Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Tn.P DENGAN CKD


DI RUANG ICU 3 RSUD DR. ISKAK TULUNGAGUNG

Oleh :
HARYO YUDANTO
(NIM : 201203019)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2014

LEMBAR PENGESAHAN

Lembar pengesahan ini di buat dalam rangka memenuhi tugas praktik


di Ruang ICU 3 RSUD Dr. Iskak Tulungagung pada tanggal 1-6 Desember 2014
oleh mahasiswa prodi DIII Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri :

Nama : Haryo Yudanto


NIM : 2012.03.019
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien dengan CKD Diruang ICU 3 RSUD Dr. Iskak
Tulungagung
Laporan ini telah disetujui di Ruang ICU 3 Pada tanggal Desember
2014.

Mahasiswa

(Haryo Yudanto)

Mengetahui dan Menyetujui

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan


LAPORAN PENDAHULUAN CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASES )

A. DEFINISI
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan
fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992;
812)

B. ETIOLOGI
1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
2. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
3. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
4. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
5. Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
6. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
7. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher
kandung kemih dan uretra.
8. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis

C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar
kreatinin serum normal dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan
telah rusak, Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin
serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari
tingkat penurunan LFG :
- Stadium 1 : Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria
persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG
antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59
mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-
29mL/menit/1,73m2
- Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2
atau gagal ginjal terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance
Creatinin Test ) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
1. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
2. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem
yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga
sangat parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi,
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin -
angiotensin aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner
(akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan
perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan,
kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi).
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi
perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan
irama jantung dan edema.
b. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,
suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan
), burning feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama
ditelapak kaki ), tremor, miopati ( kelemahan dan hipertropi otot
otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning kuningan
akibat penimbunan urokrom, gatal gatal akibat toksik, kuku tipis
dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan
metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia.
h. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi
eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum sum
tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup
eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan
fungsi trombosis dan trombositopeni.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan lab.darah
- hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test )
ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
- koagulasi studi
PTT, PTTK
- BGA
2. Urine
- urine rutin
- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )

F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke
jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal

G. KOMPLIKASI
1. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
2. Asidosis metabolic, osteodistropi ginjal, sepsis, neuropati perifer,
hiperuremi, anemiaakibat penurunan eritropoetin,
3. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat,
4. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin-angiotensin-aldosteron. (Andra & Yessi, 2013)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kemungkinan adanya DM, nefrosklerosis, hipertensi, GNC/GGA
yang tak teratasi, obstruksi/infeksi dan penyalahgunaan analgetik.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat asidosis tubulus ginjal dan penyakit polikistik dalam
keluarga.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Aktivitas/istirahat : Kelelahan yang ekstrem, kelemahan, malaise.
2) Sirkulasi : Riwayat hipertensi lama/berat, palpitasi, nyeri dada.
3) Integritas Ego : Faktor stres, contohnya finansial dan sebagainya.
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
4) Eleminasi : Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria, abdomen
kembung, diare/konstipasi.
5) Makanan/cairan : BB naik (edema), BB turun (malnutrisis),
anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tidak sedap
pada mulut (nafas amoniak), penggunaan deuretik.
6) Neurosensori : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang,
rasa terbakar pada telapak kaki, kebas/kesemutan dan kelemahan
terutama ekstermitas bawah (neuropati perifer).
7) Nyeri/kenyamanan : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri
kaki (memburuk malam hari).
8) Pernafasan : Nafas pendek, dipneu nokturnal paraksimal, batuk
dengan atau tanpa sputum kental dan banyak.
9) Keamanan : Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
10) Sexualitas : penurunan libido, amenore, infertilitas.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan tubuh
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Nyeri
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
5. Intoleransi aktifitas
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
KELEBIHAN VOLUME CAIRAN(Excess Fluid Volume)
1.1. PENGKAJIAN
(1) Pengertian
Kelebihan volume cairan adalah meningkatnya tahanan isotonik
(NANDA, 2012-2014; p: 187).
(2) Penyebab
1) Mekanisme pengaturan cairan tubuh yang terganggu
2) Konsumsi cairan yang berlebihan
3) Konsumsi garam yang berlebihan
(NANDA,2012)
(3) Tanda dan Gejala
1) Sesak napas
2) Peningkatan kadar kreatinin dan nitrogen darah
3) Perubahan tekanan darah
4) Perubahan pola pernafasan
5) Penurunan hematokrit
6) Penurunan hemoglobin
7) Ketidakseimbangan elektrolit
8) Peningkatan tekanan vena pusat
9) Pembesaran vena leher (jugular)
10) Produksi air kencing sedikit
11) Kesulitan bernapas saat berbaring
12) Penumpukan cairan pada rongga dada (pleura)
13) Kegelisahan
14) Adanya kelainan suara jantung (bunyi jantung S3)
15) Kenaikan berat badan selama jangka waktu yang singkat

1.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Kelebihan volume cairan
1.3. TINDAKAN KEPERAWATAN
1) Tujuan:
1) Terjadinya keseimbangan cairan
2) Tanda-tanda vital dan suara nafas tambahan normal
3) Keluarga mampu membantu perawatan pasien
4) Pasien patuh terhadap program terapi
2) Intervensi
a) Kaji:
a. TTV (SPO 1)
b. Berat Badan(SPO 25)
c. Intake dan Output
d. Adanya edema
b) Diskusi penyebab kelebihan cairan, akibat dan cara
mengurangi kelebuhan cairan
c) Menjelaskan tentang masalah kesehatan/ tindakan pada pasien
dan keluarga
d) Ajarkan:
a. Pengaturan posisi (SPO 21)
b. Batasi asupan makanan dan minuman
e) Kolaborasi dengandokter :
O2 bila perlu
Obat (diuretik)
Pemeriksaan penunjang

2. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


KETIDAK EFEKTIFAN POLA NAFAS (Ineffective Breathing
Pattern)
2.1 PENGKAJIAN
(1) Pengertian
Ketidak efektipan pola nafas inspirasi atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi adikuat
(2) Penyebab
1) Deformitas tulang dada (Nanda,2012)
2) Hiperventilasi (Nanda,2012)
3) Obesitas (Nanda,2012)
4) Cidera medula spinal (Nanda,2012)
(3) Tanda dan Gejala
1) Perubahan kedalaman pernafasan
2) Fase ekspirasi memanjang
3) Bradibnoe
4) Takipnea
5) ortopnea
6) Pernafasan cuping hidung
7) Penggunaan otot aksesoris untuk bernafas
8) Pernafasan mulut
9) Penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi
10) Penurunan kapasitas vital

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Ketidak efektifan pola napas
2.3 TINDAKAN KEPERAWATAN
1) Tujuan:
Pasien menunjukkan pola nafas yang adekuat
Keluarga mampu membantu perawatan pasien
Pasien patuh terhadap program terapi dokter
2) Tindakan:

a) monitor :

a. status respiratori rate (20 x/mnit), kedalaman bernafas,


Suhu (36,5o-37,5 o), nadi (60-100/jam)

b. monitor tanda dan gejala pada pasien

c. diskusikan penyebab terjadinya gangguan pola nafas

b) jelaskan masalah kesehatan pada pasien dan keluarga

c) Ajarkan teknik untuk mengurangi gangguan pertukaran gas


dengan:
Posisi pasien dengan setengah duduk/ semi fowler (SPO 21)
Pursed lip breathing (SPO 22)
Terapi Distraksi (SPO 23)

d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian :


O2
Obat / medikasi
Pemeriksaan penunjang
Nebulizer jika perlu

3. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN (SAK)PADA KLIEN


DENGAN NYERI (Acute Pain and Chronic Pain)
3.1 PENGKAJIAN
Definisi
Nyeri akut adalah Pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual
atau potensial : awitan yang tiba-tiba lambat dari intensitas ringan
hingga berat berlangsung < 6 bulan .
Nyeri kronis adalah berlangsung > 6 bulan (Nanda, 2012)
Penyebab
1) Agens cedera (biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
2) Ketunadayaan fisik kronis
3) Ketunadayaan psikologis kronis
(Nanda, 2012) dan (Carpenito, 2007)
Tanda Dan Gejala
1) Ungkapan rasa nyeri
2) Ekspresi wajah menahan nyeri
3) Peningkatan tanda-tanda vital (tensi,nadi,RR)
4) Otot tegang
5) Sikap menahan pada daerah yang mengalami nyeri
6) Keringat dingin
7) Skala nyeri (0 = tidak nyeri; 13 = ringan; 46 = sedang; 710 =
berat)

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nyeri Akut/ Nyeri Kronis
3.3 TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Tujuan
1) Tanda dan gejala nyeri hilang
2) Pasien mampu melakukan teknik mengurangi nyeri
3) Keluarga mampu membantu perawatan nyeri pada pasien
4) Pasien patuh terhadap program terapi dokter

b. Intervensi
1) Observasi tanda-tanda nyeri
2) Observasi karakteristik nyeri (kualitas, severity, lokasi, lama)
3) Diskusikan penyebab nyeri, akibat dan cara untuk
mengurangi nyeri
4) Ciptakan suasana yang tenang, dan hindarkan stressor nyeri
5) Ajarkan teknik untuk menurunkan nyeri
a) tehnik relaksasi : nafas dalam, relaksasi otot (SPO 26 & 32)
b) kompres hangat (SPO 33)
c) pengaturan posisi (SPO 2)
d) distraksi (SPO 23)
e) massage/pemijatan (SPO 34)
f) guide imagery (SPO 35)
6) Menjelaskan tentang nyeri (penyebab, akibat dan cara untuk
mengurangi nyeri) pada pasien dan keluarga
7) Kolaborasi dengan tim medik untuk penggunaan obat
analgesik menjelaskan 5 benar terapi dokter
4. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN SEREBRAL

4.1 PENGKAJIAN
Pengertian
Perfusi jaringan serebral tidak efektif adalah menurunnya
pemenuhan oksigen yang menyebabkan gagalnya aliran darah ke
jaringan serebral di tingkat kapiler (NANDA, 2005; 2012).
Penyebab
a. Perubahan afinitas hemoglobin untuk membawa
oksigen
b. Menurunnya konsentrasi hemoglobin dalam darah
c. Hipervolemia
d. Hypoventilasi
e. Gangguan transport oksigen melalui alveolar atau
membran kapiler
f. Gangguan aliran arteri dan atau vena
g. Ketidaksesuaian antara ventilasi dan sirkulasi

Tanda dan Gejala:


1) Penurunan GCS
2) Perubahan perilaku
3) Penurunan fungsi motorik
4) Perubahan reaksi pupil (tidak semua pasien)
5) Kesulitan menelan
6) Kelemahan atau paralisis ekstremitas
7) Ketidaknormalan dalam berbicara (kadang- kadang)

4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Ketidak efektifan Perfusi jaringan serebral
4.3 TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan :
1) Tanda dan gejala
penurunan perfusi jaringan cerebral hilang
2) Keluarga mampu
melakukan perawatan pasien dengan ketidakefektifan jaringan
cerebral.
3) Pasien tidak
mengalami gangguan pada perfusi jaringan cerebral
4) Pasien patuh terhadap
program terapi
Tindakan Keperawaan :
a. Kaji :
faktor-faktor yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan
tingkat kesadaran dan orientasi
Tanda-tanda Vital (SPO 1)
tanda tanda peningkatan TIK : refleks korneal (SPO 11)
perubahan neurologis : kemampuan bahasa pasien/fungsi
bicara
adanya gelisah, peka rangsang dan serangan kejang
b. Ajarkan :
Tirah baring
Hindari fleksi leher yang berlebih
Cegah aktifitas mengejan
Pemberian Posisi (SPO 12)
Mika-miki (miring kanan miring kiri) (SPO 13)
ROM Pasif (SPO 14)
c. Tindakan kolaborasi
Pemberian Obat
Pemeriksaan Penunjang
Berikan oksigen sesuai indikasi (SPO 15)
5. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
INTOLERANSI AKTIFITAS(Risk for Activity Intolerance)
5.1 PENGKAJIAN
Pengertian
Intoleransi aktifitas adalah kurangnya tenaga baik secara fisik
maupun psikologis untuk melakukan aktifitas sehari-hari (NANDA,
2012-2014; p: 231).
Tanda dan Gejala
1) Klien mengeluh lemah.
2) Aktifitas menurun.
3) Palpitasi, takikardi, peningkatan atau penurunan TD
/ pernapasan dengan aktifitas ringan.
4) Perubahan gambaran EKG yang ditunjukkan
dengan aritmia atau iskemia.
5) Perasaan tidak nyaman
6) Dispnea
7) Fatigue

5.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Intoleransi aktifitas
5.3 TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Tujuan:
1) Pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik
secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
2) Tidak adanya tanda dan gejala intoleransi aktifitas.
3) Keluarga mampu membantu perawatan intolerasi aktifitas
pasien.
4) Pasien patuh terhadap program terapi
5) Pasien mampu dan merasa nyaman saat melakukan aktivitas
sehari-hari

.
b. Tindakan Keperawatan:
Untuk pasien
a) Kaji TTV, tanda, dan gejala intoleransi aktivitas selama dan
sesudah pasien beraktivitas.
b) Diskusikan tentang proses terjadinya masalah intolerasi
aktivitas, serta tanda dan gejalanya dengan pasien serta
masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
c) Ajarkan kepada klien dan keluarga :
- Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan
batasi pengunjung, telepon, dan gangguan yang lain.
- Ubah posisi secara perlahan dan periodik. (SPO 17)
- Latihan ROM aktif/pasif untuk menghindari kekakuan
otot (SPO 14)
- Melakukan ambulasi (SPO 24)
d) Kolaborasi :
- Pemberian obat

DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
medis dan NANDA NIC-NOC.Yogyakarta : Media Action Publishing.
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai