Berdasarkan team kerjanya Produce Subsurface Team terbagi menjadi beberapa bagianlagi, yaitu
:
1. Reservoir Engineer
2. Production Engineer
3. Geologist
4. Technical Assistant
5. SPS Specialist
6. Well Test specialist
a. Production Engineer
Production Engineer bertugas untuk menangani suatu sumur agar produksi tetap optimal. Team
Ini bekerja dengan membuat program yang akan dilaksanakan dilapangan khususnya yang
berkaitan dengan operasi Well Service maupun Workover. Tugas dari Production Engineer antara
lain :
a. Gain JobBerkaitan dengan perolehan produksi yang ada dilapangan dan kegiatannya antara
lain :
1. Perforasi
Adalah kegiatan awal untuk memproduksikan minyak dengan cara menembakkan mesiu pada
dinding casing atau formasi. Jenis-jenis perforasi adalah :
a. Add Perforation
Adalah melakukan penambahan jumlah lubang perforasi dari suatu sumur dari jumlah perforasi
yang telah ada.
b. Re-Perforation
Adalah perforasi ulang yang dilakukan dengan untuk meningkatkan efektifitas dari lubang yang
telah ada maupun dilakukan setelah Squeeze Cementing
2. Zone Isolation
Adalah proses mengisolasi zona yang akan diproduksi atau menutup zona yang sudah tidak
produktif akibat water cut yang tinggi. Untuk mengetahui suatu zona harus diisolasi atau tidak,
dapat dilakukan dengan beberapa metoda sebagai berikut :
a. Production Logging Tool (PLT)
Dilakukan dengan memasukkan alat Logging, sehingga dari data yang diperoleh dapat dianalisa
dan diperkirakan zona yang harus diisolasi.
b. Down Hole Video (DHV)
Dilakukan dengan memasukkan kamera kedalam lubang sumur, sehingga dapat terlihat bagian
bawah lubang sumur. Dari hasil rekaman kamera dapat diketahui zone pada formasi yang harus
diisolasi. Kebanyakan memakai Coiled Tubbing dalam pengoperasiannya
c. Production Test (PT)
Dilakukan untuk mengetahui produksi dari suatu sumur. Production Test (PT) dapat dilakukan
dengan metoda-metoda, antara lain :
1. Individual Zone Test (IZT)
Yaitu jenis uji produksi yang dilakukan perzona dari tiap formasi. Tujuannya untuk mengtahui
kemampuan produksi dari tiap zona formasi. Pada individual Zone Test ini, digunakan REDA
Pump. Dari individual zone test, selanjutnya dilakukan Micro Motion Test dan dua data penting
yang dapat diambil adalah Water Cut dan Productioan Rate secara lebih teliti.
2. Swab Test
Yaitu jenis tes produksi yang dilakukan dengan menggunakan alat swab test. Dari swab test,
dapat diketahui parameter-parameter antara lain, yaitu produksi sumur, dan water cutnya tetapi
data yang diambil masih secara kasar.
3. C/O Log
Yaitu jenis test untuk mendeteksi kandungan karbon dan oksigen dari suatu formasi.
2. Stimulation
Stimulasi di sumur dilakukan untuk memperbaiki reservoir yang rusak. Metoda stimulasi ini bisa
dilakukan dengan Acidezing maupun Fracturing dengan menggunakan bahan kimia tertentu
untuk mengangkat skin yang ada pada zona formasi yang rusak tadi. Pelaksanaanya harus hati-
hati, karena keterlambatan dalam melakukan swab dapat mengakibatkan plug yang justru dapat
merusak formasi.
b. Maintenance
Bagian ini mempunyai tanggungjawab untuk mengoptimasikan dan memperbaiki jika ada
kerusakan pada alat-alat produksi, seperti pompa. Hal-hal tersebut misalnya, Zero Maq (0M),
High ampere, Low Ampere dan lain-lain.
c. Water Injection Well (WIW)
Water injection well ini bertujuan untuk mengoptimasi injection rate suatu sumur, hal ini dapat
dilakukan dengan mengamati fluida yang masuk ke sumer dan yang keluar dari sumur. Pola yang
dipakai dilapangan minas ada dua, yaitu :
1. Pattern
Adalah suatu pola, dimana sumur injeksi ditengah-tengah beberapa sumur produksi. Pola inilah
yang paling optimal dilakukan dilapangan saat ini.
2. Peripheral
Adalah suatu pola dimana sumur injeksi mengelilingi sumur produksi. Dan hasil injeksinya
kurang optimal.
3. Line Drive
Adalah suatu pola dengan menempatkan satu injektor pada setiap satu sumur, biasanya paling
efektif pada zona yang banyak patahannya.
d. Initial Completion
Dalam hal ini yang dilakukan adalah melengkapi sumur yang baru selesai di bor sehingga dapat
memproduksi minyak dengan optimal. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1. Melakukan Cement Bond Logging, yaitu untuk dapat mengetahui apakah ikatan antara
casing , cement dan formasi baik atau tidak. Bila kurang baik maka perlu dilakukan sequeze
cementing.
2. Mengolah dan meneliti data logging sehingga dapat memperkirakan zona yang dinilai
produktif menghasilkan minya.
3. Melakukan perforasi zona yang dinilai produktif dan dilanjutkan dengan tes kemampuan zona
mana yang akan dibuka untuk berproduksi, atau zona mana yang perlu diisolasi.
b. Geologist
Adalah team yang bertugas melakukan korelasi hasil dari logging suatu sumur untuk kemudian
dianalisa apakah benar daerah sekitar sumur tersebut masih memiliki potensi untuk penambahan
produksi minyak. Selain itu team ini juga menganalisa hasil logging pada sumur baru untuk
menganalisa formasi mana yang akan diproduksi.
c. Reservoir Engineer
Team ini bertugas untuk menganalisa hasil laporan geologist, kemudian hasilnya sebagai acuan
production engineering dalam membuat program. Selain itu reservoir engineer bertugas
menghitung reserve dari suatu lapangan.
d. SPS Spesialist
Pompa yang banyak dipakai di minas adalah ESP. ESP sendiri juga dikenal sebagai pompa
REDA yang dikembangkan oleh REDA sekitar tahun 1950. Seperempat lebih produksi minyak
di dunia diperoleh dengan pompa ini yang sanggup memompakan seratus sampai seratus ribu
BOPD (Barrel Oil Per Day). Unit pompa ESP terdiri atas :
1. Pump
Yaitu susunan beberapa stages dan masing-masing stages terdiri atas Impeller dan Diffuser yang
statis. Makin banyak stages, maka makin besar fluida yang dapat dipompakan.
2. Protector
Yaitu bagian pompa yang berfungsi sebagai penyekat agar air tidak masuk kedalam motor dan
merusaknya. Protector dipasang diantara motor dan pompa.
3. Electric Motor
Yaitu motor pada ESP yang merupakan motor listrik 3 fasa. Berfungsi sebagai tenaga pengerak
pompa. Motor sendiri terdiri dari dua bagian utama, yaitu Rotor dan stator. Di atas pompa pada
tubbing dipasang check valve. Valve ini berguna uintuk mencegah agar fluida dalam tubbing
tidak turun kebawah saat ESP mati. Turunnya fluida akan memutar balik pompa dan merusak
motor pompa. Selain check valve, biasanya dipasang juga bleeder valve yang berguna untuk
membuang fluida yang terdapt dalam tubbing kedalam sumur.
e. Well Test Specialist (WTS)
Team ini bertugas dalam melakukan uji produksi kedalam sumur. Metoda-metoda yang
digunakan antara lain Micro Motion Test, Sonolog Test, Static Bottom Hole Pressure. Kegiatan
ini biasanya dilakukan secara rutin minimal satu bulan sekali untuk setiap sumur. Metode
pengujian itu adalah :a. Micro Motion TestBertujuan untuk mengetahui laju produksi fluida, laju
produksi minyak serta menentukan besarnya water cut. Tes tersebut dilakukan berdasarkan
perbedaan densitas pada fluida, yaitu perbedaan densitas minyak dan air formasi yang mengalir.
Namun alat ini memiliki sedikit kelemahan, yaitu tidak dapat mendeteksi adanya gas, sehingga
hanya dapat digunakan untuk sumur yang tidak menghasilkan gas. Alat Micro Motion ini hanya
dapat digunakan dengan baik pada tekana lebih besar dari 130 psi, sehingga pengesetan harus
dilakukan dekat dengan sumur.Komponen Micro Motion antara lain :
1. Sensor UnitSensor ini akan mendeteksi reaksi aliran dalam pipa dan memproses dengan cepat
aliran berdasarkan densitas dan mengubahnya menjadi sinyal-sinyal.
2. Remote Flow Transmitter.Penerima sinyal dari sensor unit lalu memprosesnya berdasarkan
konfigurasi yang telah diprogram kealat interface
3. Transmitter Interface.Merupakan unit yang menunjukkan hasil tes secara digital.
b. Sonolog TestMerupakan kegiatan yang berfungsi mengukur Static Fluid Level (SFL) untuk
sumur mati dan Working Fluid Level (WFL) untuk sumur yang masih berproduksi. Prinsip
kerjanya dengan mengirimkan getaran kedalam sumur yang berasal dari gas N2. Getaran tersebut
dihubungkan dengan recorder yang berfungsi untuk menggambarkan pola getaran gas N2
tersebut. Bila getaran tersebut melewati tubbing joint, pola grafiknya akan membentuk defleksi
dan saat getaran dipantulkan lagi ke permukaan fluid level, pola aliran akan menggulung.
Kedalam fluid level dapat dilihat dari jumlah tubbing joint yang dikonversikan menjadi satuan
kedalaman.Peralatan Sonolog Test terdiri dari :
1. Well Sounder, berfungsi sebagai penghasil getaran yang dipasangkan pada kepala sumur.
2. Amplifier, berfungsi sebagai alat penguat dan pencatat pantulan getaran dari dalam
sumur.Fluid level ini sangat menentukan kinerja pompa yang akan dipasang. Sebelum sumur
diproduksikan, penentuan fluid level sangat diperlukan untuk menentukan ukuran pompa yang
akan dipasang. Fluid level itu sendiri merupakan ukuran kemampuan siatu sumur untuk
memproduksikan fluidanya. Makin tinggi fluid level, makin bagus produksinya karena
tekanannya masih besar. Sedangkan setelah sumur diproduksikan, penentuan fluid level
dilakukan untuk mengetahui apakah sumur tersebut masih support untuk pompa yang
sebelumnya telah dipasang. Flui level terdiri atas Static Fluid Level dan Working Fluid level.
Suatu sumur dikatakan masih support untuk ukuran suatu pompa jika WFL sumur tersebut
sekitar 300400 ft diatas Pump Setting Depth. Istilah support disini menandakan bahwa pompa
yang digunakan dapat menghisap fluida dari dalam sumur dengan efisiensi yang optimal dan
tidak merusaknya. Ukuran fluid level inilah yang dijadikan dasar apakah suatu pompa perlu
diganti atau tidak. Suatu sumur dengan fluid level yang terlalu rendah menandakan bahwa
pompa yang ada perlu di size down, dalam arti ukuran pompa diturunkan laju alirannya.
Sedangkan untuk fluid level tinggi maka kemungkinan pompanya akan di size up. Pada
umumnya pompa yang dipakai dilapangan Minas adalah Electric Submersible Pump (ESP).
Pompa ini sangat sensitif terhadap perubahan laju alir, oleh karena itu perubahan yang terlalu
besar akan merusak pompa itu sendiri. Merek pompa ESP yang banyk dipakai adalah jenis
REDA dan Centrilift yang memiliki prinsip kerja yang hampir sama.
c. Static Bottom Hole Pressure (SBHP)
Test ini dilakukan pada sumur obsevasi. Pengontrolan Bottom Hole Pressure (BHP) menentukan
tekanan formasi pada interval tertentu dalam program Interval Zone Test. Didalam tabung SBHP
Tools terdapat Bourden Tube, yang dapat diberikan tekana dari uarl. Alat ini akan mengembang
dan menguncup sesuai dengan perubahan tekanan yang terjadi didalam sumur. Gerakan bourden
tube akan menggores chart yang terbuat dari logam, yang digerakkan dari permukaan oleh timer
sehingga dari goresan chart tersebut dapat dibaca berapa tekanan sesuai dengan perubahan
tekanan didalam sumur.