Anda di halaman 1dari 5

Riptek, Vol.1, No.2, Tahun 2008, Hal.

: 41 - 45

STUDI KARAKTERISTIK ANAK JALANAN DALAM


UPAYA PENYUSUNAN PROGRAM
PENANGGULANGANNYA :
Kajian Empirik di Kota Semarang
Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Pada Masyarakat
Universitas Semarang
Abstrak
Anak jalanan merupakan fenomena kota besar di Indonesia. Dibutuhkan upaya yang lebih besar dari
pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah anak jalanan. Penelitian ini mendeskripsikan karakteristik
anak jalanan di Kota Semarang dan mengajukan model alternatif penanganannya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar anak jalanan tidak bersekolah, menjadi pengamen, berusia rata-rata 13
tahun, memiliki orang tua berpendidikan rendah dengan penghasilan kurang. Faktor pendorong utama menjadi
anak jalanan adalah kemiskinan. Secara umum anak jalanan menginginkan pelayanan dari lembaga sosial dan
mereka tidak ingin kembali ke jalan. Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga anak jalanan
dilakukan melalui model kebijakan antisipatif. Sebagai langkah pengendalian agar anak tidak kembali lagi ke
jalan dapat ditempuh model kebijakan rehabilitatif. Upaya lain yang dibutuhkan adalah peningkatan jumlah
lembaga dan peningkatan kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak jalanan serta
kampanye sosial.
Kata kunci : anak jalanan, karakteristik, program

Pendahuluan Berdasarkan permasalahan di atas, judul


Kota Semarang yang merupakan ibu kota penelitian adalah Studi Karakteristik Anak
Jawa Tengah tidak terlepas dari masalah anak Jalanan Dalam Upaya Penyusunan Program
jalanan. Sebagai salah satu kota besar di Penanggulangannya: Kajian Empirik di Kota
Indonesia, pada tahun 2005 memiliki populasi Semarang. Perumusan masalah penelitian yang
anak jalanan sebanyak 335 orang yang terdiri diajukan adalah : Bagaimana program
dari 242 orang laki-laki dan 93 orang penanggulangan anak jalanan yang sesuai dengan
perempuan. Besarnya angka tersebut karakteristiknya di Kota Semarang .
merupakan fenomena yang perlu segera Tujuan Penelitian
ditingkatkan penanganannya secara lebih baik, Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
karena anak jalanan adalah anak yang sebagian memperoleh gambaran tentang karakteristik
besar waktunya berada di jalan atau tempat- anak jalanan dan bagaimana kebijakan yang
tempat umum (bisa berpindah-pindah) serta harus ditetapkan agar anak jalanan tidak kembali
mengganggu ketertiban umum. Disamping itu lagi ke jalan.
berbagai masalah dapat muncul karena Secara khusus penelitian ini bertujuan
keberadaan anak jalanan tersebut. untuk mendiskripsikan tentang: karakteristik
Selama ini penanganan masalah anak jalanan anak jalanan dan keluarganya; faktor-faktor
di kota Semarang sudah diupayakan baik oleh penyebab menjadi anak jalanan, permasalahan
pemerintah, maupun masyarakat antara lain anak jalanan; dan beberapa model alternatif
melalui Rumah Perlindungan Sosial Anak yang mungkin dapat diterapkan dalam
(RPSA). Ada tiga RPSA di kota Semarang yang penanganan anak jalanan.
telah bekerjasama dengan Dinas Sosial Propinsi Metodologi Penelitian
Jawa Tengah yaitu RPSA Mutiara, Anak Bangsa Jenis penelitian merupakan perpaduan
dan Tunas Harapan. Upaya yang telah dilakukan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.
antara lain dengan memberikan beasiswa dan Hasil telaah pustaka dijadikan kerangka
pelatihan kewirausahaan. Disamping itu juga pemikiran atau landasan teori dalam
rumah singgah telah pula melayani anak jalanan operasionalisasi penelitian.
yang dekat dengan kantong anak jalanan. Dari segi tujuan, penelitian ini cenderung
Namun demikian belum semua anak jalanan deskriptif, analitis. Disusun deskripsi atas
yang ada di kota Semarang dapat di tangani oleh karakteristik sosial, ekonomi dan demografi
RPSA maupun rumah singgah tersebut. Bahkan anak jalanan, kemudian dilakukan analisis pada
yang sudah tertanganipun masih kembali lagi karakteristik kehidupan anak jalanan dengan
menjadi anak jalanan. Tentunya ini masih berbagai persoalannya dan faktor-faktor yang
menjadi keprihatinan dari berbagai pihak yang melingkupinya.
berkompeten untuk menanganinya.

41
Studi Karakteristik Anak Jalanan. (LPPM USM)

Populasi penelitian ini adalah seluruh anak 3) Usia rata-rata 13 tahun, termuda 6
jalanan yang berada di wilayah kota Semarang tahun tertua 21 tahun
sejumlah 335 orang yang terdiri dari 242 orang 4) Sebagian besar lahir di wilayah kota
laki-laki dan 93 orang perempuan. Metode Semarang (69,61%), 19,61% lahir diluar
pengambilan sampel menggunakan wilayah Semarang. Lainnya sebanyak
nonprobability sampling, dengan metode 10,73% tidak dapat menjawab karena
purposive sampling. Pemilihan sampel untuk tidak tahu dimana dilahirkan
penelitian ini lebih ditekankan pada 5) Profesi yang dijalani sebagian besar
pertimbangan relevansi pada topik atau judul serbagai pengamen (60,78%) dan
penelitian, bukan karena representasi populasi. lainnya (39,21%) meliputi: peminta-
Jumlah responden 102 orang terdiri dari 76 minta, tukang parkir, jual media masa,
orang laki-laki dan 26 perempuan. Mereka membersihkan kereta api, pemulung,
adalah para anak jalanan yang berada di wilayah membanatu di RPSA.
kota Semarang yaitu mereka yang berada di 6) Rata-rata di jalanan 6 jam/ hari
traffic light Wilayah Johar, Tugu Muda, 7) Rata-rata penghasilan Rp19.690,-/hari
Pandanaran, Simpang Lima, jalan Ahmad Yani, 8) Sebagian besar ke jalanan setiap hari
Perempatan Soto Bangkong sampai Pedurungan (80,30%) sisanya 19,7% tidak setiap
dan lampu merah jalan Pahlawan, Metro dan hari
Peterongan. Untuk melengkapi informasi guna 9) Sebagian besar saat ini beralamat di
menyusun program penanggulangan anak kota Semarang (98,04%) dan sisanya
jalanan juga dilakukan wawancara pada pimpinan diluar kota semarang (1,96%)
dinas/ instansi terkait serta beberapa orang tua 10) Sebagian besar tidak bersekolah
anak jalanan dan beberapa pimpinan Lembaga (60,79%) dan lainnya (39,21%)
Swadaya Masyarakat yang menangani anak bersekolah, terdiri dari: TK (5%), SD
jalanan. (70%), SLTP (22,5%), dan SLTA (2,5%)
Penelitian ini menggunakan dua sumber 11) Lokasi sekolah sebagian besar di kota
data. Pertama adalah data pustaka yang bersifat Semarang (95%), sisanya (5%) diluar
normative. Data ini dikumpulkan dari literatur, kota Semarang
buku-buku, jurnal-jurnal, dokumentasi- 12) Sumber biaya sekolah kebanyakan dari
dokumentasi, undang-undang, website dan lain- orang tua (57,5%), swasta dalam hal ini
lain. Kedua adalah data lapangan yang bersifat yayasan (30%), orang tua dan diri
empiris. Wawancara dilakukan terhadap anak sendiri (7,5%), diri sendiri (2,5%) dan
jalanan yang dipilih sebagai responden, orang pemerintah (2,5%)
tua dan instansi yang terkait dengan anak 13) Dari yang bersekolah, 72,5% pernah
jalanan. mendapatkan beasiswa dan 27,5%
Data yang diperoleh dari lapangan belum pernah mendapatkan beasiswa.
penelitian akan dianalisis dengan menggunakan Pihak swasta yang membiayai anak
teknik analisis isi (content analysis). Analisis isi jalanan antara lain yayasan Setara,
ini dimaksudkan untuk menganalisis yayasan Sugiyo Pranoto dan Yayasan
karakteristik anak jalanan yang ada di kota Tunas Harapan.
Semarang, mencari faktor-faktor penyebab
menjadi anak jalanan, permasalahan anak b. Karakteristik Orang Tua Anak
jalanan; dan beberapa model alternatif yang Jalanan
mungkin dapat diterapkan dalam penanganan Orangtua anak jalanan memiliki
anak jalanan. Analisis data juga akan dilengkapi karakteristik
dengan analisis secara kuantitatif, yaitu dengan 1) Sebagian besar berstatus menikah
frekuensi dan rata-rata. Frekuensi dan rata-rata (77,45%), cerai (17,65%), dan lainnya
digunakan untuk mendiskripsikan data secara (4,9%) karena tidak tahu status
kuantitatif. perkawinan orang tua.
2) Jumlah anak yang dimiliki sebagian
Hasil Penelitian besar lebih dari 3 anak (58,83%)
1. Karakteristik Anak jalanan dan Orang 3) Jumlah keluarga yang ditanggung
Tuanya sebagian besar kurang atau sama
a. Karakteristik Anak Jalanan dengan 4 orang (62,75%)
Dari temuan hasil penelitian dapat 4) Status tempat tinggal: milik sendiri
diidentifikasi karakteristik anak jalanan kota (40,19%), kontrak (35,29%), lainnya
Semarang sebagai berikut: (24,51%) karena tinggal di tempat-
1) Lebih banyak anak laki-laki (74,51%) tempat fasilitas umum
daripada anak perempuan (25,49%) 5) Sebagian besar berdomisili diwilayah
2) Sebagian besar muslim (93,14%) kota Semarang (95,10%), dan sisanya
sebagian kecil non muslim (6,86% (4,90%) di luar Kota Semarang
beragama kristen)

42
Riptek, Vol.1, No.2, Tahun 2008, Hal.: 41 - 45

c. Profil Ayah Anak Jalanan 5. Kondisi Sosial Keluarga


Penelitian ini dapat memperoleh profil ayah 1) Sebagian besar (68,8%) tidak
anak jalanan sebagai berikut: mengalami konflik
1) Sebagian besar dalam usia produktif 2) 12,7% konflik ayah dengan ibu
(64,70), tidak produktif (0,98%), dan 3) 6,8% konflik ibu dengan anak
sisanya (34,32%) tidak tahu usia 4) 4,9% konflik antar anak
mereka 5) 3,9% konflik ayah dengan anak
2) Pendidikan: SD (21,57%), SLTP
(19,61%), SLTA (11,76), dan sisanya 6. Pelayanan yang Diterima Dari Suatu
(47,05%) tidak berpendidikan Lembaga dan Pengaruhnya
3) Profesi yang dijalani: jasa (47,06%), Pelayanan yang diterima dari suatu lembaga
pedagang (12,74%), petani (0,98%), merupakan wujud dari peran aktif lembaga
sisanya (39,22%) tidak bekerja untuk membina anak jalanan menjadi pribadi
4) Rata-rata penghasilan Rp.625.00,-/bulan yang lebih baik atau mengentaskan mereka dari
jalanan. Adapun hasilnya adalah:
d. Profil Ibu Anak Jalanan 1) 51 % mengatakan tidak mendapatkan
Ibu anak jalanan memiliki profil : pelayanan, dan 48,9 % menyatakan
1) Sebagian besar dalam usia produktif mendapat pelayanan
(71,57%) dan sisanya(28,43%) tidak 2) 44,1 % menyatakan bahwa pelayanan
tahu usia mereka memberikan pengaruh yang baik, 3,8 %
2) Pendidikan : SD (40,19%), SLTP tidak berdampak apa-apa, dan 52 % lain-lain
(7,84%), SLTA (8,78%), dan sisanya karena ketidaktahuan anak akan fungsi
(43,14%) tidak berpendidikan lembaga dan belum pernah mendapatkan
3) Profesi yang dijalani: jasa(22,55%), pelayanan
pedagang (25,49%), petani (2,94%), Selain anak jalanan menyatakan pengaruh
sisanya (49,02%) tidak bekerja positif ada yang mengatakan tidak ada pengaruh
4) Rata-rata penghasilan Rp. 433.750,- yang positip. Ada dua alasan mengapa pelayanan
/bulan lembaga tidak mempunyai pengaruh yang baik:
2. Faktor Penyebab Menjadi Anak Pertama, si anak jalanan tidak memahami fungsi
Jalanan lembaga dan perannya. Kedua, disebabkan
Kondisi yang mendorong anak turun ke karena belum pernah mendapatkan pembinaan
jalan: dari lembaga sehingga tidak bisa memberikan
1) Kemiskinan (83,33%) peryataan mengenai pengaruh lembaga terhadap
2) Keretakan keluarga (1,96%) anak jalanan.
3) Orang tua tidak paham dan tidak 7. Riwayat kesehatan anak jalanan
memenuhi kebutuhan sosial anak 1) Tidak pernah sakit (8,8%)
(0,98%) 2) Menderita penyakit ringan (79,4%)
4) Lainnya (13,7%): keinginan sendiri, 3) Menderita penyakit berat (11,7%)
sering dipukuli orang tua, dan ingin meliputi: tipus, paru-paru, demam
bebas berdarah, dan hepatitis.
3. Riwayat Pengalaman di Jalan 8. Masalah yang Dihadapi Sekarang
1) Pelecehan yang diterima anak jalanan, 1) Tidak ada masalah (41,2%)
meliputi: pelecehan pekerjaan, harga 2) Bermasalah (58,8%)
diri, dan pendidikan 3) Takut rasia (33,3%)
2) Dilecehkan (63, 72%), tidak dilecehkan 4) Cuaca (19,6%)
(36,28%) 5) Tidak ada respon dari pengguna jalan
3) Sebagian besar menghirup zat adiktif (5,9%)
(61,76%), tidak menghirup 30,39%), Sebagian anak tidak menjawab mengenai
dan sisanya (7,88%) tidak tahu masalah yang dihadapi sehingga diasumsikan
4) Sebagian besar tidak ikut geng tidak ada masalah, yaitu sebesar 41,2%. Tetapi
(92,16%), sisanya (7,84%) ikut bisa dikatakan juga bahwa anak tidak menjawab
4. Hubungan dengan Lingkungan Sosial karena mereka tidak tahu masalah apa yang
1) Sebagian besar punya hubungan baik sebenarnya mereka hadapi karena keterbatasan
(95%), baik antar sesama anak, preman, pemahaman mereka (usia muda dan tingkat
majikan, polisi, maupun aparat pendidikan rendah). Sedangkan sebagian besar
pemerintah (58,8%) memiliki masalah yaitu karena
2) 1% hubungan tidak baik krn ketakutan ketakutan terhadap rasia sebesar 33,3%. Karena
dan kebencian terhadap preman dan cuaca buruk, sehingga tidak dapat kejalanan
aparat (33,3%) dan karena tidak ada respon dari
3) 4% menyatakan kadang baik kadang pengguna jalan (5,9%).
tidak tergantung dari situasi

43
Studi Karakteristik Anak Jalanan. (LPPM USM)

9. Pelayanan yang Diharapkan Anak 8) Monitoring dan evaluasi.


Jalanan dari Suatu Lembaga
1) Tidak membutuhkan pelayanan (47%) 2. Model Kebijakan Rehabilitatif
2) Membutuhkan pelayanan (52,9%) Sebagian besar anak jalanan merasa
10. Kegiatan Setelah Mendapat menerima pelecehan dan menghirup zat adiktif.
Pelayanan Oleh karena itu anak disarankan tidak perlu
1) Tidak ingin kembali ke jalan (93,1%) kembali ke jalanan. Model kebijakan yang
2) Kembali ke jalan (3,9%) disarankan adalah kebijakan rehabilitatif.
3) Sekali tempo ke jalan (1,8%) Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengendalikan
agar anak tidak kembali ke jalanan lagi. Kegiatan
Saran yang dapat dilakukan adalah dengan
1. Program Pemberdayaan Keluarga memberikan intervensi kepada anak jalanan.
Anak Jalanan Intervensi ini dapat dilakukan oleh: Keluarga
Faktor dominan yang mendorong anak sendiri, Keluarga asuh, Panti Asuhan dan
turun kejalan adalah kemiskinan, maka kebijakan Pondok Pesantren, Organisasi Pemuda dan
yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah Olah Raga, Pemerintah, Institusi bisnis,
kemiskinan tersebut adalah kebijakan antisipatif. Organisasi non pemerintah atau Lembaga
Fokus model kebijakan antisipatif adalah Swadaya Masyarakat. Adapun arah dari model
keluarga anak jalanan. Pada model kebijakan kebijakan rahabilitatif ini adalah mengarahkan
antisipatif penanggulangan anak jalanan, keluarga perkembangan anak jalanan ke arah positif, yang
digambarkan sebagai unit yang diintervensi oleh meliputi:
beberapa program. Diharapkan dengan 1) Anak jalanan dapat meninggalkan
intervensi tersebut keluarga akan dapat menata aktivitasnya di jalan dan menyatu kembali
kehidupannya dengan baik sehingga anak dengan keluarganya jika memungkinkan
terpenuhi kesejahteraannya dan anak dapat 2) Anak jalanan mendapatkan keluarga
tumbuh dan berkembang secara positif yang pengganti atau panti lainnya jika tidak
dicerminkan dalam kualitas hidup, kesadaran memungkinkan kembali dengan keluarga
dan tanggungjawab sosialnya. Sehingga dari 3) Anak jalanan dapat melanjutkan
kondisi tersebut pada akhirnya akan pendidikannya
menciptakan stabilitas masyarakat yang positif. 4) Anak jalanan dapat memperoleh
Kebijakan tersebut dapat dilakukan melalui keterampilan dan peluang untuk
program pemberdayaan keluarga anak jalanan. meningkatkan taraf hidup mereka.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup dan taraf kesejahteraan sosial 3. Program Peningkatan Jumlah
anak jalanan. Untuk kota Semarang program ini Lembaga dan Kualitas Manajemen
telah dijalankan, namun hasilnya belum Pelayanan Kesejahteraan Sosial bagi
menyentuh semua keluarga anak jalanan yang anak jalanan.
ada di kota Semarang. Oleh karena itu masih Karena sebagian besar anak jalanan belum
perlu ditingkatkan komponen kegiatan maupun mendapatkan pelayanan sosial dari suatu
kualitas program yang telah dijalankan. lembaga dan sebagian besar juga memerlukan
Komponen kegiatannya meliputi: adanya pelayanan yang diterima dari suatu
1) Penjajakan lokasi dan pemetaan lembaga, maka perlu ditingkatkan eksistensi dari
kebutuhan lembaga tersebut dari segi jumlah maupun
2) Sosialisasi program kapasitasnya. Hal ini dimaksudkan agar
3) Pendampingan sosial pembinaan maupun pemberian bantuan
4) Identifikasi dan seleksi beasiswa bagi anak jalanan semakin meluas dan
5) Sudi kelayakan usaha berjalan berkesinambungan. Dengan demikian
6) Bantuan sosial berupa santunan hidup pengetahuan, ketrampilan dan pendidikan
dan akses jaminan kesejahteraan sosial, mereka dapat meningkat dan akhirnya mereka
bantuan modal usaha ekonomi akan menarik diri dari kehidupan jalanan. Hal ini
produktif melalui kelompok usaha dapat terjadi karena anak setelah mendapatkan
bersama (KUBE), penguatan modal tambahan pengetahuan, ketrampilan dan
usaha melalui Lembaga Keuangan pendidikan akan dapat mencari pekerjaan yang
Mikro (LKM), rehabilitasi sosial rumah layak sesuai dengan kemampuannya. Komponen
tidak layak huni, penataan sarana kegiatannya meliputi:
lingkungan kumuh, insentif tabungan 1) Membangun jaringan kerja antar LSM dalam
sejahtera, fasilitas usaha kesejahteraan bentuk kolaborasi sehingga berbagai
sosial program LSM yang ditawarkan dapat
7) Pengembangan kemitraan sosial dengan menangani masalah anak jalanan
lembaga/instansi sektor lain, perguruan 2) Mengembangkan berbagai program dengan
tinggi, dunia usaha, LSM/ Orsos, dan instansi yang relevan, misalnya
kalangan perbankan DEPDIKNAS, DEPKES, DEPNAKER dan

44
Riptek, Vol.1, No.2, Tahun 2008, Hal.: 41 - 45

lain-lain yang diawali dengan pemahaman tujuan dari kegiatan kampanye sosial anak
yang sama tentang program penanganan jalanan adalah:
anak jalanan 1) Menumbuhkan pemahaman dan kesadaran
3) Melibatkan masyarakat/tokoh lokal dalam berbagai pihak tentang masalah anak jalanan
kegiatan RPSA agar terjalin komunikasi dan pentingnya penanganan anak jalanan.
yang efektif antara RPSA dan masyarakat. 2) Mensosialisasikan penanganan anak jalanan
Selain itu untuk mendukung program 3) Meningkatkan partisipasi masyarakat
pokok dalam pelayanan kesejahteraan sosial 4) Kegiatan Kampanye Sosial dapat dilakukan
bagi anak jalanan, perlu dilaksanakan kegiatan melalui berbagai media dengan sasaran
pendukung dengan tujuan untuk meningkatkan orang tua, masyarakat, dan anak sendiri,
kualitas manajemen pelayanan. seperti penyuluhan kepada masyarakat/
Sasaran kegiatannya adalah para pengambil pengguna jalan agar tidak memberikan uang
keputusan, para pekerja sosial/ pendamping kepada anak jalanan dan penyuluhan kepada
sosial, pengelola LKM, kalangan swasta Orsos/ para penegak hukum (polisi, trantib dsb)
LSM dan berbagai pihak dari insatnsi terkait dan untuk membersihkan lingkungan jalan
perguruan tingi. Komponen kegiatannya sebagai tempat anak jalanan beraktivitas.
meliputi:
1) Penataan dan pengkajian peraturan Daftar Pustaka
perundang-undangan dalam penanggulangan
anak jalanan Departemen Sosial RI, 2004, Pedoman
2) Pengembangan sumber daya manusia, Penanganan Anak Melalui Rumah Perlindungan
pekerja sosial/ pendamping sosial Sosial Anak (RPSA), Direktorat Jenderal
profesional, pengelola LKM, dan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Direktorat
pendamping sosial lokal atau relawan sosial Bina Pelayanan Sosial Anak
3) Kerjasama peningkatan kapasitas
Departemen Sosial RI, 2005, Petunjuk
manajemen program pemberdayan
Pelaksanaan Pelayanan Sosial Anak Jalanan,
keluarga, yang dilaksanakan bersama-sama
Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi
organisasi sosial/ lembaga swadaya
Sosial Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak
masyarakat dan badan-badan internasional
lainnya Departemen Sosial RI, 2004, Kebijakan
4) Pengembangan manajemen sistem informasi Penanganan Anak Jalanan Terpadu, Direktorat
keluarga anak jalanan, termasuk Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
pengembangan indikator kinerja dan Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak
akuntabilitas program, standarisasi
Departemen Sosial RI, 2005, Petunjuk Teknis
monitoring dan evaluasi, yang dilaksanakan
Pelayanan Sosial Anak Jalanan, Direktorat
secara terpadu dengan pusat data dan
Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
informasi, BPS, pusat-pusat studi
Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak
manajemen dan instansi pemerintah lainnya.
5) Penelitian masalah keluarga anak jalanan http://www.depsos.go.id/Balitbang, Peta Masalah
dan pengembangan model Anak Jalanan dan Alternatif Model Pemecahannya
penanggulangannya yang dilaksanakan Berbasis Pemberdayaan Keluarga.
bekerjasama dengan lembaga-lembaga
penelitian, di lingkungan departemen sosial, Ida Bagus Mantra, 1991, Pengantar studi
perguruan tinggi atau pusat-pusat studi Demografi, Nur Cahaya, Yogyakarta
yang terkait. Pemerintah Kota Semarang, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Menengah Daerah
4. Kampanye Sosial (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2005-2010.
Masalah yang berhubungan dengan tidak
ada respon pengguna jalan bagi anak jalanan Tauran, Studi Profil Anak Jalanan Sebagai Upaya
adalah kecil sekali. Artinya para pengguna jalan Rumusan Model Kebijakan Penanggulangannya
sangat respon terhadap keberadaan anak (Suatu Studi Terhadap Profil Anak Jalanan di
jalanan, misalnya karena kebiasaan memberi Terminal Bus Tanjung Priok Kota Jakarta Utara),
kepada anak jalanan. Hal ini tidak dapat Jurnal Administrasi Negara, Vol. 1, No. 1,
menyelesaikan permasalahan mereka, tetapi September 2000: 88-101.
justru dapat menumbuh suburkan kebiasaan Undang-Undang No, 1 Th. 2000 Tentang
anak berada di jalan. Oleh karena itu kampanye Pengesahan Konvensi ILO No. 182 Mengenai
sosial perlu dilakukan. Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan
Kampanye sosial merupakan salah satu Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak
wujud dari fungsi edukasi, seperti: melalui usaha (Lembaran Negara Nomor 30 Tahun 2000)
penyampaian informasi tentang permasalahan
anak jalanan dan upaya penanganannya. Adapun

45

Anda mungkin juga menyukai