1
Gas Lift System
2
System Components
3
Gas Lift Operation
4
GAS LIFT
6
GAS
Gas Lift
Futur
De
7
Tipe Gas Lift System
Jika sumur mempunyai tekanan reservoir atau laju alir yang yang
sangat rendah, intermitten flow gas lift dapat digunakan. Dalam
sistem ini cairan terakumulasi dan masuk ke dalam tubing di dasar
sumur, secara periodik gelembung gas yang besar dengan tekanan
tinggi diinjeksikan ke dalam sumur di bawah kolom cairan,
akibatnya cairan akan ditekan ke permukaan melalui tubing.
Frekuensi injeksi gas ditentukan oleh waktu yang diperlukan slugs
cairan masuk ke dalam tubing sedangkan panjang periode injeksi
gas tergantung pada waktu yang diperlukan untuk mengalirnya
slugs tersebut ke permukaan.
9
Keuntungan dan Batasan Pemilihan Gas Lift
11
Keterbatasan Gas Lift adalah :
12
Peralatan Gas Lift
13
Secara umum pemakaian katup gas lift berfungsi untuk
14
Berdasarkan komponen katup gas lift, maka terdapat beberapa
macam jenis valve, yaitu :
15
2. Specific gravity differential valve
16
3. Pressure charged bellow valve
Valve jenis ini mempunyai bellow berisi gas nitrogen dengan tekanan
tertentu. Sebagian dari valve jenis ini dikombinasikan pula dengan
spring valve untuk membantu kerja bellow. Pada kondisi normal, valve
ini akan menutup karena adanya pressure charge bellow. Valve jenis ini
dapat dioperasikan pada intermitten atau continuous gas lift
Pada valve jenis ini aliran gas yang masuk ke dalam tubing dikontrol
oleh karet yang mudah melentur (flexible). Valve jenis ini mempunyai
dome (ruang) yang di dalamnya berisi gas alam kering dengan tekanan
tertentu. Tekanan buka valve sama dengan tekanan tutupnya dan juga
sama dengan tekanan gas dalam dome tersebut. Valve jenis ini dapat
dioperasikan pada intermitten atau continuous gas lift.
17
Berdasarkan gaya-gaya yang bekerja untuk menutup dan membuka
valve guna mengontrol aliran gas, maka jenis valve dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
• Unbalanced valve, yang terdiri atas pressure operated
unbalance valve dan fluid operated unbalance valve
• Balanced valve, yang terdiri atas pressure operated balance
valve dan fluid operated balance valve
18
Berdasarkan penggunaannya, valve gas lift dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
19
Peralatan Gas Lift di Atas Permukaan
1. Wellhead
20
2. Gas Lift Chrismast Tree
3. Stasiun Kompresor
21
4. Stasiun Distribusi
22
b. Stasiun distribusi dengan pipa induk
23
5. Peralatan Kontrol
Peralatan kontrol yang digunakan dalam operasi gas lift adalah :
24
Tipe Valve Gas Lift
Pada dasarnya tipe valve dari gas lift adalah sama, tetapi kontak
gaya dengan bagian penampang yang lebih luas, valve tersebut
akan lebih sensitif terhadap perubahan gaya dengan yang bidang
kontak tersebut.
• Casing Pressure Operated Valve (Pressure Valve)
25
Gambar 1
Pressure Valve Schematic 26
• Throttling Pressure Valve (Proportional Valve atau Continuous
Valve)
27
Gambar 2
Continuous Flow Valve 28
Gambar 3
Fluid Operated Valve 29
Gambar 4
Typicaal Gas Lift Installations 30
Kerja Valve pada Gas Lift
Continuous Flow
Intermitten Flow
32
Tipe Gas Lift Installation
33
Beberapa tipe installasi Gas Lift
1. Open Installation
34
- Akibat surface line pressure, menyebabkan timbul fluid level
di annulus casing sehingga valve dapat erosi akibat fluida
yang masuk ke valve bersama gas injeksi.
- Pada tipe intermittent, saat shut down time fluida akan naik
ke annulus casing.
36
Tekanan Gas pada Kedalaman Valve
37
dimana :
Atau dapat dicari dari chart yang ditentukan dari tekanan surface
dan SG gas.
38
Test Rack Opening Pressure
dimana :
Pvo = valve opening pressure, psi
Pd = pressure dome, psi
R = Ap/Ab
Dengan asumsi :
Pt =0
Dome valve mempunyai volume konstan
Besarnya tekanan pada temperatur 60 oF
39
Tekanan dome bekerja pada suatu temperatur kedalaman tertentu
sehingga perlu dikoreksi terhadap temperatur :
Ptro koreksi
40
Gaya-gaya Valve (Pressure Valve)
F=P.A
41
a. Tekanan Membuka Unbalance Valve di Bawah Konsisi Operasi
Fo = Fc
42
b. Opening Pressure
Pc (Ab – Ap) + Pt Ap = Pd Ab
Dimana :
Pd = tekanan dome, psig
Ab = luas penampang bellows, sq in
Pc = tekanan casing yang dibutuhkan, psig
Ap = luas penampang port, sq in
Pt = tekanan tubing, psig
43
Pc (Ab – Ap) + Pd Ab = Pt Ap
Bagi dengan Ab
Pc (1 – Ap/Ab) = Pd - Pt Ap/Ab
Anggap R = Ap/Ab
Pc (1 – R) = Pd – PtR
Bagi dengan (1 – R)
44
c. Tubing Effect
TE = Pt/(1 – R)
TEF = R/(1 – R)
TE = Pt TEF
45
d. Spread
46
Unbalance Dome + Spring
Gaya yang ditimbulkan double elemen dome (Pd Ab) + (St (Ab – Ap))
a. Tekanan buka
47
Bagi dengan Ab
Ap/Ab = R
Pvo (1 – R) + Pt R = Pd + St (1 – R)
48
b. Tekanan Tutup
Fo = Fc
Pc (Ab – Ap) + Pc Ap = Pd Ab + St (Ab – Ap)
Pc Ab = Pd Ab + St (Ab – Ap)
Pc = Pd + St (1 – R)
49
b. Spread
P = Pvo – Pc
50
Fluid Operated Valve
51
a. Tekanan buka
52
b. Casing Effisiensi
53
Bagi dengan Ab
Ap/Ab = R
Pc R + Pt (1 – R) = Pd + St (1 – R)
54
c. Tekanan Tutup
Fo = Fc
Pt Ab = Pd Ab + St (Ab – Ap)
Pt = Pd + St (1 – R)
Pvo = Pt
Pvo = Pd + St (1 – R)
55
d. Test Track Opening Pressure :
atau Pd = 0
Pt = St
56
Spacing Analytical
57
dan seterusnya
58
Kedalaman valve juga bisa ditentukan dari jarak tiap interval, yaitu
dengan memodifikasi persamaan di atas :
dst.
59
Balance Valve
60
Pilot Valve
Small port merupakan control port dan large gas passage port
adalah power port, jika control choke adalah control port, maka
spread adalah 10 % lebih kecil dari spread actual, time cycle
controled, control port 30 % hingga 60 % kebutuhan spread.
61
Throttling Valve
62
Differential Valve
63
Perencanaan Gas Lift Secara Grafis
64
Continuous Gas Lift
66
2. Siapkan kertas transparan
Buat sumbu cartesian yang berskala sesuai dengan skala
pressure traverse. Gambarkan tekanan pada sumbu datar dan
kedalaman pada sumbu tegak dengan titik asal (nol) di sudut
kiri atas kertas
67
4. Plot titik (Pwf, D)
5. Berdasarkan qL kadar air dan diameter casing yang
digunakan, pilih pressure traverse
6. Pilih garis gradient aliran yang sesuai dengan GLRf.
Seringkali harga GLRf tidak terdapat pada pressure traverse
sehingga perlu untuk diinterpolasi
7. Tentukan kedalaman eqivalen Pwf pada kurva langkah 6
8. Letakkan kertas transparan di atas pressure traverse yang
dipilih, dengan titik (Pwf, D) tepat di atas Pwf langkah 7
9. Copy kurva pilihan di langkah 6 pada kertas transparan
10. Tentukan gradien tekanan, gas (Ggi) injeksi dan tekanan
injeksi gas (Pso).
11. Plot Pso di kedalaman nol pada kertas transparan
68
Gambar 4a
Kurva Pressure Traverse 69
Gambar 17
Gradien Tekanan Gas 70
Gambar 18
Gradien Tekanan Gas 71
12. Hitung tekanan gas pada kedalaman x, ft, (Px) menurut
persamaan :
Px = Pso + X. Ggi
13. Plot titik (Px, X)
14. Hubungkan titik (Pso, 0) dengan titik (Px, X) sampai
memotong kurva langkah 9
15. Titik injeksi ditentukan dengan menelusuri kurva di langkah 9,
ke atas dimulai dari titik potong langkah 14 sejarak dengan 50
– 100 psi. Titik injeksi berkoordinat (Pi, Di)
72
Gambar 15
Continuous Flow Well Illustration
73
Gambar 16
Basic Gas Lift Term, Continuous Flow Gas Lift
74
B. Penentuan Jumlah Gas Injeksi
75
5. Koreksi harga Qgi pada temperatur titik injeksi :
a. tentukan temperatur titik injeksi dengan persamaan
Tpoi = (Ts + Gt.Di) + 460
Dimana :
Gt = gradien geothermal, oF/ft
Di = kedalaman injeksi, ft
76
C. Penentuan Kedalaman Katup
77
3. Gambarkan garis perencanaan tekanan tubing sebagai berikut :
4. Berdasarkan harga Pko dan Sgi tentukan gradien tekanan gas dari
Gambar 17
5. Plot titik (Pko, 0) pada kertas transparan dan buat garis gradien
tekanan gas mulai dari Pko dengan menggunakan gradien
tekanan gas yang diperoleh dari langkah 4
78
Gambar 17
Gradien Tekanan Gas 79
Gambar 18
Gradien Tekanan Gas 80
6. Plot titik (Pso, 0) pada kertas transparan. Mulai dari titik (Pso, 0)
buat garus gradien tekanan yang sejajar dengan gradien
tekanan pada langkah 5
81
9. Tentukan letak katup berikutnya dengan langkah sebagai
berikut :
83
f. hubungkan titik (Paa, Y) dengan titik (Pb, 0). Titik potong
garis ini potong antara garis ini dengan garis gradien
tekanan di langkah 10b adalah batas dari bracketing
envelope
g. hubungkan titik (Pbb, Y) dengan titik (Pb, 0). Perpanjang
garis ini sampai memotong garis gradien gas dari langkah
10b, titik potong ini adalah batas bawah dari bracketing
envelope
h. dari langkah 2 telah dihitung jarak maksimal antar katup
(Dv). Berdasarkan harga ini, mulai dari batas atas
bracketing envelope, katup-katup gas lift dipasang sejarak
Dv sampai batas bawah bracketing envelopes.
84
D. Penentuan Tekanan Buka Katup
85
c. tekanan tubing (Pt) dibaca dari penentuan garis tekanan
tubing
d. temperatur (Tv) dibaca pada garis gradien temperatur
berturut-turut Tv1, Tv2, dan seterusnya sesuai dengan
kedalaman masing-masing katup Dv1, Dv2, ..... dan
seterusnya
88
5. Berdasarkan diameter luar tubing dan diameter dalam casing
pilih ukuran katup. Ukuran yang tersedia adalah 1,5” dan 1”
6. Berdasarkan ukuran port dan ukuran katup, tentukan harga R
dan 1 – R untuk setiap katup, menurut persamaan :
dimana :
Ap = luas port, inci
= (pd)/4, dimana d = ukuran port
Ab = luas bellow, inci
Untuk katup 1” , Ab = 0.32 inci
Untuk katup 1.5”, Ab = 0.77 inci
89
7. Untuk setiap katup, hitung tekanan dome (Pd) pada kedalaman
katup dengan menggunakan persamaan :
Pd @ 60 = Pvo (1 – R) + PT.R
8. Hitung tekanan dome (Pd) untuk setiap katup pada kondisi
bengkel (temperatur standar) menurut persamaan :
Pd @ 60 = Ct.Pd @ T
Dimana besarnya Ct ditentukan dari Tabel 1
9. Hitung tekanan pembukaan katup di bengkel dengan
persamaan :
90
Tabel 1
Faktor Koreksi Temperatur (Ct) Pada 60 oF
91
Intermittent Gas Lift
93
A. Penentuan Laju Produksi
94
Gambar 17
Gradien Tekanan Gas 95
Gambar 18
Gradien Tekanan Gas 96
3. Hitung tekanan di dasar tubing (Pti), yaitu :
Pti = Pv + P
DP harus dipilih sedemikian rupa sehingga gas dapat mengalir dari
annulus ke data tubing. Harga DP berkisar 140 – 170 psi
4. Hitung gradien tekanan gas di data tubing (Ggt) berdasarkan Pwh dan
SGg dengan menggunakan Gambar 18 memperhatikan koreksi
temperatur
5. Hitung tinggi kolom cairan dalam tubing dengan menggunakan
persamaan :
97
6. Hitung volume cairan di dalam tubing (Vt) dengan menggunakan
persamaan :
Vt = ht.Ct (dimana Ct = 0.00387 bbl/ft)
7. Hitung tekanan alir dasar sumur maksimum dengan langkah sebagai
berikut :
a. Hitung waktu i, yaitu :
TI = 1,5 D/1000
b. Anggap tekanan rata-rata dasar sumur pada akhir TI yaitu
Pa = 1,10 Pt1
c. Tekanan dasar sumur pada awal TI adalah Pt1 apabila tekanan
dasar sumur akhir TI adalah Pa, maka tekanan dasar sumur rata-
rata selain TI adalah :
98
d. Hitung laju produksi pada tekanan dasar sumur rata-rata dengan
persamaan :
q = PI (Ps – P)
e. Hitung penambahan bahan tekanan dasar sumur eqivalen dengan
kenaikan cairan dalam tubing, Pe sebagai akibat dengan adanya
produksi q.
99
g. Bandingkan Pa dan Ph, jika perbedaannya lebih besar dari pada 1
%, ulangi perhitungan dengan menganggap Pa = Ph dan kembali
ke langkah 7c, apabila perbedaannya lebih kecil dari 1 %,
lanjutkan ke langkah 8.
100
d. Hitung tekanan dasar sumur minimum (Pmin) tanpa adanya
tambahan cairan dari formasi
Pmin = Pfb + Gqt - hfb
e. Tekanan dasar sumur total adalah tekanan dasar sumur minimum
+ tekanan dasar hidrostatik akibat masuknya cairan dari formasi
Pmin a = (Pmin + Pe)
f. Hitung tekanan dasar sumur minimum rata-rata (Pmin) dengan
persamaan :
101
h. Hitung penambahan tekanan dasar sumur equivalen selama
periode TII, dengan persamaan :
102
9. Menentukan waktu yang diperlukan untuk menaikkan tekanan
dari Pmin t sampai Ptl, dengan langkah sebagai berikut :
a. Hitung tekanan dasar sumur rata-rata :
Pwf = (Ptl + Pmin t)
b. Hitung pertambahan tekanan dasar (DPW, psi / menit)
dengan persamaan :
103
10. Hitung waktu frekuensi total (Ttot, menit), yaitu :
Ttot = TI + TII + TIII
11. Tentukan tekanan dasar sumur yang berkaitan dengan
produksi (weighted bottom hole pressure, Pwe) menurut
persamaan :
104
B. Penentuan Jumlah Gas Injeksi
Gas yang diperlukan untuk mengangkat slug cairan dari dasar sumur ke
permukaan adalah volume gas yang diperlukan untuk mengisi tubing pada
tekanan gas rata-rata di bawah slug dari dasar sumur ke permukaan.
Langkah-langkah untuk menentukan besarnya gas injeksi adalah :
2. Pilih grafik yang sesuai dengan ukuran tubing dan tekanan separator
3. Plot kedalaman katup pada sumbu kedalaman
4. dari titik tersebut tarik garis horizontal ke kanan sampai memotong
garis tekanan permukaan katup
105
5. Dari titik potong tersebut, buat garis vertikal ke atas sampai memotong
sumbu volume gas
6. Baca volume gas injeksi yang diperlukan (Qqi, MMSCF)
106
c. Penentuan Spasi Katup
107
4. Hubungkan titik (Pso, 0) dengan titik (Pv, 0)
5. Plot titik (Pwh, 0)
6. Tentukan gradien unloading (Gu) dengan menggunakan
Gambar 20, berdasarkan ukuran tubing dan laju produksi
7. Hitung tekanan dasar sumur (Ptu) berdasarkan (Gu), yaitu :
Ptu = Pwh + Gu.D
8. Plot titik (Ptu, D)
9. Hubungkan titik (Pwh, 0) dengan (Ptu, D). Garis ini disebut
garis unloading
10. Tentukan tekanan penutupan yang konstan di permukaan,
yaitu :
Psc = Pso – 100
108
Gambar 20
Grafik Gardien Unloading 109
11. Tentukan gradien tekanan di annulus (Gg) berdasarkan Psc
dan Sggi dengan menggunakan Gambar 18 dan
memperhatikan koreksi temperatur
12. Hitung tekanan garis injeksi di dasar sumur berdasarkan harga
Psc dan Gg :
Pcv = Psc + Gg.D
13. Plot titik (Pwh, 0) dan (Pcv, D) kemudian hubungkan kedua titik
tersebut
14. Mulai dari titik (Pwh, 0) buat garis gradien fluida komplesi
15. Perpanjang garis tersebut sampai memotong gradien injeksi
gas yang berawal dari (Pso)
16. Baca kedalaman titik potong tersebut (Px, Dv1)
17. Dari titik (Px, Dv1) buat garis mendatar ke kiri sampai
memotong garis gradien unloading
110
Gambar 17
Gradien Tekanan Gas 111
Gambar 18
Gradien Tekanan Gas 112
18. Mulai dari titik potong di langkah 17, buat garis sejajar dengan
langkah 14, perpanjang garis tersebut sampai memotong garis
gradien gas yang berawal dari titik (Psc, 0)
19. Baca kedalaman titik potong tersebut (Py, Dv2)
20. Dari titk (Py, Dv2) buat garis mendatar ker kiri sampai
memotong garis gradien unloading
21. Ulangi langkah 18 sampai 20 untuk menentukan letak katup-
katup Dv3, Dv4, dan seterusnya.
113
c. Penentuan Tekanan pembuka Katup
114
Prosedur menentukan tekanan pembuka katup adalah sebagai
berikut :
115
b. Hitung harga R untuk setiap katup :
116
7. Hitung tekanan buka katup (Pvoi), yaitu :
117
Tabel 2
Diameter dan Ukuran Port yang Ada di Lapangan
118
10. Hitung tekanan test rack (Ptro) setiap katup sebagai berikut :
119
Gambar 5a
Unloading Sequence in Intermitten Installation 120
Gambar 5b
Unloading Sequence in Intermitten Installation 121
Gambar 6a
Intermitten Single Point Injection 122
Gambar 6b
Intermitten Multi Point Injection 123
Gambar 7
Compressibility Factor for Natural Gases 124
Gambar 8
Composite Chart for Determining Valve String Design and Operation of Nitrogen –
125
Charged Bellow Valve
Gambar 9a
Pressure Valve Under Actual Operating Conditions
126
Gambar 9b
Pressure Valve Under Actual Operating Conditions
127
Gambar 10
Unbalance Bellows Valve with Pressure Charged Dome and Spring as Loading
128
Element
Gambar 11
Valve Under Operating Conditions
129
Gambar 12a
Fluid Valve Under Operating Conditions (Valve Open)
130
Gambar 12b
Fluid Valve Under Operating Conditions (Valve Closed)
131
Gambar 13
Balanced Casing Pressure Operated Valve
132
Gambar 14
Differential Valve
133
Gas Lift Equipment
Gas lift pada prinsipnya mencampurkan gas ke dalam sistem fluida agar
didapat densitas sistem yang lebih ringan sehingga memberikan Pwf yang
kecil agar didapat drawdown yang benar.
Gambar 24
138
Konfigurasi Gas Lift
Gambaran sederhana bagaimana gas lift akan merubah static fluid level
menjadi working fluid level yang diakibatkan oleh adanya drawdown, di
mana drawdown tersebut merupakan perbedaan antara static submergence
dengan working submergence (lihat Gambar 25).
139
Gambar 25
Working dan Static Submergence Fluid Level 140
Gambar 26
Jenis Valve 141
Tubing operated valve (Gambar 27 & 28) adalah valve yang akan
membuka pada saat dipompakan gas annulus, kemudian akan
tertutup bila tekanan di casing telah mengecil.
Dalam memasang gas lift valve, pada saat ini sudah bisa pada
rangkaian tubing telah disediakan gas lift Mandreal yang berfungsi
sebagai rumah gas lift valve.