Anda di halaman 1dari 10

Drg. Kadaryati Sp BM.D.F.

M IMPAKSI Dizalosafasyi 2010-16-029 Impaksi


gigi yang erupsinya karena suatu hal terhalang sehingga gigi tersebut erupsi tidak

sempurna sehingga tidak bisa mencapai oklusi yang normal dalam deretan susunan gigi geligi.

ETIOLOGI Gigi impaksi disebabkan karena gigi itu sendiri dan jaringan di sekitarnya.
GIGI IMPAKSI ITU SENDIRI
y

JARINGAN DI SEKITARNYA
y

Posisi benih giginya abnormal posisi erupsinya menjadi abnormal

Tulang yang terlalu padat (densitas tulang)

Gigi

tersebut

tidak

mempunyai

y y y y

Mukosa yang terlalu tebal Kekurangan ruang Persistensi gigi susu Faktor keturunan

kekuatan untuk erupsi

Etiologi gigi impaksi lain FAKTOR LOKAL


 Kedudukan gigi tetangga yang tidak teratur  Tekanan dari gigi tetangga  Kurangnya pertumbuhan rahang  Densitas tulang  Premature lost gigi sulung  Persistensi gigi sulung  Posisi gigi yang abnormal  Penyakit nekrosis karena keradangan/abses

FAKTOR SISTEMIK
 Prenatal  Post natal keturunan, mixgeneration malnutrisi, ricketsia,

anemia, TBC, syphilis congenital.  Kelaina pertumbuhan cleft palate, oxycephaly (kepala yang runcing, hal ini mempengaruhi pertumbuhan rahang), achondroplasia

 Perubahan pada tulang karena proses peradangan

Klasifikasi gigi impaksi Berdasarkan jarak dari permukaan distal gigi M2 RB dan tepi ramus mandibula Kelas I
distal gigi M2 RB ke tepi

Berdasarkan kedalaman relatif gigi M3 RB di dalam tulang rahang

Berdasarkan sumbu panjang gigi M3 RB terhadap dumbu panjang gigi M2 RB

Posisi A
RB setinggi/lebih tinggi dari

j Mesioangular j Horizontal j Vertikal j Distoangular j Buccoangular j Linguoangular j Inverted

Bila jarak dari permukaan Titik tertinggi dari gigi M3

ramus mandibula lebih besar permukaan oklusal gigi M2 dari mesiodistal gigi M3 RB RB

Kelas II
distal gigi M2 RB ke tepi

Posisi B
RB lebih rendah dari

Bila jarak dari permukaan Titik tertinggi dari gigi M3

ramus mandibula lebih kecil permukaan oklusal gigi M2 dari mesiodistal gigi M3 RB RB, tetapi di atas garis servikal gigi M2 RB

Kelas III

Posisi C

Bila sebagian besar atau Titik tertinggi dari gigi M3 seluruh gigi M3 RB terletak RB lebih rendah dari garis di dalam ramus mandibula servikal gigi M2 RB

Syarat insisi
y y y y y

Insisi harus dilakukan di atas tulang yang sehat Inisisi harus tajam dan bersudut 45o dengan dasar MBF Inisisi harus dilakukan 1 kali. Lurus dan tajam Insisi harus mentok tulang agar periosteum ikut terbawa Dasar flap harus selebar mungkin untuk mendapatkan suplai darah yang baik dan lapangan pandang yang jelas

resorbsi gigi tetangga

Rasa sakit yang menyebar (revered pain) DAMPAK GIGI IMPAKSI BILA TIDAK DICABUT

Food impaction Karies pada gigi tetangga dan gigi impaksi tang erupsi sebagian

Pergeseran gigi tetangga--> crowding

Infeksi : pericoronitis

Komplikasi OD
Durante OD
y

Pada saat pencabutan mengenai canalis sehingga dapat mengenai pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan

y y y

Fraktur akar gigi impaksi Dapat merusak gigi tetangga pada saat pengeburan Pada saat pengungkitan gigi impaksi dengan bein. Gigi tetangganya bisa terungkit. Sehingga pada saat pengungkitan gigi harus di fiksasi.

y y

Dislokasi TMJ Perdarahan

Post OD
y y y y y y y

Rasa sakit Trismus Prolonged anastesi Parastesi Dry socket Infeksi Pembengkakan

DRY SOKET

Definisi : Soket yang kering setelah dilakukan pencabutan.

