I. Pendahuluan
Suatu perusahaan, biasanya terdiri dari berbagai unit bisnis, yang masing-masing
merupakan profit center dan merupakan penyumbang pendapatan bagi perusahaan
tersebut. Untuk mengetahui apakah unit bisnis tersebut menguntungkan atau
membebani perusahaan, sebagai langkah awal dapat dilakukan dengan melakukan
pemetaan portofolio. Pemetaan portofolio ini penting sebelum melakukan
restrukturisasi portofolio perusahaan, karena dengan memetakan portofolio yang
ada di perusahaan tersebut, akan diketahui posisi masing-masing unit kerja,
apakah masih dapat berkembang, atau sudah mengalami penurunan.
Restrukturisasi portofolio adalah kegiatan atau upaya berkaitan dengan
penyusunan ulang aset perusahaan supaya kinerja tersebut menjadi lebih baik di
masa depan.
Pengertian aset mencakup:
1. Aset individu seperti gedung, tanah, mesin, hak paten, goodwill, dan
sebagainya yang tercantum dalam sisi harta pada neraca korporasi
2. Lini bisnis, yaitu suatu kumpulan aset (misalnya mesin, gedung, peralatan,
system, sampai tenaga kerja) yang digunakan untuk memproduksi suatu
produk tertentu.
3. Divisi atau Strategic Business Unit (SBU) dalam korporasi, yang
merupakan satu kesatuan usaha dan manajemen divisi atau SBU tersebut
memiliki wewenang untuk mengambil keputusan dalam menjalankan
divisi atau SBU tersebut. Atau dalam kata lain, sebuah SBU merupakan
investment center.
4. Anak perusahaan, di mana induk perusahaan terkadang hanya bersifat
mendukung (supporting) terhadap kegiatan anak perusahaan tersebut.
Bentuk penyusunan ulang, bisa menjual aset, lini bisnis, divisi, SBU atau anak
perusahaan sehingga kepemilikan menjadi menurun. Sebaliknya, restrukturisasi
portfolio juga bisa diterapkan dalam bentuk pembelian suatu aset, lini bisnis,
divisi, SBU atau anak perusahaan sehingga kekayaan korporasi meningkat.
Langkah awal dalam melakukan restrukturisai portofolio adalah sebagai berikut:
a. Evaluasi aset-aset perusahaan berdasarkan kemampuan masing-masing
memberikan nilai tambah pada perusahaan.
b. Evaluasi kemungkinan pengembangan penggunaan aset yang saat yang
saat ini dimiliki, sejalan dengan strategi ke depan. Aset yang saat ini
kurang produktif atau bahkan menganggur bisa jadi akan dimanfaatkan di
masa depan. Dengan demikian, manajemen perlu merawat aset-aset
tersebut. Evaluasi ini menghasilkan daftar aset yang perlu dipertahankan
dan daftar aset yang tidak perlu dipertahankan.
c. Hitung nilai aset yang tidak perlu dipertahankan untuk dijual.
d. Evaluasi portofolio usaha korporasi. Sebuah korporasi dengan sejumlah
unit usaha (lini bisnis, divisi, SBU atau anak perusahaan) perlu membuat
peta portofolio untuk mengetahui bagaimana kinerja masing-masing unit
usaha tersebut.
II. Evaluasi portofolio
Evaluasi portofolio dilakukan untuk sebuah korporasi yang memiliki sejumlah
SBU. Masing-masing SBU memiliki karakteristik yang berbeda berdasarkan
berbagai faktor, misalnya: usia SBU menurut daur hidupnya, tingkat risiko,
kemampuan menghasilkan cash flow, gaya manajemen, dan tingkat produktivitas
aset dalam SBU yang bersangkutan. Salah satu cara analisis portofolio adalah
menggunakan model matriks BCG (Boston Consulting Group), sebuah matriks
yang sangat terkenal di dunia manajemen. Menurut matriks BCG, SBU dapat
dipetakan ke dalam empat kuadran : a) Tanda tanya, b) Bintang, c) Sapi Perah,
dan d) Anjing. Pembuatan kuadran tersebut menggunakan dua variabel, bagian
pasar yang relatif (relative market share) dibandingkan dengan pesaing-
pesaingnya dan tingkat pertumbuhan pasar (market growth rate).
Ciri-ciri Kuadran
Untuk membantu identifikasi SBU ke dalam kuadran-kuadran di atas, disajikan
beberapa ciri atau indikator suatu kuadran sebagai berikut.