Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA STRUKTUR

MODUL C
JEMBATAN MENERUS TIGA BENTANG

Andre Kurniawan 1306412810


Annisa Rianti Utami. 1306391844
Fahmi Adhi Prayoga 1306391932
Fransiskus Suniarmo 1306481083

Tanggal Praktikum :
Asisten Praktikum : Felicius Wayandhana
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2016
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan 1
Percobaan bertujuan untuk menentukan ketepatan analisa matematika dari
jembatan menerus tiga bentang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Selain itu juga
untuk membandingkan garis pengaruh yang didapat dari percobaan sebagai hasil dari
reaksi perletakan dengan garis pengaruh secara teoritis.

Percobaan 2
Tujuan dari lanjutan percobaan ini adalah untuk memperlihatkan analisa model
dengan metode displacement kecil dan untuk membandingkan hasilnya dengan
pengukuran langsung dari reaksi.

II. TEORI DASAR

Jembatan adalah suatu


konstruksi yang dibangun untuk melewatkan suatu massa atau traffic dari suatu
penghalang (sungai, jalan raya, waduk, jalan kereta api dan lain-lain).
Pengertian dari jembatan menerus tiga bentang adalah suatu struktur yang
memiliki 3 (tiga) bentang dan 4 (empat) buah perletakan (dapat dilihat pada gambar
diatas). Dalam analisa jembatan menerus tiga bentang pada modul ini, akan dipergunakan
Metode Clapeyron (Persamaan Putaran Sudut)

III. PERALATAN
1. HST. 1901 Model Jembatan Transparan dengan bentuk Sprandels
2. HST. 1902 Kolom-kolom jembatan dengan penyangga berjalan dan
alat pengukur reaksi dan kompensator perata
3. HST. 1903 Kolom-kolom jembatan dengan penyangga yang dijepit,
alat pengukur reaksi dan kompensator perata
4. HST. 1904 Peralatan dial pengukur
5. HST. 1905 Beban berjalan (50 N dan 25 N)
6. HST. 1906 Penyangga ujung kiri
7. HST. 1907 Penyangga ujung kanan

Model jembatan dari bagian transparan memberikan penggambaran tentang


bagian dinding samping dan lajur dari jalan. Diaphrams telah dipasang pada keempat
perletakan dan di tengah bentang. Jembatan tersebut menerus di atas dua bentang tepi
yang masing-masing panjangnya 250 mm dan bentag tengah sepanjang 650 mm.
Jembatan tersebut disambungan ke empat alat pengukur dengan pin pengikat pada satu
ujung, tiga sisi penahan berjalan, yang memperbolehkan lendutan horisontal dan menahan
lendutan vertikal pada perletakan yang lain. Perbedaan ketinggian dari bagian dalam dan
penahan ujung adalah 90mm.
Perletakan jembatan ditopang pada kantilever pendek yang defleksinya karena
reaksi dari jembatan memberikan pembacaan pada alat ukur. Alat pengukur reaksi
dikalibrasi sehingga dapat membaca 0,1 N setiap bagian dari alat ukur. Pada bagian dasar
dari setiap koloom terdapat kompensator perata yang dibuat untuk mengangkat kolom
sebesar 0.1 mm setiap putaran alat ukur. Jadi jika dial pada kompensator selalu dipasang
pada pembacaan alat ukur, maka penahan jembatan akan berada pada ketinggian yang
konstan. Karena jembatan merupakan struktur statis tak tentu, maka adalah merupakan
persyaratan yang penting untuk mengukur reaksi sebenarnya.
Pada bagian atas dari kolom jembatan terdapat penjepit atau pengunci ujung bebas
dari kantilever. Penjepit tersebut harus dalam keadaan tak terkunci untuk mengukur reaksi
(Percobaan 1). Penjepit harus dikunci jika jembatan digunakan untuk analisa model
dengan metode displacement kecil.

Mempersiapkan Alat

Untuk memasang jembatan pada kerangka HST. 1, pertama-tama kuncilah bagian


dalam dari kolom sehingga pusatnya berada pada 297,5 mm dari permukaan dalam sisi
vertikal dari rangka. Lalu secara perlahan-lahan jembatan dipasang pada bagian atas dari
penjepit perletakan penahan berjalan.
Sambungkan ujung kiri kolom pada rangka dan geser ke atas sampai penjepit
perletakan menyentuh bagian bawah penyangga jembatan. Lepaskan sekrup penjepit
penyangga dari bagian kanan jembatan. Sambungkan bagian ujung kanan kolom ke ranga
dan geser ke atas sampai lubang atas pada perletakan yang dijepit menjadi datar dengan
bagian bawah penyangga jembatan.
Jembatan sekarang dapat digeser ke kiri, dan diturunkan 6,5 mm, lalu digerakkan
ke bagian kanan dengan mengaitkan penjepit-penjepit perletakan ke penyangga jembatan.
Pada saat yang sama dapat kita ketahui bahwa perletakan untuk bagian ujung kanan akan
bergeser sepanjang perletakan jembatan sehingga penjepit penyangga dapat dipasang
kembali.
Dial kompensator pada bagian dasar dari keempat kolom di-set pada angka 600,
dan alat pengatur vertikal pada setiap dial gauge harus digunakan untuk menghasilkan
angka 600 pada pembacaan dial. (Kemungkinan perlu menggerakkan cincin pada
pengukur dial untuk mendapatkan pembacaan 600). Mengencangkan bagian bawah
horzontal dari rangka HST. 1 mungkin diperlukan dengan salah satu tangannya
mempermudah pengakuan pada pengukur dial.

IV. CARA KERJA


Percobaan 1
a. Bagian 1 :
Jembatan dianggap telah dikoreksi sesuai dengan keterangan di atas. Periksa
apakah pengunci kantilever sudah dilepaskan dan bagian-bagian dasar penjepit bebas
dari pengukuran reaksi kantilever, dan dial kompensator memberikan bacaan yang
sama dengan pengukur dial.
Letakkan beban silindris 25 N di atas jembatan pada abutmen kiri dan atur
kompensator agar pembacaannya sama dengan pengukur dial. Ketiga kolom lainnya
harus disesuaikan jika perlu, namun secara teoritis harus menghasilkan reaksi nol.
Gerakkan beban dengan interval 12 cm, 25 cm, dan 56 cm dari sisi kiri
jembatan, dan pada setiap posisi sejajarkan kembali kolom yang dapat dilihat dari
pembacaan yang sama antara dial kompensator dengan pengukur dial. Dalam
melakukan hal ini yang disesuaikan lebih dahulu adalah kolom yang letaknya paling
dekat dengan beban dan kerjakan dari kiri ke kanan, kembali ke kolom terdekat
dengan beban. Kita akan mendapatkan bahwa pensejajaran satu kolom akan
mempengaruhi yang lainnya, namun dengan dengan pekerjaan yang berulang-ulang
sesuai petunjuk, maka penyesuaian akan cepat diperoleh. Pada saat keempat kolom
telah datar maka pembacaan reaksi telah selesai.

b. Bagian 2 :
Plot garis pengaruh dari keempat reaksi selama percobaan berlangsung.
Keakuratan dari alat dan percobaan dapat dilihat dengan memperhatikan hal sebagai
berikut :
o Ketika beban berada di atas kolom, reaksi seharusnya adalah 25 N dan reaksi perletakan kolom
yang lain adalah nol.
o Garis pengaruh harus memperlihatkan keadaan simetris.
Sebagai pemeriksaan terakhir, letakkan sembarang bentuk dari pembebanan umum di
atas jembatan sampai maksimum 150 N (Beban titik tidak melebihi 50 N pada setiap
titik), perhatikan nilai dan letak dari pembebanan, dan dapatkan keempat reaksinya.

Percobaan 2
Kerjakan bagian 1 dari percobaan untuk mendapatkan garis pengaruh dari reaksi
perletakan. Gunakan penjepit kantilever untuk mengunci kantilever pada setiap kolom.
Menggunakan penopang yang dipasang pada bagian atas dari rangka HST. 1 maka
jarum pengukur dial (HST.1904) di set untuk keadaan 0,001 mm setiap garis untuk
menentukan defleksi pada garis pusat dan perletakan jembatan, kemudian dimulai 56,25
cm dari bagian kiri ujung jembatan. Baca defleksi untuk :
o Displacement arah atas sebesar 1 mm pada bagian kiri perletakan (dihasilkan dengan memutar
kompensator searah jarum jam).
o Keadaan dimana kompensator perletakan telah kembali ke posisi semula, dan displacement arah
atas sebesar 1 mm pada bagian kiri dari dalam kolom.

Perletakan kolom dikembalikan ke posisi semula dan gerakkan pengukur dial 12.5
cm ke kanan, dan ulangi prosedur tersebut. Lanjutkan sampai pengukur dial telah
dipindahkan 25 cm dan 56.25 cm dari perletakan kiri. Garis pengaruh akan didapat
dengan memplot defleksi dial gauge dengan posisi dari dial gauge, sesuai dengan teori
Mueller-Breslau untuk analisa model.

V. DATA HASIL PERCOBAAN


Percobaan 1
o P1 = 25 N
Jumla
Ra Rb Rc Rd
No. x (cm) h
1 0 28 11.6 0 1.4 41
2 12.5 19 17.5 0.1 0.2 36.8
3 25 4.3 28.9 1.6 2.5 37.3
4 56.25 6.7 15.1 11.9 2.4 36.1
5 87.5 2.7 9.8 18.8 18.2 49.5
6 100 0.9 4.1 16.1 24.6 45.7
7 112.5 0 0 2.3 29.4 31.7
Tabel 1. Data Praktikum terhadap gaya 25 N

o P2 = 50 N
Jumla
Ra Rb Rc Rd
No. x (cm) h
1 0 48 10.2 0 2.5 60.7
2 12.5 32 33.5 0.1 0.7 66.3
3 25 0 38.8 6.3 1.7 46.8
4 56.25 15 43 33.1 2.9 94
5 87.5 5.5 17.2 44.7 14.3 81.7
6 100 1.7 7.1 25 38.3 72.1
7 112.5 0 1.7 6.1 47.6 55.4
Tabel 2. Data Praktikum terhadap gaya 50 N
VI. PENGOLAHAN DATA
TABEL DAN GRAFIK PERLETAKAN TEORITIS DAN PERCOBAAN
25 N
Ra Rb Rc Rd
x
Teori Praktikum Teori Praktikum Teori Praktikum Teori Praktikum
0 25 28 0 11.6 0 0 0 1.4
12.5 10.98 19 14.86 17.5 -1.38 0.1 0.5482 0.2
25 0 4.3 25 28.9 0 1.6 0 2.5
56.25 -6.16 6.7 18.66 15.1 18.66 11.9 -6.16 2.4
87.5 0 2.7 0 9.8 25 18.8 0 18.2
100 0.54 0.9 -1.3816 4.1 14.86 16.1 10.96 24.6
112.5 0 0 0 0 0 2.3 25 29.4
Tabel 3. Data Praktikum dan Teori terhadap gaya 25 N

Perbandingan Teori dan Praktik Reaksi


Perletakan di A Ra
x Teor Praktiku
i m
0 25 28
10.9
12.5 19
8
25 0 4.3
56.25 -6.16 6.7
87.5 0 2.7
100 0.54 0.9
112.5 0 0
Tabel 4. Data Praktikum dan Teori terhadap gaya 25 N pada perletakan A

Perbandingan Teori dangan Percobaan (Ra)


30
25
20
15
Reaksi Perletakan 10
5
0
-50 12.5 25 56.25 87.5 100 112.5
-10

Jarak

Perbandingan Teori dan Praktik Reaksi Perletakan di B


Rb
x Praktiku
Teori
m
0 0 11.6
12.5 14.86 17.5
25 25 28.9
56.25 18.66 15.1
87.5 0 9.8
-
100 1.381 4.1
6
112.5 0 0
Tabel 5. Data Praktikum dan Teori terhadap gaya 25 N pada perletakan B
Perbandingan Teori dangan Percobaan (Rb)
35
30
25
20
Reaksi Perletakan 15
10
5
0
0 12.5 25 56.25 87.5 100 112.5
-5

Jarak

Perbandingan Teori dan Praktik Reaksi Perletakan di C

Rc
x Teor Praktiku
i m
0 0 0
12.5 -1.38 0.1
25 0 1.6
18.6
56.25 11.9
6
87.5 25 18.8
14.8
100 16.1
6
112.5 0 2.3
Tabel 6. Data Praktikum dan Teori terhadap gaya 25 N pada perletakan C

Perbandingan Teori dangan Percobaan (Rc)


30
25
20
15
Reaksi Perletakan
10
5
0
0 12.5 25 56.25 87.5 100 112.5
-5

Jarak

Perbandingan Teori dan Praktik Reaksi Perletakan di D

Rd
x Praktiku
Teori
m
0 0 1.4
0.548
12.5 0.2
2
25 0 2.5
56.25 -6.16 2.4
87.5 0 18.2
100 10.96 24.6
112.5 25 29.4

Tabel 7. Data Praktikum dan Teori terhadap gaya 25 N pada perletakan D

Perbandingan Teori dangan Percobaan (Rd)


35
30
25
20
15
Reaksi Perletakan
10
5
0
0 12.5 25 56.25 87.5 100 112.5
-5
-10

Jarak

50 N
Ra Rb Rc Rd
x Praktiku Praktiku Praktiku Praktiku
Teori Teori Teori Teori
m m m m
0 50 48 0 10.2 0 0 0 2.5
12.5 21.93 32 29.74 33.5 -2.76 0.1 1.096 0.7
25 0 0 50 38.8 0 6.3 0 1.7
56.25 - 15 37.34 43 37.34 33.1 -12.34 2.9
12.34
87.5 0 5.5 0 17.2 25 44.7 0 14.3
- 29.736 21.929
100 1.096 1.7 7.1 25 38.3
2.7632 8 8
112.5 0 0 0 1.7 0 6.1 50 47.6

Tabel 8. Data Praktikum dan Teori terhadap gaya 50 N

Perbandingan Teori dan Praktik Reaksi Perletakan di A

Ra
x
Teori Praktikum
0 50 48
12.5 21.93 32
25 0 0
-
56.25 15
12.34
87.5 0 5.5
100 1.096 1.7
112.5 0 0

Tabel 9. Data Praktikum dan Teori terhadap gaya 50 N pada perletakan A

Ra
60
40
Reaksi Perletakan 20
0
0 12.5 25 56.25 87.5 100 112.5
-20
Jarak

Perbandingan Teori dan Praktik Reaksi Perletakan di B

Rb
x Praktiku
Teori
m
0 0 10.2
12.5 29.74 33.5
25 50 38.8
56.25 37.34 43
87.5 0 17.2
-
100 2.763 7.1
2
112.5 0 1.7
Tabel 10. Data Praktikum dan Teori terhadap gaya 50 N pada perletakan B

Rb
60

50

40

30
Reaksi Perletakan
20

10

0
0 12.5 25 56.25 87.5 100 112.5
-10

Jarak

Perbandingan Teori dan Praktik Reaksi Perletakan di C

Rc
x Praktiku
Teori
m
0 0 0
12.5 -2.76 0.1
25 0 6.3
56.25 37.34 33.1
87.5 25 44.7
29.736
100 25
8
112.5 0 6.1
Tabel 11. Data Praktikum dan Teori terhadap gaya 50 N pada perletakan C

Rc
50
40
30
Reaksi Perletakan 20
10
0
0 12.5 25 56.25 87.5 100 112.5
-10

Jarak

Perbandingan Teori dan Praktik Reaksi Perletakan di D

x Rd
Teori Praktiku
m
0 0 2.5
12.5 1.096 0.7
25 0 1.7
56.25 -12.34 2.9
87.5 0 14.3
21.929
100 38.3
8
112.5 50 47.6
Tabel 12. Data Praktikum dan Teori terhadap gaya 50 N pada perletakan D

Rd
60
50
40
30
Reaksi Perletakan 20
10
0
0 12.5 25 56.25 87.5 100 112.5
-10
-20

Jarak

KESALAHAN RELATIF
Reaksi Total (N) Kesalahan
x (cm) Relatif
Jumlah Teori
(%)
0 41 25 64
12.5 36.8 25 47.2
25 37.3 25 49.2
56.25 36.1 25 44.4
87.5 49.5 25 98
100 45.7 25 82.8
112.5 31.7 25 26.8
Kesalahan Relatif 58.91%
Tabel 12. Kesalahan Relatif dengan gaya 25 N

Reaksi Total Kesala


(N) han
x (cm)
Teor Relatif
Jumlah
i (%)
0 60.7 50 21.4
12.5 66.3 50 32.6
25 46.8 50 6.4
56.25 94 50 88
87.5 81.7 50 63.4
100 72.1 50 44.2
112.5 55.4 50 10.8
Kesalahan Relatif 38.11%

Tabel 13. Kesalahan Relatif dengan gaya 50 N

VII. ANALISA
Analisa Percobaan
Percobaan pertama modul C ini bertujuan untuk menganalisa ketepatan perhitungan
matematis dari jembatan menerus tiga bentang dengan keadaan sebenarnya dengan cara
membandingkan garis pengaruh teoritis, yaitu dengan metode persamaan tiga momen
atau Clapeyron, dan garis pengaruh hasil percobaan.
Percobaan jembatan menerus tiga bentang bertujuan untuk mendapatkan analisis
peehitungan matematis yang berkorelasi dengan keadaan sebenarnya. Mendapatkan
analisis tersebut dilakukan dengan metode persamaan tiga moment atau CLayperon.
Percobaan modul C ini dimulai dengan mempersiapkan peralatan percobaan berupa
1 (satu) set jembatan menerus tiga bentang, beban berjalan sebesar 25 N, beban berjalan
sebesar 50 N, dan dial-dial pengukur. Setelah semua siap, dial pengukur diset agar
menunjuk angka nol. Hal ini dilakukan agar pengukuran oleh dial sesuai dengan
pengukuran sebenarnya. Apabila dial pada kondisi awal tidak menunjukkan angka nol,
maka nilai yang ditunjukkan oleh dial harus dikalkulasi dengan kondisi awal dial.
Percobaan pertama pada modul ini dilakukan dengan menjalankan beban silinder
pada model jembatan. Hal ini akan mengakibatkan pembebanan pada titik titik di
sepanjang permukaan jembatan yang akan terbaca pada dial dial yang terletak pada
perletakan dan interval bentang tertentu, yaitu 0 cm, 12.5 cm, 25 cm, 56.25 cm, 87.5 cm,
100 cm dan 112.5 cm. Beban silinder yang digulirkan sepanjang beban diberhentikan
pada interval interval tersebut untuk dibaca. Setelah selesai , beban diganti dengan
pembebanan 50 N dan dilakukan dengan urutan yang sama.
Analisa Pengolahan Data
Pengolahan data pada praktikum modul ini menggunakan metode Clayperon.

Dengan mengasumsikan bahwa putaran sudut BA dengan putaran sudut BC sama,


dan juga putaran sudut CB dengan putaran sudut CD sama. Maka didapatkan persamaan :
BA = BC

CB =CD

Yang dilakukan dengan asumsi sebagai berikut :


Putaran sudut akibat beban P
P . a .b .(l+ b) P . a . b .(l+ a)
= atau=
6 . EI . l 6 . EI . l

Putaran sudut akibat momen M


M .l M .l
= atau=
3 EI 6 EI

Putaran sudut akibat simpangan



=
l

Dari persamaan-persamaan tersebut kemudian dapat diperoleh nilai momen pada


titik B dan C yang mana dengan kondisi awal diketahui momen pada titik A dan D sama
dengan 0. Setelah mendapatkan nilai momen A dan D, dapat dilakukan perhitungan untuk
mencari reaksi perletakan pada titik A, B, C, dan D.

Analisa Hasil
Pada percobaan ini didapatkan kesalahan relatif rata-rata sebesar 58.91 % untuk
beban 25 N dan 38.11 % untuk beban 50 N. Kesalahan relatif ini tergolong besar dan
menunjukkan banyaknya kesalahan yang terjadi selama praktikum berlangsung.
Penyebab dari kesalahan relatif dijelaskan pada analisis kesalahan.

Dari grafik grafik yang dihasilkan pada percobaan ini, baik dari pembebanan 25
N maupun 50 N didapatkan visualisasi di mana penyimpangan paling besar terjadi pada
interval jarak 56.25. Seperti pada grafik yang dilampirkan di bawah, terlihat bahwa
selisih dari hasil teori dan praktikum pada reaksi perletakan Ra paling besar di titik 56.25.

Perbandingan Teori dangan Percobaan (Ra)


30
25
20
15
Reaksi Perletakan 10
5
0
0 12.5 25 56.25 87.5 100 112.5
-5
-10

Jarak
Hal ini menunjukkan bahwa dial pada titik 56.25 yang paling sensitif dan rentan terhadap
gangguan lingkungan. Hasil dari pembacaan garis pengaruh menurut teori seharusnya
menunjukkan jumlah yang sama pada setiap perletakan dengan beban yang diberikan.
Atau dapat dikatakan jumlah nilai Ra + Rb + Rc + Rd sama dengan nilai beban yang
diberikan. Namun dari hasil yang diperoleh menunjukkan perbedaan yang cukup jauh dan
dijelaskan pada analisis kesalahan.

Analisa Kesalahan
Kesalahan-kesalahan yang terjadi selama praktikum berlangsung atau saat
pengolahan data, disebabkan oleh factor-faktor kesalahan sebagai berikut :
Peralatan : kalibrasi alat yang tidak sesuai, dial gauge yang tidak berfugsi dengan baik.
Saat mengkalibrasi satu dial, dial yang lain ikut terpengaruh dan sangat sensitif. Kurang telitinya
praktikan dalam mengkalibrasi dial menjadi salah satu penyebab kesalahan relative.
Pembacaan : Kesalahan dalam proses pembacaan dial. Pembacaan
dilakukan oleh empat orang praktikan dan memiliki perbedaan dalam
ketelitian pengukuran sehingga dapat berpengaruh pada keakuratan
pembacaan.
Proses Praktikum : Kurang berhati-hatinya praktikan dalam menjalankan
praktikum modul C Jembatan Menerus Tiga Bentang ini
mengakibatkan tergesernya peralatan praktikum yang sensitive sehingga
berpengaruh pada dial. Kejadian ini juga termasuk pada saat menjalankan
beban silinder di sepanjang pembebanan.

VIII. KESIMPULAN
Persamaan tiga momen atau persamaan Clapeyron dapat digunakan untuk
mengolah data struktur jembatan tiga bentang dan dapat digunakan untuk
membandingkan hasil percobaan. Namun, praktikum modul C yang dilakukan
praktikan tidak dapat dijadikan acuan untuk mengoreksi dan membandingkan
keakuratan perhitungan matematis dari metode Clayperon.
Kesalahan relatif yang didapat praktikan dalam percobaan ini adalah 58.91 % untuk
beban 25 N dan 38,11 % untuk beban 50 N.
IX. REFERENSI
Dr. Ir. Elly Tjahjono, DEA, Pedoman Praktikum Analisa Struktur. Laboratorium Struktur
dan Material. Depok : 2009

X. LAMPIRAN
Gambar . Pembacaan dial pada model jembatan menerus tiga bentang

Anda mungkin juga menyukai