Anda di halaman 1dari 1

Perubahan sosial : kasus Indonesia

Gerakan lain dari kajian akademisis tentang teori perubahan sosial di Jawa,
datang dari berbagai peniliti sosiologi dan antropologi. Secara substansial
mereka sudah berupaya menampilkan sosok masalah mepiris yang
mendatangkan masalah sosial pedesaan dengan memperhitungkan perubahan
kelembagaan (Hayami, 1978). Dalam salah satu bukunya mengenai perubahan
sosial di Jawa, Cliffort Geertz menemukan adanya persepsi-persepsi tentang
makna yang berpola menetap, teratur memberi bentuk dan tujuan kepada
individu dan masyarakat. Selo Soemardjan melihat perubahan sosialdi
Yogyakarta dengan mengetengahkan kekuatan politik dan pemerintahan republik
Indonesia sebagai inovator proses perubahan. Hasrat yang kuat dalam
masyarakat dan kepercayaan kepada raja menjadi faktor penentu yang sanggup
mematangkan rangsangan untuk menuju perubahan ( Selo Soemardjan, 1986).

Mengapa sebagian besar dari ahli itu merupakan orang asing (outsider) bagi
budaya lokal atau diluar etnik yang ada? Mengapa gejala non-indignous
scientist/solars ini cukup menyolok di Indonesia? Yang jelas bahwa mereka rarata
memang memiliki komitmen akademis yang sangat besar terhadap masalah
yang ada di negara berkembang. Kedatangan mereka memang menggunakan
dana yang tidak kecil dari lembaga sponsor yang ada, dan selama ini mereka
telah memanfaatkan informasi data sekunder yang cukup lengkap dari jaringan
perpustakaan antar perguruan tinggi Internasional. Tidak tumbuh atau lemahnya
ilmuan lokal menjadi intelektuali signifikan or relevan di negeri sendiri adalah
paling tidak ada dua hal (1) masih terbatasnya sumber daya manusia, karena
tradisi keilmuan belum tumbuh di tanah air pada awal abad 20. Mestika Zed
(1991:23-25), apa yang di ajarkan adalah masalah keterbelakangan,
kemerosotan budaya lokal, pemberontakan pribumi, dan upaya untuk
mengembangkan misi suci (mission sacre) mengatasi maslah-masalah itu. (2)
belum mantapnya infrastruktur untuk mempoduksi teori, konsep dan model
lokal. Infrastruktur yang dimaksudkan meliputi adanya komunitas ilmuan yang
bergaul secara intensif, saling mengkritisi produk pemikiran bersama, jurnal ilmu
pengetahuan yang teratur terbit, dan seminar-seminar berkala yang membahas
temuan subtansi ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai