: 41 - 45
41
Studi Karakteristik Anak Jalanan. (LPPM USM)
Populasi penelitian ini adalah seluruh anak 3) Usia rata-rata 13 tahun, termuda 6
jalanan yang berada di wilayah kota Semarang tahun tertua 21 tahun
sejumlah 335 orang yang terdiri dari 242 orang 4) Sebagian besar lahir di wilayah kota
laki-laki dan 93 orang perempuan. Metode Semarang (69,61%), 19,61% lahir diluar
pengambilan sampel menggunakan wilayah Semarang. Lainnya sebanyak
nonprobability sampling, dengan metode 10,73% tidak dapat menjawab karena
purposive sampling. Pemilihan sampel untuk tidak tahu dimana dilahirkan
penelitian ini lebih ditekankan pada 5) Profesi yang dijalani sebagian besar
pertimbangan relevansi pada topik atau judul serbagai pengamen (60,78%) dan
penelitian, bukan karena representasi populasi. lainnya (39,21%) meliputi: peminta-
Jumlah responden 102 orang terdiri dari 76 minta, tukang parkir, jual media masa,
orang laki-laki dan 26 perempuan. Mereka membersihkan kereta api, pemulung,
adalah para anak jalanan yang berada di wilayah membanatu di RPSA.
kota Semarang yaitu mereka yang berada di 6) Rata-rata di jalanan 6 jam/ hari
traffic light Wilayah Johar, Tugu Muda, 7) Rata-rata penghasilan Rp19.690,-/hari
Pandanaran, Simpang Lima, jalan Ahmad Yani, 8) Sebagian besar ke jalanan setiap hari
Perempatan Soto Bangkong sampai Pedurungan (80,30%) sisanya 19,7% tidak setiap
dan lampu merah jalan Pahlawan, Metro dan hari
Peterongan. Untuk melengkapi informasi guna 9) Sebagian besar saat ini beralamat di
menyusun program penanggulangan anak kota Semarang (98,04%) dan sisanya
jalanan juga dilakukan wawancara pada pimpinan diluar kota semarang (1,96%)
dinas/ instansi terkait serta beberapa orang tua 10) Sebagian besar tidak bersekolah
anak jalanan dan beberapa pimpinan Lembaga (60,79%) dan lainnya (39,21%)
Swadaya Masyarakat yang menangani anak bersekolah, terdiri dari: TK (5%), SD
jalanan. (70%), SLTP (22,5%), dan SLTA (2,5%)
Penelitian ini menggunakan dua sumber 11) Lokasi sekolah sebagian besar di kota
data. Pertama adalah data pustaka yang bersifat Semarang (95%), sisanya (5%) diluar
normative. Data ini dikumpulkan dari literatur, kota Semarang
buku-buku, jurnal-jurnal, dokumentasi- 12) Sumber biaya sekolah kebanyakan dari
dokumentasi, undang-undang, website dan lain- orang tua (57,5%), swasta dalam hal ini
lain. Kedua adalah data lapangan yang bersifat yayasan (30%), orang tua dan diri
empiris. Wawancara dilakukan terhadap anak sendiri (7,5%), diri sendiri (2,5%) dan
jalanan yang dipilih sebagai responden, orang pemerintah (2,5%)
tua dan instansi yang terkait dengan anak 13) Dari yang bersekolah, 72,5% pernah
jalanan. mendapatkan beasiswa dan 27,5%
Data yang diperoleh dari lapangan belum pernah mendapatkan beasiswa.
penelitian akan dianalisis dengan menggunakan Pihak swasta yang membiayai anak
teknik analisis isi (content analysis). Analisis isi jalanan antara lain yayasan Setara,
ini dimaksudkan untuk menganalisis yayasan Sugiyo Pranoto dan Yayasan
karakteristik anak jalanan yang ada di kota Tunas Harapan.
Semarang, mencari faktor-faktor penyebab
menjadi anak jalanan, permasalahan anak b. Karakteristik Orang Tua Anak
jalanan; dan beberapa model alternatif yang Jalanan
mungkin dapat diterapkan dalam penanganan Orangtua anak jalanan memiliki
anak jalanan. Analisis data juga akan dilengkapi karakteristik
dengan analisis secara kuantitatif, yaitu dengan 1) Sebagian besar berstatus menikah
frekuensi dan rata-rata. Frekuensi dan rata-rata (77,45%), cerai (17,65%), dan lainnya
digunakan untuk mendiskripsikan data secara (4,9%) karena tidak tahu status
kuantitatif. perkawinan orang tua.
2) Jumlah anak yang dimiliki sebagian
Hasil Penelitian besar lebih dari 3 anak (58,83%)
1. Karakteristik Anak jalanan dan Orang 3) Jumlah keluarga yang ditanggung
Tuanya sebagian besar kurang atau sama
a. Karakteristik Anak Jalanan dengan 4 orang (62,75%)
Dari temuan hasil penelitian dapat 4) Status tempat tinggal: milik sendiri
diidentifikasi karakteristik anak jalanan kota (40,19%), kontrak (35,29%), lainnya
Semarang sebagai berikut: (24,51%) karena tinggal di tempat-
1) Lebih banyak anak laki-laki (74,51%) tempat fasilitas umum
daripada anak perempuan (25,49%) 5) Sebagian besar berdomisili diwilayah
2) Sebagian besar muslim (93,14%) kota Semarang (95,10%), dan sisanya
sebagian kecil non muslim (6,86% (4,90%) di luar Kota Semarang
beragama kristen)
42
Riptek, Vol.1, No.2, Tahun 2008, Hal.: 41 - 45
43
Studi Karakteristik Anak Jalanan. (LPPM USM)
44
Riptek, Vol.1, No.2, Tahun 2008, Hal.: 41 - 45
lain-lain yang diawali dengan pemahaman tujuan dari kegiatan kampanye sosial anak
yang sama tentang program penanganan jalanan adalah:
anak jalanan 1) Menumbuhkan pemahaman dan kesadaran
3) Melibatkan masyarakat/tokoh lokal dalam berbagai pihak tentang masalah anak jalanan
kegiatan RPSA agar terjalin komunikasi dan pentingnya penanganan anak jalanan.
yang efektif antara RPSA dan masyarakat. 2) Mensosialisasikan penanganan anak jalanan
Selain itu untuk mendukung program 3) Meningkatkan partisipasi masyarakat
pokok dalam pelayanan kesejahteraan sosial 4) Kegiatan Kampanye Sosial dapat dilakukan
bagi anak jalanan, perlu dilaksanakan kegiatan melalui berbagai media dengan sasaran
pendukung dengan tujuan untuk meningkatkan orang tua, masyarakat, dan anak sendiri,
kualitas manajemen pelayanan. seperti penyuluhan kepada masyarakat/
Sasaran kegiatannya adalah para pengambil pengguna jalan agar tidak memberikan uang
keputusan, para pekerja sosial/ pendamping kepada anak jalanan dan penyuluhan kepada
sosial, pengelola LKM, kalangan swasta Orsos/ para penegak hukum (polisi, trantib dsb)
LSM dan berbagai pihak dari insatnsi terkait dan untuk membersihkan lingkungan jalan
perguruan tingi. Komponen kegiatannya sebagai tempat anak jalanan beraktivitas.
meliputi:
1) Penataan dan pengkajian peraturan Daftar Pustaka
perundang-undangan dalam penanggulangan
anak jalanan Departemen Sosial RI, 2004, Pedoman
2) Pengembangan sumber daya manusia, Penanganan Anak Melalui Rumah Perlindungan
pekerja sosial/ pendamping sosial Sosial Anak (RPSA), Direktorat Jenderal
profesional, pengelola LKM, dan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Direktorat
pendamping sosial lokal atau relawan sosial Bina Pelayanan Sosial Anak
3) Kerjasama peningkatan kapasitas
Departemen Sosial RI, 2005, Petunjuk
manajemen program pemberdayan
Pelaksanaan Pelayanan Sosial Anak Jalanan,
keluarga, yang dilaksanakan bersama-sama
Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi
organisasi sosial/ lembaga swadaya
Sosial Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak
masyarakat dan badan-badan internasional
lainnya Departemen Sosial RI, 2004, Kebijakan
4) Pengembangan manajemen sistem informasi Penanganan Anak Jalanan Terpadu, Direktorat
keluarga anak jalanan, termasuk Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
pengembangan indikator kinerja dan Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak
akuntabilitas program, standarisasi
Departemen Sosial RI, 2005, Petunjuk Teknis
monitoring dan evaluasi, yang dilaksanakan
Pelayanan Sosial Anak Jalanan, Direktorat
secara terpadu dengan pusat data dan
Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
informasi, BPS, pusat-pusat studi
Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak
manajemen dan instansi pemerintah lainnya.
5) Penelitian masalah keluarga anak jalanan http://www.depsos.go.id/Balitbang, Peta Masalah
dan pengembangan model Anak Jalanan dan Alternatif Model Pemecahannya
penanggulangannya yang dilaksanakan Berbasis Pemberdayaan Keluarga.
bekerjasama dengan lembaga-lembaga
penelitian, di lingkungan departemen sosial, Ida Bagus Mantra, 1991, Pengantar studi
perguruan tinggi atau pusat-pusat studi Demografi, Nur Cahaya, Yogyakarta
yang terkait. Pemerintah Kota Semarang, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Menengah Daerah
4. Kampanye Sosial (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2005-2010.
Masalah yang berhubungan dengan tidak
ada respon pengguna jalan bagi anak jalanan Tauran, Studi Profil Anak Jalanan Sebagai Upaya
adalah kecil sekali. Artinya para pengguna jalan Rumusan Model Kebijakan Penanggulangannya
sangat respon terhadap keberadaan anak (Suatu Studi Terhadap Profil Anak Jalanan di
jalanan, misalnya karena kebiasaan memberi Terminal Bus Tanjung Priok Kota Jakarta Utara),
kepada anak jalanan. Hal ini tidak dapat Jurnal Administrasi Negara, Vol. 1, No. 1,
menyelesaikan permasalahan mereka, tetapi September 2000: 88-101.
justru dapat menumbuh suburkan kebiasaan Undang-Undang No, 1 Th. 2000 Tentang
anak berada di jalan. Oleh karena itu kampanye Pengesahan Konvensi ILO No. 182 Mengenai
sosial perlu dilakukan. Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan
Kampanye sosial merupakan salah satu Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak
wujud dari fungsi edukasi, seperti: melalui usaha (Lembaran Negara Nomor 30 Tahun 2000)
penyampaian informasi tentang permasalahan
anak jalanan dan upaya penanganannya. Adapun
45