Anda di halaman 1dari 30

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU TEKNIK PEMESINAN

FRAIS MELALUI PENDIDIKAN PASCASARJANA


MANAJEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

MAKALAH

Disusun sebagai Salah Satu Persyaratan Permohonan Keterangan Gelar


Akademik dan Sebutan Profesi Badan Kepegawaian Daerah
Provinsi Jawa Tengah

Oleh:

SRI HARTANTO, S.Pd.


NIP. 19680511 200801 1 013

DINAS PROVINSI JAWA TENGAH


2019
DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


....................................................................................................
....................................................................................................

B. Perumusan Masalah
....................................................................................................
....................................................................................................

C. Tujuan Penulisan
....................................................................................................
....................................................................................................

D. Manfaat Penulisan Makalah


....................................................................................................
....................................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI

A. Visi dan Misi Guru


....................................................................................................
....................................................................................................

B. Uraian Tupoksi Guru

ii
....................................................................................................
....................................................................................................

C. Kinerja Guru
....................................................................................................
....................................................................................................

BAB III PEMBAHASAN

15

A. Keterkaitan Pendidikan Pascasarjana Manajemen Administrasi

Pendidikan Terhadap Tupoksi

15

B. Keterkaitan Pendidikan Pascasarjana Manajemen Administrasi

Pendidikan Terhadap Prestasi Kerja Guru

17

BAB IV HAMBATAN DAN KENDALA

20

BAB V PENUTUP

23

A. Kesimpulan
...................................................................................................
...................................................................................................

23

B. Saran

iii
...................................................................................................
...................................................................................................

24

DAFTAR PUSTAKA

25

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan vokasi atau kejuruan sebagai bagian dari sistem

pendidikan nasional memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan

tenaga kerja yang terampil. Potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan

berkelanjutan suatu negara akan semakin besar, apabila didukung oleh SDM

yang memiliki: (1) pengetahuan dan kemampuan dasar untuk menyesuaikan

diri dengan tuntutan dan dinamika perkembangan yang tengah berlangsung;

(2) jenjang pendidikan yang semakin tinggi; (3) keterampilan keahlian yang

berlatar belakang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek); dan (4) kemampuan

untuk menghasilkan produk-produk baik dari kualitas maupun harga, mampu

bersaing dengan produk-produk lainnya di pasar global.

Berdasarkan Permen No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi; tujuan

pendidikan kejuruan/vokasi secara spesifik adalah untuk meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan peserta

didik untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai

program kejuruannya agar dapat bekerja secara efektif dan efisien,

mengembangkan keahlian dan keterampilannya, menguasai bidang keahlian

dan dasar-dasar ilmu pengetahuan serta teknologi, memiliki etos kerja tinggi,

berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki

kemampuan dalam mengembangkan diri.

1
2

Materi pelajaran vokasi yang saat ini diberikan di SMK adalah Teknik

Pemesinan Frais. Mata pelajaran Teknik Pemesinan Frais adalah mata

pelajaran yang berisi pelajaran teknologi teknologi pemotongan logam dengan

cara menyayat logam menggunakan alat potong bermata banyak. Sistem

kerjanya ialah alat potong (cutter) berputar pada sumbunya dan benda kerja

yang terpasang pada meja dengan bantuan catok (vice) atau alat bantu lainnya

pada meja frais bergerak vertical (naik-turun), horizontal (maju-mundur dan

kekiri-kekanan). Mesin freis merupakan salah satu mesin konvensional yang

mampu mengerjakan suatu benda kerja dalam permukaan sisi datar, tegak,

miring, bahkan alur roda gigi. Mesin perkakas ini mengerjakan atau

menyelesaikan suatu benda kerja dengan menggunakan pisau milling (cutter)

pemasukan media dikembangkan, computer processing power dan kapasitas

memori terus meningkat, dan mesin-mesin NC dan CNC berangsur-angsur

dirubah dari level perusahaan yang besar ke level perusahaan yang medium

(menengah).

Berkenaan dengan hal ini untuk mendukung tujuan pendidikan

kejuruan dapat terlaksana maka diperlukan upaya dari berbagai pihak salah

satunya guru. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam mengembangkan model,

media dan segala hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Ditambah

lagi dampak implementasi Kurikulum 2013 di beberapa Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK), menuntut guru- guru SMK lebih berpikir kritis dan dinamis

untuk menyiapkan segala hal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Artinya

salah satu faktor yang sangat menentukan dalam upaya meningkatkan kualitas
3

SDM melalui pendidikan adalah tenaga pendidik (guru). Melalui guru,

pendidikan diimplementasikan dalam tataran mikro, ini berarti bahwa

bagaimana kualitas pendidikan dan hasil pembelajaran akan terletak pada

bagaimana pendidik melaksanakan tugasnya secara profesional serta dilandasi

oleh nilai-nilai dasar kehidupan yang tidak sekedar nilai materil namun juga

nilai-nilai transenden yang dapat mengilhami pada proses pendidikan ke arah

suatu kondisi ideal dan bermakna bagi kebahagiaan hidup peserta didik,

pendidik serta masyarakat secara keseluruhan.

Guru merupakan tulang punggung dalam kegiatan pendidikan terutama

yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar. Tanpa adanya peran

guru maka proses belajar mengajar akan terganggu bahkan gagal. Oleh karena

itu dalam manajemen pendididikan perananan guru dalam upaya keberhasilan

pendidikan selalu ditingkatkan, kinerja atau prestasi kerja guru harus selalu

ditingkatkan mengingat tantangan dunia pendidikan untuk menghasilkan

kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global.

Sebagi tenaga profesional, guru dituntut memvalidasi ilmunya, baik

melalui belajar sendiri maupun melalui program pembinaan dan

pengembangan yang dilembagakan oleh pemerintah. Pembinaan merupakan

upaya peningkatan profesionalisme guru yang dapat dilakukan salah satunya

melalui pendidikan lanjut.

Studi lanjut program Strata 2 atau Magister merupakan cara pertama

yang dapat ditempuh oleh para guru dalam meningkatkan kompetensi dan

profesionalismenya. Ada dua jenis program magister yang dapat diikuti, yaitu
4

program magister yang menyelenggarakan program pendidikan ilmu murni

dan ilmu pendidikan. Ada kecenderungan para guru lebih suka untuk

mengikuti program ilmu pendidikan untuk meningkatkan kompetensi dan

profesionalismenya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1. Bagaimana keterkaitan pendidikan pascasarjana manajemen administrasi

pendidikan terhadap tupoksi guru?

2. Bagaimana keterkaitan pendidikan pascasarjana manajemen administrasi

pendidikan terhadap prestasi kerja guru?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dipaparkan tujuan

dalam penulisan makalah ini, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui keterkaitan pendidikan pascasarjana manajemen

administrasi pendidikan terhadap tupoksi guru.

2. Untuk mengetahui keterkaitan pendidikan pascasarjana manajemen

administrasi pendidikan terhadap prestasi kerja guru.

D. Manfaat Penulisan Makalah

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis

maupun secara praktis sebagai berikut:


5

1. Bagi Guru

Tulisan ini bermanfaat bagi guru untuk memberikan tambahan informasi

mengenai keterkaitan pendidikan pascasarjana Manajemen Administrasi

Pendidikan dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia pendidikan.

2. Bagi Sekolah

Tulisan ini bermanfaat bagi sekolah untuk memberikan gambaran

mengenai pentingnya peningkatan kualitas sumberdaya manusia

pendidikan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan.

3. Bagi Dinas Pendidikan

Tulisan ini bermanfaat bagi dinas terkait untuk memberikan gambaran

mengenai pentingnya peningkatan kualitas sumberdaya manusia

pendidikan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Visi dan Misi Guru

Pasal 39, ayat (2), Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas menyatakan, bahwa Pendidik merupakan tenaga profesional.

Kedudukan guru dan dosen sebagai profesional mempunyai visi terwujudnya

penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas

untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh

pendidikan yang bermutu.

Berdasarkan uraian di atas, pengakuan kedudukan guru dan dosen

sebagai tenaga profesional mempunyai misi untuk melaksanakan tujuan

undang-undang Guru dan Dosen, sebagai berikut

1. Mengangkat martabat guru dan dosen;

2. Menjamin hak dan kewajiban guru dan dosen;

3. Meningkatkan kompetensi guru dan dosen;

4. Memajukan profesi serta karier guru dan dosen;

5. Meningkatkan mutu pembelajaran;

6. Meningkatkan mutu pendidikan nasional;

7. Mengurangi kesenjangan ketersediaan guru dan dosen antardaerah dari

segi jumlah, mutu, kualifikasi akademik, dan kompetensi;

8. Mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antardaerah;

9. Meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu

6
7

B. Uraian Tupoksi Guru

Guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam pendidikan,

dimana guru memegang peranan yang sangat vital dalam penyelengaraan

pendidikan formal pada khususnya. Demi terselenggaranya pendidikan yang

baik, guru sebagai bagian didalamnya dituntut untuk memiliki kualifikasi

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah serta menguasai

kompetensi pedagogik, profesionalisme, kepribadian dan sosial seperti yang

diatur dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Guru. Selain tuntutan tersebut, lebih jauh guru

berkewajiban untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pelaksana

pendidikan tersebut.

Tugas dan fungsi guru ini didasari oleh beberapa pedoman dan

peraturan perundangan yang berlaku, diantaranya :

1. Tugas Guru

Tugas guru ini dijelaskan dalam Bab XI Pasal 39 Ayat (2) Undang-

Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 20

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Pasal

52 Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, yakni:

a. Merencanakan pembelajaran;

b. Melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu;

c. Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

d. Membimbing dan melatih peserta didik / siswa;

e. Melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;


8

f. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada kegiatan pokok

yang sesuai; dan

g. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan.

Lebih lanjut, tugas guru secara lebih terperinci dijelaskan dalam

Permendiknas No. 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, diantaranya:

a. Menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendidikan;

b. Menyusun silabus pembelajaran;

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);

d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran;

e. Menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran;

f. Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata

pelajaaran di kelasnya;

g. Menganalisis hasil penilaian pembelajaran;

h. Melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan dengan

memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi;

i. Melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi

tanggungjawabnya (khusus guru kelas);

j. Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil

belajar tingkat sekolah/ madrasah dan nasional;

k. Membimbing guru pemula dalam program induksi;


9

l. Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses

pembelajaran;

m. Melaksanakan pengembangan diri

n. Melaksanakan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif; dan

o. Melakukan presentasi ilmiah.

2. Fungsi Guru

Fungsi guru yang dimaksudkan disini juga sudah termasuk dalam

tugas guru yang telah dijabarkan diatas, namun terdapat beberapa fungsi

lain yang terkandung dalam poin d dan e Pasal 20 Undang-Undang No. 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta poin a, b dan c Pasal 40 Ayat (2)

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

yakni :

a. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa;

b. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode

etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika;

c. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,

kreatif, dinamis dan dialogis;

d. Memelihara komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu

pendidikan;

e. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan

kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Dengan adanya tugas pokok dan fungsi guru seorang guru yang

memiliki kompetens dibidangnya merupakan kunci utama untuk keberhasilan


10

dalam mencapai cita-cita besar suatu lembaga pendidikan. Dengan tugas

pokok dan fungsi guru, para guru menjadi lebih profesional dibidangnya dan

tahu akan tugas dan tanggung jawab yang harus diemban, sehingga proses

pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien dan terlebih menjadi hal yang

menyenangkan serta meringankan beban guru karena sudah tahu apa yang

harus dikerjakannya.

C. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam

melaksanakan tugas atau pekerjaannya (Rifai, 2015: 491). Lebih lanjut,

Rifai (2015: 492) menjelaskan kinerja dapat dilihat dari beberapa kriteria.

Ada empat kriteria kinerja yaitu: (1) karakteristik individu, (2) proses, (3)

hasil dan (4) kombinasi antara karakter individu, proses dan hasil. Kinerja

seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan dengan

keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan guru pada bidang

tugasnya. Menempatkan guru sesuai dengan keahliannya secara mutlak

harus dilakukan. Bila guru diberikan tugas tidak sesuai dengan

keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan

mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak puas pada diri mereka. Rasa

kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja guru.

Kinerja akan tercapai dengan baik apabila seorang guru termotivasi

dalam diri sendiri dan dari luar dirinya. Selain itu motivasi sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan atau pengalaman kerja masing-


11

masing pribadi guru, karena tanpa adanya motivasi yang jelas atas dasar

kesadaran diri sendiri pribadi maupun motivasi dari atasan serta rekan

yang lebih senior hasil kerja kurang optimal.

Hamdi dan Bahruddin (2014: 32) menyatakan kinerja guru

mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur

berdasarkan spesifikasi/ kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh

setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru wujud prilaku yang dimaksud

adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang

guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran,

dan menilai hasil belajar.

Kinerja juga sering dikaitkan dengan prestasi seseorang. Oleh

sebab itulah, kinerja menjadi tolok ukur keberhasilan seseorang atau

lembaga dalam menjalankan sistem manajemen. Namun dalam

kenyataannya sering ditemui kinerja guru tidak sesuai dengan harapan

bersama. Ada sejumlah faktor yang memberikan pengaruh pada kinerja

guru. Faktor-faktor tersebut yakni motivasi, penghargaan, dan lingkungan

kerja (Jelantik, 2015: 93).

2. Indikator Kinerja Guru

Koswara (2016: 65-66) menyebutkan kinerja seseorang (termasuk

guru) dapat diukur melalui lima indikator berikut:

a. Kualitas kerja. Indikator ini berkaitan dengan kualitas kerja guru dalam

menguasai seagala sesuatu berkaitan dengan persiapan perencanaan

program pembelajaran dan penerapan hasil penelitian dalam

pembelajaran di kelas.
12

b. Kecepatan/ ketetapan kerja. Indikator ini berkaitan dengan ketepatan

kerja guru dalam menyesuaikan materi ajar dengan karakteristik yang

dimiliki peserta didik dan penyelesaian program pengajaran sesuai

dengan kalender akademik.

c. Inisiatif dalam kerja. Indikator ini berkaitan dengan inisiatif guru

dalam penggunaan model pembelajaran yang variatif sesuai materi

pelajaran dan penggunaan berbagai inventaris sekolah dengan bijak.

d. Kemampuan kerja. Indikator ini berkaitan dengan kemampuan guru

dalam memimpin keadaan kelas agar tetap kondusif, pengelolaan

kegiatan belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar peserta didik.

e. Komunikasi. Indikator ini berkaitan dengan komunikasi yang

dilakukan guru dalam proses layanan bimbingan belajar dengan siswa

yang kurang mampu mengikuti pembelajaran dan terbuka dalam

menerima masukan untuk perbaikan pembelajaran.

3. Produk Kinerja Guru

Kinerja guru berprestasi dapat dibuktikan melalui karya atau

produk yang telah dihasilkan dalam rangka pengembangan profesi guru.

Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang menunjukkan adanya

upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru

(Setianto, dkk., 2008: 223). Komponen ini meliputi buku yang

dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional; artikel

yang dimuat dalam media jurnal/majalah/buletin yang tidak terakreditasi,

terakreditasi, dan internasional; menjadi reviewer buku, penulis soal


13

EBTANAS/UN; modul/buku cetak lokal (kabupaten/kota) yang minimal

mencakup materi pembelajaran selama 1 (satu) semester; media/ alat

pembelajaran dalam bidangnya; laporan penelitian tindakan kelas

(individu/ kelompok); dan karya seni (patung, rupa, tari, lukis, sastra, dan

lain-lain) (Muliastuti, 2009: 5).

1) Bahan Ajar

Bahan Ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran

yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan dan cara

mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam

rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi

atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Widodo dan

Jasmadi, 2008: 40).

Bahan ajar yang baik harus dirancang dan ditulis sesuai dengan

kaidah instruksional. Hal ini diperlukan karena bahan ajar akan

digunakan sebagai pendidik untuk membantu tugas mereka dalam

proses belajar-mengajar. Pendidik (pelatih, guru, dosen, tutor, dan lain-

lain) akan sangat terbantukan dengan adanya bahan ajar karena

kegiatan belajar-mengajar diharapkan akan berlangsung lebih efektif

(dalam hal waktu dan ketersampaian materi) kepada peserta didik.

Dampak positif lainnya dengan adanya bahan ajar adalah dosen/ guru/

pelatih akan mempunyai lebih banyak waktu untuk membimbing

peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Adanya bahan ajar juga

membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan baru. Peserta didik


14

akan mengurangi ketergantungan mereka kepada guru sebagai satu-

satunya sumber pengetahuan (Widodo dan Jasmadi, 2008: 40).

2) PTK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan

(action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu

praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada

proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas

(silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar) (Arikunto,

dkk., 2008: 58).

3) Karya Ilmiah

Karya ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang

menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik

dan benar. Dalam hal ciri khusus karya ilmiah, dikatakannya pula,

karya ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan

kebenaran tanpa mengingat akibatnya. Kebenaran dalam karya ilmiah

itu adalah kebenaran yang objektif-positif, sesuai dengan data dan

fakta di lapangan, dan bukan kebenaran yang normatif (Arifin, 2008:

2).

Fahrruzodi dan Wicaksono (2016: 159) menyampaikan

berdasarkan tingkat akademisnya, karya ilmiah dapat dibedakan atas

lima macam, yaitu (1) makalah, (2) laporan penelitian, (3) skripsi, (4)

tesis, dan (5) disertasi. Makalah adalah karya tulis yang memerlukan

studi, baik secara langsung maupun tidak langsung; dapat berupa


15

kajian pustaka/buku, kajian suatu masalah, atau analisis fakta hasil

observasi. Laporan penelitian merupakan sebuah tulisan yang dibuat

setelah seseorang melakukan penelitian, pengamatan, wawancara,

pembacaan buku, percobaan, dan lain-lain. Adapun skripsi merupakan

jenis karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa strata satu (SI) untuk

memperoleh gelar sarjana. Tesis adalah karya ilmiah yang sifatnya

lebih mendalam daripada skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan

baru yang diperoleh dari penelitian sendiri. Disertasi adalah karya tulis

ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh

penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis yang

terinci.

4) LKS

Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembar-

lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk

menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam

lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.

Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pelajaran apa saja.

Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh

peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain

atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya (Majid, 2008:

177-178).
BAB III

PEMBAHASAN

A. Keterkaitan Pendidikan Pascasarjana Manajemen Administrasi

Pendidikan Terhadap Tupoksi

Program pasca sarjana Magister Administrasi Pendidikan adalah

program pendidikan akademik dengan tujuan untuk menghasilkan lulusan

yang mampu mengamalkan dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan/atau

Teknologi melalui penalaran dan penelitian ilmiah. Permenristedikti Nomor

44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT)

menegaskan bahwa lulusan program magister setidaknya harus menguasai

teori bidang pengetahuan manajemen administrasi pendidikan.

Sejalan penegasan SNPT, bahwa tugas guru bukanlah hanya sekedar

menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik, melainkan juga

berperan sebagai administrator pendidikan. Syamsudin dan Budiman (2005:

25), menyatakan administrasi adalah suatu kegiatan atau usaha untuk

membantu melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan dalam

mencapai suatu tujuan. Administrasi pendidikan adalah segenap proses

pengerahan segala sesuatu baik personal, spiritual, maupun material yang

bersangkutan dengan pencapaian tujuan pendidikan.

Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan

dosen pasal 20, bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru

berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses

pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil

16
17

pembelajaran. Tugas ini menunjukkan manajemen pengajaran, maka guru pun

memerlukan administrasi pengajaran. Berbagai administrasi pengajaran ini

antara lain Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Program

Tahunan (Prota), Program Semester (Promes), dan lain-lain yang harus

dimiliki oleh setiap guru sebagai alat untuk melaksanakan kegiatan

pembelajaran di sekolah. Jika seorang guru mampu melaksanakan segala

tupoksinya dalam pendidikan serta mampu berperan di dalam tata

administrasi pendidikan, dapat dikatakan guru tersebut mampu memenuhi

tuntutan profesionalisme seorang guru.

Namun, seringkali guru tidak sepenuhnya paham akan tugasnya dalam

melakukan kegiatan administrasi pengajaran. Misalnya, ketika guru membuat

RPP terkadang hanya sekedar copy paste dari internet atau meniru RPP dari

rekan gurunya. Padahal penyusunan RPP yang baik disesuaikan dengan

kondisi personal dan sosial siswa dan guru serta instansi pendidikan tempat

berlangsungnya proses pembelajaran, sehingga RPP masing-masing guru bisa

berbeda tergantung pada faktor fisik dan psikis siswa dan guru sehingga

menuntut guru untuk mampu mengembangkan konsep yang ada menjadi

sesuatu yang dinamis. Intinya guru itu harus kreatif. Tanpa menyusun RPP

secara profesional, sistematis dan berdaya guna maka sudah bisa dipastikan

guru tidak akan mampu menganalisis dan memprediksi program

pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana.

Mengingat pentingnya tugas administrasi yang harus dilakukan oleh

guru, maka guru perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
18

memadai termasuk pengelolaan administrasi yang dapat diperoleh dari

kegiatan mengikuti studi lanjut. Adanya bekal ilmu yang diperoleh setelah

mengikuti pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Administrasi

Pendidikan tersebut memungkinkan guru dapat menjalankan tupoksinya.

Dengan gelar pascasarjana, dapat mengembangkan keterampilan yang akan

mendukung dalam kehidupan sehari-hari, seperti manajemen waktu,

melakukan kegiatan administasi pengajaran, dan keterampilan lain yang

mendukung proses pendidikan di sekolah.

B. Keterkaitan Pendidikan Pascasarjana Manajemen Administrasi

Pendidikan Terhadap Kompetensi Guru

Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar terhadap peningkatan

kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan yang dilaksanakan di

sekolah banyak dipengaruhi oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat

dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, terutama Kepala Sekolah,

guru dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah tersebut. Dalam hal ini

seluruh komponen yang ada di sekolah perlu meningkatkan kompetensi

kerjanya untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu.

Pada proses pembelajaran, kompetensi kerja guru memegang peran

yang cukup dominan dan strategis. Dikatakan dominan karena guru sebagai

penggerak proses pembelajaran merupakan orang yang terlibat dalam

berinteraksi dengan subyek didik, dan dikatakan strategis sebab guru sebagai

tenaga pendidik diharapkan mampu menciptakan suasana proses

pembelajaran dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dihadapi.


19

Pengetahuan guru tentang manajemen pembelajaran sangat penting

dalam meningkatkan prestasi kerja guru dalam merencanakan, melaksanakan

dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Kemampuan seorang guru dalam

merencanakan, mengorganisasikan, memberikan motivasi, mengarahkan,

mengkordinasikan, mengendalikan dan menilai siswa yang mengikuti

kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran tentu

harus didasari oleh pengetahuan guru tentang masalah tersebut.

Pengetahuan guru tentang perencanaan pembelajaran, tentu akan dapat

menyusun perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran. Sedangkan pengetahuan tentang pengorganisasian,

pemberian motivasi, pengarahan, pengkordinasian dan pengendalian

merupakan modal bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Jika

guru memiliki pengetahuan yang baik tentang pengorganisasian kegiatan

belajar mengajar maka ia akan dapat mengelola kelas dan kegiatan belajar

mengajar dengan baik. Dengan demikian pengetahuan guru tentang

pengorganisasian, pemberian motivasi, pengarahan, pengkordinasian dan

pengendalian dapat meningkatkan prestasi kerja guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran. Pengetahuan guru tentang penilaian sangat penting

dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian (evaluasi) baik proses

maupun hasil. Jika guru memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan

dengan penilaian pembelajaran, maka prestasi kerjanya dalam melaksanakan

penilaian akan meningkat.


20

Kepala sekolah adalah orang yang paling bertanggung jawab apakah

guru dapat bekerja secara optimal. Dalam mengelola tenaga kependidikan,

salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan

kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. dalam hal ini,

kepala sekolah dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas

kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi

melalui berbagai kegiatan pendidikan. Kepala sekolah dapat memberikan ijin

belajar bagi guru yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang

lebih tinggi.

Banyak pengetahuan yang akan diperoleh seseorang melalui jenjang

pendidikan, semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh maka akan

semakin banyak pengetahuan yang akan diperoleh, dari berbagai macam

pengetahuan yang didapatkan diharapkan seorang guru dapat meningkatkan

kompetensi agar mencapai tingkatan guru yang profesional.

Seseorang dengan gelar pascasarjana akan lebih menonjol

dibandingkan dengan lulusan sarjana. Hal ini karena lulusan pascasarjana

mempunyai pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan dengan lulusan

sarjana. Seseorang akan dinilai lebih profesional saat sudah melanjutkan

sekolah S-2. Saat harus bersaing dengan lulusan sarjana, tentu akan lebih

dipertimbangkan untuk posisi yang lebih tinggi.


BAB IV

HAMBATAN DAN KENDALA

Usaha peningkatan kompetensi kinerja guru melalui pendidikan lanjutan

pascasarjana manajemen administrasi pendidikan, tidak selamanya berjalan

dengan lancar. Ada beberapa kendala yang dialami guru dalam menempuh

pendidikan pascasarjana manajemen administrasi pendidikan, baik kendala dari

dalam maupun dari luar diri guru itu sendiri. Kendala-kendala yang dihadapi

tersebut antara lain:

1. Keterbatasan biaya

Biaya yang dibutuhkan guru dalam menempuh pendidikan program

strata dua (S2) cukup besar. Biaya untuk pendaftaran, biaya semester, biaya

tesis sampai pada biaya wisuda, adalah kewajiban biaya yang harus dibayar.

Guru pun juga masih harus memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang tidak

sedikit. Belum lagi jika guru memiliki anak yang ingin melanjutkan kuliah

juga, maka guru akan berfikir ulang apakah akan melanjutkan studinya atau

tidak.

2. Keterbatasan waktu

Tugas seorang guru sebagai pengajar membutuhkan waktu yang cukup

lama di sekolah. Ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor

74 Tahun 2008 tentang Guru menyebutkan bahwa jumlah jam mengajar guru

dalam seminggu adalah 20 jam atau 8 jam/hari. Jika guru masuk jam 07.00

WIB maka akan pulang jam 15.00 WIB, sehingga waktu untuk kuliah guru

21
22

setelah jam pulang tersebut. Namun, jika guru memiliki jam tambahan

mengajar atau tugas lain seperti les atau kegiatan ekstrakurikuler, maka guru

akan membutuhkan waktu yang lebih lama di sekolah sehingga guru akan

kesulitan untuk mengatur waktu kuliah.

Kepala sekolah sebenarnya dapat memberikan ijin belajar, namun

terkadang guru merasa sungkan jika terlalu sering untuk meminta ijin kepada

sekolah untuk kuliah di saat jam mengajar belum selesai. Belum lagi, guru

akan merasa sungkan terhadap guru piket atau guru lainnya yang dibebani

tugas untuk menggantikan kegiatan mengajar di kelas.

3. Beban tugas kuliah

Ketika guru dihadapkan beban tugas kuliah yang terlalu banyak maka

guru akan kesulitan dalam menyelesaikan tugas tersebut. Hal ini dikarenakan

bebas tugas sebagai guru juga tidak sedikit. Sebelum guru mengajar di kelas,

guru harus menyiapkan perangkat pembelajaran yang harus disusun sendiri

oleh guru yang bersangkutan, seperti menyiapkan silabus dan RPP. Guru juga

perlu menyiapkan bahan ajar atau media yang dapat mendukung kegiatan

pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar tidak terasa membosankan.

Setelah kegiatan proses pembelajaran, maka guru juga harus melakukan

penilaian terhadap siswa sehingga guru pun juga harus menyiapkan instrumen

penilaian siswa.

Seorang guru terkadang juga diserahi tugas atau jabatan untuk

bertanggung jawab dalam bidang urusan tertentu seperti wakil kepala

kurikulum, wakil kepala humas, wakil kepala urusan sarana prasarana.

Jabatan-jabatan tersebut menambah beban guru di sekolah, karena guru tidak


23

hanya memiliki tugas mengajar namun juga memiliki tugas lainnya dalam

rangka kelancaran kegiatan di sekolah.

Adanya beban tugas kuliah dengan beban tugas mengajar dan tugas

tambahan lainnya tersebut membuat guru merasa kesulitan untuk

memprioritaskan tugas mana dahulu yang harus dikerjakan. Sebenarnya guru

menginginkan kedua tugas tersebut dapat dikerjakan semua dengan baik.

Namun, sebagai seorang guru maka tugas mengajar lah yang harus

diutamakan, baru kemudian tugasnya sebagai mahasiswa dikerjakan.

Permasalahannya adalah ketika tugas di sekolah bersamaan dengan tugas

kuliah maka guru akan kececeran dalam mengerjakan tugas.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Tugas guru bukanlah hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan

kepada peserta didik. Namun jika dilihat secara luas guru juga berperan

sebagai administrator pendidikan. Mengingat pentingnya tugas

administrasi yang harus dilakukan oleh guru, maka guru perlu memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memadai termasuk

pengelolaan administrasi yang dapat diperoleh dari kegiatan mengikuti

studi lanjut. Adanya bekal ilmu yang diperoleh setelah mengikuti

pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Administrasi

Pendidikan tersebut memungkinkan guru dapat menjalankan tupoksinya.

2. Prestasi kerja guru memegang peran yang cukup dominan dan strategis

Pada proses pembelajaran. Pengetahuan guru tentang manajemen

pembelajaran sangat penting dalam meningkatkan prestasi kerja guru

dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan

pembelajaran. Banyak pengetahuan yang akan diperoleh seseorang melalui

jenjang pendidikan, semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh

maka akan semakin banyak pengetahuan yang akan diperoleh, dari

berbagai macam pengetahuan yang didapatkan diharapkan seorang guru

24
25

dapat meningkatkan kompetensi agar mencapai tingkatan guru yang

profesional.

B. Saran

Berdasarkan pada simpulan di atas, selanjutnya dapat dikemukakan

saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Guru hendaknya dapat mengembangkan kompetensinya dengan mengikuti

studi lanjut dan mengimplementasikannya dalam kegiatan administrasi

pembelajaran.

2. Bagi Sekolah

Kepala sekolah disarankan untuk memiliki program peningkatan

pendidikan guru dengan memberikan kesempatan dan dukungan bagi

guru-guru untuk melanjutkan pendidikan tinggi program strata dua (S2)

baik di PTN maupun PTS.

3. Bagi Dinas Pendidikan

Dinas Pendidikan hendaknya memberikan kesempatan pada guru untuk

mengembangkan potensi dan kompetensi yang dimiliki untuk dapat

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi melalui pemberian

beasiswa pada guru yang berprestasi.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Z. 2008. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Grasindo.

Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.

Jelantik, A.A.K. 2015. Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional: Panduan


Menuju PKKS. Yogyakarta: Deepublish.

Koswara, Rasto. 2016. Kompetensi dan Kinerja Guru Berdasarkan Sertifikasi


Profesi. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, Vol. 1, No. 1, hlm.
64-74.

Majid, A. 2008. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muliastuti, L. 2009. Penyusunan Portofolio Guru Sebagai Instrumen Sertifikasi


Guru. Seminar Pendidikan Nasional, Depok.

Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung:


Rosdakarya.

Rifai, M. 2015. Membangun Kedaulatan Bangsa Berdasarkan Nilai-Nilai


Pancasila: Pemberdayaan Masyarakat dalam Kawasan Terluar, Terdepan,
dan Tertinggal (3T) (Kumpulan Makalah Call For Papers Kongres
Pancasila VII). Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah
Mada.

Setianto, A.Y., Jehani, L., Nemen, A., Budiman, N., & Jehadun, L. 2008. Panduan
Lengkap Mengurus Segala Dokumen: Perijinan Pribadi, Keluarga, Bisnis
& Pendidikan. Jakarta: Forum Sahabat.

Suyanto, A. dan Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan


Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta: Esensi.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan


Dosen.

Widodo, C.S. & Jasmadi. 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis
Kompetensi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

26

Anda mungkin juga menyukai