Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang mempertahankan


tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga
mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi
oksigen pada sebagian besar sel di tubuh, membantu mengatur
metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk
pertumbuhan dan pematangan normal.
Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi
ketiadaannya menyebabkan perlambatan perkembangan mental
dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin,
serta pada anakanak timbul retardasi mental dan kecebolan
(dwarfism). Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan
menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor,
dan kelebihan pembentukan panas.
Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (thyroid-
stimulating hormone = TSH = tirotropin) dari hipofisis anterior.
Sekresi hormon tropik ini sebagian diatur oleh hormon-pelepas
tirotropin (thyrotropin-releasing hormone/TRH) dari hipotalamus,
dan dikendalikan oleh umpan balik negative kadar tinggi hormon
tiroid di peredaran darah terhadap hipofisis anterior dan
hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan pada lingkungan
internal dan eksternal menyebabkan penyesuaian taraf sekresi
tiroid.

1.2 Rumusan Masalah

1
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis
dapat mengajukan beberapa rumusan masalah. Rumusan
masalah tersebut adalah seperti dicantumkan berikut ini:
1. Apakah definisi dari kelenjar tiroid?
2. Bagaimana anatomi dan struktur dari kelenjar tiroid?
3. Apa saja hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid dan
apa fungsinya?
4. Bagaimana cara terbentuknya?Bagaimana distribusi
hormon tersebut?
5. Bagaimana mekanisme kerja hormon tersebut?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan adalah seperti berikut ini:

1. Mengetahui tentang definisi kelenjar tiroid.


2. Mengetahui tentang anatomi dan struktur kelenjar tiroid.
3. Mengetahui hormon apa saja yangdihasilkan oleh kelenjar
tiroid dan apa fungsinya.
4. Mengetahui tentang distribusi hormone tersebut.
5. Mengetahui tentang mekanisme kerja hormone tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid adalah salah satu kelenjar endokrin yang
memiliki diameter sekitar 5 cm dan terletak dileher , tepat
dibawah jakun . kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus ,
sehingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu .
Dalam keadaan normal kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir
tidak teraba , tetapi bila membesar Dokter dapat merabanya
dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak di bawah atau di
samping jakun.

2.2 Anatomi dan Struktur Kelenjar Tiroid

Jaringan tiroid terdapat pada semua vertebrata. Pada


hewan menyusui, tiroid berasal dari evaginasi dasar farings; dan
duktus tiroglosus menandai jalur perjalanan tiroid dari lidah ke
leher, yang kadang-kadang menetap sampai dewasa. Kedua
lobus kelenjar tiroid pada manusia dihubungkan oleh suatu
jembatan jaringan, yaitu ismus tiroid, dan kadang-kadang
terdapat lobus pyramidalis yang muncul dari ismus di depan
larings (Gambar 1). Kelenjar mendapat vaskularisasi yang baik,
dan tiroid merupakan salah satu organ tubuh dengan aliran
darah tertinggi pergram jaringannya.

3
Tiroid terbentuk dari banyak asinus (folikel). Setiap
folikel sferis di kelilingi oleh satu lapisan sel dan diisi oleh bahan
proteinaseosa berwarna merah muda yang disebut koloid. Saat
kelenjar tidak aktif, koloid berjumlah banyak, folikel berukuran
besar, dan sel-sel yang membatasinya tipis. Bila kelenjar aktif,
folikel menjadi kecil, sel-selnya kuboid dan kolumnar, dan tepi
folikel mengalami lekukan- lekukan membentuk banyak lacuna
reabsorpsi kecil (Gambar 2).

Dari apeks sel-sel tiroid terdapat mikrovili yang menonjol


ke dalam koloid, dan di dalam mikrovili terdapat kanalikulus.
Reticulum endoplasma tampak menonjol, suatu gambaran yang
lazim terdapat pada sel-sel kelenjar, dan tampak butir-butir
(droplet) sekretorik tiroglobulin (Gambar 3). Setiap sel tiroid
terdapat di atas lamina basalis yang memisahkan mereka dari
kapiler-kapiler di sekitarnya. Kapiler-kapilernya mempunyai
fenestrasi (Gambar 3), seperti kapiler organ-organ endokrin lain.

Pada orang dewasa normal, kelenjar ini memiliki dua


lobus , dengan berat sekitar 25 gram dan terletak dengan trakea.
kelenjar ini terdiri lebih dari satu juta kelompok sel atau folikel .
Struktur ini tersusun sferis dan terdiri dari sel-sel yang
mengelilingi rongga sentral yang mengandung zat seperti jelly
yang disebut koloid, yang fungsinya menyimpan hormon tiroid
sebelum disekresi . Setiap sel tiroid memiliki tiga fungsi:

1. eksokrim , karena mensekresi zat kedalam koloid


2. absorptif, karena mengambil zat dari kolod denga
phynositosi
3. endokrin , karena mensekresi hormone langsung kedalam
aliran darah.

4
.

Gambar 1. Anatomi Kelenjar Tiroid

Gambar 2. Histologi tiroid. Perhatikan lakuna reabsorpsi kecil yang


tampak mencekung (punched-out) dalam koloid di samping sel-sel
kelenjar yang aktif.

5
Gambar 3. Sel tiroid. Kiri: Pola normal. Kanan: setelah rangsangan
kuat oleh TSH. Panah di kiri memperlihatkan sekresi tiroglobulin ke
dalam koloid. Di kanan, diperlihatkan endositosis koloid dan penyatuan
sebuah vakuola yang mengandung koloid dengan sebuah lisosom. Sel-
sel terletak di atas kapiler dengan gap (fenestrasi) pada dinding
endotel.
2.3 Hormon yang Dihasilkan Kelenjar Tiroid dan
Fungsinya
Hormon utama yang disekresi oleh tiroid adalah tiroksin
(T) dan triiodotironin (T). T juga dibentuk di jaringan perifer
melalui deiodinasi T. kedua hormon adalah asam amino yang
mengandung iodium (Gambar 4). Sejumlah kecil reverse
triiodotironin (3,3,5-triiodotironin, RT3), monoiodotirosin, dan
senyawa lain juga ditemukan dalam darah vena tiroid. T lebih
aktif daripada T, sedangkan RT tidak aktif. Bentuk T yang
terdapat secara alami dan turunannya dengan atom karbon
asimetris adalah isomer L. D-Tiroksin hanya memiliki sedikit
aktifitas bentuk L.
Beberapa efek yang luas hormon tiroid pada tubuh
disebabkan oleh stimulasi konsumsi oksigen (efek kalorigenik),

6
walaupun pada mamalia hormon tiroid juga mempengaruhi
tumbuh kembang, mengatur metabolisme lemak, dan
meningkatkan penyerapan karbohidrat dari usus (Tabel 18-3).
Hormon-hormon ini juga meningkatkan disosiasi oksigen dari
hemoglobin dengan meningkatkan 2,3-difosfogliserat (DPG) sel
darah merah.

Gambar 4. Hormon tiroid. Angka pada cincin formula T4 menunjukkan


nomor posisi dalam molekul. RT3 adalah 3,3,5,-tiiodotironin.

7
Tabel 18-3

2.4 Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid


Sintesis Hormon Tiroid
Di dalam kelenjar tiroid, iodide mengalami oksidasi menjadi
iodium dan dalam beberapa detik berikatan ke posisi 3 molekul
tirosin yang melekat ke triglobulin (Gambar 5). Enzim yang
berperan dalam oksidasi dan pengikatan iodida adalah tiroid
peroksidase, dengan hydrogen peroksida sebagai penerima
electron. Monoiodotirosin (MIT) kemudian mengalami iodinasi di
posisi 5 untuk membentuk diiodotirosin (DIT). Dua molekul DIT
kemudian mengalami suatu kondensasi oksidatif membentuk T

8
dengan pengeluaran rantai sisi alanin dari molekul yang
membentuk cincin luar. Terdapat dua teori yang menerangkan
terjadinya reaksi penggabungan (coupling reaction) ini. Salah
satu berpendapat bahwa penggabungan terjadi dengan dua
molekul DIT melekat ke triglobulin (penggabungan intramolekul).
Yang lain berpendapat bahwa DIT yang membentuk cincin luar
mula-mula dilepaskan dari triglobulin (penggabungan antar
molekul). Pada kedua keadaan tersebut, tiroid peroksidase
mungkin berperan dalam penggabungan serta iodinasi. T3
mungkin dibentuk melalui kondensasi MIT dengan DIT. Sejumlah
kecil RT3 juga terbentuk, mungkin melalui kondensasi DIT
dengan MIT. Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata-rata
senyawa beriodium adalah 23 MIT, 33% DIT, 35% T4, dan 7%
T3. RT3 dan komponen lain terdapat hanya dalam jumlah yang
sangat sedikit.

9
Gambar 5. Garis besar biosintesis hormon tiroid. Iodinasi tirosin
berlangsung di batas apical sel-sel tiroid, sedangkan molekul berikatan
dalam ikatan peptida di dalam triglobulin.

