Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat


kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10 mL/KgBB/hari) dengan
peningkatan defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14
hari. Pola defekasi neonatus dan bayi hingga usia 4-6 bulan, jika defekasi >3 kali/hari
dan konsistensinya cair atau lembek masih dianggap normal selama tumbuh
kembangnya baik.
Diare masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di
seluruh dunia, yang menyebabkan 2 miliar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap
tahunnya. Berdasarkan hasil Rikesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan
penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia 24%, untuk
golongan umur 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibandingkan
pneumonia 15,5%.
Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat
disentri basiler pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Kebanyakan kuman penyebab
disentri basiler ditemukan di negara berkembang dengan kesehatan lingkungan yang
masih kurang. Disentri amuba tersebar hampir ke seluruh dunia terutama di negara
yang sedang berkembang yang berada di daerah tropis. Hal ini dikarenakan faktor
kepadatan penduduk, hygiene individu, sanitasi lingkungan dan kondisi sosial
ekonomi serta kultural yang menunjang.2

Penyebab utama disentri akut adalah Shigella, penyebab lain adalah


Campylobacter jejuni, E coli enteroinvasive, Salmonella, dan Entamoeba histolytica.
Aeromonas juga diketahui sebagai bakteri penyebab diare disentri. Dalam satu studi
pasien diare dengan Aeromonas positif, gejala klinis yang muncul 30% diare
berdarah, 37% muntah-muntah, dan 31% demam.1
Cerebral Palsy adalah sekelompok gangguan permanen dari perkembangan
gerakan dan postur tubuh, yang menyebabkan pembatasan aktifitas, gangguan ini
tidak progresif yang terjadi pada saat perkembangan otak janin atau bayi. Gangguan
motorik dari cerebral palsy sering disertai dengan gangguan sensasi, persepsi,
kognisi, komunikasi dan perilaku. 1,2,3,4

Pada penderita cerebral palsy mengalami mikrosefalus. Mikrosefalus


adalahlingkar kepala yang berukuran lebih dari 3 standar deviasi dibawah mean
menurut usia dan jenis kelamin.
BAB II
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. N
Jenis kelamin : Perempuan
Lahir pada tanggal/umur : 9 Tahun
Berat waktu lahir : 1800 gram
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Suku bangsa : Kaili
Nama ibu : Ny. E Umur : 28 tahun
Nama ayah : Tn. A Umur : 35 tahun
Pekerjaan ayah : Wirasuwasta
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Pipa air
No. Telp : -
Masuk dengan diagnosa : Disentri
Tanggal masuk rumah sakit : 22 Mei 2016
Masuk ke ruangan : Nuri bawah ( kelas 3)

FAMILY TREE
ANAMNESIS (diberikan oleh : Orang tua)
Keluhan Utama (dilanjutkan dengan anamnesis pelengkap) : BAB Cair
Pasien An.N perempuan usia 9 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan BAB Cair
sejak 4 hari, sebanyak >5 kali dalam sehari, terdapat lendir dan darah. Selama sakit
nafsu makan berkurang.
Orang tua An.N juga mengeluh anaknya panas sehari sebelum masuk rumah sakit
tanpa disertai kejang. Tidak ada batuk, flu dan juga sesak. BAK lancar, warna kuning,
nyeri saat BAK (-).

Anamnesis antenatal dan riwayat persalinan : ANC rutin, saat hamil ibu
tidak pernah sakit, Bayi lahir cukup bulan, lahir spontan. Bayi lahir ditolong
oleh bidan dengan berat badan lahir 1800 gram bayi lahir tidak menangis dan
sempat dibawa ke Puskesmas sesaat setelah lahir untuk mendapatkan
pertolongan pertama. Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara.

Penyakit yang sudah pernah di alami :


- Morbili : -
- Varicella : -
- Pertussis : -
- Diare : -
- Cacing : -
- Batuk / pilek : jarang
- Lain lain : -

Riwayat Kemampuan dan Kepandaian :


Membalik : belum bisa
Tengkurap : belum bisa
Duduk : belum bisa
Merangkak : belum bisa
Berdiri : belum bisa
Berjalan : belum bisa
Berceloteh : belum bisa
Memanggil papa mama : umur 1 tahun tetapi hanya berupa kata.

Anamnesis makanan sejak bayi sampai sekarang :


Anak meminum ASI (air susu ibu) sejak lahir sampai berumur 1 bulan.
Dilanjutkan susu formula dari usia 2 bulan sampai 2 tahun. Saat anak
memasuki usia 3 tahun sampai 5 tahun diberikan juga makanan tambahan
seperti biskuit dan bubur saring. Usia 6 tahun sampai sekarang pasien
diberikan makan bubur dan nasi.

Anamnesis kebiasaan, lingkungan dan sosial:


Anak tinggal di jalan pipa air. Dalam satu rumah terdiri dari 6 orang.
Lingkungan rumah merupakan lingkungan padat penduduk. Status sosial
ekonomi anak masuk dalam kategori tidak mampu. Sumber air adalah PDAM.
Air minum juga menggunakan dari air PDAM. Sampah dibuang di tempat
sampah.
Riwayat Imunisasi Dasar :
Imunisasi lengkap

Ikhtisar Penyakit menurut status UGD


- Bab encer sejak 4 hari
- Muntah
- Panas sehari sebelum masuk RS

II. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 16 kg
Panjang Badan : 86. cm
Lingkar Kepala : 40 cm (< -2 SD = Mikrosefali)
Status Gizi : Gizi Kurang ( CDC 84%)
Tanda Vital
- Tekanan darah : 90/60 mmHg
- Denyut nadi : 110 Kali/menit
- Suhu : 38,3o C
- Respirasi : 28 kali/menit
Kulit : Sianosis (-), ikterus (-), pucat (-), eritema (-)
Kepala :
- Wajah : Simetris, edema periorbital (-)
- Deformitas : Tidak ada
- Bentuk : Normocephal, Fontanela belum menutup (-), ubun-
ubun cekung (-)
- Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
Mata
- Konjungtiva : Anemis -/-
- Sklera : Ikterik -/-
- Pupil : Isokor, RCL+/+, RCTL+/+
- Cekung : (+)
- Mulut : Bibir kering (+) Lidah Kotor (-)
StomatitisAngularis(-)
Tonsil T1/T1, Faring hiperemis (-)
- Hidung : Rhinore (-)

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)


Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) ka=ki, massa (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru,
- Auskultasi : Bunyi vesikular (+), Ronkhi (-), Wheezing (-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan SIC V linea
parasternal dextra, batas kiri jantung SIC V linea
axilla
anterior
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop(-)

Abdomen
Inspeksi : Kesan cembung, massa (-), distensi (-), sikatriks (-)
Auskultasi : Peristaltik (+)
Perkusi : Timpani (+), asites (-)
Palpasi : Nyeri Tekan region abdomen (-), organomegali (-)
Genital : Tidak ditemukan kelainan
Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-),
Deformitas (+)
Punggung : Skoliosis (-), Lordosis (-), Kyphosis (-)
Otot-otot : Atrofi (-)
Refleks : Refleks fisiologis normal, patologis (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

WBC 5,6 4,0-10,0 103/ l

RBC 3,9 3,80-6,50 106/l

HGB 10,7 11,5-17 g/dl

HCT 31,7 37,0-54,0 %

PLT 183 150-500 103/l

RESUME
Pasien anak perempuan An.N masuk rumah sakit dengan keluhan defekasi
cair sejak 4 hari, sebanyak > 5 kali dalam sehari terdapat lendir dan darah.
Anoreksia (+). Ibu juga mengatakan anaknya febris sehari sebelum masuk
rumah sakit tanpa kejang, mikturisi lancar. Pada anamnesis kemampuan anak
kurang aktif tidak sesuai dengan usia anak. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
tanda tanda vital tekanan darah 90/60 mmHg, Denyut nadi 110 Kali/menit,
Suhu 38,3o C, Respirasi 28 kali/menit, status gizi : gizi kurang, lingkar kepala
40 (mikrosefali), mata cekung, bibir kering, pada kulit didapatkan turgor
kembali lambat, pemeriksaan jantung normal, pemeriksaan abdomen di
dapatkan peristaltik (+) kesan meningkat, pemeriksaan ekstremitas bawah di
dapatkan deformitas pada kedua tungkai. pada pemeriksaan darah lengkap
masih dalam batas normal.

Diagnosis kerja : Disentri + Cerebral Palsy + MIkrosefali


Diagnosis banding :

Terapi :
NON-MEDIKAMENTOSA
Kompres Air Hangat
MEDIKAMENTOSA
IVFD Asering 24 tpm
Injeksi cefotaxime 400mg/ 12 jam/IV ( Hari I )
Injeksi Dexamethasone ampul/ 80 IV ( Hari I )
Injeksi Novalgin 140mg/ 8 jam IV
Lodia 2x1/2 tablet

Anjuran : Analisi Feses, Elektrolit


FOLLOW UP

Perawatan Hari ke 1
Tanggal : 23 Mei 2016
Subjek (S) : BAB cair >5 kali, warna hitam, Lendir (+), darah (+). Muntah
(-) Batuk (-), Sesak napas (-). Panas (+) hari ke 2. BAK Lancar
Objek (O) :
a. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 100 kali/menit
o Respirasi : 28 kali/menit
o Suhu : 37,20C
o Kesadaran : Compos mentis (GCS E4 M6 V5 = 15)
b. Kulit : Pucat (-), ikterik (-) turgor kembali cepat.
c. Kepala : konjungtiva hiperemis (-/-), sklera Ikterik (-/-)
mata cekung (-), bibir kering (+)
d. Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
e. Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, Vokal fremitus (+) kesan normal, Sonor (+)
Bunyi vesikular (+).
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung (-)
f. Abdomen : Bentuk datar, peristaltik (+) timpani (+),
NTA (-)
Assesment (A) : Disentri + Cerebral Palsy
Plan (P) :
NON-MEDIKAMENTOSA
Kompres Air hangat
MEDIKAMENTOSA
IVFD Asering 20 tpm
Injeksi cefotaxime 400mg/ 12 jam IV (Hari II)
Injeksi dexamethasone ampul/ 8 jam IV (Hari II)
Injeksi Novalgin 140mg/ 8 jam IV (kalau demam)
Zink 1 tab (20 mg/hari) selama 10 hari
Nifural 3x cth

Perawatan Hari ke 2
Tanggal : 24 Mei 2016
Subjek (S) : BAB ampas (+) 4 kali, warna hitam, Lendir (+),
darah (+). Batuk (-),Muntah (-) Ssak napas (-). Panas (+) hari
ke 3. BAK Lancar
Objek (O) :
a. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 96 kali/menit
o Respirasi : 27 kali/menit
o Suhu : 373 0C
o Kesadaran : compos mentis (GCS E4 M6 V5 = 15)
b. Kulit : Pucat (-), ikterik (-) turgor kembali cepat.
c. Kepala : Konjungtiva hiperemis (-/-), sklera Ikterik (-/-)
mata cekung (-) bibir kering (+)
d. Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
e. Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, vokal fremitus (+) ka=ki, sonor (+),
Bunyi vasikular (+).
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung (-)
f. Abdomen : Bentuk datar, peristaltik (+) kesan normal, timpani (+)
Assesment (A) : Disentri + Cerebral Palsy
Plan (P) :
NON-MEDIKAMENTOSA
Kompres air hangat

MEDIKAMENTOSA
IVFD Asering 24 tpm
Injeksi cefotaxime 400mg/ 12 jam IV (Hari III)
Injeksi dexamethasone ampul/ 8 jam IV (Hari III)
Injeksi Novalgin 140mg/ 8 jam IV (kalau demam)
Zink 1 tab (20 mg/hari) selama 10 hari (Hari II)
Nifural 3x1 cth
Probiokid 3x1 sach
oralit

Perawatan Hari ke 3
Tanggal : 25 Mei 2016
Subjek (S) : BAB cair (+) 8, warna hitam, Lendir (+),
darah (+). Batuk (-),Muntah (-) Sesak napas (-). Panas (-).
BAK
Lancar
Objek (O) :
a. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 102 kali/menit
o Respirasi : 27 kali/menit
o Suhu : 36.6 0C
o Kesadaran : compos mentis (GCS E4 M6 V5 = 15)
b. Kulit : Pucat (-), ikterik (-) turgor kembali cepat.
c. Kepala : Konjungtiva hiperemis (-/-), sklera Ikterik (-/-)
mata cekung (-) bibir kering (-)
d. Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
e. Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, vokal fremitus (+) ka=ki, sonor (+),
Bunyi vasikular (+).
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung (-)
f. Abdomen : Bentuk datar, peristaltik (+) kesan normal, timpani (+) nyeri
tekan (+)
Assesment (A) : Disentri + Cerebral Palsy
Plan (P) :
NON-MEDIKAMENTOSA
Kompres air hangat
MEDIKAMENTOSA
IVFD RL 16 tpm
L-bio 1x1/2 sachet
Oralit ad libitum
Zink 1 tab (20 mg/hari) selama 10 hari
PASIEN DIPULANGKAN

BAB III
DISKUSI KASUS
Diagnosis pada kasus ini diare akut dengan dehidrasi ringan sedang + Cerebral
Palsy + Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang.
dari anamnesis pada pasien anak An.S masuk rumah sakit dengan keluhan BAB
Cair sejak 2 hari, sebanyak > 3 kali dalam sehari. Pada teori Diare akut adalah buang
air besar lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 2 minggu. Sehingga
anak ini di diagnosis dengan diare akut.
Pada anamnesis juga di dapatkan bahwa ibu tidak memikirkan kebersihan saat
memberikan dan menyiapkan makanan anak, ibu tidak pernah mencuci tangan dan
ibu juga membiarkan anak makan jajanan sembarangan yang tidak diketahui
kebersihannya.
Pada teori Faktor resiko terjadinya diare akut pada anak antara lain: tidak
memberikan ASI secara penuh untuk waktu 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kebersihan lingkungan,
pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis.
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare pada anak adalah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolik ke dalam rongga usus.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin dari virus atau bakteri) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolik ke dalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitis usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun
akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan.
Penyebab diare dapat bermacam-macam, adapun penyebab diare pada anak dapat
dilihat pada bagan berikut.

Penyebab terbanyak diare akut pada anak-anak dinegara berkembang adalah


rotavirus, escherichia coli enterotoksigenik, shigella, vibrio cholera, sallmonella, dan E.
coli enteropatogenik. Setiap infeksi bakteri atau virus memiliki gambaran khas masing-
masing, meskipun pemeriksaan kultur merupakan pemeriksaan pasti untuk mengetahui
penyebab dari diare.
Tabel 01. dibawah ini merupakan karakteristik dari beberapa agen infeksius
penyebab diare.

Shigella Vibrio
Rotavirus Salmonella ETEC EIEC
disentri cholera
Mual &
Permulaan + - - + Jarang
muntah
Demam + + - + + -
Tenesmus
Kadang- Tenesmus
Sakit Tenesmus Kolik (+) kolik, Kolik
kadang kolik
pusing
Sangat
Volume Sedang Menurun Banyak Menurun Menurun
banyak
Sering Terus
Frekuensi >10x Sering Sering Sering
sekali menerus
Konsistensi Berair Berair Berair Kental Kental Lendir
Mukus Jarang + + + Sering Flacks
Kadang-
Darah - - + Sering -
kadang
Tidak Tidak
Bau - Telur busuk Tinja Anyir
spesifik berbau
Hijau Tidak Hijau Hijau Putih
Warna Hijau
kuning berwarna darah darah keruh
Leukosit +/- + - + + +

Pada kasus ini, kemungkinan infeksi yang terjadi adalah rotavirus. Hal ini dengan
mengamati anamnesis pasien yaitu konsistensi feses lunak, warna feses kuning, tidak
ada lendir ataupun darah.
Penentuan derajat dehidrasi merupakan hal penting terkait penatalaksanaan yang
akan dilakukan. Derajat dehidrasi pada diare akut menurut WHO 2005
diklasifikasikan dalam 3 kondisi yakni diare akut tanpa dehidrasi, diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang dan diare akut dengan dehidrasi berat. (2)
Dehidrasi Ringan-
Penilaian Tanpa Dehidrasi Sedang Dehidrasi Berat

(1 tanda * + 1 atau (1 tanda * + 1 atau

lebih tanda lain) lebih tanda lain)

Keadaan Baik,sadar *Gelisah,rewel *Lesu,lunglai atau


umum tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung dan


kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut Basah Kering Sangat kering


dan
Lidah
Minum biasa *Haus,ingin minum *Malas minum atau
Rasa haus tidak haus banyak tidak bisa minum

Turgor Kembali cepat *Kembali Lambat *Kembali sangat


kulit lambat (>2 detik)
Hasil Tana dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Dehidrasi berat
pemeriks bila ada 2 tanda atau Bila ada 2 tanda
aan lebih tanda lain atau lebih tanda
lain
Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C

Skor dehidrasi modifikasi UNHAS dapat digunakan untuk menilai derajat dehidrasi
pasien dengan diare.
Kriteria 1 2 3
Keadaan umum Baik Lemas Gelisah, lemas,
syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan < 30 x/menit 30-40 x/menit > 40 x/menit
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi < 120 x/menit 120-140 x/menit > 140 x/menit
Interpretasi :
6 : Tidak dehidrasi
7-12 : Dehidrasi ringan-sedang
13 : Dehidrasi berat

Pada pasien ini berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan di dapatkan bising
usus yang meningkat, dari penentuan derajat dehidrasi menurut WHO pada kasus ini
yaitu dehidrasi ringan sedang sedangkan menurut skor dehidrasi modifikasi
UNHAS mencapai 11 yang menandakan bahwa pasien ini termasuk dehidrasi ringan-
sedang. Anjuran pemeriksaan pada kasus ini salah satunya ialah sebaiknya melakukan
pemeriksaan serum elektrolit. Sebenarnya pemeriksaan serum elektrolit diindikasikan
untuk keadaan dehidrasi berat. Hal ini disebabkan karena pada kondisi dehidrasi berat
dipastikan terjadi komplikasi berupa ketidakseimbangan elektrolit yang berdampak
terutama pada sistem saraf pusat berupa kejang, edema otak, kelemahan otot, ileus
paralitik, gangguan fungsi ginjal, dan aritmia jantung.
Departemen kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua
kasus diare yang diderita anak balita baik dirawat dirumah maupun sedang dirawat
dirumah sakit, yaitu :
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit
2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi/Nasihat kepada orang tua.
Terapi diare akut dengan dehidrasi ringan sedang adalah menggantikan jumlah
kebutuhan cairan yang diperlukan tubuh dan pada kasus ini menggunakan rencana
terapi B.

1. Rehidrasi
Berikan oralit sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam. Jumlah oralit yang
diperlukan = berat badan (dalam kg) x 75 ml. Pada kasus ini BB 9 kg x 75 ml yaitu
675 cc dibagi 3 adalah 225 cc / jam salam 3 jam.
Setelah 3 jam:
a. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasi
b. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
c. Melanjutkan memberi makan pasien
Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai:
a. Mengajarkan ibu cara menyiapkan cairan oralit di rumah.
b. Mengajarkan ibu berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah
c. Menjelaskan aturan perawatan diare di rumah:
Beri cairan tambahan
Lanjutkan pemberian tablet zink sampai 10 hari
Lanjutkan pemberian makan, biarkan anak memilih makanan yang disukai.
Cara memberikan larutan oralit yaitu dengan meminumkan sedikit-sedikit tapi
sering dari cangkir/ mangkuk/ gelas. Jika anak muntah, tunggu 10 menit kemudian
berikan lagi lebih lambat serta lanjutkan pemberian makanan. Pasien pada kasus ini
mengalami muntah sehingga pemberiannya harus secara perlahan-lahan.

2. Tablet zinc selama 10 hari dengan dosis :


a. Anak < 6 bulan = 10 mg (1/2 tablet) per hari
b. Anak > 6 bulan = 20 mg (1 tablet) per hari
Zink termasuk mikronutrien yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan
merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Pemberian zink
dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan
risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Pada kasus ini anak berumur 6 bulan maka
pada terapi zink diberikan 10 mg (1/2 tablet) yang diberikan selama 10 hari.

3. ASI atau Makanan diteruskan


ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi
yang hilang pada saat terjadi diare.

4. Antibiotik sesuai indikasi


Antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self-limited dan tidak dapat
dibunuh dengan antibiotik. Hanya sebagian kecil (10-20 %) yang disebabkan oleh
bakteri patogen seperti Shigella, Salmonella, Enterotoxin E. Coli, Enteroinvasif E.
Coli dan sebagainya akan tetapi pada kasus tidak diberikan.

5. Nasehat kepada orang tua


Nasehat yang dapat diberikan apabila penderita sudah pulang ke rumah atau untuk
penderita rawat jalan adalah segera datang kembali kerumah sakit jika timbul demam,
tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare semakin
sering, atau belum membaik dalam 3 hari. Selain itu ibu disarankan untuk selalu
menjaga kebersihan dan mencuci tangan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah
memberi makan / minum anak.
Komplikasi yang dapat terjadi pada diare akut adalah gangguan elektrolit seperti:
hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia, hipokalemia, dan kejang. Prognosis diare
dapat ditentukan oleh derajat dehidrasi, sehingga penatalaksanaannya sesuai dengan
ketepatan cara pemberian rehidrasi. Apabila penanganan yang diberikan tepat dan
sesegera mungkin, maka dapat mencegah komplikasi dari diare tersebut.
Anamnesis lain yang dilakukan yaitu tentang riwayat kemampuan dan kepandaian
sampai usia 3 tahun ini anak ini belum bisa berjalan, dapat duduk tetapi tidak lama
dan harus di tahan oleh ibu, dapat berbicara hanya memanggil kata mama sehingga
anak ini juga di diagnosis dengan cerebral palsy.
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun
waktu dalam perkembangan anak, di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan
tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai
pertumbuhannya.Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi
perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral.
Usia terdiagnosa biasanya >1 tahun sehingga anak gagal mencapai perkembangan
yang semestinya.
Pada anamnesis riwayat kehamilan dan persalinan ANC rutin, saat hamil ibu tidak
pernah sakit, Bayi lahir cukup bulan, lahir spontan. Bayi lahir ditolong oleh bidan
dengan berat badan lahir 2300 gram bayi lahir tidak menangis dan sempat dirawat di
RSU Anutapura.
Asfiksia sering dijumpai pada bayi-bayi dengan kesulitan persalinan. Asfiksia
menyebabakan rendahnya suplai oksigen pada otak bayi pada periode lama, anak
tersebut akan mengalami kerusakan otak yang dikenal hipoksik iskemik
encephalopathi. Angka mortalitas meningkat pada kondisi asfiksia, tetapi beberapa
bayi yang bertahan hidup dapat menjadi cerebral palsy, dimana dapat bersama dengan
gangguan mental dan kejang. Pada pasien ini juga memiliki riwayat kejang saat usia 2
tahun.

Cerebral palsy pada kasus ini merupakan tipe spastik diplegia dimana otot
mengalami kekauan dan secara permanen akan menjadi kontraktur. Diplegia
merupakan keterlibatan dari keempat ekstremitas tubuh akan tetapi kedua kaki lebih
berat dari pada kedua tangan seperti yang di dapatkan pada kasus ini dan terapi yang
di anjurkan untuk cerebral palsy pada anak ini yaitu fisioterapi.

Pada Skrining perkembangan dengan DENVER II didapatkan bahwa anak


tersebut mengalami Delayed/Keterlambatan. Pasien tidak dapat melakukan semua uji
coba yang terletak di sebelah kiri garis umur. Diantaranya pada usia 2 tahun
seharusnya pada ke empat aspek dapat dilakukan yaitu 1) Personal sosial (seperti
gosok gigi,menyebutkan nama teman dan memakai baju), 2) Motorik kasar (berdiri 1
kaki 2 detik, loncat jauh, melempar bola keatas), 3) Motorik halus (menggoyangkan
ibu jari, menata 8 kubus, meniru garis fertikal) dan 4) Bahasa (mengetahui 4 kegiatan,
keguanaan 3 benda, menghitung 1 kubus), tetapi pada pasien tidak dapat dilakukan
atau terdapat 2 F (Fail/gagal) pada ke empat aspek.

Pada pemeriksaan fisik ekstremitas bawah di dapatka kedua tungkai mengalami


deformitas Adduksi interna dari kaki depan terhadap kaki belakang sehingga anak ini
juga di diagnosis dengan Clubfoot atau disebut juga CTEV (Congeintal Talipes
Equino Varus).
Menurut teori Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot), menunjukkan
suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya berjalan pada ankle-
nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino (meng.kuda) + varus (bengkok ke
arah dalam/medial).

Clubfoot sering disebut juga CTEV (Congeintal Talipes Equino Varus) adalah
deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi
dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia.

Kondisi ini ditandai dengan beberapa komponen, yaitu inversi (putaran ke dalam)
dan adduksi (deviasi ke dalam) dari forefoot, varus dari kalkaneus (tumit inversi),
equinus (plantar fleksi), kontraksi jaringan di sisi medial kaki, otot-otot evertor di sisi
lateral kaki tidak berkembang, otot-otot betis tidak berkembang, serta resistensi
terhadap koreksi pasif.
Prognosis pada kasus ini dengan terapi cairan yang adekuat dan pemberian terapi
yang tepat sesuai tatalaksana diare memberikan prognosis yang baik. Untuk
prognosis terhadap anak dengan palsy serebral bergantung pada umur dan tingkat
kemampuan pasien pada saat diagnosis ditegakkan. Anak tidak dapat duduk sampai
umur 4 tahun, maka 99% dapat dipastikan anak tidak akan dapat berdiri atau berjalan.
Anak tidak dapat mengontrol kepala sampai umur 1 tahun, biasanya tidak akan dapat
berdiri atau berjalan dengan sempurna. Anak dapat duduk pada umur 2 tahun, maka
hampir 100% anak akan dapat duduk dan berjalan nantinya. Prognosis bertambah
berat apabila disertai retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan pendengaran dan
penglihatan.untuk itu pasien perlu mendapat pemantauan tumbuh kembang dan
penatalaksanaan multidisiplin baik dari pihak medis dan keluarga.
Sedangkan untuk prognosis pada CTEV bila terapi dimulai sejak lahir, deformitas
sebagian besar selalu dapat diperbaiki. Walaupun demikian, keadaan ini tidak dapat
sembuh sempurna dan sering kambuh, sehubungan dengan tipenya, terutama pada
bayi yang disertai dengan kelumpuhan otot yang nyata atau disertai penyakit
neuromuskular. Prognosis ditentukan oleh beberapa faktor utama dan penunjang,
antara lain Deformitas yang terjadi, Kapan mulai dilakukan dan Penatalaksanaan
semakin dini dilakukan semakin baik
DAFTAR PUSTAKA

1. Boyle, JT., Diare Kronis, In: Nelson, WE (Ed.): Nelson Ilmu Kesehatan Anak
Edisi 15 Volume 3, Jakarta: EGC, 2000: 1354-64.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Edisi
pertama, Jakarta : Badan Penerbit IDAI, 2012.
3. Departemen Kesehatan RI. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta,
2008.
4. Makassar Pediatric Update. Klinis Praktis Tatalaksana Kasus Bayi dan Anak.
Makassar 2013.
5. Johnston MV. Encephalopaties: Cerebral Palsy dalam Kliegman: Nelson
Textbook of Pediatrics, 18th ed. eBook Nelson Textbook of Pediatrics, 2007.
6. Saharso D. Cerebral Palsy Diagnosis dan Tatalaksana dalam Naskah Lengkap
Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Kapita Selekta Ilmu
Kesehatan Anak VI. Surabaya: RS DR. Soetomo, 2006
7. Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC. Jakarta.3.Salter,
Robert B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
system.Edisi 3, 2008. Jakarta : FKUI RSCM

Anda mungkin juga menyukai