Anda di halaman 1dari 65

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembangunan bangsa yang sedang berlangsung

sekarang ini, pembangunan di bidang olahraga merupakan bagian

dalam upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang

ditujukan kepada peningkatan kesegaran jasmani dan rohani

seluruh masyarakat, pembentukan watak, disiplin dan sportifitas

serta pengembangan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan

rasa kebangsaan nasional.

Beberapa cabang olahraga yang dibina dan dikembangkan di

Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan, salah satunya adalah

cabang olahraga tenis meja. Tenis meja merupakan salah satu

cabang olahraga yang cukup populer dan disenangi oleh semua

kalangan, baik dikalangan anak-anak, remaja, dewasa maupun

orang tua, baik laki-laki maupun perempuan. Permainan tenis meja

adalah permainan yang memerlukan gerakan yang cepat sesuai

dengan laju bola sehingga memerlukan kontrol gerakan yang tepat,

reaksi cepat, dan ketepatan pukulan.


2

Dalam permainan tenis meja terdapat beberapa teknik yang

harus dikuasai oleh seorang pemain agar dapat bermain dengan

baik. Pada dasarnya bahwa semua teknik pukulan yang ada dalam

permainan tenis meja bersumber dari dua jenis pukulan yakni

pukulan forehand dan backhand, baik servis, smash, drive, top spin,

dan sebagainya.

Permainan tenis meja adalah permainan yang memerlukan

gerakan yang cepat sesuai dengan laju bola sehingga memerlukan

kontrol gerakan yang tepat, reaksi cepat, dan ketepatan pukulan.

Apabila dapat dilakukan akan nampak bahwa gerakan pukulan yang

dilakukan efisen.

Salah satu unsur gerak dan ketrampilan yang harus dimiliki

agar dapat menjadi pemain tenis meja yang baik adalah

keterampilan mengembalikan bola yang sudah diservis atau dipukul

oleh lawan. Perlu diketahui bahwa bola yang dipukul oleh lawan

sulit untuk diperkirakan arah dan kecepatannya. Oleh karena itu

maka dibutuhkan kemampuan koordinasi dan kecepatan gerak yang

baik agar bola yang datang dapat dikembalikan dengan tepat dan

terarah, agar masuk di lapangan lawan dan sulit dijangkau atau

dikembalikan oleh lawan.


3

Untuk dapat menguasai berbagai macam pukulan dengan

baik maka harus didukung oleh beberapa faktor, dan salah satunya

yang sangat berperan adalah faktor kemampuan fisik, disamping

faktor teknik dan mental. Hal ini disebabkan karena tanpa

kemampuan fisik yang memadai, maka teknik gerakan pukulan

tidak akan dapat dilakukan dengan baik karena mudah mengalami

penurunan kemampuan konsentrasi, dan hal ini akan berpengaruh

terhadap usaha penampilan geraknya pada saat melakukan

pukulan. Begitu pula sebaliknya bila kemampuan fisik baik maka

pelaksanaan teknik pukulan akan mudah ditampilkan secara

sempurna.

Kemampuan fisik tersebut terutama ditekankan pada bagian

tubuh yang memegang peranan penting dalam bermain tenis meja.

Adapun komponen fisik yang diduga sangat berperan terhadap

keterampilan bermain tenis meja adalah kecepatan reaksi tangan,

koordinasi mata tangan dan kelentukan pergelangan tangan.

Peranan kecepatan reaksi tangan terhadap keterampilan

bermain tenis meja adalah sangat penting, oleh karena permainan

tenis meja adalah permainan yang cepat sehingga membutuhkan

gerak tangan yang cepat untuk melakukan pukulan maupun

tangkisan guna mencegah agar bola tersebut tidak mati dilapangan


4

sendiri. Di samping itu, dengan pukulan yang cepat akan

menghasilkan laju bola yang cepat pula. Hal ini penting karena

dapat membuat lawan kesulitan untuk mengantisipasi atau

mengembalikan bola yang datangnya cepat. Keadaan ini tentu saja

memberi peluang bagi sipemukul untuk mendapatkan point.

Begitu pula halnya dengan koordinasi mata tangan juga

mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya terhadap

keterampilan bermain tenis meja. Dimana gerakan dalam bermain

tenis meja seperti melakukan pukulan dan tangkisan/pengembalian

bola selalu menggunakan lengan atau tangan, sehingga

kemampuan mengkoordinasikan gerakan tangan dengan bantuan

penglihatan terhadap arah sasaran bagian meja lawan sangat

menentukan efektifnya hasil pukulan maupun pengembalian bola

yang dilakukan. Kurangnya koordinasi mata-tangan dalam bermain

tenis meja akan menghasilkan gerakan yang kaku, akibatnya

pukulan maupun pengembalian bola yang dilakukan tidak terarah

dengan tepat.

Sedangkan peranan kelentukan pergelangan tangan terhadap

kemampuan bermain tenis meja, terutama dapat memudahkan

dalam mengarahkan bola yang dipukul secara tepat sesuai yang

diinginkan. Di samping itu, dengan kelentukan pergelangan tangan


5

yang baik dapat membantu tangan dalam bergerak secara efisien

untuk melakukan pukulan maupun pengembalian bola sehingga

arah bola yang dipukul akan semakin cepat dan efektif.

Kenyataan di lapangan, terutama bila menyaksikan siswa SMP

Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone bermain tenis meja, tidak

menunjukkan kemampuan bermain tenis meja untuk lebih baik.

Masih terdapat siswa yang kurang mampu mengantisipasi bola,

bergerak cepat kearah bola atau terlambat bereaksi untuk memukul

bola. Selain itu pukulan-pukulan masih banyak yang tidak tepat,

tersangku di net atau keluar lapangan permainan.

Hal tersebut diduga karena siswa SMP Negeri 4 Lappariaja

Kabupaten Bone belum memiliki kecepatan reaksi tangan,

koordinasi mata-tangan dan kelentukan pergelangan tangan yang

baik, sehingga dalam permainan tenis meja tidak dapat dilakukan

dengan baik pula.

Dari uraian tersebut di atas, sehingga di duga bahwa

kecepatan reaksi tangan, koordinasi mata-tangan dan kelentukan

pergelangan tangan yang dimiliki seseorang mempunyai hubungan

yang erat dengan kemampuan bermain tenis meja.

Hal-hal yang dikemukakan di atas, merupakan dasar

pemikiran yang melatar belakangi penulis untuk melakukan


6

penelitian dengan judul: Hubungan Antara Kecepatan Reaksi

Tangan, Koordinasi mata-tangan dan Kelentukan Pergelangan

Tangan Dengan Kemampuan Bermain Tenis Meja Pada Siswa SMP

Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan

di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara kecepatan reaksi tangan dengan

kemampuan bermain tenis meja ?

2. Apakah ada hubungan antara koordinasi mata-tangan kecepatan

gerak tangan dengan kemampuan bermain tenis meja ?

3. Apakah ada hubungan antara kelentukan pergelangan tangan

dengan kemampuan bermain tenis meja ?

4. Apakah ada hubungan secara bersama-sama antara kecepatan

reaksi tangan, koordinasi mata-tangan dan kelentukan

pergelangan tangan dengan kemampuan bermain tenis meja ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:
7

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecepatan

reaksi tangan dengan keterampilan bermain tenis meja.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan koordinasi mata-

tangan dengan kemampuan bermain tenis meja.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kelentukan

pergelangan tangan dengan kemampuan bermain tenis meja.

4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan secara bersama-sama

antara kecepatan reaksi tangan, koordinasi mata-tangan dan

kelentukan pergelangan tangan koordinasi mata-tangan,

kecepatan gerak tangan dengan ke4mampuan bermain tenis

meja.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Apabila hasil yang dicapai dalam penelitian ini cukup

terandalkan kebenarannya, maka diharapkan mempunyai manfaat

sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan

khsusnya dibidang keolahragaan menyangkut tentang hubungan

kecepatan reaksi tangan, koordinasi mata-tangan dan

kelentukan pergelangan tangan dengan kemampuan bermain

tenis meja.
8

2. Sebagai bahan perbandingan bagi guru pendidikan jasmani,

pembina maupun pelatih olahraga tenis meja, bahwa unsur fisik

kecepatan reaksi tangan, koordinasi mata-tangan dan

kelentukan pergelangan tangan dengan kemampuan bermain

tenis meja dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman atau

acuan dalam memilih bibit-bibit atlet pemula tenis meja maupun

untuk meningkatkan prestasi atlet yang telah dibinanya.

3. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang berminat untuk

melakukan penelitian selanjutnya dengan melibatkan variabel-

variabel lain yang relevan dengan penelitian ini serta dengan

populasi dan sampel yang lebih luas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR


DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

Tinjaun pustaka merupakan kerangka acuan atau sebagai

landasan teori yang erat kaitannya dengan permasalahan dalam

suatu penelitian. Teori-teori yang dikemukakan merupakan

pernyataan dasar yang diharapkan dapat menunjang penyusunan

kerangka berpikir yang merupakan dasar dalam merumuskan


9

hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan

penelitian ini.

1. Permainan Tenis Meja

Tenis meja merupakan salah satu cabang olahraga yang

tergolong sebagai olahraga permainan. Menurut Soetomo

(1981:541) secara substansi permainan tenis meja dapat dibatasi

sebagai berikut:

Suatu jenis permainan yang menggunakan meja tempat


untuk memantulkan bola yang dipukul oleh seseorang
pemain dan bola yang dipukul tersebut harus melewati atas
net atau jaring yang dipasang pada tengah-tengah meja.

Bentuk permainan ini melibatkan beberapa teknik gerak dan

perlengkapan, namun yang secara khas adalah penggunaan meja

sebagai tempat bermain. Dengan demikian permainan tenis meja

adalah merupakan permainan dengan menggunakan bet dan bola

pada sebuah meja, setiap hasil pukulan harus terpantul pada papan

meja. Apabila bola yang dipukul tidak masuk atau tidak memantul

pada papan daerah sebelah net akan tidak memperoleh nilai atau

dinyatakan keluar. Seseorang yang sedang bermain tenis meja harus

selalu berusaha mengembalikan pukulan lawan setelah memantul

pada bidang papan daerahnya, dengan kata lain bahwa permainan


10

tenis meja ditandai dengan bergeraknya bola secara bolak-balik

melewati atas net yang dipukul oleh dua pemain secara bergantian.

Berdasarkan penjelasan tentang permainan tennis meja,

maka tidaklah mengherankan bila permainan ini cukup disenangi

oleh semua kalangan untuk memainkannya mulai dari kalangan

anak-anak, remaja, dewasa bahkan sampai pada orang-orang yang

sudah memasuki usia lanjut. Tenis meja adalah suatu cabang

olahraga yang tidak mengenal batas umur. Anak-anak maupun

orang dewasa dapat bermain bersama.

Namun demikian untuk dapat bermain tenis meja dengan

baik maka terlebih dahulu harus menguasai teknik-teknik dasar

permainan tersebut serta hal-hal lain yang mendukung

terlaksananya pola gerak keterampilan bermain yang baik seperti

faktor kondisi fisik dan mental. Olehnya itu dibutuhkan latihan-

latihan yang teratur dan sistematis agar teknik-teknik dasar

bermain tenis meja maupun kondisi fisik yang dibutuhkan dapat

dimiliki dengan baik.

Mutu permainan tenis meja ditentukan oleh sejauh mana

seseorang dapat memanfaatkan teknik dasar bermain tenis meja itu

sendiri. Kian terampil penguasaan teknik dasarnya, maka kian

tinggi pula kualitas permainan yang dapat ditampilkan dalam


11

bermain. Walaupun demikian untuk kepentingan mutu permainan,

maka teknik dasar tersebut harus dilandasi dengan kondisi fisik

yang memadai.

Mengenai teknik-teknik dasar dalam permainan tenis meja

menurut Achmad Damiri dan Nurlan Kusmaedi (1992:30) adalah

sebagai berikut:

1) Grip (pegangan)
2) Stance (posisi kaki, tubuh/badan dan tangan pada saat
menunggu bola atau pada saat memukul bola).
3) Stroke (pukulan)
4) Footwork (gerakan kaki)

Untuk lebih jelasnya ke empat teknik dasar tersebut di atas

akan diuraikan satu persatu sebagai berikut:

a. Grip

Dalam bermain tenis meja, hal yang menentukan bentuk

permainan adalah melalui cara memegang dan mengontrol bet. Ada

tiga cara dalam memegang bet seperti yang dikemukakan oleh Lary

Hodges (2002:14-15) yaitu meliputi: (1) Shakehands grip, (2)

Penhold grip, dan (3) Seemiller grip.

1) Shakehands Grip

Shakehands grip artinya pegangan bet seperti kita ketika

bersalaman (berjabat tangan). Bentuk pegangan ini adalah cara

memegang yang paling terkenal di dunia. Cara ini memberikan


12

kesempatan kepada pemain untuk bermain dengan baik terlebih

lagi dalam melakukan pukulan backhand.

Hodges, L (2002:15) mengemukakan cara-cara memegang

bet dengan gaya shakehands sebagai berikut:

a. Dengan bidang bet


yang tegak lurus dengan lantai, peganglah bet seakan-
akan anda sedang bersalaman.
b. Luruskan jari
telunjuk anda di bagian bawah bidang permukaan bet
dengan ibu jari di permukaan bet lainnya.
c. Ibu jari harus sedikit ditekuk dan lemas agar kuku ibu jari
tegak lurus dengan permukaaan bet yang digunakan
untuk memukul.

Untuk lebih jelasnya dapat diliahat gambar 1 tentang cara

pegangan shakehands grip di bawah ini.


13

Gambar 1 : Bentuk pegangan bet secara Shakehands grip


Sumber : Hodges, L (2002:16).

2) Penhold Grip

Bentuk pegangan ini adalah cara memegang nomor dua yang

terkenal di kalangan pemain tenis meja. Cara ini paling baik untuk

melakukan pukulan forehand, tetapi membuat pemain sulit untuk

melakukan pukulan backhand. Pemain yang menggunakan cara ini

harus mempunyai kaki yang cepat yang membuat pemain itu

mampu untuk bermain dengan banyak melakukan pukulan

forehand. Untuk lebih jelasnya bentuk pegangan ini

dikemukakan Hodges, L (2002:18) sebagai berikut:

a. Pegangan bet mengarah ke bawah dengan pegangan mengarak ke atas.


Pegangan bet tepat di mana pegangan menyatu dengan bidang bet dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Cara ini sama dengan cara
memegang pena.
14

b. Menekuk ketiga jari yang lainnya pada sisi bet yang lainnya atau
meluruskannya mengarah ke bagian bawah bet dengan jari yang
dirapatkan.

Untuk lebih jelasnya dapat diliahat gambar 2 tentang cara

pegangan penhol grip dibawah ini.

Gambar 2 : Bentuk pegangan bet secara Penhol grip


Sumber : Hodges, L (2002:18).

3) Seemiller Grip

Bentuk pegangan ini merupakan variasi dari shakehands grip.

Dengan cara ini pemain dapat menghadapi semua pukulan dari

satu sisi meja, sehingga sisi yang lainnya kosong. Yang dapat

digunakan sebagai serangan mendadak. Cara ini baik dilakukan

untuk permainan memblok, tapi mempunyai beberapa kelemahan


15

teknik baik untuk pukulan forehand maupun backhand. Kelemahan

ini biasanya terlihat pada pemain kelas lanjutan. Cara memegang

ini sangat tepat untuk pemain yang mempunyai tangan yang dapat

bergerak cepat dan suka melakukan tipuan.

Hodges, L (2002:20) mengemukakan cara memegang bet

dengan gaya Seemiler sebagai berikut:

a. Pegang bet dengan shakehands grip.


b.Putar bagian ats bet dari 20 menjadi 90 derajat ke arah tubuh.
c.Lekukan jari telunjuk di sepanjang sisi bet.

Dengan gaya ini, bet dipegang dengan dua penahan. Jari telunjuk dan ibu jari

memegang bet itu sendiri dan tiga jari yang lainnya memegang pegangan bet. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat gambar 3 cara memegang bet dengan gaya semiller

grip di bawah ini.


16

Gambar 3 : Bentuk pegangan bet secara Seemiller grip


Sumber : Hodges, L (2002:20).

b. Stance

Stance pada umumnya dipergunakan untuk semua jenis

cabang olahraga karena setiap cabang olahraga membutuhkan

posisi siap atau sikap sedia. Seperti halnya pada cabang olahraga

tenis meja memerlukan sikap sedia sebelum maupun sementara

bermain. Jance Tulalessy dan Abd. Hamid Tjatjo (1979/1980:14)

mengatakan bahwa: stance adalah sikap sedia pada waktu kita

menanti pukulan lawan.

Jadi pada dasarnya bahwa stance merupakan sikap awal saat

memulai suatu permainan tenis meja dan juga saat berlangsungnya

permainan. Karena bukan hanya pada saat menerima bola tapi juga

sikap siap untuk mengembalikan bola.

Terdapat beberapa bentuk stance atau sikap siap sedia dalam

permainan tenis meja seperti yang dikemukakan oleh Achmad

Damiri dan Nurlan Kusmaedi (1992:40) yaitu:

1) Sguare stance, yaitu posisi badan menghadap penuh ke


meja.
17

2) Side stance, yaitu posisi badan menyimpang, baik ke


samping kiri maupun ke samping kanan.
3) Open stance, yaitu modifikasi dari side stance yang
hanya digunakan untuk backhand blok, kaki kiri agak
terbuka keluar dan agak ke depan (untuk pemain tangan
kanan).

Ke tiga bentuk stance tersebut di atas sangat dibutuhkan

pada saat bermain tenis meja, karena stance yang baik akan dapat

menunjang untuk melakukan gerakan-gerakan berikutnya setelah

menerima bola pertama dari lawan. Gerakan yang dimaksud seperti

sikap siap sedia untuk melakukan pukulan top spin, smash, block

dan sebagainya.

c. Stroke

Stroke atau pukulan dalam permainan tenis meja adalah

gerakan-gerakan yang dilakukan untuk memukul bola. Bentuk

pukulan tersebut pada permainan tenis meja cukup banyak karena

perubahan sikap atau gerak bola sudah melahirkan bentuk-bentuk

pukulan yang berbeda, seperti pukulan servis, smash, chop biasa,

top spin, drive dan sebagainya.

Menurut Alex Mangundap (1992:33) bahwa pukulan-pukulan

dalam permainan tenis meja terdiri dari:

1) Servis
- Top spin servis
- Side spin servis
- Shop servis
2) Pengembalian bola servis atau return servis
18

3) Smash
4) Chop biasa atau under drop ball
5) Lob ball
6) Drive

Namun pada dasarnya semua jenis pukulan dalam permainan

tenis meja bersumber dari dua jenis pukulan yakni pukulan

forehand dan backhand. Dalam hubungannya dengan penelitian ini

hanya berfokus pada satu teknik pukulan saja yaitu pukulan drive

khususnya forehand drive.

d. Footwork

Footwork dalam permainan tenis meja atau biasa pula disebut

dengan olah kaki, arah pergerakannya dapat dilakukan kedepan,

kebelakang, kesamping kiri dan kanan atau diagonal kedepan dan

kebelakang. Mengenai footwork ini, menurut Alex Mangundap

(1992:43) dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

Footwork untuk tunggal:


1) Sikap siap dengan menghadap kedepan
2) Sikap siap dengan menghadap kesamping kanan
3) Sikap siap dengan menghadap kesamping kiri
4) Gerakan kaki kanan satu langkah kesamping belakang
kanan
5) Gerakan kaki kiri satu langkah kesamping belakang kiri.
Footwork untuk ganda:
1) Gerakan kesamping kiri dan kesamping kanan
2) Gerakan dengan pola huruf T
3) Pola gerakan dengan bentuk huruf N atau N terbalik
4) Pola gerakan dengan huruf O
5) Pola gerakan dengan huruf V terbalik.
19

Penggunaan gerakan kaki ini disesuaikan pula dengan jarak

yang harus diantisipasi antara bola yang datang dengan posisi

pemain pada saat itu. Di samping itu, gerakan kaki ini dipengaruhi

pula oleh posisi siap sedia (stance) baik ketika akan menerima bola

servis maupun pengembalian bola dari lawan, dan juga ditentukan

pula oleh tipe pemain tersebut.

2. Kecepatan reaksi tangan

Penggunaan istilah kecepatan lazimnya dipergunakan untuk

menyatakan tentang kemampuan perpindahan sebuah benda.

Dalam berbagai cabang olahraga yang melibatkan unsur

kemampuan fisik, kecepatan merupakan unsur yang sangat

dibutuhkan serta merupakan komponen kondisi fisik yang esensial,

misalnya terhadap kecepatan melakukan serangan dalam cabang

olahraga anggar.

Mochamad Sajoto (l988:l7) mendefinisikan tentang kecepatan

sebagai berikut :

Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk


mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk
yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Seperti
dalam lari, pukulan dalam tinju, balap sepeda dan panahan.

Selanjutnya menurut Harsono (l988:24) bahwa :

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-


gerakan yang sejenis secara berturut-turut di dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk
20

menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-


singkatnya.

Pengertian secara substansi tentang kecepatan reaksi oleh

Harsono (1998:116) bahwa kecepatan reaksi (reaktion speed)

adalah kemampuan organisme atlet untuk menjawab rangsangan

secepat mungkin dalam mencapai hasil sebaik-baiknya.

Dari batasan tersebut di atas ada dua hal yang menjadi

perhatian utama dalam melakukan aktivitas gerak cepat yaitu

antara tempat dan waktu. Dimana seseorang akan lebih cepat

bergerak dan berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

Tentang kualitas kecepatan, Nossek (l988:l82) membagi

dalam tiga bagian yaitu :

Kecepatan sprint (sprinting of speed) adalah


kemampuanorganismeatlit bergerak ke depan dengan
kekuatan dan kecepatan maksimal untuk mencapai hasil
yang sebaik-baiknya.
Kecepatan reaksi (reaction of speed) adalah kemampuan
organisme atlit untuk menjawab ransangan secepat
mungkin dalam mencapai hasil sebaik-baiknya.
Kecepatan bergerak (speed of movement) adalah
kemampuan organisme atlit untuk bergerak secepat
mungkin dalam satu gerak yang tidak terputus.
Kecepatan sprint (sprint speed) yaitu kemampuan bergerak

ke depan dengan kekuatan maksimal dan kecepatan tinggi, yang

ditentukan oleh kekuatan otot dan persendian dimana frekuensi

gerakan dan jarak langkah adalah sangat menentukan.


21

Kecepatan reaksi (Reaction Speed) adalah kecepatan

menjawab suatu rangsangan dengan cepat dan dapat berupa

penglihatan, suara melalui pendengaran. Dengan kata lain

kemampuan otot atau sekelompok otot untuk bereaksi secepat

mungkin setelah mendapat stimulus.

Kecepatan bergerak (Speed of movement) yaitu kemampuan

mengubah arah dalam gerakan yang utuh yang ditentukan oleh

suatu gerakan yang meledak, kekuatan otot, kelincahan dan

keseimbangan atau kemampuan kecepatan kontraksi dari otot atau

sekelompok otot secara maksimal dalam suatu gerakan yang tak

terputus seperti melompat, menendang, memukul, melempar dan

lain-lain.

Faktor-faktor tersebut juga berbeda-beda, kecepatan sprint

misalnya, ini banyak ditentukan oleh kekuatan otot dan persendian,

kekuatan otot tungkai dan persendian pada pergelangan kaki yang

lebih utama sebab untuk melakukan gerakan ini kemampuan kerja

otot secara maksimal dengan mudah dapat memindahkan gerak

badan ke tempat lain dengan cepat.

Kecepatan reaksi merupakan perbedaan waktu antara aksi

fisik dengan ransangan yang dikirimkan oleh sistem syaraf dari

otot. Semakin singkat waktu yang dicapai berarti semakin tinggi


22

pula tingkat reaksinya. Dengan alasan bahwa seorang atlit harus

dapat memberikan keputusan berupa tindakan segera mungkin

atas kesempatan yang terjadi pada waktu yang sama. Sedangkan

kecepatan bergerak adalah kemampuan anggota-anggota tubuh

tertentu untuk melakukan aksinya dengan waktu yang sesingkat-

singkatnya. Kecepatan bergerak dapat dilihat ketika seseorang

melakukan lemparan, memukul dan melompat.

Dalam uraian ini dibatasi pada kecepatan reaksi tangan.

Kecepatan reaksi tangan merupakan salah satu unsur yang sangat

penting untuk menampilkan suatu pola gerak yang terampil.

Kecepatan gerak menurut Harsono (1988:217) adalah waktu

antara permulaan dan akhir suatu gerakan. Menyimak uraian

tersebut dapat dipahami bahwa dalam melakukan kecepatan gerak

ada waktu reaksi. Waktu reaksi seringkali dimunculkan dengan

istilah lain seperti refleks dan kecepatan gerak. Lebih lanjut Harsono

(1988:217) mengatakan bahwa waktu reaksi adalah waktu antara

pemberian ransangan (stimulus) dengan gerakan pertama.

Selain itu, Moeh. Soebroto (1975:39) mengemukakan bahwa

kecepatan mereaksi adalah kwalitas yang memungkinkan memulai

sesuatu jawaban kinetis secepat mungkin setelah menerima suatu

ransangan.
23

Kecepatan mereaksi merupakan kwalitas yang sangat spesifik

yang terlihat melalui berbagai jalan pada seseorang yang

melakukan aksi gerak tertentu. Keanekaragaman manifestasi

tersebut menurut Moeh. Soebroto (1975:39) dapat dikelompokkkan

dalam tiga tingkat yaitu :

a. Pada tingkat ransangan :


Dalam suatu situasi persepsi tanda bersifat penglihatan,
pendengaran, perabaan, proprioseptif, vestibular,
relasional, dan sebagainya.
a. Pada tingkat pengambilan keputusan :
Kerapkali perlu pilihan perseptif di dalam memenuhi
aneka ragam tanda agar hanya mereaksi terhadap
ransangan yang tepat.
b. Pada tingkat pengorganisasian reaksi
kinetis :
Diskriminasi atau pilihan perseptif biasanya disertai
perlunya menetapkan pilihan diantara berbagai respons
kinetis yang dibuat setelah itu.

Dengan demikian dari beberapa pendapat tersebut di atas,

dalam berbagai cabang olahraga, kecepatan reaksi tangan

merupakan komponen kondisi fisik yang esensial, seperti dalam

olahraga tenis meja, karena semakin cepat tangan bergerak dalam

melakukan pukulan maka semakin besar kemungkinan untuk dapat

bereaksi dengan cepat dan dapat melakukan penyerangan maupun

menghalau bola-bola yang datang dengan cepat. Karena semakin

cepat tangan bergerak dalam melakukan pukulan, maka semakin

cepat pula laju bola yang dipukul dan hal ini tentu saja membuat
24

lawan kesulitan untuk mengantisipasi atau mengembalikan bola

yang datangnya secara tepat.

3. Koordinasi mata-tangan

Koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk

merangkaikan beberapa unsur gerak menjadi satu gerak yang

selaras sesuai dengan tujuannya. Jadi koordinasi adalah suatu

kemampuan biomotorik yang sangatb kompleks, karena berkaitan

dengan beberapa komponen kemampuan fisik lain, seperti

kelencahan, kecepatan dan kelentukan.

Mengenai pengertian koordinasi, Sugyanto dan Sudjarwo

(2002:118 ut) mengatakan : koordinasi adalah kemampuan untuk

mengontrol gerakan tubuh. Seseorang dikatakan koordinasinya baik

apabila ia mampu bergerak dengan mudah, lancar dalam

rangkaiannya gerakannya, serta iramanya terkontrol dengan baik.

Sedangkan Barrow dan McGee (1979) dalam Harsono

(1988:220) mengatakan bahwa koordinasi adalah kemampuan

untuk memadukan berbagai macam gerakan kedalam satu atau

lebih pola gerak khusus.

Harsono (1988:220) mengemukakan tentang peranan

koordinasi di dalam melakukan suatu aktivitas sebagai berikut:

Tingkat koordinasi atau baik-tidaknya koordinasi gerak


seseorang tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan
25

suatu gerakan secara mulus, tepat (precise), dan efisien.


Seorang atlet dengan koordinasi yang baik bukan hanya
mampu melakukan suatu keterampilan secara sempurna,
akan tetapi juga mudah dan cepat dapat melakukan
keterampilan yang masih baru baginya.

Lebih lanjut Harsono (1988:220) mengemukakan

pendapatnya bahwa:

Keterampilan atau skillnya sendiri bisa melibatkan koordinasi


mata-kaki (foot-eye coordination) seperti misalnya dalam skill
menendang bola, atau koordinasi mata-tangan (eye-hand
coordination) seperti misalnya dalam skill melempar suatu
obyek kesuatu sasaran tertentu.

Makin kompleks gerak yang dilakukan, makin besar tingkat

koordinasi yang diperlukan untuk melaksanakan gerakan yang

kompleks. Koordinasi berhubungan sangat erat dengan kemampuan

gerak motorik lain, seperti keseimbangan, kecepatan dan

kelincahan.

Latihan koordinasi yang baik untuk meningkatkan

kesempurnaan kooordinasi adalah dengan melakukan berbagai

variasigerak dan keterampilan. Pemain yang mempunyai

spesialisasi pada suatu cabang olahraga tertentu sebaiknya

dilibatkan dalam ketermpilan pada cabang olahraga yang lain.

Dalam melatih keterampilan-keterampilan maka faktor kesulitan

dan kompleksitas gerakan harus senantiasa ditingkatkan. Koordinasi

yang paling mudah dikembangkan pada anak-anak usia muda, yaitu


26

pada waktu adaptasi system saraf (nervous system), karena sistem

saraf anak usia muda lebih baik dari system saraf pada orang

dewasa. Salah satu nervous system yang dimaksud adalah nervous

system yang bekerja pada koordinasi anatar mata dengan tangan.

Koordinasi gerak mata-tanganm adalah gerakan yang terjadi

dari informasi yang diintyegrasikan kedalam gerak anggota badan.

Semua gerakan harus dapat dikontrol dengan penglihatan dan

harus tepat, sesuai dengan urutan yang direncanakan dalam

pikiran. Gerakan yang dimaksud antara lain memantul-mantulkan

bola, melempar, menendang, dan menghentikannya, semuanya

memerlukan sejumlah input (rangsang) yang dapat dilihat,

kemudian input tersebut diintegrasikan ke dalam gerak motorik

sebagai out put (luaran), agar hasilnya benar-benar gerakan yang

koordinir secra rapi dan luwes.

Koordinasi mata-tangan bagi olahragawan perlu dikuasai

dengan sempurna untuk berbagai tujuan, seperti penguasaan

teknik gerak dasar permainan tennis meja, menghemat

penggunaan energi. Namun demikian pencapaian tujuan tersebut

tetap tergantung pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

koordinasi khususnya koordinasi mata-tangan. Menurut Bompa


27

yang ditejemahkan oleh Harsono (1988:69) bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi koordinasi yaitu:

c. Kecepatan, dimana
kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan
koordinasi berkesinambungan secara efektif dan efisien.
d. Daya ledak, dimana
seseorang manpu menggunakan kekuatan maksimal dan
waktu yang singkat.
e. Keseimbangan
(balance), merupakan kemampuan seseorang
mengendalikan organ-organ syaraf otot dalam melakukan
aktivitas.
f. Fleksibilitas,
efektifitas seseorang dalam penyesuaian gerak terhadap
aktivitas dengan penguluran tubuh ditandai dengan
tingkat kelentukan persendian pada seluruh tubuh.

Berdasarkan pendapat dan uraian yang telah dikemukakan,

maka dapatlah disimpulkan betapa besar peranan kemampuan

koordinasi agar suatu keterampilan memukul dapat lebih efektif.

Koordinasi yang dibutuhkan untuk menunjang keterampilan

mengembalikan bola dalam permainan tenis meja adalah

koordinasi mata-tangan, karena mata mengawasi bola yang dipukul

oleh lawan, sedangkan tangan mengayun bat agar terjadi

perkenaan yang tepat dan benar.

4. Kelentukan pergelangan tangan

Pada dasarnya bahwa semua cabang olahraga membutuhkan

unsur kelentukan (fleksibility), karena kelentukan menunjukkan

kualitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak semaksimal


28

mungkin menurut kemungkinan gerak. Kualitas itu memungkinkan

otot-otot atau sekelompok otot untuk memanjang dan memendek

serta memanfaatkan sendi-sendi secara maksimal.

Mengenai kelentukan biasanya mengacu pada ruang gerak

sendi-sendi tubuh. Lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas

sempitnya ruang gerak sendi-sendinya. Kelentukan merupakan

salah satu unsur kemampuan fisik yang sangat penting guna

meningkatkan kemampuan dan keluwesan dalam gerak motorik.

Harsono (1988:163) mendefinisikan tentang kelentukan

bahwa kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan

dalam ruang gerak sendi, dan juga ditentukan oleh elastis tidaknya

otot-otot, tendo dan ligament.

Selanjutnya Mochamad Sajoto (1988:58) mengemukakan

bahwa:

Kelentukan adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian


dirinya untuk melakukan segala aktivitas tubuh dengan
penguluran seluas-luasnya terutama otot-otot, ligament-
ligament disekitar persendian.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa kelentukan merupakan kemampuan seseorang untuk

melakukan pergerakan dengan mudah dalam melentukkan sendi

yang luas yang ditentukan dengan adanya elastisitas otot-otot


29

tendo dan ligament. Jadi lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh

luas sempitnya persendian.

Dengan elastisitas otot-otot dan luasnya persendian

memungkinan seseorang untuk menguasai keterampilan gerak

dalam berbagai cabang olahraga serta akan lebih cepat karena

kemungkinan gerakannya akan lebih luas dan gerakan-gerakan

yang sulit dapat dilakukannya. Kelentukan sangat mudah untuk

dikembangkan, jika kelentukan itu dilatih setiap hari secara

sistematis.

Fleksibilitas atau kelentukan penting untuk semua cabang

olahraga. Harsono (1988:63) mengatakan behwa perbaikan dalam

kelentukan akan dapat:

a. Mengurangi kemungkinan cedera pada otot dan sendi.


b. Membantu dan mengembangkan kecepatan, koordinasi
dan kelincahan.
c. Membantu mengembangkan prestasi.
d. Menghemat pengeluaran tenaga pada waktu
melakukan gerakan- gerakan.
e. Membantu dan memperbaiki sikap tubuh.

Dengan demikian orang yang lentuk adalah orang yang

mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan

mempunyai otot-otot yang elastis. Maka jika dikaitkan dengan

setiap cabang olahraga, maka terdapat beberapa persamaan dan

perbedaan mengenai pentingnya unsur kelentukan dalam


30

penampilan yang optimal. Khusus dalam melakukan pukulan dalam

permainan tenis meja, unsur kelentukan yang dibutuhkan adalah

kelentukan pergelangan tangan dalam hal ini adalah fleksi dan

ekstensi, dimana unsur ini sangat dibutuhkan karena dapat

menambah kecepatan dan ketajaman dalam melakukan pukulan

dalam permainan tenis meja.

Kelentukan yang baik dapat membantu seseorang melakukan

gerakan tertentu sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Gerakan

badan khususnya lengan dan tangan dapat dilakukan dengan

tenaga yang kecil bila ia memiliki kelentukan yang baik, serta tidak

susah menguasai atau melakukan teknik dan taktik permainan

sehingga gerakan-gerakan yang dilakukan tampak lebih halus dan

kelihatan lebih indah. Seperti yang dikemukakan oleh Abd. Adib

Rani (1973:6) bahwa;

Fleksibility mempunyai andil yang besar untuk menguasai


gerakan yang baik dalam olahraga, baik secara kwantitatif
maupun secara kualitatif, artinya:
a. Jika fleksibilitynya baik tentu atlet itu dalam mempelajari
gerakan teknik, taktik dan lebih cepat menguasainya.
b. Sukar dan jarang mendapat kecelakaan
c. Membantu dalam perkembangan baik dalam strength,
endurance, speed, dan agility.
d. Jika aplitudo gerakan luas maka akan lebih baik untuk
olahraga dan tidak cepat lelah.
e. Kwalitet/seni akan bertambah indah dilihat.
31

Lebih lanjut Sadoso Sumosardjono (1985:7) menyatakan

bahwa kelentukan dapat dicapai dengan jalan berbagai macam

latihan peregangan. Karena dengan latihan-latihan peregangan

yang teratur pada otot-otot maka kemampuan otot untuk

memanjang sepenuhnya akan bertambah, sehingga memungkinkan

persendian bergerak dengan daerah gerak yang lebih luas terutama

gerakan-gerakan pada olahraga.

Kelentukan yang dimiliki seorang atlet tidaklah berdiri sendiri

tanpa dukungan unsur fisik lainnya, seperti kecepatan dan

kekuatan. Meskipun demikian seorang atlet yang mempunyai

kekuatan yang baik belum tentu tingkat kelentukannya baik pula.

Namun demikian atlet yang mempunyai tingkat kelentukan yang

baik tanpa dukungan kekuatan dan kecepatan maka kelentukan

tubuh yang dimilikinya tidak akan dapat ditampilkan secara

sempurna.

Untuk dapat mencapai prestasi maksimal pada cabang

olahraga tenis meja, maka pemain yang mempunyai kelentukan

pergelangan tangan yang baik adalah pemain yang mempunyai

ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan mempunyai otot-

otot yang elastis dalam melakukan pukulan. Pemain yang memiliki

kelentukan pergelangan tangan yang baik, akan dapat


32

mengarahkan tenaga yang lebih terkontrol pada saat melakukan

pukulan. Dengan kelentukan pergelangan tangan yang baik, pemain

tenis meja akan dapat melakukan gerakan secara elastis dan luwes

pada saat melakukan pukulan. Dengan demikian untuk

mendapatkan hasil pukulan yang cepat, keras dan tajam dan dapat

memenangkan suatu pertandingan, maka kelentukan pergelangan

tangan memegang peranan penting untuk melakukan gerakan

tersebut, karena dengan adanya kualitas kelentukan pergelangan

tangan yang baik akan menunjang dalam menghasilkan pukulan

secara optimal.

B. Kerangka Berpikir

Atas dasar tinjauan pustaka, maka kerangka berpikir dalam

penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Jika seseorang memiliki kecepatan reaksi tangan yang baik,

maka diprediksikan erat kaitannya dengan kemampuan dalam

bermain tenis meja.

2. Jika seseorang memiliki koordinasi mata-tangan yang baik, maka

diprediksikan erat kaitannya dengan kemampuan dalam bermain

tenis meja.
33

3. Jika sseorang memiliki kelentukan pergelangan tangan yang

baik, maka diprediksikan erat kaitannya dengan kemampuan

bermain tenis meja.

4. Jika seseorang memiliki kecepatan reaksi tangan, koordinasi

mata-tangan, dan kelentukan pergelangan tangan yang baik

secara bersama-sama, maka diprediksikan terdapat hubungan

yang erat dengan kemampuan bermain tenis meja.

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesis yang

merupakan jawaban sementara terhadap masalah dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Ada hubungan kecepatan reaksi tangan dengan kemampuan

bermain tenis meja.

2. Ada hubungan koordinasi mata-tangan dengan kemampuan

bermain tenis meja.

3. Ada hubungan kelentukan pergelangan tangan dengan

kemampuan bermain tenis meja.

4. Ada hubungan kecepatan reaksi tangan, koordinasi mata-tangan

dan kelentukan pergelangan tangan secara bersama-sama

dengan kemampuan bermain tenis meja.

Hipotesis statistik yang diuji:


34

1. H0 : x1y = 0

H1 : x1y 0

2. H0 : x2 y = 0

H1 : x2 y 0

3. H0 : x3 y = 0

H1 : x3 y 0

4. H0 : R 1,2,3 Y =0

5. H1 : R 1,2,3 Y0
35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel penelitian

Ada tiga variabel yang terlibat dalam penelitian ini yakni

variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel

yang dapat dimanipulasi oleh peneliti, dan variabel terikat adalah

variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh peneliti. Kedua variabel

tersebut akan diidentifikasikan ke dalam penelitian ini sebagai

berikut:

a. Variabel bebas yaitu:

- Kecepatan reaksi tangan (X1)

- Koordinasi mata-tangan (X2)

- Kelentukan pergelangan tangan (X3)

b. Variabel terikat yaitu:

- Keterampilan bermain tenis meja (Y)

2. Desain penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian yang bersifat deksriptif

yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan kecepatan

reaksi tangan, koordinasi mata-tangan, kelentukan pergelangan


36

tangan dengan kemampuan bermain tenis meja. Dengan demikian

model desain penelitian yang digunakan secara sederhana

digambarkan sebagai berikut:

X1

X2 Y

X3

Gambar 4. Model desain penelitian

Keterangan:
X1 = Kecepatan reaksi tangan
X2 = Koordinasi mata-tangan
X3 = Kelentukan pergelangan tangan
Y = Kemampuan bermain tenis meja

B. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari terjadinya pengertian yang keliru tentang

variabel yang terlibat dalam penelitian ini, maka variabel-variabel

tersebut perlu didefinisikan secara operasional sebagai berikut:


37

1. Kecepatan reaksi tangan yang dimaksud adalah kemampuan

tangan seseorang melakukan gerakan dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya.

2. Koordinasi mata-tangan yang

dimaksud adalah kemampuan untuk mengkombinasikan antara

mata dengan tangan pada saat melakukan gerakan yang

kompleks secara mulus.

3. Kelentukan pergelangan tangan yang dimaksud adalah

kemampuan otot pergelangan tangan dalam melakukan suatu

gerakan dengan memanfaatkan ruang gerak sendi secara

maksimal.

4. Kemampuan bermain tenis meja yang dimaksud adalah derajat

kemantapan dalam melakukan teknik-teknik bermain tenis meja

secara efektif dan efisien.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu yang akan dijadikan

sebagai objek dalam suatu penelitian. Sejalan dengan apa yang

dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1986:220) bahwa: Seluruh

penduduk yang dimaksud untuk diselidiki disebut populasi, populasi

dapat dibatasi jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit


38

memiliki sifat-sifat atau karakteristik yang sama. Maka yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP

Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone.

2. Sampel.

Sampel ialah sebagian dari anggota populasi yang diambil

dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut teknik sampling

(Usman. H dan Akbar. S, 1998:44). Dengan demikian sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian dari individu yang mewakili siswa

SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone.

Pengambilan sampel tersebut dilakukan dengan menentukan

kelas yang akan mewakili siswa SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten

Bone. Hal tersebut dilakukan secara cluster sampling yakni; laki-laki

kelas 1 dan kelas 2. Selanjutnya menentukan jumlah banyaknya

siswa yang akan digunakan dalam penelitian dilakukan secara

random sampling melalui undian, sehingga diperoleh jumlah sampel

sebanyak 60 siswa putera SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten

Bone.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data

yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi; data


39

kecepatan reaksi tangan, data koordinasi mata tangan, data

kelentukan pergelangan tangan, dan data kemampuan bermain

tenis meja. Adapun tes yang digunakan untuk mengumpulkan data-

data tersebut diatas adalah sebagai berikut:

1. Tes kecepatan reaksi tangan

a. Alat dan perlengkapan: tongkat reaksi/mistar kayu ukuran 50

cm, meja, kursi, formulir tes dan alat tulis.

b. Pelaksanaan tes:

1) Testee duduk di kursi dengan kedua tangannya berada di sisi

meja.

2) Salah seorang pengawas (tester) memegang tongkat reaksi

kemudian menjatuhkannya secara vertikal diantara kedua

tangan testee dari atas tanpa aba-aba.

3) Bersamaan dengan jatuhnya tongkat reaksi, testee segera

menangkap tongkat reaksi tersebut secepat mungkin dengan

menjepalkan kedua tangannya.

4) Testee diberi kesempatan melakukan tes sebanyak 3 kali.

c. Penilaian:

Angka terbaik yang ditunjukkan telapak tangan bagian bawah

pada tongkat reaksi dari tiga kali melakukan tes merupakan nilai

kecepatan reaksi tangan testee.


40

2. Tes koordinasi mata tangan

a. Alat dan

perlengkapan: Bola tenis dengan sasaran berbentuk lingkaran

dengan garis tengah 30 cm, formulir tes dan alat tulis.

b. Pelaksanaan tes:

1) Testee berdiri dibelakang garis

batas dengan jarak 2,5 meter dan sasaran ditempatkan di

tembok setinggi bahu, sambil memegang bola.

2) Pada aba-aba ya testee

segera melempar bola ke arah sasaran dan menangkap

kembali sebanyak 10 kali ulangan, dengan menggunakan

salah satu tangan yang sama.

3) Testee diberi lagi kesempatan

untuk melakukan lempar tangkap sebanyak 10 kali ulangan

dengan menggunakan salah satu tangan dan ditangkap oleh

tangan yang berbeda.

c. Penilaian:

Skor yang dihitung adalah lemparan yang sah, yaitu lemparan

yang mengenai sasaran dan dapat ditangkap kembali dan testee


41

tidak menginjak garis batas. Setiap lemparan yang sah akan

memperoleh skor 1 (satu). Jumlah skor adalah keseluruhan hasil

lempar tangkap bola dengan tangan yang sama dan tangan yang

berbeda.

3. Tes kelentukan pergelangan tangan

a. Alat dan perlengkapan: mistar bundar, kursi, meja, formulir

dan alat tulis.

b. Pelaksanaan tes:

1) Testee duduk di kursi dan meletakkan salah satu tangannya di

meja tepat di atas mistar dalam posisi berdiri menyamping.

2) Selanjutnya testee membengkokkan pergelangan tangannya

dengan dua cara yaitu: ke depan untuk pengukuran fleksi

tangan sedangkan ke belakang untuk pengukuran ekstensi

tangan, dan berusaha mencapai skala setinggi mungkin.

3) Testee diberi kesempatan melakukan tes sebanyak 3 kali

untuk fleksi dan 3 kali untuk ekstensi.

c. Penilaian:

Hasil yang dicatat adalah angka skala yang ditunjukkan pada

batas telapak tangan testee pada saat pengukuran, baik secara


42

fleksi maupun ekstensi, dan yang diambil adalah angka terbaik

dari masing-masing tiga kali pelaksanaan tes.

4. Tes kemampuan bermain tenis meja

a. Alat dan perlengkapan: Stopwatch, bat/raket, bola, sebuah meja

tenis meja yang dilipat ditengah-tengahnya (separoh meja

diletakkan vertikal /tegak lurus dan separohnya lagi diletakkan

mendatar/horizontal). Untuk lebih jelasnya mengenai posisi meja

yang digunakan dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

15 cm

Gambar 5. Posisi meja pada tes tenis meja


Sumber : Nur Ichsan Halim (1991:102)

b. Pelaksanaan tes:

1) Testee berdiri di depan meja sambil memegang bat dan

bola.
43

2) Pada aba-aba ya testee segera menjatuhkan bola

pada meja dan selanjutnya secara rally memainkan bola

pada atau di atas garis meja yang vertikal. Setelah bola

mental lagi ke meja datar bola di rally kembali ke meja

vertikal. Begitu dilakukan secara terus menerus

sebanyak mungkin dengan cara yang sah selama 30

detik.

3) Apabila bola mental jauh dan tidak dapat dikuasai lagi,

maka ambillah sebuah bola dari dalam kotak bola

cadangan, dan selanjutnya bola dijatuhkan terlebih

dahulu pada meja datar untuk selanjutnya di rally

secara terus menerus sampai batas waktu habis.

4) Setiap bola rally yang mengenai bagian atas garis meja

vertikal diberikan nilai 1 point.

5) Testee diberi kesempatan melakukan tes sebanyak 3

kali.

c. Penilaian:

Hasil yang dicatat adalah jumlah bola rally yang sah selama 30

detik, dan yang diambil adalah jumlah terbaik dari 3 kali

pelaksanaan.

C. Teknik Analisis Data


44

Setelah seluruh data penelitian ini terkumpul yakni data

kecepatan reaksi tangan, data koordinasi mata tangan, data

kelentukan pergelangan tangan, dan data keterampilan bermain

tenis meja, maka untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini, maka data tersebut disusun, diolah dan dianalisis

secara statistik dengan menggunakan fasilitas komputer melalui

program SPSS.
45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dikemukakan penyajian hasil analisis data

dan pembahasan. Penyajian hasil analisis data meliputi analisis

statistik deskriptif dan inferensial. Kemudian dilakukan pembahasan

hasil analisis dalam kaitannya dengan teori yang mendasari

penelitian ini untuk memberikan interpretasi dari hasil analisis data.

A. Penyajian Hasil Analisis Data

Data empiris yang diperoleh di lapangan melalui hasil tes dan

pengukuran yang terdiri atas: kecepatan reaksi tangan, koordinasi

mata-tangan, kelentukan pergelangan tangan dan kemampuan

bermain tenis meja Siswa SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone,

selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik statistik

deskriptif dan statistik inferensial. Analisis data secara deskriptif

dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum data penelitian,

kemudian dilanjutkan dengan pengujian persyaratan analisis yaitu

uji normalitas data. Sedangkan analisis data secara inferensial

dimaksudkan untuk mendapatkan hasil pengujian hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini.


46

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk data kecepatan reaksi

tangan, data koordinasi mata-tangan, data kelentukan pergelangan

tangan dan data kemampuan bermain tenis meja siswa SMP Negeri

4 Lappariaja Kabupaten Bone. Rangkuman hasil analisisnya

tercantum dalam tabel 1.

Tabel 1. Rangkuman hasil analisis deskriptif data tiap variabel.


Nilai Statistik N Mean SD Varianc Min. Max. Rang
e e
Kecepatan reaksi 20,0 18,0
60 9,717 4,076 16,613 2,00
tangan 0 0
Koordinasi mata- 11,65 17,0 11,0
60 2,839 8,062 6,00
tangan 0 0 0
Kelentukan
132,5 18,74 351,27 90,0 160, 70,0
pergelangan 60
00 2 1 0 00 0
tangan
Kemampuan
19,76 10,0 40,0 30,0
bermain tenis 60 6,944 48,216
7 0 0 0
meja

Dari tabel 1 di atas, maka dapat dikemukakan gambaran

data tiap variabel sebagai berikut:

a. Untuk data kecepatan reaksi tangan, diperoleh nilai rata-rata

9,717, standar deviasi 4,076, varians 16,613, nilai minimum 2,00

dan nilai maksimum 20,00, rentang 18,00.


47

b. Untuk data koordinasi mata-tangan, diperoleh nilai rata-rata

11,650, standar deviasi 2,839, varians 8,062, nilai minimum 6,00

dan nilai maksimum 17,00, rentang 11,00.

c. Untuk data kelentukan pergelangan tangan, diperoleh nilai rata-

rata 132,500, standar deviasi 18,742, varians 351,271, nilai

minimum 90,00 dan nilai maksimum 160,00, rentang 70,00.

d. Untuk data kemampuan bermain tenis meja, diperoleh nilai rata-

rata 19,767, standar deviasi 6,944, varians 48,216, nilai

minimum 10,00 dan nilai maksimum 40,00, rentang 30,00.

2. Uji normalitas data

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar statistik

parametrik dapat digunakan adalah data mengikuti sebaran normal.

Apabila pengujian ternyata data berdistribusi normal berarti analisis

statistik parametrik telah terpenuhi. Tetapi apabila data tidak

berdistribusi normal, maka analisis statistik yang harus digunakan

adalah analisis statistik non parametrik.

Untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini

berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian dengan

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Rangkuman hasil

pengujiannya dapat dilihat pada tabel 2.


48

Tabel 2. Rangkuman hasil uji normalitas data tiap variabel


Variabel Absolut Positif Negatif KS-Z Prob. Ket.
Kecepatan reaksi
0,087 0,076 -0,087 0,672 0,756 Normal
tangan
Koordinasi mata-
0,113 0,091 -0,113 0,873 0,431 Normal
tangan
Kelentukan
0,155 0,085 -0,155 1,204 0,110 Normal
pergelangan tangan
Kemampuan bermain
0,111 0,111 -0,087 0,857 0,455 Normal
tenis meja

Berdasarkan tabel 2 di atas, maka dapatlah diperoleh

gambaran bahwa pengujian normalitas data dengan menggunakan

uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan hasil sebagai berikut:

a. Untuk data kecepatan reaksi tangan, diperoleh nilai KS-Z = 0,672

(P > 0,05) berarti hal ini menunjukkan bahwa data tersebut

mengikuti sebaran normal atau berdistribusi normal.

b. Untuk data koordinasi mata-tangan, diperoleh nilai KS-Z = 0,873

(P > 0,05) berarti hal ini menunjukkan bahwa data tersebut

mengikuti sebaran normal atau berdistribusi normal.


49

c. Untuk data kelentukan pergelangan tangan, diperoleh nilai KS-Z

= 1,204 (P > 0,05) berarti hal ini menunjukkan bahwa data

tersebut mengikuti sebaran normal atau berdistribusi normal.

d. Untuk data kemampuan bermain tenis meja, diperoleh nilai KS-Z

= 0,857 (P > 0,05) berarti hal ini menunjukkan bahwa data

tersebut mengikuti sebaran normal atau berdistribusi normal.

3. Analisis korelasi

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini perlu diuji dan

dibuktikan melalui data empiris yang diperoleh di lapangan melalui

tes dan pengukuran terhadap variabel yang diteliti. Karena data

penelitian ini mengikuti sebaran normal, maka untuk menguji

hipotesis penelitian ini digunakan analisis statistik parametrik

dengan menggunakan teknik korelasi Pearson.

a. Korelasi sederhana antara kecepatan reaksi tangan


dengan kemampuan bermain tenis meja.

Data kecepatan reaksi tangan diperoleh melalui pengukuran

dengan menggunakan tes kecepatan reaksi tangan. Untuk

mengetahui keeratan antara kecepatan reaksi tangan dengan

kemampuan bermain tenis meja siswa SMP Negeri 4 Lappariaja

Kabupaten Bone, maka dilakukan analisis korelasi Pearson.

Rangkuman hasil analisisnya tercantum dalam tabel 3.


50

Tabel 3. Rangkuman hasil analisis korelasi kecepatan reaksi tangan


dengan kemampuan bermain tenis meja.

Variabel ro P Keteranga
n
Kecepatan reaksi tangan (X1)
-0,596 0,000 Signifikan
Kemampuan bermain tenis meja
(Y)

Berdasarkan tabel 3 di atas, terlihat bahwa hasil perhitungan

korelasi Pearson diperoleh nilai r hitung (r o) = -0,596 (P < 0,05),

maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti ada hubungan yang

signifikan kecepatan reaksi tangan dengan kemampuan bermain

tenis meja siswa SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone.

b. Korelasi sederhana antara koordinasi mata-tangan


dengan kemampuan bermain tenis meja.

Data koordinasi mata-tangan diperoleh melalui pengukuran

dengan menggunakan tes koordinasi mata-tangan. Untuk

mengetahui keeratan antara koordinasi mata-tangan dengan

kemampuan bermain tenis meja siswa SMP Negeri 4 Lappariaja


51

Kabupaten Bone, maka dilakukan analisis korelasi Pearson.

Rangkuman hasil analisisnya tercantum dalam tabel 4.

Tabel 4. Rangkuman hasil analisis korelasi koordinasi mata-tangan


dengan kemampuan bermain tenis meja.

Variabel ro P Keterangan
Koordinasi mata-tangan (X2)
0,543 0,000 Signifikan
Kemampuan bermain tenis meja
(Y)

Berdasarkan tabel 4 di atas, terlihat bahwa hasil perhitungan

korelasi Pearson diperoleh nilai r hitung (ro) = 0,543 (P < 0,05),

maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti ada hubungan yang

signifikan koordinasi mata-tangan dengan kemampuan bermain

tenis meja siswa SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone.

c. Korelasi sederhana antara kelentukan pergelangan


tangan dengan kemampuan bermain tenis meja.

Data kelentukan pergelangan tangan diperoleh melalui

pengukuran dengan menggunakan tes fleksi dan ekstensi. Untuk

mengetahui keeratan antara kelentuksn pergelangan tangan

dengan kemampuan bermain tenis meja siswa SMP Negeri 4


52

Lappariaja Kabupaten Bone, maka dilakukan analisis korelasi

Pearson. Rangkuman hasil analisisnya tercantum dalam tabel 4.

Tabel 5. Rangkuman hasil analisis korelasi kelentukan pergelangan


tangan dengan kemampuan bermain tenis meja siswa SMP
Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone.

Variabel ro P Keterangan
Kelentukan Pergelangan tangan
(X3) 0,605 0,000 Signifikan

Kemampuan bermain tenis meja


(Y)

Berdasarkan tabel 4 di atas, terlihat bahwa hasil perhitungan

korelasi Pearson diperoleh nilai r hitung (ro) = 0,605 (P < 0,05),

maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti ada hubungan yang

signifikan kelentukan pergelangan tangan dengan kemampuan

bermain tenis meja.

d. Korelasi ganda antara kecepatan reaksi tangan,


koordinasi mata-tangan dan kelentukan pergelangan
tangan.

Analisis korelasi ganda dilakukan untuk mengetahui keeratan

secara bersama-sama ketiga variabel bebas terhadap variabel

terikat, yakni keeratan hubungan secara bersama-sama antara


53

kecepatan reaksi tangan, koordinasi mata-tangan kelentukan

pergelangan tangan dengan kemampuan bermain tenis.

Rangkuman hasil analisisnya tercantum dalam tabel 6.

Tabel 6. Rangkuman hasil analisis korelasi secara bersama-sama


kecepatan reaksi tangan, koordinasi mata-tangan dan
kelentukan pergelangan tangan siswa SMP Negeri 4
Lappariaja Kabupaten Bone.

Variabel R R2 F P Ket.
KRT (X1), KMT (X2), KPT (X3)
0,74 0,55 23,1 0,00 Signifika
Kemp. bermain tenis meja 4 4 60 0 n
(Y)

Keterangan:
KRT = Kecepatan reaksi tangan
KMT = Koordinasi mata-tangan
KPT = Kelentukan pergelangan tangan

Berdasarkan tabel 5 di atas, terlihat bahwa hasil perhitungan

korelasi ganda diperoleh nilai R hitung (rho) = 0,744, setelah

dilakukan uji signifikan atau uji keberartian korelasi ganda dengan

menggunakan uji F regrei diperoleh nilai F hitung = 23,160 (P <

0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada hubungan yang


54

signifikan secara bersama-sama kecepatan reaksi tangan,

koordinasi mata-tangan dan kelentukan pergelangan tangan

dengan kemampuan bermain tenis meja siswa SMP Negeri 4

Lappariaja Kabupaten Bone.

4. Pengujian hipotesis

Ada empat hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.

Keempat hipotesis tersebut harus diuji kebenarannya melalui data

empiris. Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan uji

korelasi Pearson yang dilanjutkan dengan uji F regresi, maka

diperoleh hasil seperti berikut ini:

a. Ada hubungan kecepatan reaksi tangan dengan kemampuan

bermain tenis meja.

Hipotesis statistik yang diuji:

H0 : x1y = 0
H1 : x1y 0

Hasil pengujian:

Dari hasil analisis data diperoleh nilai r hitung (r o) = -0,596 (P <

0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada hubungan

yang signifikan kecepatan reaksi tangan dengan kemampuan

bermain tenis meja siswa SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten

Bone. Hal ini mengandung makna bahwa, apabila pemain


55

memiliki kecepatan reaksi tangan yang baik maka akan diikuti

dengan kemampuan bermain tenis meja.

b. Ada hubungan koordinasi mata-tangan dengan kemampuan

bermain tenis meja.

Hipotesis statistik yang diuji:

H0 : x2y = 0
H1 : x2y 0

Hasil pengujian:

Dari hasil analisis data diperoleh nilai r hitung (r o) = 0,543 (P <

0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada hubungan

yang signifikan koordinasi mata-tangan dengan kemampuan

bermain tenis meja siswa SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten

Bone. Hal ini mengandung makna bahwa, apabila pemain

memiliki koordinasi mata-tangan yang baik maka akan diikuti

dengan kemampuan bermain tenis meja yang baik pula.

c. Ada hubungan kelentukan pergelangan tangan dengan

kemampuan bermain tenis meja.

Hipotesis statistik yang diuji:

H0 : x2y = 0
H1 : x2y 0
56

Hasil pengujian:

Dari hasil analisis data diperoleh nilai r hitung (r o) = 0,605 (P <

0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada hubungan

yang signifikan kelentukan pergelangan tangan dengan

kemampuan bermain tenis meja siswa SMP Negeri 4 Lappariaja

Kabupaten Bone. Hal ini mengandung makna bahwa, apabila

pemain memiliki kelentukan pergelangan tangan yang baik maka

akan diikuti dengan kemampuan bermain tenis meja yang baik

pula.

d. Ada hubungan secara bersama-sama kecepatan reaksi tangan,

koordinasi mata-tangan dan kelentukan pergelangan tangan

dengan kemampuan bermain tenis meja.

Hipotesis statistik yang diuji:

H0 : Rx123y = 0
H1 : Rx123y 0

Hasil pengujian:

Dari hasil analisis data korelasi ganda diperoleh nilai R hitung

(Ro) = 0,744, setelah dilakukan uji signifikan atau uji keberartian

korelasi ganda dengan menggunakan uji F regresi diperoleh nilai

F hitung = 23,160. dengan tingkat signifikan 0,000. Oleh karena

nilai probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 (P < 0,05),
57

maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi

kemampuan bermain tenis meja (dapat diberlakukan untuk

populasi dimana sampel diambil). Maka H 0 ditolak dan H1

diterima atau koefisien regresi signifikan, dengan demikian ada

hubungan yang signifikan secara bersama-sama kecepatan

reaksi tangan, koordinasi mata-tangan dan kelentukan

pergelangan tangan dengan kemampuan bermain tenis meja

siswa SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone. Nilai koefisien

determinasi (R square) yang diperoleh = 0,554, ini berarti bahwa

55,40 % kemampuan bermain tenis meja dijelaskan oleh

kecepatan reaksi tangan, koordinasi mata-tangan dan

kelentukan pergelangan tangan, sedangkan sisanya 44,60 %

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian

ini. Hal ini mengandung makna bahwa, apabila pemain memiliki

kecepatan reaksi tangan dan koordinasi mata-tangan serta

kelentukan pergelangan tangan yang baik maka akan diikuti

dengan kemampuan bermain tenis meja yang baik pula.

B. Pembahasan

Hasil-hasil analisis hubungan antara ketiga variabel bebas

dengan satu variabel terikat dalam pengujian hipotesis seperti yang

telah dikemukakan di atas, masih perlu dikaji lebih lanjut untuk


58

memberikan interpretasi keterkaitan antara hasil analisis yang

dicapai dengan teori-teori yang mendasari penelitian ini. Penjelasan

ini diperlukan agar dapat diketahui kesesuaian teori-teori yang

dikemukakan dengan hasil penelitian yang diperoleh.

Hipotesis pertama H0 ditolak dan H1 diterima yaitu; ada

hubungan yang signifikan kecepatan reaksi tangan dengan

kemampuan bermain tenis meja siswa SMP Negeri 4 Lappariaja

Kabupaten Bone. Hasil yang diperoleh tersebut apabila dikaitkan

dengan kerangka berpikir maupun teori-teori yang mendasarinya,

pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung teori yang ada. Hal

ini dapat dijelaskan bahwa pemain yang memiliki kemampuan

kecepatan reaksi tangan berupa kecepatan memukul yang sangat

berguna untuk membantu daya tolak pada bola, sehingga

menghasilkan gaya tolakan yang lebih besar dalam upaya

membawa ayunan tangan selama bermain. Dengan demikian dapat

dijelaskan bahwa apabila pemain memiliki kecepatan reaksi tangan

yang cepat, maka akan memiliki kemampuan untuk memukul bola

dengan cepat dalam bermain tenis meja. Sebab dengan cepatnya

tangan bereaksi dalam memukul bola selain menyebabkan

ketepatan pukulan juga mengakibatkan cepatnya laju bola yang

dipukul.
59

Hipotesis kedua H0 ditolak dan H1 diterima yaitu; ada

hubungan yang signifikan koordinasi mata-tangan dengan

kemampuan bermain tenis meja siswa SMP Negeri 4 Lappariaja

Kabupaten Bone. Hasil yang diperoleh tersebut apabila dikaitkan

dengan kerangka berpikir maupun teori-teori yang mendasarinya,

pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung teori yang ada.

Dimana pemain yang memiliki kemampuan mengendalikan organ-

organ syaraf ototnya selama melakukan gerakan-gerakan bermain

tenis meja yang sempurna serta mampu menjaga koordinasi mata-

tangan pada saat bergerak bermain tenis meja dalam keadaan

dinamis. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa apabila pemain

memiliki koordinasi mata-tangan yang baik, maka akan memiliki

kemampuan untuk mempertahankan posisi perkenaan bola dengan

bat pada saat bermain tenis meja, sehingga akan menghasilkan

bermain tenis meja yang baik dan sempurna. Koordinasi mata-

tangan sebagai tolak ukur menempatkan posisi pada saat bermain

tenis meja.

Hipotesis ketiga H0 ditolak dan H1 diterima yaitu; ada

hubungan yang signifikan kelentukan pergelangan tangan dengan

kemampuan bermain tenis meja siswa SMP Negeri 4 Lappariaja

Kabupaten Bone. Hasil yang diperoleh tersebut apabila dikaitkan


60

dengan kerangka berpikir maupun teori-teori yang mendasarinya,

pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung teori yang ada. Hal

ini dapat dijelaskan bahwa apabila pemain memiliki tangan yang

lentuk, maka akan mampu memperluas ruang gerak persendian

pergelangan tangannya dan akan lebih elastis serta lebih luwes

dalam bergerak memukul bola, sehingga pukulan yang dilakukan

dapat ditampilkan dengan teknik yang benar, pukulan yang tepat

dan arah bola yang tajam dan tepat, kesemuanya ini menyebabkan

ia mampu memperagakan teknik pukulan dalam bermain tenis meja

dengan terampil.

Hipotesis keempat H0 ditolak dan H1 diterima yaitu; ada

hubungan yang signifikan secara bersama-sama kecepatan reaksi

tangan, koordinasi mata-tangan dan kelentukan pergelangan

tangan dengan kemampuan bermain tenis meja siswa SMP Negeri

4 Lappariaja Kabupaten Bone. Selain itu hasil yang diperoleh

tersebut apabila dikaitkan dengan kerangka berpikir dan teori-teori

yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung

teori yang ada. Hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila pemain

didukung kecepatan reaksi tangan yang baik, koordinasi mata-

tangan yang baik dan kelentukan pergelangan tangan yang baik,

maka pemain tersebut dapat bermain tenis meja dengan baik dan
61

dapat memainkan bola dengan sempurna, tanpa kehilangan kontrol

pada bola pada saat bermain. Sebab dalam permainan tenis meja

membutuhkan pukula yang memerlukan gerakan yang cepat, reaksi

cepat, ketepatan pukulan dan kekuatan pukulan serta koordinasi

gerakan secara tepat dan kelentukan pergelangan tangan yang

baik sehingga perkenaan bola dengan bat serta arah pukulan yang

dilakukan sesuai dengan sasaran.


62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasannya, maka hasil

penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang signifikan kecepatan reaksi tangan dengan

kemampuan bermain tenis meja siswa SMP Negeri 4 Lappariaja

Kabupaten Bone.

2. Ada hubungan yang signifikan koordinasi mata-tangan dengan

kemampuan bermain tenis meja siswa SMP Negeri 4 Lappariaja

Kabupaten Bone.

3. Ada hubungan yang signifikan kelentukan pergelangan tangan

dengan kemampuan bermain tenis meja siswa SMP Negeri 4

lappariaja Kabupaten Bone.

4. Ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama kecepatan

reaksi tangan, koordinasi mata-tangan dan kelentukan

pergelangan tangan dengan kemampuan bermain tenis meja

siswa SMP Negeri 4 Lappariaja Kabupaten Bone.


63

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan, maka dapat

dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi para guru pendidikan jasmani, pembina maupun pelatih

olahraga bulutangkis, direkomendasikan bahwa kiranya dalam

upaya untuk meningkatkan kemampuan bermain tenis meja

bagi atlet yang dibina, hendaknya perlu memperhatikan unsur

kemampuan fisik yang mendukung, seperti kecepatan reaksi

tangan, koordinasi mata-tangan dan kelentukan pergelangan

tangan.

2. Bagi para atlet tenis meja, direkomendasikan bahwa atlet perlu

membekali diri mengenai pengetahuan tentang pentingnya

mengembangkan dan memiliki kemampuan fisik seperti

kecepatan reaksi tangan, koordinasi mata-tangan dan

kelentukan pergelangan tangan guna dapat lebih meningkatkan

kemampuan yang telah dimiliki.

3. Bagi mahasiswa yang berminat melakukan penelitian lebih

lanjut, disarankan agar melibatkan variabel-variabel lain yang

relevan dengan penelitian ini serta dengan populasi dan sampel

yang lebih luas.


64

DAFTAR PUSTAKA

Damiri, Achmad dan Kusmaedi, Nurlan. 1992. Olahraga Pilihan Tenis


Meja. Depdikbud Dirjen Dikti, Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1986. Statistik Jilid 3. Penerbit Andi Offset.


Yogyakarta.

Halim, Nur Ichsan, 2004. Tes Dan Pengukuran Kesegaran Jasmani.


Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar. Makassar.

Harsono. 1988. Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam


Coaching. CV. Tambak Kusuma, Jakarta.

Hodges, Larry. 1996. Tenis Meja Tingkat Pemula. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Kertamana. 1993. Olahraga tennis Meja. Bandung. CV Pionir Jaya.

Mangundap, Alex. 1992. Pedoman Mengajar Dan Melatih Permainan


Tenis Meja Serta Beberapa Peraturan Permainan. Bahan
kuliah FPOK IKIP Ujung Pandang.

Nossek, J. 1982. General Theory Of Training. Pan African Press Ltd.


Lagos.

Rani, Adib, Abd. 1992. Ilmu Jiwa Gerak. Bahan kuliah FPOK IKIP
Ujung Pandang.

Sadoso, Sumosardjono. 1987. Pengetahuan Praktis Kesehatan


Dalam Olahraga. PT. Gramedia, Jakarta.

Sajoto, Mochamad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Bidang


Olahraga. Depdikbud Dirjen Dikti, Jakarta.
65

Soebroto, Moeh. 1975. Masalah-Masalah Dalam Kedokteran


Olahraga, Latihan Olahraga, Dan Coaching. Dirjen
Pendidikan luar sekolah dan olahraga, Depdikbud RI. 1975.
Soekarman, R. 1988. Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih Dan
Atlet. Inti idayu Press, Jakarta.

Soetomo. 1981. Tenis Meja. Penerbit PT. Sastra Hudaya, Jakarta

Tulalessy, Jance dan Tjatjo, Abd, Hamid. 1979/1980. Petunjuk


Mengajar Dan Melatih Tenis Meja. Bahan kuliah FIK UNM
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai