Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Nn.C DENGAN POST OPERASI APENDIKSITIS


DI RUANG ANGGREK RSUD DR. ISKAK TULUNGAGUNG

Oleh :

HARYO YUDANTO

(NIM : 201203019)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2014
LEMBAR PENGESAHAN

Lembar pengesahan ini di buat dalam rangka memenuhi tugas praktik


di Ruang Anggrek RSUD Dr. Iskak Tulungagung pada tanggal 10 -16 Nopember
2014 oleh mahasiswa prodi DIII Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri :

Nama : Haryo Yudanto


NIM : 2012.03.019
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Post Operasi Apendiksitis Di Ruang Anggrek
RSUD Dr. Iskak Tulungagung
Laporan ini telah disetujui di Ruang Anggrek Pada tanggal
Nopember 2014.

Mahasiswa

(Haryo Yudanto)

Mengetahui dan Menyetujui

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan


LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI
Appendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya
kira-kira 10 cm (4 inchi), melekat pada sekum tepat di bawah katup
ileosekal (Smeltzer, Suzanne, C., 2001).
Appendiksitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih
sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer,
2000).
Apendektomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Smeltzer
Suzanne, C., 2001).

2. ETIOLOGI

Appendiksitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh


hyperplasia Folikel lympoid Fecalit, benda asingstriktur karena Fibrasi
karena adanya peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang memproduksi mukosa mengalami bendungan.
Namun elastisitas dinding appendik mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan tekanan intra lumen.Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang akan menyebabkan edema dan
ulserasi mukosa.Pada saat inilah terjadi Appendiksitis akut local yang
ditandai oleh adanya nyeri epigastrium.

a. Ulserasi pada mukosa.

b. Obstruksi pada kolon oleh Fekalit (feses yang mengeras)

c. Pemberian barium.
d. Berbagai macam penyakit cacing.

e. Tumor.

f. Striktur karena Fibrosis pada dinding usus.

3. PATOFISIOLOGI
Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat
tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau
benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal yang
akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis
bakteri dan ulserasi mukosa menimbulkan nyeri abdomen atas atau
menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi
dikuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang
terinflamasi berisi pus. (Smeltzer, Suzanne, C., 2001)
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat
menyebabkan peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri kanan bawah disebut apendisitis
supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark
dinding apendiks yang diikuti dengan gangren yang disebut apendiksitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah akan terjadi apendisitis
perforasi. Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa
lokal yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan appendiks dapat
menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak omentum lebih pendek dan appendiks lebih
panjang, dinding appendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan
daya tahan tubuh yang menjadi kurang memudahkan terjadinya perforasi.
Pada orang tua perforasi mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh
darah (Mansjoer, 2000).

4. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri kuadran bawah
b. Demam ringan
c. Mual-muntah
d. Hilangnya nafsu makan
e. Nyeri tekan lokal pada titik mc Burney
f. Nyeri tekan lepas (hasil atau intesifikasi dari nyeri bila tekanan
dilepaskan)
g. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah
kiri yang secara paradoksimal menyebabkan nyeri yang terasa di
kuadran kanan bawah
h. Distensi abdomen akibat ileus paralitik
i. Kondisi pasien memburuk
(Smeltzer, Suzanne, C, 2001)

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosa pada apendiksitis didasarkan atas
anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan
penunjang. Gejala apendiksitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal
yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang
beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh
karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita
nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
Pemeriksaan yang lain
a. Lokalisasi.
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,
tetapi paling terasa nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah
infiltrat lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit dan
kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.
b. Test rektal
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita
merasa nyeri pada daerah prolitotomi. Pemeriksaan laboratorium
Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh
terhadap mikroorganisme yang menyerang.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih
tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED)
meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting
untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
d. Pemeriksaan radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa
apendiksitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala
dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level
disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit
(sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas
dalam diafragma.

6. PENATALAKSANAAN
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendiksitis telah ditegakkan.
Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan.
Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendektomi
(pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin
untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan
dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau
dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu
dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu
diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah
dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernapasan dalam, gerakan
kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini
penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan
dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.
Tindakan pre operatif meliputi : penderita di rawat, diberikan antibiotik
dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk
tirah baring dan dipuasakan.
Tindakan operatif : Apendiktomi
Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk
duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan
lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat,
klien pulang.
7. KOMPLIKASI
a. Komplikasi utama apendiksitis adalah perforasi appendiks, yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses.
b. Abses sub frenikus
c. Fokal sepsis intraabdominal lain
(Mansjoer, 2000)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat Keperawatan
Riwayat kesehatan saat ini; mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan
bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau
di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah, peningkatan suhu
tubuh,peningkatan leukosit.
3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas
Gejala : Malaise
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi
c. Eliminasi
Konstipasi pada awitan.
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan atau lepas, kekakuan,
penurunan atau tidak ada bising usus.
d. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
e. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada
tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi
jantung.
f. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan
leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan,
mimisan splenomegali.
g. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan
keluhan sakit pinggang.
h. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran
kelenjar getah

B. Diagnosa Keperawatan Apendisitis


1. Pre operasi
a. Risiko tinggi kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan muntah pre operasi.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan
usus oleh inflamasi.
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
d. Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.
e. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan
dengan informasi kurang.
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.
g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan
2. Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan
bawah post operasi appenditomi.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder
terhadap nyeri.
c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
appendiktomi.
d. Risiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan secara oral.

C. Perencanaan
Pre operasi
a. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa mual
dan muntah, ditandai dengan : Kadang-kadang diare, Distensi abdomen,
Tegang, Nafsu makan berkurang, Ada rasa mual dan muntah.
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan kriteriahasil
: Klien tidak diare, Nafsu makan baik, Klien tidak mual dan muntah.
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia.
2) Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine.
Rasional : Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan
kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan
membutuhkan peningkatan cairan.
3) Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering.
Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan.

b. Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


tubuh, ditandai dengan : Suhu tubuh di atas normal, Frekuensi pernapasan
meningkat, Distensi abdomen, Nyeri tekan daerah titik Mc. Burney
Tujuan: Tidak akan terjadi infeksi dengan kriteriahasil : Tidak ada tanda-
tanda infeksi post operatif
Intervensi:
1) Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada
melalui prinsip-prinsip pencukuran.
Rasional: Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut
akan mencapai ke dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat
terhindar dari pertumbuhan mikro organisme.
2) Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan klisma.
Rasional: Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab
dapat lancar. Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih
tinggi, sehingga dapat mengakibatkan ruptura apendiks.
3) Anjurkan klien mandi dengan sempurna.
Rasional: Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar terhadap
timbulnya mikro organisme.
4) HE tentang pentingnya kebersihan diri klien.
Rasional: Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja sama dalam
pelaksaan tindakan.

c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan


intestinal, ditandai dengan : Pernapasan tachipnea, Sirkulasi tachicardia,
Sakit di daerah epigastrum menjalar ke daerah Mc. Burney, Gelisah, Klien
mengeluh rasa sakit pada perut bagian kanan bawah.
Tujuan: Rasa nyeri akan teratasi dengan kriteriahasil : skala nyeri berkurang,
wajah tampak tenang

Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.
Rasional: Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan
indiaktor secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.
2) Anjurkan pernapasan dalam.
Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat
sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa
nyeri.
3) Lakukan gate control.
Rasional: Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang
saraf yang berdiameter kecil sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan
ke hypothalamus.
4) Kolaborasi dengan memberi analgetik.
Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri
(apabila sudah mengetahui gejala pasti).

d. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan


kurangnya informasi ditandai dengan : Gelisah, Wajah murung, Klien sering
menanyakan tentang penyakitnya, Klien mengeluh rasa sakit, Klien
mengeluh sulit tidur.
Tujuan: Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan
pengobatannya.

Intervensi:
1) Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah
operasi.
Rasional: Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat
melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-
fungsi optimal alat-alat tubuh.
2) Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode
istirahat setelah operasi.
Rasional: Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan.
3) Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband,
pembatasan mandi, dan penyembuhan latihan.
Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat
mempercepat proses penyembuhan.

e. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun. Nafsu


makan menurun Berat badan menurun Porsi makan tidak dihabiskan Ada
rasa mual muntah.
Tujuan: klien mampu merawat diri sendiri

Intervensi:
1) Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien
Rasional: menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
2) Perkirakan/hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan
sampai minimal
Rasional: Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi berfokus pada
masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.
3) Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional: Mengawasi keefektifan secara diet.
4) Beri makan sedikit tapi sering
Rasional: Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat
ditingkatkan.
5) Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
Rasional: Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
6) Tawarkan minum saat makan bila toleran.
Rasional: Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
7) Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.
Rasional: Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien
memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan.
8) Memberi makanan yang bervariasi
Rasional: Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan
klien.
f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan. Kuku
nampak kotor Kulit kepala kotor Klien nampak kotor
Tujuan: klien mampu merawat diri sendiri

Intervensi:
1) Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri
serta cuci rambut dan potong kuku klien.
Rasional: Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan
meningkatkan kesehatan.
2) Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.
Rasional: Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa
nyaman
3) Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.
Rasional: Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal
hygiene.
4) Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.
Rasional: Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam
kebersihan
5) Bimbing keluarga klien memandikan
Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan
6) Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.
Rasional: Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah
terjadinya infeksi
.
Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada daerah mesial abdomen post
operasi appendiktomi
Tujuan
Nyeri berkurang / hilang dengan
Kriteria Hasil:
Tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat.

Intervensi
1) Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan
tepat.
2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler.
3) Dorong ambulasi dini.
4) Berikan aktivitas hiburan.
5) Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika.

Rasional
1) Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan
penyembuhan, perubahan dan karakteristik nyeri.
2) Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi
terlentang.
3) Meningkatkan kormolisasi fungsi organ.
4) Meningkatkan relaksasi.
5) Menghilangkan nyeri.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap


nyeri
Tujuan
Toleransi aktivitas
Kriteria Hasil:
Klien dapat bergerak tanpa pembatasan
Tidak berhati-hati dalam bergerak.

Intervensi
1) Catat respon emosi terhadap mobilitas.
2) Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan klien.
3) Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif.
4) Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan.

Rasional
1) Immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar kegelisahan.
2) Meningkatkan kormolitas organ sesuiai dengan yang diharapkan.
3) Memperbaiki mekanika tubuh.
4) Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.

c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi


Tujuan
Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil:
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan

Intervensi
1) Ukur tanda-tanda vital
2) Observasi tanda-tanda infeksi
3) Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik
4) Observasi luka insisi

Rasional
1) Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi
2) Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah
3) Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri.
4) Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka.

C. Implementasi
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil
yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara
umum maupun secara khusus pada klien post apendektomi. Pada pelaksanaan
ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen dan
dependen.
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang
diprakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan yang dimilikinya Pada fungsi interdependen adalah dimana
fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang
lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi
dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas
pesan orang lain.

D. Evaluasi
Gangguan rasa nyaman teratasi
Tidak terjadi infeksi
Gangguan nutrisi teratasi
Klien memahami tentang perawatan dan penyakitnya
Tidak terjadi penurunan berat badan
Tanda-tanda vital dalam batas normal

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn, E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FKUI,
Jakarta.
Smeltzer, C. Suzanne, C. Brenda, G. Bare, 2001, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai