasil hitungan tersebut, manajemen laba yang dilakukan mengurangi
menggunakan tingkat alpha 1%, hipotesis nol kemungkinan manajer memberikan penjelasan
yang menyatakan semua koefisien regresi sama
dan/atau memberikan penjelasan yang
dengan nol berhasil ditolak. Hasil tersebut
dapat mengungkap informasi yang dapat
memberikan dasar bagi pengujian hipotesis
digunakan oleh para pengguna laporan
setiap variabel independen. Hasil uji regresi
untuk mengetahui tindakan manajemen laba.
disajikan pada Tabel 7.
Tindakan manajemen laba memperkecil
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini
kemungkinan manajer menggunakan ber-
menyatakan manajemen laba berpengaruh
negatif terhadap manajemen impresi pada bagai teknik manajemen impresi dalam
bagian MD&A laporan tahunan. Hasil hitungan penjelasan kinerjanya. Penelitian juga berhasil
yang disajikan pada Tabel 7 menunjukkan memberikan bukti bahwa variabel kontrol
koefisien variabel independen ML negatif tingkat kinerja, perubahan kinerja, dan
(-0,149) sesuai yang diprediksi dengan kondisi ekonomi berpengaruh negatif terhadap
nilai t hitung -2,856 dan tingkat signifikansi manajemen impresi, konsisten dengan
0,004. Berdasar hasil hitungan dapat hasil-hasil penelitian sebelumnya. Temuan
disimpulkan penelitian berhasil memberikan penelitian ini konsisten dengan temuan
bukti empiris yang mendukung hipotesis. pengungkapan strategik yang menunjukkan
Manajer yang melakukan manajemen laba manajer mengembangkan strategi supaya
Bambang Suripto, Manajemen Laba dan Manajemen Impresi dalam Laporan Tahunan ... 55

pengungkapan yang dilakukan dapat saling Penelitian ini memberikan bukti manajer
mendukung untuk mencapai tujuannya. dapat menggunakan diskresi yang dimiliki
Simpulan penelitian harus dipertimbang- dalam penyusunan laporan keuangan
kan bersama kelemahannya. Pertama, oleh dan penjelasan kinerja perusahaan secara
karena proses analisis konten terhadap oportunistik untuk memanipulasi persepsi
bagian MD&A laporan tahunan sangat dan keputusan pengguna laporan. Hal tersebut
kompleks, maka untuk menjaga konsistensi dapat memiliki konsekuensi ekonomi yang
peneliti memutuskan untuk menganalisis penting berupa alokasi modal tidak efisien.
konten sendiri terhadap semua laporan Temuan penelitian ini dapat digunakan
tahunan perusahaan sampel. Metode oleh lembaga pengatur sebagai dasar untuk
tersebut mengandung kelemahan karena merumuskan kebijakan dan menegakkan
bersifat subjektif. Kedua, dalam penelitian aturan pelaporan keuangan guna menjamin
ini diasumsikan teknik-teknik manajemen sumberdaya langka yang dimiliki oleh anggota
impresi yang digunakan oleh manajemen masyarakat teralokasi pada kegiatan ekonomi
bersifat komplementer dan mempunyai yang efektif dan efisien.
keefektifan yang sama dalam pembentukan
persepsi pengguna laporan keuangan. Hal itu DAFTAR PUSTAKA
merupakan salah satu kelemahan karena boleh
jadi setiap teknik manajemen impresi memiliki Abrahamson, E. dan C. Park. 1994. Concealment
tingkat keefektifan yang berbeda. Ketiga, hasil of Negative Organizational Outcomes:
analisis konten secara manual dalam penelitian An Agency Theory Perspective.
ini hanya diringkas ke dalam tiga dimensi Academy of Management Journal, 37
manajemen impresi yang sudah ditetapkan (5), 1302-1334.
sebelumnya (self-serving attribution dan Aerts, W. 1994. On the Use of Accounting
penjelasan bahasa akuntansi). Logic as an Explanatory Category in
Penelitian pada masa yang akan Narrative Accounting Disclosures.
datang dapat dilakukan untuk mereplikasi, Accounting, Organizations and Society,
memperbaiki, atau memperluas penelitian 19 (4/5), 337-353.
ini. Penelitian pada masa datang dapat di-
lakukan dengan sampel dan/atau pada kurun Andersen, A. 2001. Spice Up the Story: A
waktu yang berbeda. Penelitian juga dapat Survey of Narrative Reporting in
dilakukan dengan desain yang dapat mengatasi Annual Reports. London: Arthur
kelemahan penelitian ini. Untuk mengurangi Andersen.
subjektivitas analisis konten dapat dilakukan Anderson. 2001. Inertia in the Attributional
oleh beberapa orang. Penelitian berikutnya Content of Annual Accounting
dapat menggunakan analisis statistik, Narratives. The European Accounting
misalnya analisis faktor, untuk menggali Review, 10 (1), 3-32.
dimensi manajemen impresi lainnya yang ----------- dan P. Cheng. 2010. Causal
belum tercakup dalam penelitian ini. Terakhir, Disclosures on Earnings and
penelitian pada masa datang juga dapat Earnings Management in an IPO
dilakukan untuk memperkuat penelitian ini Setting. Working Paper, University of
dengan cara meneliti manajemen impresi dari Antwerpen.
aspek format penulisan. Analisis konten dari
sisi format dapat dilakukan dengan bantuan -----------,--------------, dan Tarca. 2013.
perangkat lunak komputer. Penelitian semacam Managements Earnings Justification
itu dapat mencakup jumlah amatan yang lebih and Earnings Management Under
banyak dan dapat meniadakan subjektivitas Different Institutional Regimes.
dalam analisis konten. Corporate Governance: An Inter-
national Review, 21 (1), 93-115.
56 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 40 - 59

----------- dan A. Tarca. 2010. The Effect in the Management Discussion and
Institutional Setting on Attributional Analysis Section of the Annual Report.
Content in Management Commentary Unpublished Doctoral Dissertation.
Reports. Working Paper: University of Purdue University.
Antwerpen. Burgstahler, D. dan I.D. Dichev. 1997.
Bagby, J.W., M.R. Kintzele, dan P.L. Kintzele. Earnings Management to Avoid
1988. Management Discussion and Earnings Decreases and Losses.
Analysis: An Analytical and Empirical Journal of Accounting and Economics,
Evaluation. American Business Law 24, 99-126.
Journal, 26, 57-98. Clapham, S.E. dan C.R. Schwenk. 1991.
Baginski, S.P., J.M. Hassell, dan W.A. Hillison. Self-Serving Attributions, Managerial
2000. Voluntary Causal Disclosures: Cognition, and Company Performance.
Tendencies and Capital Market Strategic Management Journal, 12,
Reaction. Review of Quantitative 219-229.
Accounting and Finance, 15 (4), 371- Clatworthy, M.A. dan M.J. Jones. 2001.
389. The Effect of Thematic Structure
----------------, ----------------, dan M.D. on the Variability of Annual Report
Kimbrough. 2004. Why Do Managers Readability. Accounting, Auditing and
Explain Their Earnings Forecasts? Accountability Journal, 14 (3), 311-326.
Journal of Accounting Research, 22 Courtis, J.K. 1998. Annual Report Readability
(1), 1-29. Variability: Tests of the Obfuscation
Bartov, J. 2001. Does The Use of Financial Hypothesis. Accounting, Auditing and
Derivatives Affect Earnings Accountability Journal, 11 (4), 459-
Management Decisions?. The 471.
Accounting Review, 76, 1-26. Dechow, P. dan D. Skinner, 2000. Earnings
Beneish, M.D. 2001. Earnings Management: Management: Reconciling the Views of
A Perspective. Managerial Finance, Accounting Academics, Practitioners,
27 (12), 3-18. and Regulators. Accounting Horizons,
14, 235-250.
Bettman, J.R. dan B.A. Weitz. 1983.
Attributions in the Board Room: ----------, R.G. Sloan, dan A.P. Sweeney. 1995.
Causal Reasoning in Corporate Annual Detecting Earnings Management. The
Reports. Administrative Science Accounting Review, 70 (2), 1993-225.
Quarterly, 28, 165-183. DeGeorge, F., J. Patel, dan R.J. Zeckhauser.
Bloomfield, R. 2008. Discussion of Annual 1999. Earnings Management to Exceed
Report Readability, Current Earnings, Thresholds. Journal of Business, 72,
and Earnings Persistence. Journal of 1-33.
Accounting and Economics, 45, 248-252. Dye, R.A. 1988. Earnings Management in
Bowen, R.M., S. Rajgopal, dan M. an Overlapping Generations Model.
Venkatachalam. 2007. Accounting Journal of Accounting Research, 26
Discretion, Corporate Governance (2), 1995-235.
and Firm Performance. Working Eisenhardt, K.M. 1989. Agency Theory: an
Paper: University of Washington and Assessment and Review. Academy of
Duke University. Management Review, 31, 134-149.
Brandon, C.D. 2001. An Examination of FASB. 1978. Statement of Financial
the Use of Impression Management Accounting Concepts No.1: Objectives
Bambang Suripto, Manajemen Laba dan Manajemen Impresi dalam Laporan Tahunan ... 57

of Financial Reporting by Business --------------------. 2003. The Construction


Enterprises. Norwalk, CT. of Reality: Cultural Differences in
Self-Serving Behavior in Accounting
Fiol, C. M. 1995. Corporate Communications:
Narratives. Doctoral Dissertation:
Comparing Executives Private
University of Amsterdam.
and Public Statements. Academy of
Management Journal, 38, 522-536. Hopwood, A.G. 1996. Making Visible and the
Construction of Visibilities: Shifting
Gardner, W. L. dan M.J. Martinko. 1988.
Agendas in the Design of the Corporate
Impression Management in
Report: An introduction. Accounting,
Organizations. Journal of Management
Organizations and Society, 21, 54-56.
14: 321-338.
Hunton, J.E., R. Libby, dan C.L. Mazza. 2006.
Godfrey, J., P. Mather, dan A. Ramsay. 2003.
Financial Reporting Transparency and
Earnings and Impression Management
Earnings Management. The Accounting
in Financial Reports: The Case of CEO
Review, 81 (1), 135-157.
Changes. Abacus, 39 (1), 95-123.
Hyland, K. 1998. Exploring Corporate
Guillamon-Saorin, E. dan B.G. Osma.
Rhetoric: Meta Discourse in the
2010. Self-serving Financial
CEOs Letter. Journal of Business
Reporting Communication: A Study
Communication, 35 (2), 224-244.
of the Association betwen Earnings
Management and Impression IAI. 2009. Standar Akuntansi Keuangan.
Management. Working Paper, Jakarta: Salemba Empat.
University Carlos III de Madrid at IAPI. 2011. Standar Profesional Akuntan
Madrid (Spain). Publik. Jakarta: Institut Akuntan Publik
Gujarati, D. N. 2003. Basic Econometrics. Indonesia.
Boston: McGrawHill. Jones, J. J. 1991. Earnings Management
Graham, J., C. Harvey, dan S. Rajgopal. During Import Relief Investigations.
2005. The Economic Implications Journal of Accounting Research, 29
of Corporate Financial Reporting. (2), 193-228.
Journal of Accounting and Economics, Kasznik, R. 1996. On the Association
40, 3-73. Between Voluntary Disclosure and
Healy, P.M. dan J.M. Wahlen. 1999. A Review Earnings Management. Unpublished
of the Earnings Management Literature Dissertation: University of California
and Its Implications for Standard Setting. at Berkeley.
Accounting Horizons, 13, 365-383. Lang, M. dan R. Lundholm. 1993. Cross-
Henry, E. 2006. Market Reaction to Verbal Sectional Determinants of Analyst
Components of Earnings Press Ratings of Corporate Disclosures.
Releases: Event Study Using Journal of Accounting Research, 31
a Predictive Algorithm. Journal of (Autumn), 246-271.
Emerging Technologies in Accounting, La Porta, R., Lopez-de-Salines, F., Shleifer,
3, 1-19. A. 2004. What Works in Securities
Hooghiemstra, R. 2000. Corporate Law?. Journal of Finance, 61 (1),
Communication and Impression 1-32.
Ma n agementN ew Perspe c tive s Lee, T.A. 1994. The Changing Form of the
Why Companies Engage in Social
Corporate Annual Report. Accounting
Reporting. Journal of Business Ethics,
Historians Journal, 21, 215-232.
27, 55-68.
58 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2013, Vol. 10, No. 1, hal 40 - 59

Leuz, C., D. Nanda, dan P.D. Wysocki. Salancik, G.R. dan Meindl, J.R. 1984.
2003. Earnings Management and Corporate Attributions as Strategic
Investor Protection: An International Illusions of Management Control.
Comparison. Journal of Financial Administrative Science Quarterly, 29,
Economics, 69, 505-527. 238-254.
Lobo, G.J. dan J. Zhou. 2001. Disclosure Schrand, C. dan B.R. Walther. 2000.
Quality and Earnings Management. Strategic Benchmarks in Earnings
Asia-Pacific Journal of Accounting Announcements: The Selective
and Economics, 8 (1), 1-20. Disclosures of Prior-Period Earnings
Matsumoto, D., M. Pronk, dan Roelofsen. Components. The Accounting Review,
2006. Do Analysts Mitigate Optimism 75 (2), 151-177.
by Management? Working Paper: Skinner, D.J. 1994. Why Firms Voluntary
University of Washington. Disclose Bad News. Journal of
Merkl-Davies, D.M. dan N.M. Brennan. Accounting Research, 32 (1), 38-60.
2007. Discretionary Disclosures Smith, M. dan R.J. Taffler. 2000. The
Strategies in Corporate Narratives: Chairmans Statement: A Content
Incremental Information or Impression Analysis of Discretionary Narrative
Management? Journal of Accounting Disclosures. Accounting, Auditing and
Literature, Vol. 27. Accountability Journal, 13 (5), 624-
Niskanen, J., Keloharju, M. 2000. Earnings 646.
Cosmetics in a Tax-driven Accounting Snyder, M.L., W.G. Stephan, dan D. Rosenfield.
Environment: Evidence from Finnish 1978. Attribution Egotism. In Harvey,
Public Firm. The European Accounting J.H. at al. (Eds.). New Directions in
Review, 9 (3), 443-452. Attribution Research, 2, 91-117.
Neu, D., H. Warsame, dan K. Pedwell. Staw, B. M., P. I. McKechnie, dan S.M.
1998. Managing Public Impressions: Puffer. 1983. The Justification o f
Environmental Disclosures in Annual Organizational Performance.
Reports. Accounting Organizations Administrative Science Quarterly, 28,
and Society, 23 (3), 265-282. 582-600.
National Investor Relations Institute (NIRI). Suripto, B. 2012. Manajemen Impresi Dalam
2006. An Assessment of Trends and Pembahasan Kinerja Perusahaan Oleh
Practice in the Annual Report Process. Manajer Pada Bagian Naratif Laporan
Virginia: National Investor Relations Tahunan. Paper dipresentasikan pada
Institute. acara Simposium Nasional Akuntansi
Pfeffer, J. 1981. Management as Symbolic XV, Banjarmasin.
Action: The Creation and Maintenance Tetlock, P. E. 1985. Toward an Intuitive
of Organizational Paradigms. In Staw, Politician Model of Attribution
B.M. dan L.L. Cummings (eds.). Processes. In Schlenker, B.R. (ed.).
Research in Organizational Behaviour The Self and Social Life. New York:
3. Greenwich, CT: JAI Press. McGraw-Hill.
Radebaugh, L.H. dan S.J. Gray. 2006. Tr ue ma n, B. da n S. Titma n. 1988. An
International Accounting and Explanation for Accounting Income
Multinational Enterprises. New York: Smoothing. Journal of Accounting
Wiley. Research, 26 (3), 127-139.
Bambang Suripto, Manajemen Laba dan Manajemen Impresi dalam Laporan Tahunan ... 59

Villiers, C.J. 2002. The Effect of Attribution on


Perceptions of Managers Performance.
Meditari Accountancy Research, 10,
53-70.
Weber, R.P. 1988. Basic Content Analysis:
Quantitative Applications in the Social
Sciences, 49 (2), Beverly Hills, CA:
Sage Publications.
Yuthas, K., R. Rogers, dan J.F. Dillard. 2002.
Communicative Action and Corporate
Annual Reports. Journal of Business
Ethics, 41 (1-2), 141-157.

Anda mungkin juga menyukai