Anda di halaman 1dari 147

GAS LIFT

Prof.Dr.Ir. Sudjati Rachmat,DEA

1
Gas Lift System

2
System Components

3
Gas Lift Operation

4
GAS LIFT

1. Tipe Gas Lift System


- Continuous Flow Gas Lift
- Intermitten Flow Gas Lift
2. Keuntungan dan Batasan Pemilihan Gas Lift
3. Peralatan Gas Lift
4. Tipe Valve Gas Lift
5. Kerja Valve pada Gas Lift
6. Tipe Gas Lift Installation
7. Perencanaan Gas Lift secara Grafis
- Continuous Gas Lift
- Intermittent Gas Lift
8. Gas Lift Equipment
5
GAS LIFT

Gas Lift adalah merupakan suatu metoda Artificial Lift dengan


proses atau dapat dikatakan sebagai pengembangan dari proses
produksi dengan Natural Lifting, fluida dapat bergerak ke
permukaan sebagai akibat dari berkurangnya berat kolom fluida
oleh gas yang keluar dari larutan. Gas bebas yang lebih ringan dari
minyak bergerak, mengurangi densitas dari cairan yang mengalir
selanjutnya mengurangi berat kolom cairan yang berada di atasnya.
Turunnya berat kolom cairan menyebabkan adanya beda tekanan
antara reservoir dan lubang bor sehingga sumur dapat mengalir
berproduksi.

6
GAS
Gas Lift
Futur
De

© 2001 Weatherford. All rights reserved.

7
Tipe Gas Lift System

Continuous Flow Gas Lift

Gas diinjeksikan ke dasar sumur dengan tekanan yang relatif tinggi.


Gas injeksi bersama gas formasi mengangkat cairan ke permukaan
dengan salah satu atau beberapa proses yang terjadi berikut :
• Pengurangan densitas cairan dan berat kolom fluida
menyebabkan beda tekanan antara reservoir dan lubang bor
mernjadi bertambah besar.
• Gas injeksi yang mengembang akan menekan fluida ke atas,
selanjutnya berat kolom cairan berkurang sehingga beda
tekanan reservoir dan lubang bor bertambah.
• Slugs cairan dipindahkan oleh gelembung gas yang besar dari
gas injeksi seperti gerakan piston.
8
Intermittent Flow Gas Lift

Jika sumur mempunyai tekanan reservoir atau laju alir yang yang
sangat rendah, intermitten flow gas lift dapat digunakan. Dalam
sistem ini cairan terakumulasi dan masuk ke dalam tubing di dasar
sumur, secara periodik gelembung gas yang besar dengan tekanan
tinggi diinjeksikan ke dalam sumur di bawah kolom cairan,
akibatnya cairan akan ditekan ke permukaan melalui tubing.
Frekuensi injeksi gas ditentukan oleh waktu yang diperlukan slugs
cairan masuk ke dalam tubing sedangkan panjang periode injeksi
gas tergantung pada waktu yang diperlukan untuk mengalirnya
slugs tersebut ke permukaan.

9
Keuntungan dan Batasan Pemilihan Gas Lift

Karena merupakan sikle, intermitten gas lift cocok untuk sumur


yang mempunyai laju produksi yang rendah, sedangkan continuous
gas lift lebih efisien digunakan pada sumur-sumur yang mempunyai
laju produksi yang tinggi di mana injeksi gas tidak tidak menjadi
hambatan.

Beberapa keuntungan Gas Lift adalah :

• Biaya awal untuk peralatan down hole sangat murah


• Pemasangan peralatan dapat direncanakan untuk
pengangkatan dari dekat dengan permukaan hingga mendekati
total kedalaman. Juga dapat direncakan untuk pengangkatan dari
satu hingga beberapa ribu barrel per hari
10
• Laju produksi dapat dikontrol dari permukaan
• Pasir yang ikut terproduksi tidak berpengaruh terhadap
peralatan gas lift
• Tidak dipengaruhi oleh kemiringan lubang
• Peralatan yang bergerak tidak banyak sehingga tidak
memerlukan pemeliharaan khusus
• Biaya operasi murah
• Sangat ideal jika injeksi gas hanya sebagai suplemen dan gas
formasi jumlahnya cukup
• Peralatan penting (gas compressor) dalam gas lift system di
install di permukaan sehingga mudah untuk perawatan dan
perbaikan, peralatan ini juga dapat dipilih dengan bahan bakar
gas/elektrik

11
Keterbatasan Gas Lift adalah :

• Harus terdapat gas yang mencukupi. Nitrogen, atau gas lain


umumnya cukup mahal dan jarang terdapat di sekitar lokasi.
• Spasi sumur yang luas, akan mempengaruhi alokasi distribusi
gas dan kehilangan tekanan yang besar.
• Bila gas yang digunakan bersifat korosif, akan menambah biaya
operasi.

12
Peralatan Gas Lift

Peralatan gas lift dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu :


1. Peralatan gas lift di bawah permukaan
2. Peralatan gas lift di permukaan

Peralatan Gas Lift di bawah Permukaan


Peralatan bawah permukaan metode ini tidak berbeda jauh dengan
peralatan pada sumur sembur alam, hanya saja di sini ditambah
dengan valve-valve gas lift.

13
Secara umum pemakaian katup gas lift berfungsi untuk

• Memproduksi minyak dengan mudah tanpa memerlukan


tekanan injeksi yang besar
• Mengurangi unloading (kick off) ataupun tambahan portable
compressor
• Mendapatkan kedalaman injeksi yang lebih besar untuk suatu
kompresor dengan kekuatan tertentu
• Menghindari swabbing untuk sumur-sumur yang mempunyai
permukaan cairan tinggi (high fluid level well) atau sumur yang
diliputi air

14
Berdasarkan komponen katup gas lift, maka terdapat beberapa
macam jenis valve, yaitu :

1. Spring loaded differential valve

Adalah jenis valve yang mempunyai pegas, dimana pegas ini


mempunyai tekanan tertentu untuk menutup aliran gas ke
dalam tubing. Apabila perbedaan tekanan antara tubing dengan
annulus melebihi tekanan pegas (spring) yang telah diset, maka
valve akan menutup dengan sendirinya. Valve jenis ini hanya
digunakan pada continuous flow gas lift.

15
2. Specific gravity differential valve

Valve jenis ini diperlengkapi dengan diaphragma dari karet.


Prinsip kerja membuka dan menutup valve jenis ini berdasarkan
pada gradien tekanan di dalam tubing. Apabila gradien tekanan
di dalam tubing naik, maka valve akan membuka, dan
sebaliknya jika gradien di dalam tubing turun dengan adanya
gas injeksi, maka valve akan menutup. Spesifikasi dari valve
jenis specific differential valve, antara lain :
- Merupakan valve yang panjang
- Cocok digunakan pada operasi continuous gas lift
- Biasanya dipasang pada sambungan tubing

16
3. Pressure charged bellow valve

Valve jenis ini mempunyai bellow berisi gas nitrogen dengan tekanan
tertentu. Sebagian dari valve jenis ini dikombinasikan pula dengan
spring valve untuk membantu kerja bellow. Pada kondisi normal, valve
ini akan menutup karena adanya pressure charge bellow. Valve jenis ini
dapat dioperasikan pada intermitten atau continuous gas lift

4. Flexible sleeve valve

Pada valve jenis ini aliran gas yang masuk ke dalam tubing dikontrol
oleh karet yang mudah melentur (flexible). Valve jenis ini mempunyai
dome (ruang) yang di dalamnya berisi gas alam kering dengan tekanan
tertentu. Tekanan buka valve sama dengan tekanan tutupnya dan juga
sama dengan tekanan gas dalam dome tersebut. Valve jenis ini dapat
dioperasikan pada intermitten atau continuous gas lift.

17
Berdasarkan gaya-gaya yang bekerja untuk menutup dan membuka
valve guna mengontrol aliran gas, maka jenis valve dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
• Unbalanced valve, yang terdiri atas pressure operated
unbalance valve dan fluid operated unbalance valve
• Balanced valve, yang terdiri atas pressure operated balance
valve dan fluid operated balance valve

Pada prinsipnya perbedaan antara unbalance dan balance valve


terletak pada besarnya tekanan membuka dan menutup valve.
Untuk unbalance valve mempunyai perbedaan tekanan membuka
dan menutup valve yang disebut “Spread”. Sedangkan pada
balance valve, tekanan membuka dan menutup valve tersebut
besarnya sama sehingga spreadnya nol.

18
Berdasarkan penggunaannya, valve gas lift dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :

• Standar gas lift valve, yang merupakan valve yang dipasang


bersama-sama dengan pemasangan tubing dan tidak dapat
diambil tanpa mengangkat tubing.
• Retrievable gas lift valve, dapat dipasangan dengan metoda wire
line.

19
Peralatan Gas Lift di Atas Permukaan

Peralatan di atas permukaan adalah semua peralatan yang


diperlukan untuk proses injeksi gas ke dalam sumur yang terletak
di permukaan, meliputi :

1. Wellhead

Wellhead sebenarnya bukan merupakan alat khusus pada


operasi gas lift, tetapi digunakan juga pada metoda sembur
alam. Alat ini berfungsi sebagai tempat menggantung tubing
dan casing, di samping itu wellhead juga mempunyai tempat
duduknya chrismast tree.

20
2. Gas Lift Chrismast Tree

Gas lift chrismast tree berfungsi untuk mengatur laju produksi


minyak, mengontrol tekanan reservoir dan untuk mengatur
jumlah gas serta tekanan gas yang masuk ke sumur.

3. Stasiun Kompresor

Alat ini berfungsi untuk manaikkan tekanan gas injeksi sesuai


dengan keperluan. Di dalam stasium kompresor terdapat
beberapa buah kompresor yang dihubungkan dengan manifold.
Dari stasiun kompresor ini, gas bertekanan ini dikirim ke sumur-
sumur gas lift melalui stasiun distribusi.

21
4. Stasiun Distribusi

Dalam menyalurkan gas injeksi dari kompresor ke sumur-sumur


gas lift melalui stasiun distribusi ini terbagi dalam tiga cara,
yaitu :
a. Stasiun distribusi langsung

Pada sistem ini gas dari kompresor disalurkan langsung


menuju sumur-sumur produksi. Sistem ini mempunyai
kelemahan yaitu bila kebutuhan gas untuk masing-masing
sumur tidak sama, sehingga kurang efisien.

22
b. Stasiun distribusi dengan pipa induk

Sistem ini lebih ekonomis karena panjang pipa dapat


diperpendek. Karena antara stasiun yang satu berhungan
dengan stasiun yang lainnya, maka bila salah satu stasiun
sedang dilakukan penginjeksian gas, sumur yang lain
terpengaruh.

c. Stasiun distribusi dalam Stasiun distribusi

Sistem ini sangat efektif sehingga banyak digunakan. Gas


dikirim dari stasiun pusat kompresor ke stasiun distribusi
kemudian dibagi ke sumur-sumur dengan menggunakan
pipa.

23
5. Peralatan Kontrol
Peralatan kontrol yang digunakan dalam operasi gas lift adalah :

a. Choke control dan regulator

Adalah alat yang berfungsi untuk mengatur jumlah gas yang


diijeksikan, sehingga dalam waktu tertentu (saat valve terbuka) gas
tersebut dapat mencapai suatu harga tekanan yang dibutuhkan.
Choke control ini dilengkapi pula dengan regulator yang berfungsi
untuk membatasi jumlah gas injeksi yang dibutuhkan. Bila gas
injeksi cukup, maka regulator akan menutup. Choke control dan
regulator hanya khusus dipergunakan pada intermitten gas lift.

b. Time cycle control


Adalah alat yang berfungsi untuk mengontrol laju aliran gas injeksi
dalam intermitten gas lift untuk interval waktu tertentu. Time cycle
control dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.

24
Tipe Valve Gas Lift

Pada dasarnya tipe valve dari gas lift adalah sama, tetapi kontak
gaya dengan bagian penampang yang lebih luas, valve tersebut
akan lebih sensitif terhadap perubahan gaya dengan yang bidang
kontak tersebut.
• Casing Pressure Operated Valve (Pressure Valve)

50 % hingga 100 % sensitif terhadap tekanan casing pada posisi


tertutup dan 100 % sensitif terhadap tekanan casing pada posisi
terbuka, memerlukan kenaikan tekanan casing untuk membuka
valve dan penurunan tekanan casing untuk menutup valve
(Gambar 1).

25
Gambar 1
Pressure Valve Schematic 26
• Throttling Pressure Valve (Proportional Valve atau Continuous
Valve)

Seperti pressure valve pada kondisi tertutup, pada kondisi terbuka


tekanan tubing lebih sensitif, untuk membuka valve diperlukan tekanan
casing, sedang untuk menutup diperlukan tekanan casing/tubing
(Gambar 2)

• Fluid Operated Valve

50 – 100 % sensitif terhadap tekanan tubing pada kondisi tertutup dan


100 % sensitif terhadap tekanan tubing pada kondisi terbuka, valve
terbuka bila tekanan tubing naik dan tertutup bila tekanan tubing turun
(Gambar 3).

• Combination Valve (Fluid Open – Pressure Closed Valve)

Membuka dengan tekanan fluid dan penurunan tekanan casing/ tubing


untuk tertutup (Gambar 4).

27
Gambar 2
Continuous Flow Valve 28
Gambar 3
Fluid Operated Valve 29
Gambar 4
Typicaal Gas Lift Installations 30
Kerja Valve pada Gas Lift

Continuous Flow

Valve lebih sensitif terhadap tekanan tubing pada posisi terbuka,


valve mempunyai respon yang baik terhadap perubahan tekanan
tubing. Pada saat tekanan tubing berkurang valve melai menutup
throttle, mengurangi gas masuk dan sebaliknya. Respon ini
menjaga tekanan alir di tubing agar tetap konstan.

Intermitten Flow

• Single Point Injection


Valve terbuka penuh hingga saat terttutup fluida sampai
permukaan, gas seluruhnya ditekan untuk mengangkat slug
ke permukaan dan diinjeksikan melalui operating valve.
31
• Multi - Point Injection

Operating valve harus cukup kuat untuk mengangkat slug


ke valve di atasnya, selanjutnya valve akan terbuka dan
membiarkan gas untuk mendorong slug ke valve berikutnya.
Tidak seluruh valve di tubing terbuka saat operasi. Jumlah
valve yang terbuka tergantung pada tipe valve yang dipakai
dan konfigurasi komplesinya.

32
Tipe Gas Lift Installation

Tipe installasi yang akan digunakan didasarkan pada pertimbangan :

• Future well performance


• BHP Decline, perubahan PI
• Komplesi sumur
• Problem sumur, Sand, Water gas coning
• Lokasi

33
Beberapa tipe installasi Gas Lift

1. Open Installation

Tubing string dibenamkan ke dalam sumur tanpa packer, gas


diinjeksikan melalui casing tubing annular dan fluida
diproduksikan melalui tubing, komunikasi antara casing dan
tubing akan memberikan suatu fluid seal di antaranya. Tipe ini
baik untuk continuous flow walaupun digunakan untuk
intermitten flow, dimana packer tidak dapat dipasang dengan
suatu alasan seperti gas tidak dapat menyembur di sekitar
tubing. Beberapa kerugian yang timbul :

- Memerlukan kick off yang tinggi untuk memulai sumur


berproduksi terutama untuk sumur-sumur yang dalam.

34
- Akibat surface line pressure, menyebabkan timbul fluid level
di annulus casing sehingga valve dapat erosi akibat fluida
yang masuk ke valve bersama gas injeksi.
- Pada tipe intermittent, saat shut down time fluida akan naik
ke annulus casing.

2. Semi Closed Installation

Identik dengan closed installation, kecuali packer dipasang di


ujung annulus antara tubing dan casing. Keuntungan dari tipe
ini adalah :
- Pada waktu well unloading, tidak ada jalan fluida untuk
kembali ke annulus tubing casing.
- Fluida di dalam tubing tidak dapat turun masuk ke annulus
casing, packer mencegah fluida di dalam tubing masuk ke
dalam tubing.
- Pada intermitten mencegah casing pressure bekerja ke
formasi melalui tubing string.
35
3. Closed Installation

Seperti semi closed tetapi ditambah standing valve di ujung


rangkaian tubing, kadang-kadang standing valve dipasang di
bawah valve terbawah.

36
Tekanan Gas pada Kedalaman Valve

Opening dan closing pressure tekanan valve ditentukan pada


kondisi permukaan, dimana kondisi tersebut harus dikoreksi
terhadap perubahan tekanan akibat perubahan kedalaman yang
disebabkan oleh kolom gas, sedangkan perubahan akibat friksi
dapat diabaikan. Perubahan statis ditentukan dengan persamaan :

37
dimana :

Pdepth = tekanan valve pada kedalaman L, psi


Psurface = tekanan valve di permukaan, psi
Exp = eksponensial (2,71828 log)
g = specific gravity gas
L = kedalaman, ft
T = temperatur rata-rata, oR
Z = compressibility factor pada

Atau dapat dicari dari chart yang ditentukan dari tekanan surface
dan SG gas.

38
Test Rack Opening Pressure

Closing pressure valve harus diset di permukaan dengan besar


closing pressure perencanaan :

dimana :
Pvo = valve opening pressure, psi
Pd = pressure dome, psi
R = Ap/Ab
Dengan asumsi :
Pt =0
Dome valve mempunyai volume konstan
Besarnya tekanan pada temperatur 60 oF

39
Tekanan dome bekerja pada suatu temperatur kedalaman tertentu
sehingga perlu dikoreksi terhadap temperatur :

Ptro koreksi

40
Gaya-gaya Valve (Pressure Valve)

Tekanan hubungan gaya, luas penampang adalah gaya per satuan


luas atau gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu luas
penampang dibagi dengan seluruh luas penampang dimana gaya
tersebut didistribusikan :

F=P.A

41
a. Tekanan Membuka Unbalance Valve di Bawah Konsisi Operasi

Unbalance bellows valve dimana tekanan penutup didapat dari


dome sebagai loading elemen

Fo = Fc

Fo = jumlah gaya membuka valve


Fc = jumlah gaya menutup valve

42
b. Opening Pressure

Gaya menutup valve Fc = Pd Ab


Gaya membuka valve Fo = Pc (Ab – Ap) + Pt Ap

Gaya menutup sama dengan gaya membuka, dimana valve


menutup dan siap untuk membuka

Pc (Ab – Ap) + Pt Ap = Pd Ab

Dimana :
Pd = tekanan dome, psig
Ab = luas penampang bellows, sq in
Pc = tekanan casing yang dibutuhkan, psig
Ap = luas penampang port, sq in
Pt = tekanan tubing, psig

43
Pc (Ab – Ap) + Pd Ab = Pt Ap

Bagi dengan Ab

Pc (1 – Ap/Ab) = Pd - Pt Ap/Ab

Anggap R = Ap/Ab

Pc (1 – R) = Pd – PtR

Bagi dengan (1 – R)

44
c. Tubing Effect

TE = Pt/(1 – R)
TEF = R/(1 – R)
TE = Pt TEF

Tekanan menutup di bawah kondisi operasi sebenarnya,


anggapan tekanan di bawah bellow adalah casing pressure.
Fo = Fc
Fc = Pd Ab
Fo = Pc (Ab – Ap) + Pc Ap
Pc (Ab – Ap) + Pc Ap = Pd Ab
Pc Ab = Pd Ab
Pc = Pd

45
d. Spread

46
Unbalance Dome + Spring

Gaya yang ditimbulkan double elemen dome (Pd Ab) + (St (Ab – Ap))

a. Tekanan buka

Gaya untuk menutup Fc = Pd Ab + St (Ab – Ap)


Gaya buka Fc = Pvo (Ab – Ap) + Pt Ap

Valve pada kondisi tertutup dan siap untuk membuka :


Fo = Fc
Pvo (Ab – Ap) + Pt Ap = Pd Ab + St (Ab – Ap)

47
Bagi dengan Ab

Pvo (1 – Ap/Ab) + Pt Ap/Ab = Pd + St (1 – Ap/Ab)

Ap/Ab = R

Pvo (1 – R) + Pt R = Pd + St (1 – R)

48
b. Tekanan Tutup

Gaya menutup Fc = Pd Ab + St (Ab – Ap)


Gaya membuka Fo = Pc (Ab – Ap) + Pc Ap

Valve terbuka dan siap untuk menutup, gaya membuka sama


dengan gaya menutup :

Fo = Fc
Pc (Ab – Ap) + Pc Ap = Pd Ab + St (Ab – Ap)
Pc Ab = Pd Ab + St (Ab – Ap)

Bagi Ab dan R = Ap/Ab

Pc = Pd + St (1 – R)

49
b. Spread

P = Pvo – Pc

50
Fluid Operated Valve

Identik dengan pressure valve, hanya pada fluid valve, tubing


pressure bekerja pada bellows dan casing pressure bekerja pada
area dari port.

Opening Pressure Fluid Valve di bawah kondisi Operasi yang


Sebenarnya

Adalah tubing pressure yang dibutuhkan untuk membuka valve di


bawah kondisi operasi yang sebenarnya.

51
a. Tekanan buka

Gaya untuk menutup Fc = Pd Ab + St (Ab – Ap)


Gaya membuka Fo = Pc Ap + Pt (Ab Ap)

Valve pada kondisi tertutup dan siap untuk membuka :


Fo = Fc
Pc Ap + Pt (Ab - Ap) = Pd Ab + St (Ab – Ap)

52
b. Casing Effisiensi

53
Bagi dengan Ab

Pc Ap + Pt (Ab – Ap) = Pd Ab + St (Ab – Ap)

Pc Ap/Ab + Pt (1 – Ap/Ab) = Pd + St (1 – Ap/Ab)

Ap/Ab = R

Pc R + Pt (1 – R) = Pd + St (1 – R)

54
c. Tekanan Tutup

Gaya menutup Fc = Pd Ab + St (Ab – Ap)


Gaya membuka Fo = Pt Ap + Pt (Ab - Ap)
Atau Fo = Pt Ab

Valve pada kondisi terbuka dan siap untuk menutup :

Fo = Fc
Pt Ab = Pd Ab + St (Ab – Ap)
Pt = Pd + St (1 – R)
Pvo = Pt
Pvo = Pd + St (1 – R)

55
d. Test Track Opening Pressure :

atau Pd = 0
Pt = St

Koreksi terhadap temperatur :

56
Spacing Analytical

Penurunan surface opening pressure antara valve bisa digunakan


untuk menentukan valve spacing, pressure drop untuk tiap valve
diambil  25 psi sedang high injection diambil sebesar  50 psi.

Untuk safety factor harga gradien cairan = 0.50 – 0.60 psi/ft.


Spacing valve dari permukaan ke kedalaman valve dapat ditentukan
dengan persamaan :

57
dan seterusnya

58
Kedalaman valve juga bisa ditentukan dari jarak tiap interval, yaitu
dengan memodifikasi persamaan di atas :

dst.

59
Balance Valve

Tidak dipengaruhi oleh tubing pressure ketika valve menbuka dan


menutup. Casing pressure bekerja setiap saat pada luas area
bellow, ini berarti bahwa valve membuka dan menutup pada
tekanan yang sama yaitu dome pressure. Akibatnya spread sama
dengan nol.

60
Pilot Valve

Intermitten lift menggunakan valve dengan plot diameter besar yang


mengatur spread, Ap digunakan untuk menghitung tekanan buka,
sedang Large port digunakan untuk gas masuk ke tubing jika valve
terbuka, large port akan terbuka seluas-luasnya dan tidak berubah
terhadap perubahan spread.

Small port merupakan control port dan large gas passage port
adalah power port, jika control choke adalah control port, maka
spread adalah 10 % lebih kecil dari spread actual, time cycle
controled, control port 30 % hingga 60 % kebutuhan spread.

61
Throttling Valve

Kadang-kadang disebut contunuous flow valve, basic component


sama seperti pressure operated valve. Modifikasi dibuat dimana
valve lebih sensitif terhadap tubing pada posisi terbuka, hal ini
dilakukan menggunakan choke port gas masuk yang menurunkan
casing pressure ke tubing pressure atau memakai taperred stem
atau seat yang mempunyaiu kontak area yang sensitif terhadap
tubing pressure pada posisi valve terbuka.

Untuk intermitten valve sensitive casing pressure jika valve pada


posisi terbuka yang berarti casing pressure drop hingga tekanan
bellow pada continuous valve agar valve menutup tetapi valve akan
menutup jika tekanan tubing turun dan tekanan casing tetap
konstan.

62
Differential Valve

Opening dan closing pressure dari tubing pressure didefinisikan


dalam term casing pressure.

63
Perencanaan Gas Lift Secara Grafis

Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan


gas lift. Perencanaan peralatan sumur di bawah permukaan adalah
sangat penting, yaitu cara penyempurnaan komplesi sumur. Oleh
karena itu perlu diketahui terlebih dahulu apakah dengan kondisi
sumur yang ada, akan dilakukan produksi secara continuous gas
lift atau intermittent gas lift.

64
Continuous Gas Lift

Secara garis besar perencanaan continuous gas lift adalah :

A. Penentuan Titik Injeksi

Langkah-langkah untuk menentukan titik injeksi atau point of gas


lift injection, adalah sebagai berikut :

1. Siapkan data penunjang


a. Kedalaman sumur (D)
b. Ukuran tubing (dt) dan casing (dc)
c. Laju produksi yang diinginkan (qt)
d. Kadar air (KA)
e. Perbandingan gas cairan sebelum instalasi dipasang (GLR)f
f. Tekanan statik (Ps)
65
g. Productivity Index untuk aliran satu fasa
h. Kurva IPR untuk aliran dua fasa
i. Tekanan kepala sumur (Pwh)
j. Tekanan injeksi gas (Pso)
k. Temperatur dasar sumur (TD), temperatur di permukaan
(Ts), dan gradien geothermal (Gt)
l. API minyak, specific gravity air, specific gravity gas, dan
specific gravity gas yang diinjeksikan

66
2. Siapkan kertas transparan
Buat sumbu cartesian yang berskala sesuai dengan skala
pressure traverse. Gambarkan tekanan pada sumbu datar dan
kedalaman pada sumbu tegak dengan titik asal (nol) di sudut
kiri atas kertas

3. Berdasarkan laju alir yang diinginkan (qL) hitung tekanan alir


dasar sumur (Pwf) dengan menggunakan persamaan :

Untuk aliran dua fasa (persamaan Vogel)

67
4. Plot titik (Pwf, D)
5. Berdasarkan qL kadar air dan diameter casing yang
digunakan, pilih pressure traverse
6. Pilih garis gradient aliran yang sesuai dengan GLRf.
Seringkali harga GLRf tidak terdapat pada pressure traverse
sehingga perlu untuk diinterpolasi
7. Tentukan kedalaman eqivalen Pwf pada kurva langkah 6
8. Letakkan kertas transparan di atas pressure traverse yang
dipilih, dengan titik (Pwf, D) tepat di atas Pwf langkah 7
9. Copy kurva pilihan di langkah 6 pada kertas transparan
10. Tentukan gradien tekanan, gas (Ggi) injeksi dan tekanan
injeksi gas (Pso).
11. Plot Pso di kedalaman nol pada kertas transparan

68
Gambar 4a
Kurva Pressure Traverse 69
Gambar 17
Gradien Tekanan Gas 70
Gambar 18
Gradien Tekanan Gas 71
12. Hitung tekanan gas pada kedalaman x, ft, (Px) menurut
persamaan :
Px = Pso + X. Ggi
13. Plot titik (Px, X)
14. Hubungkan titik (Pso, 0) dengan titik (Px, X) sampai
memotong kurva langkah 9
15. Titik injeksi ditentukan dengan menelusuri kurva di langkah 9,
ke atas dimulai dari titik potong langkah 14 sejarak dengan 50
– 100 psi. Titik injeksi berkoordinat (Pi, Di)

72
Gambar 15
Continuous Flow Well Illustration
73
Gambar 16
Basic Gas Lift Term, Continuous Flow Gas Lift
74
B. Penentuan Jumlah Gas Injeksi

1. Plot titik (Pwh, 0)


2. Letakkan kertas transparan di atas pressure traverse terpilih
sehingga ordinat terpilih berhimpit. Geser sumbu datar pada
kertas transparan ke atas atau ke bawah sampai diperoleh
kurva pada pressure traverse yang melalui (Pwh, 0) dan titik
injeksi (Pi, Di), bila perlu lakukan interpolasi kurva
3. Copy kurva terpilih pada langkah 2 dan catat GLR-nya
4. Hitung jumlah gas injeksi, yaitu :
Qgi = QL (GLRt – GLRf)
Dimana
GLRt = perbandingan gas/cairan traverse, SCF/STB

75
5. Koreksi harga Qgi pada temperatur titik injeksi :
a. tentukan temperatur titik injeksi dengan persamaan
Tpoi = (Ts + Gt.Di) + 460
Dimana :
Gt = gradien geothermal, oF/ft
Di = kedalaman injeksi, ft

b. Hitung faktor koreksi menurut :


Corr = 0.0544 . Sgi . Tpoi
Dimana
Sgi = specific gravity gas injeksi

c. Volume garis injeksi


Qgi corr = Qgi x Corr

76
C. Penentuan Kedalaman Katup

Penentuan kedalaman katup dilakukan dengan langkah sebagai


berikut :

1. Siapkan data dan grafik penunjang


a. kertas transparan dari hasil 1 dan 2
b. tekanan differensial (Pd)
c. tekanan kick off (Pko)
d. gradien statik fluida dalam sumur (Gs)

2. Hitung jarak katup maksimum di sekitar titik injeksi menurut


persamaan :

77
3. Gambarkan garis perencanaan tekanan tubing sebagai berikut :

a. Hitung P1 = Pwh + 0.20 Pso


P2 = Pwh + 220
b. Pilih harga terbesar dari P1 dan p2, misalkan P1 lebih besar
dari pada P2, maka pilih harga P1. Selanjutnya plot (P1,0) pada
kertas transparan, kemudian hubungkan dengan titik injeksi
(Pi, Di), garis ini disebut garis perencanaan tubing.

4. Berdasarkan harga Pko dan Sgi tentukan gradien tekanan gas dari
Gambar 17

5. Plot titik (Pko, 0) pada kertas transparan dan buat garis gradien
tekanan gas mulai dari Pko dengan menggunakan gradien
tekanan gas yang diperoleh dari langkah 4

78
Gambar 17
Gradien Tekanan Gas 79
Gambar 18
Gradien Tekanan Gas 80
6. Plot titik (Pso, 0) pada kertas transparan. Mulai dari titik (Pso, 0)
buat garus gradien tekanan yang sejajar dengan gradien
tekanan pada langkah 5

7. Dari titik (Pwh, 0) buat garis tekanan statik dalam sumur


berdasarkan harga gradien tekanan statik yang diketahui

8. Tentukan letak katup pertama dengan langkah sebagai berikut :


a. perpanjang garis gradien statik dalam sumur sampai
memotong garis gradien tekanan gas yang melewati titik
(Pko, 0) langkah 5
b. letak katup injeksi pertama ditentukan dengan menelusuri
garis gradien tekanan 8a sejauh 50 psi. Titik katup injeksi
pertama berkoordinat (P1, D1)

81
9. Tentukan letak katup berikutnya dengan langkah sebagai
berikut :

a. buat garis horizontal ke kiri dari titik (P1, D1) sampai


memotong garis perencanaan tekanan tubing di langkah
b. dari garis perpotongan itu buat garis gradien statik, yaitu
garis tekanan statik yang sejajar dengan garis gradien
tekanan di langkah 7
c. perpanjang garis yang dibuat pada langkah 9b sampai
memotong garis gradien tekanan yang dibuat melalui titik
(Pso, 0)
d. titik potong tersebut adalah letak katup berikutnya dengan
koordinat (P2, D2)
e. kembali ke langkah 9a untuk memperoleh jarak katup-katup
berikutnya. Pengulangan pekerjaan ini dihentikan setelah
diperoleh letak katup yang lebih dalam dari titik-titik injeksi
(Pi, Di)
82
10. Tentukan letak katup di daerah bracketing envelope dengan
langkah-langkah sebagai berikut :

a. plot titik [(Pso, SPd), 0]


b. dari titik tersebut buat garis yang sejajar dengan garis
gradien tekanan gas yang melalui (Pso, 0) dari
langkah 6
c. perpanjangan garis tersebut sampai memotong kurva
terpilih di butir ad. 2 langkah 3 pada titik (Pbe, Y)
d. hitung besarnya Paa = (1+ BE) Pbe
Pbb = (1 – BE) Pbe
e. berdasarkan harga Pwh hitung :
Pa = (1 + BE) Pwh
Pb = (1 – BE) Pwh

83
f. hubungkan titik (Paa, Y) dengan titik (Pb, 0). Titik potong
garis ini potong antara garis ini dengan garis gradien
tekanan di langkah 10b adalah batas dari bracketing
envelope
g. hubungkan titik (Pbb, Y) dengan titik (Pb, 0). Perpanjang
garis ini sampai memotong garis gradien gas dari langkah
10b, titik potong ini adalah batas bawah dari bracketing
envelope
h. dari langkah 2 telah dihitung jarak maksimal antar katup
(Dv). Berdasarkan harga ini, mulai dari batas atas
bracketing envelope, katup-katup gas lift dipasang sejarak
Dv sampai batas bawah bracketing envelopes.

84
D. Penentuan Tekanan Buka Katup

Penentuan ukuran port dan tekanan buka katup dilakukan dengan


langkah-langkah sebagai berikut :
1. Siapkan data penunjang seperti pada penentuan letak
kedalaman katup
2. Di bagian atas kertas transparan buat skala temperatur pada
suatu tekanan dan plot titik (Ts, 0) dan (Td, D) dan hubungkan
titik tersebut
3. Pada setiap katup sembur buatan yang didapat, baca :
a. kedalamam katup (Dv)
b. tentukan gas injeksi dalam casing (Pvo), yaitu :
- untuk katup pertama Pvo1 dibaca dari garis gradien gas
yang dibuat mulai dari (pko, 0) sesuai dengan Dv1
- untuk katup-katup berikutnya Pvo2 dan seterusnya
dibaca dari garis gradien gas yang dibuat dari (Pso, 0)
sesuai dengan Dv2 dan seterusnya

85
c. tekanan tubing (Pt) dibaca dari penentuan garis tekanan
tubing
d. temperatur (Tv) dibaca pada garis gradien temperatur
berturut-turut Tv1, Tv2, dan seterusnya sesuai dengan
kedalaman masing-masing katup Dv1, Dv2, ..... dan
seterusnya

4. Tentukan ukuran port setiap katup dengan menggunakan


Gambar 19
Cara menggunakan grafik tersebut adalah sebagai berikut :
a. mulai dari Pvo dibuat garis tegak sampai memotong garis Pt
b. dari titik potong ini, dibuat garis mendatar ke kiri
c. pada sumbu Qgi, plot Qgi corr dan buat garis mendatar dari
langkah 4b
d. ukuran port yang dipilih adalah titik potong dari langkah 4c.
Apabila tidak tepat pada garis yang tersedia, tentukan
ukuran port berdasarkan garis yang terdekat
86
Gambar 19
Penentuan Ukuran Port 87
Tabel 2
Diameter dan Ukuran Port yang Ada di Lapangan

88
5. Berdasarkan diameter luar tubing dan diameter dalam casing
pilih ukuran katup. Ukuran yang tersedia adalah 1,5” dan 1”
6. Berdasarkan ukuran port dan ukuran katup, tentukan harga R
dan 1 – R untuk setiap katup, menurut persamaan :

dimana :
Ap = luas port, inci
= (pd)/4, dimana d = ukuran port
Ab = luas bellow, inci
Untuk katup 1” , Ab = 0.32 inci
Untuk katup 1.5”, Ab = 0.77 inci

89
7. Untuk setiap katup, hitung tekanan dome (Pd) pada kedalaman
katup dengan menggunakan persamaan :
Pd @ 60 = Pvo (1 – R) + PT.R
8. Hitung tekanan dome (Pd) untuk setiap katup pada kondisi
bengkel (temperatur standar) menurut persamaan :
Pd @ 60 = Ct.Pd @ T
Dimana besarnya Ct ditentukan dari Tabel 1
9. Hitung tekanan pembukaan katup di bengkel dengan
persamaan :

90
Tabel 1
Faktor Koreksi Temperatur (Ct) Pada 60 oF

91
Intermittent Gas Lift

Perencanaan sumur sembur buatan intermitten gas lift meliputi :

1. Menentukan laju produksi


2. Menentukan jumlah gas injeksi
3. Menentukan spasi katup/valve
4. Menentukan tekanan katup (kondisi standar)

Sedangkan data yang diperlukan untuk merencanakan intermitten


gas lift, antara lain adalah :
a. Kedalaman sumur (D)
b. Tekanan statik sumur (Ps)
c. Productivity Index (PI)
d. Kadar air (KA)
92
e. Perbandingan minyak – gas (GOR)
f. Specific gravity gas dari sumur (SGg), gas injeksi (SGi), dan air
(SGw)
g. Gradien cairan statik dalam sumur (Gs)
- Temperatur di permukaan (Ts)
- Temperatur di dasar sumur (Tb)
- Ukuran tubing (dt) dan casing (dc)
- Ukuran port katup sembur buatan yang tersedia
- Tekanan separator (Psep)

93
A. Penentuan Laju Produksi

Laju produksi yang mungkin diperoleh dari suatu sumur sembur


buatan intermitten tergantung pada tekanan alir dasar sumur rata-
rata. Tekanan alir dasar sumur mencapai maksimum pada saat
katup operasi dibuka dan berharga minimum pada saat slug
mencapai permukaan. Adapun prosedur untuk menentukan laju
produksi adalah sebagai berikut :

1. Tentukan gradien tekanan gas dalam annulus (Gg) berdasarkan


harga Pso dan Sggi dengan menggunakan Gambar 18 dengan
memperhatikan temperatur koreksi.
2. Hitung tekanan injeksi gas di dasar sumur (Pv), yaitu :
Pv = Pso + Ggi.D

94
Gambar 17
Gradien Tekanan Gas 95
Gambar 18
Gradien Tekanan Gas 96
3. Hitung tekanan di dasar tubing (Pti), yaitu :
Pti = Pv + P
DP harus dipilih sedemikian rupa sehingga gas dapat mengalir dari
annulus ke data tubing. Harga DP berkisar 140 – 170 psi
4. Hitung gradien tekanan gas di data tubing (Ggt) berdasarkan Pwh dan
SGg dengan menggunakan Gambar 18 memperhatikan koreksi
temperatur
5. Hitung tinggi kolom cairan dalam tubing dengan menggunakan
persamaan :

97
6. Hitung volume cairan di dalam tubing (Vt) dengan menggunakan
persamaan :
Vt = ht.Ct (dimana Ct = 0.00387 bbl/ft)
7. Hitung tekanan alir dasar sumur maksimum dengan langkah sebagai
berikut :
a. Hitung waktu i, yaitu :
TI = 1,5 D/1000
b. Anggap tekanan rata-rata dasar sumur pada akhir TI yaitu
Pa = 1,10 Pt1
c. Tekanan dasar sumur pada awal TI adalah Pt1 apabila tekanan
dasar sumur akhir TI adalah Pa, maka tekanan dasar sumur rata-
rata selain TI adalah :

98
d. Hitung laju produksi pada tekanan dasar sumur rata-rata dengan
persamaan :
q = PI (Ps – P)
e. Hitung penambahan bahan tekanan dasar sumur eqivalen dengan
kenaikan cairan dalam tubing, Pe sebagai akibat dengan adanya
produksi q.

f. Hitung tekanan dasar sumur pada akhir periode TI dengan


persamaan :
Ph = Pt1 + Pe

99
g. Bandingkan Pa dan Ph, jika perbedaannya lebih besar dari pada 1
%, ulangi perhitungan dengan menganggap Pa = Ph dan kembali
ke langkah 7c, apabila perbedaannya lebih kecil dari 1 %,
lanjutkan ke langkah 8.

8. Hitung tekanan alir dasar sumur minimum dengan langkah sebagai


berikut :
a. Anggap prosentase cairan yang terproduksi sebesar 60 %, dengan
demikian cairan yang kembali ke dasar sumur 40 %
b. Hitung tinggi kolom cairan yang kembali, yaitu :
hfb = 0.40 ht
c. Hitung tekanan yang ditimbulkan oleh hfb, yaitu :
Pfb = hfb.Gs

100
d. Hitung tekanan dasar sumur minimum (Pmin) tanpa adanya
tambahan cairan dari formasi
Pmin = Pfb + Gqt - hfb
e. Tekanan dasar sumur total adalah tekanan dasar sumur minimum
+ tekanan dasar hidrostatik akibat masuknya cairan dari formasi
Pmin a = (Pmin + Pe)
f. Hitung tekanan dasar sumur minimum rata-rata (Pmin) dengan
persamaan :

g. Hitung periode waktu TII, yaitu :


TII = 0.5 D/1000

101
h. Hitung penambahan tekanan dasar sumur equivalen selama
periode TII, dengan persamaan :

i. Hitung tekanan minimum total (Pmin t), yaitu :


Pmin total = Gqt (D – ht) + Pfb + Pe + Pf
j. Bandingkan Pmin t dengan Pmin a, jika selisihnya di atas 1 %
maka ulangi perhitungan mulai dari langkah 8f, dengan mengambil
harga Pmin a = Pmin t. Jika selisihnya kurang dari 1 %, maka
lanjutkan ke langkah 9.

102
9. Menentukan waktu yang diperlukan untuk menaikkan tekanan
dari Pmin t sampai Ptl, dengan langkah sebagai berikut :
a. Hitung tekanan dasar sumur rata-rata :
Pwf = (Ptl + Pmin t)
b. Hitung pertambahan tekanan dasar (DPW, psi / menit)
dengan persamaan :

c. Waktu yang diperlukan untuk menaikkan tekanan dari Pmin


t saat Ptl adalah :
TIII = (Ptl – Pmin t)/Pw

103
10. Hitung waktu frekuensi total (Ttot, menit), yaitu :
Ttot = TI + TII + TIII
11. Tentukan tekanan dasar sumur yang berkaitan dengan
produksi (weighted bottom hole pressure, Pwe) menurut
persamaan :

12. Tentukan besarnya laju produksi, dengan persamaan :


q = PI (Ps – Pwe)

104
B. Penentuan Jumlah Gas Injeksi

Gas yang diperlukan untuk mengangkat slug cairan dari dasar sumur ke
permukaan adalah volume gas yang diperlukan untuk mengisi tubing pada
tekanan gas rata-rata di bawah slug dari dasar sumur ke permukaan.
Langkah-langkah untuk menentukan besarnya gas injeksi adalah :

1. Siapkan data penunjangnya sebagai berikut :


a. kedalaman katup operasi (umumnya di ujung tubing)
b. tekanan buka katup operasi (Pv)

2. Pilih grafik yang sesuai dengan ukuran tubing dan tekanan separator
3. Plot kedalaman katup pada sumbu kedalaman
4. dari titik tersebut tarik garis horizontal ke kanan sampai memotong
garis tekanan permukaan katup

105
5. Dari titik potong tersebut, buat garis vertikal ke atas sampai memotong
sumbu volume gas
6. Baca volume gas injeksi yang diperlukan (Qqi, MMSCF)

106
c. Penentuan Spasi Katup

Spasi katup ditentukan secara grafis ditentukan secara :


a. Gradien fluida dalam sumur
b. Gradien gas annulus

Prosedur penentuan spasi katup adalah sebagai berikut :

1. Pada kertas grafik kartesian buat sistem sumbu koordinat


dengan kedalaman sebagai sumbu tegak dan tekanan sebagai
sumbu datar. Tempatkan titik kedalaman = 0 di bagian atas
sumbu tegak
2. Plot titik (Pso, 0)
3. Plot titik (Pv, D)

107
4. Hubungkan titik (Pso, 0) dengan titik (Pv, 0)
5. Plot titik (Pwh, 0)
6. Tentukan gradien unloading (Gu) dengan menggunakan
Gambar 20, berdasarkan ukuran tubing dan laju produksi
7. Hitung tekanan dasar sumur (Ptu) berdasarkan (Gu), yaitu :
Ptu = Pwh + Gu.D
8. Plot titik (Ptu, D)
9. Hubungkan titik (Pwh, 0) dengan (Ptu, D). Garis ini disebut
garis unloading
10. Tentukan tekanan penutupan yang konstan di permukaan,
yaitu :
Psc = Pso – 100

108
Gambar 20
Grafik Gardien Unloading 109
11. Tentukan gradien tekanan di annulus (Gg) berdasarkan Psc
dan Sggi dengan menggunakan Gambar 18 dan
memperhatikan koreksi temperatur
12. Hitung tekanan garis injeksi di dasar sumur berdasarkan harga
Psc dan Gg :
Pcv = Psc + Gg.D
13. Plot titik (Pwh, 0) dan (Pcv, D) kemudian hubungkan kedua titik
tersebut
14. Mulai dari titik (Pwh, 0) buat garis gradien fluida komplesi
15. Perpanjang garis tersebut sampai memotong gradien injeksi
gas yang berawal dari (Pso)
16. Baca kedalaman titik potong tersebut (Px, Dv1)
17. Dari titik (Px, Dv1) buat garis mendatar ke kiri sampai
memotong garis gradien unloading

110
Gambar 17
Gradien Tekanan Gas 111
Gambar 18
Gradien Tekanan Gas 112
18. Mulai dari titik potong di langkah 17, buat garis sejajar dengan
langkah 14, perpanjang garis tersebut sampai memotong garis
gradien gas yang berawal dari titik (Psc, 0)
19. Baca kedalaman titik potong tersebut (Py, Dv2)
20. Dari titk (Py, Dv2) buat garis mendatar ker kiri sampai
memotong garis gradien unloading
21. Ulangi langkah 18 sampai 20 untuk menentukan letak katup-
katup Dv3, Dv4, dan seterusnya.

113
c. Penentuan Tekanan pembuka Katup

Katup akan terbuka atau tertutup sebagai akibat perubahan tekanan


pada suatu kedalaman dimana katup ditempatkan. Untuk
menentukan tekanan pembuka ini diperlukan beberapa variabel,
yaitu :

1. Ukuran point katup, R


2. Tekanan annulus dan tubing pada kedalaman katup
3. Temperatur pada kedalaman katup

114
Prosedur menentukan tekanan pembuka katup adalah sebagai
berikut :

1. Dari hasil penentuan spasi katup, buat skala temperatur yang


dihimpit dengan sumbu tekanan
2. Plot titik (Ts,0) dan (Tb, D), kemudian hubungkan kedua titik
tersebut
3. Baca temperatur untuk setiap kedalaman katup (Tv)
4. Baca tekanan tubing untuk setiap kedalaman katup (Pt)
5. Berdasarkan harga Gg, hitung tekanan tutup katup :
Pvc 1 = Psc + Gg.Dv1
6. Tentukan ukuran port yang diperlukan, sebagai berikut :
a. Tentukan perubahan tekanan dalam casing Pd berdasarkan
jumlah gas yang diinjeksikan serta ukuran casing dan
tubing

115
b. Hitung harga R untuk setiap katup :

untuk katup terbawah digunakan harga Pt = 0.5 . Ps

c. Tentukan ukuran port masing-masing katup dengan


membandingkan harga R dari langkah b dengan harga R
dari ukuran pada Tabel 2

116
7. Hitung tekanan buka katup (Pvoi), yaitu :

Gunakan harga R dan TEF sesuai dengan ukuran port yang


dipilih di langkah 6 seperti yang tercantum pada Tabel 2

8. Hitung tekanan buka katup di permukaan (Pvsoi), yaitu :


Pvsoi = Pvoi – Gg.D

9. Hitung tekanan dome tiap katup (Pdi) pada T = F berdasarkan


harga Pvsoi dan temperatur katup (Tvi) dengan menggunakan
Tabel 2

117
Tabel 2
Diameter dan Ukuran Port yang Ada di Lapangan

118
10. Hitung tekanan test rack (Ptro) setiap katup sebagai berikut :

11. Buatlah harga Ptro ke angka yang terdekat dengan kelipatan 5.

119
Gambar 5a
Unloading Sequence in Intermitten Installation 120
Gambar 5b
Unloading Sequence in Intermitten Installation 121
Gambar 6a
Intermitten Single Point Injection 122
Gambar 6b
Intermitten Multi Point Injection 123
Gambar 7
Compressibility Factor for Natural Gases 124
Gambar 8
Composite Chart for Determining Valve String Design and Operation of Nitrogen –
125
Charged Bellow Valve
Gambar 9a
Pressure Valve Under Actual Operating Conditions
126
Gambar 9b
Pressure Valve Under Actual Operating Conditions
127
Gambar 10
Unbalance Bellows Valve with Pressure Charged Dome and Spring as Loading
128
Element
Gambar 11
Valve Under Operating Conditions
129
Gambar 12a
Fluid Valve Under Operating Conditions (Valve Open)
130
Gambar 12b
Fluid Valve Under Operating Conditions (Valve Closed)
131
Gambar 13
Balanced Casing Pressure Operated Valve
132
Gambar 14
Differential Valve
133
Gas Lift Equipment

Gas lift pada prinsipnya mencampurkan gas ke dalam sistem fluida agar
didapat densitas sistem yang lebih ringan sehingga memberikan Pwf yang
kecil agar didapat drawdown yang benar.

Cara memasukkannya ke dalam sistem bagian bawah lubang produksi bisa


melalui tubing atau melalui annulus seperti terlihat pada Gambar 21.

Keterangan gas yang tersebar di dalam fluida adalah cara menurunkan


densitas yang terbaik, maka di bagian pelepasan gas diperlukan alat
khusus yang diesbut port atau operating valves. Beberapa prinsip yang
dikenal adalah :

• Brear Oil Ejector, Gambar 22a


• Frizell Method, Gambar 22b
• Pohle Process of Elevating Liquids, Gambar 22c
• Fertig Ejector, Gambar 23a
• Harris air, Gambar 23b
• Office Inserts, Gambar 23c
134
TUBING FLOW CASING FLOW
Gambar 21
Jenis Gas Lift 135
Gambar 22
Jenis Injeksi Gas 136
Gambar 23
Jenis Injector Gas 137
OPEN SEMICLOSED CLOSED

Gambar 24
138
Konfigurasi Gas Lift
Gambaran sederhana bagaimana gas lift akan merubah static fluid level
menjadi working fluid level yang diakibatkan oleh adanya drawdown, di
mana drawdown tersebut merupakan perbedaan antara static submergence
dengan working submergence (lihat Gambar 25).

Karena diperlukan kompresor yang cukup besar pada saat unloading,


sedangkan pada saat operating diperlukan tenaga yang tidak terlalu besar,
maka kita dapat memasang kompresor kecil saja tetapi dilengkapi
unloading valve 4 – 5 buah di atas operating valve yang dapat mengalirkan
gas dan menutup secara otomatis bila gas di tubing sudah cukup
bercampur. Valve ini disebut kick off valve atau unloading valve.

Beberapa unloading valves yang dikenal adalah :


• Kick – off Valves, Gambar 26a
• Teather Kick – off Valve, Gambar 26b
• Taylor Kick – off Valve, Gambar 26c

Dalam pemakaian unloading valve sekarang, dikenal istilah “Tubing


Operated” dan “Casing Operated”.

139
Gambar 25
Working dan Static Submergence Fluid Level 140
Gambar 26
Jenis Valve 141
Tubing operated valve (Gambar 27 & 28) adalah valve yang akan
membuka pada saat dipompakan gas annulus, kemudian akan
tertutup bila tekanan di casing telah mengecil.

Kedua-duanya berfungsi sama, hanya berbeda dalam mendesain


dome pressure dan kedalaman pemasangan valvenya.

Dalam memasang gas lift valve, pada saat ini sudah bisa pada
rangkaian tubing telah disediakan gas lift Mandreal yang berfungsi
sebagai rumah gas lift valve.

Bentuknya adalah tubing yang mempunyai perut dimana


berdiameter sebesar tubing ditambah diameter gas lift valve. Perut
tersebut harus diisi gas lift Dummy agar lubang yang tersedia
tertutup pada saat sumur belum memerlukan gas lift.

Gambar 29 dan 30 menunjukkan gas lift Mandreal.


Gambar 31 menunjukkan gas lift Dummy.
142
Gambar 27
Tubing Operated Valve 143
Gambar 28
Tubing Operated Valve 144
Gambar 29
Gas Lift Mandreal 145
Gambar 30
Gas Lift Mandreal 146
Gambar 31
Gas Lift Dummy 147

Anda mungkin juga menyukai