Anda di halaman 1dari 10

Pengertian work over (Kerja ulang) Operasi pada sumur produksi untuk tujuan

perbaikan atau peningkatan produksi misalnya dengan jalan pendalaman,


penyumbatan kembali, pencabutan dan pemasangan kembali pipa saringan,
penyemenan tekan, penembakan dan pengasaman. (glosarium)
sumber: Glosarium esdm.go.id

WELL SERVICE/WORK OVER


PENGETAHUAN MENGENAI WELL SERVICE/WORK OVER

A. Well Service / Work Over


Well Service merupakan suatu bagian yang bertugas menangani segala kegiatan yang
berhubungan dengan sumur. Kegiatan tersebut meliputi usaha agar sumur siap berproduksi

(initial completion) maupun usaha perbaikan sumur akibat kerusakan saat berproduksi (Work
Over). Semua kegiatan yang dilakukan oleh team ini bertujuan untuk mempertahankan serta
meningkatkan laju produksi sumur.
Well Service dibagi dalam beberapa bagian yaitu :
1. Tool House adalah bagian yang bertugas dalam menyediakan dan memelihara segala
peralatan sehingga dapat selalu siap pakai.
2. Operation adalah bagian yang melaksanakan pemasangan artificial lift serta memperbaiki
kerusakan yang ada pada sumur-sumur.
3. Transport Well Service adalah bagian yang memperlancar pekerjaan well service dengan
selalu menyediakan transport untuk mengantarkan segala peralatan yang saat melakukan
service terhadapsumur.Pekerjaan yang dilakukan oleh divisi ini dibagi dalam empat
kelompok kerja yaitu : initial completion, sevice, work over dan equipment maintanance.
a. Initial Completion
Initial Completion merupakan pekerjaan awal dari suatu sumur baru yang dilakukan setelah
pengeboran yaitu dengan cara melengkapi sumur dengan segala peralatan sehingga sumur
dapat mulai berproduksi.
1. Run CBL (Cement Bond Logging)Tujuannya untuk mengetahui kualitas penyemenan agar
dapat diketahui daerah yang belum tersemen dengan baik. Semen yang tidak terdistribusi
dengan baik dapat mengakibatkan terjadinya komunikasi antara zona produktif dengan zona
air. Bila ini terjadi maka kandungan air yang terangkat ke permukaan akan tinggi.
2. Squeese CementingSqueeze cementing adalah kegiatan penyempurnaan semen sumur
produksi. Kegunaan squeeze cementing ini adalah :
a. Memperbaiki penyemenan primer yang tidak sempurna.
b. Menutup zona lost circulation.
c. Memperbaiki casing yang bocor.
d. Menutup lubang perporasi yang salah.
e. Mengisi zona yang tidak produktif.
Teknik yang dilakukan dalam squeeze cementing ini ada dua :
1. High Pressure Cementing yaitu penyemenan dengan menggunakan tekanan tinggi yang
berfungsi untuk menutup rekahan yang merugikan yang terdapat di dalam formasi.
2. Low Pressure Cementing yaitu penyemenan dengan menggunakan tekanan
rendah.Tujuannya untuk membentuk filter cake atau dinding penutup formasi,dan saluran
fracture yang mungkin saja terbuka sampai ke formasi.
3. Perforating, Perforating adalah suatu pekerjaan yang dilakukan untuk melubangi casing
agar terjadi hubungan antara well bore dengan reservoir. Untuk melakukan hal ini dibutuhkan
suatu alat yang disebut GUN.
4. Swabbing, Swabbing yaitu pekerjaan mengangkat sejumlah fluida dari dalam sumur
denganmenggunakan alat penghisap (swab Tool) melalui tubing, drill pipe.
Fungsi swabbing adalah sebagai berikut :
1. Menentukan production rate dari sebuah zona sumur.
2. Untuk menentukan apakah suatu casing mengalami kebocoran.
3. Memancing agar suatu well dapat flowing.
4. Mengambil kembali spent acid yang telah dipompakan agar tidak merusak casing
b. Well Service Job
Well Service Job pada prinsipnya adalah kegiatan atau pekerjaan untuk merawat suatu sumur
supaya dapat terus berproduksi sesuai dengan yang diinginkan. Untuk merawat sumur ini
diperlukan alat yang dapat membantu untuk mempermudah setiap pekerjaan yang dilakukan.
1. Surface Equipment
Surface equipment adalah segala peralatan yang berada di atas permukaan sumur.
a. Rig

