Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK 3

Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Jiwa

Disusun Oleh:

1. Haryo Yudanto
2. Nur Ana May Khomah
3. Setyo Herlina

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2016/2017
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan berkah, rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan tugas kelompok dengan judul makalah Gangguan Proses Pikir : Waham.

Selama proses pembuatan makalah kelompok, penulis banyak mendapatkan dukungan


dari berbagai pihak, sehingga laporan tugas ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dengan berpedoman pada kesempurnaan dan kesuksesan hasil yang diharapkan,


penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.

Harapan penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Kediri, 27 Mei 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................ii

Daftar Isi....................................................................................................................iii

Bab 1 Pendahuluan

a. Latar Belakang.................................................................................................1
b. Tujuan..............................................................................................................2
c. Manfaat............................................................................................................2

Bab 2 PEMBAHASAN

a. Definisi............................................................................................................4
b. Rentang Respon...............................................................................................4
c. Etiologi............................................................................................................4
d. Tanda dan Gejala.............................................................................................5
e. Terapi...............................................................................................................8
f. Diaknosa Keperawatan..................................................................................14
g. Aksis..............................................................................................................14
h. Rencana Keperawatan...................................................................................15
i. Tindakan Keperawatan..................................................................................16
j. Evaluasi Keperawatan...................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................23

3
BAB 1
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Waham adalah suatu keyakinan tentang isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya,
keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah. Waham
dinamakan menurut isinya, salah satunya adalah waham agama. Waham agama yaitu
berkeyakin bahwa agamanya yang paling benar yang sesuai dengan petunjuk Tuhan
(Allah), sehingga penganut waham ini ingin mengajak dan menerapkan semua aturan
agamanya dalam segala kehidupan. Waham muncul dari hasil pengembangan pikiran
rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka
yang terluka.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2015 ada sekitar 250
juta jiwa orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Data yang diperoleh dari
Rumah Sakit Jiwa Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang Kabupaten Malang tahun 2015,
pasien gangguan berjumlah 15.720 orang, dari jumlah tersebut penderita skizofrenia
adalah sebanyak 12.021 orang (76,46%). Pasien gangguan jiwa yang di rawat inap
berjumlah 1.949 orang, sedangkan untuk pasien rawat inap yang mengalami skizofrenia
paranoid sebanyak 1.758 orang (90,20%). Pasien rawat inap yang mengalami gangguan
jiwa skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan, sikap
eksentrik, ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini
merupakan tanda dari skizofrenia dengan prilaku waham sesuai dengan jenis waham yang
diyakininya
Waham terjadi karena terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara kenyataan dengan harapan serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Klien
mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa yang ia katakan adalah
kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi
kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya. Adanya
beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa
didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai
suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan

1
kontrol diri dan tidak berfungsinya norma super ego yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong. Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan
kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Apabila tidak segera mendapatkan perawatan, dapat mengalami
kerusakan komunikasi yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas,
kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang.
Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.

II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang asuhan
keperawatan kepada klien dengan gangguan proses pikir : Waham
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Waham
2. Untuk mengetahui rentang respon dari Waham
3. Untuk mengetahui penyebab Waham
4. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala pada klien yang mengalami Waham
5. Untuk mengetahui terapi pada klien yang mengalami Waham
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien yang mengalami Waham

III. Manfaat
a. Manfaat teoritis
Hasil penulisan tugas ini menambah wawasan terutama tentang penerapan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan proses pikir : Waham
b. Manfaat praktis
1. Bagi mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang asuhan keperawatan
pada klien dengan masalah Waham
2. Bagi perawat
Menambah informasi tentang asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
Waham
3. Bagi instansi pendidikan
Meningkatkan informasi tentang asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
Waham
4. Rumah sakit
Meningkatkan kualitas pelayanan Rumah Sakit terhadap pasien dengan gangguan
proses pikir khususnya dengan masalah Waham
5. Pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengenali gangguan proses pikir : waham, tanda dan
gejalanya dan dapat menerapkan teknik yang sudah diajarkan

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui
proses iteraksi atau informasi secara akurat (Yosep, 2009).

3
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006: 147)
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan control (Depkes RI, 2000)

B. Rentang respon

Respon adaptif Respon maladaptif

1. Berpikir logis 1. Pikirkan sesekali 1. Gangguan


2. Persepsi akurat terdistorsi pemikiran/ waham
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 2. Halusinasi
4. Pengalaman 3. Reaksi emosional 3. Kesulitan
5. Perilaku sesuai berlebih atau tidak pengolahan emosi
6. Berhubungan sosial
bereaksi 4. Perilaku kacau
4. Perilaku aneh atau 5. Isolasi sosial
C. Etiologi penarikan tidak biasa
1. Faktor Predisposisi
Menurut Direja (2011), faktor predisposisi dari gangguan isi pikir, yaitu:
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal seseorang.
Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan gangguan
persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual
dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel di otak,
atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
e. Faktor genetik
2. Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir: waham, yaitu :
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia

4
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang menyenangkan.

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan dirinya
sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien
menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien
menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan
isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang
berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan,
ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada
orang lain, gelisah.
Menurut Kaplan dan shadok( 1997):
1. Status Mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat
normal,kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan
identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya
kualitas depresi ringan
f. Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap.,
kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
2. Sensorium dan kognisi
a. Pada waham,tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang
memiliki wham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif klien dengan intak (utuh)
c. Klien waham hampir seluruh memiliki insight (daya tilik diri) yang jelek.
d. Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien
adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang
direncanakan.

Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut Keliat (2009):

5
1. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, saya ini pejabat departemen kesehatan lho! atau,
saya punya tambang emas.Contoh : Saya ini titisan Bung Karno, punya
banyak perusahaan, punya rumah di berbagai negara dan bisa
menyembuhkan berbagai macam penyakit.
2. Waham curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan/menceerai dirinya dan diucapkan berulang kali,
tetapitidak sesuai kenyataan. Contoh, saya tahu seluruh saudara saya
ingin menghancurka hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan
saya. Contoh lain, Banyak Polisi mengintai saya, tetangga saya ingin
menghancurkan hidup saya, suster akan meracuni makanan saya .
3. Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh, kalau saya mau masuk surga, saya harus
menggunakan pakaian putih setip hari.
4. Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Contoh, saya sakit kanker. (Kenyataannya
pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi
pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker.). Contoh : Sumsum
Tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh saya banyak
kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya menghilang.
5. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada
didunia/meniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
keadaan nyata. Misalnya, Ini kanalam kubur ya, semua yang ada disini
adalah roh-roh.. Contoh: Saya sudah menghilang dari dunia ini ,semua
yang ada di sini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia

Tanda dan gejala lain (Azis R dkk, 2003) :


1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.
2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain.
3. Curiga.
4. Bermusuhan.
5. Merusak (diri, orang lain, lingkungan).

6
6. Takut, sangat waspada.
7. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas.
8. Ekspresi wajah tegang.
9. Mudah tersinggung.

Adapun tanda dan gejala yang lainnya meliputi :


1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berpikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial)
2. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi
3. Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respon emosional, afek datar, afek tidak sesuai,
reaksi berlebihan, ambivalen
4. Fungsi motorik
Imfulsif, gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotopik gerakan
yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas,
katatonia.
5. Fungsi sosial : kesepian
Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah.
Dalam tatanan keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering muncul
adalah gangguan isi pikir : waham dan gangguan persepsi sensori :
halusinasi.
E. Terapi
1. Psikofarmalogi
a. Litium Karbonat
1) Farmakologi
Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk
mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Sejak
disahkan oleh Food and Drug Administration (FDA). Pada 1970 untuk
mengatasi mania akut litium masih efektif dalam menstabilkan mood
pasien dengan gangguan bipolar. Meski demikian, efek samping yang
dilaporkan pada gangguan litium cukup serius. Efek yang ditimbulkan
hampir serupa dengan efek mengkonsumsi banyak garam, yakni tekanan
darah tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh karena itu, selama
penggunaan obat ini harus dilakukan tes darah secara teratur untuk
menentukan kadar litium.
2) Indikasi
Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam
jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk

7
mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar
dengan riwayat mania.
3) Dosis
Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4 kali
sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari interval
12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan individual,
yakni berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk menukar
bentuk tablet dari immediate release maka diusahakan agar dosis total
harian keduanya tetap sama.
Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah 0,6-
1,2 mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg-
1200mg per hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan,
pasien yang supersensitive biasanya memperlihatkan tanda toksik pada
kadar serum dibawah 10mEq/L
4) Efek Samping
Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar litium dalam
serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi. Misalnya
tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek ini
mungkin saja menetap selama pengobatan.
5) Contoh obat
Berbentuk tablet ataupun kapsul immediate release dan tablet controlled
release.
6) Mekanisme kerja
Menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas dari
reseptor dopamine.
b. Haloperidol
1) Farmakologi
Haloperidol merupakan obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari
turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui.
2) Indikasi
Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada
anak-anak yang sering membangkang an eksplosif. Haloperidol juga
efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga
melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku
seperti: impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang
labil dan tidak tahan frustasi.
3) Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari

8
Untuk mencapai diperlukan dosis control yang cepat, kadang-kadang
diperlukan dosis yang lebih tinggi. Pasien usia lanjut atau labil :1/2-2 mg,
2 atau 3 kali sehari. Pasien yang tetap menunjukkan gejala yang berat atau
adekuat perlu disesuaikan dosisnya. Dosis harian sampai 100mg mungkin
diperlukan pada kasus-kasus tertentu untuk mencapai respon optimal.
Jarang sekali haloperidol diberikan dengan dosis diatas 100mg untuk
pasien berat yang resisten.
Sedangkan pada pasien anak-anak dosis yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Haloperidol tidak boleh diberikan pada anak-anak usia kurang dari 3tahun.
Pada anak-anak dengan usia 3-12 tahun (berat badan 15-40kg). obat mulai
diberikan dengan dosis terkecil (0,5mg sehari). Jika perlu dosis dapat
ditingkatkan sebesar 5-7 hari sampai tercapai efek terapi yang diinginkan.
Dosis total dapat dibagi yaitu 2 atau 3 kali sehari. Kelainan psikotik : 0,05-
0,15mg/kg/hari.
4) Efek samping
Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal,
diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan
temperature tubuh, agitasi, pusing. Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk,
bingung, vertigo, kejang.
Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya takikardi,
hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T abnormal dengan
perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia. Sedangkan pada
hematologik: Timbul leukopenia dan leukositosis ringan. Pada hati dapat
menimbulkan gangguan fungsi hati
Pada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular dan akneiform,
dermatitis kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada endokrin dan metabolic
antara lain laktasi, pembesaran payudara, martalgia, gangguan haid,
amenore, gangguan seksual, nyeri payudara, hiponatremia. Pada saluran
cerna : Anoreksia, konstipasi, diare dan mual muntah. Mata : Penglihatan
kabur. Pernapasan : Spasme laring dan bronkus. Saluran genitourinaria :
Retensi urin.
5) Kontraindikasi
Hipersensitifitas terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi,
penyakit Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit
jantung atau penyakit hati berat, koma.
6) Mekanisme kerja

9
Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik
otak. Menekan pelepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan
Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolism
basal. Temperature tubuh, tonus vasomotor dan emesis.
c. Karbamazepin
1) Farmakologi
Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor, serta
neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak berhubungan
dengan obat antikonvulsan lain maupun obat-obat lain yang digunakan
untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal.
2) Indikasi
Karbamazepin diindikasikan sebagai obat antikonvulsan yaitu jenis :
a) Kejang parsial dengan symptom atologi komplek (psikomotor, lobus
temporalis) pasien dengan jenis kejang ini menunjukkan perbaikan
yang lebih besar dibandingkan jenis yang lain.
b) Pola kejang campuran termasuk jenis diatas dan kejang parsial maupun
kejang umum yang lain. Kejang jenis petitmal tampaknya tidak efektif
diobati dengan karbamazepin.
c) Neuralgia trigeminal
Karbamazepin diindikasikan untuk pengobatan nyeri akibat neuralgia
trigeminal murni. Obat ini bukan merupakan analgesic dan tidak boleh
diberikan untuk mengobati sakit/nyeri.
3) Dosis
a) Dewasa dan anak-anak : diatas 12 tahun
Dosis awal : 200 mg 2x sehari untuk tablet / 1 sendok teh 4x1 hari
suspense (400 mg sehari). Umumnya dosisnya tidak melebihi 1000 mg
sehari pada anak usia 12-15 tahun dan 1200 mg sehari pada diatas 15
tahun.
b) Anak usia 6-12 tahun
Dosis awal : 100 mg 2 kali sehari, untuk tablet atau sendok teh 4x1
hari. Untuk suspense (200 mg sehari), umumnya dosis tidak melebihi
1000 mg sehari.
c) Neuorologi trigeminal
Dosis awal pada hari pertama diberikan 100 mg 2x1 hari untuk tablet
atau sendok teh 4x1 hari untuk suspense dengan dosis total 200 mg x
1 hari. Dosis ini dapat ditingkatkan sampai 200 mg sehari dengan
peningkatan sebesar 100 mg tiap 12 jam untuk tablet /50mg (setengah
sendok teh) 4x1 hari untuk suspense, hanya jika diperlukan untuk obat
nyeri. Jangan melebihi dosis 1200 mg x 1 hari.

10
4) Efek samping
Efek samping paling berat terjadi pada system liemopoetik, kulit dan
kardivaskular. Efek samping yang paling sering timbul yang terutama
terjadi pada awal terapi adalah pusing, ngantuk, mual, dan muntah.
Contoh obat: Tegritol (ciba), Temporal (orion), Karbamazepin (generic).
5) Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau
komponen sediaan, depresi sumsum tulang belakang.
6) Mekanisme kerja
Selain sebagai antikonvulsan, karbamazepin mempunyai efek sebagai
antikolinergik, antineuralgik, antideuritik, pelemas otot, antimanik,
antidepresif dan antiariunia. Menekan aktifitas senralis nucleus pada
thalamus/menurunkan jumlah stimulasi temporal yang menyebabkan
neural discharge dengan cara membatasi influks ion natrium yang
menembus membran sel atau mekanisme lain yang belum diketahui,
menstimulasi pelepasan ADH untuk mereabsorbsi air, secara kimiawi
terkait dengan antidepresan trisiklik.

2. Pasien Hiperaktif atau Agitasi Anti Psikotik Low Potensial


Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk
pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik untuk
pasien waham. Dimana pedoman penggunaan antipsikotik adalah:
1) Tentukan target symptom
2) Antipsikosis yang telah berhasil masa lalu sebaiknya tetap digunakan
3) Penggantian antipsikosis baru dilakukan setelah penggunaan antipsikosis yang
lama 4-6 minggu
4) Hindari polifarmasi
5) Dosis maintenans adalah dosis efektif terendah.

Contoh obat antipsikotik adalah:

a. Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone).


Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg,
100mg.
Keuntungan : angka keberhasilan tinggi, ekstra pyramidal symptom minimal.
Kerugian : harganya mahal
b. Tipikal (chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mg
Keuntungan : harganya relatif lebih murah, efektif untuk mmenghilangkan
gejala positif.
Kerugian : angka keberhasilan rendah, efek samping pyramidal (gejala mirip
Parkinson, distonia akut, akathisia, tardive dyskinesia, (pada 24% pasien),

11
neuroleptic malignant syndrome, dan hyperprolactinaemia) kurang efektif
untuk menghilangkan gejala negatif.

3. Penarikan Diri High Potensial


Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan
dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan
pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham
adalah penarikan diri high potensial. Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan
pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan
dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan
berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.

4. ECT Tipe Katatonik


Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik
melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan
perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental
tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang
parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan katatonik episode.

5. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi
juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika
gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi
dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok,
terapi keluarga, terapi supportif.

F. Diagnosa Keperawatan.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gangguan isi pikir:
waham (Fitria, 2009), adalah:
1. Gangguan proses pikir: waham
2. Risiko perilaku kekerasan
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah kronik
G. Aksis
1. Penentuannya mengikuti diagnosa multiaksila yang terdiri dari 5 aksis
a. Aksis 1 : Gangguan Klinis
b. Aksis 2 : Gangguan Kepribadian
c. Aksis 3 : Kondisi Medik Umum
d. Aksis 4 : Masalah Psikososial dan Lingkungan
e. Aksis 5 : Penilaian peran dan fungsi 1 tahun terakhir
2. Tujuan dari diagnosa multiaksila

12
Mencakup informasi yang komperhensif (gangguan jiwa, kondisi medik umum,
masalah psikososial, dan lingkungan, taraf fungsi secara global), sehingga dapat
membantu dalam penyembuhan

H. Rencana keperawatan
1. Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
2. Rencana
a. Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien.
b. Bantu orientasi realita
1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
4) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
5) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realitas.
c. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien
e. Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
f. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
g. Berdiskusi tentang obat yang diminum
h. Melatih minum obat yang benar

I. Tindakan Keperawatan

13
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan
yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan
pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi

ORIENTASI:

Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang
melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti, saya yang akan merawat abang hari ini. Nama
abang siapa, senangnya dipanggil apa?

Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?

Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?

KERJA:

Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus bang?

Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang

bang B rasakan?

O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri abang sendiri?

Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?

Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?

Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?

O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri

Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang

Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan
kalau di rumah terus ya

TERMINASI

14
Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?

Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus

Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?

Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?

Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana kita
bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?

15
SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekannya
ORIENTASI
Assalamualaikum bang B, bagaimana perasaannya saat ini?
Bagus!

Apakah bang B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau


kegemaran abang?

Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?

Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bang B


tersebut?

Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana


kalau 20 menit tentang hal tersebut?

KERJA
Apa saja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?

Wah.., rupanya bang B pandai main volley ya, tidak semua orang
bisa bermain volley seperti itu lho B(atau yang lain sesuai yang
diucapkan pasien).

Bisa bang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar


main volley, siapa yang dulu mengajarkannya kepada bang B,
dimana?

Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley


yang baik itu?

Wah..baik sekali permainannya

Coba kita buat jadual untuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali
sehari/seminggu bang B mau bermain volley?

Apa yang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley ini?

Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain bermain
volley?

TERMINASI
Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang
hobi dan kemampuan abang?

Setelah ini coba bang B lakukan latihan volley sesuai dengan


jadual yang telah kita buat ya?

Besok kita ketemu lagi ya bang?

16
SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

ORIENTASI
Assalamualaikum bang B.

Bagaimana bang sudah dicoba latihan volleynya? Bagus sekali

Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau
sekarang kita membicarakan tentang obat yang bang B minum?

Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?

Berapa lama bang B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?

KERJA
Bang B berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat
diminum?

Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya
juga tenang

Obatnya ada tiga macam bang, yang warnanya oranye namanya


CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya
agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar
pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi,
jam 1 siang, dan jam 7 malam.

Bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering, untuk
membantu mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-
isap es batu.

Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di
kotak obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau
butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga
apakah nama obatnya sudah benar

Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar


harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi
sebaiknya bang B tidak menghentikan sendiri obat yang harus
diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.

TERMINASI
Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap

tentang obat yang bang B minum?. Apa saja nama obatnya? Jam
berapa minum obat?

Mari kita masukkan pada jadual kegiatan abang. Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada
17 suster
J. Evaluasi Keperawatan

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA


DENGAN MASALAH WAHAM

Nama pasien : ..................

Nama ruangan : ..................

Nama perawat : ..................

Petunjuk pengisian:

1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah
ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian

Tanggal

No Kemampuan

A Pasien

1 Berkomunikasi sesuai dengan


kenyataan

2 Menyebutkan cara memenuhi


kebutuhan yang tidak
terpenuhi

3 Mempraktekkan cara
memenuhi kebutuhan yang
tidak terpenuhi

4 Menyebutkan kemampuan
positif yang dimiliki

5 Mempraktekkan kemampuan
positif yang dimiliki

18
6 Menyebutkan jenis, jadual, dan
waktu minum obat

7 Melakukan jadwal aktivitas


dan minum obat sehari-hari

B Keluarga

1 Menyebutkan pengertian
waham dan proses terjadinya
waham

2 Menyebutkan cara merawat


pasien dengan waham

3 Mempraktekkan cara merawat


pasien dengan waham

4 Membuat jadual aktivitas dan


minum obat klien di rumah
(discharge planning)

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Jiwa: Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika
Kaplan & Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku
Keliat, B. A. (2009). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : ECG.
Stuart G.W. and Sundeen (1995). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5

19
th ed). St. Louis Mosby Year Book.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Jakarta: Refika Aditama

20

Anda mungkin juga menyukai