Anda di halaman 1dari 12

Puskesmas Batua Makassar

ANALISA TINDAKAN

Oleh:
LISKA
C12112111

CI. INSTITUSI CI. LAHAN

(Dr. Kadek Ayu Erika, S.Kep., Ns., M.Kep) (........................................)

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
IMUNISASI

A. Tindakan
Tindakan pemberian imunisasi campak dilakukan oleh perawat pada anak
An.P berumur 9 bulan 2 minggu, pada hari kamis 3 November 2016 yang datang
ke puskesmas dengan jadwal imunisasi yang telah disampaikan sebelumnya.
B. Justifikasi tindakan
Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan merupakan salah satu
upaya pencegahan terjadinya campak pada sianak. Meskipun anak mendapatkan
antibody campak dari ibunya sejak lahir, namun pemberian vaksin campak di
usia 9 bulan dianjurkan untuk dilakukan karena antibody campak yang diperoleh
dari ibu sejak lahir akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia sianak
sehingga butuh antibody tambahan dengan pemberian vaksin campak.
C. Teori singkat tindakan
Vaksin campak adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan, merupakan
vaksin beku kering berwarna kekuningan pada vial gelas, yang harus dilarutkan
dengan pelarut vaksin campak kering yang telah disediakan secara terpisah.
Vaksin campak ini berupa serbuk injeksi. Pemberian vaksin campak ini dilakukan
sebanyak 2 kali yaitu saat bayi berusia 9 bulan dan saat berusia 6 tahun.
Pemberian imunisasi campak di Indonesia masih dinajurkan oleh WHO
dikarenakan kejadian campak di Indonesia masih tergolong masih tinggi.
1. Cara dan dosis pemberian imunisasi campak
Campak diberikan secara subkutan meskipun dapat diberikan secara
intramuscular
Dosis baku minimal untuk vaksin campak yang dilemahkan adalah
0,5 ml
Pemberian vaksin dilakukan pada usia 9 bulan, dimana pada usia ini
bayi akan kehilangan antibody campak maternalnya.
Iminisasi campak ke dua dilakukan ketika anak sudah SD atau telah
berusia 6 tahun.
2. Efek samping imunisasi campak
Pemberian imunisasi campka dapat memberikan efek samping berupa
demam sampai suhu 39 0C pada anak yang terjadi pada hari ke5-6 setelah
pemberian imunisasi yang biasanya berlansung selama 2 hari, selain itu
ruam pada anak juga biasa dijumpai pada dari ke 7-10 setelah imunisasi
selama 2 hari.

Berikut ini, imunisasi dasar yang diwajibkan bagi anak ada lima yaitu:
Jenis
No tujuan Efek samping
imunisasi
1 BCG untuk menghindari penyakit Setelah 2 minggu akan terjadi
TBC pembengkakan kecil dan merah
ditempat suntikan. Luka akan
sembuh sendiri dengan
meninggalkan bekas imunisasi.
2 Polio untuk menghindari penyakit Jarang timbuk efek samping
polio. Polio adalah sejenis
penyakit yang dapat
menyebabkan terjadinya
kelumpuhan.
3 DPT untuk melindungi anak dari 3 Beberapa bayi menderita panas pada
penyakit sekaligus yaitu waktu sore hari setelah mendapatkan
difteri, pertusis dan tetanus imunisasi DPT, tetapi panas akan
turun dan hilang dalam waktu 2 hari.
Keadaan ini tidak berbahaya dan
tidak perlu mendapatkan pengobatan
khusus, akan sembuh sendiri. Bila
gejala diatas tidak timbul tidak perlu
diragukan bahwa imunisasi tersebut
tidak memberikan perlindungan dan
imunisasi tidak perlu diulang.
4 Hepatitis B untuk menghindari penyakit Belum pernah dilaporkan adanya
yang mengakibatkan efek samping.
kerusakan pada hati.

5 campak Untuk mencegah penyakit Demam dan ruam


campak yang disebabkan oleh
vitus morbilli

Berikut ini jadwal pemberian imunisasi berdasarkan IDAI:

D. Hasil Tindakan
Hasil tindakan dari imunisasi itu sendiri dapat dikatakan cukup baik jika
dilihat dari cara pelaksanaan imunisasi yang cukup bagus, ditambah keberhasilan
puskesmas dalam menjalankan program imunisasi sesuai dengan program yang
telah dicanangkan oleh pemerintah. Dalam pemberian imunisasi di puskesmas
ini, semua anak yang berada dalam wilayah kerja puskesma batua mendapatkan
jenis imunisasi sesuai dengan umur.
E. Analisis Tindakan
Pemberian imunisasi campak merupakan suatu upaya pemberian antibody
campak pada anak agar mereka tidak rentang terkena campak. Pada pelaksanaan
pemberian imunisasi campak yang telah dilakukan sudah sesuai dengan teori,
dimana petugas kesehatan memberikan vaksin secara subkutan dan terlebih
dahulu tujuan dan efek samping yang kemungkinan terjadi disampaikan kepada
orang tua sebelum pemberian vaksin pada anak. Selain itu, jadwal pemberian
jenis imunisasi sesuai umur pada setiap anak telah terjadwal dengan cukup baik.
program pemerintah tetang pelaksanaan imunisasi wajid pada anak dapat
dikatakan terlaksana dengan baik pada puskesama ini karena adanya kesadaran
dari pegawai puskesmas dan masyakakat akan pentingnya imunisasi itu sendiri.
F. Hambatan
Hambatan yang didapatkan pada saat melakukan imunisasi pada anak adalah
tingkat kerewelan pada anak sehingga perlunya tehnik pengalih perhatian yang
bagus pada anak agar sianak tidak rewel pada saat pemberian vaksin.
G. Kesimpulan dan saran
program pelaksanaan imunisasi di puskesmas dapat dikatakan berjalan dengan
baik, dimana petugas yang aktif dalam melakukan imunisasi dengan
mengunjungi posyadu-posyandu ditambah kesadaran orang tua akan pentingnya
imunisasi bagi anak mereka sehingga jadwal pemberian imunisasi pada anak
dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan program yang telah direncanakan.
Saran untuk peningkatan mutu pelayanan yang lebih baik terutama dibidang
imunisasi, mungkin tempat pelaksanaan imunisasi bisa difasilitasi burupa
ruangan bermain untuk anak, sehingga bagi anak yang akan antri untuk imunisasi
tidak rewel dan bosan saat menunggu nomor antrian yang didapatkan.
PENGUKURAN SUHU

A. Tindakan
Tindakan pengukuran suhu tubuh dilakukan kepada anak An.J umur 1 tahun,
datang ke Puskesmas karena sudah 2 hari mengalami demam.
B. Justifikasi Tindakan
Pengukuran suhu tubuh bertujuan untuk memeriksa kondisi pasien secara
umum serta memantau perubahan suhu pada klien untuk menentukan tindakan
keperawatan selanjutnya
C. Teori singkat tindakan
Suhu tubuh normal pada bayi (termasuk di dalamnya adalah balita, dan
anak anak usia sekolah dasar berbeda dengan orang dewasa. Bayi dan anak
anak cenderung memiliki suhu tubuh normal yang jauh lebih tinggi
dibandingkan orang dewasa atau remaja. Hal ini disebabkan oleh tingginya
proses metabolism tubuh yang terjadi pada bayi dan anak anak.

Pada usia 3 bulan, bayi memiliki rata rata suhu tubuh 37.4 C,

Pada usia 1 tahun memiliki suhu tubuh 37.6 C

Berikut ini adalah cara mengukur suhu tubuh pada anak:

Mengukur suhu mulut (oral)

Bila anak baru saja minum atau makan, tunggu 20 30 menit sebelum
mengukur temperatur di dalam rongga mulut.

Pastikan tidak ada makanan, permen, dan lain-lain di dalam mulut anak .

Letakkan ujung termometer di bawah lidah, minta anak untuk mengatupkan


bibirnya di sekeliling termometer. Ingatkan dia untuk tidak menggigit
termometer atau berbicara saat ada termometer di dalam mulutnya. Minta
anak untuk rileks dan bernafas biasa melalui hidung.

Setelah terdengar nada beep, baca angka yang tertulis.

Mengukur suhu ketiak (aksila)

Buka baju anak dan dalamannya (termometer harus menyentuh kulit,


bukan baju).

Taruh termometer di ketiak, lipat tangan anak serongkan ke dada sehingga


termometer terjepit.

Tunggu sampai terdengar nada beep. Baca angka yang tertera.

Mengukur temperatur rektal

Lumasi ujung termometer dengan jelly pelicin yang larut air (jangan
pergunakan petroleeum jelly).

Baringkan anak di pangkuan anda atau di atas tempat yang rata dan
agak keras.

Satu tangan memegang bagian bawah pantat anak agar tidak bergerak-gerak.
Tangan yang lain memasukkan termometer melalui anus sejauh 1 2 cm,
tetapi bila terasa ada tahanan, jangan masukkan lebih jauh dari 1 cm.

Termometer dikepit di antara dua jari saat bagian tangan anda yang lain
memegang pantat anak. Tenangkan anak/bayi, ajak bicara sambil anda
memegang termometer tersebut.

Tunggu sampai terdengar nada beep dan bacalah angka yang tertera

D. Hasil tindakan
Dari pengukuran suhu pada An. J dengan menggunakn thermometer
dan di ukur pada bagian aksilla didapatkan suhu tubuhnya 38,1. Itu artinya
anak mengalami demam.

E. Analisis tindakan
Suhu tubuh seseorang berfluktuasi dalam rentang yang relatif sempit.
Pengaturan suhu terdapat dibawah kontrol hipotalamus. Tubuh beradaptasi
terhadap perubahan suhu dengan menyimpan atau melepaskan panas.
Perubahan dapat diakibatkan oleh penyakit, infeksi, ataupun pajanan yang
lama terhadap panas atau dingin, dan gangguan hormon (Perryet al, 2005).
Salah satu hal yang mempengaruhi pengaturan suhu di hipotalamus (area
preoptic) adalah adanya pirogen. Area preoptic akan meningkat sehingga suhu
tubuh juga akan melakukan mekanisme peningkatan suhu (Sharewood, 2011).
Adanya pirogen seperti infeksi, toxin atau mediator inflamasi akan
merangsang pengeluaran monosit, makrofag atau sel endotelial yang akan
melepaskan pirogen citokinin-IL-1, TNF, IL-6 dan IFN. Kompenen tersebut
akan merangsang hipotalamus anterior yang meningkatkan termoregulator
dari area preoptic. Gejala yang timbul berupa produksi panas atau
mempertahankan panas yang menyebabkan demam.
Pengukuran suhu yang dilakukan pada An. J menggunakan
termometer digital dan lokasi penempatannya di aksila. Pengukuran suhu di
aksila dan menggunakan termometer digital membutuhkan waktu (1-2 menit).
Setelah itu, diperoleh suhu 38,10 C, dilaporkan kepada perawat dan
perencanaan kolaborasi pemberian paracetamol sirup.
F. Hambatan
Tidak ada hambatan dalam pengukuran suhu dikarenakan anak sudah
dalam kondisi lemah. Sehingga tidak banyak bergerak dan hanya tidur di
pangkuan ibunya saja.
DDST

1. Tindakan yang dikerjakan


DDST adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai
kemajuan perkembangan usia 0-6 tahun. DDST di gunakan untuk mendetEksi adanya
masalah dalam perkembangan anak yang berat dan sebagai metode yang cepat untuk
mengidentifikasi anak yang memerlukan evaluasi lebih lanjut
DDST (Denver Development Screening Test) adalah Salah satu dari metode
skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Test ini bukan test diagnostic atau
test IQ.
2. Justifikasi tindakan dilakukan
a. Untuk mengetahui tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
b. Untuk menemukan adanya keterlambatan perkembangan anak sedini
mungkin.
c. Untuk meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk berusaha
menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan.
3. Teori singkat tindakan
Ada 125 tugas perkembangan yang dinilai, yang dikelompokkan menjadi 4 sektor,
yaitu :
a. Sektor personal social.
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
b. Sektor gerakan motorik halus.
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh tertentu
yang dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Contohnya koordinasi mata, tangan, memainkan, menggunakan benda-benda
kecil.
c. Sektor bahasa.
Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
d. Sektor gerakan motorik kasar.
Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan
biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar. Contohnya
duduk, melompat, berjalan, dll.
4. Hasil tindakan
Hasil DDST pada 2 anak menunjukkan mereka dalam keadaan perkembangan
NORMAL
5. Analisa tindakan
Berdasarkan jurnal penelitian dari http://eprints.ums.ac.id yang ditulis oleh
Kusuma (2012) mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh
kembang anak dan perkembangan motorik halus balita di wilayah kerja puskesmas
penumping Surakarta didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat
pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dan perkembangan motorik halus
balita.

Begitu pula yang didapatkan dari hasil pengkajian pada 2 orang ibu.
Didapatkan bahwa Unsur-unsur yang berpengaruh dalam perkembangan anak adalah
orang tua, keluarga, masyarakat, serta lingkungan tempat ia tumbuh dan berkembang.
Interaksi anak dengan orang tua akan menimbulkan keakraban yang berpengaruh
terhadap perkembangan anak yang tidak tertutup. Orang tua memegang peranan
terbesar dalam mendidik anak

6. Hambatan
Hambatan yang munkin muncul :
a. Anak yang tidak kooperatif
b. Alat permainan yang kurang
c. Tindak lanjut yang kurang pada anak dengan status caution atau mengalami
keterlambatan
d. Kelurga yang kurang pemahaman dengan gangguan perkembangan anak
e. Lingkungan yang tidak kondusif
7. Kesimpulan dan saran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
DDST sangat bermanfaat untuk menkaji gangguan dini perkambangan anak,
sehingga disarankan agar posyandu dan unit pelayanan kesehatan dapat
menyediakan tes DDST ini di setiap kesempatan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai