BHN (Filsafat)
BHN (Filsafat)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahirnya suatu sistem pendidikan di Indonesia bukanlah hasil suatu perencanaan
menyeluruh melainkan langkah demi langkah melalui eksperimentasi dan didorong oleh
kebutuhan praktis di bawah pengaruh kondisi sosial, ekonomi, dan politik di Nederland
maupun di Hindia Belanda. Sistem tersebut terbentuk melalui berbagai tahapan pada tiap
periodisasi masa penjajahan Belanda di Indonesia.
Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2 (dua) periode ,
yaitu pada masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan masa pemerintah
Hindia Belanda (Nederlands Indie). Pada masa VOC, yang merupakan sebuah kongsi
(perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari
maksud dan kepentingan komersial.
Bangsa Belanda datang ke Indonesia pada dasarnya bukan hanya untuk menjajah
melainkan untuk berdagang. Mereka di motifasi oleh hasrat untuk mengeruk keuntungan
yang sebesar-besarnya, sekalipun harus mengarungi laut yang berbahaya sejauh ribuan
kilometer dalam kapal layar kecil untuk mengambil rempah-rempah dari indonesia.
Namun pedagang itu merasa perlunya memiliki tempat yang permanen di daratan dari
pada berdagang dari kapal yang berlabuh di laut. Kantor dagang itu kemudian mereka
perkuat dan persenjatai dan menjadi benteng yang akhirnya menjadi landasan untuk
menguasai daerah di sekitarnya. Lambat laun kantor dagang itu beralih dari pusat
komersial menjadi basis politik dan teritorial. Setelah peperangan kolonial yang banyak
akhirnya indonesia jatuh seluruhnya di bawah pemerintahan belanda. Namun penguasaan
daerah jajahan ini baru selesai pada permulaan abad ke 20.
Melalui penjelasan diatas tentu saja pendidikan memegang peran dalam tiap tahan
periodisasi penjajahan Belanda di Indonesia. Pada tiap tahap inilah yang membentuk
sistem pendidikan di Indonesia pada saat itu. Makalah ini menjelaskan pendidikan di
Indonesia dari masa pemerintahan Belanda, Masa VOC dan masa Pemerintahan Hindia
Belanda,
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa alasan orang Belanda mendirikan sekolah bagi anak-anak Indonesia?
2. Bagaimana sistem persekolahan pada masa pemerintahan Belanda, Masa VOC dan
masa Pemerintahan Hindia Belanda?
1
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami alasan orang Belanda mendirikan sekolah bagi anak-anak
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pembahasan ini akan menitik beratkan pada masa pemerintahan belanda dan masa
VOC sebelum adanya sistem politik etis (1900-1942). Untuk lebih memahami runtutan
sejarah pendidikan di Indonesia harus diketahui periodisasi penjajahan Belanda di
indonesia lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Zaman VOC (1596-1799)
1.1 Zaman Pemerintahan Hindia Belanda (1799-1811)
1.2 Gubernur Jenderal Dirk van Hogendorp (1799-1808)
1.3 Gubernur Jendral Herman Willem Daendels (1808-1811)
2. Zaman Pendudukan Inggris (1811-1816)
3. Zaman Pemerintahan Hindia Belanda (1816-1942)
3.1 Serah Terima Komisaris Jenderal Belanda dari pihak Inggris (1816-1818)
3.2 Gubernur Jenderal Van der Capellen (1819-1826)
3.3 Gubernur Jenderal LPJ Du Bus de Gisignies (1826-1830)
3.4 Gubernur Jenderal Van den Bosch (1830-1848)
3.5 Gubernur Jenderal Rochussen (1848-1852)
3.6 Pemerintahan Hindia Belanda Pada Pertengahan Hingga Akhir Abad 19 M
3
menguasai perekonomian Indonesia. Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC seperti
verplichte leverentie (kewajiban meyerahkan hasil bumi pada VOC ) dan contingenten
(pajak hasil bumi) dirancang untuk mendukung monopoli itu. Disamping itu, VOC juga
menjaga agar harga rempah-rempah tetap tinggi, antara lain dengan diadakannya
pembatasan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam penduduk, pelayaran
Hongi dan hak extirpatie (pemusnahan tanaman yang jumlahnya melebihi peraturan).
Semua aturan itu pada umumnya hanya diterapkan di Maluku yang memang sudah
diisolasi oleh VOC dari pola pelayaran niaga samudera Hindia.
Dengan memonopoli rempah-rempah, diharapkan VOC akan menambah isi kas
negeri Belanda, dan dengan begitu akan meningkatkan pamor dan kekayaan Belanda.
Disamping itu juga diterapkan Preangerstelstel, yaitu kewajiban menanam tanaman kopi
bagi penduduk Priangan. Bahkan ekspor kopi di masa itu mencapai 85.300 metrik ton,
melebihi ekspor cengkeh yang Cuma 1.050 metrik ton.
Kondisi pendidikan di Indonesia pada masa itu dapat dikatakan tidak lepas dari
maksud dan kepentingan komersial. Berbeda dengan kondisi di negeri Belanda sendiri
dimana lembaga pendidikan dikelola secara bebas oleh organisasi-organisasi keagamaan,
maka selama abad ke-17 hingga 18 M, bidang pendidikan di Indonesia harus berada
dalam pengawasan dan kontrol ketat VOC. Jadi, sekalipun penyelenggaraan pendidikan
tetap dilakukan oleh kalangan agama (gereja), tetapi mereka adalah berstatus sebagai
pegawai VOC yang memperoleh tanda kepangkatan dan gaji. Dari sini dapat dipahami,
bahwa pendidikan yang ada ketika itu bercorak keagamaan (Kristen Protestan).
Secara umum sistem pendidikan pada masa VOC dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Pendidikan Dasar
4
Berdasarkan peraturan tahun 1778, dibagi dalam 3 kelas menurut rankingnya. Kelas 1
( tertinggi ) diberi pelajaran membaca , menulis , agama , menyanyi dan berhitung.
Kelas 2 mata pelajarannya tidak termasuk berhitung. Sedangkan kelas 3 materinya
pada alphabet dan mengeja kata-kata .
2. Sekolah Latin
Sesuai namanya, selain bahasa Belanda dan materi agama mata pelajaran utamanya
adalah bahasa latin.
Berdiri tahun 1743 bertujuan mendidik calon perwira pelayaran dengan lama studi 6
tahun. Materi pelajarannya meliputi matematika, bahasa latin, bahasa timur, navigasi,
menulis, menggambar, agama, ketrampilan naik kuda, anggar, dan dansa . Namun di
tutup tahun 1755.
5. Sekolah Cina
Berdiri tahun 1737 untuk keturunan cina miskin , namun sempat vakum karena
peristiwa de Chineezenmoord btahun 1740. Berdiri lagi secara swadaya dari
masyarakat keturunan cina sekitar tahun 1753 dan 1787.
6. Pendidikan Islam
Pendidikan untuk komunitas muslim yang secara tradisional berkembang sejak
masuknya islam di indonesia . Pendidikan untuk komunitas muslim relatif telah
mapan melalui lembaga-lembaga yang secara tradisional telah berkembang dan
mengakar sejak proses awal masuknya Islam ke Indonesia. VOC tidak ikut campur
mengurusi atau mengaturnya.
Pada pertengahan abad ke-18 VOC mengalami kemunduran karena beberapa
sebab sehingga dibubarkan. Alasannya adalah sebagai berikut:
Banyak pegawai VOC yang curang dan korupsi
Banyak pengeluaran untuk biaya peperangan contoh perang melawan Hasanuddin
dari Gowa
Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan
pegawai yang banyak
5
Pembayaran Devident (keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan
setelah pemasukan VOC kekurangan
Bertambahnya saingan dagang di Asia terutama Inggris dan Perancis
Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang
demokratis dan liberal menganjurkan perdagangan bebas.
Berdasarkan alasan di atas VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799
dengan hutang 136,7 juta gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor
dagang, gudang, benteng, kapal serta daerah kekuasaan di Indonesia.
Pada akhir abad ke-18, setelah VOC mengalami kebangkrutan, kekuasaan Hindia
Belanda akhirnya diserahkan kepada pemerintah kerajaan Belanda langsung. Pada
masa ini, pendidikan mulai memperoleh perhatian relatif maju dari sebelumnya.
Beberapa prinsip yang diambil pemerintah Belanda diambil sebagai dasar
kebijakannya di bidang pendidikan antara lain:
1) Menjaga jarak atau tidak memihak salah satu agama tertentu.
2) Memperhatikan keselarasan dengan lingkungan sehingga anak didik kelak
mampu mandiri atau mencari penghidupan guna mendukung kepentingan
kolonial.
3) Sistem pendidikan diatur menurut pembedaan lapisan sosial,khusus-nya yang ada
di Jawa.
4) Pendidikan diukur dan diarahkan untuk melahirkan kelas elit masyarakat yang
dapat dimanfaatkan sebagai pendukung supermasi politik dan ekonomi
pemerintah kolonial. Jadi secara tidak langsung Belanda telah memanfaatkan
kelas aristokrat pribumi untuk melanggengkan status qou kekuasaan kolonial di
Indonesia.
C. ZAMAN PENDUDUKAN INGGRIS (1811-1816)
Keadaan ekonomi yang sangat sulit pada masa itu, kemudian semakin dipertajam
dengan kewajiban untuk membayar pajak, sehingga rakyat harus bekerja lebih ekstra lagi
agar kewajibannya dapat dipenuhi. Raffles lebih berminat dalam mengadakan penelitian
untuk menelusuri kebudayaan Jawa dibanding dengan meningkatkan kesejahteraan
rakyat melalui pendidikan. Selama pemerintahan Raffles, sekolah-sekolah banyak yang
tidak terurus dan mati dengan sendirinya karena pemerintahan pada masa itu tidak
menganggarkan dana untuk pendidikan rakyat jajahan.
6
perundang-undangan masih ditangan pemerintah Belanda. Mahkota Ratu (Ratu atau Raja
dan Dewan Menteri Kerajaan Belanda) bersam-sama dengan parlemen (staten
generale) adalah pemegang kekuasaan peradilan. Produk dari mahkota dan parlemen
dinamakan Wet. Wet adalah peraturan tertinggi di Hindia Belanda.
Bentuk perturan lain yang berlaku di Hindia Belanda secara hirarkis derjatnnya
dibawah Wet adalah Algemene Maatregelen van Bestuur dibuat hannya mahkota,
kemudian ordonnantie dibuat oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda bersama-sama
dengan Volksraad dewan rakay Hindia Belanda. Setelah itu Regeerins Verordening yang
dibuat oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda sendiri keempat bentuk peraturan
tersebut secara bersama-sama disebut Algemene Verordeningen ( peraturan umum ).
Selain itu pula bentuk peraturan yang bersifat lokal meliputi wilayah-wilayah tertentu
saja, peraturan tersebut dinamakan Local Verordeningen, dengan demikian pemerinahan
Hindia Belanda diatur secara khusus berdasarkan Wet op de Indische Staatsregeling
(semacam undang-undang dasar Hindia Belanda ). Memperhatikan aturan yang berlaku
di Hindia belanda yang diterapkan oleh kaum kolonisme di wilayah nusantara maka
sentarlisasi kekuasan dipusatkan pada pemerintahan yang berada di Negeri Belanda.
Untuk bidang pendidikan, komisaris Jenderal pada masa tersebut cukup menaruh
perhatian di bidang pendidikan. Terbukti setelah beberapa waktu berselang dari proses
serah terima daerah jajahan dari pihak Inggris ke pihak Belanda, ia menunjuk CGC
Reinwardt sebagai Direktur Pengajaran. Pada masa pemerintahannya yang terakhir,
dikeluarkan peraturan persekolan yang berisi ketentuan-ketentuan mengenai pengawasan
dan penyeleggaraan pengajaran. Salah satunya adalah peraturan umum tentang
pendidikan sekolah, yang berisi bahwa Pendidikan hanya untuk orang Belanda saja.
Bahkan peraturan ini berlaku hingga tahun terakhir pemerintahan Gubernur Jenderal Van
der Capellen.
Dikeluarkannya kebijakan yang pro pendidikan pada masa Hindia-Belanda
merupakan strategi Belanda untuk menarik simpati penduduk Indonesia. Dengan
menarik simpati penduduk Indonesia, Belanda bermaksud memperkuat kekuasannya
melalui tangan kanan orang-orang pribumi yang disekolahkannya. Kondisi politik
Pada tahun 1811, didirikan sekolah dasar khusus untuk anak-anak dari golongan
bangsa Belanda (Europee Lagere School ). Bahasa pengantar di sekolah-sekolah tersebut
adalah bahasa Belanda dan sistem kurikulmnya disesuaikan dengan kurikulum yang
berlaku di Belanda, agar tetap sinergis di berbagai daerah.
7
Pada masa awal pemerintahannya, Van der Capellen menerbitkan surat keputusan
tertanggal 8 Maret 1819 yang berisi perintah untuk mengadakan pnelitian tentang
pendidikan masyarakat Jawa dengan tujuan :
8
ternyata juga memuai kritik dari warga Belanda sendiri. Kritik Van Hoevell terhadap
perkembangan sekolah rakyat (Inlanschesholen) : Pemerintah hanya menyiapkan
beberapa gelintir manusia saja untuk menjalanka roda pemerintahan, tidak untuk
memuaskan keinginan orang Jawa pada pendidikan
9
1. Sekolah kelas satu (ongko sidji) atau Eerste Klasse untuk anak-anak golongan
priyayi dengan pengajaran bahasa Belanda.
2. Sekolah kelas dua (ongko loro) atau Tweede Klasse untuk rakyat kebanyakan
tanpa pengajaran bahasa Belanda.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian makalah di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa pendidikan pada masa
penjajahan (Pemerintahan Belanda) dan masa V.O.C merupakan suatu taktik Belanda untuk
tetap melanggengkan kekuasaannya di Indonesia secara murah dan efisien. Hal ini dilakukan
dengan memanfaatkan penduduk pribumi yang disekolahkan oleh Belanda untuk membantu
Belanda. Pembukaan sekolah pribumi hanya didasarkan sebatas kebutuhan praktis
pemerintah Belanda saja, misalnya untuk kebutuhan pegawai rendahan dan tidak untuk
mencerdaskan penduduk jajahan.
Selama masa penjajahan tersebut sistem pendidikan di Indonesia selalu berubah
mengikuti pemerintahan pada tiap tahap periodisasi yang ada dan tentu saja mengalami
pasang surut. Pendidikan selama penjajahan Belanda ini dapat dipetakan kedalam 2 (dua)
periode besar, yaitu pada masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan masa
pemerintah Hindia Belanda (Nederlands Indie).
10
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah. 1995. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Najamuddin. 2005. Perjalanan Pendidikan Di Tanah Air (Tahun 1800-1945). Bandung :
Rineka Cipta.
Sundari, dkk. 2011. Landasan Pendidikan. Surakarta : UMS.
Supriyadi, Dedi, dkk. 2003. Guru di Indonesia : Pendidikan, Pelatihan, dan Perjuangan sejak
Zaman Kolonial hingga Era Reformasi. Jakarta : Depdikbud.
http://davinnurfaiz.blogspot.com/2012/01/pendidikan-masa-kolonial.html. Diakes pada
tanggal 24 Februari 2014.
http://pendidikanmasabelanda.blogspot.com/. Diakes pada tanggal 24 Februari 2014.
http://setiawatiiriani.blogspot.com/2012/04/sistem-pendidikan-di-indonesia-dari.html. Diakes
pada tanggal 24 Februari 2014.
http://snopbw.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html. Diakes
pada tanggal 24 Februari 2014.
11