Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HEMORROID

Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem GIT


(Gastrointestinal)

Disusun Oleh:
1. Teguh Prasetyo Utomo
2. Setyo Herlina

PROGRAM STUDIS S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2016/2017
PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan pasien dengan haemoroid telah disetujui oleh pembimbing


prodi S1 keperawatan Stikes Karya Husada Pare-Kediri pada:
Hari/ tanggal :5 Januari 2017

Pembimbing

Dina Zakiyyatul Fuadah.,S.Kep.Ns.,M.Kep


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hemoroid atau wasir/ambeien merupakan penyakit daerah anus (ujung
bawah saluran buang air besar) yang sering terjadi, baik pada pria maupun wanita.
Wasir atau dalam istilah medisnya disebut hemoroid merupakan kumpulan dari
pelebaran satu segmen atau lebih pembuluh balik di daerah dubur (anorektal).
Meskipun kadang tidak disertai pendarahan, namun keluhan utama penyakit ini
adalah perdarahan.
Umumnya perdarahan terjadi waktu buang air besar atau sesudahnya.
Darah yang keluar biasanya merah muda segar dan bisa hanya menetes saja tetapi
kadang juga sampai menyemprot. Hemoroid (wasir) hampir sama bentuknya
dengan varises penyakit yang biasanya terdapat daerah kaki dikarenakan terlalu
lama berdiri. Bedanya, hemoroid terdapat pada anus. Hemoroid adalah kumpulan
dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal.
Menurut dr. Toar JM Lalisang SpB-KBD dalam Kursus Penyegar dan Penambah
Ilmu Kedokteran (KPPIK) 2005, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan
beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar
anorektal (kanalis anus).
Gejala radang dapat terjadi dengan ditandai adanya rasa nyeri yang terus
menerus. Seringkali juga ditandai dengan adanya keluhan perasaan ingin buang
air besar yang palsu. Atau seolah buang air besar tetapi tidak tuntas. Gejala
lainnya yang muncul adalah keluarnya benjolan dari anus (prolaps). Mulanya
prolaps terjadi waktu buang air besar dan kembali sendiri setelah selesai buang air
besar. Lambat laun prolaps ini tidak dapat kembali sendiri dan harus ditekan
dengan jari. Jika dibiarkan akhirnya benjolan ini akan terus menerus keluar dari
anus.
Menurut data Depkes pada tahun 2008, prevalensi hemoroid di Indonesia
setidaknya 5,7 persen dari total populasi atau sekitar 10 juta orang. Menurut data
WHO tahun 2008, jumlah penderita wasir atau hemoroid di seluruh dunia adalah
sekitar 230 juta orang.
Laki-laki maupun perempuan punya risiko hemoroid yang sama. Risiko
justru meningkat seiring bertambahnya usia. Usia puncak adalah 45-65 tahun.
Pada orang dewasa hemoroid dapat ditemukan pada 80 % pasien, tapi pada
umumnya tanpa gejala. Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi (peradangan)
pembuluh vena (pembuluh darah balik) di daerah anus. Bila pelebaran venanya di
bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna dan bila di bawah mukosa
(selaput lendir) disebut hemoroid interna. Keluhan yang sering muncul, antara
lain: buang air besar sakit dan sulit, adanya benjolan di dubur, buang air besar
berdarah segar dan menetes. Selain perdarahannya sendiri, ada kekhawatiran
tentang penyakit yang lebih serius seperti kanker kolo-rektal (kanker usus besar).
Namun penyakit hemoroid dapat diobati dengan obat-obatan dan secara bedah
yang tergantung derajat penyakitnya.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi Hemoroid
2. Mengetahui etiologi/penyebab penyakit Hemoroid
3. Mengetahui patofisiologi penyakit Hemoroid
4. Mengetahui manifestasi klinis penyakit Hemoroid
5. Mengetahui pemeriksaan fisik penyakit Hemoroid
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostik penyakit Hemoroid
7. Mengetahui komplikasi penyakit Hemoroid
8. Mengetahui konsep asuhan keperawatan penyakit Hemoroid
9. Menganalisa ASKEP sesuai kasus fiktif/ semu
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami
berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan
diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth,
2002)
Hemoroid (wasir) adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus
yang mengandung pleksus pada lubang vena, dan arteri kecil. Hemoroid interna
hanya melibatkan jaringan lubang anus bagian atas (Grace. Pierce A, 2004)
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidales(Bacon). Patologi keadaan ini dapat bermacam-
macam,yaitu thrombosis,
ruptur, radang, ulserasi, dan nekrosis(Mansjoer, 2008).

2.2 KLASIFIKASI
Hemaroid dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Hemaroid Intern adalah Vena yang berdilatasi pada pleksus vena
hemoroidalis superior dan media atau hemoroid yang terjadi atas sfingter
anal. Hemaroid intern ini dibagi menjadi 4 tingkat yaitu :
1) Derajat I :perdarahan merah segar tanpa nyeri saat defekasi, tidak
terdapat prolaps, pada pemeriksaan anoskopi terlihat hemoroid yg
membesar menonjol ke dalam lumen
2) Derajat II : menonjol melalui kanalis analis pada saat mengejan
ringan, tetapi dapat masuk kembali secara spontan
3) Derajat III : hemoroid menonjol saat mengejan dan harus didorong
kembali sesudah defekasi
4) Derajat IV : hemoroid menonjol keluar dan tidak dapat didorong
masuk
b. Hemaroid ektern adalah pelebaran dan penonjolan pleksus hemaroid inferior
terdapat disebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan dibawah epitel
anus atau hemaroid yang muncul di luar sfingter anus.

2.3 ETIOLOGI
1. Bendungan sirkulasi portal akibat kelainan organik. Kelainan organik yang
menyebabkan gangguan adalah :
a. Hepar Sirosis Hepatis. Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan
resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi hipertensi portal yang
akan menyebabkan terbentuknya kolateral antara lain ke esopagus dan
pleksushemoroidalis.
b. Bendungan Vena Porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tomur intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena
sehingga aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida, uterus tomur
ovarium, tumor rektal dan lain lain
2. Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor
penyebab timbulnya hemoroid. Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer, dalam hal ini yang kemungkinan diturunkan
adalah kelemahan dinding pembuluh darah, bukan hemoroidnya.
b. Anatomi, vena di daerah mesentrorium tidak mempunyai katub
sehingga darah mudah kembali yang menyebabkan bertambahnya
tekanan di pleksus hemoroidalis
c. Adanya peningkatan tekanan intra abdomen, antara lain :
a) Faktor pekerja yang kebanyakan berdiri atau duduk, hal ini
dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
b) Gangguan devikasi miksi
c) Pekerjaan berat seperti mengangkat bernda-benda berat
d) Tonus spingter ani yang kaku atau lemah
d. Pada wanita hamil terdapat 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya
hemoroid, antara lain :
a) Adanya tumor intra abdomen
b) Kelemahan pembuluh darah sewaktu hamil akibat pengaruh
perubahan hormonal
c) Mengejan sewaktu partus
3. Faktor predisposisi terjadinya Hemoroid :
a. Terlalu banyak mengejan saat buang air besar
b. Kebiasaan berjongkok atau duduk terlalu lama
c. Mengangkat beban terlalu berat
d. Wanita hamil yang mengedan saat melahirkan
e. Diare kronik
f. Usia lanjut
g. Hubungan seks peranal
h. Hereditas / keturunan
i. Sembelit
j. Genetik predisposisi
k. Kurang berolahraga atau imobilisasi

2.4 PATOFISIOLOGI
Sebagian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan bentuk
feses menjadi kecil, yang biasa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB.
Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid,
kemungkinan gangguan oleh venus return.
Kehamilan atau obesitas memberikan tegangan abnormal dari otot sfingter
internal juga dapat menyebabkan masalah hemoroid, mungkin melalui mekanisme
yang sama. Penurunan venus return dianggap sebagai mekanisme aksi. Kondisi
terlalu lama duduk di toilet (atau saat membaca) diyakini menyebabkan
penurunan relative venus return di derah perianal (yang disebut dengan efek
torniquet), mengakibatkan kongesti vena dan terjadilah hemoroid.
Kondisi penuaan menyebabkan melemahnya struktur pendukung, yang
memfasilitasi prolaps. Melemahnya struktur pendukung sudah dapat terjadi pada
awal decade ketiga (Thornton. 2009).
Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab dalam
pembentukan hemoroid. Kondisi ini mungkin benar mungkin juga tidak .Pasien
yang melaporkan hemoroid memiliki tonus kanal istirahat lebih tinggi daripada
biasanya.Tonus istirahat setelah hemorrhoidektomi lebih rendah daripada sebelum
prosedur. Perubahan dalam tonus istirhat adalah mekanisme aksi dilatasi.
Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam hubungannya dengan
hemoroid. Perdarahan masif dari hemoroid pada pasien dengan hipertensi portal
biasanya bersifat massif. Varises anorektal merupakan kondisi umum pada pasien
dengan hipertensi portal.Varises terjadi di midrektum, di antara sistem portal dan
vena inferior rectal.Varises terjadi lebih sering pada pasien yang nonsirosis, dan
mereka jarang mengalami perdarahan.
Hemorrhoid interna:
Sumbatan aliran darah system porta menyebabkan timbulnya hipertensi portal dan
terbentuk kolateral pada vena hemorroidalis superior dan medius. Selain itu
Sistem vena portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.

Hemorrid eksterna:
Robeknya vena hemorroidalis inferior membentuk hematoma di kulit yang
berwarna kebiruan, kenyal-keras,dan nyeri. Bentuk ini sering nyeri dan gatal
karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2.5
2.6 MANIFESTASI KLINIS
a. Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
Perdarahan merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat
trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar
dan tidak tercampur dengan feses.
b. Prolaps yang berasal dari tonjolan hemaroid sesuai gradasinya.
Hemoroid yag membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol
keluar
menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi
pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan saat defekasi. Pada
stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali
setelah defekasi agar masuk kembali ke dalamanus dan gejala lain yang
mengikuti
c. Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan edema
yang meradang.
d. Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai
pruritus anus danini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan
rangsangan mukus.
e. Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi saat mengejan

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya
tidak nyeri .Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid
sering prolaps, selaput lendir akanmenebal.Trombosis dan fibrosis pada
perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur
ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
2. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran
.Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan
dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh
bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit
maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan
lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya dan keadaan
lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

2.8 PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai III atau semua
derajat hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau klien yang
menolak operasi.
1) Non-farmakologis
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara
memperbaiki defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup,
perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi.
Perbaikan defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang
terdiri atas diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan
perilaku defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting). Selain
itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus
dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendaman
ini, eksudat/sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa
tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila
dibiarkan.
2) Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan
keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi
atas empat macam, yaitu:
a) Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber
suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat
komersial yang yang banyak dipakai antara lain psylium atau
isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk)
yang berasal dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan
digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan cara
membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus.
Efek samping antara lain ketut dan kembung. Obat kedua adalah
laxant atau pencahar (ex.: laxadine, dulcolax, dll).
b) Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa
gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan
misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang
mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang
daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct,
Anusol HC, Scheriproct.
c) Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau
pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus
bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika
berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
d) Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 32 tablet selama 4
hari, lalu 22 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat
memberikan perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti,
edema, dan prolaps.
3) Minimal Invasif
Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan
penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu
invasif antara lain skleroterapi hemoroid atau ligasi hemoroid atau
terapi laser. Dilakukan jika pengobatan farmakologis dan non-
farmakologis tidak berhasil.
b. Penatalaksanaan Tindakan Operatif
Ditujukan untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna atau semua
derajat hemoroid yang tidak berespon terhadap pengobatan medis.
1) Hemoroidektomi kriosirurgi
Adalah metode untuk menghambat hemorroid dengan cara
membekukan jaringan hemorroid selama waktu tertentu sampai
timbul nekrosis. Meskipun hal ini kurang menimbulkan nyeri,
prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena menyebabkan
keluarnya rabas yang berbau angat menyengat dan luka yang
ditimbulkan lama sembuh.
2) Laser Nd: YAG
Digunakan dalam mengeksisi hemorroid eksternal. Tindakan ini
cepat dan kurang menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang
menjadi komplikasi pada periode paska operatif.
3) Hemoroidektomi
Hemoroidektomi dapat dilakukan untuk mengangkat semua
jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan,
sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan hemorroid
diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian
dieksisi. Setelah prosedur operasi selesai, selang kecil dimasukkan
melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah;
penempatan Gelfoan atau kasa Oxigel dapat diberikan diatas luka
kanal
c. Penatalaksanaan Tindakan non-operatif
1) Sklroterapi, vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5%
alam minyak nabati sehingga terjadi nekrosis lalu febrosis. Akibatnya
vasa darah yang menggelembung akan berkontraksi / mengecil. Untuk
itu injeksi dilakukan ke dalam submukosa pada jaringan ikat longgar di
atas hemoroid interna agar terjadi inflamasi dan berakhir dengan
febrosis. Untuk menghindari nyeri hebat, suntikan harus di atas
mucocutaneus juction (1-2 ml bahan diinjeksikan kekuadran simtomatik
dengan alat hemoroid panjang dengan bantuan anoskopi). Komplikasi
:infeksi, prostitis akut dan reaksi hipersesnsitifitas terhadap bahan yang
disuntikkan,skleroterapi dan diit serat merupakan terapi baik untuk
derajat 1 dan 4.
2) Ligasi dengan Cincin Karet ( Rubber Band Ligation )
Teknik ini diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan bisa dilakukan
untuk hemoroid yang besar atau yang mengalami prolap. Tonjolan ditarik
dan pangkalnya ( mukosa pleksus hemoroidalis) diikat dengan cincin
karet. Akibatnya timbul iskhemik yang menjadi nekrosis dan akhirnya
terlepas. Pada bekasnya akan mengalami fibrosis dalam beberapa hari,
pada kali terapi hanya diikat satukomplek hemoroid sedangkan ligasi
selanjutnya dilakukan dalam jangka waktu duasampai empatminggu.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah nyeri yang hebat terutama pada
ligasi mucocutaneus junction yang kaya reseptor sensorik dan terjadi
perdarahansaat polip lepas atau nekrosis (7 sampai 10 hari) setelah ligasi
3) Bedah Beku (Cryosurgery)
Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2 atu NO2
sehingga
terjadi nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai
karena
mukosa yang akan dibekukan (dibuat nekrosis) sukar untuk
ditentukan
luasnya. Cara ini cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma
recti
inoperabel.4
4) IRC (Infra Red Cauter)
Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra
merah.Sehingga terjadilah nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini
diulang tiap seminggu sekali.

2.9 KOMPLIKASI
1. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan
akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal
sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini
mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak.Yang lebih sering
terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan
anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi
jumlah yang keluar.Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak
menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena
adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat
masuk lagi (inkarserata / terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat
menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
2. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan
membeku dan terjadi trombosis.
3. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi
infeksi dan meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman
kumannya.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEMOROID

I. PENGKAJIAN FOKUS
B. Subyektif
1) Batasan karakteristik
a) Pola makan dan minum
Kebiasaan
Keadaan saat ini
b) Riwayat kehamilan
Kehamilan dengan frekwensi yang sering akan menyebabkan
hemorrhoid berkembang cepat
c) Riwayat penyakit hati
Pada hypertensi portal, potensi berkembangnya hemorrhoid
lebih besar.
d) Gejala / keluhan yang berhubungan
Perasaaan nyeri dan panas pada daerah anus
Perdarahan dapat bersama feces atau perdarahan spontan
(menetes)
Prolaps (tanyakan pasien sudah berapa lama keluhan ini,
faktor-faktor yang menyebabkannya dan upaya yang dapat
menguranginya serta upaya atau obat-obatan yang sudah
digunakan)
Gatal dan pengeluaran sekret melalui anus
C. Obyektif
B1 (Breathing)
Tidak terdapat tarikan intercostae tetapi apabila nyeri terasa berat
maka pasien tampak sesak.
B2 (Blood)
Sumbatan aliran darah system porta menyebabkan timbulnya
hipertensi portal dan terbentuk kolateral pada vena hemorroidalis
superior dan medius. Selain itu Sistem vena portal tidak mempunyai
katup sehingga mudah terjadi aliran balik, apabila perdarahan banyak
maka akan terjadi anemia, tekanan darah dan atau Heart Rate (HR)
mungkin meningkat, CRT mungkin masih dalam batas normal
(kurang dari 2 detik)
B3 (Brain)
Kesadaran composmentis, gelisah, nyeri daerah anus.
B4 (Bladder)
Produksi urine normal.
B5 (Bowel)
Perdarahan dapat bersama feces atau perdarahan spontan (menetes)
B6 (muskuloskletal dan integumen)
Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas dikarenakan pasien
kesakitan apabila bergerak, terasa gatal dan prolaps
1) Batasan karakteristik
a) Pemeriksaaan daerah anus
Tampak prolaps hemorrhoid, atau pada hemorrhoid
eksterna dapat dilihat dengan jelas. Rasakan konsistensinya,
amati warna dan apakah ada tanda trombus juga amati
apakah ada lesi.
Pemeriksaan rabaan rektum (rectal toucher)
b) Amati tanda-tanda kemungkinan anemia :
Warna kulit
Warna konjungtiva
Waktu pengisian kembali kapiler
Pemeriksaan Hb

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut (00132)
2. Intoleransi aktivitas
3. Ansietas (00146)
4. Risiko infeksi (0004)
5. Kurang pengetahuan
6. Gangguan pola eliminasi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1 Nyeri akut ( 00132) NOC : NIC :
Paincontrol ( 1605) Pain Management ( 1400)
Definisi : Kriteria Hasil : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Sensori yang tidak 1. Mampu komprehensif termasuk lokasi,
menyenangkan dan mengontrol nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
pengalaman emosional (tahu penyebab kualitas dan faktor presipitasi
yang muncul secara nyeri, mampu 2. Observasi reaksi nonverbal dari
aktual atau potensial menggunakan ketidaknyamanan
kerusakan jaringan atau tehniknonfarmak 3. Gunakan teknik komunikasi
menggambarkan adanya ologi untuk terapeutik untuk mengetahui
kerusakan (Asosiasi Studi mengurangi pengalaman nyeri pasien
Nyeri Internasional): nyeri, mencari 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
serangan mendadak atau bantuan) respon nyeri
pelan intensitasnya dari 2. Melaporkan 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
ringan sampai berat yang bahwa nyeri lampau
dapat diantisipasi dengan berkurang dengan 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
akhir yang dapat menggunakan kesehatan lain tentang
diprediksi dan dengan manajemen nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri
durasi kurang dari 6 3. Mampu masa lampau
bulan. mengenali nyeri 7. Bantu pasien dan keluarga untuk
(skala, intensitas, mencari dan menemukan
Batasan karakteristik : frekuensi dan dukungan
Laporan secara verbal tanda nyeri) 8. Kontrol lingkungan yang dapat
atau non verbal 4. Menyatakan rasa mempengaruhi nyeri seperti suhu
Fakta dari observasi nyaman setelah ruangan, pencahayaan dan
Posisi antalgic untuk nyeri berkurang kebisingan
menghindari nyeri 5. Tanda vital dalam 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
Gerakan melindungi rentang normal 10. Pilih dan lakukan penanganan
Tingkah laku berhati- nyeri (farmakologi, non
hati farmakologi dan inter personal)
Gangguan tidur (mata 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
sayu, tampak capek, menentukan intervensi
sulit atau gerakan 12. Ajarkan tentang teknik non
kacau, menyeringai) farmakologi
Terfokus pada diri 13. Berikan analgetik untuk
sendiri mengurangi nyeri
Fokus menyempit 14. Evaluasi keefektifan kontrol
(penurunan persepsi nyeri
waktu, kerusakan 15. Tingkatkan istirahat
proses berpikir, 16. Kolaborasikan dengan dokter jika
penurunan interaksi ada keluhan dan tindakan nyeri
dengan orang dan tidak berhasil
lingkungan) 17. Monitor penerimaan pasien
Tingkah laku tentang manajemen nyeri
distraksi, contoh : Analgesic Administration
jalan-jalan, menemui 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
orang lain dan/atau kualitas, dan derajat nyeri
aktivitas, aktivitas sebelum pemberian obat
berulang-ulang) 2. Cek instruksi dokter tentang jenis
Perubahan autonomic obat, dosis, dan frekuensi
dalam tonus otot 3. Cek riwayat alergi
(mungkin dalam 4. Pilih analgesik yang diperlukan
rentang dari lemah ke atau kombinasi dari analgesik
kaku) ketika pemberian lebih dari satu
Tingkah laku 5. Tentukan pilihan analgesik
ekspresif (contoh : tergantung tipe dan beratnya
gelisah, merintih, nyeri
menangis, waspada, 6. Tentukan analgesik pilihan, rute
iritabel, nafas pemberian, dan dosis optimal
panjang/berkeluh 7. Pilih rute pemberian secara IV,
kesah) IM untuk pengobatan nyeri
Perubahan dalam secara teratur
nafsu makan dan 8. Monitor vital sign sebelum dan
minum sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Faktor yang berhubungan 9. Berikan analgesik tepat waktu
: terutama saat nyeri hebat
Agen injuri (biologi, 10. Evaluasi efektivitas analgesik,
kimia, fisik, psikologis) tanda dan gejala (efek samping)

2 Hambatan mobilitas fisik NOC : NIC :


ditandai dengan : Ambulation Energy Management
DS : Mobilitation
Klien mengatakan lemas, 1. Identifikasi pola aktivitas klien
dibuat bergerak terasa Kriteria hasil : 2. Anjurkan keluarga penuhi ADL
sesak klien mengatakan klien
DO : sudah tidak lemas 3. Latih ROM aktif dan pasif
- Klien tampak - Klien tampak 4. Beri motivasi untuk klien
lemah segar 5. Ajarkan teknik ambulasi dan
- Tampak sesak dan - Klien tampak 6. cara berpindah yang aman
menyeringai tenang saat
waktu bergerak bergerak

3 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


b.d kehilangan berlebihan FluidbalanceHydratio Fluidmanagement
melalui hemoragik n 1. Timbang popok/pembalut jika
Nutritional diperlukan
Definisi : Penurunan StatusFoodandFluidI 2. Pertahankan catatan intake dan
cairan intravaskuler, ntake output yang akurat
interstisial, dan/atau Kriteria Hasil : 3. Monitor status hidrasi (
intrasellular. Ini 1. Mempertahankan kelembaban membran mukosa,
mengarah ke dehidrasi, urine output nadi adekuat, tekanan darah
kehilangan cairan dengan sesuai dengan ortostatik ), jika diperlukan
pengeluaran sodium usia dan BB, BJ 4. Monitor hasil lAb yang sesuai
urine normal, HT dengan retensi cairan (BUN , Hmt
Batasan Karakteristik : normal , osmolalitas urin )
Kelemahan 1. Tekanan darah, 5. Monitor vital sign
Haus nadi, suhu tubuh 6. Monitor masukan makanan / cairan
Penurunan turgor dalam batas dan hitung intake kalori harian
kulit/lidah normal 7. Kolaborasi pemberian cairan IV
Membran 3. Tidak ada tanda 8. Monitor status nutrisi
mukosa/kulit kering tanda dehidrasi, 9. Berikan cairan
Peningkatan denyut 4. Elastisitas turgor 10. Berikan diuretik sesuai interuksi
nadi, penurunan kulit baik, 11. Berikan cairan IV pada suhu
tekanan darah, membran mukosa ruangan
penurunan lembab, tidak ada 12. Dorong masukan oral
volume/tekanan nadi rasa haus yang 13. Berikan penggantian nesogatrik
Pengisian vena berlebihan sesuai output
menurun 14. Dorong keluarga untuk membantu
Perubahan status pasien makan
mental 15. Tawarkan snack ( jus buah, buah
Konsentrasi urine segar )
meningkat 16. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
Temperatur tubuh berlebih muncul meburuk
meningkat 17. Atur kemungkinan tranfusi
Hematokrit meninggi 18. Persiapan untuk tranfusi
Kehilangan berat
badan seketika
(kecuali pada third
spacing)
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Kehilangan volume
cairan secara aktif
Kegagalan
mekanisme
pengaturan
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama : Ny.S
Umur : 77 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Diagnosa Medis : Hemoroid
Alamat : Kp. Padahayu RT/RW. 02/01
Desa. Bojong Asih Kec. Mertajaya
Tanggal Masuk RS : 22 Oktober 2014
Pukul : 10.10 WIB
Tanggal Operasi :
Tanggal Pengkajian : 23 Oktober 2014
Pukul : 06.30 WIB
No.CM : 019679
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.M
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Hubungan dengan Klien : Anak
Alamat : Kp. Padahayu RT/RW. 02/01
Desa. Bojong Asih Kec. Mertajaya
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada anus dan sewaktu BAB bercampur darah.
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke RSI Hj.Siti Muniroh Tasikmalaya tanggal 22
Oktober 2014 pukul 10.10 WIB dengan keluhan nyeri pada anus
dan sewaktu BAB dengan konsistensi feses tampak ada darah
merah segar dan keras sudah 2 hari, + 3 kali perhari sebelum di
rawat di Rumah Sakit dan terdapat benjolan anus sejak 4 hari
yang lalu yang mana benjolan tidak dapat dimasukkan ke dalam
anus,pasien tampak meringis kesakitan, tidak terdapat benjolan
dan perdarahan di daerah lain, klien merasakan badannya lemas,
aktifitas dibantu keluarganya, BAK lancar.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien menderita hemoroid sudah + 1 tahun yang lalu tetapi tidak
dilakukan tindakan operasi sehingga sekarang kambuh kembali.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama,
penyakit keturunan (seperti diabetes, hipertensi, asma, dll),
penyakit menular (seperti hepatitis, HIV/AIDS, TBC, dll).
4. Data Biologis
No Kebutuhan Sebelum sakit Sesudah sakit
1. Nutrisi
a. BB/TB 47 kg/140 cm 47 kg/140 cm
b. Diit terakhir Nasi BN 1600 kal
c. Kemampuan mengunyah
- Mengunyah Baik Baik
- Menelan Baik Baik
- Bantuan total/sebagian Tidak ada Sebagian
d. Frekuensi makan 3x/hari 3x/hari
1
e. Porsi makan 1 porsi /2 porsi
f. Makanan yang di sukai Rendah serat, Tidak terkaji
g. Makanan yang menimbulkan roti keju Tidak ada
alergi Tidak ada
2. Cairan
a. Intake
- Oral
Jenis Air putih Air putih
Jumlah + 1000 cc + 600 cc
Bantuan total/sebagian Tidak ada Sebagian
- Intervensi
Jenis Tidak ada RL
jumlah Tidak ada + 400 cc
b. Output
- Sunction Tidak ada Tidak ada
- Drain Tidak ada Tidak ada
- Muntah Tidak ada Tidak ada
3. Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1x/hari Belum pernah
Warna Khas feses -
Jumlah + 100 cc -
Keluhan Tidak ada -
Bantuan total/sebagian Tidak ada -
b. BAK
Frekuensi 3 4 x/hari 3 x/hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Jumlah + 800 cc + 600 cc
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Bantuan total/senagian Tidak ada Sebagian
4. Istirahat
a. Lama tidur 8 9 jam 6 7 jam
b. Kesulitan mulai tidur Tidak ada Gelisah
c. Kebiasaan mulai tidur Malam Siang + malam
5. Personal hygiene
a. Mandi Belum pernah
- Frekuensi 2x/hari -
- Kebiasaan mandi Pagi + sore -
- Bantuan Tidak ada -
b. Gosok gigi 2x/hari -
c. Cuci rambut 1x/2 hari -
d. Gunting kuku 1x/minggu -
e. Ganti pakaian 2x/hari 1x/hari
6. Aktivitas
a. Kesulitan dalam melakukan Tidak ada Ya
aktivitas
b. Anjuran badrest Tidak ada Ya

5. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Penampilan umum : Kotor
c. BB dan TB : 47 kg dan 140 cm
d. Pemeriksaan TTV
a) TD : 100/70 mmHg
b) N : 72 x/menit
c) R : 28 x/menit
d) S : 36,50C
e. Pengkajian Head To Toe
1. Kepala
a) Rambut
Rambut klien bersih, rambut hitam beruban, bentuk kepala
simetris, tidak ada benjolan maupun lesi, tidak ada
kelainan lain di kepala.
b) Mata
Bentuk kedua bola mata simetris, kelopak mata simetris,
bulu mata ada, konjungtiva pucat, reflek pupil normal,
terbukti saat memakai cahaya penlight didekatkan pupil
mengecil dan saat cahaya dijauhkan pupil kembali
membesar. Pergerakan bola mata pasien normal terbukti
saat mata pasien mengikuti arah jari pemeriksa.Ketajaman
penglihatan klien sudah rabun terbukti saat klien
dianjurkan membaca klien tidak tepat membaca kalimat
tersebut.Saat dilakukan palpasi tidak ditemukan kelainan.
c) Telinga
Kedua telinga simetris, telinga bersih tidak ada
sekret/kotoran maupun perdarahan, tidak ada lesi maupun
massa, tidak ada peradangan, pendengaran pasien
terganggu, terbukti saat pemeriksa berbicara pelan /
normal klien kurang mendengar dan harus diulangi
dengan suara sedikit lebih keras.
d) Hidung
Bentuk tulang hidung simetris, tidak ada pembengkakan,
tidak ada perdarahan maupun sekret / kotoran, tidak ada
massa dan nyeri di daerah hidung, penciuman klien
normal, terbukti saat klien dianjurkan mencium
wewangian (parfum, kayu putih, sabun) dan klien
menjawab dengan tepat.
e) Mulut, Lidah, Gigi
Bibir simetris, warna bibir pucat, bibir lembab, tidak ada
lesi, mulut kotor, gigi sudah tidak utuh, warna gigi
kekuningan, ada karies, keadaan gigi kotor, tidak ada lesi
di daerah gusi, tidak ada pembengkakan dan nyeri di
daerah gusi.
Bentuk lidah normal, warna lidah pucat, tidak ada
kelainan di lidah.Saat dilakukan palpasi di rongga mulut
tidak ada pembengkakan maupun nyeri tekan.
Indra perasa klien masih normal, terbukti saat pemeriksa
memberikan perasa dan klien menjawab dengan
tepat.Saraf kranial hipoglosal klien normal, terbukti saat
klien dapat mengeluarkan dan menggerakan lidah.Gerak
otot rahang klien masih bekerja dengan baik.
2. Leher
Bentul leher normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada massa,
reflek menelan klien baik, saraf kranial asesori klien baik,
terbukti saat klien di minta untuk menengok ke kiri / kanan
kemudian ditahan oleh pemeriksa.
3. Dada, Payudara, dan Ketiak
Tidak ada kelainan di daerah dada, bentuk dada simetris,
ekspansi dada seimbang, terbukti saat pemeriksa merasakan
getaran dan keseimbangan di punggung klien saat klien
bernafas.Traktil fremitus klien seimbang terbukti saat pemeriksa
meletakan kedua tangan di punggung klien pada saat klien
mengucapkan bilangan tujuh tujuh.Suara pernafasan jernih,
tidak ada suara tambahan, irama nafas klien teratur dan normal.
Tidak ada suara tambahan pada jantung, irama jantung teratur
dan normal.
Tidak ada edema di daerah payudara, bentuk payudara simetris,
tidak ada massa dan lesi, tidak ada keluaran di daerah putting.
Tidak ada edema, massa maupun lesi di daerah ketiak, tidak ada
kelainan lain, tidak ada nyeri tekan.
4. Abdomen
Bentuk perut datar, simetris, tidak ada kelainan lain, tidak ada
nyeri tekan di daerah perut, bising usus klien normal yaitu
9x/menit, tidak ada keluhan saat diperkusi, perut tidak
kembung.
Posisi umbilikal normal, tidak ada peradangan ataupun
keluaran, keadaan umbilikal bersih, tidak ada kelainan lain pada
umbilikal.
5. Genitalia
Klien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan genitalia, klien
mengatakan tidak ada keluhan dibagian genitalia, tetapi nyeri
pada daerah anus dan adanya benjolan hemoroid derajat 4 .
6. Kulit dan Kuku
Warna kulit pucat, tampak benjolan daerah anus , warna kuku
pucat hampir berwarna putih, bentuk kuku normal, kuku tebal,
tekstur kuku lembut, kelembapan kulit kurang, turgor kulit
normal, pengisian kapiler / capillary refill lambat yaitu lebih
dari 3 detik.
7. Ekstermitas
a) Atas
Bentuk kedua tangan simetris, tidak ada kelainan lain, reflek
bisep dan trisep klien normal, terbukti saat dilakukan
ketukan di lekukan sikut dan di sikut menggunakan reflek
hammer adanya gerakan spontan di ujung ekstermitas.
Tangan kanan klien terpasanng infus, tingkat kekuatan otot
klien 4 dari 5 (cukup kuat tetapi tetapi tidak dapat
melakukan aktifitas mandiri karena rasa nyeri yang
dideritanya / semakin terasa nyeri apabila dibuat gerak/
aktifitas)
b) Bawah
Bentuk kedua kaki simetris, tidak ada kelainan lain, reflek
patella normal terbukti saat dilakukan ketukan di lutut
menggunakan reflek hammer adanya gerakan spontan di
ujung ekstermitas.. Tingkat kekuatan otot kaki klien yaitu 5
dari 5 (kekuatan kontraksi penuh dan dapat menahan
tahanan dengan baik),namun klien tampak kesakitan apabila
menggerakkan extremitas bawah sehingga setiap melakukan
aktifitas klien dibantu keluarganya.

6. Pengkajian Nyeri
a. Lokasi nyeri : anus
b. Nyeri timbul sejak : 4 hari yang lalu
c. Frekuensi nyeri : Hilang timbul
d. Durasi nyeri : setiap kurang lebih 20 menit
e. Tipe nyeri : Nyeri lepas
f. Karakteristik nyeri : berdenyut dan terasa panas
g. Nyeri hilang bila : berbaring di tempat tidur
(sesuai kebiasaan atau sosial budaya pasien)
h. Skala nyeri : skor 7,alat ukur : Face Pain Scale

7. Hasil pemeriksaan Laboratorium


No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai
Hematologi
Pria : 14 18 g/dl
1. Hemoglobin 11 g/dl
Wanita : 12 16 g/dl
Dewasa : 4.000 10.000 mm3
2. Leukosit 7000 mm3
Bayi : 9.000 12.000 mm3
Pria : 40 48 %
3. hematokrit 15 %
Wanita : 37 42 %
4. Trombosit 414.000 150.000 450.000 mm3
8. Terapi Sesuai Advis Dokter
a) IVFD 2A 20 tpm
b) Ceftriaxone inj 1 x 2 gr
c) Ranitidine inj 2 x 1
d) Asam tranexamat inj 3 x 1
e) Dramamin 1 0 1
f) Protransfusi PRC

9. Jenis Pengobatan yang Disarankan


a. Obat oles yang bisa dibeli secara bebas
Berbagai macam krim, salep, dan obat suppositoria tersedia di
toko obat tanpa memerlukan resep dokter. Suppositoria adalah
jenis obat-obatan yang dimasukkan langsung ke dalam anus.
Obat-obatan sejenis ini bisa dipakai untuk meredakan
pembengkakan atau ketidaknyamanan yang dirasakan pasien.
Jangan menggunakan obat-obatan di atas lebih dari satu
minggu, kecuali dokter yang menganjurkannya. Produk-produk
ini bisa menimbulkan efek samping seperti ruam dan inflamasi.
Segala jenis pengobatan harus digabungkan dengan pola makan
yang bagus serta tetap mawas diri. Tidak ada bukti tentang
pengobatan mana yang lebih efektif. Tanyakan kepada dokter
atau apoteker tentang produk yang cocok untuk Anda.
Jangan lupa untuk membaca panduan penggunaan pada tiap
obat sebelum memakai atau mengonsumsinya. Tidak dianjurkan
memakai lebih dari satu produk obat-obatan secara bersamaan.
b. Pemakaian krim kortikosteroid
Jika Anda mengalami peradangan atau inflamasi di dalam atau
pun di sekitar anus, dokter akan menyarankan penggunaan krim
kortikosteroid. Jangan gunakan krim ini lebih dari tujuh hari
berturut-turut. Krim ini bisa membuat kulit di sekitar anus
menipis dan memperburuk iritasi.
c. Obat pereda rasa sakit
Paracetamol sebagai salah satu obat pereda rasa sakit, bisa
membantu meredakan rasa sakit akibat hemoroid. Hindari obat
pereda rasa sakit sejenis kodein. Obat ini bisa menyebabkan dan
memperburuk konstipasi.
Produk yang mengandung obat bius lokal mungkin juga akan
disarankan dokter untuk mengobati hemoroid. Misalnya
pengobatan oles yang bisa dibeli langsung, dan sebaiknya hanya
dipakai beberapa hari. Obat oles bisa membuat kulit jadi lebih
sensitif. Obat ini bisa membantu beberapa orang yang
mengalami hemoroid yang sangat menyakitkan. Tanyakan pada
dokter sebelum memakai obat ini.
d. Penggunaan laksatif atau obat pencahar
Jika Anda mengalami konstipasi, dokter akan memberikan
resep laksatif atau pencahar. Jenis pengobatan ini akan
membantu memperlancar proses buang air besar.
e. Penanganan Hemoroid Tanpa Operasi
Jika perubahan pola makan dan pengobatan tidak memberikan
hasil, dokter akan merujuk kepada dokter spesialis. Dokter
spesialis bisa memastikan apakah Anda menderita hemoroid
dan menyarankan penanganan yang tepat.
Jika hemoroid ditemukan berada di atas garis dentate, prosedur
tanpa operasi seperti pengikatan atau skleroterapi akan
disarankan.
f. Pengikatan hemoroid
Pengikatan ini melibatkan tali yang elastis diikatkan dengan
kuat pada dasar dari hemoroid untuk memotong aliran darah.
Tanpa aliran darah, hemoroid akan terlepas setelah seminggu
menjalani perawatan ini.
Proses pengikatan ini adalah prosedur harian. Proses ini tidak
memerlukan pembiusan dan pasien bisa kembali beraktivitas
normal keesokan harinya. Rasa tidak nyaman dan nyeri
mungkin akan muncul selama satu atau dua hari. Obat pereda
rasa sakit biasa cukup efektif untuk mengatasi rasa sakit ini.
Jika perlu, dokter akan memberi resep obat dengan dosis yang
jauh lebih kuat.
Anda mungkin tidak menyadari ketika hemoroid sudah terlepas.
Biasanya akan terlepas saat Anda buang air besar. Jika Anda
melihat adanya lendir atau mukosa pada tujuh hari setelah
prosedur pengikatan, berarti hemoroid sudah terlepas. Setelah
melakukan pengikatan, akan ada sedikit darah pada kertas toilet.
Itu hal yang normal, tapi seharusnya hanya ada sedikit
pendarahan. Jika Anda mengeluarkan banyak darah berwarna
merah terang atau gumpalan darah, segera pergi ke unit gawat
darurat terdekat.
Tukak atau luka bisa saja muncul pada lokasi pengikatan.
Tukak biasanya sembuh dengan sendirinya tanpa penanganan.
Untuk tahu lebih banyak, konsultasikan kepada dokter.
g. Suntikan skleroterapi
Penanganan dengan sebutan skleroterapi mungkin digunakan
sebagai pengganti pengikatan wasir. Pada proses skleroterapi,
larutan kimia disuntikkan ke dalam pembuluh darah pada anus.
Suntikan ini akan menghilangkan rasa sakit dengan membuat
ujung saraf menjadi mati rasa (kebas) pada lokasi penyuntikan.
Suntikan ini juga membuat jaringan hemoroid mengeras dan
akhirnya terbentuk sebuah luka. Setelah sekitar satu setengah
bulan, ukuran hemoroid akan mengecil atau menyusut.
Setelah penyuntikan, hindari olahraga yang melelahkan
sepanjang hari. Anda mungkin merasakan rasa nyeri sementara
atau sedikit mengalami pendarahan. Anda seharusnya bisa
melanjutkan aktivitas normal, termasuk bekerja, sehari setelah
suntikan skleroterapi.
h. Koagulasi dengan inframerah
Koagulasi dengan inframerah terkadang juga dipakai untuk
menangani hemoroid. Pada prosesnya, sebuah alat yang
memancarkan sinar inframerah dipakai untuk membakar
jaringan hemoroid. Langkah ini juga berfungsi untuk memotong
aliran darah.
Selain inframerah, prosedur yang sama juga bisa dilakukan
memakai arus listrik. Metode ini lebih dikenal dengan nama
diatermi atau elektroterapi untuk wasir.
Meski kebanyakan hemoroid bisa ditangani dengan metode
yang sudah dijelaskan di atas, terdapat 10 persen dari seluruh
pasien hemoroid yang akhirnya harus menjalani operasi.

B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
DS
1. : - Klien mengeluh nyeri dibagian Kantung kantung Nyeri Akut
anus vena melebar
- Klien mengeluh nyeri pada
saat BAB
DO: - Saat dilakukan pemeriksaan
anus, ada benjolan di daerah
anus dengan derajat 4 Menonjol ke saluran
- Klien tampak meringis anus
menahan nyeri
- Skala nyeri klien 7(nyeri Terjadi benjolan
berat)

Nyeri pada saat BAB


DS
2. : - klien mengeluh lemas Nyeri hemoroid Mobilisasi
- Klien mengeluh aktivitasnya aktivitas
dibantu Badan lemas karna
- Klien mengeluh tidak dapat kelelahan menahan
beraktivitas secara mendiri nyeri
DO: - klien tampak lemah
- Aktivitas klien tampak dibantu
- Klien tidak dapat beraktivitas Tidak dapat
secara mandiri beraktivitas secara
- Kekuatan otot klien : mandiri
Ekstremitas atas : kanan 4,
kiri 5 Intoleransi aktivitas
Ekstremitas bawah : kanan 5,
kiri 5

C. Masalah Keperawatan yang Muncul


1. Nyeri Akut, ditandai dengan :
- DS : - Klien mengeluh nyeri dibagian anus
- Klien mengeluh nyeri pada saat BAB
- DO: - Saat dilakukan pemeriksaan anus, ada benjolan di daerah
anus
- Klien tampak meringis menahan nyeri
- Skala nyeri klien 7
2. Mobilisasi aktivitas, ditandai dengan :
- DS : - Klien mengeluh lemas
- Klien mengeluh aktivitasnya dibantu
- Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas secara mendiri
- DO: - klien tampak lemah
- Aktivitas klien tampak dibantu
- Klien tidak dapat beraktivitas secara mandiri
- Kekuatan otot klien :
- Ekstremitas atas : kanan 4, kiri 4.
- Ekstremitas bawah : kanan 5, kiri 5

D. Rencana Tindakan
Tujuan dan Intervensi
No Diagnosa keperawatan
Kriteria Hasil
1 Nyeri Akut NOC NIC
DS : Pa Pain Level, PainManagement
- Klien mengeluh nyeri Paincontrol, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dibagian anus Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
- Klien mengeluh nyeri Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
pada saat BAB 1. Mampu kualitas dan faktor presipitasi
DO: mengontrol 2. Observasi reaksi nonverbal dari
- Saat dilakukan nyeri (tahu ketidaknyamanan
pemeriksaan anus, ada penyebab nyeri, 3. Gunakan teknik komunikasi
benjolan di daerah anus mampu terapeutik untuk mengetahui
- Klien tampak meringis menggunakan pengalaman nyeri pasien
menahan nyeri tehniknonfarma 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
- Skala nyeri klien 7 kologi untuk respon nyeri
mengurangi 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
nyeri, mencari lampau
bantuan) 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
2. Melaporkan kesehatan lain tentang
bahwa nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri
berkurang masa lampau
dengan 7. Bantu pasien dan keluarga untuk
menggunakan mencari dan menemukan
manajemen dukungan
nyeri 8. Kontrol lingkungan yang dapat
3. Mampu mempengaruhi nyeri seperti suhu
mengenali nyeri ruangan, pencahayaan dan
(skala, kebisingan
intensitas, 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
frekuensi dan 10. Pilih dan lakukan penanganan
tanda nyeri) nyeri (farmakologi, non
4. Menyatakan rasa farmakologi dan inter personal)
nyaman setelah 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
nyeri berkurang menentukan intervensi
5. Tanda vital 12. Ajarkan tentang teknik non
dalam rentang farmakologi
normal 13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
AnalgesicAdministration
11. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
12. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
13. Cek riwayat alergi
14. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
15. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
16. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
17. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
18. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
19. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
20. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping)

2 Hambatan mobilitas fisik NOC : NIC :


ditandai dengan nyeri Ambulation Energy Management
karna hemoroid, ditandai Mobilitation
dengan : 21. 1. Identifikasi pola aktivitas
DS : Kriteria hasil : klien
- Klien mengeluh lemas klien mengatakan 2. Anjurkan keluarga penuhi
- Klien mengeluh sudah tidak lemas ADL klien
aktivitasnya dibantu - Klien 2. Latih ROM aktif dan pasif
- Klien mengeluh tidak tampak 3. Beri motivasi untuk klien
dapat beraktivitas secara segar 4. Ajarkan teknik ambulasi dan
mendiri - Klien 5. cara berpindah yang aman
DO : tampak
- Klien tampak lemah tenang saat ActivityTherapy
- Aktivitas klien tampak bergerak 1. Kolaborasikan dengan Tenaga
dibantu Rehabilitasi Medik
- Klien tidak
dapat dalammerencanakanprogran
beraktivitas secara terapi yang tepat.
mandiri 2. Bantu klien untuk
- Kekuatan otot klien : mengidentifikasi aktivitas
Ekstremitas atas : yang mampu dilakukan
kanan 4, kiri 4. 3. Bantu untuk memilih aktivitas
Ekstremitas bawah : konsisten yangsesuai dengan
kanan 5, kiri 5 kemampuan fisik, psikologi
dan social
4. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
6. Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual

E. Prosedur Tindakan
No Diagnosa Implementasi
1 Nyeri Akut 13 12 2016 07.00 WIB
ditandai dengan : 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif termasuk
DS : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
- Klien mengeluh nyeri dan faktor presipitasi
dibagian anus 2. mengobservasi reaksi nonverbal dari
- Klien mengeluh nyeri ketidaknyamanan
pada saat BAB 3. menggunakan teknik komunikasi terapeutik
DO: untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
- Saat dilakukan 4. mengaji kultur yang mempengaruhi respon
pemeriksaan anus, ada nyeri
benjolan di daerah anus 5. mengevaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Klien tampak meringis 6. mengontrol lingkungan yang dapat
menahan nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
- Skala nyeri klien 7 pencahayaan dan kebisingan
7. mengajarkan tentang teknik non farmakologi
8. Kolaborasikan dengan dokter Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri
9. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri

2 Hambatan Mobilisasi 13 12 2016 07.00 WIB


fisik 1. mengobservasi adanya pembatasan klien
ditandai dengan : dalam melakukan aktivitas
DS : 2. membantu pasien untuk mengungkapkan
- Klien mengeluh perasaan terhadap keterbatasan
aktivitasnya dibantu 3. mengkaji adanya factor yang menyebabkan
- Klien mengeluh tidak kelelahan
dapat beraktivitas 4. memonitor nutrisi dan sumber energi
secara mendiri tangadekuat
DO: dan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
- Aktivitas klien berlebihan
tampak dibantu 5. memonitor responkardivaskuler terhadap
- Klien tidak dapat aktivitas
beraktivitas secara 6. memonitor pola tidur dan lamanya
mandiri tidur/istirahat pasien
7. melakukan kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalammerencanakanprogran terapi yang tepat.
8. Mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
9. memantu pasien untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

F. Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1. Nyeri akut 13 12 2016 08.00 WIB
ditandai dengan : S : Klien mengatakan BAB masih
DS : terasa nyeri, skor nyeri 3
- Klien mengeluh nyeri dibagian O : pasien masih tampak meringis
anus A : Masalah belum teratasi
- Klien mengeluh nyeri pada saat P : Lanjutkan intervensi
BAB
DO:
- Saat dilakukan pemeriksaan
anus, ada benjolan di daerah anus
- Klien tampak meringis menahan
nyeri
- Skala nyeri klien 7
2. Hambatan mobilitas fisik 13 12 2016 08.00 WIB
berhubungan dengan nyeri karna S : Klien mengatakn masih lemah
hemoroid, ditandai dengan : O : Aktivitas klien masih dibantu
DS : A : Masalah belum teratasi
- Klien mengeluh aktivitasnya P : Lanjutkan intervensi
dibantu
- Klien mengeluh tidak dapat
beraktivitas secara mendiri
DO:
- Aktivitas klien tampak dibantu
- Klien tidak dapat beraktivitas
secara mandiri

Anda mungkin juga menyukai