Anda di halaman 1dari 21

Arsitektur Purna Modern

25 09 2010

Pengklasifikasian Arsitektur Purna-modern

A. Canonic Classicism.

Keberadaan Canonic Classicism, yang merupakan salah satu aliran arsitektur Purna Modern
yang sangat dekat dengan budaya dan tradisi, seakan-akan menjadi obat bagi kejenuhan
terhadap bentuk arsitektur Modern yang monoton. Hal ini dikarenakan arsitektur Canonic
Classicism ini lebih menonjolkan wujud bangunan klasik, sementara unsur modern-nya lebih
tampak pada bahan bangunan, maupun aturan dalam membangun.

Arti kata dari canonic adalah pengumpulan peraturan-peraturan atau data-data atau dalih-dalih
agama. Dalam kamus juga berarti pengumpulan norma atau ukuran-ukuran. Jadi arti kata
Canonic Classicism sendiri berarti pengumpulan nilai-nilai, ukuran-ukuran dari tradisi dan
budaya.

Pendekatan utama yang dianut oleh aliran arsitektur Purna Modern adalah tiga prinsip utama
Vitruvius, yakni fungsi, kekokohan dan keindahan. Sedangkan yang paling ditekankan dalam
arsitektur Canonic Classicism adalah segi keindahan. Para penganut Canonic Classicism yakin
bahwa gaya klasik adalah bahasa yang terpenting, sehingga terdapat kecenderungan bahwa
mereka tidak peduli dengan modernitas.

Tokoh-tokoh yang berperan besar dalam perkembangan arsitektur Canonic Classicism adalah
Quinlan Terry, John Blateau, Christian Langlois, Henry Cobb, Allan Greenberg, Geoffrey Scotts,
Raymonderith dan John Barrington.

B. Modern Traditionalism.

Pada awalnya, nilai modernitas hanya sebagai perpanjangan tangan, alat penyaring terhadap
nilai-nilai tradisional dan budaya, sehingga seringkali timbul kombinasi antara nilai tradisi dan
nilai modernitas. Hasil yang didapat melenceng, baik dari nilai tradisi yang penuh makna dan
simbolis maupun dari nilai modernitas yang kaku dan monoton, dan hasilnya yang besar adalah
sebuah aliran yang berasal dari pencampuran, dimana pada akhirnya disebut sebagai aliran
Modern Traditionalism. Oleh karena itulah, arsitektur Modern Traditionalism lebih cenderung
dapat membuka diri terhadap kebudayaan lama sekaligus teknologi modern dan estetika, dimana
merupakan gabungan antara tradisional dan modern (walau pada kenyataannya sedikit sekali
unsur modern yang digunakan).

Unsur tradisional dan budaya yang paling sering digunakan adalah gaya Art Deco: sebuah
campuran antara Cubist-inspired European Modernism dengan penyederhanaan, bentuk ritmik
yang sama, pengadopsian bentuk Pre-Columbian dan Navajo zigzag yang eksotis, permainan
warna dan material yang bercahaya seperti plastik, aluminium, dan stainless steel dipadu dengan
batu dan kayu yang terlihat mahal dan eksklusif.

Tokoh-tokoh yang berperan dalam arsitektur Modern Traditionalism adalah Michael Graves,
Stanley Tigermann, Stern & Taylor, Kohn Pederson Fox, Rose, Robert A.M Stern, John Outram,
Gordon Smith, Kevin Roche dan Kliment & Halsband. Beberapa tokoh tersebut memiliki
pendapat masing-masing mengenai ciri-ciri bangunan Modern Traditionalism.

- Rose mengartikannya dengan ciri modern-nya berupa penggunaan teknologi modern dan
menggunakan panel-panel yang polos, sedangkan pada ciri tradisionalnya menggunakan material
yang tradisional untuk fasadenya, yakni berupa batu alam seperti grey stone, lime stone, dan
lainnya.

- John Outram menjelaskan ciri bangunan Modern Traditionalism secara berbeda. Ciri
modern-nya tampak pada penggunaan rangka baja, system utilitas yang modern, system struktur
yang modern serta penggunaan baja I. Sedangkan ciri tradisionalnya terlihat pada tampak
bangunan yang menggunakan detail-detail tradisional, menggunakan material tradisional (bata),
kolomnya besar (ciri khas struktur Yunani dan Romawi), juga adanya bentukan seperti pada
jaman Mesir Kuno.

- Sedangkan Robert A.M Stern, menjelaskan bahwa ciri modern bangunan arsitektur
Modern Traditionalism terlihat pada struktur portal, penggunaan curtain wall kaca, kebutuhan
ruang modern, yakni untuk office building. Ciri tradisionalnya terlihat adanya paviliun, finishing
menggunakan bata, tampak bangunan mengesankan gaya Italian Renaissance dan Anglo-African
Italianate, selain itu juga menggunakan material batu merah dan batu alam. Robert A.M Stern
menjelaskan bahwa arsitektur Modern Traditionalism tidak bermaksud untuk membentuk atau
membuat suatu aliran baru yang mandiri, namun aliran Modern Traditionalism ini adalah sebuah
karya yang berpedoman pada perasaan dan hasil kombinasi dari segi modern dan pra modern.
Bangunan karya Modern Traditionalism adalah sebuah hasil karya modern, namun bukan
merupakan aliran modern itu sendiri.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa bangunan yang beraliran Modern Traditionalism adalah
aliran dimana bangunan tradisional tetap tampak seperti bangunan tradisional, padahal
sebenarnya bangunan itu merupakan bagian dari suatu desain, teknologi, memiliki identitas yang
estetikal dan momen sejarah. Sifat moral arsitektur ditinggalkan, berganti pada sesuatu yang
lebih bersifat politis dan ideologis daripada bersifat structural dan real. Oleh karena itulah,
arsitek masa kini berusaha mengubah seni yang individual atau ideal menjadi sesuai dengan
teknik bangunan yang baru.

C. Ironic Classicism.

Aliran Ironic Classicism ini sebenarnya terletak di antara gaya klasik dan modern, sehingga
mencerminkan kebudayaan yang heterogen pula. Elemen klasik atau tradisional banyak
diterapkan pada tampak bangunan walaupun tidak sepenuhnya memiliki fungsionalisasi tertentu,
melainkan hanya sebagai kepura-puraan belaka, meski ada sedikit kegunaannya.
Ironic Classicism sendiri disebut juga sebagai semiotic, dimana mereka selalu melawan standard
dari bangunan kontemporer teknik dan cenderung menghilangkan massa. Masih terdapat
hubungan dengan system-sistem tradisional, tapi juga masih ada sedikit perbedaan. Mereka
menerima teknologi semata-mata karena segi ekonomi.

Elemen Classicism yang biasa digunakan adalah kolom, pedimen yang digunakan sebagai
semiotic overlay, namun ironisnya terdapat kontradiksi modernist dan klasikal karena bangunan
modernist merupakan estetik rasional simbolik yang dicapai lewat ekspresi struktur, sedangkan
klasikisme tidak demikian halnya, karena mereka menganggap bahwa elemen dari arsitektur
klasik adalah salah satu cara untuk memberi makna pada arsitektur, jadi elemen dari cultural
yang selalu popular.

Tokoh-tokoh arsitek dalam aliran Ironic Classicism adalah Robert Venturi, James Stirling, Robert
Graham, Charles Moore, Michael Graves, Phillip Johnson, Frank O. Gehry, Arata Isozaki, Terry
Farrel, Charles Jenks dan Frank Israel.

- Menurut Charles Jenks, dirinya menganut Free-Style Classicism, dimana terkandung


perkembangan nilai-nilai tradisi dan budaya yang sebenranya bukan merupakan arsitektur klasik
seperti gaya Mesir, Gothic, Mannerist dan Post Modern. Alasannya menggunakan style yang
demikian adalah untuk tujuan filosofis dan nilai sejarah. Charles Jenks berpendapat bahwa bukan
hanya sekedar keberadaan bentuk, proporsi, ornamen dan dinding saja, akan tetapi ada banyak
overlapping untuk menunjukkan perhatian dan keinginan untuk menjadi bagian dari tradisi dan
budaya klasik.

- Robert Venturi, mengambil suatu gaya yang betul-betul lain arahnya, dimana gaya
tersebut membawa dirinya ke ambang pintu Second Modernism. Dia mengeluarkan suatu
pernyataan less is bore, karena menurutnya seharusnya sebuah arsitektur itu harus hybrid,
tidak murni; menentang, tidak mengenai orang tertentu; rumit, tidak sederhana; tidak konsiten,
tidak bersih; asli, bukan buatan. Ia menjelaskan bahwa gaya yang dia anut merupakan
penangkal racun dari modernitas dan contoh dari praktek historical. Ia tidak pernah menerapkan
suatu ornamen secara langsung ke dalam bangunannya karena ia menganggapnya terlalu mudah.
Contoh bangunannya: Chestnut Hill House, Philadelphia (1962)

- Charles Moore, salah seorang arsitek kawakan pada zaman Ironic Classicism
menyatakan bahwa sebuah gedung haruslah betul-betul menampakkan fungsinya. Gaya yang
dianutnya adalah Neoclassical extravaganza yang menyebabkan arsitektur Post Modern sebagai
gerakan yang mengambil alih dunia arsitektur yang progresif. Contoh bangunannya: Piazza
d`Italia, New Orleans (1975).

- Michael Graves, banyak orang berpendapat bahwa tidak ada arsitek kontemporer lainnya
yang seperti Michael Graves, yang pernah memasukkan unsur tradisional dan budaya yang
arcuated dan trabeated, atau yang menciptakan suatu desain yang sedemikian bertenaga dan
imagi yang penuh mistery. Graves mengatakan bahwa sudah sejak kecil, sehingga tidaklah
mengherankan bagi kita saat kita melihat hasil karyanya, Portland Building, mengingatkan kita
pada warna-warna kesukaan anak-anak. Ia menyukai struktur yang simple, seperti mainan balok
anak-anak dan memiliki bentukan tradisional atau klasik yang indah. Gaya klasik yang banyak
dipakainya dalam bangunannya adalah Neoclassical.

- James Stirling, hasil rancangannya lain dari para arsitek Ironic Classicism lainnya. Ia
menghasilkan hasil rancangan yang keluar dari aturan, seolah-olah ia ingin menggebrak semua
aturan yang berlaku selama ini. Gayanya yang seolah-olah ingin memberontak ternyata
diimbangi dengan memasukkan unsure-unsur tradisional dalam bangunannya. Hal ini nampak
pada pemakaian batu sebagai system konstruksi utamanya. Contoh bangunannya: Neue
Staatsgalerie, Stuttgart (1977).

- Phillip Johnson, adalah seorang arsitek yang penuh semangat dari Amerika. Ia menganut
aliran klasik modern. Sebenarnya ia adalah seorang yang kritis dan berani, namun terkadang
kekritisannya itu tidak diimbangi dengan keegoisannya, sehingga seringkali ia akhirnya
menemui jalan buntu dalam menciptakan suatu hasil karya. Hasil karyanya yang terkenal adalah
AT & T Building, dimana ia menunjukkan adanya paling tidak tiga bentuk tradisional atau
klasikal. Yang pertama pada fasade utamanya yang mengambil gaya Brunelleschi`s Pazzi Chapel
(dengan ekstra loggia bays), pada bagian interior, terlihat adanya unsure tradisional Roma
termasuk dekorasinya dan pada area lobby dapat terlihat adanya nilai historical Perancis pada
abad ke 18.

- Arata Isozaki, seorang arsitek Jepang yang pada masa Ironic Classicism banyak sekali
menghasilkan bangunan-bangunan yang bernafaskan Jepang-modern. Ia banyak mengambil
bentukan-bentukan dari unsure tradisional luar negeri, dan menggabungkannya dengan arsitektur
Jepang yang penuh dengan makna pada setiap goresannya. Isozaki lebih banyak memikirkan
desainnya agar orang dapat langsung melihat hasil bangunannya sebagai bangunan tradisional,
dan itu tidak terbatas pada unsure tradisional Jepang saja. Contoh bangunannya: Fujimi Country
Club, Oita (1973).

D. Latent Classicism.

Terdapat banyak penonjolan aspek modern dalam hal pemilihan warna, bahan, tekstur, proporsi
(dalam wujud bangunan banyak mengambil tradisi modern), sedangkan aspek tradisional hanya
diterapkan pada aturan-aturannya. Inilah pengertian dari arsitektur Latent Classicism.

Secara umum ciri-ciri utamanya adalah memadu madankan komposisi klasik dengan hasil
teknologi modern. Bangunan-bangunannya cenderung menentang Le Corbusier dan condong ke
arah Banal, sedangkan strukturnya lebih condong ke arah Auguste Perret dan disesuaikan
dengan pemandangan Paris. Latent Classicism ingin merealisasikan Modern Classicism (pada
zaman modern) dengan teknik bangunan yang lebih kontemporer. Konstruksinya sendiri
merupakan gabungan dari bentuk-bentuk yang sudah ada, pada tampak bangunannya tidak
terlihat adanya elemen-elemen ornamentalis dan menggunakan semaksimal mungkin bentuk-
bentuk dari aliran klasik.

Tokoh-tokoh arsitek pada zaman Latent Classicism antara lain adalah Jaquelin Robertson, Taft
Architect, Mario Campi, Mario Botta, Auguste Perret dan Kevin Roche.
- Auguste Perret, salah seorang arsiteknya memiliki kombinasi style antara neogothic style
dan neoclassicism yang dipadukan dengan gaya modern. Violet le Duc dan Julien Guadet adalah
orang-orang yang berjasa bagi Perret dalam menemukan jati dirinya dalam desainnya. Dalam
pikirannya, beton dapat menjadi material yang membentuk tubuh bangunan yang ekspresif dan
memiliki nilai tradisi dan budaya. Kontribusi Perret dalam dunia arsitektur menyebabkan dirinya
disebut sebagai orang yang mengubah beton menjadi material yang ningrat. Contoh
bangunannya adalah Notre Dame du Raincy.

- Mario Botta, salah seorang arsitek pada zaman Latent Classicism memiliki style New
Tuscan, sebagian karena memiliki struktur yang simpel sedangkan sebagian lainnya karena
meliki sifat aristocrat dan proletar, sehingga bangunan yang ditampilkannya terlihat sederhana
namun megah dan bersahaja. Contoh bangunannya adalah Culture Center in Chambery (1982)
dan Museum of Modern Art (1990).

E. Fundamentalist Classicism.

Apabila Canonic Classicism adalah aliran arsitektur yang paling dekat dengan arsitektur
tradisional, maka arsitektur Fundamentalist Classicism justru kebalikannya. Arsitektur
Fundamentalist Classicism merupakan aliran arsitektur Purna Modern yang paling dekat dengan
modernitas. Oleh sebab itulah, unsur klasik pada bangunan-bangunannya sudah lebih jauh
ditinggalkan, yang tersisa adalah unsur modernism. Namun bagaimanapun juga, aturan
tradisional masih diterapkan dalam penyusunan bangunannya.

Pengertian dari aliran Fundamentalist Classicism sendiri adalah suatu aliran yang mengikuti
tradisi, perubahan kembali dalam arsitektur pada suatu waktu yang berurutan, berkaitan dengan
permintaan untuk kembali ke asal, dimana ekspresi yang dipakai tidak lekang dimakan waktu.

Bangunan arsitektur Fundamentalist Classicism lebih mementingkan logika dan komposisi


massa bangunan, memberi penekanan pada pemberian esensi dari bentuk-bentuk arsitektur, yakni
dengan tidak mengabaikan ornamen, namun juga tidak mengeksposnya secara berlebihan. Selain
itu, bangunan Fundamentalist Classicism dianggap berasal dari struktur dan konstruksi, karya-
karyanya seolah-olah tidak memerlukan detail, karena ingin memurnikan bentuk-bentuk
geometric, terdapat sedikit dari ciri regionalism atau menyesuaikan dengan daerah dimana
arsitektur itu berdiri. Selain itu terdapat pula bentuk-bentuk portico. Bangunan Fundamentalist
Classicism ini lebih mementingkan fungsionalisasi bangunan dan berusaha mencari classicism
yang abadi. Beberapa lingkup masyarakat menyebut Fundamentalist Classicism dengan nama
Neo-Rationalist.

Arsitek-arsitek yang terkenal pada zaman arsitektur Fundamentalist Classicism adalah Aldo
Rossi, Rafael Moneo, Miguel Garray & Jose I Linazaroso, Batey & Mack, Duany & Plater
Zyberk, Alexander Tzannes, Demetri Porphyrious dan Robin Esple Dods.

- Aldo Rossi, memiliki pengertian arsitektur Fundamentalist Classicism sebagai cult-figure


status sebagai pedoman dalam pengertian yang miskin, dan ia bangga disebut sebagai seorang
yang Neo-Rationalist. Ia menggunakan analogy dan rasio dalam mendesain bangunannya yang
rata-rata beraliran Fundamentalist Classicism. Aldo Rossi percaya bahwa suatu nilai sejarah
bukanlah sesuatu yang sederhana, melainkan sesuatu yang terus menerus berhubungan (a series
of things) dari obyek-obyek yang mengharukan untuk digunakan sebagai kenangan di dalam
desain. Contoh karyanya adalah: Casa Aurora, Turin (1984)

- Miguel Garray & Jose-Igancio Linazaroso adalah dua orang arsitek yang bekerja sama
dalam mendesain bangunan Fundamentalist Classicism. Bagi mereka, bukanlah hal yang sulit
untuk memasukkan ornamen-ornamen atau nilai tradisional dan budaya dalam bangunan mereka,
asalkan hal itu menambah gaya dalam bangunannya. Nilai historis tidak diabaikan, namun
penempatannya dalam bangunan tetap dipertimbangkan agar cocok di dalam bangunan.

- Contoh karya bersama mereka adalah: School at Ikastola, Basque Country & Town Hall
(1981).Contoh karya Garray: Casa Mendiola, Andoian, Basque Country (1978). Contoh karya
Linazaroso: Main Square at Azcoita (1982).

- Sedangkan Demetri Porphyrios berpendapat bahwa saat kita melihat suatu bangunan,
ada dua hal yang kita pikirkan yakni kegunaannya dan bagaimana bangunan tersebut berfungsi.
Menurutnya, teknik konstruksi dan penempatan alat perlindungan (tempat bernaung) yang luas
adalah pedoman yang utama dalam membangun. Bunyi bangunan akan menunjukkan solusi
yang sama atau tipical, karakteristik yang formal menunjukkan nilai-nilai simboliknya. Contoh
bangunannya adalah: Highgate Pavilion, London (1981).

- Rafael Moneo adalah seorang yang mengidolakan Aldo Rossi. Ia turut menggunakan
analogy dan rasio dalam desainnya. Contoh bangunannya adalah: National Museum of Roman
Art, Merida (1985).

- Duany & Plater Zyberk menggunakan seminimal mungkin ornamen-ornamen atau


detail-detail tradisional, padahal bangunan yang diciptakannya adalah bangunan yang
bernafaskan tradisional. Hal ini yang menyebabkan hasil karya kedua orang ini kurang diminati
karena menimbulkan perasaan jengah dan sebal karena minimnya unsur-unsur tradisional yang
dipakainya dalam bangunannya. Hasil karya kedu orang ini sebetulnya lebih cenderung ke arah
arsitektur modern.

Beri peringkat:

1 Vote

Komentar : Leave a Comment

Kategori : Sejarah Arsitektur


Masa Modern Akhir (1950-1960an)
25 09 2010

Titik awal kehancuran Arsitektur modern


Sekitar tahun 1960-an, pertentangan antara kedua aliran itu ( pro dan kontra tahun 1950 ) terjadi
lagi. Inti permasalahannya adalah : untuk siapa sebenarnya arsitektur itu diciptakan?

Pertanda pertama berakhirnya arsitektur modern adalah dengan meninggalnya keempat empu
arsitektur modern di tahun 1950-an dan awal 1960-an. Karya-karya para empu itu kini telah
menjadi sumber penjiplakan dan pendangkalan nilai-nilai modernisme. Arsitektur yang hadir
dalam rupa yang geometriknya demikian jernih, polos dan sangat mudah dijiplak dengan
menggunakan mesin gambar, mewabah ke segenap penjuru dunia. Idealisme yang terdapat di
dalam karya para empu itu sudah lenyap karena yang sekarang muncul adalah mass-production
berupa modul yang boleh digandakan tanpa batas dan tanpa kenal lingkungan. Idealismenya kini
adalah efisiensi sebesar mungkin laba dan seminimal mungkin investasi, arsitektur adalah sebuah
bisnis, bukan jasa dan yang paling penting bagi tujuan rupa arsitektur adalah kotak yang
telanjang bulat adalah pertanda kemodernan. Dengan gedung-gedung yang modern ini, apa yang
terdapat di dalam tersaksikan dari luar, seluruh permukaan menjadi tanpa selimut atau baju (skin
and bone belaka).

Ada satu unsur lain tahun 60-an yang cukup berpengaruh dalam dunia arsitektur namun baru
diakui perannnya pada tahun 1990-an, yaitu Mass Media ( media cetak, TV, film ). Media
massa menjadi bagian dari arsitektur karena media massa menjadi wadah bagi kebebasan
individual, alat diskusi / pertukaran dan penyebar-luasan ide. Media massa menjadi pemicu
timbulnya Pluralisme atau kemajemukkan yang menjadi bahan dasar Post-Modernisme.

Kelemahan Arsitektur Modern

Arsitektur modern dianggap memiliki kelemahan yang membuatnya tidak dapat eksis untuk
jangka waktu yang lama. Kelemahankelemahan arsitektur modern yaitu:

Arsitektur modern yang berdasarkan ilmu saja dianggap kaku atau tidak manusiawi.

Proses desain yang dijalani arsitek adalah proses produksi industri.

Arsitektur dianggap sebagai produk dimana tidak mempunyai makna, hanya berdayaguna
saja.

Standardisasi industri menyebabkan hilangnya kreativitas.

Hilangnya ciri kedaerahan karena arsitektur modern adalah arsitektur internasional.


Arsitektur modern karena didukung revolusi industri maka diidentikkan dengan
kapitalisme.

Intinya arsitektur modern mempunyai kelemahan terhadap sisi manusiawinya. Arsitektur modern
dianggap tidak menyentuh manusia padahal manusia adalah pengguna karya arsitektur itu
sendiri.

Aliran penentang Arsitektur Modern


Fungsionalisme; Menyatakan bahwa bentuk bangunan harus mengikuti pertimbangan
yang praktis pada perancangan, struktur, dll. Dengan penekanan pada fungsi bangunan itu
sendiri. Penganut fungsionalisme berusaha membuat bangunan bebas dari pengaruh
berbagai macam style, baik yang dating dari luar, maupun bentuk-bentuk peninggalan
sejarah, karena menurutnya, style akan menghambat berfungsinya bangunan secara
efisien. Dengan demikian, karya yang dihasilkan merupakan karya yang orisinil,
sentuhan dari arsiteknya.

Brutalisme (1960an) Salah satu penganutnya adalah Paul Rudolph yang menampilkan
rupa arsitektur yang eksageratif. Brutalisme yang hadir di dasawarsa 1960-an dengan
terang-terangan menghadirkan dirinya dengan dua sasaran yakni pertama, mencemooh
International Style yang sudah sedemikian dangkalnya dalam menghadirkan arsitektur,
yang kedua, mencoba untuk menyodorkan obat penyembuh dengan ajakan untuk tidak
melihat manusia sebagai robot tetapi sebagai insane yang memiliki emosi.