Nama lain :
l alveolagia l alveolitis l alveolar osteitis l localized osteitis l localized osteomyelitis l dolor post extraction l painful socket l necrotic socket l slaughing socket l septic socket l alveolar sicca dolorasa

Etiologi :        Perisemental injeksi (antara gigi dan tulang) Gigi yang mau dicabut misalnya terdapat granuloma (adanya infeksi) menghisap-hisap bekas pencabutan Gigit tampon terlalu lama , koagulan terbawa tampon. Merokok (asap panas dan daya hisapnya) Penggunaan bur terlalu lama dan tidak dilakukan irigasi air dengan baik. Trauma terlalu besar

Terapi :   Dilakukan anestesi topical Spooling betadine + Nacl 0.9 % mukosa menjadi kering) bila spooling menggunakan H2O2 3 % ( menyebabkan

    

Kuretase yang ringan dibuat perdarahan baru Spooling betadine + Nacl 0.9 % Diberikan Soufratul + eugenol. Medikasi obat antibiotic, analgetik, antiseptic. kontrol

drg. Farida M. Aritonang, Sp.BM

Di l

201016034

S NUS
Suatu rongga kosong- dilapisi ol piramida terbalik. mukosa dengan ketebalan kurang lebi

- 2mm berbentuk

Si

maksilaris berbentuk pyramid terbalik s maksilaris


: dasar orbita : processus al eolaris dari gigi C M : os zygomatikum : os nasal

Batas-batas si y y y y

Batas atas Batas bawah Batas lateral Batas medial

Yang menghubungkan antara sinus maksilarisdengan orbita yaitu foramen lakrimalis.


Yang menghubungkannya dengan ps nasal yaitu konka medialis.

s
ese

s
h e e l

Bila keseimbangan tidak ada maka akan terjadi penyumbatan akibat keradangan mukosa misalnya : Rinitis , sinusitis.

            

           

Al

eh

Gigi y itu fokal infeksi proses yang lama missal dari pulpitis kronis menjadi GP, GR, kalkulus sehingga terjadi kerusakan ligament periodontal maka tulang alveolar mengalami kerusakan, sedangkan di dalam tulang alveolar terdapat supply darah yang dapat mengalami perluasan infeksi le at pembuluh darah tsb.

ETIOLOGI

Hidung melalui septum yang bengkok sehingga tidak terdapat keseimbangan penyumbatan telinga.

Telinga

SINUSITIS

Peradangan dari mukosa sinus dapat menyebabkan penebalan mukosa sinus rongga sinus tertutup sinusitis Etologi :

l Gigi yaitu fokal infeksi




proses yang lama missal dari pulpitis kronis menjadi gangrene

pulpa, gangren radiks, kalkulus sehingga terjadi kerusakan ligament periodontal maka tulang al eolar mengalami kerusakan, sedangkan di dalam tulang al eolar terdapat supply darah yang dapat mengalami perluasan infeksi lewat pembuluh darah tsb.


l Hidung melalui septum yang bengkok sehingga tidak terdapat keseimbangan penyumbatan
telinga.

l Telinga

Gejala klinis :

l Kalau menunduk kepala terasa berat (sudah ada pus) l Bernafas serasa tidak enak l Hidung mampet l Bau mulut

Sinus maksilaris dan rongga hidung cuma dibatasi oleh tulang trabekula yang tipis jadi jika sudah ada proses kronis seperti gangrene, supurasi/purulenta tulang trabekula menjadi rapuh. Maka berhati-

hati dalam melakukan pencabutan terhadap gigi geligi rahang atas yang dekat sinus , bila tidak berhati hati perforasi sinus.

PERFORASI SINUS
Terbukanya rongga sinus yang disebabkan ;  Pencabutan gigi impaksi  kesalahan operator  Infeksi kronis.

Tanda tanda perforasi sinus : keluar darah dari hidung (meskipun berjalan lambat prosesnya) gigi gigi yang rentan dapat terjadi perforasi sinus : o o o o akar palatal gigi m1 akar bukal gigi m2 akar mesial dan distal

akar gigi m3 posisi bukoversi / distoversi. akar palatal gigi p1

ORO ANTRAL FISTULA

Terbukanya rongga sinus lebih dari 24 jam yang menghubungkan rongga mulut dengan sinus akibat pencabutan gigi yaitu saluran yang menghubungkan rongga sinus dengan rongga mulut.

 Pada waktu lebih dari 24 jam proses penyembuhan luka sudah terjadi (healing). Maka penanganan yang baik dilakukan sebaiknya sebelum terjadi golden period yaitu tidak lebih dari 10 jam, maka healing belum terjadi dan dibuat perdarahan baru.

TEHKNIK PENGAMBILAN GIGI YANG DEKAT DENGAN SINUS

Misalnya gigi m1 berada di bawah tulang servikal, tindakan yang harus dilakukan ialah :

1. Insisi, lalu pembuatan flap. 2. Jaringan jaringan yang nekrotik dibuang. 3. Pembuangan tulang sampai servikal gigi yang akan dicabut dan terlihat akar giginya. 4. Bila bein tidak memungkinkan untuk masuk, maka di lakukan separasi pada gigi tersebut sampai bifurkasinya pecah. 5. Setelah itu bein dapat masuk dan gigi dikeluarkan satu persatu. 6. Bila pada penjahitan, flap tidak dapat menutup soket, maka dilakukan insisi di distal dari gigi yang akan dicabut maka insisi yang tadinya triangular menjadi trapezium. Insisi harus

sampai periosteum menempel dengan flap agar mendapatkan lapangan pandang yang cukup baik. Karena periosteum seperti elastic fibers 7. Bila flap masih belum dapat menutupi soket juga, maka dibuat insisi di palatal dan flapnya diputar bertemu dengan flap bukal (rotation flap) / per pediculare. Bagian yang tidak tertutup diberi alveogel.

Saat yang tepat untuk membuat flap yaitu bila gigi indikasi perforasi sinus. Predisposisi perforasi sinus ; 1. Gangren radikularis 2. Gigi bekas PSA sementosis 3. Gigi rapuh dan tulang alveolar yang keras 4. Gigi ankilosis dengan tulang alveolar. Bila gigi ada dalam sinus lakukan penjahitan yang baik agar tidak terjadi infeksi observasi (pasien

akan merasa bindeng). Sebagai dokter gigi kita harus memberitahukan kepada pasien tentang tanda tanda klinis yang ada. Bila ukurannya kecil hanya di sedot lewat lubang hidung melalui conca nasalis. Bila besar dilakukan Caldwell-Luc operation.

CALDWELL-LUC OPERATION
Lakukan anestesi yaitu dengan bius umum Dilakukan pembukaan / jendela di tulang sebesar kurang lebih 5mm di fossa canina yaitu diatas apeks antara I1 dan caninus, insisi berbentuk elips atau horizontal dari midline sampai ke Molar maka akan terlihat lapangan pandang yang luas sampai ke dasar orbita.

Bila ada gigi , gigi impaksi, atau benda asing yang ada dalam rongga sinus dapat diambil dengan menggunakan pinset, tang bayonet atau bein. Dibersihkan dengan spooling Betadine / Nacl Daerah kerja dikeringkan dengan iodoform kasa ; o kasa dipanjangkan kemudian beri iodoform steril mulut) o Lakukan penjahitan yang continue, pada saat penjahitan, kassa jangan sampai ikut terjahit. o o setelah 5 hari dibuka Bila ada perdarahan saat dibuka diberi tampon, sesaat darah akan berhenti. gulung masukkan autoklaf untuk di

dimasukkan lewat fossa canina hingga tembus ke lubang hidung (di luar

Anda mungkin juga menyukai