PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
26% dari jumlah jenis kecelakaan yang mengakibatkan seseorang tidak bisa
bekerja selama lebih dari satu hari hingga jangka yang panjang. Sekitar 33%
pada pasien rawat inap di rumah sakit dengan CFR 2,94% dan pada tahun
kepala (20 orang per 100.000 populasi). Insidensi pasien dengan cedera
kepala berat (GCS kurang dari 8) mencapai 100 per 100.000 populasi.2
segera ditangani. Trauma timbul akibat adanya gaya mekanik yang secara
saat awal kejadian, timbulnya kecacatan di kemudian hari atau bahkan pada
yang seringkali bersifat proyektil. Pada tahap lebih lanjut, jika hematom yang
terbentuk lebih besar akan memicu terjadinya sindrom herniasi yang ditandai
hemiparesis kontralateral.
berbagai hal.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
(SDH).
epidural.
d. Mengidentifikasi tentang WOC dari subdural dan epidural.
e. Mengidentifikasi tentang pemeriksaan penunjang untuk subdural
dan epidural.
f. Mengidentifikasi tentang komplikasi subdural dan epidural.
g. Mengidentifikasi tentang penatalaksanaan subdural dan epidural.
h. Mengidentifikasi tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
TINJAUAN TEORI
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut akan mudah sekali
terkena cedera dan mengalami kerusakan. Selain itu, begitu rusak, neuron tidak
dapat diperbaiki lagi. Tepat di atas tengkorak terletak galea aponeurotika, yaitu
jaringan fibrosa padat, dapat digerakkan dengan bebas, yang membantu menyerap
kekuatan trauma eksternal.Di antara kuliat dan galea terdapat suatu lapisan lemak
kranialis
atau
pachymeninx
adalah suatu
struktur
fibrosa
yang kuat dengan suatu lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar
ependim berjalan di atas atap dari ventrikel keempat dan membentuk tela
karena fraktur tulang tengkorak dalam ruang antara tabula interna kranii
dengan duramater. Hematoma epidural merupakan gejala sisa yang serius
darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahaya. Dapat
terjadi dalam beberapa jam sampai 1 2 hari. Lokasi yang paling sering
2.2.2 Etiologi
Hematoma
beberapa keadaan
yang bisa menyebabkan EDH adalah misalnya benturan pada kepala pada
pembuluh darah.
Epidural hematom utamanya disebabkan oleh gangguan struktur
linear. Jika gaya destruktifnya lebih kuat, bisa timbul fraktur yang berupa
Gambar 2.3.
Coup and
countercoup lesion
2.2.3 Patofisiologi
salah satu cabang arteria meningea media robek. Robekan ini sering
tekanan pada lobus temporalis otak ke arah bawah dan dalam. Tekanan ini
positif.
terpompa terus keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala
interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada Epidural hematom.
Kalau pada subdural hematoma cedera primernya hampir selalu berat atau
epidural hematoma dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval
karena pasien langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami
fase sadar.
sekitar mata dan di belakang telinga. Sering juga tampak cairan yang
keluar pada saluran hidung atau telinga. Pasien seperti ini harus
akibat dari cedera kepala. Banyak gejala yang muncul bersaman pada saat
Scan epidural
2.2.5.3 Magnetic Resonance
Imaging (MRI)
MRI akan menggambarkan
batas fraktur yang terjadi. MRI merupakan salah satu jenis pemeriksaan
Dextrose in saline
2) Mengurangi edema otak
Beberapa cara dapat dicoba untuk mengurangi edema otak:
a) Hiperventilasi
Bertujuan untuk menurunkan paO2 darah sehingga mencegah
yang ketat
2.2.6.3 Indikasi
Operasi di lakukan bila terdapat :
1) Volume hamatom > 30 ml
2) Keadaan pasien memburuk
3) Pendorongan garis tenga > 5 mm
4) Fraktur tengkorak terbuka, dan fraktur tengkorak depres dengan
kedalaman >1 cm
5) EDH dan SDH ketebalan lebih dari 5 mm dan pergeseran garis tengah
intracranial.
b. Kompresi batang otak.
2.2.8 Pemeriksaan B6
2.2.8.1 Breathing
jalan napas.
2.2.8.2 Blood
dan memori).
3) Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia,
mata.
5) Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
6) Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus
eliminasi alvi.
2.2.8.6 Bone
antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat
subdural
2.3.2 Etiologi
Trauma kapitis
atau putaran otak terhadap duramater, misalnya pada orang yang jatuh
terduduk.
Trauma pada leher karena guncangan pada badan. Hal ini lebih mudah
terjadi bila ruangan subdura lebar akibat dari atrofi otak, misalnya
ruangan subdura.
Gangguan pembekuan darah biasanya berhubungan dengan
pada trauma, dapat merobek beberapa vena halus pada tempat di mana
Gumpalan darah lambat laun mencair dan menarik cairan dari sekitarnya
atrofi cerebral. Vena jembatan dianggap dalam tekanan yang lebih besar,
bila volume otak mengecil sehingga walaupun hanya trauma yang kecil
jauh lebih rapuh sehingga dapat berperan dalam penambahan volume dari
intra kranial dikompensasi oleh efluks dari cairan likuor ke axis spinal dan
dikompresi oleh sistem vena. Pada fase ini peningkatan tekanan intra
tonsilar melalui foramen magnum dapat terjadi jika seluruh batang otak
hasilnya normal yang mengikuti hancurnya sel darah merah. Teori yang
Biasanya terjadi pada cedera kepala yang cukup berat yang dapat
sesudah trauma. Pada subdural sub akut ini didapati campuran dari
bekuan darah dan cairan darah . Perdarahan dapat lebih tebal tetapi
trauma yang tidak jelas, bahkan hanya terbentur ringan saja bisa
subdural kronik , kita harus berhati hati karena hematoma ini lama
yang lebih baru, kapsula masih belum terbentuk atau tipis di daerah
dinding yang tipis ini protein dari plasma darah dapat menembusnya
menggembungnya hematoma.
Darah di dalam kapsula akan membentuk cairan kental yang dapat
sampai 48 jam setelah cedera. Dan berkaitan erat dengan trauma otak
jaringan otak dan herniasi batang otak dalam foramen magnum, yang
jam tetapi kurang dari 2 minggu setelah cedera. Seperti pada hematoma
subdural akut, hematoma ini juga disebabkan oleh perdarahan vena dalam
ruangan subdural.
Anamnesis klinis dari penmderita hematoma ini adalah adanya trauma
salah satu vena yang melewati ruangan subdural. Terjadi perdarahan secara
tekanan hematoma.
Hematoma subdural yang bertambah luas secara perlahan paling sering
terjadi pada usia lanjut (karena venanya rapuh) dan pada alkoholik. Pada
linglung
perubahan ingatan
tertentu, lokasi yang pasti dan beratnya cedera menentukan jenis kelainan
yang terjadi.
1) Kerusakan Lobus Frontalis
Lobus frontalis pada korteks serebri terutama
Kerusakan yang kecil, jika hanya mengelai satu sisi otak, biasanya
perilakunya.
2) Kerusakan Lobus Parietalis
Lobus parietalis pada korteks serebri menggabungkan
lainnya.
3) Kerusakan Lobus Temporalis
Lobus temporalis mengolah kejadian yang baru saja terjadi
emosional.
Kerusakan pada lobus temporalis sebelah kanan
bahasanya.
Penderita dengan lobus temporalis sebelah kanan yang non-
SDH.
2.3.6.3 CT-Scan
Pemeriksaan CT scan adalah modalitas pilihan utama bila
aksial.
a) Perdarahan Subdural Akut
Perdarahan subdural akut pada CT-scan kepala (non
kontras.
c) Perdarahan Subdural Kronik
Pada fase kronik lesi subdural menjadi hipodens dan sangat
kronis (hipodens).
2.3.6.4 MRI (Magnetic resonance imaging)
pada CT-scan.
2.3.7 Penatalaksanaan
operatif yang dapat dilakukan adalah burr hole craniotomy, twist drill
perdarahan sub dural kronik adalah burr hole craniotomy. Karena dengan
komplikasi yang sudah diketahui. Jika pada pasien yang sudah berusia
definitif.
oleh herniasi uncal dimana sebagian besar disebabkan oleh adanya massa
extra aksial.
Indikasi Operasi
a. Perawatan Pascabedah
Monitor kondisi umum dan neurologis pasien dilakukan
subdural.. Maka dalam hal ini hematoma harus dikeluarkan lagi dan
dilakukan Markam .
b. Follow-up
CT scan kontrol diperlukan apabila post operasi kesadaran tidak
pasien, oleh karena itu perlu control dan berobat secara teratur
dan lanjut.
d. Rehabilitasi
mobilisasi dini
keluarga.
2.3.8 Komplikasi
Subdural hematom dapat memberikan komplikasi berupa :
a) Hemiparese/hemiplegia.
b) Disfasia/afasia
c) Epilepsi
d) Hidrosepalus
e) Subdural empiema
2.3.9 Pemeriksaan B6
a) Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan
bradikardia, disritmia).
c) Brain
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk
terjadi :
(1) Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan,
tubuh.
(5) Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi
diafragma.
(6) Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang