Anda di halaman 1dari 14

ABSES DENTAL

DEFINISI
Abses adalah suatu rongga yang berisi pus (nanah) dalam jaringan
yang patologis. Abses dental merupakan abses yang terbentuk
didalam jaringan periapikal atau periodontal karena infeksi gigi atau
perluasan dari ganggren pulpa. Abses yang terbentuk dapat
merusak jaringan periapikal, tulang alveolus, tulang rahang
kemudian dapat menembus kulit pipi dan membentuk fistel.

ETIOLOGI
Penyebab terbentuknya abses dental karena adanya faktor
iritasi seperti :
Plak
Kalkulus
Ginggivitis
Karies dentis (pulpitis)
Invasi bakteri (Staphylococcus aureus, Streptococcus,
Haemophilus influenza)
Impaksi makanan
Trauma jaringan atau trauma postoperasi
Abses dental terbentuk berdasarkan 3 proses yang berbeda yaitu :
1. Abses periapikal
Abses periapikal terbentuk ketika bakteri menginfeksi gigi akibat
terbentuknya karies dentis. Karies dentis memecahkan email dan
jaringan lunak di lapisan bawah (tulang gigi) dan dengan cepat
mencapai bagian pulpa gigi, yang menyebabkan terjadinya pulpitis.
Selanjutnya bakteri yang menginfeksi pulpa mencapai tulang gigi.
2. Abses periodontal
Abses periodontal terbentuk ketika bakteri menginfeksi jaringan
penyangga gigi yang menyebabkan timbulnya periodontitis.
Periodontitis menyebabkan radang di dalam gusi yang dapat
membuat jaringan yang mengelilingi akar gigi (ligamen
periodontal) terpisah dari dasar tulang gigi (tulang alveolar).
Perpisahan ini menciptakan suatu celah yang dikenal sebagai
periodontal pocket, yang sulit unutk dibersihkan, dan ini
menyebabkan kuman masuk dan menyebar. Periodontal abses
dibentuk oleh bakteri dalam periodontal pocket.
Periodontal abses terjadi akibat hasil dari :
- Penanganan gigi yang menyebabkan terjadinya periodontal
pocket secara kebetulan.
- Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai untuk periodontitis,
yang dapat menyembunyikan suatu abses.
- Kerusakan pada gusi, walaupun tidak terdapat periodontitis.
Pericoronitis
Pericoronitis merupakan peradangan mukosa jaringan lunak
disekitar corona gigi yang akan tumbuh atau sedang erupsi. Pada
pericoronitis umumnya infeksi terjadi pada gusi yang melapisi
sebahagian dari molar ke tiga yang sedang erupsi.
PATOFISIOLOGI
Abses dental sebenarnya adalah komplikasi dari karies dentis,
namun bias juga akibat trauma gigi. Email yang terbuka
menyebabkan masuknya kuman yang akan menginfeksi bagian
pulpa gigi. Infeksi ini menjalar sampai ke akar gigi dan tulang
alveolar (tulang yang menyokong gigi). Infeksi menyebabkan
terjadinya pengumpulan pus (terdiri dari jaringan tubuh yang mati,
bakteri yang telah mati atau masih hidup dan sel darah putih), dan
pembengkakan jaringan dalam gigi. Hal ini akan menyebabkan sakit
gigi. Jika struktur akar gigi mati, sakit gigi mungkin akan hilang,
tetapi infeksi ini akan meluas terus menerus sehingga menjalar ke
jaringan yang lain.

PEMERIKSAAN & DIAGNOSIS


Anamnesis
Umur penting untuk diketahui sebab pada abses periapikal
umumnya terjadi pada anak-anak , sedangkan abses periodontal
umumnya terjadi pada dewasa. Gejala dan tanda abses dental yaitu
:
- Nyeri tiba-tiba dan bengkak pada gigi yang terinfeksi, dan
berangsur-angsur
memburuk dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
- Nyeri menjalar sampai ke telinga, rahang dan leher pada sisi
gigi yang sakit.
- Nyeri saat mengunyah atau membuka dan menutup mulut.
- Gigi sensitif terhadap air dingin atau panas (abses periapikal).
- Gusi berdarah (abses periodontal).
- Rasa pahit di dalam mulut.
- Nafas berbau busuk.
- Sukar tidur dan tidak mampu membersihkan mulut.
- Demam.
Pemeriksaan Gigi Mulut
Ekstra Oral :- Pembengkakan KGB leher.
- Pembengkakan pada rahang, leher dan wajah (pada keadaan
lanjut atau infeksi serius)
- Trismus
Intra Oral :
a. Gingiva : - Bengkak (swelling)
- Merah (eritema)
- Hangat (warmth)
- Fluktuasi (+)
b. Gigi : - gigi goyang (sering pada abses
periapikal)
- Perkusi terasa sakit
- Palpasi konsistensi lunak
Laboratorium
- Pada pemeriksaan darah ditemukan leukositosis.
- Kultur darah dilakukan sebelum pemberian
antibiotika.
Pemeriksaan Penunjang
- Panoramik, sangat membantu pada keadaan emergensi
sebab pemeriksaan ini lebih memberikan informasi mengenai
keadaan gigi dan jaringan penyokongnya.
- Foto Leher AP-Lateral, dapat memberikan informasi
mengenai massa jaringan lunak leher yang dapat mengganggu
pernapasan.
- CT-Scan dengan kontras I.V, lebih akurat karena dapat
memberikan informasi mengenai lokasi, ukuran, luas, dan hubungan
proses radang dengan struktur vital sekitarnya.

PENGOBATAN
Obat-obatan :
- Antibiotika
- Anti Inflamasi
- Analgetika
- Antipiretika (apabila disertai demam)
Incisi
Drainase
Hilangkan kausa

KOMPLIKASI
Fistula dentocutaneus
Osteomielitis
Trombosis Sinus Cavernosus
Ludwig Angina
Sinusitis Maksila
Sepsis

PROGNOSIS
Prognosis abses dental adalah baik, terutama apabila diterapi
dengan segera dan tepat yang meliputi incise, drainase,
penggunaan antibiotic, ekstraksi gigi yang sakit, perawatan saluran
akar dan follow up care.

PATIENT EDUCATION
Abses dental dapat dicegah dengan :
Fluoride supplementation atau mengkonsumsi air yang
mengandung floride. Perlu diberitahukan dengan orang tua.
- Dental hygiene.
Abses merupakan suatu penyakit infeksi yang ditandai oleh adanya
lobang yang berisi nanah (pus) dalam jaringan yang sakit. Dental
abses artinya abses yang terbentuk didalam jaringan periapikal atau
periodontal karena infeksi gigi atau perluasan dari ganggren pulpa.
Abses yang terbentuk merusak jaringan periapikal, tulang alveolus,
tulang rahang terus menembus kulit pipi dan membentuk fistel
Gusi adalah bagian mukosa mulut yang menutupi proceccus
alveolar rahang dan mengelilingi leher gigi. Gingiva adalah bahasa
yang digunakan secara umum dalam bidang kedokteran gigi.
Sedangkan gusi adalah bahasa pasaran yang digunakan masyarakat
secara luas.
Gingiva secara anatomis dibagi atas :
1. Marginal (unattached)
Yaitu tepi atau pinggir gingiva yang mengelilingi gigi. Bagian ini
berbatasan dengan attached gingiva atau suatu lekukan dangkal
yang disebut free gingival groove . Lebar gingiva kurang lebih 1
mm, dapat dilakukan dengan alat periodontal probe dan permukaan
gigi.
2. Attached
Attached gingiva tidak terpisah dengan marginal gingiva. Padat,
lenting, (resilient), melekat erat keperiosteal tulang alv. Sampai
meluas ke mukosa alv. Yang longgar dengan mudah bergerak
dibatasi oleh muko gingival junction.
3. Interdental gingiva Mengisi embrassur gingiva, yaitu ruang
proximal, dibawah daerah kontak gigi. IG biasanya terdiri dari 2
papilla di vestibular dan oral.
Abses gingival merupakan suatu nanah yang terjadi pada gusi
(gingiva). Terjadi karena faktor iritasi, seperti plak, kalkulus, invasi
bakteri, impaksi makanan atau trauma jaringan. Terkadang pula
akibat gigi yang akan tumbuh.

PATOFISIOLOGI
Abses gingival sebenarnya adalah komplikasi daripada karies gigi.
Bisa juga disebabkan oleh trauma gigi (misalnya apabila gigi patah
atau hancur).
Email yang terbuka menyebabkan masuknya bakteri yang akan
menginfeksi bagian tengah (pulpa) gigi. Infeksi ini menjalar hingga
ke akar gigi dan tulang yang menyokong gigi.
Infeksi menyebabkan terjadinya pengumpulan nanah (terdiri dari
jaringan tubuh yang mati, bakteri yang telah mati atau masih hidup
dan sel darah putih) dan pembengkakan jaringan dalam gigi. Ini
menyebabkan sakit gigi. Jika struktur akar gigi mati, sakit gigi
mungkin hilang, tetapi infeksi ini akan meluas terus menerus
sehingga menjalar ke jaringan yang lain.

ETIOLOGI
Abses gingiva terjadi ketika terinfeksi bakteri dan menyebar ke
rongga mulut atau dalam gigi, Penyebabnya adalah bakteri yang
merupakan flora normal dalam mulut. Yaitu bakteri coccus aerob
gram positif, dan coccus anaerob gram seperti fusobacteria,
Streptococcus sp dan bakteri lainnya. Bakteri terdapat dalam plak
yang berisi sisa makanan dan kombinasi dengan air liur. Bakteri-
gakteri tersebut dapat menyebabkan karies dentis, gingivitis, dan
periodontitis. Jika mencapai jaringan yang lebih dalam melalui
nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi
infeksi odontogen.
Abses gingival ini terjadi akibat adanya faktor iritasi seperti plak,
kalkulus, karies dentis, invasi bakteri (Staphylococcus aureus,
Streptococcus, Haemophilis influenzae), inpaksi makanan atau
trauma jaringan. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan tulang
alveolar sehingga terjadi gigi goyang.
Gingival abses terjadi ketika bakteri menginfeksi gusi anda,
menyebabkan penyakit gusi (yang dikenal sebagai periodontitis).
Periodontitis menyebabkan radang di dalam gusi anda, yang dapat
membuat jaringan yang mengelilingi akar gigi anda (periodontal
ligament) terpisah dari dasar tulang gigi anda. Perpisahan ini
menciptakan suatu celah kecil yang dikenal sebagai suatu
periodontal pocket, yang sulit untuk dibersihkan, dan
membolehkankan bakteri masuk dan menyebar.
Gingival abses selalu terjadi akibat hasil dari :
Penanganan gigi yang yang menciptakan periodontal pocket
secara kebetulan,
Penggunaan antibiotik yang tidak diperlakukan untuk
periodontitis, yang dapat
menyembunyikan suatu abses, dan
Kerusakan pada gusi, walaupun tidak terdapat periodontitis.

MANIFESTASI KLINIK
Gejala utama abses gingiva adalah nyeri pada gigi yang terinfeksi,
yang dapat berdenyut dan keras. Pada umumnya nyeri dengan tiba-
tiba, dan secara berangsur-angsur bertambah buruk dalam
beberapa jam dan beberapa hari. Dapat juga ditemukan nyeri
menjalar sampai ketelinga, turun ke rahang dan leher pada sisi gigi
yang sakit.
Pembentukan abses ini melalui beberapa stadium dengan masing-
masing stadium mempunyai gejala-gejala tersendiri, yaitu:
1. Stadium subperiostal dan periostal
Pembengkakan belum terlihat jelas
Warna mukosa masih normal
Perkusi gigi yang terlibat terasa sakit yang sangat
Palpasi sakit dengan konsistensi keras
2. Stadium serosa
Abses sudah menembus periosteum dan masuk kedalam tinika
serosa dari tulang dan pembengkakan sudah ada
Mukosa mengalami hiperemi dan merah
Rasa sakit yang mendalam
Palpasi sakit dan konsistensi keras, belum ada fluktuasi
3. Stadium sub mukous
Pembengkakan jelas tampak
Rasa sakit mulai berkurang
Mukosa merah dan kadang-kadang terlihat terlihat pucat
Perkusi pada gigi yang terlibat terasa sakit
Palpasi sedikit sakit dan konsistensi lunak, sudah ada fluktuasi
4. Stadium subkutan
Pembengkakan sudah sampai kebawah kulit
Warna kulit ditepi pembengkakan merah, tapi tengahnya pucat
Konsistensi sangat lunak seperti bisul yang mau pecah
Turgor kencang, berkilat dan berfluktuasi tidak nyata
Gejala-gejala umum dari abses gingiva adalah :
Gigi terasa sensitif kepada air sejuk atau panas.
Rasa pahit di dalam mulut.
Nafas berbau busuk.
Kelenjar leher bengkak.
Bagian rahang bengkak (sangat serius).
Suhu badan meningkat tinggi dan kadang-kadang menggigil
Denyut nadi cepat atau takikardi
Nafsu makan menurun sehingga tubuh menjadi lemas (malaise)
Bila otot-otot perkunyahan terkena maka akan terjadi trismus
Sukar tidur dan tidak mampu membersihkan mulut
Pemeriksaan laboratorium terlihat adanya leukositosis

PENATALAKSANAAN
Satu-satunya cara untuk menyembuhkan abses gingiva adalah
mengikuti perawatan gigi. Dokter gigi akan mengobati abses
dengan menggunakan prosedur perawatan abses gigi dalam
beberapa kasus, pembedahan, atau kedua-duanya.
A. Farmakoterapi
Analgesik Abses gingiva sangat nyeri, tetapi dapat digunakan obat
penghilang sakit (analgesics), yang tersedia di potik, untuk
mengurangi nyeri ketika menunggu perawatan dari dokter gigi.
Selalu membaca dan mengikuti informasi pada paket tentang
berapa banyak untuk mengambil dan seberapa sering, dan hati-hati
untuk penggunaan dosis maximum. Perlu diketahui bahwa obat
penghilang sakit tidak bisa menyembuhkan abses gingiva.
Analgesics ini biasanya digunakan untuk penundaan perawatan
abses gigi.
Ikuti petunjuk di bawah tentang cara pemakaian analgesics dengan
aman :

o
Jangan memakai ibuprofen jika menderita asma, atau jika kamu
mempunyai, atau pernah mempunyai ulcer gastric.
Jangan terlalu sering memakai obat penghilang sakit di satu
waktu tanpa lebih dulu berkonsultasi dengan dokter, perawat,
healthcare profesional lainnya. Ini dapat berbahayasebab banyak
orang over-the-counter ( OTC) produk berisi obat penghilang sakit
serupa, seperti paracetamol atau ibuprofen dengan atau tanpa
codeine, dan terlalu banyak kombinasi produk.
Ibuprofen dan paracetamol kedua-duanya tersedia dalam bentuk
sirup untuk anak-anak.
Aspirin tidak cocok untuk anak-anak di bawah umur 16 tahun.
Untuk ibu hamil dan menyusui baik digunakan paracetamol
Jika nyeri hebat. boleh menentukan analgesics yang lebih kuat,
seperti codeine fosfat. sebagai alternatif, jika sedang mengkonsumsi
codeine dosis rendah, dokter boleh menyarankan meningkatkan
dosis itu.
Antibiotics Antibiotik untuk abses gingiva digunakan untuk
mencegah penyebaran infeksi, dan dapat dipakai bersama
anaigesics (painkiller). Antibiotik seperti amoxicillin atau
metronidazole dapat digunakan jika:
wajah bengkak, ini menunjukkan infeksi atau peradangan
menyebar ke area sekelilingnya.
terlihat tanda-tanda dari infeksi berat, seperti demam atau
pembengkakan kelenjar.
Daya tahan tubuh menurun, seperti orang yang telah di
khemotherapi, atau seperti infeksi HIV positif,
Peningkatan faktor resiko seperti diabetes millitus, dan resiko
endocarditis.
Antibiotik tidak harus digunakan untuk penundaan perawatan gigi.
Anda
harus mengunjungi dokter gigi jika anda mempunyai abses gingiva
B. Dental procedures
Langkah utama yang paling penting dalam penatalaksanaan abses
gingiva adalah incisi (dibuka) absesnya, dan didrainase nanah yang
berisi bakteri. Prosedur ini pada umumnya dilakukan apabila sudah
di anaestesi lokal terlebih dahulu, sehingga area yang sakit akan
mati rasa. Pada abses gingival, dokter gigi akan mengeluarkan
nanah (pus), dan secara menyeluruh membersihkan periodontal
pocket. Kemudian melicinkan permukaan akar gigi dengan scaling
dan garis gusi untuk membantu penyembuhan dan mencegah
infeksi atau peradangan lebih lanjut
C. Surgery
Jika terjadi infeksi berulang, anda harus mengunjungi dokter ahli
bedah untuk yang dapat membentuk kembali jaringan gusi untuk
selamanya dan memindahkan periodontal pocket. Dalam beberapa
kasus, infeksi abses gingiva dapat terulang bahkan setelah prosedur
pembedahan. Jika ini terjadi, atau jika gigi telah pecah, mungkin
perlu dipindahkan semuanya.
Berikut adalah penatalaksanaan berdasarkan stadium terjadinya
abses :
Stadium periostal dan sub periostal Dilakukan trepanasi untuk
mengeluarkan nanah dan gas gangren yang terbentuk, kemudian
diberikan obat-obatan antibiotika, anti inflamasi, antipiretika,
analgesika dan roboransia. Dengan cara ini diharapkan abses tidak
meluas dan dapat sembuh
Stadium serosa Dianjurkan untuk kumur-kumur air garam hangat
kuku dan kompres panas, supaya abses masuk kearah rongga mulut
Stadium submukosa dan subkutan Dilakukan insisi dan dimasukkan
kain gaas steril atau rubber-dam sebagai drainase, kemudian
diberikan obat-obatan antibiotika, antiinflamasi, antipiretika,
analgesika dan roboransia. Pencabutan gigi yang terlibat (menjadi
penyebab abses) biasanya dilakukan sesudah pembengkakan
sembuh dan keadaan umum penderita membaik. Dalam keadaan
abses yang akut tidak boleh dilakukan pencabutan gigi karena
manipulasi ekstraksi yang dilakukan dapat menyebarkan radang
sehingga mungkin terjadi osteomyelitis.

KOMPLIKASI
Gigi tercabut.
Infeksi kejaringan lunak (selulitis fasial, angina Ludwig).
Infeksi kejaringan tulang (osteomielitis mandibula atau maksila).
Infeksi ke bagian tubuh lain menyebabkan abses serebral,
endokarditis, pneumonia, dll.
Dapat terjadi sepsis

PENCEGAHAN
Untuk mencegah terjadinya abses gingival :
Sikat gigi dengan cara yang benar dan gunakan pasta gigi yang
nyaman untuk kesehatan gigi dan gusi anda.
Periksakan gigi anda rutin tiap 6 bulan sekali ke dokter gigi.
Kurangi makanan yang manis dan yang kering.
Bila sudah terjadi abses gingival, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk membatasi nyeri dan tekanan pada abses gingiva,
meliputi:
Hindari makanan dan minuman yang terlalu dingin atau terlalu
panas,
Makan makanan lunak,
Makan dengan menggunakan sisi yang berlawanan dari abses,
dan
penggunaan sikat gigi yang lembut dan serat halus seperti sutra
di sekitar gigi yang sakit.
Minum obat pereda sakit bila perlu dan jangan menggigit pada
gigi yang sakitt.
Berkumur air garam hangat sehabis makan untuk membersihkan
bagian tersebut (Caranya: Masukkan garam kedalam air hangat,
kumur-kumur dan diamkan sebentar air garam tersebut di dalam
mulut. Ulangi beberapa kali ).
Segera perikasa kedokter gigi

PROGNOSIS
Prognosis dari abses gingiva adalah baik terutama apabila diterapi
dengan segera menggunakan antibiotika yang sesuai. Apabila
menjadi bentuk kronik, akan
lebih sukar diterapi dan menimbulkan komplikasi yang lebih buruk
dan
kemungkinan amputasi lebih besar.
Abses
Abses adalah suatu poket jaringan yang mengandung jaringan nekrotik, koloni
bakteri dan sel darah putih mati. Daerah infeksi bisa berfluktuasi maupun tidak
berfluktuasi (Abubaker dan Benson, 2007).
Secara harfiah, abses merupakan suatu lubang berisi kumpulan pus terlokalisir
akibat proses supurasi pada suatu jaringan yang disebabkan oleh bakteri piogenik.
Abses yang sering terjadi pada jaringan mulut adalah abses yang berasal dari regio
periapikal. Daerah supurasi terutama tersusun dari suatu area sentral berupa
polimorfonuklear leukosit yang hancur dikelilingi oleh leukosist hidup dan kadang-
kadang terdapat limfosit. Abses juga merupakan tahap akhir dari suatu infeksi
jaringan yang dimulai dari suatu proses yang disebut inflamasi (Aryati, 2006).
1). Etiologi
Abses pada umumnya disebabkan karena patologi, trauma atau perawatan gigi
dan jaringan pendukungnya. Infeksi odontogenik ini dimulai dengan terjadinya
kematian pulpa, invasi bakteri dan perluasan proses infeksi kearah periapikal.
Terjadinya peradangan yang terlokalisir atau abses periapikal akut tergantung dari
virulensi kuman dan efektivitas pertahanan hospes. Kerusakan pada ligamentum
periodontium bisa memberikan kemungkinan masuknya bakteri dan akhirnya terjadi
abses periodontal akut. Apabila gigi tidak erupsi sempurna, mukosa yang menutupi
sebagian gigi tersebut mengakibatkan terperangkap dan terkumpulnya bakteri dan
debris, sehingga mengakibatkan abses perikoronal (Pedersen, 1996).
2). Gambaran Klinis
Abses merupakan infeksi akut yang terlokalisir, manifestasinya dapat berupa
peradangan, pembengkakan disertai nyeri jika ditekan atau disertai kerusakan jaringan
setempat. Abses periapikal berukuran kecil, berdiameter kurang lebih 1 cm sehingga
menutupi vestibulum. Mukosa di atasnya Nampak mengkilat, eritematous, tegang dan
kencang. Abses periodontal akut dapat ditandai dengan adanya pembengkakan yang
besar dan pergeseran papilla interdental yang jelas atau mungkin akan menjadi abses
periapikal dengan penutupan/kelainan vestibular. Abses perikoronal akut/perikoronitis
yang melibatkan gigi yang erupsi sebagian menunjukkan tanda pembengkakan yang
eritematous, penonjolan dan pergeseran jaringan sekitarnya dan yang menutupi
(operculum). Ronsen periapikal menunjukkan adanya kerusakkan tulang disekitar gigi
yang terkena yang disebabkan karena infeksi kronis yang terjadi sebelumnya
(Pedersen, 1996).
3). Tanda dan Gejala
Abses odontogenik akut menimbulkan gejala sakit yang kompleks,
pembengkakkan, kemerahan, supurasi, gangguan pengecapan dan bau mulut. Rasa
sakit yag diderita disertai dengan nyeri tekan regional yang ekstrim yang tidak
mempan diobati dengan analgetik biasa.
4). Penegakkan Diagnosis
Abses periodontal dan perikoronal sering disertai dengan purulensi yang biasa
dijadikan sampel untuk kultur sebelum dilakukan tindakan lokal. Apabila abses
memiliki dinding yang tertutup, yang merupakan ciri khas dari lesi periapikal maka
palpasi digital yang dilakukan perlahan terhadap lesi yang teranastesi bisa
menunjukkan adanya fluktuasi yang merupakan bukti adanya purulensi. Untuk
menegakkan diagnosi abses dilakukan kultur dan pengecatan bakteri serta foto ronsen
berupa ronsen periapikal atau OPG dan jika infeksi sudah menyebar luas dibutuhkan
ronsen CT Scan.
Daerah yang mengalami fluktuasi diaspirasi untuk diambil purulensinya. Hal
tersebut dilakukan dengan memasukkan jarum besar 18 atau 20 gauge yang
dicekatkan pada spuit disposibel yang berukuran 3 ml atau lebih kedalam lesi.
Biasanya didapatkan eksudat yang bercampur darah dengan warna kuning atau seperti
krim. Apabila tidak didapatkan bahan purulensi maka infeksinya bersifat difus.
Sedangkan pada ronsen foto terlihat adanya gambaran radiolusen dengan batas tepi
yang tidak tegas pada daerah apical gigi.
5). Terapi
a). Penatalaksanaan Abses Odontogenik
Perawatan abses odontogenik dapat dilakukan secara lokal/sitemik. Perawatan
lokal meliputi irigasi, aspirasi, insisi dan drainase, sedangkan perawatan sistemik
terdiri atas pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit, terapi antibiotik, dan terapi
pendukung. Walaupun kelihatannya pasien memerlukan intervensi lokal dengan
segera, tetapi lebih bijaksana apabila diberikan antibiotik terlebih dahulu untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya bakterimia dan difusi lokal (inokulasi) sebagai
akibat sekunder dari manipulasi (perawatan) yang dilakukan. Pemberian antibiotik
sesuai dengan kondisi infeksi diperlukan adanya kombinasi mengingat bahwa lebih
dominan infeksi abses merupakan bakteri anaerob sedangkan sisanya adalah bakteri
aerob.(Malik, 2008)
Pada pemberian antibiotik sebelumnya diperlukan kultur untuk mengetahui
deposit bakteri apa yang terdapat pada area tersebut sehingga pemberian antibiotika
lebih tepat sasaran. Namun dalam kultur perlu diketahui bahwa kendala mengenai
ketahanan bakteri anaerob akan lebih cepat mati dalam metode pengambilan bakteri
dengan teknik aerob dan selain itu ketepatan dalam pengambilan sampel. (Miloro dkk,
2004) Oleh karena itu menurut Balaji dkk (2009), terkadang kultur bakteri tidak
dilakukan secara rutin kecuali pada kasus:
Disaat pasien gagal merespon obat lebih dari 48 jam.
Ketika infeksi menyebar ke spasium lain
Pada pasien imunodepresed seperti pada HIV, maupun pasien dengan riwayat
endokarditis.
Antibiotik yang biasa digunakan pertama kali antara lain amoksisilin/clavulanic
acid dengan pilihan lain penicillin dan clindamicin. (Balaji dkk, 2009) Terkadang
adapun penembahan metronidazole sebagai kombinasi untuk bakteri spesifik anaerob.
(Malik, 2008)
Abses periodontal dan perikoronal sering disertai pernanahan (purulensi), yang
bisa dijadikan sampel untuk kultur sebelum dilakukan tindakan lokal. Apabila abses
mempunyai dinding yang tertutup, yang merupakan ciri khas dari lesi periapikal,
maka palpasi digital yang dilakukan perlahan-lahan terhadap lesi yang teranestesi bisa
menunjukkan adanya fluktuasi yang merupakan bukti adanya pernanahan.
Abses perikoronal dan periodontal superfisial yang teranestesi bisa
diperiksa/dicari dengan menggeser jaringan yang menutupinya yaitu papila interdental
atau operkulum. Pada daerah tersebut biasanya juga terdapat debris makanan, yang
merupakan benda asing yang dapat mendukung proses infeksi.
b). Alat dan Bahan
1) Jarum 18 atau 20 gauge
2) Spoit disposibel 3ml
3) Blade nomor 11 atau 15
4) Selang lateks, silikon, atau karet
c). Insisi dan Drainase
Abses fluktuan dengan dinding yang tertutup, baik abses periodontal maupun
periapikal, dirawat secara lokal yaitu insisi dan drainase, maka anestesi yang
dilakukan sebelumnya yaitu pada waktu sebelum aspirasi sudah dianggap cukup
untuk melanjutkan tindakan ini.
Pada pembuatan insisi berprinsip insisi merupakan rute terpendek dengan
akumulasi eksudat atau nanah, tetapi selalu menjaga integritas struktur anatomi dan
melakukan insisi dengan kriteria estetika di daerah dengan dampak minimal pada
daerah cutaneus atau mukosa (dengan blade nomor 15 atau nomor 11). Kemudian
dengan haemostat tumpul dimasukkan sampai semua rongga yang terdapat eksudat
atau nanah terhubung. Semua struktur anatomi yang berhubungan harus dijaga dengan
gerakan diseksiyang hati-hati. Setelah itu menjahit selang lateks atau silikon ataupun
karet sebagai tempat drainase. Hindari penggunaan kasa sebagai bahan drainase,
karena sekresi akan tertahan dan menggumpal, sehingga menciptakan tampon yang
akan menyebabkan infeksi bertahan di posisi tersebut.
Perlu diingat bahwa lokasi standar untuk melakukan insisi abses adalah daerah
yang paling bebas, yaitu daerah yang paling mudah terdrainase dengan memanfaatkan
pengaruh gravitasi. biasanya kesalahan yang sering dilakukan adalah membuat insisi
yang terlalu kecil. Insisi yang agak lebih besar mempermudah drainase dan
pembukaannya bisa bertahan lebih lama. Drain yang dipakai adalah suatu selang karet
dan di pertahankan pada posisinya dengan jahitan. Sedangkan untuk
pembersihan drainase dilakukan setiap hari menggunakan larutan steril sampai sekresi
yang minimal atau tidak ada.
6). Perawatan Pendukung
Pasien diberi resep antibiotik (Penicillin atau erythromycin) dan obat-obatan
analgesik (kombinasi narkotik/non-narkotik). Perlu di tekankan kepada pasien bahwa
mereka harus makan dan minum yang cukup. Apabila menganjurkan kumur dengan
larutan saline hangat, onsentrasinya 1 sendok teh garam dilarutkan dalam 1 gelas air,
dan dilaukan paling tidak seiap selesai makan. Pasien dianjurkan untuk
memperhatikan timbulnya gejala-gejala penyebaran infeksi yaitu demam,
meningkatnya rasa sakit dan pembengkakan, trismus/disfagia.
7). Macam macam Abses Odontogenik
a). Abses periapikal
Abses periapikal sering juga disebut abses dento-alveolar, terjadi di daerah
periapikal gigi yang sudah mengalami kematian dan terjadi keadaan eksaserbasi akut.
Mungkin terjadi segera setelah kerusakan jaringan pulpa atau setelah periode laten
yang tiba-tiba menjadi infeksi akut dengan gejala inflamasi, pembengkakan dan
demam. Mikroba penyebab infeksi umumnya berasal dari pulpa, tetapi juga bisa
berasal sistemik (bakteremia).
b). Abses subperiosteal
Gejala klinis abses subperiosteal ditandai dengan selulitis jaringan lunak mulut
dan daerah maksilofasial. Pembengkakan yang menyebar ke ekstra oral, warna kulit
sedikit merah pada daerah gigi penyebab. Penderita merasakan sakit yang hebat,
berdenyut dan dalam serta tidak terlokalisir. Pada rahang bawah bila berasal dari gigi
premolar atau molar pembengkakan dapat meluas dari pipi sampai pinggir mandibula,
tetapi masih dapat diraba. Gigi penyebab sensitif pada sentuhan atau tekanan.
c). Abses submukosa
Abses ini disebut juga abses spasium vestibular, merupaan kelanjutan abses
subperiosteal yang kemudian pus berkumpul dan sampai dibawah mukosa setelah
periosteum tertembus. Rasa sakit mendadak berkurang, sedangkan pembengkakan
bertambah besar. Gejala lain yaitu masih terdapat pembengkakan ekstra oral kadang-
kadang disertai demam.lipatan mukobukal terangkat, pada palpasi lunak dan fluktuasi
podotip. Bila abses berasal darigigi insisivus atas maka sulkus nasolabial mendatar,
terangatnya sayap hidung dan kadang-kadang pembengkakan pelupuk mata bawah.
Kelenjar limfe submandibula membesar dan sakit pada palpasi.
d). Abses fosa kanina
Fosa kanina sering merupakan tempat infeksi yang bersal dari gigi rahang atas
pada regio ini terdapat jaringan ikat dan lemak, serta memudahkan terjadinya
akumulasi cairan jaringan. Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan pada muka,
kehilangan sulkus nasolabialis dan edema pelupuk mata bawah sehingga pak tertutup.
Bibir atas bengkak, seluruh muka terasa sakit disertai kulit yang tegang berwarna
merah.
e). Abses spasium bukal
Spasium bukal berada diantara m. masseter ,m. pterigoidus interna dan m.
Businator. Berisi jaringan lemak yang meluas ke atas ke dalam diantara otot
pengunyah, menutupi fosa retrozogomatik dan spasium infratemporal. Abses dapat
berasal dari gigi molar kedua atau ketiga rahang atas masuk ke dalam spasium bukal.
Gejala klinis abses ini terbentuk di bawah mukosa bukaldan menonjol ke arah
rongga mulut. Pada perabaan tidak jelas ada proses supuratif, fluktuasi negatif dan
gigi penyebab kadang-kadang tidak jelas. Masa infeksi/pus dapat turun ke spasium
terdekat lainnya. Pada pemeriksaan estraoral tampak pembengkakan difus, tidak jelas
pada perabaan.
f). Abses spasium infratemporal
Abses ini jarang terjadi, tetapi bila terjadi sangat berbahaya dan sering
menimbulkan komplikasi yang fatal. Spasium infratemporal terletak di bawah dataran
horisontal arkus-zigomatikus dan bagian lateral di batasi oleh ramus mandibula dan
bagian dalam oleh m.pterigoid interna. Bagian atas dibatasi oleh m.pterigoid
eksternus. Spasium ini dilalui a.maksilaris interna dan
n.mandibula,milohioid,lingual,businator dan n.chorda timpani. Berisi pleksus venus
pterigoid dan juga berdekatan dengan pleksus faringeal.
g). Abses spasium submasseter
Spasium submasseter berjalan ke bawah dan ke depan diantara insersi otot
masseter bagian superfisialis dan bagian dalam. Spasium ini berupa suatu celah
sempit yang berjalan dari tepi depan ramus antara origo m.masseter bagian tengah dan
permukaan tulang. Keatas dan belakang antara origo m.masseter bagian tengah dan
bagian dalam. Disebelah belakang dipisahkan dari parotis oleh lapisan tipis lembar
fibromuskular. Infeksi pada spasium ini berasal dari gigi molar tiga rahang bawah,
berjalan melalui permukaan lateral ramus ke atas spasium ini.
Gejala klinis dapat berupa sakit berdenyut diregio ramus mansibula bagian
dalam, pembengkakan jaringan lunak muka disertai trismus yang berjalan cepat,
toksik dan delirium. Bagian posterior ramus mempunyai daerah tegangan besar dan
sakit pada penekanan.
h). Abses spasium submandibula
Spasium ini terletak dibagian bawah m.mylohioid yang memisahkannya dari
spasium sublingual. Lokasi ini di bawah dan medial bagian belakang mandibula.
Dibatasi oleh m.hiooglosus dan m.digastrikus dan bagian posterior oleh m.pterigoid
eksternus. Berisi kelenjar ludah submandibula yang meluas ke dalam spasium
sublingual. Juga berisi kelenjar limfe submaksila. Pada bagian luar ditutup oleh fasia
superfisial yang tipis dan ditembus oleh arteri submaksilaris eksterna.
Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari abses dentoalveolar, abses
periodontal dan perikoronitis yang berasal dari gigi premolar atau molar mandibula.
i). Abses sublingual
Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang tebal , teletek diatas
m.milohioid dan bagian medial dibatasi oleh m.genioglosus dan lateral oleh
permukaan lingual mandibula.
Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan daasarr mulut dan lidah terangkat,
bergerser ke sisi yang normal. Kelenjar sublingual aan tampak menonjol karena
terdesak oleh akumulasi pus di bawahnya. Penderita akan mengalami kesulitan
menelen dan terasa sakit.
j). Abses spasium submental
Spasium ini terletak diantara m.milohioid dan m.plastima. di depannya
melintang m.digastrikus, berisi elenjar limfe submental. Perjalanan abses kebelakang
dapat meluas ke spasium mandibula dan sebaliknya infesi dapat berasal dari spasium
submandibula. Gigi penyebab biasanya gigi anterior atau premolar.
Gejala klinis ditandai dengan selulitis pada regio submental. Tahap akhir akan
terjadi supuratif dan pada perabaan fluktuatif positif. Pada npemeriksaan intra oral
tidak tampak adanya pembengkakan. Kadang-kadang gusi disekitar gigi penyebab
lebih merah dari jaringan sekitarnya. Pada tahap lanjut infeksi dapat menyebar juga
kearah spasium yang terdekat terutama kearah belakang.

k). Abses spasium parafaringeal


Spasium parafaringeal berbentuk konus dengan dasar kepala dan apeks
bergabung dengan selubung karotid. Bagian luar dibatasi oleh muskulus pterigoid
interna dan sebelah dalam oleh muskulus kostriktor. sebelah belakang oleh glandula
parotis, muskulus prevertebalis dan prosesus stiloideus serta struktur yang berasal dari
prosesus ini. Kebelakang dari spasium ini merupakan lokasi arteri karotis, vena
jugularis dan nervus vagus, serta sturktur saraf spinal, glosofaringeal, simpatik,
hipoglosal dan kenjar limfe.
Infeksi pada spasium ini mudah menyebar keatas melalui berbagai foramina
menuju bagian otak. Kejadian tersebut dapat menimbulkan abses otak, meningitis atau
trombosis sinus. Bila infeksi berjalan ke bawah dapat melalui selubung karotis sampai
mediastinuim.

Anda mungkin juga menyukai