Part I
No. 1 s/d 100
Office Address:
Jl Padang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta
Selatan
(Belakang Pasaraya Manggarai)
Phone Number : 021 8317064
Pin BB 2A8E2925
WA 081380385694
dr. Widya, dr. Cemara, dr. Eno
Medan : dr. Yolina, dr. Resthie, dr. Yusuf
Jl. Setiabudi No. 65 G, Medan
Phone Number : 061 8229229 dr. Reza
Pin BB : 24BF7CD2
www.optimaprep.com
ILMU PENYAKIT DALAM
B
1. Asma
Pemeriksaan faal paru bermanfaat untuk
diagnosis, menilai berat asma, memonitor
keadaan asma, & menilai respons pengobatan.
American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes2016. Diabetes Care. 2016;39(suppl 1):S1-S106.
4. Infeksi Dengue A
A
4. Infeksi Dengue
Diagnosis DBD secara Klinis
1. Kasus DBD
Demam akut 2-7 hari, bersifat bifasik.
Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa
Uji tourniquet positif
Petekia, ekimosis, atau purpura
Perdarahan mukosa, saluran cerna, dan tempat bekas suntikan
Hematemesis atau melena
Trombositopenia < 100.000/uL
Kebocoran plasma yang ditandai dengan
Peningkatan nilai hematrokrit 20 % dari nilai baku sesuai umur &
jenis kelamin.
Penurunan nilai hematokrit 20 % setelah pemberian cairan yang
adekuat Nilai Ht normal diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian
cairan.
Efusi pleura, asites, hipoproteinemi
A
5. Ulkus Peptikum
Nyeri epigastrik dapat ditemukan pada ulkus gastrikum dan ulkus duodenum.
Ulkus duodenum:
Nyeri timbul 90 menit 3 jam setelah makan
Nyeri berkurang dengan antasid atau makanan
Nyeri timbul pada malam hari (tengah malan sampai jam 3 pagi)
GU:
Nyeri dipresipitasi oleh makanan
Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa Kementerian. Kemenkes 2011.
D
6. Terapi HIV
Paduan obat lini pertama (Depkes 2011) adalah:
2 NRTI + 1 NNRTI
2013 Practice guidelines for the management of arterial hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and
the European Society of Cardiology (ESC)
B
8. Gizi
Pada keadaan infeksi & immunocompromised
diperlukan perbaikan sistem imun, pada soal
ini dipilih tinggi protein karena protein
dibutuhkan untuk membentuk
immunoglobulin.
A
9. Gizi
Pada kasus ini dipilih yang rendah serat agar
tidak membebani kerja saluran cerna dan
tinggi kalori untuk pemulihan/memperbaiki
catabolic state.
A
10. Diabetes
Pemantauan gula darah mandiri dapat dilakukan dengan
darah kapiler.
HbA1C >9%
HbA1C <7% HbA1C 7-9%
HbA1C >9%
HbA1C <7% HbA1C 7-9%
Tatalaksana
Kloramfenikol, DOC di Indonesia (Buku ajar IPD), 4x500 mg/hari
sd 7 hari bebas demam.
Kotrimoksazol 2x480 mg selama 2 minggu, efektivitas hampir
sama dengan kloramfenikol.
Ampisilin & amoksisilin, 50-150 mg/kgBB, selama 2 minggu,
kemampuan menurunkan demam lebih rendah dari
kloramfenikol.
Ceftriakson, 3-4 g dalam 100 mL dekstrosa, infus dalam jam,
1x/hari, selama 3-5 hari.
Siprofloksasin 2x500 mg/hari selama 6 hari.
A
19. Diabetes
C
20. Diabetes
Tatalaksana DM pada penderita baru
terdiagnosis:
HbA1C >6,5% s.d <7%: modifikasi gaya hidup,
evaluasi 3 bulan, jika masih >6,5% s.d <7%
monoterapi oral
HbA1C 7-9%: modifikasi gaya hidup + monoterapi
oral, evaluasi 3 bulan
HbA1C 9%, diberikan kombinasi 2 obat dengan
cara kerja berbeda.
Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
C
35. Farmakologi
Efek digoxin:
Menghambat Na+/K+ ATPase Na intrasel meningkat Ekstrusi Ca
menurun Ca intrasel tinggi Kontraktilitas meningkat
Meningkatkan tonus vagal
2013 Practice guidelines for the management of arterial hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and
the European Society of Cardiology (ESC)
B
40. GERD
A
41. Sistitis
A
42. Asma
Definisi:
Gangguan inflamasi kronik
saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya.
Inflamasi kronik mengakibatkan
hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik
berulang:
mengi, sesak napas, dada terasa
berat, dan batuk-batuk terutama
malam dan atau dini hari.
Episodik tersebut berhubungan
dengan obstruksi jalan napas yang
luas, bervariasi & seringkali
bersifat reversibel.
PDPI, Asma pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
GINA 2005
A
43 Penyakit Paru
Bronkiektasis:
Anamnesis & PF: batuk, dyspnea, produksi sputum banyak
(berwarna), hemoptysis, finger clubbing.
CXR: scattered or focal; rings of bronchial cuffing; tram
track of dilated, thick airways.
Spirometri: pola obstruktif.
D
44. Ulkus Peptikum
Obat anti nyeri (NSAID) menyebabkan ulkus peptikum.
A
45. Kardiologi
Coronary Artery Spatial Distribution of Acute
Myocardial Infarction Occlusions
(Circulation. 2004;110:278-284.)
A
46. Tuberkulosis
Infectious Diseases Society of America Guidelines for the Diagnosis and Treatment of
Asymptomatic Bacteriuria in Adults.
A
50. Infeksi Saluran Kemih
Escherichia coli is by far the most frequent cause
of uncomplicated community-acquired UTIs.
E
A
53. OA
http://www.medscape.org/viewarticle/436592_3
71. PATOFISIOLOGI SINDROM METABOLIK D
http://www.medscape.org/viewarticle/442813_3
72. CA PARU A
73. ANEMIA B
Tanda Khas Anemia Defisiensi Besi
Kuku Spoon nail, koilonikia
Lidah Atrofi papila
Mulut Stomatitis angularis
Hipofaring Nyeri menelan, varises esofagus
Gaster Gastritis, aklorhidria
74. HISTOPATOLOGI GOUT ARTRITIS C
http://www.pathologyoutlines.com/to
pic/jointsgout.html
75. CUSHING
SYDROME
B
http://medicalassessmentonline.com/terms.php?R=95&L=A
ILMU PENYAKIT MATA
76. Blepharitis A
Blefaritis peradangan pada kelopak mata
Blefaritis terdiri atas dua jenis :
Blefaritis Anterior peradangan pada tepi kelopak mata bagian
luar tepatnya pada daerah tumbuhnya bulu mata
Etiologi : infeksi bakteri (stafilokokus), seboroik, alergi atau infeksi
tungau
Gejala klinis : kelopak merah, gatal, bersisik terdapat ulkus-ulkus kecil
sepanjang tepi palpebra, bulu mata cenderung rontok stafilokokus
http://www.healblog.net/wp-content/uploads/Hordeolum-
and-Chalazion.jpg
D
81. Keratitis/ulkus kornea Jamur
Indolen, disertai infiltrat kelabu, sering dgn hipopion,
peradangan nyata bola mata, ulserasi superfisial, dan lesi satelit.
The most common pathogens are Fusarium and Aspergillus
(filamentous fungi) in warmer climates and Candida (a yeast) in
cooler climates.
Sumber: American Optometric Association. Fungal Keratitis. / Vaughan Oftalmologi Umum 1995.
Keratitis Fungal
Meskipun memiliki karakteristik, terkadang sulit membedakan
keratitis fungal dengan bakteri.
Namun, infeksi jamur biasanya localized, dengan button appearance
yaitu infiltrat stroma yang meluas dengan ulserasi epitel relatif kecil.
Pd kondisi demikian sebaiknya diberikan terapi antibiotik
sampai keratitis fungal ditegakkan (mis. dgn kultur, corneal
tissue biopsy).
Stromal infiltrate
Keratitis Jamur
Keratitis fungi bersifat indolen, dengan infiltrat kelabu, sering dengan hipopion,
peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial, dan lesi-lesi satelit (umumnya
infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi).
84. KATARAK-SENILIS B
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang 4 stadium: insipien, imatur (In some patients, at
terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 this stage, lens may become swollen due to
tahun continued hydration intumescent cataract),
matur, hipermatur
Epidemiologi : 90% dari semua jenis katarak Gejala : distorsi penglihatan, penglihatan
Etiologi :belum diketahui secara pasti kabur/seperti berkabut/berasap, mata tenang
multifaktorial: Penyulit : Glaukoma, uveitis
Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan Tatalaksana : operasi (ICCE/ECCE)
pengaruh genetik
Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi
yang sangat kuat mempunyai efek buruk
terhadap serabu-serabut lensa.
Faktor imunologik
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa,
seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi
cahaya matahari.
Gangguan metabolisme umum
85. Herpes Zoster Oftalmika D
Reaktivasi dari virus Tanda
Pembengkakan kelopak mata
Varicella Zoster yang
Keratitis
mengenai saraf trigeminus Iritis
cabang oftalmika Glaukoma sekunder
Manifestasi okular biasanya Terapi asiklovir oral 5x800 mg
selama 7-10 hari diberikan
didahului oleh munculnya dalam 3 hari sejak erupsi
vesikel pada distribusi saraf vesikel kulit
trigeminal cabang oftalmika When the natural blinking
reflex and eyelid function are
Besar kemungkinan terjadi affected, long term application
masalah okular bila cabang of a lubricating eye ointment
or eye gel is indicated to
nasosiliar dari saraf tersebut prevent corneal epithelial
ikut terkena damage.
Wim Opstelten. Managing ophthalmic herpes zoster in primary care. BMJ. 2005 July 16; 331(7509): 147
151.. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC558704/
86. Pemeriksaan Snellen D
Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan
pemeriksaan dasar mata yg hrs dilakukan pd setiap
pasien
A
87. Anterior Uveitis Clinical Pearls
Four major complications exist
Cataract
Secondary glaucoma
Band keratopathy
Cystoid macular oedema
Easy to spot acute by signs & symptoms
Check patients with associated systemic conditions for chronic
condition, which may be asymptomatic
Acute condition is most commonly caused by blunt trauma.
Recurrence in such cases is rare
Any three recurrent acute episodes, with no other explanations,
indicates a systemic cause
88. Glaukoma B
Congenital abnormal eye present at birth, epiphora, photophobia, and blepharospasm, buphtalmus
glaucoma development, (>12 mm)
congenital infection
Secondary Drugs (corticosteroids) Sign and symptoms like the primary one. Loss of vision
glaucoma Eye diseases (uveitis,
cataract)
Systemic diseases
Trauma
Absolute glaucoma end stage of all types of glaucoma, no vision, absence of pupillary light
reflex and pupillary response, stony appearance. Severe eye pain. The
treatment destructive procedure like cyclocryoapplication,
cyclophotocoagulation,injection of 100% alcohol
http://emedicine.medscape.com/articl e/1206147
89. Conjunctivitis A
90. Trauma Mekanik Bola Mata B
Cedera langsung berupa ruda Pemeriksaan Rutin :
paksa yang mengenai jaringan Visus : dgn kartu Snellen/chart
mata. projector + pinhole
Beratnya kerusakan jaringan Funduskopi pemeriksaan utk
bergantung dari jenis trauma serta melihat bagian dalam mata atau
fundus okuli, menggunakan
jaringan yang terkena oftalmoskop
Gejala : penurunan tajam TIO : dgn tonometer
penglihatan; tanda-tanda trauma aplanasi/schiotz/palpasi
pada bola mata Slit lamp : utk melihat segmen
Komplikasi : anterior
Endoftalmitis USG : utk melihat segmen posterior
(jika memungkinkan)
Uveitis
Ro orbita : jika curiga fraktur dinding
Perdarahan vitreous orbita/benda asing
Hifema Tatalaksana :
Retinal detachment Bergantung pada berat trauma, mulai
Glaukoma dari hanya pemberian antibiotik
Oftalmia simpatetik sistemik dan atau topikal, perban
tekan, hingga operasi repair
Hifema Blood in the front (anterior) chamber of Treatment :elevating the head at night, wearing an
the eyea reddish tinge, or a small patch and shield, and controlling any increase in
pool of blood at the bottom of the iris intraocular pressure. Surgery if non- resolving hyphema
or in the cornea. or high IOP
May partially or completely block Complication: rebleeding, peripheral anterior
vision. synechiea, atrophy optic nerve, glaucoma (months or
The most common causes of hyphema years after due to angle closure)
are intraocular surgery, blunt
trauma, and lacerating trauma
The main goals of treatment are to
decrease the risk of rebleeding within
the eye, corneal blood staining, and
atrophy of the optic nerve.
TRAUMA MATA
Kondisi Akibat trauma mata
Hematoma Pembengkakan atau penimbunan darah Sering terlihat pada trauma tumpul kelopak. Bila
Palpebral di bawah kulit kelopak akibat pecahnya perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua
pembuluh darah palpebra. kelopak dan berbentuk seperti kacamata hitam yang
sedang dipakai
Perdarahan Pecahnya pembuluh darah yang Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan pada setiap
Subkonjungtiva terdapat dibawah konjungtiva, seperti penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat
arteri konjungtiva dan arteri episklera. trauma tumpul. Akan hilang atau diabsorbsi dengan
Bisa akibat dari batu rejan, trauma sendirinya dalam 1 2 minggu tanpa diobati.
tumpul atau pada keadaan pembuluh
darah yang mudah pecah.
Subluksasi Lensa berpindah tempat Penglihatan berkurang, pada iris tampak iridodenesis
(iris tampak bergetar atau bergoyang saat mata
bergerak)
91. BEDAH KATARAK A
Lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau
ekstrakapsular:
Ekstraksi Katarak Intrakapsular (EKIK) :
Mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya
Tidak boleh dilakukan pada pasien usia <40thn, yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular
Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular (EKEK):
Dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dapat keluar melalui robekan tersebut
Dilakukan pada pasien muda, dengan kelainan endotel, bersama-sama
keratoplasti, implantasi lensa intraokuler posterior, perencanaan implastasi
sekunder lensa intraokuler, kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma,
mata dengan predisposisi terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya pasien
mengalami ablasio retina, mata dengan makular edema, pasca bedah ablasi.
Fakofragmentasi dan Fakoemulsifikasi : teknik ekstrakapsular menggunakan
getaran ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi
lumbus yang kecil
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier sehingga terjadi
peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos. Pada pemeriksaan biomikroskop
(slit lamp) hal ini tampak sebagai flare, yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndall).
www.uptodate.com
The patient should be treated in the meantime with a
topical antibiotic ointment (eg, erythromycin ) four times a
day and no patch.
After removal of a foreign body containing iron there is
often a residual rust ring and reactive infiltrate.
Patients with rust ring should be treated as patients with
corneal abrasions.
The rust ring itself is not harmful and will usually resorb
gradually.
If there is failure of the epithelium to heal after 2-3 days,
debridement of rust ring can be considered by clinicians
trained in the use of instruments at the slit lamp.
Removal of rust ring on a routine basis at time of foreign
body removal is not recommended because of potential
damage to Bowmans membrane and resultant scarring.
96. UVEITIS B
Radang uvea:
mengenai bagian
depan atau
selaput pelangi
(iris) iritis
mengenai bagian
tengah (badan
silier) siklitis
mengenai
selaput hitam
bagian belakang
mata koroiditis
Biasanya iritis
disertai dengan
siklitis = uveitis
anterior/iridosikl
itis
UVEITIS
Dibedakan dalam bentuk
granulomatosa akut-kronis dan
Tanda :
non-granulomatosa akut- kronis pupil kecil akibat rangsangan
proses radang pada otot
Bersifat idiopatik, ataupun terkait sfingter pupil
penyakit autoimun, atau terkait
penyakit sistemik edema iris
Biasanya berjalan 6-8 minggu Terdapat flare atau efek tindal
di dalam bilik mata depan
Dapat kambuh dan atau menjadi
menahun Bila sangat akut dapat terlihat
hifema atau hipopion
Gejala akut:
mata sakit Presipitat halus pada kornea
Merah
Fotofobia
penglihatan turun ringan
mata berair
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier sehingga terjadi
peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos. Pada pemeriksaan biomikroskop
(slit lamp) hal ini tampak sebagai flare, yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndall).
Sumber: American Optometric Association. Fungal Keratitis. / Vaughan Oftalmologi Umum 1995.
Keratitis/ ulkus Fungal
Meskipun memiliki karakteristik, terkadang sulit membedakan
keratitis fungal dengan bakteri.
Namun, infeksi jamur biasanya localized, dengan button appearance
yaitu infiltrat stroma yang meluas dengan ulserasi epitel relatif kecil.
Pd kondisi demikian sebaiknya diberikan terapi antibiotik
sampai keratitis fungal ditegakkan (mis. dgn kultur, corneal
tissue biopsy).
Stromal infiltrate
Ulkus kornea Jamur
Keratitis fungi bersifat indolen, dengan infiltrat kelabu, sering dengan hipopion,
peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial, dan lesi-lesi satelit (umumnya
infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi).
http://www.mastereyeassociates.com/Portals/60407/images//astig
Astigmatism, Walter Huang, OD. Yuanpei University: Department of Optometry matism-Cross_Section_of_Astigmatic_Eye.jpg
BASED ON FOCAL POINTS
RELATIVE TO THE RETINA
SIMPLE ASTIGMATISM
When one of the principal meridians is focused on the retina and the
other is not focused on the retina (with accommodation relaxed)
Terdiri dari
astigmatisme miopikus simpleks: satu titik emetrop, titik lain jatuh di depan retina
astigmatisme hipermetrop simpleks: satu titik emetrop, titik lain jatuh di belakang
retina
COMPOUND ASTIGMATISM
When both principal meridians are focused either in front or behind the
retina (with accommodation relaxed)
Terdiri dari : kedua titik jatuh di depan retina
Astigmatisme miopikus kompositus: Kedua titik jatuh di depan retina
astigmatisme hipermetrop kompositus: kedua titik jatuh di belakang retina
MIXED ASTIGMATISM
When one of the principal meridians is focused in front of the retina and
the other is focused behind the retina (with accommodation relaxed)
http://www.improveeyesighthq.com/Corrective-Lens-Astigmatism.html
Toric/Spherocylinder lens pada koreksi
Astigmatisme
http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/graphics/figures/v1/051a/010f.gif
http://vision.zeiss.com/content/dam/Vision/Vision/International/images/image-text/opticaldesigns_asphere_atorus_atoroidal-surface_500x375.jpg
TIPS & TRIK
Rumus hapalan ini bisa digunakan untuk menentukan jenis jenis
astigmatisme berdasarkan kedudukannya di retina kalau disoal
diberikan rumus astigmatnya sbb
1. sferis (-) silinder (-) pasti miop kompositus
2. Sferis (+); silinder (+) pasti hipermetrop kompositus
3. Sferis (tidak ada); silinder (-) pasti miop simpleks
4. Sferis (tidak ada); silinder (+) pasti hipermetrop simpleks