Anda di halaman 1dari 8

20 PENDAR BINTANG

Siang yang sangat melelahkan bagi Pamela tidak hanya bersekolah, berbisnis di sekolahpun
aku lakukan hanya untuk bisa bersekolah di tempat ini SMA Garuda. Usahanya selancar apa
yang sudah dia rintis sejak kelas 10. Anita dan Joy temen sekelas ku sedang duduk-duduk di
depan kelas.

Anita : hai.. mel, gimana ke kelas tadi laku keras nih kayaknya ?( panggil anita yang sedang
duduk berdua bersama Joy)

Joy : mel,inget...kamu udah kelas 12 bentar lagi ujian pikirin itu jangan dagangan aja yang di
pikirin (nada sindiran)

Pamela : siap bos laksanakan!

Tiba datang Jaka dan Rere seperti biasa selalu jahil dan iseng serta menggoda Pamela
mendatangi Pamela yang sedang bersama Joy dan anita.

Rere : hai mel... cowo baru mu mana? Seluruh sekolah udah kenal kamu lho... masak enggak
ada cowo yang kepincut sama kamu? (merangkul dari belakang)

Jaka : upik abu (nama julukan) mana nih gratisannya...aku tiap hari beli disini enggak pernah
dapet gratisan, huuu...payah.

Pamela : bisa sih kalian itu sehari saja tidak menggodaku (kesal)

Lalu Raka teman satu kelas Rere dan Jaka melintas di tengah-tengah perbincangan mereka,
dan duduk tidak jauh dari mereka bergerumbul.

Pamela : re, itu temen sekelas mu yang duduk di bawah pohon itu? (berbisik ke arah Rere)

Rere : Raka namanya, kamu naksir? Dia terlalu tampan untuk mu

Pamela : aku cuma tidak pernah tahu dia sepertinya pendiam.

Jaka : bel.. masuk udah bunyi tuh...emak-emak masih ngrumpi aja nih. Re... ayo ke kelas !

Akhirnya ujian akhir sekolah pun akan segera tiba setelah memutuskan untuk tidak lagi
berjualan di sekolah Pamela lebih sering ke perpustakaan untuk menghabiskan waktu untuk
belajar. Raka tiba-tiba duduk di sebelah Pamela saat membaca buku.

Raka : boleh aku duduk disini ?

Pamela : silakan saja.

Setelah satu jam belajar mereka berdua tidak berbicara sedikitpun sampai Pamela membuka
pembicaraan.
Pamela : bukannya kamu jurusan IPS, kenapa suka baca buku organ dalam manusia ?

Raka : *menatap Pamela*

Pamela : Aku Mela, Pamela anggarasastra (mengulurkan tangan)

Raka : Raditya Arkana di singkat menjadi Raka (merapikan buku)

Raka langsung mengemasi bukunya dan meninggalkan Pamela. Pamela hanya bisa heran
melihat Raka yang begitu dingin.

****

Ujian sekolah telah usai Pamela telah mendaftarkan dirinya ke universitas dan menunggu
pengumuman di rumah dengan tenang.

Ibu : apakah ujianmu lancar nak ?

Pamela : semua berjalan lancar bu dan Pamela tinggal menunggu pengumuman kelulusan dan
masuk ke universitas.

Ibu : apakah kamu tidak ingin bekerja saja? Sepertinya Ibu tidak punya uang untuk
membiayaimu masuk universitas.

Pamela : tapi...

Ibu : maafkan Ibu nak (bersedih)

Suara sepeda motor Ayah Pamela yang usai pulang bekerja. Memasuki ruang tamu dan
melihat Pamela dan Ibu berbincang serius.

Ayah : Ayah pulang... ada apa ini sepertinya sedang serius sekali ?

Pamela : yah... jika seandainya Pamela kuliah, apakah Ayah mengizinkan Mela? Walaupun
banyak uang yang Pamela habiskan?

Ayah : tentu! apa arti uang jika ilmu lebih berharga dari emas

Ibu : Ayah... (menyela)

Ayah : tenang saja bu (tersenyum)

Pamela : apa yang Ibu takutkan? Pamela punya bermiliar niat dan semangat.
Di situasi lain Raka, Rere dan Jaka sedang jalan-jalan menikmati dan berkakhir di sebuah
kedai minuman.

Rere : hari ini sungguh menyenangkan setelah pusing dengan segala ujian dan sekolah

Jaka : dasar Rere. Oh ya... banyak sekali buku yang kamu beli tadi, kamu mau masuk kuliah
kedokteran ?

Rere : iya ka, bukunya soal kesehatan semua?

Raka : aku hanya senang membaca buku seperti ini.

Jaka : si Upik abu kenapa sih dia harus susah-susah sekolah sambil berjualan?

Rere : entahlah, yang aku tahu dia sangat ingin masuk universitas dan ingin mulai menabung
dari sekarang.

Raka : Pamela maksud kalian?

Rere : *mengangguk* seandainya saja ada seorang laki-laki yang setidaknya membuatnya
bahagia.

***

Pesta ulangtahun Pamela yang ke 19 sangatlah meriah banyak teman-teman Pamela yang
datang dalam acara ini juga sekaligus pesta perayaan Pamela karena sudah di terima di
universitas yang dia inginkan. Joy, anita, Rere dan Jaka pun juga hadir dalam acara ini.

Anita : selamat ya mel...

Rere : Mela... kamu keren banget

Jaka : upik abu *tersenyum* joss... *angkat jempol*

Joy : selamat ulangtahun Mela

Pamela : terimakasih teman-teman udah datang. Silakan kalian nikmati acaranya

tiba-tiba sebuah telepon dari Ibu.

Pamela : halo... Ibu dimana? Mela ada di dekat kue ulangtahun.

Ibu : *menangis*
Pamela : ada apa ?

Ibu : Ayah mengalami kecelakaan nak, kemarilah di rumah sakit budi Rahayu

Pamela : *menangis*

Pamela meninggalkan pesta. Nyawa memang ada di tangan tuhan, Ayah Mela tidak bisa
diselamatkan lagi Ayahnya meninggal karena terlalu banyak darah yang dikeluarkan. Setelah
mengalami syok berat malam itu di sebuah taman sebelum keesokan upacara pemakaman
Ayahnya Pamela duduk termenung disebuah taman dekat sekolah.

Pamela : *menangis*

Raka : *mengulurkan tisu*

Pamela : terimakasih ka

Raka : mel, kamu tau apa yang lebih indah dari gemerlapnya bintang saat di selimuti
mendung malam ini?

Pamela : apa yang lebih indah dari bintang? Bahkan bulan tidak muncul di malam ini
(mengusap air matanya)

Raka : *mengulurkan sebuah toples* dia adalah pendar-pendar bintang pengganti bintang
ketika tertutup kabut ataupun mendung

Pamela : ini kan kunang-kunang

Raka : cahaya nya seperti gemerlap bintang maka dari itu ku sebut pendar bintang. Selamat
ulangtahun Pamela tetaplah bersinar seperti pendar-pendar bintang.

Pamela : terimakasih ka.

Raka : akan ku antar pulang ke rumah mu.

mereka berdua pergi meninggalkan taman dengan menaiki sepeda yang telah di bawa Raka.

****
Pada saat perjalanan menuju herregistrasi ke universitas Pamela mengalami kecelakaan
sebuah mobil yang hantamnya pada saat menyebrang jalan tubuhnya terpental dan mata
terkena serpihan kaca sehingga membuatnya menjadi buta. Saat di rumah sakit Raka bertemu
dengan Ibu Pamela yang sedang mengajak Pamela berjalan-jalan di kursi roda.

Raka : Pamela... !

Pamela : Raka... bu stop bu...

Raka menghampiri Pamela.

Ibu : teman satu sekolahnya Pamela?

Raka : iya tante...

Pamela : apa yangg kamu lakukan disini? Apa kamu sedang sakit

Ibu : Raka ingin ikut ke kamar inap Pamela? (menyela pembicaraan)

Raka : *mengangguk*

Ibu Pamela, Pamela dan Raka menuju ke kamar inap Pamela. Ibu meninggalkan mereka
berdua untuk berbincang.

Ibu : Ibu mau ke ruang dokter dulu mel, Raka jaga Pamela sebentar.

Raka : iya tante

Pamela : ka... apa yang harus aku perbuat. Mataku buta impianku terasa gelap ka *menangis*

Raka : mel, tenanglah *memegang tangan Pamela* kamu sebentar lagi akan bisa melihat
percayalah.

Pamela : siapa orang bodoh yang akan memberikan matanya untuk ku!

Tiba-tiba suster datang untuk memeriksa kondisi Pamela.

Suster: maaf, saya akan bawa nona Pamela untuk ke ruang check up

Raka : iya,silakan. Mel aku ke toilet sebentar...

Pamela : *mengangguk*
Raka keluar dari kamar menuju toilet namun dalam perjalan tidak sengaja Rakamendengar
percakapan Ibu Pamela dengan dokter.

Ibu : akan aku donorkan mataku untuk anak ku.

Dokter : saya tetap tidak bisa Melakukannya.

Ibu : sebentar lagi saya akan mati karena penyakit jantung ini sebelum itu biarkan aku
donorkan mataku

Dokter : tenanglah nyonya... saya tetap tidak bisa memutuskannya.

Dokter langsung pergi meninggalkan Ibu Pamela yang bersikeras Melakukan pendonoran
mata untuk Pamela. Tiba-tiba Raka datang menghampiri Ibu Pamela.

Raka : tante (memegang pundak) tante tidak apa-apa ?

Ibu : nak Raka. *terkejut* sejak kapan kamu disini?

Raka : Raka sudah tau semua... ada yang ingin tante bicaRakan dengan tante,

Ibu : ada apa nak Raka ?

Raka : sebenarnya Raka terkena kanker otak stadium 4 dan mungkin hidup Raka tidak lama
lagi lantas Raka ingin...

Ibu : jangan... lakukan itu, biar tante saja lakukan untuk Mela

Raka : Raka mohon tante... mencintai Pamela sejak kelas 10 tante bukan hal yang sebentar
dengan kanker ini yang setiap hari semakin menggerogoti hidup Raka.

Ibu : *memeluk Raka* bagaimana dengan orang tuamu?

Raka : sebagai anak broken home ini hal yang tidak perlu di permasalahkan lagi. Papa Raka
sering ke luar kota dan keluar negri perjalanan bisnis sedangkan mama telah hidup dengan
suami barunya. Raka hanya orang yang kesepian setidaknya biarkan kedua mata ini menjadi
penggati setiap kebahagiaan yang tidak pernah Raka lihat.

Ibu : tolong kamu pikirkan lagi nak Raka...

****
Setelah berfikir yang sangat lama Ibu Pamela akhirnya menyutujui keputusan, menjelang
operasi cangkok mata Pamela tiba-tiba Ibu Pamela mengalami serangan jantung dan dokter
menyarankan untuk mentlanpatasi jantung. Dengan keputusan yang luar biasa akhirnya Raka
mendonorkan matanya untuk Pamela dan jantung untuk Ibu Pamela.

Suasana kamar Pamela saat membuka perban setelah operasi pencangkokan mata. Rere, Jaka,
anita dan Joy pun hadir.

Rere : mel..

Jaka : upik abu kamu bisa lihat aku?

Pamela : *mengangguk* aku bisa melihat kalian sangat jelas sekali. Anita... Joy... Rere dan
Jaka

Rere, Jaka, anita dan Joy : *memeluk Pamela*

Pamela : tapi... dimana Raka aku tidak melihatnya? Apa dia sedang kuliah?

*hening*

Joy : minggu depan ulangtahun mu kan?

Anita : bagaimana kalau kita buat pesta perayaan lagi ?

Pamela : ide bagus teman-teman

Jaka : yang pasti harus lebih seru

Rere : bagus nih kita bantu buat pesta perayaan untuk Pamela

Seminggu kemudian setelah acara selesai perayaan Pamela selesai. Pamela pergi ke taman
yang biasa dia kunjungi bersama Raka. Dari arah belakang jaka mengulurkan semua toples
yang Pamela kira itu adalah Raka

Pamela : Raka... *menoleh* oh.. ternyata kamu jak.

Jaka : boleh duduk ?

Pamela : duduklah... dari mana kamu dapat pendar bintang itu ? dimana Raka?

Jaka : kamu harus terima jika kali ini Raka sudah meninggal

Pamela : tidak !!! jaka...kamu pasti bohong aku tahu kamu selalu jahil dengan ku

Jaka : kanker otak telah membuatnya meninggalkan kita semua, aku mulai tersadar ketika dia
mulai sering membaca buku tentang organ tubuh dan sel-sel otak manusia.

Pamela : jadi waktu itu... tidak... tidak... tidak !!!


Jaka : ini surat dari Raka yang sempat dia titipkan sebelum operasimu dan ini pendar bintang
dari Raka sebagai hadiah ulangtahun mu yang ke 20

Pamela : jak... aku mau pulang *menangis*

Pamela pergi meninggal jaka di taman, air mata terus mengalir dari taman sampai ke rumah.
Di ruang tamu Pamela langsung memeluk Ibunya yang sedang duduk.

Pamela : bu... *menangis* Raka...

Ibu : maafkan Ibu tidak menceritakannya dari awal

Pamela : jadi... Ibu sudah tahu semua? kenapa cuma Pamela yang tidak tahu *kesal*

Ibu : sebenarnya... mata yang kamu dapat itu adalah mata dari Raka dan jantung yang
berdetak di dalam diri Ibu adalah milik jaga

Pamela : enggak mungkin... !!! *menangis*

Ibu : *memeluk Pamela* itu memang yang terjadi anak ku*menangis*

Pemala : *membuka buku diary Raka*

20 january 2013

Hai mel,

Jika kamu sudah bisa membaca suratku itu tandanya kamu sudah bisa melihat seperti yang
pernah ku janjikan suatu saat kamu akan melihat lagi. Mela... kamu jangan bersedih lagi,
maaf sebelumnya sudah lancang mencintaimu mengabaikanmu di perpustakaan itu
sebenarnya rasa grogiku saat di dekatmu.

Kamu masih ingat yang lebih indah dari gemerlapnya bintang saat di selimuti mendung ?
jawaban sebenarnya adalah kamu, aku ingin kamu seperti pendar bintang walaupun
sebenarnya dia bukan bintang sebenarnya tapi selalu bercahaya tetaplah bercahaya mel...
seperti pendar-pendar bintang yang beterbangan pengganti bintang sesungguhnya.

Di dalam dunia ini banyak sekali hal ajaib yang bisa kamu dapatkan. Bahkan, dalam ha yang
mungkin menurutmu itu yang paling terburuk. Luka itu dari pendewasaan hati, mata ini akan
mendapingiimu melihat dunia yang lebih luas lagi dan melihat pendar-pendar bintang yang
lebih terang.

Selamat ulang tahun yang ke 20 pendar bintangku

Raditya Arkana (Raka)

Anda mungkin juga menyukai