Gas Lift
Gas Lift
GAS LIFT
1.1. PENDAHULUAN
Sumur-sumur minyak yang laju produksinya (sudah) rendah atau
bahkan sudah tidak mampu mengalirkan minyak ke permukaan dapat
ditingkatkan/ dihidupkan kembali dengan menggunakan pompa atau gas
(gas lift). Pemakaian pompa dan gas lift pada suatu lapangan perlu
memperhatikan :
- Karakteristik fluida yang akan diproduksi
- Kemiringan sumur
- Rate produksi yang diinginkan
- Kekompakan formasi
- Dan lain-lain
Khususnya yang akan dibicarakan di bawah ini adalah cara produksi
dengan gas lift.
Gas lift merupakan salah satu metode pengangkatan buatan di
samping metode pemompaan, setelah cara sembur alam tidak dapat
dilakukan.
Gas lift didefinisikan sebagai suatu proses/ metode pengangkatan
fluida dari lubang sumur dengan cara menambahkan gas/ menginjeksikan
gas yang relative bertekanan tinggi ke dalam kolom fluida.
Pada gas lift ini diperlukan tekanan injeksi yang tinggi, sehingga
diperlukan juga kompresor yang mempunyai horse power yang tinggi
pula, oleh karenanya dibuat agar horse power kompresor kecil tetapi
tekanannya tinggi, yaitu dengan menggunakan valve.
Syarat-syarat suatu sumur dapat di gas lift :
1. Tersedianya gas yang memadai untuk injeksi, baik dari reservoir itu
sendiri maupun dari tempat lain.
2. Fluid level masih tinggi
Pada proses gas lift, pengangkatan fluida didasarkan pada salah satu cara
sebagai berikut :
1. Pengurangan gradient fluida
2. Pengembangan dari pada gas yang diinjeksikan
3. Pendorongan fluida oleh gas
Proses dari pada gas lift dapat diterangkan dari sebagai berikut :
Cairan yang ada pada annulus ditekan oleh gas injeksi, akibatnya
permukaan cairan sekarang berada di bawah valve, pada saat ini valve
yang pertama membuka sehingga gas akan masuk pada tubing, sehingga
density minyak turun akibatnya gradient tekanan kecil dan minyak dapat
diangkat ke atas.
Gambar 1
Skema Gas Lift
Ditinjau dari cara penginjeksian gas, gas lift dapat dibagi dalam :
- Continuous gas lift
- Intermittent gas lift
Gambar 2
Siklus Intermittent
Gambar 4
Semi closed Installation
Ad.3. Closed Installation
Disamping packer juga dipakai standing valve yang dipasang di bagian
bawah dari tubing di bawah valve paling bawah. Standing valve dimaksudkan
untuk menjaga tekanan gas ketika gas diinjeksikan masuk ke dalam tubing
melalui valve-valve.
Digunakan pada intermittent apabila :
- SBHP rendah dan PI tinggi, atau
- SBHP rendah dan PI rendah
Untuk installation tertutup pada intermittent gas lift karena pembentukan
slug tidak dipengaruhi oleh tekanan injeksi. Disini tekanan injeksi sama sekali
tidak beraksi kepada formasi karena dihalangi oleh adanya stading valve.
Gambar 5
Closed Installation
Gambar 7
Insert Chamber Installation
c.Special Chamber Installation
Digunakan untuk menangani adanya pasir yang terbawa fluida.
Gambar 8
Special Chamber Installation
Gambar 9
Special Deep Chamber Lift Installation
Ad.5. Macaroni Installation
Macaroni disini dimaksudkan adalah string (tubing) terkecil yang dipasang
untuk mengangkat fluida ukuran tubing terkecil bisaanya 1 1 1/2 dan tubing yang
berfungsi sebagai casing kedua bisaanya berukuran 2 3/8 2 7/8 inchi. Tipe ini
digunakan apabila fluida sumur sangat korosive sehingga memudahkan
penggantian tubing yang berfungsi sebagai casing sehingga tidak merusak casing
utama.
Gambar 10
Macaroni Installation
Gambar 11
Macaroni Concentric Dual Completion
b. Macaroni Parallel String Completion
Gambar 12
Macaroni Parallel String Completion
Gambar 13
Macaroni Multiple String Small Diameter Completion
Ad.6. Dual C Installation
a. Dual Installation With Parallel Tubing
Dapat digunakan untuk :
- kedua-duanya continuous
- kedua-duanya intermittent
- salah satu, intermittent/ continuous
-
Gambar 14
Dual Installation With Parallel Tubing
Gambar 15
Dual Installation With Concentric String
1.3. MEKANIKA VALVE
Secara umum valve harus memenuhi keadaan sebagai berikut :
1. Untuk aliran continue suatu valve harus mampu mengalirkan gas ke dalam
tubing dan mempertahankan tekanan konstan di dalam tubing.
Continuous flow valve bisa terbuka oleh :
a. Tekanan casing (build up)
b. Tekanan tubing (build up)
c. Kombinasi dari kenaikan tekanan di casing dan tubing
2. Untuk intermittent flow, valve harus mampu terbuka (selebar ukuran port)
selebar mungkin segera setelah mulai terbuka (tringgered too open). Harus
tetap terbuka lebar sampai waktu penutupan.
Ukurann port sekitar - 1 inchi, yang tergantung dari ukuran tubingnya.
Intermittent valve bisa terbuka dengan beberapa cara :
a. hanya dengan kenaikan tekanan di casing
b. hanya oleh beban fluida di dalam tubing
c. oleh kombinasi kenaikan tekanan di casing dan tubing
Di dalam banyak hal, kenaikan tekanan buka valve akibat temperatur dalam
sumur diimbangi oleh berat kolom gas di casing dan tekanan kolom fluida di
dalam tubing. Dengan demikian mengapa valve dirancang (set-up) pada kondisi
permukaan akan bekerja baik pada kondisi dalam sumur. Namun demikian sedikit
banyak kenaikan temperatur akan mempengaruhi tekanan buka valve.
Di dalam menganalisa gaya-gaya yang bekerja dalam sistem valve, baiklah
kita perhatikan untuk bellow valve.
- Intermittent Bellow Valve
Perhatikan gambar 6a-1
- Gaya agar valve tertutup adalah :
Fo = Pd . Ab (1-1)
- Gaya untuk membuka valve adalah :
Fo = Pc . (Ab Ap) + Pt . Ap (1-2)
Pd A b Pt A p Pd Pt A p /A b
1 A p /A b
Pc = (1-5)
Ab Ap
Jika :
A p / Ab = R, diketahui untuk suatu valve tertentu
Maka :
P Pt R
Pc = d (1-5)
1 R
Tepat pada saat valve akan membuka
Contoh :
Data diketahui sebagai berikut :
Pd = 700 psig
Pa = 14,7 psia
Pt = 0 psig
Ap = 0,1 in2
R = 0,1 / 1 = 0,1
Ab = 1 in2
Dari pers (1-3) bisa diperoleh :
Jadi dengan adanya atau makin besar tekanan di dalam tubing tekanan buka
valve akan berkurang.
Sehingga maximum spread adalah 733 700 = 33 psig
Jadi kesimpulannya bahwa : Spread dari pada valve akan turun dengan
naiknya tekanan tubing.
Dalam intermittent, valve harus membuka penuh ketika tekanan buka tercapai.
Gas akan mengangkat slug diatas valve tersebut. Karena alasan ini adalah
penting untuk mempunyai port yang besar agar gas secara cepat ditransfer dari
casing ke dalam tubing. Harga minimum ukuran port yang dianjurkan adalah
in.
Pd Pf .R '
Pc =
1 R'
Gambar 16
Balance Pressure Valve
Gambar 17
Pilot Operated Valve
- Gas Charged Bellow Type
- pembukaan dan penutupan valve diatur oleh tekanan dari tubing.
- Tekanan casing hanya bekerja pada port saja pada waktu valve
tertutup.
- Apabila valve terbuka karena adanya restri pada entry akan
mengurangi tekanan yang bekerja pada main port, sehingga yang
bekerja pada main port hanya tekanan tubing.
Gambar 18
Gas Charged Bellow Type
Sehingga
P Pc R '
Pt = d
1 R'
Gambar 19
Balanced Tubing Pressure Operated Valve
Jadi elemen utama dari pada valve adalah bellow, spring, piston, kombinasi
bellow dan spring, rubber/ Flexible sleeve dan diaphragma.
Berdasarkan gaya-gaya yang bekerja menutup dan membuka valve untuk
mengontrol aliran gas, maka jenis valve dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu :
1. Unbalanced Valve, terdiri dari :
a. Pressure operated unbalanced valve
b. Fluid operated unbalanced valve
2. Balanced valve, terdiri dari :
a. Pressure operated balanced valve
b. Fluid operated balanced valve
Valve yang dipasang pada tubing, antara satu dengan yang lainnya
mempunyai jarak tertentu dan letak dari pada valve dipengaruhi oleh :
1. Tekanan gas yang tersedia untuk proses unloading
2. Gradient fluida dalam sumur pada saat unloading
3. Inflow performance sumur pada saat unloading
4. Fluida level dalam casing
5. Tekanan dasar sumur dan karakteristik produksi sumur
Grafik diatas adalah curva penurunan tekanan selama aliran dasar sumur
(pwf) sampai ke permukaan (pt). Apabila dapat diperkirakan gradient tekanan aliran
rata-rata di bawah dan di atas titik injeksi, maka Pwf dapat dihitung, dengan :
P wf = P t + Gfa L + Gfb (D-L)
Dimana :
Pt = tekanan pada well-head
L = kedalamam titik injeksi
D = kedalaman sumur, Depth
G fa = gradient tekanan aliran rata-rata diatas titik injeksi.
G fb = gradient tekanan aliran rata-rata dibawah titik injeksi.
Dengan demikian tujuan dari pada perencanaan gas lift ini adalah
menentukan Pwf yang diperlukan supaya sumur dapat berproduksi dengan rate
produksi yang diinginkan yaitu dengan cara menginjeksikan gas pada suatu
kedalaman tertentu ke dalam tubing, sehingga Pwf pada dicapai.
Faktor-faktor yang digunakan sebagai pertimbangan di dalam perencanaan
continous gas lift :
1. Keperluan valve-valve continous flow.
2. Tekanan separator dan tekanan aliran well-head.
3. Tekanan dan volume injeksi gas.
4. Gradient unloading dan spasi valve.
5. Lokasi valve teratas
6. Ukuran tubing dan rate produksi.
7. Setting dan tekanan valve.
8. Type instalasi yang digunakan.
Secara garis besar prosedur perencanaan continous gas lift dapat dibagi
menjadi 3 bagian :
1. Penentuan titik injeksi
2. Penentuan spasi valve
3. Pemilihan valve dan pengaturan tekanan operasi valve sebelumvalve
dipasang.
Data-data yang perlu untuk perencanaan antara lain :
1. Kedalaman sumur
2. Uuran casing dan tubing
3. Kondisi produksi seperti sand problem, paraffin
4. Ukuran dan panjang flow line dipermukaan.
5. Back pressure dari separator
6. Tekanan aliran di tubing (Pt) yang diperlukan
7. Rate produksi yang diperlukan
8. Water cut
9. Specific gravity gas injeksi
10. Volume dari tekanan gas injeksi yang tersisa
11. Productivity Index
12. Temperatur dasar sumur
13. Temperatur aliran di permukaan
O
14. API minyak
15. Specific gravity air
16. SBHP (static bottom hole pressure)
17. Specific gravity dan jumlah gas yang terlarut pada berbagai tekanan.
18. BO pada berbagai tekanan
19. Viskositas minyak, tegangan permukaan dan sebagainya.
CONTOH 1 1
Kedalaman sumur : 8000 ft
Rate produksi yang diinginkan : 700 BPD
Ukuran tubing : 2-in
Water cut : 95 %
O
API minyak : 40O API
SG gas : 0,65
Tekanan separator : 60 psig
Tekanan aliran dikepala sumur : 100 psig
THP : 100 psig
SBHP : 2900 psig
Produktivity Index :7
Tekanan kick-off (Pho) : 950 psig
Tekanan operas dipermukaan : 900 psig
Temperatur dipermukaan : 150 OF
Temperatur dasar sumur : 210 OF
Prosedur Pengerjaan
1. Plot skala kedalaman (0 8000 ft) pada sumbu vertical
2. Plot skala tekanan pada sumbu horizontal
3. Tentukan BHP static ( = 2900 psig pada kedalaman 8000 ft)
4. Hitung drawdown :
q 700
PI = Drawdown =
Drawdown 7
= 100 psig
Gambar 23
Penentuan titik injeksi
1-5.3. PENENTUAN LETAK VALVE
Perencanaan letak gas lift valve tergantung pada faktor-faktor berikut :
1. Jenis valve yang digunakan.
Apabila balanced valve yang digunakan maka tekanan pada valve adalah
harus Pso (15 s/d 25 psi per valve)
Apabila unbalanced valve yang digunakan maka tekanan pada valve sebaiknya
Pso 10 psi per valve.
2. Apakah fluida yang akan diproduksikan akan dialirkan ketempat bertekanan
atmosdfir atau tidak. Bisaanya ini hanya untuk proses unloading saja.
Jika proses unloading dilakukan ke tangki pengumpul dengan tekanan sama
dengan tekanan atmosfer dan berlangsung sampai injeksi gas mencapai dasar
maka letak masing-masing valve bisa diperdalam.
3. Statik fluid level dan apakah sumur berisi fluida workover
Jika static fluid level lebih rendah dari (P c P t) / Gs, maka valve pertama bisa
dipasang pada kedalaman static fluid level.
4. Apakah gas yang tersedia tidak terbatas untuk proses unloading yang akan
dilakukan. Ini akan mempengaruhi spacing (letak dan jarak antara valve),
yaitu dalam menentukan gradient unloading minimum didalam tubing.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa penentuan letak dan jarak antar
valve dapat dilakukan dengan methode grafis dan methode analitis.
Kedua methode tersebut akan kita bicarakan dan untuk mempersingkat uraian
maka prosedur kerja akan dibicarakan sekaligus diberikan dengan menggunakan
contoh.
Didalam perencanaan penentuan letak velve, perlulah kita menentukan
lebih dahulu jumlah gas yang perlu untuk pelaksanaan gaslift ini. Kita perhatikan
lagi soal lalu. Titik injeksi ada pada kedalaman 3620 ft dengan tekanan 775 psi,
dari data ini dan dengan menggunakan grafik gradient tekanan untuk aliran
vertical, dalam hal ini grafik C 198, akan disa diperoleh Gas Liquid Ratio (GLR)
hasil pengangkatan buatan ini, sekaligus garis gradient aliran diatas titik injeksi
juga bisa dibuat.
Prosedur : (dalam soal ini anggap GLR mula = 50 cuft/bbl)
CONTOH
Merupakan kelanjutan contoh penentuan titik injeksi, bila gradient fluida
workover = 0,5 psi/ft, proses unloading fluida dialirkan ke pit THP = 0
JAWAB
Misal pada 1000 ft, tekanan fluida = 1000 x 0,5 = 500 psi
Gambar 24
Kedalaman tiap-tiap valve
Dengan menarik garis horizontal kekiri dari spacing valve telah didapatkan
akan kedalaman dari tiap-tiap valve.
2. SECARA ANALITIS
- Cara ini dilakukan apabila data sumur (PI, Pt dan sebagainya) tidak
tersedia.
- Data yang diperlukan antara lain.
1. Pko
2. Pwh / THP
3. Gradient unloading (dicari dengan menggunakan grafik)
4. Gradient static fluida yang mematikan sumur.
- Persamaan-persamaan yang digunakan :
( Pko 50) THP
1. Dv1 =
GS
dimana : Dv1 = kedalaman valve pertama, ft
Pko = tekanan kick-off yang tersedia, psig
GS = gradient fluida statis dalam sumur psi/ft
THP = tubing head pressure
Diambil = 0, untuk press unloading dimana fluida
dialirkan ke pit atau suatu harga tertentu apabila
dialirkan ke block station.
Pso1 Gu Dv1 THP
2. Dv2 = Dv1 +
GS
dimana : Pso 1 = surface operating pressure valve pertama atau Pso
yang trsedia
THP = tidak sama dengan nol lagi
Gu = gradient unloading yang dicari dari grafik.
Gambar 25
Gradien unloading vs laju produksi
Pso 2 Gu Dv 2 THP
3. Dv3 = Dv2 +
GS
Pso3 Gu Dv 3 THP
4. Dv4 = Dv3 +
GS
Pso 4 Gu Dv 4 THP
5. Dv5 = Dv4 +
GS
dan seterusnya
dimana : Pso 2 = Pso 25 )
Pso 3 = Pso 50 ) untuk balanced velve
Pso 4 = Pso 75 dst )
CONTOH
Kedalaman sumur : 2000 ft
Rate yang diinginkan : 700 BPD
Water cut : 95 %
Ukuran tubing : 2-in
Pwh : 100 psig
Gs : 0,5 psi/ft
Pko : 950 psig
Pso : 900 psig
Preses unloading ke pit
Tentukan spacing valve untuk balanced valve ?
Penyelesaian
950 50 0
Dv1 = = 1800 ft
0,5
Dari grafik untuk q = 700 BPD, Qt = 2 in didapatkan
Gu = 0,16 psi/ft
900 0,16 x1800 100
Dv2 = 1800 + = 2824 ft
0,5
875 0,16 x 2824 100
Dv3 = 2824 + = 3470 ft
0,5
850 0,16 x3470 100
Dv4 = 3470 + = 3860 ft
0,5
dan seterusnya
Soal Soal
1. Kedalaman sumur : 6000 ft
Produksi yang diinginkan : 400 BPD
Diameter tubing : 2 7/8-in (2 - in ID)
PI :1
SBHP : 2500 psi
Dengan menggunakan continous balanced gas lift valve rencanakan titik
injeksi gas spacing valve.
CONTOH
Ukuran tubing : 2-in nominal
Ukuran casing : 5 -in, 17 lb/ft
Tekanan separator : 50 psig
Tekanan kick-off : 850 psig
Tekanan operasi : 800 psig
SG gas : 0,6
O
API minyak : 35 OAPI
Temperatur formasi : 192 OF
Temperatur permukaan (aliran) : 80 OF
Kedalaman packer : 7030 ft
Kedalaman perforasi : 7050 - 7030 ft
Gradient kill fluid : 0,5 psi/ft
Proses unloading dialirkan ke pit
Rate produksi yang diinginkan : 100 BPD
Rencanakan spasi valve untuk intermittent Unbalanced
Penyelesaian
1. Plot kedalaman dan tekanan
2. Plot Pko 50, 850 50 = 800 psig
3. Berat kolom gas untuk :
P = 800 psig ) gradient gas = 17 psi/1000 ft
SG = 0,6 )
4. Plot Pso = 8000 psig
5. Plot tekanan tubing = 50 psig
6. Tentukan gradient unloading
Untuk : q = 0,5 BPD ) 0,04 psi/ft
Qt = 2-in )
7. Buat garis gradient unloading dari THP
8. Fluida unloading dialirkan ke pit
Gradient statis = 0,5 psi/ft
Buat garis gradient statis dari titik tekanan 0 sampai memotong
garis Pko 50 = psig, dan ini titik letak valve pertama.
9. Buat garis horizontal kekiri dari titik valve pertama sampai memotong
garis gradient unloading, kemudian dibuat garis sejajar dengan garis
gradient ( 8 ) sampai memotong garis Pko 50, ini letak valve ke dua.
dan seterusnya ikuti seperti dalam prosedur.
Gambar 27
Penentuan valve gas lift secara grafis
2. SECARA ANALITIS
Dengan menggunakan contoh seperti diatas dapat pada grafis sistem :
Pko 50 850 50
- Dv1 = = 1600 ft
Gs 0,5
Pso1 GUDv1 Pt
- Dv2 = Dv1 +
Gs
800 0,041600 50
= 1600 + = 2972 ft
0,50
Pso 2 GUDv 2 Pt
- Dv3 = Dv2 +
Gs
775 0,04 2972 50
= 1600 + = 4182 ft
0,50
dan seterusnya.