Contoh aliran modern akhir

International Style
Aliran international style merupakan suatu aliran dimana arsitektur modern menerima bentuk-
bentuk dinamis yang dapat mengatasi keterikatan pada jaman neo klasik maupun perkembangan
jaman berikutnya. Bangunan yang dibuat beraliran international style tidak memiliki suatu ciri
khas tertentu penanda jaman, sehingga bangunannya dapat dikatakan sebagai bangunan dengan
gaya sepanjang masa. Bangunannya sendiri terkesan sangat sederhana atau bersahaja. Lever
House, New York oleh Skidmore, Owings & Merrill misalnya, adalah bangunan yang sangat
sederhana dan bersahaja karena tanpa hiasan apapun juga, sehingga tidak mencirikan suatu aliran
arsitektur tertentu.

Brutalisme
Dasawarsa 1960-an adalah dasawarsa yang ironik bagi perjalanan arsitektur modern. Dalam hal
arsitektur telah menjadi sebuah corak arsitektur yang sangat rasionalistik, saat dasawarsa ini
merupakan momentumdi mana corak arsitektur yang ilmiah tidak hanya mendapatkan tempat
yang terhormat di sekolah dan laboratorium arsitektur; dalam praktek arsitektur, langgam yang
bercirikan geometrik Platonik ini telah mampu mendunia. Bahkan, di Asia, Afrika dan Amerika
Latin, langgam ini menjadi ikon dan lambang bagi kemerdekaan dan kebebasan dari penjajahan,
serta menjadi alat bukti kemampuan bangsa-bangsa ini untuk sejajar dengan negara-negara maju.
Di Indonesia misalnya, Hotel Indonesia, Hotel Bali Beach dan Hotel Pelabuhan Ratu; lalu
kompleks Gelora Senayan dan rancangan Gedung Conefo yang sekarang menjadi Gedung DPR-
MPR adalah tanda-tanda jaman dari arsitektur modern di Indonesia. Tentu, slogan Bentuk
Mengikuti Fungsi menjadi sebuah rumusan universal bagi kegiatan merancang yang dilakukan
di nyaris semua sekolah arsitektur, tak peduli apakah slogan itu dimengerti dengan benar ataukah
sudah mengalami pembelokan dan penyempitan pengertian.

Di Eropa dan Amerika Serikat, semenjak awal dasawarsa ini telah ditandai oleh berbagai gejolak
sosial dan akademik, juga gejolak politik dan budaya. Berbagai demonstrasi mahasiswa,
demonstrasi masyarakat yang memprotes pebongkaran bangunan lama untuk diganti dengan
model gedung modern yang ternyata tak lebih estetik daripada bangunan lama yang dibongkar;
dan protes arsitek-arsitek muda yang merasakan bahwa masa belajar yang pernah mereka jalani
ternyata adalah masa belajar arsitektur yang terlalu mengekang kebebasan kreatif dalam
berarsitektur; akhirnya memunculkan ragam arsitektur yang dikenal dengan sebutan ragam
Brutalisme. Di samping Brutal yang berarti kurang ajar, sebutan brutalisme ini juga dapat
dimengerti sebagi sebutan yang berasal dari kata perancis brut yang artinya adalah kasar,
khususnya untuk wajah dari permukaan benda. Paul Rudolph dan James Stirling dalam masa
awal karier mereka adalah dua nama yang menandai ragam brutalisme ini. Arsitektur modern
sampai pada saat-saat akhirnya dengan hadirnya brutalisme ini. Dan bagi Charles Jencks,
peristiwa perobohan perumahan Pruitt Igoe dicatatnya sebagai momentum dari matinya
arsitektur modern. Sebagai karya arsitektur, bangunan ini sempat mendapat penghargaan
tertinggi di bidang arsitektur di AS; dan dalam penggunaannnya perumahan ini mewakili
kegagalan arsitektur modern dalam mengakomodasi kebutuhan pemenuhan sosiologik, kultural
dan humanistik dari para pengguna arsitektur.

Beri peringkat:

Rate This

Komentar : Leave a Comment

Kategori : Sejarah Arsitektur

Periodisasi Arsitektur
25 08 2010

Menurut Budi Sukada, Periodisasi Arsitektur bisa diklasifikasikan sebagai berikut :


a. Arsitektur Primitif :

- Paleolitikum (Old Stone Age)

- Mesolitikum (Midle Stone Age)

- Neolitikum (New Stone Age)

b. Arsitektur Purba :

- Awal : Asia Kecil, Mesir, Mesopotamia, India, Cina, Amerika

- Lanjutan : Laut Tengah, Yunani, Persia, Helenisme, Romawi

c. Arsitektur Agama-agama Besar :

- Hindu : Awal, Lanjutan

- Budha : Awal, Lanjutan

- Kristen : Yudaisme, Kristen Awal, Kristen Antik, Romanesk, Bizantin

- Islam : Awal, Khalifah Utama, Ummayah, Abbasiyah

d. Arsitektur Klasik :

- Revival

- Safawiyah

- Moghul

- Usmaniyah

- Kolonial

e. Modern :

- Neo Kolonial

- Gerakan Modern

- Internasional

- Modern Akhir
f. Pasca Modern :

- Populis

- Klasik Bebas/Post Modern

- Dekonstruksi

- Rekayasa Iptek

Perkembangan Arsitektur menurut Ciri Bentuk dan Karakter :

Primitif :

Bentuk tergantung kepada alam

- Paleolitikum (Old Stone Age)

- Mesolitikum (Midle Stone Age)

- Neolitikum (New Stone Age)

Tradisional :

Memiliki aturan yang digunakan secara turun temurun

Klasik :

Bentuk diilhami ilmu pengetahuan, matematik, ukur ruang

- Revival

- Safawiyah

- Moghul

- Usmaniyah

- Kolonial

Modern :
Revolusi industri XIX, bentuk simplitis, jujur

- Neo Kolonial

- Gerakan Modern
- Internasional

- Modern Akhir

Perkembangan Arsitektur menurut Peradaban :

Purba :

- Awal : Asia Kecil, Mesir, Mesopotamia, India, Cina, Amerika

- Lanjutan : Laut Tengah, Yunani, Persia, Helenisme, Romawi

Agama Besar :

- Hindu : Awal, Lanjutan

- Budha : Awal, Lanjutan

- Kristen : Yudaisme, Kristen Awal, Kristen Antik, Romanesk, Bizantin

- Islam : Awal, Khalifah Utama, Ummayah, Abbasiyah

Klasik :

- Revival

- Safawiyah

- Moghul

- Usmaniyah

- Kolonial

Neo Klasik :

Modern :

- Neo Kolonial

- Gerakan Modern

- Internasional

- Modern Akhir
Pasca Modern :

- Populis

- Klasik Bebas/Post Modern

- Dekonstruksi

- Rekayasa Iptek

Beri peringkat:

1 Vote

Komentar : Leave a Comment

Kategori : Sejarah Arsitektur

Arsitektur Post Modern


25 08 2010

I. Latar Belakang Arsitektur Post Modern


Arsitektur Akhir Modern

Munculnya aliran Purnamodern dan Neomodern

Purnamodern (Postmodern) dan Pascamodern (Latemodern) atau Neomodern adalah gebrakan


arsitektur yang mencuat di tahun 1970-an, dan masih berlanjut hingga hari ini. Berbagai macam
sebutan-sebutan itu memang menunjuk pada tindak lanjut arsitek dan pemikir arsitektur untuk
mengkoreksi degradasi yang terjadi.

Sebenarnya kematian arsitektur modern, waktu yang rinci hingga angka menit itu hanyalah
sebuah dramatisasi dari Charles Jencks atau hanya menunjuk pada angka tahun dimana gerakan
akhir modern mengkristal menjadi sebuah gerakan yang tidak lagi kompensional. Karena
sebenarnya kehadiran dari arsitektur modern itu sendiri diawali dengan langkah-langkah parsial
dan komponensial dalam perubahannya (mulai dari kelompok pemikir Perancis di pertengahan
abad 18, lalu hadirnya Crystal Palace dan menara Eiffel, disusul oleh Louis Sullivan dan Willian
Morris), untuk pada akhirnya mengkristal menjdai gebrakan yang solid (masa arsitektur
Mulamodern).

Satu hal lagi yang menjadi salah satu kemungkinan bagi penyebab matinya arsitektur modern
adalah protes yang dilontarkan oleh masyarakat awam Eropa. Masyarakat awam Eropa
mengganggap bahwa sebuah pembangunan yang didahului dengan pembongkaran atau
penghancuran tidak perlu melibatkan campur tangan arsitek, sebarang orang awampun dapat
melakukannya. Arsitek kini ditantang untuk membangun tanpa merusak. Tantangan masyarakat
Eropa ini pulalah yang ikut menyumbang bagi hadirnya gaya arsitektur Purnamodern, yakni
arsitektur yang mendamaikan yang baru dengan yang lama.

Akhir dari Arsitektur Modern

Memang tidak mudah untuk mengatakan bahwa Purnamodern dan Neomodern itu menandai
hari-hari akhir arsitektur modern. Dalam hal ini, beberapa pertimbangan haruslah disodorkan
agar penetapan itu dapat dipertanggungjawabkan. Kalau kita menengok kembali buku sejarah
yang ditulis oleh Sir Banister Fletcher, disana kita akan berhadapan dengan sebutan yang juga
berawal dengan late seperti late-Roman dan late-Renaissance. Fletcher menggunakan awalan
late itu untuk menunjukkan keadaan sebuah gaya arsitektur yang sudah menvapai tahap akhir
dari perjalanannya. Setelah tahap late itu terjalani, muncullah gaya arsitektur baru. Kalau
kesejajaran dengan Banister Fletcher ini dipakai sebagai pertimbangannya, maka tidaklah keliru
untuk menangkap sebutan late-modern sebagai tahap-tahap akhir dari perjalanan arsitektur
modern.

Di bagian awal penjelajahan kita terhadap perjalanan arsitektur modern, kita telah memaksa diri
untuk mengurus masa peralihan dari pra-modern, yakni arsitektur mula-modern. Di situ kita
menyaksikan berbagai alternatif yang disodorkan sebagai pengganti dan pengoreksi atas
arsitektur pramodern. Pergulatan untuk mengimbangi posisi arsitektur sebagai seni dengan posisi
arsitektur sebagai olah penalaran disajikan dalam dua alternatif pokok. Yang pertama adalah
alternatif pengkombinasian ornament/dekorasi dengan geometri (sebagaimana disodorkan oleh
Sullivan dan Art Nouveau), sedangkan yang kedua adalah pengolahan yang artistic dan geometri
(sebagaiman disampaikan oleh Konstruktivisme, Suprematisme dan De Stijl).

Kedua alternatif itu, dalam batas pemahaman elementer olah rupa arsitektur, nampaknya tak
banyak berbeda dari apa yang dilaksanakan oleh Purnamodern (dalam kesetandingannya dengan
Art Nouveau dan Sullivan), serta dengan yang dilakukan oleh dekonstruksi (dalam
kesetandingannya dengan Konstruktivisme, Suprematisme dan De Stijl). Memang, bila dalam
masa mulamodern upaya olah rupa dilakukan dalam semangat untuk menyertakan pernalaran
arsitektur dalam arsitektur yang artistik, dalam masa akhirmodern semangatnya adalah untuk
menyertakan keartistikan dalam arsitektur yang terlalu berpihak pada nalar.

Kompleksitas, kontradiksi, hibrida dan berbagai ungkapan yang menunjuk pada keadaan yang
tidak lagi monolit, monistik ataupun uniform dengan mudah tergelincir ke dalam keeklektikan.
Para pengamat arsitektur dengan terang-terangan telah mengatakan bahwa tahap perjalanan
arsitektur semenjak 1970-an ini adalah tahapan eklektik dari arsitektur modern. Jikalau dengan
mencemooh eklektikisme di abad 18 dan 19 arsitektur lalu menghadirkan arsitektur yang baru
yaitu arsitektur modern, apakah tidak mungkin hal yang sama berlangsung pula saat ini : kita
tunggu hadirnya arsitektur yang baru karena kita sekarang berada dalam keeklektikan arsitektur.

II. Gambaran Ringkas tentang POST


MODERN
Postmodern bisa dimengerti sebagai filsafat, pola berpikir, pokok berpikir, dasar berpikir, ide,
gagasan, teori. Masing-masing menggelarkan pengertian tersendiri tantang dan mengenai
Postmodern, dan karena itu tidaklah mengherankan bila ada yang mengatakan bahwa
postmodern itu berarti `sehabis modern (modern sudah usai); `setelah modern (modern masih
berlanjut tapi tidak lagi populer dan dominan); atau yang mengartikan sebagai `kelanjutan
modern (modern masih berlangsung terus, tetapi dengan melakukan penyesuaian/adaptasi
dengan perkembangan dan pembaruan yang terjadi di masa kini).

Di dalam dunia arsitektur, Post Modern menunjuk pada suatu proses atau kegiatan dan dapat
dianggap sebagai sebuah langgam, yakni langgam Postmodern. Dalam kenyataan hasil karya
arsitekturnya, langgam ini muncul dalam tiga versi/sub-langgam yakni Purna Modern, Neo
Modern, dan Dekonstruksi. Mengingat bahwa masing-masing pemakai dan pengikut dari sub-
langgam/versi tersebut cenderung tidak peduli pada sub-langgam/versi yang lain, maka masing-
masing menamakannya langgam purna-modern, langgam neo-modern dan langgam
dekonstruksi.

Catatan: banyaknya pengertian maupun versi tentang postmodern ini memang telah membuat
sejumlah pihak mengalami kebingungan, khususnya untuk menentukan siapa dan manakah yang
dapat dipercaya atau dapat diandalkan sebagai yang benar.

III. Apa dan siapa Arsitektur PostModern


Arsitektur Post Modern tidak dapat dipisahkan dengan Arsitektur Modern karena Arsitektur Post
Modern merupakan:

1. Kelanjutan Arsitektur Modern

2. Reaksi terhadap Arsitektur Modern

3. Koreksi terhadap Arsitektur Modern

4. Gerakan melengkapi dari apa yang masih belum terpenuhi dalam arsitektur Modern

5. Menyodorkan alternatif sehingga arsitektur tidak hanya satu jalur saja

6. Memberi kesempatan untuk menangani arsitektur dari kemungkinan-kemungkinan,


pendekatan-pendekatan dan alternatif-alternatif yang lebih luas dan bebas
Dengan demikian mempelajari arsitektur Post Modern tidak bisa tanpa melalui Arsitektur
Modern karena Arsitektur Post Modern merupakan langkah atau tindak lanjut terhadap evaluasi
yang dilakukan mengenai arsitektur Modern. Arsitektur Post Modern merupakan arsitektur yang
telah melakukan feed back / umpan balik terhadap Arsitertur Modern. Pemunculan Arsitektur
Modern tidak seragam dan secara garis besar dapat dikelompokan dalam tiga ciri penampilan:

Purna Modern

- Purna Modern merupakan pengindonesiaan dari post-modern versi Charles Jencks (ingat,
pengertian veris Jencks itu berbeda dari pengertian umum dari `Post Modern yang digunakan
dalam judul catatan kuliah ini)

- Ditandai dengan munculnya ornamen, dekorasi dan elemen-elemen kuno (dari Pra
Modern) tetapi dengan melakukan transformasi atas yang kuno tadi.

- Menyertakan warna dan tekstur menjadi elemen arsitektur yang penting yang ikut
diproses dengan bentuk dan ruang.

- Tokohnya antara lain : Robert Venturi, Michael Graves, Terry Farrell

a.Pasca Modern Atau Neo Modern

- Pada awalnya diberi nama Late Modern oleh Charles Jencks, dan diindonesiakan oleh
Josef Prijotomo menjadi Pascamodern. Jadi, Pascamodern dan Neomodern adalah sinonim.

- Tidak menampilkan ornamen dan dekorasi lama tetapi menojolkan Tektonika (The Art of
Construction). Arsitekturnya dimunculkan dengan memamerkan kecanggihan yang mutakhir
terutama teknologi.

- Sepintas tidak terlihat jauh berbeda dengan Arsitektur Modern yakni menonjolkan
tampilan geometri.

- Menampilkan bentuk-bentuk tri-matra sebagai hasil dari teknik proyeksi dwi matra
(misal, tampak sebagai proyeksi dari denah). Tetapi, juga menghadirkan bentukan yang trimatra
yang murni (bukan sebagai proyeksi dari bentukan yang dwimatra)

- Tokohnya antara lain: Richard Meier, Richard Rogers, Renzo Piano, Norman Foster.

- Tampilan dominan bentuk geometri.

- Tidak menonjolkan warna dan tekstur, mereka ini hanya ditampilkan sebagai aksen.
Walaupun demikian, punya warna favorit yakni warna perak.

b. Dekontruksi
- Geometri juga dominan dalam tampilan tapi yang digunakan adalah geometri 3-D bukan dari
hasil proyeksi 2-D sehingga muncul kesan miring dan semrawut.

- Tokohnya antara lain: Peter Eisenman, Bernard Tschumi, Zaha Hadid, Frank OGehry.

- Menggunakan warna sebagai aksen dalam komposisi sedangkan tekstur kurang berperan.

Pokok-pokok pikiran yang dipakai arsitek Post Modern yang tampak dari ciri-ciri di atas
berbeda dengan Modern. Di sini akan disebutkan tiga perbedaan penting dengan yang modern
itu.

1. Tidak memakai semboyan Form Follows Function

Arsitektur posmo mendefinisikan arsitektur sebagai sebuah bahasa dan oleh karena itu arsitektur
tidak mewadahi melainkan mengkomunikasikan.

Apa yang dikomunikasikan?

Yang dikomunikasikan oleh ketiganya itu berbeda-beda, yaitu:

PURNA MODERN: yang dikomunikasikan adalah identitas regional, identitas kultural, atau
identitas historikal. Hal-hal yang ada di masa silam itu dikomunikasikan, sehingga orang bisa
mengetahui bahwa arsitektur itu hadir sebagai bagian dari perjalanan sejarah kemanusian.

NEO MODERN : mengkomunikasikan kemampuan teknologi dan bahan untuk berperan sebagai
elemen artistik dan estetik yang dominan.

DEKONSTRUKSI : yang dikomunikasikan adalah (a.) unsur-unsur yang paling mendasar,


essensial, substansial yang dimiliki oleh arsitektur. (b.) Kemampuan maksimal untuk
berarsitektur dari elemen-elemen yang essensial maupun substansial.

Karena pokok-pokok pikiran itu dapat pula dikatakan bahwa:

- Arsitektur PURNA MODERN memiliki kepedulian yang besar kepada masa silam (The
Past),

- Arsitektur NEO MODERN memiliki kepedulian yang besar kepada masa ini (The
Present), sedangkan

- Arsitektur DEKONSTRUKSI tidak mengikatkan diri kedalam salah satu dimensi Waktu
(Timelessness).

Pandangan seperti ini mengakibatkan timbulnya pandangan terhadap Dekonstruksi yang


berbunyi Ini merupakan kesombongan dekonstruksi.

2.Fungsi ( bukan sebagai aktivitas atau apa yang dikerjakan oleh manusia terhadap arsitektur)
Yang dimaksud dengan `fungsi di sini bukanlah `aktivitas, bukan pula `apa yang
dikerjakan/dilakukan oleh manusia tehadap arsitektur (keduanya diangkat sebagai pengertian
tentang `fungsi yang lazim digunakan dalam arsitektur modern). Dalam arsitektur posmo yang
dimaksud fungsi adalah peran adan kemampuan arsitektur untuk mempengaruhi dan melayani
manusia, yang disebut manusia bukan hanya pengertian manusia sebagai mahluk yang berpikir,
bekerja melakukan kegiatan, tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, bekerja, memiliki
perasaan dan emosi, makhluk yang punya mimpi dan ambisi, memiliki nostalgia dan memori.
Manusia bukan manusia sebagai makhluk biologis tetapi manusia sebagai pribadi.

Fungsi = apa yang dilakukan arsitektur, bukan apa yang dilakukan manusia; dan dengan
demikian, FUNGSI bukan AKTIVITAS

Dalam posmo, perancangan dimulai dengan melakukan analisa fungsi arsitektur, yaitu :

- Arsitektur mempunyai fungsi memberi perlindungan kepada manusia (baik melindungi


nyawa maupun harta, mulai nyamuk sampai bom),

- Arsitektur memberikan perasaan aman, nyaman, nikmat,

- Arsitektur mempunyai fungsi untuk menyediakan dirinya dipakai manusia untuk berbagai
keperluan,

- Arsitektur berfungsi untuk menyadarkan manusia akan budayanya akan masa silamnya,

- Arsitektur memberi kesempatan pada manusia untuk bermimpi dan berkhayal,

- Arsitektur memberi gambaran dan kenyataan yang sejujur-jujurnya.

Berdasarkan pokok pikiran ini, maka :

- Dalam PURNA MODERN yang ditonjolkan didalam fungsinya itu, adalah fungsi-fungsi
metaforik (=simbolik) dan historikal.

- NEO MODERN menunjuk pada fungsi-fungsi mimpi, yang utopi (masa depan yang
sedemikian indahnya sehingga tidak bisa terbayangkan).

- DEKONSTRUKSI menunjuk pada kejujuran yang sejujur-jujurnya.

3. Bentuk dan Ruang

Didalam posmo, bentuk dan ruang adalah komponen dasar yang tidak harus berhubungan satu
menyebabkan yang lain (sebab akibat), keduanya menjadi 2 komponen yang mandiri, sendiri-2,
merdeka, sehingga bisa dihubungkan atau tidak.

Yang jelas bentuk memang berbeda secara substansial, mendasar dari ruang.
Ciri pokok dari bentuk adalah ada dan nyata/terlihat/teraba, sedangkan ruang mempunyai ciri
khas ada dan tak-terlihat/tak-nyata. Kedua ciri ini kemudian menjadi tugas arsitek untuk
mewujudkannya.

Berdasarkan pokok pikiran ini, maka dalam arsitektur :

- Purna Modern bentuk menempati posisi yang lebih dominan daripada ruang,

- Neo Modern sebaliknya bertolak belakang , menempatkan ruang sebagai unsur yang
dominan, sedangkan dalam

- Dekonstruksi tidak ada yang dominan, tidak ada yang tidak dominan, bentuk dan ruang
memiliki kekuatan yang sama.

Beri peringkat:

Rate This

Komentar : Leave a Comment

Kategori : Sejarah Arsitektur

Pengantar Sejarah Arsitektur


2 08 2010

Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif,
keamanan, dsb), dan cara bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi. Arsitektur
prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih
maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur
berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau
peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur
penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang
demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak bagian dunia.

Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus
produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas
bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan
dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana
rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam
masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai
bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti
khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-
karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad
Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi
profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi
proyek.

Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting
daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada
arsitek-arsitek individual Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci dan kultus
individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara
seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap
ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya
masih bersifat umum.

Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya


engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek
menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah
arsitek priyayi yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada
unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole
des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar
cantik tanpa menekankan konteksnya.

Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika
menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk
berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui
produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam
ekspresi dari sebuah proses produksi.

Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-
pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907)
yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik
lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman
tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni,
ketrampilan, dan teknologi.

Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan
dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada
fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai
master. Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena
kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada
tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman,
serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-
Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat
visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi berpendapat bahwa gubuk
berhias / decorated shed (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional
sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah bebek / duck
(bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar
pendekatan Arsitektur Post-Modern.

sumber : Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Beri peringkat:

Rate This

Komentar : Leave a Comment

Kategori : Sejarah Arsitektur

Anda mungkin juga menyukai