Takabeya PDF
Takabeya PDF
BAB IV
METODA TAKABEYA
4.1 PENDAHULUAN
Salah satu metoda yang sering digunakan dalam perhitungan konstruksi statis
tak tentu, khususnya pada konstruksi portal yang cukup dikenal adalah perhitungan
konstruksi dengan metoda TAKABEYA. Dibandingkan dengan metoda yang lain,
seperti metoda Cross dan metoda Kani, untuk penggunaan metoda ini terutama pada
struktur portal bertingkat banyak merupakan perhitungan yang paling sederhana dan
lebih cepat serta lebih mudah untuk dipelajari dan dimengerti dalam waktu yang
relatif singkat.
Metoda perhitungan dengan cara Takabeya yang disajikan dalam bagian ini
adalah menyangkut materi perhitungan untuk portal dengan titik hubung yang tetap
dan portal dengan titik hubung yang bergerak ( pergoyangan). Mengenai hal tersebut,
teks ini hanya memberikan dasar-dasar pemahaman tentang metoda Takabeya yang
berhubungan dengan portal-portal yang sederhana dengan atau tanpa mengalami
suatu pergoyangan. Diharapkan dari dasar-dasar ini, kita sudah dapat menghitung
besarnya gaya-gaya dalam berupa momen-momen ujung (momen akhir) dari suatu
batang yang menyusun konstruksi portal yang bentuknya sederhana.
a. Deformasi akibat gaya aksial (Tarik dan Tekan) dan gaya geser dalam
diabaikan (= 0 ).
b. Hubungan antara balok-balok dan kolom pada satu titik kumpul adalah kaku
sempurna.
Gambar 4.1
Kemudian keadaan pada gambar 4.1 tersebut, selanjutnya diuraikan menjadi dua
keadaan seperti terlihat pada gambar 4.2 di bawah ini :
Gambar 4.2
Sehingga menghasilkan suatu persamaan :
M ab = m ab + M ab
Persamaan 4.1
M ba = m ba + M ba
Dari prinsip persamaan Slope Deplection secara umum telah diketahui bahwa :
a = a + ab
b = b + ab dan
m ab . L m ba . L
a = - + ab x2
3 EI 6 EI
m ab . L m ba . L
b = - + ab x1
6EI 3 EI
+
m ab . L
2a + 2b + 3ab
2EI
Sehingga :
m ab = 2 EI/L ( 2a + b - 3ab )
m ba = 2 EI/L ( 2b + a - 3ab )
m ab = 2 E Kab ( 2a + b - 3ab )
m ba = 2 E Kab ( 2b + a - 3ab ) Persamaan 4.2
Perjanjian Tanda
Momen ditinjau terhadap ujung batang dinyatakan positif ( + ) apabila
berputar ke kanan dan sebaliknya negatif (- ) apabila berputar ke kiri
Arah momen selalu dimisalkan berputar ke kanan pada tiap-tiap ujung batang
dari masing-masing free body. Apabila ternyata pada keadaan yang sebenarnya
79
Sebagai contoh, penerapan persamaan untuk Takabeya, perhatikan gambar berikut ini
:
Berdasarkan rumus dasar dari Takabeya, maka untuk struktur di atas, diperoleh
persamaan :
M 12 = k 12 (2ml + m2) + M 12
Persamaan 4.6
80
M 1A = k 1A (2m1 + mA) + M 1A
M 1C = k 1C (2ml + mC) + M 1C
M 1E = k 1E (2m1 + mE) + M 1E
M 12
k 12 k 12 . m 2
k k . m M 1A
1A 1A A
k 1C k 1C . m C M 1C
M 1E
k k 1E . m E
2m1 1E + + =0 Pers. 4.8
dimana :
M12 12 = k 12 / 1
k 12
k M1A 1A = k 1A / 1
1A
k 1C M1C 1C = k 1C / 1
M1E 1E = k 1E / 1
k
2 1E = 1 dan = 1 dan
Persamaan 4. 8 di atas dpt ditulis sebagai pers. momen rotasi pada titik kumpul 1
persamaan 4.6 dan persamaan 4.7 menghasilkan :
k 12 . m 2
k . m
1A A
k 1C . m C
k 1E . m E
1.m1 = - 1 +
12 . m 2
. m
m1 = - (1/1) + 1A A Persamaan 4.9
1C . m C
1E . m E
Untuk persamaan momen rotasi pada titik kumpul yang lainnya dapat dicari/
ditentukan seperti pada persamaan 4.9 di atas, dimana indeks/angka pertama diganti
dengan titik kumpul yang akan dicari dan angka kedua diganti dengan titik kumpul
yang berada di seberangnya. Perlu diingat, bahwa pada suatu perletakan jepit tidak
terjadi putaran sudut sehingga besarnya mA = mB = mC = mD = mE = mF = 0
81
Untuk langkah awal pada suatu perhitungan momen rotasi titik kumpul, maka
titik kumpul yang lain yang berseberangan dengan titik kumpul yang dihitung,
dianggap belum terjadi rotasi. Sehingga :
m1 = m1(0) = -(1 / 1)
m2 = m2(0) = -(2 / 2)
12 . m 2 ( 0 )
(0)
1A . m A
m1(1) = -(1/1) + (0)
1C . m C
. m ( 0 )
1E E
12 . m 2 ( 0 )
(0)
1A . m A
m1(1) = m1(0) + (0)
1C . m C
. m ( 0 )
1E E
dan seterusnya dilakukan pada titik 2 sampai hasil yang konvergen (hasil-hasil yang
sama secara berurutan pada masing-masing titik kumpul) yang berarti pada masing-
masing titik kumpul sudah terjadi putaran sudut.
Setelah pemberesan momen-momen parsiil mencapai konvergen, maka untuk
mendapatkan momen akhir (design moment), hasil momen parsiil selanjutnya
disubtitusikan dalam persamaan 2. 6 sebagai persamaan dasar. Sebagai contoh :
pemberesan momen parsiil dicapai pada langkah ke-7 maka pada titik kumpul 1
adalah :
Berikut ini diberikan beberapa contoh/kasus pada suatu konstruksi portal dengan
titik kumpul yang tetap.
Contoh 1 : Hitung momen akhir dan reaksi perletakan dengan metode Takabeya
Penyelesaian:
A.Menghitung Momen-momen Parsiil.
2 = M 21 + M 2 B = 12 + 0 = 12 tm
6. Hitung Momen rotasi Awal (m0)
m10 = - (1 / 1) = - (- 12 / 0,8333 ) = 14,40 tm
m20 = - (2 / 2) = - (12 / 0,8333) = -14,40 tm
Langkah 1
m11 = m10 + (- 12 . m20) = 14,40 + (-0,2 . 14,400) = 11,520
m21 = m20 + (- 21 . m21) = -14,40 + (-0,2 . 11,520) = -16,704
Langkah 2
m12 = m10 + (- 12 . m21) = 14,40 + (-0,2 . -16,704) = 17,741
m22 = m20 + (- 21 . m12) = -14,40 +(- 0,2 . 17,741 ) = -17,948
Langkah 3
m13 = m10 + (- 12 . m22) = 14,40 + (-0,2 . -17,948) = 17,990
m23 = m20 + (- 21 . m13) = -14,40 + (-0,2 . 17,990) = -17,998
Langkah 4
m14 = m10 + (- 12 . m23) = 14,40 + (-0,2 . - 17,998)= 18,000
m24 = m20 + (- 21 . m14) = -14,40 + (-0,2 . - 17,998)= -18,000
Langkah 5
m15 = m10 + (- 12 . m24) = 14,40 + (-0,2 . -18,000) = 18,000
5 0 5
m2 = m2 + (- 21 . m1 ) = -14,40 + (- 0,2 . 18,000 )= - 18,000
Reaksi Perletakan :
85
M1 = 0 ( tinjau batang 1 A )
HA = H 1 = (MA1 + M1A) / 4 = ( 4,500 + 9,00 ) / 4 = 3,375 ton ( arah ==)
A
M2 = 0 ( tinjau batang 2 B )
HB =HB2 = (MB2 + M2B) / 4 = ( 4,500 + 9,00 ) / 4 = 3,375 ton ( arah == )
M2 = 0 ( tinjau batang 1 2 )
V12 . 6 - P . 3 q L2 + M21 M12 = 0
V12 = (P . 3 + q L2 - M21 M12) / 6
V12 = (4 . 3 + . 3 . 62 - 9,000 + 9,000 ) / 6 = 11,000 ton
VA = VA1 = V12 = 11,000 ton
M1 = 0 ( tinjau batang 1 2 )
-V21 . 6 + P . 3 + q L2 + M21 M12 = 0
V21 = ( P . 3 + l/2 q L2 + M21 M12 ) / 6
V21 = ( 4 . 3 + . 3 . 62 + 9,000 - 9,000 ) / 6 = 11,000 ton
VB = VB2 = V21 = 11,000 ton
Catatan : Arah momen pada diagram freebody di atas sudah merupakan arah
yang sebenarnya, sehingga nilai momen yang digunakan dalam perhitungan sudah
merupakan nilai positif (+).
Contoh 2 :
m21 = + m20 = 0
= + (- 21) (m11) (-0,0833) ( 1,9481 ) = -0,1623
= + (- 23) (m30) (-0,0833) ( -2,2727 ) = 0,1893
= + (- 25) (m50) (-0,1667) ( 0 ) = 0
m21 = 0,027
m31 = -1,9517
m51 = + m50 = 0
= + (- 54) (m41) (-0,1250) ( -1,2281 ) = 0,1535
= + (- 52) (m21) (-0,2500) ( 0,0270 ) = -0,0068
= + (- 56) (m60) (-0,1250) ( 1,7857 ) = -0,2232
m51 = -0,0765
-0.2500
-0.2857
-0.2857
6 -0.2143 -0.1250 5 -0.1250 -0.2143 4
m60 = 1.7857 m50 = 0.0000 m40 = -1.7857
m61 = 1.2455 m51 = -0.0765 m41 = -1.2281
m62 = 1.2041 m52 = -0.0090 m42 = -1.1836
m63 = 1.1994 m53 = -0.0013 m43 = -1.1959
m64 = 1.1988 m54 = -0.0003 m44 = -1.1982
m65 = 1.1987 m55 = -0.0001 m45 = -1.1986
m66 = 1.1987 m56 = 0.0000 m46 = -1.1986
m67 = 1.1986 m57 = 0.0000 m47 = -1.1986
m68 = 1.1986 m58 = 0.0000 m48 = -1.1986
-0.1667
-0.1818
-0.1818
-0.1667
-0.1818
-0.1818
A B C
C. Perhitungan Momen Akhir (design moment).
Dari hasil perhitungan pemberesan momen parsiil secara skematis pada
halaman depan, dicapai hasil konvergensi pada langkah ke - 8 , dengan nilai-nilai
sebagai berikut:
89
Titik. B
MB2 = kB2 (2mB(8) + m2(8)) + M B 2 = 1,5 (2 . 0 + 0 ) + 0 = 0 tm
90
Titik. C
MC3 = kC3 (2mC(8) + m3(8)) + M C3 = 1 (2 . 0 + (-2,0548)) + 0 = -2,0548 tm
Gambar diagram freebody moment
Analisa sumbu simetri dari suatu struktur dan pembebanan yang simetris.
Suatu struktur dengan pembebanan yang simetris dapat dianalisa sebagian
dari struktur tersebut berdasarkan sumbu simetrinya. Untuk analisa seperti ini,
tergantung apakah sumbu simetri dari struktur tersebut tepat berada pada tumpuan /
kolom tengah (bentangan genap) atau sumbu simetri berada pada bentangan tengah
(bentangan ganjil).
91
Contoh. 3 :
Titik. 1
M1A = k1A (2m1(7) + mA(7) + M1A = 1 (2 . 0,98354 + 0) + 0 = 1,96708tm
M12 = k12(2m1(7)+ m2(7)+ M12 =1,5(2 .0,98354+(-0,61180)+(-4) = -1,96708 tm
M = 0 tm
Titik. 2
M21 = k21(2m2(7) + m1(7) + M 21 = 1,5 (2 .(0,6118)+ 098354) + 4 = 3,63991 tm
M2B = k2B (2m2(7) + mB(7) + M 2 B = 1 (2 . (-0,6118) + 0) + 0 = -1,22360 tm
M23 = k23 (m2(7) + M 23 = 1,5 (-0,6118) + (-1,5) = -2,41770 tm
M = -0,00139 tm
Catatan:
Harga-harga momen akhir ( design moment ) pada bagian kanan sumbu simetri
hasilnya sama simetris dengan sebelah kiri sumbu simetri ( sama besar tetapi
mempunyai arah yang berlawanan).
Gambar 4.4
96
Dari freebody pada gbr 4.4a dan 4.4b, diperoleh persamaan sebagai berikut :
M 61
Freebody 1-6 M6 = 0 + h1 . H6 = 0 ----- Pers. 4.12
M16
M 52
Freebody 2-5 M5 = 0 M + h1 . H5 = 0 ----- Pers. 4.13
25
M 43
Freebody 3-4 M4 = 0 + h1 . H4 = 0 ----- Pers. 4.14
M 34
M 61 M 52 M 43
+ + + h1 . (W1) = 0 ----- Pers. 4.15
M M M
16 25 34
Bila dimasukkan harga-harga pada persamaan 4.4, maka :
M61 = k16 (2m6 + m1 + m 61 )
M16 = k16 (2m1 + m6 + m16 )
M 61
= 3 k16 { m1 + m6 } + 2 k16. m I -------- Persamaan 4.16a
M
16
M 52
= 3 k25 { m2 + m5 } + 2 k25. m I -------- Persamaan 4.16b
M
25
M 43
= 3 k34 { m3 + m4 } + 2 k34. m I -------- Persamaan 4.16c
M
34
Catatan : m I = m16 = m25 = m34
Dari persamaan 2.16a, 2.16b, 2.16c, maka persamaan 2.15 dapat dituliskan menjadi:
k 16 ( 3k ) {m + m
16 1 6
2 mI k 25 = -h1 (W1) + ( 3k 25 ) {m2 + m5 ---- Pers. 2.17
k
34 ( 3k34 ) {m3 + m4
97
3k 16
Jika : = t16
TI
k 16
3k 25
2 k 25 = TI dan = t25 ------- Pers. 4.18
TI
k
34
3k 34
= t34
TI
+ ( t 16 ) {m1 + m 6 }
h1{W1}
mI = - + ( t 25 ) {m 2 + m 5 } ------- Persamaan 4.19
TI
+ ( t 34 ) {m 3 + m 4 }
Persamaan 4. 19 disebut persamaan momen displacement pada tingkat atas.
Langkah perhitungan untuk momen displacement dilakukan pertama-tama dengan
anggapan bahwa pada titik-titik kumpul belum terjadi perputaran sudut (m4 = m5 =
m6 = 0) sehingga persamaan tersebut ( persamaan 4.19 ) menjadi :
(0) h1{W1}
mI = - -------- Persamaan 4.20
TI
Dengan cara yang sama ( lihat gambar 2.4c ), maka persamaan momen displacement
untuk tingkat bawah akan diperoleh :
k 1A ( 3k1A ) {m1 + m A
2 m II k 2 B = -h2 (W1 +W2)+ ( 3k 2 B ) {m 2 + m B ----- Pers. 4.21
k ( 3k ) {m + m
3C 3C 3 C
Jika :
3k 1A
= t1A
TII
98
k 1A 3k 2 B
2 k 2 B = TII dan = t2B -------- Pers. 4.22
k
3C
TII
3k 3C
TII
= t3C
Penyelesaian:
99
1 = -12,5 3 = 12,5 5 = 0
2 = 0 4 = 6,25 6 = -6,25
B. Momen Displacement.
Tingkat atas TI = 2 (k16 + k25 + k34) = 2 (1+1,5 + 1) = 7
t16 = 3 k16 / TI = 3.1/7 = 0,4286
t25 = 3 k25 / TI = 3.1,5/7 = 0,6429
t34 = 3 k34 / TI = 3.1/7 = 0,4286
0
m II = -(W1 . h1) / TI = -(1,2 . 4) / 7 = -0,6857
0
m II = -{h2 (W1 + W2)} / TII = -{4 (1,2 + 2)} / 7 = -1,8286
100
m31 = -1,54662
m41 = + m40 = -1,78570
1
= + (- 43) ( m 3 + m I 0 ) (-0,2857) {(-1,54662) +(-0,6857)} = 0,63777
0
= + (- 45) ( m 5 ) (-0,2143) (0) = 0
m41 = -1,14792
m51 = + m50 = 0
1
= + (- 54) ( m 4 ) (-0,1250) (-1,14792) = -0,14349
1
= + (- 52) ( m 2 + m I 0 ) (-0,2500) {(0,40810) + (-0,6857)} = 0,06940
0
= + (- 56) ( m 6 ) (-0,1250) (1,7857) = -0,22321
m51 = -0,01032
1 0
m 6 =+m 6 = 1,78570
1
= + (- 65) ( m )5 (-0,2143) (-0,01032) = 0,00221
1 0
= + (- 61) ( m + m I )
1 (-0,2857) {(2,40516) + (-0,6857)} = -0,49125
m61 = 1,29666
Untuk pemberesan momen displacement langkah 1, sebaiknya digunakan
nilai-nilai dari hasil pemberesan momen parsiil langkah 1. Seperti yang dilakukan
sebagai berikut :
1 0
mI = + mI = -0,68570
1 1
+(-t16) ( m1 + m 6 ) = (-0,4286)(2,40516 +1,29666) = -1,58660
1
+(-t25) ( m 21 + m 5 ) = (-0,6429)(0,40810 - 0,01032) = -0,25573
1
+(-t34) ( m 3 + m 41 ) = (-0,4286) -1,54662 - 1,14792) = 1,15488
= -1,37315
1 0
m II = + m II = -0,82860
+ (-t1A) ( m11 ) = (-0,4286) (2,40516) = -1,03085
+ (-t2B) ( m 21 ) = (-0,6429) (0,40810) = -0,26237
1
+ (-t3C) ( m ) = (-0,4286) (-1,54662)
3 = 0,66288
= -2,45894
Catatan :
Sebenarnya, pemberesan rotasi momen parsiil dan rotasi momen displacemen
tingkat, tidak perlu dilakukan sampai hasil yang betul-betul konvergen, akan tetapi
apabila sudah mendekati tingkat konvergensi, maka rotasi momen sudah dapat
dihentikan. Adapun mengenai tidak tercapainya keseimbangan momen pada suatu
titik kumpul, kita akan lakukan koreksi momen dan mendistribusikannya ke batang-
batang bersangkutan.
102
Perhitungan secara skematis dilakukan sesuai dengan rumusan yang telah dijelaskan/
diuraikan sebelumnya, seperti berikut ini:
-0.2857
-0.2500
-0.2857
mI
0
= -0.68570 6 -0.2143
m60 = 1.78570-0.1250 5 -0.1250m50 = 0.00000
-0.214 4 m40 =-1.78570
1
mI = -1.37315 m61 = 1.29666 m51 =-0.01032 m41 =-1.14792
2
mI = -1.84463 m62 = 1.37711 m52 = 0.16704 m42 = -0.97924
3 3
mI = -2.09335 m6 = 1.46663 m53 = 0.24751 m43 = -0.90842
4 4
mI = -2.21999 m6 = 1.51782 m54 = 0.28398 m44 = -0.86901
5
mI = -2.28394 m65 = 1.54446 m55 = 0.30162 m45 = -0.84774
6 6
mI = -2.31610 m6 = 1.55802 m56 = 0.31036 m46 = -0.83674
7
mI = -2.33225 m67 = 1.56488 m57 = 0.31472 m47 = -0.83115
-0.6429
-0.4286
-0.4286
8 8
mI = -2.34034 m6 = 1.56832 m58 = 0.31689 m48 = -0.82834
9
mI = -2.34439 m69 = 1.57005 m59 = 0.31799 m49 = -0.82692
10 10
mI = -2.34642 m6 = 1.57092 m510 = 0.31853 m410 = -0.82621
11 11
mI = -2.34744 m6 = 1.57136 m511 = 0.31880 m411 = -0.82586
12
mI = -2.34795 m612 = 1.57157 m512 = 0.31894 m412 = -0.82568
13 13
mI = -2.34821 m6 = 1.57168 m513 = 0.31901 m413 = -0.82559
14
mI = -2.34833 m614 = 1.57174 m514 = 0.31904 m414 = -0.82555
15 15
mI = -2.34840 m6 = 1.57176 m515 = 0.31906 m415 = -0.82553
-0.1818
16
-0.1667
16
= -2.34843 m6 = 1.57178 m516 = 0.31907 m416 = -0.82551
-0.1818
mI
17
mI = -2.34845 m617 = 1.57179 m517 = 0.31907 m417 = -0.82551
18 18
mI = -2.34845 m6 = 1.57179 m518 = 0.31908 m418 = -0.82551
19
mI = -2.34846 m619 = 1.57179 m519 = 0.31908 m419 = -0.82550
-0.1818
20
-0.1818
20
= -2.34846 m6 = 1.57179 m520 = 0.31908 m420 = -0.82550
-0.1667
mI
1 -0.1364 -0.0833 2 -0.0833 -0.136 3
0
m II = -1.82860 m10 = 2.27270 m20 = 0.00000 m30 = -2.27270
1
m II = -2.45894 m11 = 2.40516 m21 = 0.40810 m31 = -1.54662
2
m II = -2.70961 m12 = 2.67797 m22 = 0.54629 m32 = -1.44185
3
m II = -2.83788 m13 = 2.77579 m23 = 0.62023 m33 = -1.35131
4
m II = -2.90224 m14 = 2.81797 m24 = 0.65860 m34 = -1.30089
5
m II = -2.93432 m15 = 2.83815 m25 = 0.67848 m35 = -1.27604
6
m II = -2.95033 m16 = 2.84805 m26 = 0.68865 m36 = -1.26383
-0.6429
-0.4286
-0.4286
7
m II = -2.95834 m17 = 2.85296 m27 = 0.69380 m37 = -1.25778
8
m II = -2.96235 m18 = 2.85540 m28 = 0.69640 m38 = -1.25476
9
m II = -2.96435 m19 = 2.85662 m29 = 0.67770 m39 = -1.25325
10
m II = -2.96536 m110 = 2.85723 m210 = 0.69835 m310 = -1.25249
11
m II = -2.96586 m111 = 2.85753 m211 = 0.69867 m311 = -1.25211
12
m II = -2.96611 m112 = 2.85769 m212 = 0.69884 m312 = -1.25192
13
m II = -2.96624 m113 = 2.85776 m213 = 0.69892 m313 = -1.25183
14
m II = -2.96630 m114 = 2.85780 m214 = 0.69896 m314 = -1.25178
15
m II = -2.99634 m115 = 2.85782 m215 = 0.69898 m315 = -1.25176
16
m II = -2.96635 m116 = 2.85783 m216 = 0.69899 m316 = -1.25174
17
m II = -2.96636 m117 = 2.85784 m217 = 0.69900 m317 = -1.25174
18
m II = -2.96636 m118 = 2.85784 m218 = 0.69900 m318 = -1.25173
A B C
103
19
m II = -2.96637 m119 = 2.85784 m219 = 0.69900 m319 = -1.25173
20
m II = -2.96637 m120 = 2.85784 m220 = 0.69900 m320 = -1.25173
104
Titik. 5
M52 = k52(2m5(20) + m2(20) + m I ( 20 ) )+ M 52
= 1,5{2.0,31908+0,699+(-2,34846)}+ 0 = -1,51695 tm
M54 = k54 (2m5(20)+m4(20) + M 54
= 0,75 {2 .0,31908)+(-0,8255)}+(-6,25) = -6,39051 tm
M56 = k56 (2m5(20)+m6(20) + M 56
= 0,75 {2 .0,31908)+1,57179) + 6,25 = 7,90746 tm
M = 0,00000 tm
Titik. 6
M61 = k61(2m6(20) + m1(20) + m I ( 20 ) )+ M 61
= 1{2.1,57179+2,85784+(-2,34846)}+ 0 = 3,65296 tm
M65 = k65 (2m6(20)+m5(20) + M 65
= 0,75 {2 .1,57179 +0,31908)+(-6,25) = -3,65300 tm
M = -0,00004 tm
Dengan M yang relatif kecil sekali, maka pada dasarnya momen-momen ujung
tersebut di atas tidak perlu dikoreksi ======= M 0
Titik. A
MA1 = kA1 (2mA(20) + m1(20) + m II ( 20 ) + M A1 = 1{2.0 + 2,85784+(-2,96637)}+0 = -0,10853 tm
Titik. B
MB2 = kB2 (2mB(20) + m2(20) + m II ( 20 ) + M B 2 = 1,5 (2.0 + 0,699 +(-2,96637)}+0 = -3,40106 tm
Titik. C
MC3 = kC3 (2mC(20) +m3(20) + m II ( 20 ) + M C 3 =1{2.0 +(-1,25173)+(-2,96637)}+0 = -4,21810 tm
Kontrol H = 0
M1A M 2B M 3C
-1/h2 + M + M - (W1 + W2) =0
M A1 B2 C3
2,74931 2,35256 5,46983
-1/4
0, +
10853 3,40106 + 4,21810 - (1,2 + 2) =0
-0,25 { 2,64078 + (-5,75362 + (-9,68793)} - (3,2) =0
0,00019 0 Ok
Konstruksi dengan sokongan sendi.
Untuk konstruksi dengan sokongan sendi pada salah satu titik perletakannya, maka
batang-batang yang berkumpul atau bertemu pada salah satu titik kumpul yang
berhubungan dengan perletakan sendi tersebut, maka nilai p digunakan adalah
dimana :
= - 1/2 k batang yang ujungnya sendi.
Dan batang yang ujungnya sendi = k batang yang ujungnya sendi /
Disamping itu, untuk batang yang ujungnya berupa sendi, dimana ada momen
primer, maka pada perletakan sendi tersebut dianggap sebagai perletakan jepit dan
momen-momen primernya disebut M'
Sebagai contoh:
M '1A = M1A - M A1
Contoh. 5
diketahui :
W1 = W2 = 1,2 t
h1 = h2 = 4 m
L =5m
Penyelesaian:
A. Menghitung momen-momen parsiil.
1. Angka kekakuan batang
( diketahui )
2. Nilai , , M primer,
dan momen rotasi awal (m0)
1 = 2(k1A + k12 + k14) = 5,5
2 = 2(k21+k2B+k23) = 5,5 2 = 2 k2B = 5,5 .1 = 5
3 = 2(k23 + k34) = 3,5
4 = 2(k43 + k41) = 3,5
B. Momen Displacement.
Adapun mengenai tidak tercapainya keseimbangan momen pada suatu titik kumpul,
kita akan lakukan koreksi momen dan mendistribusikannya ke batang-batang
bersangkutan sebanding dengan kekakuannya.
0 -0.2857
= -1.2000 m40 = 1.7857 m30
-0.2857
mI = -1.7857
mI
1
= -2.2747 4 -0.2143 m41 = 1.4816 -0.214 3 m31 = -1.2542
2
mI = -3.2391 m42 = 1.5360 m32 = -0.9602
3
mI = -3.8709 m43 = 1.6798 m33 = -0.7491
4
mI = -4.2381 m44 = 1.7921 m34 = -0.6306
5
mI = -4.4417 m45 = 1.8619 m35 = -0.5678
6
mI = -4.5522 m46 = 1.9017 m36 = -0.5346
7
mI = -4.6116 m47 = 1.9237 m37 = -0.5170
8
mI = -4.6434 m48 = 1.9356 m38 = -0.5077
9
m49 m39
-0.75
-0.75
10
mI = -4.6692 m410 = 1.9454 m310 = -0.5002
11
mI = -4.6740 m411 = 1.9472 m311 = -0.4988
12
mI = -4.6765 m412 = 1.9482 m312 = -0.4981
13
mI = -4.6779 m413 = 1.9487 m313 = -0.4977
14
mI = -4.6786 m414 = 1.9490 m314 = -0.4975
15
mI = -4.6790 m415 = 1.9491 m315 = -0.4973
16
mI = -4.6792 m416 = 1.9492 m316 = -0.4973
17
mI = -4.6793 m417 = 1.9492 m317 = -0.4973
-0.1818
-0.2
18
mI = -4.6793 m418 = 1.9493 m318 = -0.4972
19
mI = -4.6794 m419 = 1.9493 m319 = -0.4972
20
mI = -4.6794 m420 = 1.9493 m320 = -0.4972
-0.1818
21
mI = -4.6794 m421 = 1.9493 m321 = -0.4972
-0.1
1 -0.1364 -0.15 2
0
m II = -3.8400 m10 = 2.2727 m20 = -2.5000
1
m II = -6.4866 m11 = 3.2053 m21 = -1.9997
2
m II = -7.4472 m12 = 3.8689 m22 = -1.7259
3
m II = -7.9213 m13 = 4.1716 m23 = -1.5412
4
m II = -8.1664 m14 = 4.3213 m24 = -1.4321
5
m II = -8.2953 m15 = 4.3973 m25 = -1.3692
6
m II = -8.3634 m16 = 4.4366 m26 = -1.3341
-1.2
-0.6
7
m II = -8.3995 m17 = 4.4570 m27 = -1.3148
8
m II = -8.4186 m18 = 4.4677 m28 = -1.3045
9
m II = -8.4287 m19 = 4.4734 m29 = -1.2989
10
m II = -8.4341 m110 = 4.4764 m210 = -1.2960
11
m II = -8.4369 m111 = 4.4780 m211 = -1.2944
12
m II = -8.4384 m112 = 4.4788 m212 = -1.2936
A B
111
13
m II = -8.4392 m113 = 4.4793 m213 = -1.2931
14
m II = -8.4397 m114 = 4.4795 m214 = -1.2929
15
m II = -8.4399 m115 = 4.4796 m215 = -1.2928
16
m II = -8.4400 m116 = 4.4797 m216 = -1.2927
17
m II = -8.4401 m117 = 4.4797 m217 = -1.2927
18
m II = -8.4401 m118 = 4.4797 m218 = -1.2926
19
m II = -8.4401 m119 = 4.4798 m219 = -1.2926
20
m II = -8.4401 m120 = 4.4798 m220 = -1.2926
21
m II = -8.4401 m121 = 4.4798 m221 = -1.2926
112
Kontrol H = 0
M1A M
-1/h2 M + 2 B - (-W1 + W2) = 0
A1 M B2
0,5195 6,1590
-1/4 3,9604 + 0 - (1,2 + 1,2) = 0
4.4 RANGKUMAN
Dari pembahasan rumusan - rumusan dasar berikut contoh - contoh soal dan
penyelesaiannya, baik untuk konstruksi portal dengan titik hubung yang tetap
maupun konstruksi portal dengan titik hubung yang bergerak (pergoyangan), dapat
diambil suatu kesimpulan mengenai langkah-langkah perhitungan penyelesaian suatu
portal sebagai berikut:
114
4. Menghitung momen-
momen primer ( M ) masing - masing batang.
5. Menghitung jumlah
momen primer () pada masing - masing titik hubung.
6. Menghitung momen
0
rotasi awal (m ) pada masing - masing titik hubung.
Soal-soal berikut ini (lihat gambar), dapat anda kerjakan di rumah sebagai
latihan. Besarnya nilai dari ukuran yang ada, beban terpusat P dan W maupun beban
terbagi rata q dapat ditentukan sendiri.
116
DAFTAR PUSTAKA
Heinz Frick, Ir, Mekanika Teknik 2 (Statika dan Kegunaannya), Jilid II, Yogyakarta,
Kanisius, 1979.
Soetomo. HM, Ir, Perhitungan Portal Bertingkat Dengan Cara Takabeya. Jilid I.
Jakarta, Soetomo HM, 1981
_______, Perhitungan Portal Bertingkat Dengan Cara Takabeya. Jilid II. Jakarta,
Soetomo HM, 1981