BAB I
PENDAHULUAN
Insiden tahunan PSA aneurisma non-traumatik adalah 6-25 kasus per 100.000.
Lebih dari 27.000 orang Amerika menderita ruptur aneurisma intrakranial setiap
tahunnya. Insiden tahunan meningkat seiring dengan usia dan mungkin dianggap
remeh karena kematian dihubungkan dengan penyebab lain yang tidak dapat
dipastikan dengan autopsi. Beragam insiden PSA telah dilaporkan pada daerah lain di
dunia (2-49 kasus per 100.000).1
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
I. DEFINISI PERDARAHAN SUBARACHNOID
Perdarahan subarachnoid (PSA) adalah perdarahan diantara lapisan
araknoid dan piamater (subarachnoid space).2 Subarachnoid space melebar dan
mendalam pada tempat tertentu dan memungkinkan sirkulasi CSF.[2] Penyebab
utama terjadinya PSA adalah karena adanya ruptur/robekan pada arteri serebralis
yang berada pada subarachnoid space akibat terjatuh, trauma, ruptur dari
aneurisma, atau malformasi vaskular lainnya. Pasien dengan PSA spontan
merasakan sakit kepala yang sangat hebat (97%), yang biasa disebut dengan the
worst headache of my life. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan tanda-tanda
meningeal, seperti kaku kuduk, Kernigs sign positif, atau Brudzinskis sign. Pasien
mungkin datang dengan penurunan kesadaran yang disebabkan oleh perdarahan
masif, tekanan intrakranial meningkat, atau hidrosefalus.3,4,5
Gambar 1. Susunan struktur/bagian dari kepala dan lokasi terjadinya perdarahan subarachnoid.
II. EPIDEMIOLOGI
3
Pada kebanyakan populasi ditemukan insiden PSA sekitar 6-7 per 100.000
orang per tahun. Meskipun insiden meningkat dengan pertambahan usia, setengah
dari pasien PSA berusia kurang dari 55 tahun pada saat terjadinya perdarahan
subarachnoid.6
III. ANATOMI
I. Pachymenings/Duramater
terbentang seperti tenda yang menutupi cerebellum dan letaknya di fossa cranii
posterior. Cerebrum dengan cerebellum dipisahkan oleh tentorium. Tentorium
melekat di sepanjang sulcus transversus os occipitalis dan pinggir atas os
petrosus dan processus clinoideus. Pembukaan antara kedua bagian tentorium
dikenal sebagai incisura tentorii, tempat lewatnya trunkus serebri. Falx serebri
memisahkan antara dua hemisfer serebri yang dibatasi oleh superior dan
inferior sagital sinus pada bagian atas dan bawah.4
III. Piamater
IV. ETIOLOGI
V. PATOFISIOLOGI
Penyebab lainnya adalah trauma kepala. Trauma kepala yang paling sering
terjadi adalah akibat kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan ruptur/robekan
pada arteri serebralis yang berada pada subarachnoid space.3,4
Sedangkan pada malformasi arteriovena (MAV), pembuluh melebar
sehingga darah mengalir di antara arteri bertekanan tinggi dan sistem vena
bertekanan rendah. Akhirnya, dinding venula melemah dan darah dapat keluar
dengan cepat ke jaringan otak.3
VI. DIAGNOSIS
Anamnesis
Dari anamnesis, didapatkan gejala klinis berupa:6,7
1. Pasien mengeluh sakit kepala berat yang
akut. Namun apabila pasien hanya mengeluh sakit kepala ringan, tidak
menutup kemungkinan mengarah ke PSA.
2. Mual, pucat dan sangat berkeringat.
12
b) Pemeriksaan Fisik6,7
1. Sekitar setengah dari pasien memiliki tekanan darah rendah sampai sedang.
Tekanan darah dapat menjadi labil dengan meningkatnya tekanan
intrakranial. Takikardia bisa terjadi beberapa hari setelah terjadinya
perdarahan.
2. Suhu badan meningkat.
3. Biasanya bisa terjadi meningitis akibat PSA ini (sekitar hari keempat).
4. Tanda-tanda neurologis berupa kaku kuduk dan kejang fokal. Kelainan
neurologis fokal ditemukan pada lebih dari 25% dari pasien. Penurunan
fungsi neurologis dapat ditemukan, termasuk penurunan kesadaran. Defisit
neurologis motorik terjadi pada 10-15% pasien. Pada 40% pasien, tidak ada
tanda-tanda lokalisasi yang jelas.
5. Pada 25%pasien terjadi kelumpuhan saraf kranial, disertai kehilangan
memori. Yang paling sering adalah n. oculomotorius dengan atau tanpa
midriasis ipsilateral, akibat pecahnya aneurisma arteri cerebri posterior.
Kelumpuhan n. abducens biasanya disebabkan meningkatnya tekanan
intrakranial.
6. Dari funduskopi dapat ditemukan edema papil. Perdarahan subhialoidretina
terlihat jelas pada 20-30% dari pasien. Perdarahan retina lainnya dapat
dilihat.
c) Pemeriksaan Radiologi
Computed Tomography Scan (CT Scan)
CT scan adalah gold standard untuk pemeriksaan untuk perdarahan
intrakranial. Pemeriksaan CT scan berfungsi untuk mengetahui adanya
massa intrakranial. Pada foto CT scan PSA, tampak gambaran lesi
13
hiperdens dengan tepi tidak rata, biasanya pada cisterna basalis, fissura
Sylvian (tergantung lokasi ruptur aneurismanya), dan ruang subarachnoid.
Dapat pula tampak efek hematokrit pada pendarahan intraventrikular.
Gambar 9: Gambar menunjukkan perdarahan subarachnoid pasca trauma (panah) di atas lobus
temporal.
b) Subdural Hematom
Hematoma subdural terjadi akibat pengumpulan darah diantara dura
mater dan arachnoid. Secara klinis hematoma subdural akut sukar dibedakan
dengan hematoma epidural yang berkembang lambat. Bisa disebabkan oleh
trauma hebat pada kepala yang menyebabkan bergesernya seluruh parenkim
otak mengenai tulang sehingga merusak arteri kortikalis.Biasanya disertai
dengan perdarahan jaringan otak. Gejalanya adalah nyeri kepala progresif,
ketajaman penglihatan berkurang karena edema papil yang terjadi, tanda-
tanda defisit neurologis daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul
berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah terjadinya trauma kepala.8
VIII. KOMPLIKASI
1. Perdarahan Ulang
Perdarahan ulang dari PSA terjadi pada 20% pasien dalam 2 minggu
pertama. Perdarahan ulang pada hari-hari pertama mungkin berkaitan
dengan tidak stabilnya sifat alami dari trombus aneurisma, sebagai
penghambat kerja lisis dalam proses pembekuan di tempat pecahnya.
Faktor klinis yang meningkatkan kemungkinan perdarahan ulang termasuk
hipertensi, kecemasan, agitasi,dan kejang. 1,5
2. Hidrosefalus
Komplikasi meliputi hidrosefalus (obstruktif akut dan sulit untuk
berkomunikasi), vasospasme serebral yang menyebabkan infark dan
herniasi transtentorial sekunder yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan intrakranial.
PSA dapat menyebabkan hidrosefalus oleh 2 mekanisme: obstruksi
aliran CSF (yaitu akut, obstruktif, tipe non-communicating) dan
penyumbatan granulatio arachnoidea oleh jaringan skar (yaitu tertunda,
non-obstruktif, tipe communicating). Hidrosefalus akut disebabkan oleh
kompromasi jalur sirkulasi CSF dengan mengganggu aliran CSF melalui
16
IX. PENATALAKSANAAN
X. PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
1. Alfa AY, Soedomo A, Toyo AR, Aliah A, Limoa A, et al. Gangguan Peredaran Darah
Otak (GPDO) Dalam Harsono ed. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press; 2009. hal. 59-107
2. Haberland C, editor.Clinical neuropathology text and color atlas. 1st ed.New
York:Demos Medical Publishing; 2007. p.264.
3. Price SA, Wilson LM, editors. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2003. hal. 1121-2; 1171-4.
4. Netter FH. Interactive atlas of human anatomy. 3rd ed. New York: Saunders;
2002.
5. Goldszmidt AJ, Caplan LR. Stroke Esensial. Perdarahan Otak. Edisi 2.
Jakarta: PT Indeks; 2013. hal 36-44.
6. Misbach J. Stroke Aspek Diagnosis, Patofisiologi, Manajemen.Diagnosis
Stroke. Jakarta: PERDOSSI; 2011. hal 57-83.
7. Mardjono M, Sidharta P. Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan Saraf Pusat
Dalam Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Edisi 15. Jakarta: PT
Dian Rakyat; 2012. hal. 269-92.
8. Fildes J, Meredith W, Kortbeek J, Advanced Trauma Life Support. Cedera
Kepala. Edisi 8. Chicago; American College of Surgeons Committee on
Trauma. 2004. hal 153-77.