Rig adalah suatu alat berat yang digunakan untuk melakukan pengeboran sumur minyak.
Rig digunakan untuk mencabut dan memasukkan pipa-pipa dari dan ke dalam sumur. Rig
yang digunakan di PT CPI Minas adalah Hydraulic Powered, Self Propelled, Self Guyed,
back in Type dan Double Mast.
b. Pompa
Pompa adalah alat memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan
tekanan rendah atau tinggi sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan pompa biasanya dilakukan
pada sirkulasi air, tes casing, tes BOPE dan kill well.
Jenis-jenis pompa antara lain :
1. Pompa DuplexPompa ini termasuk jenis Positive Displacement Pump atau Reprocating
Pump yang dilengkapi dua buah piston. Setiap piston mempunyai dua klep hisap (suction
valve) dan dua klep buang (discharge valve) karena itu disebut Double Acting Pump.
2. Pompa TriplexPompa triplex digunakan untuk tekanan yang lebih tinggi dengan volume
pemompaan yang lebih kecil. Pompa triplex dilengkapi dengan tiga piston yang bekerja
sedemikian rupa sehingga memproduksi tekanan yang lebih tinggi dibandingkan pompa
Duplex.
c. Blow Out Preventer Equipment
(BOPE)Merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
menahan semburan liar akibat tekanan reservoar yang tinggi dalam sumur. Blow Out
Preventer Equipment (BOPE) dipasang di atas flange bagian atas dari suatu sumur yang
dilekatkan oleh beberapa baut yang dikunci kuat untuk keselamatn jiwa, operasi dan hal-hal
yang tidak diinginkan.
2. Subsurface Equipment.
a.Packer
Packer adalah alat berupa karet yang digunakan untuk mengisolasi suatu kedalaman
tertentu dari lubang sumur.Packer berfungsi untuk :
1. Menyekat antara tubing dan casing untuk menjebak cairan ke reservoar.
2. Mencegah masuknya semen ke lubang perforasi pada saat dilakukan squeeze cementing.
3. Memisahkan zona-zona pada lubang bor.
4. Penyangga tubing.
5. Untuk keperluan pengetesan sumur seperti swab test.
6. Mengisolasi casing yang mengalami kebocoran.
b. Tubular Product
Tubular product dibagi menjadi tiga bagian yaitu drill pipe, casing dan tubing.
Drillpipe adalah pipa yang dipakai dalam pemboran dan berfungsi sebagai penyalur lumpur
pemboran dan mentransmisikan putaran rotary table sehingga dapat memutar bit. Drillpipe
merupakan tubing tanpa las, panjang setiap bagiannya sekitar 30 ft.
Casing berfungsi untuk menahan tekanan formasi setelah lumpur dibuang dari dalam sumur,
mempertahankan stabilitas lubang bor sehingga tidak mudah runtuh dan menghindari
terjepitnya pipa akibat mud cake atau lempung ketika produksi sedang berlangsung.
c. Sand Pump
Pompa pasir (sand pump, bailer) berfungsi membersihkan pasir dari dalam lubang sumur
pada kedalaman yang sudah ditentukan. Cara kerjanya adalah dengan menghisap pasir
kotoran-kotoran tersebut sehingga dinamakan suction bailer.
c. Work Over
Work over adalah semua pekerjaan yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan sumur agar
produksi sumur tersebut semakin meningkat, atau tetap dapat dipertahankan termasuk
diantaranya karakteristik sumur. Jenis-jenis pekerjaan work over adalah :
1. Add perforation (penambahan lubang perforasi).
2. Pembersihan lubang-lubang perforasi.
3. Isolasi zona.

d. Equipment Maintenance
Perawatan dan penjagaan barang atau alat-alat dalam keadaan baik dan dapat dipakai
berulang-ulang kali merupakan pekerjaan dari equipment maintenance. Pekerjaan ini sangat
penting sekali mengingat peralatan yang dipakai dalam produksi minyak bumi sangat mahal
sehingga perlu untuk menghematnya. Disamping itu tempat ini juga digunkan untuk
memperbaiki peralatan yang rusak seperti packer, swivel dan reda pump.
e. Subproduce Equipment
Subproduce equipment adalah peralatan yang berfungsi untuk memindahkan minyak dari
perut bumi ke permukaan. Terdapat beberapa peralatan yang berfungsi sebagai subproduce
equipment yaitu sebagai berikut 1. Reda pump, pompa submersible yang berfungsi
memompakan minyak ke permukaan. Pompa ini memiliki kapasitas yang beragam yaitu 100
15000 bpd.
2. Switch board, berfungsi menyuplai listrik pada reda pump dan mengontrol kerja reda
pump.
3. Transformer, untuk mengubah tegangan arus listrik dari line agar sesuai dengan kebutuhan
reda pump yang dipasang.
4. Tubing hanger, berfungsi untuk menggantung tubing pada casing head.
5. Cable guard, berfungsi sebagi pelindung flat cable extention.
B. Produce Subsurface TeamTugas Produce Suibsurface Team adalah menangani sumursumur minyak yang ada pada suatu area yang dikelolanya agar tetap dapat berproduksi
dengan laju produksi yang optimum. Team ini bertugas dari awal suatu proses produksi
sampai ke Gathering Station.Produce Team dibagi menjadi :
1. Produce Subsurface team
2. Maintenance
3. Rotation Equipment
4. Well Service
Berdasarkan team kerjanya Produce Subsurface Team terbagi menjadi beberapa bagianlagi,
yaitu :
1. Reservoir Engineer
2. Production Engineer
3. Geologist
4. Technical Assistant
5. SPS Specialist
6. Well Test specialist
a. Production Engineer
Production Engineer bertugas untuk menangani suatu sumur agar produksi tetap optimal.
Team Ini bekerja dengan membuat program yang akan dilaksanakan dilapangan khususnya
yang berkaitan dengan operasi Well Service maupun Workover. Tugas dari Production
Engineer antara lain :
a. Gain JobBerkaitan dengan perolehan produksi yang ada dilapangan dan kegiatannya antara
lain :
1. Perforasi
Adalah kegiatan awal untuk memproduksikan minyak dengan cara menembakkan mesiu pada
dinding casing atau formasi. Jenis-jenis perforasi adalah :
a. Add Perforation
Adalah melakukan penambahan jumlah lubang perforasi dari suatu sumur dari jumlah
perforasi yang telah ada.
b. Re-Perforation
Adalah perforasi ulang yang dilakukan dengan untuk meningkatkan efektifitas dari lubang

yang telah ada maupun dilakukan setelah Squeeze Cementing


2. Zone Isolation
Adalah proses mengisolasi zona yang akan diproduksi atau menutup zona yang sudah tidak
produktif akibat water cut yang tinggi. Untuk mengetahui suatu zona harus diisolasi atau
tidak, dapat dilakukan dengan beberapa metoda sebagai berikut :
a. Production Logging Tool (PLT)
Dilakukan dengan memasukkan alat Logging, sehingga dari data yang diperoleh dapat
dianalisa dan diperkirakan zona yang harus diisolasi.
b. Down Hole Video (DHV)
Dilakukan dengan memasukkan kamera kedalam lubang sumur, sehingga dapat terlihat
bagian bawah lubang sumur. Dari hasil rekaman kamera dapat diketahui zone pada formasi
yang harus diisolasi. Kebanyakan memakai Coiled Tubbing dalam pengoperasiannya
c. Production Test (PT)
Dilakukan untuk mengetahui produksi dari suatu sumur. Production Test (PT) dapat
dilakukan dengan metoda-metoda, antara lain :
1. Individual Zone Test (IZT)
Yaitu jenis uji produksi yang dilakukan perzona dari tiap formasi. Tujuannya untuk
mengtahui kemampuan produksi dari tiap zona formasi. Pada individual Zone Test ini,
digunakan REDA Pump. Dari individual zone test, selanjutnya dilakukan Micro Motion Test
dan dua data penting yang dapat diambil adalah Water Cut dan Productioan Rate secara lebih
teliti.
2. Swab Test
Yaitu jenis tes produksi yang dilakukan dengan menggunakan alat swab test. Dari swab test,
dapat diketahui parameter-parameter antara lain, yaitu produksi sumur, dan water cutnya
tetapi data yang diambil masih secara kasar.
3. C/O Log
Yaitu jenis test untuk mendeteksi kandungan karbon dan oksigen dari suatu formasi.
2. Stimulation
Stimulasi di sumur dilakukan untuk memperbaiki reservoir yang rusak. Metoda stimulasi ini
bisa dilakukan dengan Acidezing maupun Fracturing dengan menggunakan bahan kimia
tertentu untuk mengangkat skin yang ada pada zona formasi yang rusak tadi. Pelaksanaanya
harus hati-hati, karena keterlambatan dalam melakukan swab dapat mengakibatkan plug yang
justru dapat merusak formasi.
b. Maintenance
Bagian ini mempunyai tanggungjawab untuk mengoptimasikan dan memperbaiki jika ada
kerusakan pada alat-alat produksi, seperti pompa. Hal-hal tersebut misalnya, Zero Maq (0M),
High ampere, Low Ampere dan lain-lain.
c. Water Injection Well (WIW)
Water injection well ini bertujuan untuk mengoptimasi injection rate suatu sumur, hal ini
dapat dilakukan dengan mengamati fluida yang masuk ke sumer dan yang keluar dari sumur.
Pola yang dipakai dilapangan minas ada dua, yaitu :
1. Pattern
Adalah suatu pola, dimana sumur injeksi ditengah-tengah beberapa sumur produksi. Pola
inilah yang paling optimal dilakukan dilapangan saat ini.
2. Peripheral
Adalah suatu pola dimana sumur injeksi mengelilingi sumur produksi. Dan hasil injeksinya
kurang optimal.
3. Line Drive
Adalah suatu pola dengan menempatkan satu injektor pada setiap satu sumur, biasanya paling
efektif pada zona yang banyak patahannya.

d. Initial Completion
Dalam hal ini yang dilakukan adalah melengkapi sumur yang baru selesai di bor sehingga
dapat memproduksi minyak dengan optimal. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1. Melakukan Cement Bond Logging, yaitu untuk dapat mengetahui apakah ikatan antara
casing , cement dan formasi baik atau tidak. Bila kurang baik maka perlu dilakukan sequeze
cementing.
2. Mengolah dan meneliti data logging sehingga dapat memperkirakan zona yang dinilai
produktif menghasilkan minya.
3. Melakukan perforasi zona yang dinilai produktif dan dilanjutkan dengan tes kemampuan
zona mana yang akan dibuka untuk berproduksi, atau zona mana yang perlu diisolasi.
b. Geologist
Adalah team yang bertugas melakukan korelasi hasil dari logging suatu sumur untuk
kemudian dianalisa apakah benar daerah sekitar sumur tersebut masih memiliki potensi untuk
penambahan produksi minyak. Selain itu team ini juga menganalisa hasil logging pada sumur
baru untuk menganalisa formasi mana yang akan diproduksi.
c. Reservoir Engineer
Team ini bertugas untuk menganalisa hasil laporan geologist, kemudian hasilnya sebagai
acuan production engineering dalam membuat program. Selain itu reservoir engineer
bertugas menghitung reserve dari suatu lapangan.
d. SPS Spesialist
Pompa yang banyak dipakai di minas adalah ESP. ESP sendiri juga dikenal sebagai pompa
REDA yang dikembangkan oleh REDA sekitar tahun 1950. Seperempat lebih produksi
minyak di dunia diperoleh dengan pompa ini yang sanggup memompakan seratus sampai
seratus ribu BOPD (Barrel Oil Per Day). Unit pompa ESP terdiri atas :
1. Pump
Yaitu susunan beberapa stages dan masing-masing stages terdiri atas Impeller dan Diffuser
yang statis. Makin banyak stages, maka makin besar fluida yang dapat dipompakan.
2. Protector
Yaitu bagian pompa yang berfungsi sebagai penyekat agar air tidak masuk kedalam motor
dan merusaknya. Protector dipasang diantara motor dan pompa.
3. Electric Motor
Yaitu motor pada ESP yang merupakan motor listrik 3 fasa. Berfungsi sebagai tenaga
pengerak pompa. Motor sendiri terdiri dari dua bagian utama, yaitu Rotor dan stator. Di atas
pompa pada tubbing dipasang check valve. Valve ini berguna uintuk mencegah agar fluida
dalam tubbing tidak turun kebawah saat ESP mati. Turunnya fluida akan memutar balik
pompa dan merusak motor pompa. Selain check valve, biasanya dipasang juga bleeder valve
yang berguna untuk membuang fluida yang terdapt dalam tubbing kedalam sumur.
e. Well Test Specialist (WTS)
Team ini bertugas dalam melakukan uji produksi kedalam sumur. Metoda-metoda yang
digunakan antara lain Micro Motion Test, Sonolog Test, Static Bottom Hole Pressure.
Kegiatan ini biasanya dilakukan secara rutin minimal satu bulan sekali untuk setiap sumur.
Metode pengujian itu adalah :a. Micro Motion TestBertujuan untuk mengetahui laju produksi
fluida, laju produksi minyak serta menentukan besarnya water cut. Tes tersebut dilakukan
berdasarkan perbedaan densitas pada fluida, yaitu perbedaan densitas minyak dan air formasi
yang mengalir. Namun alat ini memiliki sedikit kelemahan, yaitu tidak dapat mendeteksi
adanya gas, sehingga hanya dapat digunakan untuk sumur yang tidak menghasilkan gas. Alat
Micro Motion ini hanya dapat digunakan dengan baik pada tekana lebih besar dari 130 psi,
sehingga pengesetan harus dilakukan dekat dengan sumur.Komponen Micro Motion antara
lain :
1. Sensor UnitSensor ini akan mendeteksi reaksi aliran dalam pipa dan memproses dengan

cepat aliran berdasarkan densitas dan mengubahnya menjadi sinyal-sinyal.


2. Remote Flow Transmitter.Penerima sinyal dari sensor unit lalu memprosesnya berdasarkan
konfigurasi yang telah diprogram kealat interface
3. Transmitter Interface.Merupakan unit yang menunjukkan hasil tes secara digital.
b. Sonolog TestMerupakan kegiatan yang berfungsi mengukur Static Fluid Level (SFL) untuk
sumur mati dan Working Fluid Level (WFL) untuk sumur yang masih berproduksi. Prinsip
kerjanya dengan mengirimkan getaran kedalam sumur yang berasal dari gas N2. Getaran
tersebut dihubungkan dengan recorder yang berfungsi untuk menggambarkan pola getaran
gas N2 tersebut. Bila getaran tersebut melewati tubbing joint, pola grafiknya akan
membentuk defleksi dan saat getaran dipantulkan lagi ke permukaan fluid level, pola aliran
akan menggulung. Kedalam fluid level dapat dilihat dari jumlah tubbing joint yang
dikonversikan menjadi satuan kedalaman.Peralatan Sonolog Test terdiri dari :
1. Well Sounder, berfungsi sebagai penghasil getaran yang dipasangkan pada kepala sumur.
2. Amplifier, berfungsi sebagai alat penguat dan pencatat pantulan getaran dari dalam
sumur.Fluid level ini sangat menentukan kinerja pompa yang akan dipasang. Sebelum sumur
diproduksikan, penentuan fluid level sangat diperlukan untuk menentukan ukuran pompa
yang akan dipasang. Fluid level itu sendiri merupakan ukuran kemampuan siatu sumur untuk
memproduksikan fluidanya. Makin tinggi fluid level, makin bagus produksinya karena
tekanannya masih besar. Sedangkan setelah sumur diproduksikan, penentuan fluid level
dilakukan untuk mengetahui apakah sumur tersebut masih support untuk pompa yang
sebelumnya telah dipasang. Flui level terdiri atas Static Fluid Level dan Working Fluid level.
Suatu sumur dikatakan masih support untuk ukuran suatu pompa jika WFL sumur tersebut
sekitar 300400 ft diatas Pump Setting Depth. Istilah support disini menandakan bahwa
pompa yang digunakan dapat menghisap fluida dari dalam sumur dengan efisiensi yang
optimal dan tidak merusaknya. Ukuran fluid level inilah yang dijadikan dasar apakah suatu
pompa perlu diganti atau tidak. Suatu sumur dengan fluid level yang terlalu rendah
menandakan bahwa pompa yang ada perlu di size down, dalam arti ukuran pompa diturunkan
laju alirannya. Sedangkan untuk fluid level tinggi maka kemungkinan pompanya akan di size
up. Pada umumnya pompa yang dipakai dilapangan Minas adalah Electric Submersible Pump
(ESP). Pompa ini sangat sensitif terhadap perubahan laju alir, oleh karena itu perubahan yang
terlalu besar akan merusak pompa itu sendiri. Merek pompa ESP yang banyk dipakai adalah
jenis REDA dan Centrilift yang memiliki prinsip kerja yang hampir sama.
c. Static Bottom Hole Pressure (SBHP)
Test ini dilakukan pada sumur obsevasi. Pengontrolan Bottom Hole Pressure (BHP)
menentukan tekanan formasi pada interval tertentu dalam program Interval Zone Test.
Didalam tabung SBHP Tools terdapat Bourden Tube, yang dapat diberikan tekana dari uarl.
Alat ini akan mengembang dan menguncup sesuai dengan perubahan tekanan yang terjadi
didalam sumur. Gerakan bourden tube akan menggores chart yang terbuat dari logam, yang
digerakkan dari permukaan oleh timer sehingga dari goresan chart tersebut dapat dibaca
berapa tekanan sesuai dengan perubahan tekanan didalam sumur.
Tahapan dalam well complecation
1. Open Hole Completion
Open Hole completion merupakan jenis well completion dimana pemasangan casing hanya
diatas zona produktif sehingga formasi produktif dibiarkan tetap terbuka tanpa casing
kebawahnya. Sehingga formasi produktif secara terbuka diproduksikan ke permukaan.
Keuntungan Open Hole Completion:

Biaya murah dan sederahana Mudah bila ingin dilakukan Logging kembali
Mudah untuk memperdalam sumur
Tidak memerlukan biaya perforasi
Kerugian Open Hole Completion:
Biaya perawatan mahal (perlu sand clean-up rutin)
Sukar melakukan stimulasi pada zona yang berproduksi
Tidak dapat melakukan seleksi zona produksi
Batuan pada formasi harus Consolidated
Source: www.oil-gas.state.co.us
2. Cased Hole Completion
Cased Hole Completion merupakan jenis completion yang menggunakan casing secara
keseluruhan hingga menutupi zona formasi produktif lalu dilakukan perforasi untuk
memproduksikannya.
Keuntungan Cased Hole Completion:
Bisa melakukan multiple completion
Zona produktif antar lapisan tidak saling berkomunikasi sehingga memudahkan
perhitungan flowrate tiap lapisan
Lebih teliti dalam penentuan kedalaman subsurface equipment. Karena wireline logging
dilakukan sebelum produksi.
Sangat baik untuk diterapkan pada formasi produktif sandstone.
Kerugian Cased Hole Completion:
Penambahan Biaya terhadap Casing, Cementing & Perforasi
Kerusakan formasi akibat perforasi bisa mengakibatkan terhambatnya aliran produksi
dan menurunkan produktivitas sumur.
Efek cementing kurang baik dapat mengganggu stabilitas formasi
Well deepening akan menggunakan diameter yang lebih kecil.
Source: www.virtualsciencefair.org
3. Liner Completion
Liner Completion merupakan jenis completion yang menggunakan casing yang digabungkan
dengan liner pada zona formasi produktif. Penggunaan liner dikarenakan kedalaman formasi
produktif dari casing tidak terlalu jauh ( 100 meter). Apabila pemasangan casing dimulai dari
permukaan hingga kedalaman formasi yang dituju, maka pemasangan Liner dimulai dari
beberapa meter dari zona terbawah casing. Kegunaan Liner yang utama adalah menjaga
stabilitas lubang bor di subsurface. Liner completion terbagi 2, yaitu Screen Liner completion
(penggunaan dengan liner pada umumnya) & Cemented Perforated Liner Completion (liner
completion yang disemen dan dilakukan perforasi). Keuntungan Liner Completion adalah
mengurangi biaya casing. Keuntungan lainnya hampir sama dengan Cased hole completion.
Pada umumnya, untuk sumur2 yang masih flowing secara natural, completion design bisa
berupa:
a. Single Completion:
Production tubingnya cuman satu dan memproduksi single zone atau multiple payzones
secara commingle (digabungin jadi satu).
b. Single Selective Completion:

Production tubingnya juga cuman satu, tapi mengcover beberapa payzones yang dipisahkan
oleh beberapa packer. Produksinya pun dilakukan zone by zone, biasanya mulai dari zone
terbawah. Bila sudah depleted, zone bawah ditutup (pakai sliding sleeve), lalu gantian zone
diatasnya yang dibuka. Kenapa tidak dijadikan satu aja? Alasannya bisa bermacam2: Ada
yang pingin tau karakteristik dari masing2 zone, alasan quota, atau karena alasan2 teknis
(ada kalanya zone2 tsb gak bisa commingle karena perbedaan reservoir pressure, dan

kalo dipaksain bisa terjadi "underground blow-out" dimana hydrocarbon dari zone
bertekanan tinggi mengalir ke zone di sebelahnya yang bertekanan rendah. Akibatnya, gak
ada hydrocarbon yang nongol ke permukaan dan kita kehilangan produksi migas yang
significant)
c. Dual Completion:
Tubingnya ada 2 (namanya juga "dual") yang mengcover multiple
zones secara simultan. Dual completion ini dulu banyak dilakukan oleh
ARCO di Laut Jawa, karena payzones nya yang memang berlapis2 dan
ingin diproduksi sekaligus (karena rig juga mahal kalo harus bolak balik
datang untuk running completion).

Anda mungkin juga menyukai