Sekresi Hormon Tiroid


Kelenjar tiroid manusia mensekresi sekitar 80 g (103
nmol) T4, 4 g (7 nmol) T3, dan 2 g (3,5 nmol) RT3 perhari
(Gambar 6). Namun, MIT dan DIT tidak disekresikan. Sel-sel tiroid
mengambil koloid melalui proses endositosis. Cekungan-
cekungan di tepi koloid yang membentuk lacuna reabsorpsi,
tampak pada kelenjar yang aktif (Gambar 2). Dalam sel, globulus
koloid menyatu dengan lisosom (Gambar 3). Ikatan peptida
antara residu beriodium dan triglobulin terputus oleh protease-

10
protease dalam lisosom, dan T4, T3, DIT, serta MIT dibebaskan ke
dalam sitoplasma. Tirosin yang beriodium mengalami deiodinasi
oleh enzim mikrosom iodotirosin deiodinase. Enzim ini tidak
menyerang tironin beriodium, dan T4 serta T3 masuk ke dalam
sirkulasi. Iodium yang dibebaskan oleh deiodinasi MIT dan DIT
digunakan kembali oleh kelenjar dan secara normal menyediakan
iodium sebanyak dua kali lipat untuk sintesis hormon
dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh pompa iodium. Pada
penderita yang tidak memiliki iodotirosin deiodinase secara
kongenital, MIT Dan DIT dapat dijumpai di dalam urin dan
terdapat gejala defisiensi iodium.

Gambar 6. Sekresi dan interkonversi hormon-hormon tiroid manusia


dewasa normal. Angka-angka adalah dalam microgram per hari.
Perhatikan bahwa sebagian besar T3 dan RT3 dibentuk dari deiodinasi
T4 dalam jaringan, dan hanya sejumlah kecil disekresikan oleh tiroid.
2.5 Transpor dan Distribusi Hormon Tiroid
Pengikatan Protein
Kadar T4 plasmo total dewasa normal adalah sekitar
8g/dL ( 103 nmol/L) , dan kadar T3 plasma adalah sekitar

11
0,15g/dL (2,3 nmol /L) . T3 dan T4 dalam jumlah besar terikat
pada protein plasma . Keduanya diukur dengan radioimunoesai .
Hormon tiroid bebas dalam plasma berada dalam
keseimbangan dengan hormon tiroid yang terikat pada protein
plasma dan jaringan . (gambar 7) . Hormon tiroid bebas
ditambahkan pada cadangan sirkulasi oleh kelenjar tiroid .
Adalah hormon tiroid bebas dalam plasma yang secara fisiologis
aktif dan menghambat sekresi TSH oleh hipofisis .
Banyak hormon lain terikat pada protein plasma , dan
didalam sirkulasi terdapat keseimbangan antara bentuk-bentuk
aktif bebasnya dalam bentuk inaktif terikat . Fungsi pengikatan
protein tampaknya adalah untuk mempertahankan cadangan
hormon yang siap dibebaskan dalam jumlah besar . Selain itu ,
paling tidak untuk T3 , pengikatan hormon mencegah ambilan
berlebiha oleh sel-sel pertama yang dijumpai dan meningkatkan
distribusi jaringan yang merata .

Gambar 7. Distribusi T4 dalam tubuh. Distribusi T3 juga serupa. Panah


terputus-putus menyatakan inhibisi sekresi TSH akibat peningkatan

12
kadar T4 bebas dalam CES. Perkiraan konsentrasi dalam darah
manusia diperlihatkan dalam tanda kurung.

Kapasitas dan Afinitas Protein Plasma Terhadap Hormon


Tiroid.
Protein-proteinplasma yang mengikat hormon tiroid adalah
albumin ; suatu prealbumin yang dulu disebut prealbumin
pengikat tiroksn ( Tiroksine-binding prealbumin, TBPA) dan
sekarang diberi nama transtiretin; dan suatu globulin dengan
mobilitas elektofoletik antara globulin 1-dan 2-, yaitu globulin
pengikat tiroksin (Tiroksine-binding globulin, TBG). Dari ketiga
protein, Albumin memiliki kapasitas terbesar untuk mengikat T 4-
yaitu, protein ini dapat mengikat T4 paling banyak sebelum
menjadi jenuh dan TBG paling kecil. Namun, afinitas protein
terhadap T4- yaitu, afinitas ikatan protein dengan T 4 pada
keadaan fisiologis sedemikian rupa sehingga sebagian besar T 4
dalam sirkulasi terikat pada TBG ( tabel 18-2), dengan lebih dari
sepertiga tempat ikatan pada protein ditempati. T 4 dalam jumlah
yang lebih kecil terikat pada transtiretin dan albumin. Waktu
paruh Transtiretin adalah 2 hari, TBG 5 hari, dan Albumin13 hari.
Secara normal, 99,98% T4 dalam plasma terikat; kadar T4
bebas hanya sekitar 2 ng/dL. Hanya terdapat sedikit T 4 dalam
urin. Dalam paruh biologiknya panjang ( sekitar 6-7 hari), dan
volume distribusinya kurang dibandingkan dengan CES (10 L,
atau sekitar 15% berat tubuh). Semua sifat diatas adalah khas
bagi bahan yang terikat kuat pada protein.
T3 tidak terlalu terikat dari 0,15 mg/ dL secar normal
terdapat dalam plasma, 0,2% (0,3 ng/dL) berada dalam keadaan
bebas. sisa 99.8% terikat pada protein, 46% pada TBG dan
sebagia besarnya pada albumin, denga pengikata pad
atranstiretin sangat sedikit (table 18-1). Peningkatan T 3 yang

13
lebih sedikit ini berkorelasi denga kenyataan bahwa T 3 memiliki
waktu paruh yang lebih singkat dari T4 dan bahwa kerjanya pada
jaringan jauh lebih cepat. RT3 juga berikatan dengan TBG.
T4 dan T3bebas dapat diukur dengan dialisis ekuilibrium,
tetapi teknik ini sangat rumit. Indeks tiroksin bebas ( FT 4I) dapat
dihitung dengan mengukur T4 total dan mengalikannya denga
persentase T4 yang ditandai yang diambil oleh suatu resin atau
arang yang ditambahkan pada specimen plasma; resin dan arang
mengikat T4 bebas dalam plasma. Indeks triiodotironin bebas
(FT3I) dapat dihitung dengan cara yang sama. Indeks-indeks ini
penting dalam pengelolaan para penderita penyakit tiroid.
Namun, penting untuk menekankan bahwa FT 4I dan FT3I bukan
meupakan ukuran langsung akan nilai T4 bebas dan T3 bebas,
tetapi merupakan indeks konsentrasi mereka.

Tabel 18-1
2.6 Mekanisme kerja
Hormon tiroid masuk ke dalam sel, dan T 3 berikatan
dengan reseptor tiroid (TR) di inti sel T 4 juga dapat berikatan,

14
tetapi tidak sama eratnya. Kompleks hormon reseptor kemudian
berikatan dengan DNA melalui jari-jari zink dan meningkatkan
atau pada beberapa keadaan menurunkan ekspresi berbagai gen
yang mengode enzim yang mengatur fungsi sel. Jadi, reseptor
inti untuk hormon tiroid adalah anggota dari superfamily factor
transkripsi inti yang peka-hormon.
Ada dua gen TR manusia: suatu gen reseptor pada
kromosom 17, dan suatu gen reseptor pada kromosom 3.
Dengan ikatan alternative, setiap gen membentuk paling tidak
dua mRNA berbeda dan dengan demikian, membentuk dua
protein reseptor yang berbeda. TR2 ditemukan hanya di otak,
tetapi TR1, TR2, dan TR1 tersebut luas. TR2 berbeda dari
ketiga reseptor yang lain, yaitu tidak mengikat T 3 dan fungsinya
belum diketahui. Reseptor tiroid (TR) berikatan dengan DNA
sebagai monomer, hokodimer, dan heterodimer, dan heterodimer
bersama dengan monomer, homodimer, dan heterodimer
bersama dengan reseptor inti yang lain, terutama dengan
reseptor inti yang lain, terutama dengan reseptor inti yang lain,
terutama dengan reseptor X (RXR). Heterodimer ini tidak
mengikat asam retinoat 9-cis, ligand untuk RXR, tetapi ikatan
reseptor tiroid pada DNA sangat diperkuat. Terdapat juga protein
koaktivator dan kopresor yang mempengaruhi kerja reseptor
tiroid. Mungkin kompleksnya hal inimemungkinkan hormon tiroid
untuk menghasilkan berbagai macam efek di tubuh, tetapi
kemaknaan fisiologik yang menyeluruh dari kerumitan ini belum
diketahui.
Dalam hampir semua kerjanya, T 3bekerj lebih cepat dan 3-
5 kali lebih kuat dari pada T 4. Hal ini disebabkan karena ikatan
T3dengan protein plasma kurang erat, tetapi terikat lebih erat
pada reseptor hormon tiroid. RT3 bersifat inert.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

16
DAFTAR PUSTAKA

17
LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai