Anda di halaman 1dari 130

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batu bara adalah salah satu kekayaan alam Indonesia. Menurut management

batubara-indonesia.com (www.batubara-indonesia.com) sumber daya alam yang tidak

dapat diperbaharui yang berupa batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% -70%

berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material karbonan

termasuk inherent moisture. Batu bara berfungsi untuk bahan bakar pembangkit listrik

tenaga uap (PLTU) hingga coke untuk pembuatan baja. Menurut Mashud Toarik dari

majalah Investor bulan April 2011, batu bara menjadi bahan baku bagi industri nasional

maupun manca negara. Batu bara bisa diperoleh dengan pertambangan. Menurut

management batubara-indonesia.com (www.batubara-indonesia.com) perusahaan

sedang atau menengah yang memiliki modal antara US$10 juta hingga US$50 juta bisa

terjun ke bisnis pertambangan batu bara. Perusahaan juga perlu menilai kualitas batu

bara di daerah pertambangan. Kualitas batubara adalah hal yang perlu diperhatikan oleh

perusahaan yang ingin terjun ke pertambangan batu bara dengan tujuan untuk

menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat

dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian yang akan ditambang. Besarnya

area pertambangan batu bara yang tersebar di seluruh Indonesia cukup beragam

tergantung dari cadangan batu bara di setiap titik yang sudah ditemukan hingga tahun

2011. Menurut Badan Geologi Kementrian Energi Sumber Daya Mineral penyebaran

cadangan batu bara yang tersebar di Indonesia hingga tahun 2011 digambarkan sebagai

berikut:

1
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Batu Bara

Menurut Fariz Tirasonjaya yang dikutip di batu bara Indonesia.com

(www.batubara-indonesia.com) batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih

dari 50% -70% berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material

karbonan termasuk inherent moisture. Bahan organik utamanya yaitu tumbuhan yang

dapat berupa jejak kulit pohon, daun, akar, struktur kayu, spora, polen, damar, dan lain-

lain. Selanjutnya bahan organik tersebut mengalami berbagai tingkat pembusukan

(dekomposisi) sehingga menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik maupun kimia baik

sebelum ataupun sesudah tertutup oleh endapan lainnya.

Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap, yaitu tahap biokimia

(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan). Tahap penggambutan

(peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan

dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu

tergenang air pada kedalaman 0,5-10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini

melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi

humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut.

Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi,

kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang

menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut.

Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan

oksigen akan berkurang. Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat

10
2

Gambar 1.1. Cadangan Batu Bara Indonesia

Sumber: Direktorat Jendral Mineral dan Batubara

Cadangan batu bara di Indoensia tersebar di darah Sumatra, Kalimantan, Jawa,

Sulawesi, Maluku, dan Papua. Menurut management batubara-indonesia.com

(www.batubara-indonesia.com), World Energy Council memperkirakan cadangan

batubara dunia terbukti mencapai 847.488 juta ton pada akhir 2007 yang tersebar di

lebih dari 50 negara. Di Indonesia sendiri, menurut Dirjen Minerba Kementrian ESDM

Bambang Setiawan yang dikutip di majalah Investor bulan April 2011, sumber daya dan

cadangan batu bara nasional sebesar 105,2 miliar ton. Sedangkan nilai cadangan sebesar

21,13 miliar ton. Besarnya cadangan batu bara nasional menyebabkan peningkatan

produksi batu bara setiap tahunnya. Menurut data ESDM, produksi batu bara Indonesia

meningkat dari 132,352,025 ton per 2004, hingga 275,164,196 ton pada tahun 2010.

Sementara total ekspor meningkat dari 93,758,806 ton per 2004 hingga 208,000,000 ton

per 2010. Statistik data pasokan batu bara dari Direktorat Jendral Mineral dan Batubara

dijabarkan sebagai berikut:


3

Gambar 1.2. Realisasi Produksi, Ekspor, Impor, dan Kebutuhan dalam Negeri

Sumber: Direktorat Jendral Mineral dan Batubara

Menurut Fajar Widhiyanto dalam artikelnya yang berjudul Ironi Eksploitasi Tanpa

Kontrol di majalah Investor bulan April 2011 mengatakan dengan mencermati volume

produksi batu bara tiap tahun, Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan produksi

sebesar 14,8%. Untuk pertumbuhan ekspor, berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Batu

Bara Indonesia (APBI), pertumbuhan ekspor mengalami peningkatan hingga 15,1% per

tahun. Sementara pertumbuhan penjualan domestik hanya sebesar 13,8%. Ketua umum

APBI Kamandanu mengungkapkan pada Konferensi Tahunan Batu bara Indonesia ke 3,

yang berlangsung di Jakarta (31/3), Indonesia kini menempati posisi teratas sebagai

eksportir batu bara thermal, melampaui raja ekspor Australia. Kondisi ini disebabkan

karena melimpahnya cadangan batu bara Indonesia.

Batu bara memberikan kontribusi terhadap pergerakan ekonomi di Indonesia.

Menurut Mashud Toarik dari majalah Investor bulan April 2011, pertambangan batu

bara punya arti sangat penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Bukan hanya

sebagai salah satu sumber penerimaan negara dalam bentuk pajak maupun royalti, tetapi

juga sebagai pemasok energi primer. Tingkat ketergantungan terhadap batu bara
4

semakin hari semakin besar, diikuti dengan harga minyak yang semakin melambung,

karena batu bara berperan besar menjadi energi pengganti yang effisien dan ekonomis.

Menurut Singgih dari Masyarakat Batubara Indonesia yang dikutip di majalah Investor

bulan April 2011, batu bara tak sekedar komoditas ekonomi, tetapi juga economic

booster. Selain itu, menurut data dari Ditjen Minerba, saat ini batu bara juga sudah

merupakan revenue driver di Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena setiap kenaikan

US$1 per ton batu bara, akan memberikan kenaikan pendapatan negara bukan pajak

(PNBP) batu bara sebesar Rp361 miliar. Sementara PNBP dari mineral dan batu bara

tahun 2010 tercatat sebesar Rp18,7 triliun, naik 22% dari tahun 2009 yang sebesar

Rp15,3 triliun. Kenaikan komoditas batu bara mengikuti kenaikan harga minyak dunia,

karena batubara adalah komoditas subtitusi minyak.

Permintaan batubara ke depan akan mengalami peningkatan yang cukup besar.

Menurut Makmun dari Peneliti Utama Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan

(www.majalahtambang.com) permintaan batu bara dapat diukur berdasarkan kebutuhan

impor batu bara dari beberapa negara maju maupun negara berkembang. Berdasarkan

data yang dirilis oleh Merrill Lynch 8 Juni 2010, kebutuhan impor batu bara pada tahun

2009 mencapai 591 metrik ton (Mt), tahun 2010 diperkirakan naik menjadi 635 Mt dan

pada tahun 2015 diperkirakan akan naik menjadi 803 Mt. International Energy Agency

(IEA) memprediksi pada 1990 total konsumsi batubara dunia baru mencapai 3.461 juta

ton, pada 2007 meningkat menjadi 5.522 juta ton atau meningkat sebesar 59,5%, atau

rata-rata 3,5% per tahun. Kontribusi batu bara untuk pembangkit listrik dunia

diperkirakan akan meningkat dari 41% pada 2006 menjadi 46% pada 2030.

Meningkatnya peran batu bara sebagai pemasok energi di masa-masa mendatang

membuat industri ini memiliki daya tarik yang sangat besar bagi para investor tak

terkecuali di Indonesia.
5

Kenaikan harga dan konsumsi batu bara menyebabkan banyak Investor yang

tertarik untuk mengelola bisnis pertambangan batu bara. Namun menurut Frans S

Imung dalam artikelnya yang berjudul Metamorfosis Bisnis Indika di majalah

Investor bulan April 2011, investasi batu bara tak hanya diminati di lahan

pertambangan. Di bursa saham, likuiditas saham sektor ini meningkat tajam, terutama

setelah bencana tsunami melanda Jepang. Hingga April 2011, Jepang membutuhkan 90

juta ton batu bara. Pasokan dari Indonesia sekitar 28 hingga 30 juta ton. Menurut Satrio

Utomo analis pertambangan dari Universal Broker Indonesia, yang dikutip di majalah

Investor bulan April 2011, emiten batu bara dengan volume pasar spot besar seperti

Indo Tambang Raya (ITMG) dan Harum Energy terimbas sentimen positif karena

produk-produk mereka memang paling banyak digunakan di Jepang, Ada banyak

pilihan saham batu bara di daftar emiten BEI. Pilihan saham-saham batu bara di daftar

emiten BEI dijabarkan sebagai berikut:

1. Indika Energy Tbk (INDY)

2. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA)

3. Indo Tambangraya Megah (ITMG)

4, Bumi Resources Tbk (BUMI)

5. Darma Henwa Tbk (DEWA)

6. Adaro Energy Tbk (ADRO)

7. Brau Coal Energy Tbk (BRAU)

8. Bayan Resources Tbk (BYAN)

9. Harum Energy Tbk (HRUM)

10. Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK)

11. Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI)

12. Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO)


6

13. ATPK - ATPK Resources Tbk

14. BORN - Borneo Energy Tbk

Sumber: Investor Business & Capital Markets, XIII/214, April 2011.

Dari ke 14 perusahaan batu bara tersebut, menurut Frans S Imung, perusahaan

batu bara dengan total aset diatas Rp10 triliun adalah Bumi Resources (BUMI), Adaro

Energy (ADRO), Brau Coal (BRAU), dan Indika Energy (INDY). BUMI yang ditopang

Kaltim Prima Coal memiliki keuanggulan dari sisi keuangan dibanding emiten batu

bara lainnya. Pangsa pasar BUMI mencapai 38.31% pada tahun 2010, diikuti ADRO

sebesar 26.94%, dan INDY sebesar 18.51%. Perkembangan pangsa pasar batu bara

selama 5 tahun terakhir ketiga emiten diatas dijabarkan sebagai berikut:

Gambar 1.3. Pangsa Pasar Penjualan Batu Bara Nasional

Sumber: Investor Business & Capital Markets, XIII/214, April 2011.

Menurut Frans S Imung, investasi batu bara yang sangat diminati pada sekor

pertambangan oleh investor, minat tersebut juga cukup besar di sektor bursa saham. Di

bursa saham, likuiditas saham sektor batu bara meningkat tajam, terutama setelah

bencana tsunami melanda Jepang. Banyak investor yang tertarik menanamkan

modalnya di bursa saham pada sektor batu bara karena peningkatan produksi

perusahaan batu bara yang cukup besar, terutama pada ekspor. Namun menurut Edbert

Suryajaya dalam artikelnya berjudul How to Read the Sentiment in Stock Market di

majalah Investor bulan Febuari 2011 pada umumnya sebagian besar investor mulai

berinvestasi pada pasar saham yang sudah cukup tinggi. Investor mulai membeli saham

karena investor investor yang lain telah banyak membeli. Menuru Edbert, banyak
7

sekali investor yang akan terpancing untuk terus menanamkan dananya di pasar saham

karena menganggap sekarang saat yang tepat untuk berinvestasi. Akibatnya, Investor

terjebak dengan membeli saham pada harga yang sudah tinggi (overvalued stock) dari

harga pasar (hasil hitungan harga valuasi fundamentalnya). Apabila investor membeli

sahamsaham yang sudah mahal, Investor memiliki potensi keuntungan yang terbatas,

dan potensi merugi yang lebih besar. Pada akhirnya, sahamsaham yang mereka beli

disaat yang sudah tepat (menurut mereka) mulai bergerak turun dan memberikan

kerugian bagi mereka. Menghadapi kondisi demikian, apa yang mereka lakukan? Edbert

menjelaskan, investor yang menghadapi kondisi penurunan harga saham dan

menyebabkan kerugian, mulai menjual sahamsaham yang mereka miliki. Tekanan jual

yang semakin hebat mengakibatkan harga saham di bursa pun melaju turun, bahkan

terkadang dengan kecepatan yang cukup tinggi. Kondisi penurunan yang cukup tinggi

dalam periode tersebut akan menyebabkan saham menjadi sangat murah dari harga

pasar atau undervalued.

Kondisi kerugian dialami investor karena kebanyakan investor tidak terlalu

paham perihal siklus pasar dan ekonomi, rasiorasio financial, analisa fundamental,

ataupun pertumbuhan perusahaan. Ketidakpahaman tersebut menyebabkan banyak dari

mereka yang terjebak dengan mengikuti investor yang lain yang terlebih dahulu telah

banyak membeli saham. Oleh karena itu, mereka pun seringkali tidak memahami apa

yang menyebabkan harga sahamsaham yang mereka beli disaat yang sudah tepat

(menurut mereka) mulai bergerak turun dan memberikan kerugian bagi mereka.

Kondisi dimana Investor mengalami kerugian disebabkan karena Investor mulai

berinvestasi pada saham yang harganya sudah cukup tinggi. Dengan ketidakpahaman

Investor tentang tools untuk berinvestasi, penulis tertarik untuk membahas tools

mengenai Investasi, yang dapat digunakan dalam melakukan valuasi nilai interinsik
8

saham dalam tesis berjudul Analisa Valuasi Saham Dengan Menggunakan Discounted

Cash Flow Pada Emiten Batu Bara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

Apakah harga saham emiten batu bara pada tanggal 2 Maret 2009, 30 Desember 2009,

8 Febuari 2010, 9 Desember 2010, 24 Januari 2011, dan 22 July 2011 pada kondisi

mahal, sesuai, atau murah apabila dibandingkan dengan nilai interinsiknya (analisa

fundamental)?

1.3. Tujuan dan manfaat penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk melakukan valuasi nilai saham emiten perusahaan batu

bara di PT Bursa Efek Indonesia.

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Penulis

Memahami lebih dalam tentang saham melalui valuasi fundamental dengan

menggunakan metode discounted cash flow.

2. Pembaca

Sebagai tools yang dapat digunakan dalam melakukan valuasi saham.

3. Universitas

Sebagai tambahan database penelitian tentang valuasi saham.

4. Peneliti

Sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1.4. Ruang lingkup penelitian

Penelitian dilakukan sebatas pada saham-saham batu bara yang terdaftar pada PT Bursa

Efek Indonesia pada waktu yang dijabarkan sebagai berikut:

a. 2 Maret 2009 yaitu dimana ekonomi sedang dalam resesi global,


9

b. 30 Desember 2009 dimana ketika ekonomi sedang dalam pemulihan,

c. 8 Febuari 2010 dimana ketika ekonomi sedang dilanda spekulasi negatif akibat

lanjutan dari resesi,

d. 9 Desember 2010 dimana ketika pada saat optimisme global dan domestik sedang

membaik,

e. 24 Januari 2011 dimana ketika Bank Indonesia merilis kenaikan tingkat suku bunga,

f. 22 July 2011 dimana ketika optimisme ekonomi Indonesia akan membaik

Tools yang digunakan untuk mencari nilai interinsik adalah Discounted Cash Flow.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

BAB 1: PENDAHULUAN

Pada bab 1 akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian.

BAB 2: LANDASAN TEORI

Pada bab 2, akan dijelaskan mengenai landasan teori. Disini penulis akan menjabarkan

tentang investasi dan rumus-rumus yang digunakan dalam penelitian.

BAB 3: METODOLOGI

Pada bab 3, akan dijelaskan metodologi. Disini akan dijabarkan metode penelitian

seperti kerangka pikir dengan membuat denah proses yang akan dijalankan peneliti.

BAB 4: PEMBAHASAN

Pada bab 4, akan dijabarkan proses dan hasil penelitian dengan detail.

BAB 5: KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab 5, merupakan kelanjutan dari hasil penelitian dengan memberikan kesimpulan

dari hasil penelitian tersebut. Terakhir adalah saran yang dapat penulis berikan.
10
21

kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi

antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.

2.1.1. Kualitas Batu Bara

Menurut Fariz Tirasonjaya yang dikutip di (www.batubara-indonesia.com)

kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi

potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter

penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank). Umumnya, untuk menentukan

kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa

analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan

jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan

kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan

unsur kimia pada batu bara seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur

tambahan dan unsur jarang.

Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboratorium,

diantaranya adalah analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan

untuk menentukan jumlah air, zat terbang, karbon padat, dan kadar abu, sedangkan

analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara

seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur

jarang. Kualitas batu bara ini diperlukan untuk menentukan apakah batu bara tersebut

menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di

daerah penelitian.

2.2. Investasi

Perlu ditelusuri lebih lanjut definisi investasi, macam investasi, risiko dalam melakukan

investasi, produkproduk investasi, hingga proses keputusan investasi.


22

2.2.1. Definisi Investasi

Definisi investasi menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:

1. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis pada tanggal

30 Januari 2008, investasi adalah penyimpanan uang dengan tujuan memperoleh

tingkat pengembalian yang diharapkan lebih besar dibanding bunga deposito untuk

memenuhi tujuan yang ingin dicapai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dan

sesuai dengan kemampuan akan modal, atau dapat diartikan sebagai suatu

pengorbanan dalam bentuk penundaan pengeluaran sekarang untuk memperoleh

keuntungan (return) yang lebih baik di masa datang. Dengan bahasa yang lebih

sederhana, investasi adalah cara seseorang untuk mengelola uangnya baik itu

dengan dibelikan properti, ditabung atau ditanam ke dalam suatu usaha dengan

tujuan mendapat keuntungan setelah masa atau periode yang ditentukan

sebelumnya.

2. Menurut Zvi Bodie dalam bukunya berjudul Investment edisi ke delapan

(2011:hal1), investasi adalah suatu komitment dari uang atau sumber daya lain

dengan mengharapkan dapat mendapat keuntungan di masa yang akan datang.

Contohnya seorang individu membeli saham dengan mengharapkan keuntungan di

masa yang akan datang dengan mempertimbangkan risiko yang ada.

3. Menurut Reilly dan Brown dalam bukunya yang berjudul Investment Analysis And

Portfolio Management (2007:hal6), investasi adalah sebuah komitmen dari

sejumlah dollar untuk periode waktu tertentu dengan mempertimbangkan:

a. Waktu yang diharapkan;

b. Inflasi yang diharapkan;

c. Segala sesuatu yang harus dibayarkan dikemudian hari.


23

1. (broker). Belum tentu investasi yang komisinya tinggi memberikan hasil yang

relatif lebih baik dibandingkan dengan investasi sejenis dengan komisi yang rendah.

2. Jangan letakkan semua telur kedalam satu keranjang. Apabila investor meletakkan

semua telur atau investasi pada satu instrumen investasi, apabila instrumen investasi

tersebut jatuh, maka hasil investasi tersebut akan jatuh semua. Tetapi apabila

investasi pada beberapa instrumen investasi, maka apabila ada instrumen investasi

yang jatuh, maka yang jatuh hanya satu instrumen.

3. Jangan mengambil keputusan dalam kondisi panik. Kondisi sedang panic akan

menghilangkan kejernihan berpikir. Jangan membeli setelah kenaikan harga yang

besar karena panik atau ikut investor lain, kemungkinan besar harga akan segera

turun.

4. Jangan terlalu percaya bahwa dengan mengikuti prediksi dan spekulasi para pakar

dan analis akan memberikan kesuksesan. Hal ini disebabkan karena tidak satu pun

orang yang tahu dengan pasti apa yang bakan terjadi di masa yang akan dating.

Bahkan kalau ada sekalipun, tidak akan dipublikasikan di koran atau majalah.

5. Jangan mencampurkan dana investasi dengan dana untuk kebutuhan transaksi

karena akan mengacaukan kondisi keuangan investasi. Jangan abaikan untuk

membayar utang konsumtif yang ditanggung, misalnya utang kartu kredit, kredit

mobil yang lebih tinggi dari bunga tabungan, karena akan mengikis hasil

keuntungan investasi.

Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen

infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, proses keputusan investasi merupakan

keputusan yang berkesinambungan (on going process) dengan tahap-tahap sebagai

berikut:
24

1. Penentuan Tujuan berinvestasi

Dalam penentuan tujuan berinvestasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu

jangka waktu investasi (pendek/panjang), berapa target return yang mau dicapai.

2. Penentuan Kebijakan Investasi

Investor harus mengerti karakter risiko (risk profile) masing-masing apakah seorang

yang mau mengambil risiko atau menghindari risiko, berapa banyak dana yang akan

diinvestasikan, fleksibilitas investor dalam waktu untuk memantau investasi,

pengetahuan akan pasar modal.

3. Pemilihan strategi portofolio dan asset

Setelah mengetahui hal-hal pada poin 1 dan 2 di atas maka kita dapat membentuk

suatu portofolio yang diharapkan efisien dan optimal.

4. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio

Mengukur kinerja portofolio yang telah dibentuk, apakah sudah sesuai dengan

tujuan. Alat untuk mengukur kinerja portofolio ada 3 yang cukup populer yaitu

Sharpes measures, Treynors measures dan Jensen measures.

2.3. Pasar Modal (Capital Market)

Pada bagian pasar modal, akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian pasar modal,

fungsi pasar modal, manfaat pasar modal, peran startegis pasar modal dan instrumen

pasar modal.

2.3.1. Pengertian Pasar Modal

Definisi pasar modal menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:

1. Menurut undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 dari website bapepam

(www.bapepam.go.id) tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai

kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek,


25

Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga

dan profesi yang berkaitan dengan Efek.

2. Menurut Eugene F. Brigham dan Michael C. Ehrhardt dari bukunya yang berjudul

Financial Management (2006;hal960), pasar modal adalah pasar keuangan

obligasi perusahaan jangka panjang, atau saham perusahaan.

3. Menurut Ross, dari bukunya yang berjudul Modern Financial Market

(2008;hal15), pasar modal adalah pasar untuk hutang jangka panjang dengan

pembayaran jangka waktu tertentu dan untuk saham perusahaan.

Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah

kegiatan pasar keuangan yang berhubungan dengan perusahaan publik dalam lingkup

hutang atau saham.

Menurut website bursa efek Indonesia (www.idx.co.id), pasar modal (capital

market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa

diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen

derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi

perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi

kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan

prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen

jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right,

reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.

Menurut website infovesta (www.infovesta.com), melalui pasar modal, dunia

usaha akan dapat memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan jangka panjang yang

diperlukan. Selain itu, pengaktifan ini juga dimaksudkan untuk meratakan hasil-hasil
26

pembangunan melalui kepemilikan saham-saham perusahaan serta penyediaan lapangan

kerja dan pemerataan kesempatan usaha

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),

ekuitias (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar

modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya

pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar

modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan

terkait lainnya. Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan, setiap saat cenderung

menunjukkan jumlah yang semakin bertambah. Terjadinya pertambahan permintaan

permodalan ini ditunjukkan dengan semakin meningkat kebutuhan untuk aktivitas

produksi. Oleh karena itu untuk memudahkan masyarakat dan para produsen untuk

mendapatkan permodalan maka pemerintah bersama-sama lembaga-lembaga ekonomi

menyelenggarakan kegiatan pasar modal. Perbedaan antara pasar modal dengan pasar

uang adalah jangka waktunya. Dalam pasar uang, diperdagangkan surat berharga

berjangka waktu pendek, sedangkan dalam pasar modal, diperdagangkan surat berharga

berjangka waktu panjang.

2.3.2. Fungsi Pasar Modal

Menurut website bursa efek Indonesia (www.idx.co.id), pasar modal memiliki

peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan fungsi,

yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan

untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari

pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal

kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.
27

Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai

dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.

Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen

infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, pasar modal memiliki peran penting dalam

perekonomian suatu negara karena pasar modal mempunyai 2 fungsi, yaitu:

1. Fungsi ekonomi.

Pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua

kepentingan yaitu pihak investor dan pihak yang memerlukan dana.

2. Fungsi keuangan.

Pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan

(return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.

Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi

meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-

perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan yang pada akhirnya

memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.

Sedangkan fungsi pasar modal di Indonesia meliputi:

1. Sebagai sarana badan usaha untuk mendapatkan tambahan modal

2. Sebagai sarana pemerataan pendapatan;

3. Memperbesar produksi dengan modal yang didapat sehingga produktivitas

meningkat;

4. Menampung tenaga kerja; dan

5. Memperbesar pemasukan pajak bagi pemerintah


28

2.3.3. Manfaat Pasar Modal

Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen

infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, secara umum, manfaat dari keberadaan pasar

modal adalah:

1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus

memungkinkan alokasi dana secara optimal.

2. Memberikan wahana investasi yang beragam bagi investor sehingga memungkinkan

untuk melakukan diversifikasi.

3. Menyediakan leading indicator bagi perkembangan perekonomian suatu Negara.

Maksudnya jika pasar modal berkembang maka diharapkan perekonomian juga

akan berkembang.

4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai pada lapisan masyarakat menengah

5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme menciptakan iklim

berusaha yang sehat serta mendorong pemanfaatan manajemen profesional.

2.3.4. Peran Strategis Pasar Modal

Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh manajemen

infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, pasar modal memiliki peranan penting dalam

kegiatan ekonomi. Di banyak negara, terutama di negara-negara yang menganut sistem

ekonomi pasar, pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab

pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan.

Perusahaan-perusahaan ini merupakan salah satu agen produksi yang secara nasional

akan membentuk Gross Domestic Product (GDP). Perkembangan pasar modal akan

menunjang kegiatan peningkatan GDP. Dengan kata lain, berkembangnya pasar modal

akan mendorong pula kemjuan ekonomi suatu negara.


29

2.3.5. Instrumen Pasar Modal

Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh manajemen

infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, pasar Modal di Indonesia memiliki beberapa

instrumen yang diperjualbelikan. Instrumen-instrumen tersebut dapat digolongkan

dalam tiga kelompok besar, yaitu instrumen yang tergolong ke dalam ekuitas, obligasi,

dan derivatif dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Ekuitas

Instrumen yang akan menambah ekuitas pemilik modal, yaitu saham. Memiliki

instrumen jenis ini berarti investor menjadi pemilik perusahaan tersebut sebesar

modal yang ditanamkan. Instrumen yang paling dikenal dari pasar jenis ini adalah

saham. Ada dua jenis saham yang jamak dipasarkan, yaitu saham biasa (common

stock) dan saham preferen (preferred stock).

2. Obligasi

Obligasi berbeda dengan ekuitas yang telah diterangkan sebelumnya. Perusahaan

sering memanfaatkan pasar ini untuk mencari pinjaman langsung dari investor

dengan menerbitkan income securities utang suratfixed yaitu berupa dokumen yang

menyatakan kesediaannya membayar sejumlah uang tertentu di masa depan. Selain

akan membayar uang sejumlah pokok pinjaman yang dipinjamkan investor,

perusahaan juga harus membayar bunga pinjaman atau kupon bunga secara berkala.

Oleh karena investor akan menerima pembayaran bunga setiap periode dalam

jumlah tetap, maka semua efek utang yang diterbitkan perusahaan disebut efek

berpendapatan tetap.
30

3. Derivatif

Derivatif merupakan bentuk turunan dari sekuritas utama yang ada, dalam hal ini

saham. Derivatif yang banyak dikenal di Indonesia barulah warrant dan right

dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Warrant

Merupakan hak untuk membeli sebuah saham pada harga yang telah ditetapkan

pada waktu yang telah ditetapkan pula.

B. Right

Mirip dengan warrant, right juga merupakan hak untuk membeli saham pada

harga tertentu pada waktu yang telah ditetapkan. Right diberikan pada pemegang

saham lama yang berhak untuk mendapatkan tambahan saham baru yang

dikeluarkan perusahaan pada secondary offering. Beda dengan warrant masa

perdagangan right sangat singkat, berkisar antara 1-2 minggu saja. Contoh dari

right dan warrant dijelaskan sebagai berikut:

2.4. Saham

Pada bagian saham, penulis akan menjabarkan seluk beluk tentang saham mulai dari

pengertian, risiko, hingga teknis analisa saham.

2.4.1. Pengertian Saham

Definisi saham menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:

1. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen

infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham adalah surat berharga yang dapat

dibeli atau dijual oleh perorangan atau lembaga di pasar tempat surat tersebut

diperjualbelikan atau tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha)

dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal

tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim
31

atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS).

2. Menurut website investorwords (www.investorwords.com) yang ditulis oleh

managemen WebFinance, saham adalah sebuah instrumen dengan memberikan

komposisi ekuisitas dari perusahaan yang menunjukan seberapa besar investor

memiliki porsi dari perusahaan tersebut.

3. Menurut website investopedia (www.investopedia.com) yang ditulis oleh

managemen Investopedia, saham adalah surat berharga kepemilikan perusahaan

yang menyatakan besaran porsi perusahaan terhadap asset dan ekuisitas.

Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat

beharga yang menentukan besaran porsi kepemilikan dari sebuah perusahaan.

Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen

infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham (stock) merupakan salah satu instrumen

pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan

perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham

merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu

memberikan tingkat keuntungan yang menarik.

2.4.2. Bursa Saham

Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen

infovesta (2008), bursa saham adalah tempat dimana perusahaan dapat menawarkan

sahamnya untuk dijual. Mereka melakukan hal ini melalui penawaran perdana (IPO).

Setelah penawaran perdana, ribuan atau jutaan investor yang telah membeli saham

tersebut dapat kembali ke bursa saham untuk menjual sahamnya kepada investor yang

lain, sehingga dimulailah perdagangan saham. Bursa saham hanyalah semacam tempat

penampungan untuk perdagangan ini.


32

2.4.3. Menentukan Harga Saham

Harga saham setiap perusahaan tidaklah sama, harganya akan berbeda-beda.

Apa yang menyebabkan perbedaan itu? Semua itu ditentukan oleh pendapat perusahaan.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah potensi pertumbuhan keuntungan.

Perusahaan tadi mungkin hanya dapat menghasilkan Rp10 juta tahun ini, tapi tahun

depan berpeluang mendapatkan Rp20 juta. Untuk tingkat keuntungan 10% dan potensi

pertumbuhannya, mungkin perusahaan tersebut bisa dijual dengan harga Rp150 juta.

Inilah yang menjadi alasan banyak saham yang mengalami kenaikan yang sangat pesat

walaupun sekarang mereka tidak lagi banyak menghasilkan keuntungan.

2.4.4. Apa yang Menyebabkan Gejolak Harga Saham?

Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen

infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, faktor-faktor yang menyebabkan gejolak harga

saham dapat dibagi menjadi 2 faktor, yaitu:

1. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan.

Tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktivitas nasional, politik dan

lain sebagainya dapat memiliki dampak penting pada potensi keuntungan perusahaan

hingga pada akhirnya juga akan mempengaruhi harga sahamnya.

2. Faktor mikro adalah faktor-faktor yang berdampak secara langsung pada perusahaan

itu sendiri. Perubahan manajemen, harga dan ketersediaan bahan mentah,

produktivitas pekerja dan lain sebagainya yang akan dapat mempengaruhi kinerja

keuntungan perusahaan tersebut secara individual.

Apa yang menyebabkan volatilitas atau gejolak harga adalah karena sering adanya

perbedaan opini tentang kemana arah profitabilitas perusahaan tersebut. Di saat banyak

orang berpikir bahwa profitabilitas suatu perusahaan menurun, maka akan lebih banyak
33

yang menjual sahamnya sehingga harganya akan menurun. Tentu saja, hal yang

sebaliknya juga dapat terjadi.

Menurut website Indonesia Institute Of Private Whealth Management

(www.wealthindonesia.com) yang ditulis oleh Philip Dwantanto, kondisi lainnya yang

dapat terjadi pada saham, yaitu saham tersebut menjadi saham gorengan. Saham

gorengan adalah saham yang dijadikan ajang spekulasi sehingga pergerakan harganya

seolah-olah terpisah dari faktor-faktor fundamental perusahaan tersebut dan terpisah

dari sentimen pasar secara keseluruhan. Saham-saham ini harganya sangat sering

dipermainkan.Harga saham ini dipermainkan oleh pihak-pihak tertentu dengan

memanfaatkan corporate action yang akan dilakukan perusahaan. Biasanya dengan

memanfaatkan corporate action, akan ada rumor-rumor mengenai corporate action

sehubungan dengan harga saham tersebut. Satu atau beberapa Bandar dan

kawanannya bekerja sama untuk berusaha menggiring pergerakan saham. Sebagian

besar saham yang dijadikan saham gorengan ini bukanlah saham-saham blue chip,

melainkan saham-saham berkapitalisasi kecil dan dapat berpotensi untuk menimbulkan

cerita yang dapat dihembuskan. Mengapa saham blue chip sulit untuk digoreng?

Berikut beberapa alasannya:

1. Jumlah saham blue chip yang beredar biasanya jauh lebih banyak sehingga sulit

untuk memonitor pergerakannya;

2. Pemiliknya sangat heterogen baik dari dalam maupun luar negeri sehingga mungkin

tidak tertarik goreng-menggoreng;

3. Karena pemegang saham sangat banyak dan bervariasi dapat memungkinkan tidak

adanya pemegang saham mayoritas sehingga tidak ada yang dapat berperan sebagai

bandar.
34

Dengan adanya saham-saham gorengan ini jangan kaget apabila menemukan saham-

saham yang harganya melambung tinggi dengan sangat cepat atau pun sebaliknya.

Karena itu investor harus berhati-hati dengan sekedar rumor-rumor dan omongan orang-

orang. Investor harus mengecek dan melakukan analisa sendiri terhadap kondisi pasar.

Contoh saham gorengan menurut website Indonesia Institute Of Private Whealth

Management (www.wealthindonesia.com) yang ditulis oleh Philip Dwantanto adalah

sebagai berikut:

1. Dayaindo Resources / KARK (batubara)

KARK termasuk salah satu saham yang mencetak lonjakan saham yang cukup

spektakuler. Pada awal tahun, harga saham ini masih melata di bawah Rp50,- per

saham. Memasuki april harganya melejit dan sempat memasuki harga Rp750- per

saham atau naik sebesar 1.315%. Tapi pada tgl 19/9 harganya kembali anjlok

menjadi Rp395,- per saham. Lejitan harga saham ini sering dikaitkan dengan langkah

KARK yang sejak Juli lalu menyatakan akan terjun ke bisnis batubara.

Isu-isu mengenai rencana corporate action ini dapat dijadikan rumor bagi para

pemain untuk menggerakan harga saham.

2. Central Korporindo (CNKO)

Harga saham CNKO sempat terbang karena rencana pembangunan tiga PLTU di

Kalimantan. Namun hingga kini pembangunan tersebut tak kunjung selesai.

Demikian juga dengan rumor awal bahwa CNKO akan membuka lokasi tambang

baru di Papua. Namun kemudian rencana ini batal karena infrastrukturnya sulit dan

batu baranya basah sehingga biaya eksploitasinya mahal dan sebagai gantinya CNKO

akan melirik lokasi di Jambi, Sumatera Selatan dan Riau.

Pergerakan coporate action seperti ini akan sangat mudah dimanfaatkan untuk menjadi

rumor.
35

Melihat situasi maraknya saham-saham gorengan sebaiknya para investor pemula

berhati-hati untuk tidak mudah ikut dalam rumor-rumor, sehingga dapat mencegah

kerugian yang besar, meskipun dalam saham-saham gorengan mungkin saja dapat

untung banyak dalam waktu singkat.

2.4.5. Dividen

Menurut Arthur J. Keown dalam bukunya yang berjudul Financial

Management (2005;605), pemegang saham hanya memiliki 2 tingkat pengembalian,

yaitu dividend dan kenaikan harga saham. Perusahaan perlu mempertimbangkan lebih

lanjut diantara keputusan membagikan dividen atau internal financing. Investor yang

dapat berpikir secara rasional, dapat menerima keputusan perusahaan dengan internal

financing ketimbang dividen. Karena dengan membagikan dividen, maka jumlah arus

kas akan berkurang.

Selain kenaikan harga ataupun penambahan modal, dividen merupakan salah

cara untuk dapat menghasilkan keuntungan. Banyak perusahaan yang membayarkan

dividen tunai tahunan yang mencerminkan bagian dari profit perusahaan tersebut.

Pembagian dividen sepenuhnya merupakan kebijakan perusahaan tersebut dan mereka

tidak wajib melakukannya. Akan tetapi pada umumnya mereka tetap akan memberikan

sebagian dari profitnya sebagai bentuk penghargaan kepada para investornya.

2.4.6. Tipe Saham

Ada dua jenis saham yang jamak dipasarkan, yaitu saham biasa (common stock) dan

saham preferen (preferred stock)

2.4.6.1. Saham biasa (common stock)

Definisi saham menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:

1. Menurut Keown (2005;hal261), common stock adalah saham yang

mempresentasikan kepemilikan dari sebuah perusahaan.


36

2. Menurut Zvi Bodie dalam bukunya berjudul Investment edisi ke delapan (2011:G-

3) common stock adalah ekuitas, atau ekuisitas security, yang diterbitkan dan

menjadi kepemilikan publik berdasarkan presentase dari perusahaan tersebut.

3. Menurut John J.Wild dalam bukunya yang berjudul Financial Statement Analysis

(2001:220) common stock adalah jenis saham yang mempresentasikan kepemilikan

dan pemilik saham memiliki risiko yang sangat tinggi dan imbal hasil yang tinggi

tergantung dari kinerja perusahaan.

Dengan merangkum tiga definisi common stock tersebut, common stock adalah jenis

saham yang mempresentasikan kepemilikan perusahaan berdasarkan besarnya

presentase saham yang dimiliki.

Menurut Keown (2005;hal261), common stock tidak memiliki maturity date

tetapi keberadaan saham tersebut tetap ada seiring dengan perusahaam yang

menerbitkan saham tersebut. Perusahaan dapat memberikan dividen pada pemegang

saham. Tetapi sebelum pengumuman ke publik tentang perusahaan dalam pembagian

dividen, jajaran direksi harus mendeklarasikan terlebih dahulu.

Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen

infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham biasa merupakan saham yang

menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen dan hak atas harta

kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hak-hak

istimewa). Karakteristik lain dari saham biasa adalah dividen dibayarkan jika

perusahaan memperoleh laba.

Pemegang saham jenis ini mewakili kepemilikan di perusahaan sebesar modal

yang ditanamkan. Keuntungan yang didapatkan oleh pemegang saham ini berupa

dividen yang berasal dari keuntungan perusahaan. Pemegang saham ini tidak memiliki

jaminan pasti atas return yang dihasilkan perusahaan. Apabila perusahaan mendapatkan
37

keuntungan, maka pemegang saham akan mendapatkan dividen sebesar alokasi yang

ditetapkan oleh RUPS. Namun, apabila perusahaan suatu saat dilikuidasi atau bangkrut,

pemegang saham jenis ini adalah yang paling akhir mendapatkan hak atas aset

perusahaan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi dan pemegang saham preferen

dibayar sebesar nilai par sekuritas mereka.

Selain keuntungan berupa dividen, pemegang saham biasa juga bisa mendapatkan

keuntungan dari selisih nilai beli dengan nilai jual sahamnya. Katakanlah, jika anda

membeli sebuah saham pada harga Rp500,- dan menjualnya saat harga mencapai

Rp600,- maka anda akan memperoleh keuntungan sebesar Rp100,- dikalikan dengan

jumlah saham yang anda jual. Keuntungan jenis ini disebut capital gain. Sebaliknya jika

harga saham mengalami penurunan, maka anda mengalami kerugian yang disebut

capital loss.

Karakteristik lain dari saham biasa, selain klaim atas aset perusahaan paling

rendah dibandingkan dengan komponen perusahaan yang lain, juga tidak adanya

maturity date atau tanggal jatuh tempo. Orang yang mempunyai saham memiliki hak

untuk ambil bagian dalam mengelola perusahaan. Besar kecilnya hak suara yang

dimiliki sesuai dengan besar kecilnya saham yang dimiliki, semakin banyak persentase

saham yang dimiliki maka semakin besar hak suara yang dimiliki untuk mengontrol

operasional perusahaan.

Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak

lain sesuai dengan proporsi saham dan mempunyai hak untuk mengalihkan

kepemilikkan sahamnya kepada orang lain.


38

2.4.6.2. Saham preferen (preferred stock)

Definisi saham menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:

1. Menurut Keown (2005;hal256), preferred stock adalah hybrit security dengan

campuran karakteristik antara obligasi dengan saham

2. Menurut John J.Wild dalam bukunya yang berjudul Financial Statement Analysis

(2001:hal220), preferred stock adalah saham yang masuk kategori kelas khusus

karena memiliki preferensi atau fitur tidak dinikmati oleh saham biasa.

3. Menurut Zvi Bodie dalam bukunya berjudul Investment edisi ke delapan

(2011:G-3) preferred stock adalah saham dalam perusahaan dan perusahaan wajib

membayar aliran tetap atau dividen.

Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa preferred stock adalah

tipe saham yang khusus yang berbeda dari saham biasa, dimana pemegang preferred

stock dapat menikmati fungsi ganda dari preferred stock tersebut seperti obligasi dan

saham.

Menurut Wild (2001:hal220), preferred stock biasanya adalah pemegang saham

yang senior dengan pembagian dividen tetap. Pemegang preferred stock mendapatkan

dividen terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa mendapatkan dividen.

Pemegang saham preferen dapat berupa obligasi atau kreditur dan pemegang saham

biasa. Perbedaan penting antara para pemegang saham preferen dan kreditur adalah

bahwa pemegang saham lebih disukai perusahaan karena biasanya pemegang saham

preferen tidak memiliki hak untuk menuntut penebusan saham mereka. Namun

demikian, beberapa saham preferen memiliki hak untuk menentukan tanggal penebusan

yang disesuaikan dengan laporan keuangan perusahaan.

Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen

infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham jenis preferen memiliki sifat hybrid yang
39

artinya selain memiliki karakteristik sebagai saham, juga memiliki sifat seperti halnya

obligasi. Jika investor memiliki saham jenis ini, investor akan mendapatkan

pembayaran secara teratur sebesar harga dari saham dikalikan dengan bunga setiap

tahun (sifat obligasi). Apabila saham preferen anda berjenis cumulative, maka jika anda

belum menerima pembayaran dividen tahun lalu akan diakumulasikan dengan dividen

tahun berjalan. Jenis yang lain yaitu non cumulative, yang artinya anda tidak akan

menerima dividen yang tidak dibayarkan periode lalu, sedangkan yang berjenis

participating akan menerima peningkatan nilai dividen proporsional mengikuti

peningkatan dividen saham biasa. Pemilik saham preferen memiliki hak suara untuk

memilih direktur perusahaan, hanya jika dividen tidak dibayarkan selama setahun atau

lebih.

Sifat preferen ini tercermin pula pada perlakuan yang diterima saat perusahaan

dilikuidasi. Pemilik saham ini akan menerima pembayaran sebesar harga pari saham

sebelum dividen atas pemegang saham biasa dibayarkan. Oleh karena banyak sifat

saham jenis ini yang menyerupai obligasi, maka beberapa pihak menggolongkannya ke

dalam fixed income.

Saham preferen memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham

biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap seperti bunga obligasi. Menurut

website infovesta (www.infovesta.com) ada persamaan antara saham preferen dengan

obligasi :

1. Ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya

2. Selama masa saham berlaku dividen akan tetap

3. Memiliki hak tebus dan dapat ditukar dengan saham biasa

Saham preferen lebih aman dibandingkan saham biasa karena memiliki klaim

terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu. Dan pemiliknya
40

akan memiliki hak lebih dibanding hak pemilik saham biasa, contohnya hak suara

dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan berusaha sekuat tenaga

untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen agar tidak terlambat. Tetapi

saham preferen sulit untuk diperjualbelikan seperti saham biasa karena jumlahnya

sedikit.

2.4.7. Keuntungan dan Risiko Saham

Berikut adalah keuntungan dan risiko dalam berinvestasi saham.

2.4.7.1.Keuntungan Saham

Menurut Keown (2005;hal605), pemegang saham hanya memiliki 2 tingkat

pengembalian, yaitu dividen dan kenaikan harga saham yang akan dijelaskan sebagai

berikut:

1. Dividen

Menurut John J.Wild dalam bukunya yang berjudul Financial Statement Analysis

(2001:hal221) ada 2 macam dividen yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Dividen kas

Dividen kas adalah distribusi dividen berupa uang kas. Dividen ini adalah

dividen yang paling umum dan ketika perusahaan mengumumkan pembagian

dividen, maka pada laporan keuangan masuk pada hutang perusahaan kepada

pemegang saham. Dividen bentuk lain, seperti dividen properti. Dividen ini

dibayar dengan aset perusahaan, barang, atau dalam saham perusahaan lain.

Dividen tersebut dinilai berdasarkan nilai pasar dari aset yang didistribusikan.

b. Dividen saham

Dividen saham berupa distribusi dari perusahaan membayar pemegang saham

dengan saham. Efek dari pembayaran saham ini adalah pengaruh terhadap

kapitalisasi pasar, sehingga berpengaruh secara permanen. Untuk skala kecil,


41

dividen saham kira-kira antara 20%-25% dari saham yang beredar sesuai dengan

harga saham semenjak dividen saham ini dideklarasikan. Untuk skala besar,

ukuran dividen saham lebih dari 25% saham yang beredar sesuai dengan harga

saham semenjak dividen saham ini dideklarasikan.

Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen

infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, dividen merupakan pembagian keuntungan

yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan.

Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS.

Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus

memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga

kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang

saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat

berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen

berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula

berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen

sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan

bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

2. Capital Gain

Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain

terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya

investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp3,000,- kemudian

menjualnya dengan harga Rp3,500,- per saham yang berarti pemodal tersebut

mendapatkan capital gain sebesar Rp500,- untuk setiap saham yang dijualnya.
42

2.4.7.2. Risiko Saham

Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis pada tanggal

30 Januari 2008 sebagai instrumen investasi, saham memiliki risiko, yang dijelaskan

sebagai berikut:

1. Capital Loss

Merupakan kebalikan dari Capital gain, yaitu suatu kondisi dimana investor

menjual saham lebih rendah dari harga beli.

2. Risiko Likuidasi

Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau

perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham

mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi

(dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil

penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara

proporsional kepada seluruh pemegang saham.

Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak

akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang

terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk

secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.

2.4.8. Teknik Analisa Saham

Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen

infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, Dalam melakukan suatu investasi, seorang

investor sering dihadapkan pada pertanyaan mendasar, seperti apakah harga saham

dipasar mencerminkan nilai yang sebenarnya dari perusahaan? Jika tidak, berapa nilai

sebenarnya dari saham tersebut? Nilai intrinsik (intrinsic value) merupakan nilai

sebenarnya dari suatu saham, dan merupakan standar untuk mempertimbangkan apakah
43

saham dinilai terlalu rendah (undervalued), wajar (fairly priced), atau dinilai terlalu

tinggi (overvalued). Sedangkan harga pasar saham (current market price) adalah harga

yang terbentuk di pasar jual beli saham.

Investor perlu menganalisis saham dengan tujuan untuk menaksir nilai intrinsic

suatu saham perusahaan, lalu membandingkannya dengan harga saham saat ini untuk

mengetahui tingkat kewajaran harga saham. Untuk itu, ada dua pendekatan yang

digunakan dalam menganalisis saham suatu perusahaan yang dikutip dari website

infovesta (www.infovesta.com) yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisis Teknikal

Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan

mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu, dan upaya untuk

menentukan kapan investor harus membeli, menjual atau mempertahankan

sahamnya dengan menggunakan indikator-indikator teknis atau menggunakan

analisis grafik. Indikator teknis yang digunakan adalah moving average, volume

perdagangan, dan short-interest ratio. Sedangkan analisis grafik diharapkan dapat

mengidentifikasi berbagai pola seperti key reserval, head and shoulders, dan

sebagainya. Analisis ini menggunakan data pasar dari saham, seperti harga dan

volume transaksi penjualan saham untuk menentukan nilai saham.

2. Analisis Fundamental

Analisis fundamental ini menyatakan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik.

Analisis ini mencoba untuk menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan

menggunakan data fundamental, yaitu laporan keuangan perusahaan, seperti laba,

dividen, penjualan, struktur modal, risiko dan sebagainya. Analisis ini akan

membandingkan nilai intrinsik dengan harga pasarnya untuk menentukan apakah

harga saham pasar sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum.


44

Menurut website PT Bursa Efek Indonesia (www.idx.com), ada beberapa macam

pendekatan atau metode penghitungan yang digunakan untuk menghitung indeks, yang

dijelaskan sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata (arithmatic mean) harga saham yang masuk dalam anggota

indeks,

2. Menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang masuk anggota

indeks,

3. Menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya semua indeks harga saham

gabungan (composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa

Efek Jakarta.

Seperti halnya penghitungan indeks di bursa lainnya, perhitungan indeks di BEJ

menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market value weighted average

index). Rumus dasar penghitungan indeks adalah:

Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini x harga pasar hari ini atau disebut

sebagai kapitalisasi pasar.

Nilai dasar adalah nilai yang dihitung berdasarkan harga perdana dari masing-masing

saham atau berdasarkan harga yang telah dikoreksi jika perusahaan telah melakukan

kegiatan yang menyebabkan jumlah saham yang tercatat di bursa berubah. Penyesuaian

dilakukan agar indeks akan benar-benar mencerminkan pergerakan harga saham.

2.5. Index Harga Saham

Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen

infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, indeks harga saham adalah suatu indikator yang

menunjukkan pergerakan harga saham dalam suatu periode. Indeks ini berfungsi

sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar

pada suatu saat, apakah keadaan pasar sedang aktif atau sedang lesu.
45

Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham

saat ini; apakah sedang naik, stabil atau turun, misal jika di awal bulan nilai indeks 300

dan saat ini di akhir bulan menjadi 360, maka kita dapat mengatakan bahwa secara rata-

rata harga saham mengalami peningkatan sebesar 20%.

Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk

menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa

saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai

indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula.

Untuk mengetahui pergerakan harga saham, dapat dilihat dengan menggunakan

system Relative Strength Index (RSI) yang ditulis oleh Hendra Syamir pada buku

Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia (2005;186). Indikator RSI ini menghitung

perbandingan antara daya tarik kenaikan dan penurunan harga, yang diterjemahkan

kedalam indikator yang memiliki selang penilaian antara 0-100. Formulasi RSI adalah

sebagai berikut:

RSI=100-100/(1+RS)

2.6. Discounted Cash Flow (DCF)

Menurut Keown (2005;hal438), untuk mengerti bagaimana mengukur nilai

shareholders, perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana menilai perusahaan di pasar

modal. Ada dua buah cara yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Accounting Model

Pada accounting model, yang diutamakan adalah price earning ratio dan earning

per share, sebagai contoh spabila ada perusahaan dengan rasio P/E sebesar 20,

maka dengan peningkatan $1 pada earning per share (EPS), maka akan

meningkatkan $20 equity value per share. Sebaliknya, apabila EPS berkurang $1,

maka akan menurunkan $20 pada share value. (A.J.Keown, et al. 2005, p. 439).
46

2.5.2.1 Competing Models of Equity Valuation

Discounted
Accounting (Earning) Model Cash Flow
Model
Price Earning per Present value of
Equity Value x future cash flow
earning ratio share

Determinants of
Determinants of accounting earning and firm future cash
Value Drivers flows and the
the price-earning ratio
opportunity
Source : A.J.Keown, et al, Financial Fundamental, p. 439

2. Valuasi Free Cash Flow Model

Menurut Keown (2005;hal439) free cash-flow model adalah metode valuasi nilai

perusahaan dengan menghitung present value dari arus kas di masa yang akan

datang. Menurut Koller dari bukunya yang berjudul Valuation (2010;395) manager

yang menggunakan perhitungan discounted cash flow (DCF) akan mendapatkan

harga saham tertinggi. Pragmatisnya kita semua tidak dapat mengetahui dengan

pasti arus kas di masa yang akan datang, namun dapat diprediksi dengan planning

period, lalu mengambil nilai dari arus kas yang disebut metode terminal value.

Menurut Keown (2005;hal440) metode dan rumus DCF dijabarkan sebagai berikut:

free cash flow1 free cash flow2 free cash flow3


firm value = + + +
(1+ kwacc)1 (1+ kwacc) 2
(1+ kwacc)3

free cash flow4 terminal value4


+
(1+ kwacc)4 (1+ kwacc)4

free cash flow5


terminal value4 =
kwacc

Dan untuk mencari free cash flow dijabarkan sebagai berikut:


47

Calculation of free cash flow


Net operating income (NOI)
Less: taxes
Equals: net operating income after tax
Plus: depreciation expense
Less: new investment made during the period
additional net working capital and capital expenditures
Equals: free cash flow

Selanjutnya masuk pada rumus untuk mencari share value

Firm value = Debt value + Equity Value

equity value
Share value =
number of shares

2.7.1. Weight Average Cost of Capital

Menurut Keown (2005;hal406) Weight Average Cost of Capital (WACC) adalah

rata-rata dari after tax cost dari seluruh sumber modal perusahaan untuk proyek

pembiayaan. Istilah Weight merefleksikan proporsi dari kenaikan seluruh pembiayaan

modal dari setiap sumber yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Cost of Debt

Komponen WACC yang pertama adalah biaya yang harus dikeluarkan dari hutang.

Biaya tersebut berupa bunga hutang untuk pemegang obligasi atau bunga hutang

dari bank. Menurut Block & Hirt dalam bukunya yang berjudul Foundations of

Financial Management (2005;hal315) rumus dari cost of debt dijabarkan sebagai

berikut:

Kd = Y x ( 1 - T )

keterangan:

Kd adalah Cost of Debt

Y adalah yield to maturity

T adalah pajak.
48

2. Cost of Equity

Komponen kedua dari WACC adalah Cost of Equity. Cost of Equity merupakan

biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membiayai ekuitas seperti dividend

dan biaya untuk preferend stock. Menurut Keown (2005;hal412), menghitung cost

of equity dapat menggunakan capital asset pricing model (CAPM). CAPM adalah

hubungan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko dimana risiko

yang tergolong systematic (beta) untuk aset yang berisiko. Ada 2 buah keuntungan

menggunakan CAPM yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Mudah dimengerti dan mudah diimplementasikan

2. CAPM tidak tergantung pada pembiayaan dividen, sehingga dapat diaplikasikan

untuk perusahaan yang tidak atau belum membayar dividen.

Menurut Keown (2005;hal412) rumus dari CAPM adalah sebagai berikut:

kc = krf + x (km - krf)

keterangan:

kc adalah CAPM

krf adalah risk-free rate

adalah beta coefficient dengan melihat risiko yang sistematis dari tingkat

pengembalian saham perusahaan.

km adalah require rate of return.

Untuk menghitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Co Variance Rs, Rm
=
Variance Rm

Untuk mencari Co Variance Rs, Rm dan Variance Rm menggunakan rumus sebagai

berikut:
49

keterangan:

Rsi adalah tingkat pengembalian saham per tahun

Rm adalah tingkat pengembalian IHSG per tahun

Rs adalah rata-rata tingkat pengembalian saham per tahun

Rm adalah rata-rata tingkat pengembalian IHSG per tahun

Dari cost of equity dan cost of debt yang sudah diketahui, maka rumus untuk mencari

WACC menurut Arthur (2005;hal414) adalah sebagai berikut:

WACC = [cost of debt x proporsi biaya hutang] x [cost of equity x proporsi biaya

equisitas]
49

13. BORN - Borneo Energy Tbk

14. BRAU - Berau Coal Energy Tbk

Saham-saham batubara tersebut akan dianalisa menggunakan metode DCF dengan

framework sebagai berikut:

3.1. Tabel Framework

Hasil dari DCF adalah nilai fair value per lembar setiap perusahaan akan dilihat dengan

harga saham perusahaan saat ini (11 July 2011) apakah saat ini harga saham-saham batu

bara sedang di bawah atau diatas nilai intrinsiknya.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data pendukung dalam penelitian ini, penulis melakukan

penelitan lapangan dan kepustakaan yang dijabarkan sebagai berikut:


50

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan

topik penelitan di Pojok Bursa Efek Indonesia, BloombergBusinessweek.com,

finance.yahoo.com, Majalah Investor Febuari 2011 hingga April 2011, Real Time

Investor, duniainvestasi.com, serta website lain yang menunjang penelitian. Data

yang diperoleh dari lapangan adalah data sekunder, karena data-data yang diambil

dalam penelitan ini bukan dari sumber informasi utama, tetapi sudah tersedia dan

dipublikasikan pada masyarakat luas oleh Bursa Efek Indonesia dan website terkait.

Data penelitian yang dikumpulkan adalah harga saham, dan laporan keuangan

emiten batu bara yang terdaftar di PT Bursa Efek Jakarta pada tahun 2008 hingga

2010.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mempelajari buku-buku dari

perpustakaan, majalah, dan jurnal yang berhubungan dengan topik yang ditulis.

Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan data sekunder. Jurnal yang

terkait penelitian ini adalah journal yang disusun oleh Robert F. Bruner, Robert M.

Conroy, Wei Li, Elisabeth F. IHalloran, dan Miguel Palacios Lleras pada

journalnya yang berjudul Investing In Emerging Markets dengan penerbit The

Research Foundation of AIMR (2003). Pada journal tersebut, Robert F, Bruner, et al

menjelaskan bahwa Indonesia sebagai bagian dari Emerging Markets. Investor yang

ingin berinvestasi pada saham-saham di Emerging Markets untuk melengkapi

portofolio global, perlu melakukan valuasi dengan yang teknik mendasar seperti

discounted cash flow. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah inflasi dan

korupsi dimana keduanya adalah risiko utama yang perlu diperhatikan ketika

berinvestasi pada emerging market.


51

3.3. Company Profile

Penjelasan singkat tentang perusahaan batu bara yang akan diteliti didapat dari realtime

investor.com dijabarkan sebagai berikut:

1. PT Indika Energy Tbk. (INDY)

IDNY adalah sebuah perusahaan energi batu bara Indonesia, menyediakan solusi

energi terintegrasi melalui investasi dalam bidang sumber daya energi, jasa energi

dan infrastruktur energi. Didirikan pada tahun 2000, Indika Energy (sebelumnya

dikenal sebagai PT Indika Inti Energi) telah tumbuh menjadi perusahaan energi

terkemuka yang terintegrasi melalui investasi strategis di bidang produksi batubara

(PT Kideco Jaya Agung), Rekayasa, Pengadaan dan Konstruksi (EPC) jasa (PT

Tripatra Engineers & Constructors dan PT Tripatra Engineering), dan proyek

pembangkit listrik (PT Cirebon Electric Power). Pada akhir tahun 2007, Indika

Energy melaporkan aset bersih konsolidasi sebesar Rp 5,0 triliun (US$531.900.000),

pendapatan sebesar Rp 2,3 triliun (US$248.100.000), dan keuntungan bersih sebesar

Rp264.900.000.000,- (US$28.100.000). Indika Energy mempekerjakan 689 staf di

seluruh Indonesia. PT Kideco Jaya Agung (Kideco) adalah perusahaan batu bara

ketiga terbesar di Indonesia, diukur dengan kapasitas dan jumlah produksi. Kideco

mulai produksi komersial dengan 1,4 juta ton pada tahun 1993 dan telah secara

konsisten meningkatkan produksi tahunan sebesar ke 20,5 juta ton pada tahun 2007.

Kideco merupakan salah satu produsen biaya terendah batu bara di area konsesi

Indonesiaoperating 50.400 hektar di Pasir Kalimantan Timur dan memegang hak

pertambangan batu bara di bawah generasi pertama Kontrak Karya Batubara

(CCOW) dengan Pemerintah Indonesia sampai 2023. Pelanggan Kideco termasuk

perusahaan pembangkit listrik terkemuka di 15 negara di Asia, Eropa dan Amerika

Utara. PT Tripatra Engineers & Constructors dan PT Tripatra Engineering


52

(Tripatra) adalah penyedia jasa terkemuka di Indonesia logistik, rekayasa, pengadaan

dan konstruksi (EPC) jasa untuk sektor energi Indonesia. Didirikan pada tahun 1973,

Tripatra telah membentuk track record yang terbukti di pasar EPC dengan basis klien

yang beragam yang terdiri dari perusahaan domestik internasional dan utama dalam

sektor energi dan infrastruktur, termasuk ExxonMobil, Chevron, BP, Hess, Conoco

Phillips, Telkom, PGN, dan Excelcomindo. Didirikan pada bulan April 2007, PT

Cirebon Electric Power (CEP) adalah sebuah konsorsium yang memiliki proyek

pembangkitan listrik internasional yang melibatkan pemain internasional terkemuka

di sektor energi dan infrastruktur di Asia, termasuk Marubeni Corporation, Korea

Power Midland, dan Samtan. 660-megawatt pembangkit listrik proyek yang

berlokasi di Cirebon, Jawa Barat, dilengkapi dengan teknologi boiler terbaru dan

paling canggih ultra atau super-kritis dirancang untuk mengkonsumsi rendah kalori

batubara. Proyek, yang akan memerlukan total investasi sebesar US $ 779.000.000,

diharapkan akan selesai pada tahun 2011.

Laba bersih INDY melonjak menjadi Rp264.969 miliar pada 2007 dari Rp177.264

miliar di tahun 2006. Laba bersih lebih tinggi sejalan dengan penjualan bersih

meningkat dari Rp188 triliun menjadi Rp2.336 triliun.

2. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA)

PTBA didirikan pada tanggal 2 Maret 1981 di Tanjung Enim dengan nama PT.

Tambang Batubara Bukit Asam. Namun kerja tambang telah dieksploitasi sejak

tahun 1919 di bawah Pemerintah Belanda Indie. Ambil alih oleh Jepang pada 1942,

dan dinasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia pada 1945. Pada 30 Oktober 1990,

Tambang Batubara bergabung dengan perusahaan perum, Sawahlunto. Pada 1983,

perusahaan yang ditugaskan oleh pemerintah untuk mengembangkan batubara

gundu.
53

Perusahaan ini telah berhasil membukukan laba bersih Rp760,207 miliar pada tahun

2007, naik dari Rp485,670 miliar di tahun 2006. Kenaikan laba bersih ini sejalan

dengan penjualan bersih yang melangkah naik dari Rp3,533 triliun menjadi

Rp4,123 triliun.

3. PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG)

ITMG didirikan dengan PT nama. Megah Indotambangraya pada tanggal 2

September 1987 di Jakarta. Pada 26 September 1988 Perusahaan mengubah nama

dengan PT. Indo Tambangraya Megah. Perusahaan memiliki anak perusahaan terdiri

dari PT. Indominco Mandiri, PT.Trubaindo Coal Mining, PT. Bharinto Ekatama, PT.

Kitadin dan PT. Jorong Barutama Greston. Sampai saat ini ITMG memusatkan

perhatiannya pada pertambangan batu bara.

4, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI)

BUMI adalah perusahaan batu bara dengan gabungan 3 perusahaan besar yaitu

Arutmin Indonesia, Kaltim Prima Coal dan Gallo Oil. Perusahaan ini mulai go publik

pada tanggal 30 juli 1990. Saat ini BUMI adalah perusahaan batu bara terbesar di

Indonesia dengan pangsa pasar lebih dari 38%. Laba bersih naik 255,41% pada tahun

2007 menjadi USD789 juta dari USD222 juta pada tahun 2006. Penjualan bersih naik

menjadi USD2 miliar dari USD1851000000.

5. PT Darma Henwa Tbk. (DEWA)

DEWA adalah anak usaha Bumi Resources dan didirikan pada tahun 1991.

Perusahaan didirikan sebagai Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang

berbasis di Jakarta, tahun 1996. Lingkup usaha DEWA berada pada kegiatan yang

menyediakan keahlian kontrak di alat berat, pertambangan Earthworks massal,

umum konstruksi, teknik sipil dan pemeliharaan tanaman. Henry Walker Eltin

(HWE) yang dijual Perseroan pada bulan Mei 2005. Pada bulan Maret 2007
54

Perusahaan mendapat tambang batu bara di Bengalon, Kalimantan Timur dan

kontrak untuk Asam-Asam, Kalimantan Selatan. Sebelum itu, Perusahaan Diberikan

USD1.25 Milyar Kontrak Bengalon pada bulan Mei 2004. Sejak September 2007,

saham Perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

6. PT Adaro Energy Tbk. (ADRO)

ADRO didirikan dengan nama PT Padang Karunia, sebuah perseroan terbatas yang

didirikan di Indonesia pada tahun 2004. Pada 18 April 2008, Padang Karunia

berubah nama menjadi PT Adaro Energy Tbk dalam persiapan untuk menjadi

perusahaan publik. Visi Adaro Energy adalah menjadi tambang batubara terbesar dan

paling efisien terpadu dan perusahaan energi di Asia Tenggara.

ADRO dan anak perusahaannya saat ini bergerak dalam pertambangan batu bara dan

perdagangan, infrastruktur dan logistik batubara, dan jasa kontraktor penambangan.

Setiap anak perusahaan yang beroperasi diposisikan sebagai pusat laba yang bekerja

secara mandiri dan terintegrasi sehingga ADRO dapat menghasilkan produksi batu

bara yang kompetitif dan dapat diandalkan dan rantai pasokan batu bara yang

menghasilkan nilai pemegang saham yang optimal. Di masa depan, ADRO dapat

daftar anak perusahaan melakukan yang kuat untuk mendukung pertumbuhan dan

pengembangan selanjutnya.

Selain cadangan batu bara, ADRO memiliki aset berkualitas tinggi untuk mendukung

operasi seperti jalan angkutan 75 kilometer yang menghubungkan lokasi

pertambangan dengan Fasilitas Crushing di Kelanis dan Terminal Batubara di Pulau

Laut. Selain itu, melalui anak perusahaannya, ADRO memiliki armada penambangan

lengkap termasuk Mesin Bor, bulldozer, Wheel Dozer, Excavator, Grader, Truk

Artikulasi, Dump Truk, Wheel Loader, Kepala Truk, Kapal, Dollys, penghancur, dan

lainnya.
55

7. PT Bayan Resources Tbk. (BYAN)

BYAN didirikan oleh Dato 'Tuck Kwong dengan memulai bisnis di Indonesia pada

tahun 1973 ketika ia mendirikan sebuah perusahaan konstruksi yang berupa

pekerjaan sipil umumnya dan konstruksi kelautan. Pengalaman yang luas selama

berada di perusahaan dan pengetahuan dalam teknik sipil memungkinkan untuk

menjelajah ke kontrak pertambangan batubara pada tahun 1988. Setelah itu pada

bulan November 1997, Dato 'Low mengakuisisi konsesi pertambangan pertama

melalui PT. Gunungbayan Pratamacoal, dan PT Dermaga Perkasapratama yang

memiliki dan mengoperasikan Terminal Batubara Balikpapan pada tahun 1998.

Sejak itu, sejumlah konsesi baru telah diperoleh dan diformalkan menjadi sebuah

struktur memegang hukum melalui BYAN. Sejak tahun 2001, Grup Bayan rata-rata

telah menambahkan satu konsesi baru untuk portofolio setiap tahun. Grup Bayan

terus menerus untuk mengevaluasi peluang batubara baru di Indonesia dan berniat

untuk melakukan akuisisi tambahan dengan tambang batu bara yang memiliki

potensi yang strategis.

8. PT Perdana Karya Perkasa Tbk. (PKPK)

Perseroan didirikan dengan nama PT. Perdana Karya Kaltim pada tanggal

7 Desember 1983 di Samarinda. Pada 22 Desember 2006 Perusahaan berubah nama

dengan PT. Perdana Karya Perkasa. Lingkup PKPK adalah pertambangan batu bara,

minyak dan gas bumi, dan jasa konstruksi.

9. PT Resource Alam Indonesia Tbk. (KKGI)

Resource Alam Indonesia (KKGI) adalah perusahaan yang berbasis di Indonesia

bergerak di bidang pertambangan batu bara dan tekanan tinggi laminasi (HPL).

Segmen usaha yang dibagi menjadi batu bara, tekanan tinggi laminasi dan laminasi

melamin papan partikel. Tiga lokasi penambangan batubara berada di Simpang


56

tambang Pasir, Gunung Pinang dan Purwajaya. Perusahaan ini merupakan bagian

dari Bumi Raya Utama Group dan mengoperasikan fasilitas produksi di Pontianak,

Kalimantan Barat dan Palembang, Sumatera Selatan. Anak perusahaan, PT Insani

Baraperkasa Resource Alam Indonesia dan PT Energi, terlibat dalam kegiatan

metana batubara dan pertambangan batubara.

10. PT Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO)

GTBO adalah sebuah perusahaan pertambangan batubara di Indonesia. Pada tahun

2008, Garda Tujuh Buana telah menghasilkan 30.000 metrik ton (MT) batubara.

Proyek pertambangan Perseroan berlokasi di Kalimantan Timur.

11. PT ATPK Resources Tbk. (ATPK)

ATPK adalah perusahaan yang berbasis di Indonesia bergerak di bidang

pertambangan batubara dan mineral lainnya, eksploitasi minyak dan gas dan

investasi dalam bisnis energy yang berhubungan, seperti perdagangan batubara,

operasi pipa pembangkit listrik, minyak dan gas, bahan bakar gas cair (LPG) dan

gas alam terkompresi (CNG) tanaman, kilang tambang, dan lain-lain. Anak

perusahaan bergerak dalam bidang jasa eksplorasi, pertambangan batubara,

pertambangan nikel, pembangkit listrik, dan minyak dan gas. Anak perusahaan

adalah PT ATPK Daya Resources, PT ATPK Energy Resources, PT Modal

Investasi Mineral, PT MIM Geoservices Technology, PT Sarana Mandiri Utama, PT

Saptajaya Menjak Sengewari, PT Tuhup Coal Mining, PT Damanka Prima, PT

Mega Alam Sejahtera, PT MIM Nikelindo Mulia, PT Wahana Bumi Mulia dan PT

Otoma global Mitra.

12. PT Harum Energy Tbk. (HRUM)

PT Harum Energy (HRUM) adalah perusahaan yang berbasis di Indonesia yang

menjalani operasi pertambangan batubara. Anak perusahaan HRUM adalah PT


57

Mahakam Sumber Jaya, yang bergerak di bidang pertambangan, industri dan

perdagangan. PT Tambang Batubara Harum adalah anak usaha HRUM yang

bergerak di bidang pertambangan, anak usaha lainnya adalah PT Santan Batubara,.

Anak usaha HARUM lainnya yang bergerak di bidang pertambangan batubara di

Kalimantan Timur; PT Layar Lintas Jaya, lalu anak usaha yang terlibat dalam

pengiriman; Harum Energi Australia Limited, yang bergerak dalam kegiatan

investasi, dan Harum Energy Capital Limited, yang bergerak dalam kegiatan

investasi.

13. PT Borneo Lumbung Energi & Logam Tbk (BORN)

BORN adalah sebuah perusahaan yang berbasis di Indonesia terlibat dalam kegiatan

pertambangan batu bara. Anak perusahaan BORN PT Asmin adalah Koalindo

Tuhup (AKT), yang bergerak dalam bisnis pertambangan batu bara, dan Kalimantan

PT Mining Services yang bergerak dalam bisnis pertambangan batu bara di bidang

sewa peralatan yang berhubungan dengan alat berat. Perseroan melalui anak

perusahaannya, AKT terlibat dalam pertambangan batubara kokas keras (bahan

baku pembuatan baja) di Kalimantan Tengah, Indonesia. Pasar dari produk BORN

adalah China, India, Jepang, Taiwan, Turki dan Korea Selatan.


BAB 3

METODOLOGI

3.1. Kerangka Pikir

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari nilai fair value saham-saham batu bara

dengan menggunakan metode discounted cash flow (DCF). Untuk meggunakan metode

DCF, terlebih dahulu perlu dikumpulkan data-data sebagai berikut:

1. Harga saham-saham batu bara selama 2010 per hari,

2. Index IHSG selama 2010 per hari,

3. Laporan keuangan saham-saham batu bara tahun 2010.

4. Sertifikat Bank Indonesia tahun 2010.

Saham-saham batu bara yang diukur terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia. Saham-

saham tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. INDY - Indika Energy Tbk

2. PTBA - Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

3. ITMG - Indo Tambangraya Megah

4, BUMI - Bumi Resources Tbk

5. DEWA - Darma Henwa Tbk

6. ADRO - Adaro Energy Tbk

7. BYAN - Bayan Resources Tbk

8. PKPK - Perdana Karya Perkasa Tbk

9. KKGI - Resource Alam Indonesia Tbk

10. GTBA - Garda Tujuh Buana Tbk

11. ATPK - ATPK Resources Tbk

12. HRUM - Harum Energy Tbk

48
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab 4, penulis akan menjelaskan lebih rinci proses untuk mencari nilai interinsik

suatu perusahaan dengan metode discounted cash flow (DCF). Metode DCF

memerlukan beberapa tahap yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Mencari weight average cost of capital (WACC)

Menurut Keown (2005;hal414), rumus dari WACC adalah sebagai berikut:

WACC = [cost of debt x proporsi biaya hutang] x [cost of equity x proporsi biaya

equisitas]

cost of debt = biaya hutang

cost of equity = biaya ekuisitas

proporsi biaya hutang = proporsi dari biaya hutang

proporsi biaya ekuisitas = proporsi dari biaya ekuisitas

Untuk mencari cost of debt dan cost of equity dijabarkan sebagai berikut:

a. Cost of debt

Biaya tersebut berupa bunga hutang untuk pemegang obligasi atau bunga hutang

dari bank. Menurut Block & Hirt dalam bukunya yang berjudul Foundations of

Financial Management (2005;315) rumus dari cost of debt dijabarkan sebagai

berikut:

Kd = Y x ( 1 - T )

keterangan:

Kd adalah Cost of Debt

Y adalah yield to maturity

T adalah pajak (pajak perusahaan 25%)

58
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian pada bab 4, maka kesimpulan yang dapat diberikan dijabarkan

sebagai berkut:

1. Tahun 2009, nilai interinsik ADRO berada pada Rp983. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ADRO berada

pada Rp740. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang murah.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ADRO berada pada

Rp1,703. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang mahal.

2. Tahun 2010, nilai interinsik ADRO berada pada Rp419. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ADRO berada

pada Rp1,840. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ADRO berada pada

Rp2,625. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang mahal.

3. Tahun 2011, nilai interinsik ADRO berada pada Rp2,086. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ADRO berada

pada Rp2,350. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang mahal.

125
59

Untuk menghitung yield to maturity menggunakan rumus sebagai berikut:

Yield = interest / principal

Principal dicari dengan menjumlahkan seluruh kewajiban yang memiliki bunga.

Sedangkan interest adalah bunga dari seluruh kewajiban. Untuk mencari

principal, penulis menggunakan refrensi thesis dari mahasiswi Binus Yesika

Dian Pramesti yang berjudul A Financial Performance Valuation Analysis

Through Economic Value Added on Merger & Acquisition Approach Between

State Owned Banks (Case Study of PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, and PT Bank Tabungan Negara (Persero)

(2007). Untuk pajak, menurut pajak.go.id, pajak seluruh perusahaan adalah 25%.

b. Cost of equity

Cost of Equity merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk

membiayai ekuisitas seperti dividen dan biaya untuk preferend stock. Menurut

Keown (2005;hal412), menghitung cost of equity dapat menggunakan capital

asset pricing model (CAPM). CAPM adalah hubungan antara tingkat

pengembalian yang diharapkan dan risiko dimana risiko yang tergolong

systematic (beta) untuk aset yang beresiko. Ada 2 buah keuntungan

menggunakan CAPM yang dijabarkan sebagai berikut:

1) Mudah dimengerti dan mudah diimplementasikan

2) CAPM tidak tergantung pada pembiayaan dividen. Sehingga dapat

diaplikasikan untuk perusahaan yang tidak atau belum membayar dividen.

Menurut Keown rumus dari CAPM adalah sebagai berikut:

kc = krf + x (km - krf)


60

keterangan:

kc adalah CAPM

krf adalah risk-free rate

adalah beta coefficient dengan melihat risiko yang sistematis dari tingkat

pengembalian saham perusahaan.

km adalah require rate of return.

Untuk menghitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Co Variance Rs, Rm
=
Variance Rm

Untuk mencari Co Variance Rs, Rm dan Variance Rm menggunakan rumus sebagai

berikut:

Keterangan:

Rsi adalah tingkat pengembalian saham per tahun

Rm adalah tingkat pengembalian IHSG per tahun

Rs adalah rata-rata tingkat pengembalian saham per tahun

Rm adalah rata-rata tingkat pengembalian IHSG per tahun

Hasil dari beta dapat dilihat pada appendix a. Untuk mencari beta, risk-free rate,

dan require rate of return, penulis menggunakan refrensi thesis dari mahasiswi

Binus Yesika Dian Pramesti yang berjudul A Financial Performance Valuation


61

Analysis Through Economic Value Added on Merger & Acquisition Approach

Between State Owned Banks (Case Study of PT Bank Negara Indonesia (Persero)

Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, and PT Bank Tabungan Negara

(Persero) (2007). Risk-free rate didapat dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan

require rate of return didapat dari tingkat pertumbuhan IHSG.

Setelah biaya hutang dan biaya ekuisitas diketahui, maka WACC dapat dihitung.

Menurut Keown (2005;hal414), rumus dari WACC adalah sebagai berikut:

WACC = [after-tax cost of debt x proporsi biaya hutang] x [cost of equity x proporsi

biaya equisitas]

Untuk lebih jelasnya, akan diberikan contoh dari Keown (2005;hal414) sebagai

berikut:

Sebuah perusahaan diketahui cost of debt sebesar 3.72%, dan cost of equity sebesar

10.18%. Maka nilai WACC adalah:

Weighted Average Cost of Capital


Weighted
Source of Percent of Cost of
cost of
Capital Capital Capital
Capital
Debt 30.50% x 3,72% = 1.10%
Equity 69.50% x 10.18% = 7.10%
100% 8.20%
Sumber: Financial Management Arthur J. Keown (419;2005)

Maka nilai WACC dari cost of debt sebesar 3.72%, dan cost of equity sebesar

10.18%. adalah 8.20%

2. Mencari discounted cash flow

Menurut Keown (2005;hal439) free cash-flow model adalah metode valuasi nilai

perusahaan dengan menghitung present value dari arus kas di masa yang akan

datang. Menurut Koller dari bukunya yang berjudul Valuation (2010;395) manager

yang menggunakan perhitungan discounted cash flow (DCF) akan mendapatkan

harga saham yang wajar. Pragmatisnya kita semua tidak dapat mengetahui dengan
62

pasti arus kas di masa yang akan datang, namun dapat diprediksi dengan planning

period, lalu mengambil nilai dari arus kas yang disebut juga metode terminal value.

Menurut Arthur J. Keown dalam bukunya yang berjudul Financial Management

(2005;440) metode dan rumus DCF dijabarkan sebagai berikut:

firm value = free cash flow1 + free cash flow2 + free cash flow3 +
1 2 3
(1+ kwacc) (1+ kwacc) (1+ kwacc)

free cash flow4 + terminal value4


4 4
(1+ kwacc) (1+ kwacc)

free cash flow4


terminal value4 =
kwacc

Dan untuk mencari free cash flow dijabarkan sebagai berikut:

Calculation of free cash flow


Net operating income (NOI)
Less: taxes
Equals: net operating income after tax
Plus: depreciation expense
Less: new investment made during the period
additional net working capital and capital expenditures
Equals: free cash flow

Operating Income didapat dari gross margin sales. Working capital dan capital

expenditure, didapat dengan menggunakan proporsi kenaikan sales. Pada contoh

yang diberikan, Arthur berasumsi didapat kenaikan 10% pada sales masuk pada

working capital, dan 40% sales masuk capital expenditure ditambah dengan

depresiasi. Namun, Arthur tidak menjelaskan dasar dari asumsi tersebut termasuk

planning selama 4 tahun kedepan mulai dari sales, operating income, hingga

depresiasi. Sehingga disini penulis menggunakan asumsi berdasarkan presentase

kenaikan selama 4 hingga 5 tahun. Untuk perusahaan yang baru berjalan kurang dari

4 tahun, dan perusahaan yang abnormal seperti mengalami penurunan operating

income sebesar 200% lebih selama 4 tahun terakhir, penulis akan menggunakan
63

asumsi berdasarkan rata-rata industri. Untuk asumsi, dapat dilihat detail pada

appendix b.

Hasil dari kalkulasi nilai perusahaan, maka selanjutnya akan dimasukan kedalam

rumus: Firm value = Debt value + Equity Value

Menurut Arthur, Debt value adalah jumlah interest-bearing debt. Disini penulis

mendapat nilai interest-bearing debt dari perhitungan cost of debt diamana di

perhitungannya didapat dari seluruh kewajiban yang memiliki bunga. Setelah

diketahui equity value, maka proses selanjutnya adalah:

equity value
Share value =
number of shares

Number of shares adalah jumlah saham yang beredar. Dengan demikian, nilai

interinsik per lembar saham dapat dicari.

4.1.Mencari Nilai Interinsik

Pada bagian 4.1, penulis mulai mencari nilai interinsik dari ke 14 perusahaan batu bara

yang akan dijabarkan satu per satu. Ke 14 perusahaan tersebut adalah: INDY, PTBA,

ITMG, BUMI, DEWA, ADRO, BRAU, BYAN, HRUM, PKPK, KKGI, GTBO, ATPK,

dan BORN. Mencari nilai interinsik dimulai dari mencari cost of debt, cost of equity,

WACC, estimasi arus kas, dan nilai interinsiknya. Setelah nilai interinsik diketahui,

akan dicari titik terendah dan tertinggi. Titik terendah dicari pada saat pasar saham

sedang turun (bearish) dan titik tertinggi dicari pada saat pasar saham sedang naik

(bearish) pada tahun 2009, 2010, dan 2011 (hingga 26 july 2011).

4.1.1. Adaro Energy (ADRO)

Proses hitung nilai interinsik ADRO dijabarkan sebagai berikut:

1. Menghitung cost of debt


64

Tabel 4.1. Cost of debt ADRO

ADRO
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam juta rupiah)
Hutang bank 2010 2009
Hutang bank jangka pendek - 188.000
Hutang bank jangka panjang jatuh tempo 134.698 1.823.127
Hutang bank jangka panjang 5.102.587 5.548.196
Total hutang bank = 5.237.285 7.559.323
Pihak ketiga
Pihak ketiga 2.303.985 2.025.321
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 109.144 142.783
Total hutang kepada pihak ketiga = 2.413.129 2.168.104
Total (a) = 7.650.414 9.727.427
Interest
Biaya bunga 1.048.252 729.260
Total Interest expense (b) = 1.048.252 729.260
Interest Rate kb (b/a) = 13,70% 7,50%
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 10,28% 5,62%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis

2. Mencari Cost of Equity

Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian

perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai

berikut

Tabel 4.2. Cost of Equity ADRO

ADRO
Cost of Equity
2010 2009 Ket
N 244 242 apendix a
CoVariance 0,000180323 0,000038648 apendix a
Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a
Return IHSG 43,80% 76,32% a
1,124496634 0,169564796 b
SBI 6,64% 7,77% c
Cost of Equity 48,43% 19,39% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis

3. Mencari WACC
65

Tabel 4.3. WACC ADRO

ADRO
Weighted Cost of Capital
2010 2009 Keterangan
Cost of debt 10,28% 5,62% a
Cost of Equity 48,43% 19,39% b
Percent of debt 17,50% 22,48% a / (a+b) x 100% c
Percent of debt 82,50% 77,52% b / (a+b) x 100% d
WACC 41,75% 16,30% (a x c) + (b x d)
Sumber: hitungan penulis

4. Mencari discounted cash flow.

Dasar asumsi pertumbuhan ADRO dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan

ADRO selama 4 tahun terakhir (2007 - 2010) untuk asumsi tahun 2011. Rincian

mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Nilai untuk asumsi dijabarkan

sebagai berikut:

Tabel 4.5. Pertumbuhan ADRO Untuk Asumsi 2011

2007 - 2010
Sales 32,20%
Operating income 61,59%
Capital Expenditure 4,35%
depreciation 42,89%
Working Capital 39,89%
Sumber: hitungan penulis

Untuk mencari nilai interinsik pada tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data

actual dan forecast. Nilai share value untuk ADRO tahun 2009. 2010. dan 2011

dijabarkan sebagai berikut:


66

Tabel 4.6. Estimasi Arus Kas ADRO Untuk Tahun 2009

ADRO
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual) 2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast)
Sales 26.938.020.000.000 24.689.333.000.000 31.202.818.186.577 39.434.676.618.626
Operating income 13.024.258.536.842 6.284.233.000.000 8.043.201.617.009 10.165.141.265.400
Less: tax 3.256.064.634.210 1.571.058.250.000 2.010.800.404.252 2.541.285.316.350
Net operating profits after tax 9.768.193.902.631 4.713.174.750.000 6.032.401.212.757 7.623.855.949.050
Plus: depreciation expense 3.618.507.000.000 4.856.141.000.000 5.906.903.077.551 7.185.026.951.972
Less investments:
In net working capital 7.840.833.000.000 4.406.759.000.000 4.046.066.207.390 5.113.490.438.970
In new capital (CAPEX) 1.106.262.000.000 2.250.548.000.000 1.371.816.196.559 1.733.725.709.263
Total net investment for the period 8.947.095.000.000 6.657.307.000.000 5.417.882.403.949 6.847.216.148.232
Free cash flow 4.439.605.902.631 2.912.008.750.000 6.521.421.886.358 7.961.666.752.790
Sumber: hitungan penulis

WACC= 16,30%

free cash flow 2012 7.961.666.752.790


terminal value = = = 48.847.766.560.184
k wacc 16,30%

4.439.605.902.631 2.912.008.750.000 6.521.421.886.358


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+16,30%) (1+16,30%) (1+16,30%)3

7.961.666.752.790 48.847.766.560.184
4
+
(1+16,30%) (1+16,30%)4

= 4.439.605.902.631 + 2.912.008.750.000 + 6.521.421.886.358 +

7.961.666.752.790 + 48.847.766.560.184

firm value = 41.170.253.518.208

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 9.727.427.000.000

number of shares = 31.985.960.000

firm value = debt value + equity value

41.170.253.518.208 = 9.727.427.000.000 + equity value

equity value = 31.442.826.518.208

equity value 31.442.826.518.208


Share value = = = 983
number of shares 31.985.960.000

Nilai interinsik ADRO untuk 2009 adalah Rp983.


67

Tabel 4.7. Estimasi Arus Kas ADRO Untuk Tahun 2010

ADRO
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast)
Sales 32.640.265.496.563 41.952.358.991.473 53.921.143.047.527 69.304.557.298.979
Operating income 8.231.072.942.333 13.024.258.536.842 16.740.009.966.919 21.515.845.443.321
Less: tax 2.057.768.235.583 3.256.064.634.210 4.185.002.491.730 5.378.961.360.830
Net operating profits after tax 6.173.304.706.749 9.768.193.902.631 12.555.007.475.189 16.136.884.082.491
Plus: depreciation expense 4.856.141.000.000 5.819.445.809.399 6.973.839.830.542 8.357.229.120.256
Less investments:
In net working capital 4.406.759.000.000 5.304.648.751.183 6.818.036.720.833 8.763.186.198.946
In new capital (CAPEX) 2.250.548.000.000 2.076.838.785.932 2.669.349.804.279 3.430.901.053.017
Total net investment for the period 6.657.307.000.000 7.381.487.537.115 9.487.386.525.111 12.194.087.251.963
Free cash flow 4.372.138.706.749 8.206.152.174.914 10.041.460.780.620 12.300.025.950.783
Sumber: hitungan penulis

WACC= 41,75%

free cash flow 2013 12.300.025.950.783


terminal value = = = 29.460.637.031.562
k wacc 41,75%

4.372.138.706.749 8.206.152.174.914 10.041.460.780.620


firm value = + + +
(1+41.75%)1 (1+41.75%)2 (1+41.75%)3

12.300.025.950.783 29.460.637.031.562
+
(1+41.75%)4 (1+41.75%)4

= 4.372.138.706.749 + 8.206.152.174.914 + 10.041.460.780.620 +

12.300.025.950.783 + 29.460.637.031.562

firm value = 21.037.393.305.423

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 7.650.414.000.000

number of shares = 31.985.960.000

firm value = debt value + equity value

74.372.124.332.298 = 7.650.414.000.000 + equity value

equity value = 13.386.979.305.423

equity value 13.386.979.305.423


Share value = = = 419
number of shares 31.985.960.000

Nilai interinsik ADRO untuk 2010 adalah Rp419.


68

Tabel 4.8. Estimasi Arus Kas ADRO Tahun 2011

ADRO
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast)
Sales 32.640.265.496.563 43.151.709.756.035 57.048.250.880.961 75.420.022.682.227
Operating income 8.231.072.942.333 10.881.800.904.030 14.386.167.118.743 19.019.076.547.498
Less: tax 2.057.768.235.583 2.720.450.226.008 3.596.541.779.686 4.754.769.136.874
Net operating profits after tax 6.173.304.706.749 8.161.350.678.023 10.789.625.339.057 14.264.307.410.623
Plus: depreciation expense 6.938.875.737.213 13.877.751.474.426 27.755.502.948.852 55.511.005.897.704
Less investments:
In net working capital 3.171.272.780.667 4.192.546.859.123 5.542.711.201.982 7.327.681.359.535
In new capital (CAPEX) 345.637.131.755 456.945.829.438 2.633.090.864.460 5.027.875.221.195
Total net investment for the period 3.516.909.912.422 4.649.492.688.562 8.175.802.066.442 12.355.556.580.730
Free cash flow 9.595.270.531.539 17.389.609.463.887 30.369.326.221.466 57.419.756.727.598
Sumber: hitungan penulis

WACC= 41,75%

free cash flow 2014 57.419.756.727.598


terminal value = = = 137.530.003.445.618
k wacc 41,75%

9.595.270.531.539 17.389.609.463.887 30.369.326.221.466


firm value = + + +
(1+41,75%)1 (1+41,75%)2 (1+41,75%)3

57.419.756.727.598 137.530.003.445.618
+
(1+41,75%)4 (1+41,75%)4

= 9.595.270.531.539 + 17.389.609.463.887 + 30.369.326.221.466 +

57.419.756.727.598 + 137.530.003.445.618

firm value = 74.372.124.332.298

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 7.650.414.000.000

number of shares = 31.985.960.000

firm value = debt value + equity value

74.372.124.332.298 = 7.650.414.000.000 + equity value

equity value = 66.721.710.332.298

equity value 66.721.710.332.298


Share value = = = 2.086
number of shares 31.985.960.000

Nilai interinsik ADRO untuk 2011 adalah Rp2.086.


69

4.1.2. PT Borneo Energy Tbk (BORN)

Proses hitung nilai interinsik BORN adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Cost of debt

Tabel 4.9. Cost of debt BORN

BORN
Laporan keuangan 2010 (dalam juta rupiah)
Hutang bank 2010
Pinjaman jatuh tempo 44.056
Pinjaman jangka panjang 180.719
Total hutang bank = 224.775
Pihak ketiga
Pihak ketiga 320.010
Hubungan istimewa 6.062
Total hutang dengan pihak ketiga
= 326.072

Total (a) = 550.847


Interest
Beban bunga 10.331
Total Interest expense (b) = 10.331

Interest Rate kb (b/a) = 1,88%


Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 1,41%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis

2. Mencari Cost of Equity

Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian

perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai

berikut:
70

Tabel 4.10. Cost of Equity BORN

BORN
Cost of Equity
2010 Ket
N= 151 apendix a
CoVariance = 0,000160212 apendix a
Variance = 0,000113962 apendix a
Return IHSG = 9,92% a
= 1,405833903 b
SBI = 6,64% c
Cost of Equity = 11,25% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis

3. Mencari WACC

Tabel 4.11. WACC BORN

BORN
Weighted Cost of Capital
2010 Keterangan
Cost of debt 1,41% a
Cost of Equity 11,25% b
Percent of debt 11,12% a / (a+b) x 100% c
Percent of equity 88,88% b / (a+b) x 100% d
WACC 10,15% (a x c) + (b x d)
Sumber: hitungan penulis

4. Mencari discounted cash flow.

Dasar asumsi pertumbuhan BORN dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan

industri batu bara. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Angka

pertumbuhan rata-rata industri batu bara dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.12. Pertumbuhan Rata-rata Industri Batu Bara 2006/2007 - 2010

2006/2007 - 2010
Sales 39,49%
Operating income 59,70%
Capital Expenditure 14,89%
depreciation 97,97%
Working Capital 51,22%
Sumber: hitungan penulis
71

Setelah asumsi angka rata-rata pertumbuhan perusahaan batu bara diketahui. maka

selanjutnya akan dicari nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk BORN tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.13. Estimasi Arus Kas BORN Tahun 2009

BORN
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast)
Sales 3.832.935.057.151 5.338.843.129.676 7.436.402.010.022 10.358.063.256.678
Operating income 839.027.105.505 1.168.669.448.098 1.627.823.785.378 2.267.373.619.251
Less: tax 209.756.776.376 292.167.362.024 406.955.946.344 566.843.404.813
Net operating profits after tax 629.270.329.129 876.502.086.073 1.220.867.839.033 1.700.530.214.438
Plus: depreciation expense 691.355.717.443 1.382.711.434.887 2.765.422.869.773 5.530.845.739.547
Less investments:
In net working capital 560.847.388.001 781.196.701.634 1.088.118.264.792 1.515.625.137.300
In new capital (CAPEX) 152.565.207.945 212.506.003.916 295.996.723.687 412.289.812.141
Total net investment for the period 713.412.595.946 993.702.705.551 1.384.114.988.479 1.927.914.949.442
Free cash flow 607.213.450.625 1.265.510.815.409 2.602.175.720.327 5.303.461.004.543
Sumber: hitungan penulis

WACC= 10,15%

free cash flow 2014 5.303.461.004.543


terminal value = = = 52.242.331.016.717
k wacc 10,15%

607.213.450.625 1.265.510.815.409 2.602.175.720.327


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+10,15%) (1+10,15%) (1+10,15%)3

5.303.461.004.543 5.303.461.004.543
4
+
(1+10,15%) (1+10,15%)4

= 607.213.450.625 + 1.265.510.815.409 + 2.602.175.720.327 +

5.303.461.004.543 + 5.303.461.004.543

firm value = 42,629,782,205,444

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 10.331.000.000

number of shares = 17.693.000.000

firm value = debt value + equity value

42.629.782.205.443 = 10.331.000.000 + equity value

equity value = 42.619.451.205.443


72

equity value 42.619.451.205.443


Share value = = = 2.408
number of shares 17.693.000.000

Nilai interinsik dari BORN untuk 2011 adalah Rp2.408.

4.1.3. PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

Proses hitung nilai interinsik BUMI adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Cost of debt

Tabel 4.14. Cost of debt BUMI


BUMI
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam dollar)
Hutang bank 2010 2009
Pinjaman jangka pendek - 400.000.000
Pinjaman jatuh tempo 9.261.038 21.552.836
Pinjaman jangka panjang 3.563.325.440 2.305.386.666
Total hutang bank = 3.572.586.478 2.726.939.502
Pihak ketiga
Pihak ketiga 96.252.166 253.654.324
Hubungan istimewa 69.286.737 25.980.224
Hutang lain-lain dengan pihak
ketiga 112.070.641 118.818.006
Total hutang kepada pihak ketiga
= 277.609.544 398.452.554
Obligasi
Obligasi 366.556.428 764.200.000
Total obligasi = 366.556.428 764.200.000
Total = 4.216.752.450 3.889.592.056
Interest
Biaya bunga 630.339.475 180.923.764
Total Interest expense = 630.339.475 180.923.764

Interest Rate kb (b/a) = 14,95% 4,65%


Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 11,21% 3,49%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis

2. Mencari Cost of Equity

Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian

perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai

berikut:
73

Tabel 4.15. Cost of Equity BUMI

BUMI
Cost of Equity
2010 2009 Ket
N 244 242 apendix a
CoVariance 0,000256031 0,000033301 apendix a
Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a
Return IHSG 43,80% 76,32% a
1,596612796 0,146103419 b
SBI 6,64% 7,77% c
Cost of Equity 65,97% 17,79% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis

3. Mencari WACC

Tabel 4.16. WACC BUMI

BUMI
Weighted Cost of Capital
2010 2009 Keterangan
Cost of debt 11,21% 3,49% a
Cost of Equity 65,97% 17,79% b
Percent of debt 14,53% 16,40% a / (a+b) x 100% c
Percent of equity 85,47% 83,60% b / (a+b) x 100% d
WACC 58,02% 15,44% (a x c) + (b x d)
Sumber: hitungan penulis

4. Mencari discounted cash flow.

Dasar asumsi pertumbuhan BUMI dengan menggunakan pertumbuhan perusahaan

selama 4 tahun terakhir. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b.

Untuk perhitungan tahun 2009 dan 2010 menggunakan data actual dan forecast.

Angka pertumbuhan BUMI untuk asumsi tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut:
74

Tabel 4.17. Pertumbuhan BUMI

bumi
sal 37,34%
op inc 21,16%
capex 17,20%
depre 10,15%
wc 36,01%
Sumber: hitungan penulis

Setelah asumsi untuk tahun 2009. 2010. dan 2011 diketahui. maka selanjutnya akan

dicari nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk BUMI tahun 2009. 2010. dan 2011

dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.18. Estimasi Arus Kas BUMI Tahun 2009

BUMI
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual) 2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast)
Sales 30.261.177.536.400 38.940.364.828.015 53.479.376.643.789 73.446.762.474.876
Operating income 5.531.778.700.000 9.808.946.600.000 11.317.722.081.453 15.543.375.739.210
Less: tax 1.382.944.675.000 2.452.236.650.000 2.829.430.520.363 3.885.843.934.802
Net operating profits after tax 4.148.834.025.000 7.356.709.950.000 8.488.291.561.090 11.657.531.804.407
Plus: depreciation expense 11.635.320.000.000 11.678.756.600.000 12.863.588.402.257 14.168.623.617.234
Less investments:
In net working capital 1.325.400.000.000 10.217.352.600.000 5.235.378.684.305 7.190.091.560.965
In new capital (CAPEX) 5.011.849.900.000 2.996.183.900.000 2.500.128.217.707 3.433.591.318.496
Total net investment for the period 6.337.249.900.000 13.213.536.500.000 7.735.506.902.012 10.623.682.879.461
Free cash flow 9.446.904.125.000 5.821.930.050.000 13.616.373.061.335 15.202.472.542.180
Sumber: hitungan penulis

WACC= 15,44%

free cash flow 2012 15.202.472.542.180


terminal value = = = 98.453.063.138.880
k wacc 15,44%

9.446.904.125.000 5.821.930.050.000 13.616.373.061.334


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+15,44%) (1+15,44%) (1+15,44%)3

15.202.472.542.180 98.453.063.138.880
4
+
(1+15,44%) (1+15,44%)4

= 9.446.904.125.000 + 5.821.930.050.000 + 13.616.373.061.334 +

15.202.472.542.180 + 98.453.063.138.880

firm value = 85.397.477.042.719


75

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 35.006.328.504.000

number of shares = 20.773.400.000

firm value = debt value + equity value

85.397.477.042.719 = 35.006.328.504.000 + equity value

equity value = 50.391.148.538.719

equity value 50.391.148.538.719


Share value = = = 2.425
number of shares 20.773.400.000

Nilai interinsik BUMI untuk 2009 adalah Rp2.425.

Tabel 4.19. Estimasi Arus Kas BUMI Tahun 2010

BUMI
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast)
Sales 38.940.364.828.015 50.195.144.552.532 64.702.848.773.438 83.403.657.399.912
Operating income 5.531.778.700.000 9.945.059.109.512 12.819.440.233.551 16.524.592.372.147
Less: tax 1.382.944.675.000 2.486.264.777.378 3.204.860.058.388 4.131.148.093.037
Net operating profits after tax 4.148.834.025.000 7.458.794.332.134 9.614.580.175.163 12.393.444.279.110
Plus: depreciation expense 11.678.756.600.000 12.943.066.412.367 14.344.246.899.961 15.897.115.302.632
Less investments:
In net working capital 10.217.352.600.000 4.052.753.695.568 5.224.105.076.655 6.734.007.517.353
In new capital (CAPEX) 2.996.183.900.000 1.935.371.724.701 2.494.744.564.241 3.215.790.724.530
Total net investment for the period 13.213.536.500.000 5.988.125.420.269 7.718.849.640.896 9.949.798.241.882
Free cash flow 2.614.054.125.000 14.413.735.324.231 16.239.977.434.227 18.340.761.339.860
Sumber: hitungan penulis

WACC= 58,02%

free cash flow 2013 18.340.761.339.860


terminal value = = = 31.611.059.438.331
k wacc 58,02%

2.614.054.125.000 14.413.735.324.231 16.239.977.434.227


firm value = + + +
(1+58,02%)1 (1+58,02%)2 (1+58,02%)3

18.340.761.339.860 31.611.059.438.331
+
(1+58,02%)4 (1+58,02%)4

= 2.614.054.125.000 + 14.413.735.324.231 + 16.239.977.434.227 +

18.340.761.339.860 + 31.611.059.438.331

firm value = 19.553.628.076.962


76

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 37.950.772.050.000

number of shares = 20.773.400.000

firm value = debt value + equity value

19.553.628.076.962 = 37.950.772.050.000 + equity value

equity value = (18.397.143.973.037)

equity value (18.397.143.973.037)


Share value = = = (885)
number of shares 20.773.400.000

Nilai interinsik BUMI untuk 2010 adalah Rp-885.

Tabel 4.20. Estimasi Arus Kas BUMI Tahun 2011

BUMI
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast)
Sales 46.552.694.924.498 55.653.135.616.600 66.532.592.989.149 79.538.841.447.406
Operating income 10.226.768.388.080 12.225.967.346.132 14.615.983.454.060 17.473.216.333.836
Less: tax 2.556.692.097.020 3.056.491.836.533 3.653.995.863.515 4.368.304.083.459
Net operating profits after tax 7.670.076.291.060 9.169.475.509.599 10.961.987.590.545 13.104.912.250.377
Plus: depreciation expense 12.619.047.506.274 13.635.043.987.953 14.732.841.322.689 15.919.025.536.794
Less investments:
In net working capital 3.786.780.819.435 4.527.046.754.998 5.412.024.962.404 6.470.004.790.949
In new capital (CAPEX) 1.442.370.202.349 1.724.334.640.795 2.061.419.425.195 2.464.399.859.539
Total net investment for the period 5.229.151.021.784 6.251.381.395.792 7.473.444.387.599 8.934.404.650.488
Free cash flow 15.059.972.775.549 16.553.138.101.759 18.221.384.525.634 20.089.533.136.682
Sumber: hitungan penulis

WACC= 58,02%

free cash flow 2014 20.089.533.136.682


terminal value = = = 34.625.139.834.944
k wacc 58,02%

15.059.972.775.549 16.553.138.101.759 18.221.384.525.634


firm value = + + +
(1+58,02%)1 (1+58,02%)2 (1+58,02%)3

20.089.533.136.682 34.625.139.834.944
+
(1+58,02%)4 (1+58,02%)4

= 15.059.972.775.549 + 16.553.138.101.759 + 18.221.384.525.634 +

20.089.533.136.682 + 34.625.139.834.944

firm value = 29.552.589.767.094

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
77

debt value = 37.950.772.050.000

number of shares = 20.773.400.000

firm value = debt value + equity value

29.552.589.767.094 = 37.950.772.050.000 + equity value

equity value = (8.398.182.282.905)

equity value (8.398.182.282.905)


Share value = = = (404)
number of shares 20.773.400.000

Nilai interinsik BUMI untuk 2011 adalah Rp-404.

4.1.4. PT Bayan Resources Tbk. (BYAN)

Proses hitung nilai interinsik BYAN adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Cost of debt

Tabel 4.21. Cost of debt BYAN

BYAN
Laporan keuangan 2007 - 2010 (dalam juta rupiah)
Pihak ketiga 2010 2009
Hutang usaha 1.090.021 1.233.477
Hubungan istimewa 97.339 122.922
Jatuh tempo 520.583 383.207
Pinjamn jangka panjang 1.911.734 1.909.979
Total hutang kepada pihak ketiga = 3.619.677 3.649.585
Total (a) = 3.619.677 3.649.585
Interest
Biaya bunga 130.427 141.699
Total Interest expense (b) = 130.427 141.699

Interest Rate kb (b/a) = 3,60% 3,88%


Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 2,70% 2,91%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis

2. Mencari Cost of Equity

Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian

perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai

berikut:
78

Tabel 4.22. Cost of Equity BYAN

BYAN
Cost of Equity
2010 2009 Ket
N 244 242 apendix a
CoVariance 0,000025248 0,000017626 apendix a
Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a
Return IHSG 43,80% 76,32% a
0,157447001 0,077331059 b
SBI 6,64% 7,77% c
Cost of Equity 12,49% 13,07% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI dan IHSG 2010 dan hitungan penulis

3. Mencari WACC

Tabel 4.23. WACC BYAN

BYAN
Weighted Cost of Capital
2010 2009 Keterangan
Cost of debt 2,70% 2,91% a
Cost of Equity 12,49% 13,07% b
Percent of debt 17,79% 18,22% a / (a+b) x 100% c
Percent of equity 82,21% 81,78% b / (a+b) x 100% d
WACC 10,75% 11,22% (a x c) + (b x d)
Sumber: hitungan penulis

4. Mencari discounted cash flow.

Dasar asumsi pertumbuhan BYAN dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan

BYAN selama 4 tahun terakhir (2007 - 2010) untuk asumsi tahun 2011. Rincian

mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b.

Tabel 4.25. Pertumbuhan BYAN

2007 - 2010
Sales 37,86%
Operating income 96,25%
Capital Expenditure 24,94%
depreciation 22,88%
Working Capital 7,46%
Sumber: hitungan penulis
79

Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data

actual dan forecast. Nilai interinsik untuk BYAN tahun 2009. 2010. dan 2011

dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.26. Estimasi Arus Kas BYAN Untuk Tahun 2009


BYAN
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual) 2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast)
Sales 7.752.866.000.000 8.745.624.000.000 11.052.875.166.784 13.968.820.229.696
Operating income 365.022.000.000 1.307.832.000.000 2.849.117.758.611 3.600.765.699.668
Less: tax 91.255.500.000 326.958.000.000 712.279.439.653 900.191.424.917
Net operating profits after tax 273.766.500.000 980.874.000.000 2.136.838.318.958 2.700.574.274.751
Plus: depreciation expense 1.533.075.000.000 1.807.013.000.000 2.198.010.859.008 2.673.612.052.773
Less investments:
In net working capital (331.196.000.000) (34.167.000.000) 1.433.225.179.835 1.811.335.474.588
In new capital (CAPEX) 351.732.000.000 257.171.000.000 485.934.093.571 614.132.150.607
Total net investment for the period 20.536.000.000 223.004.000.000 1.919.159.273.406 2.425.467.625.195
Free cash flow 1.786.305.500.000 2.564.883.000.000 2.415.689.904.560 2.948.718.702.328
Sumber: hitungan penulis

WACC= 11,22%

free cash flow 2012 2.948.718.702.328


terminal value = = = 26.280.063.853.214
k wacc 11,22%

1.786.305.500.000 2.564.883.000.000 2.415.689.904.560


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+11,22%) (1+11,22%) (1+11,22%)3

2.948.718.702.328 26.280.063.853.214
+
(1+11,22%)4 (1+11,22%)4

= 1.786.305.500.000 + 2.564.883.000.000 + 2.415.689.904.560 +

2.948.718.702.328 + 26.280.063.853.214

firm value = 24.537.189.213.952

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 3.649.585.000.000

number of shares = 3.333.330.000

firm value = debt value + equity value

24.537.189.213.952 = 3.649.585.000.000 + equity value

equity value = 20.887.604.213.952


80

equity value 20.887.604.213.952


Share value = = = 6.266
number of shares 3.333.330.000

Nilai interinsik BYAN untuk tahun 2009 adalah Rp6.266.

Tabel 4.27. Estimasi Arus Kas BYAN Untuk Tahun 2010

BYAN
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast)
Sales 8.745.624.000.000 11.240.703.838.364 14.447.616.634.538 18.569.444.531.239
Operating income 1.307.832.000.000 3.489.716.346.027 4.485.313.789.569 5.764.949.868.720
Less: tax 326.958.000.000 872.429.086.507 1.121.328.447.392 1.441.237.467.180
Net operating profits after tax 980.874.000.000 2.617.287.259.520 3.363.985.342.177 4.323.712.401.540
Plus: depreciation expense 1.807.013.000.000 2.165.467.236.305 2.595.027.457.750 3.109.798.843.213
Less investments:
In net working capital (34.167.000.000) 1.421.326.166.443 1.826.822.933.927 2.348.005.764.415
In new capital (CAPEX) 257.171.000.000 556.467.628.374 715.224.872.027 919.274.709.762
Total net investment for the period 223.004.000.000 1.977.793.794.817 2.542.047.805.954 3.267.280.474.177
Free cash flow 2.564.883.000.000 2.804.960.701.007 3.416.964.993.973 4.166.230.770.576
Sumber: hitungan penulis

WACC= 10,75%

free cash flow 2013 4.166.230.770.576


terminal value = = = 38.755.402.791.133
k wacc 10,75%

2.564.883.000.000 2.804.960.701.007 3.416.964.993.973


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+10,75%) (1+10,75%) (1+10,75%)3

4.166.230.770.576 38.755.402.791.133
4
+
(1+10,75%) (1+10,75%)4

= 2.564.883.000.000 + 2.804.960.701.007 + 3.416.964.993.973 +

4.166.230.770.576 + 38.755.402.791.133

firm value = 35.648.087.593.540

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 3.619.677.000.000

number of shares = 3.333.330.000

firm value = debt value + equity value

35.648.087.593.540 = 3.619.677.000.000 + equity value

equity value = 32.028.410.593.540


81

equity value 32.028.410.593.540


Share value = = = 9.609
number of shares 3.333.330.000

Nilai interinsik BYAN untuk tahun 2010 adalah Rp9.609.

Tabel 4.28. Estimasi Nilai Arus Kas Untuk Tahun 2011

BYAN
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast)
Sales 12.056.349.635.817 16.620.376.835.441 22.912.152.890.075 31.585.730.892.621
Operating income 955.944.991.537 1.317.825.583.466 1.816.698.956.334 2.504.424.818.697
Less: tax 238.986.247.884 329.456.395.867 454.174.739.084 626.106.204.674
Net operating profits after tax 716.958.743.653 988.369.187.600 1.362.524.217.251 1.878.318.614.023
Plus: depreciation expense 2.385.865.692.523 2.931.866.816.707 3.602.819.327.948 4.427.318.129.142
Less investments:
In net working capital 247.034.968.981 340.552.024.453 469.470.706.263 647.192.582.083
In new capital (CAPEX) 825.805.313.044 1.138.420.492.943 1.569.378.639.591 2.163.479.425.813
Total net investment for the period 1.072.840.282.025 1.478.972.517.396 2.038.849.345.855 2.810.672.007.896
Free cash flow 2.029.984.154.150 2.441.263.486.910 2.926.494.199.344 3.494.964.735.268
Sumber: hitungan penulis

WACC= 10,75%

free cash flow 2014 3.494.964.735.268


terminal value = = = 32.511.105.004.729
k wacc 10,75%

2.029.984.154.150 2.441.263.486.910 2.926.494.199.344


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+10,75%) (1+10,75%) (1+10,75%)3

3.494.964.735.268 32.511.105.004.729
4
+
(1+10,75%) (1+10,75%)4

= 2.029.984.154.150 + 2.441.263.486.910 + 2.926.494.199.344 +

3.494.964.735.268 + 32.511.105.004.729

firm value = 29.910.771.056.359

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 3.619.677.000.000

number of shares = 3.333.330.000

firm value = debt value + equity value

29.910.771.056.359 = 3.619.677.000.000 + equity value

equity value = 26.291.094.056.359


82

equity value 26.291.094.056.359


Share value = = = 7.887
number of shares 3.333.330.000

Nilai interinsik BYAN tahun 2011 adalah Rp7.887.

4.1.5. PT Darma Henwa Tbk. (DEWA)

Proses hitung nilai interinsik DEWA adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Cost of debt

Tabel 4.29. Cost of debt DEWA

DEWA
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam dollar)
Hutang bank 2010 2009
Jatuh tempo 23.525.593 94.000.000
Jangka panjang 44.439.594 26.000.000
Total hutang bank = 67.965.187 120.000.000
Obligasi
Obligasi 977.627 3.335.703
Total obligasi = 977.627 3.335.703
Total (a) = 68.942.814 123.335.703
Interest
Interest expense 9.151.476 14.501.158
Total Interest expense (b) = 9.151.476 14.501.158

Interest Rate kb (b/a) = 13,27% 11,76%


Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 9,96% 8,82%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis

2. Mencari Cost of Equity

Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian

perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai

berikut:
83

Tabel 4.30. Cost of Equity DEWA

DEWA
Cost of Equity
2010 2009 Ket
N 244 242 apendix a
CoVariance 0,000293606 0,000004303 apendix a
Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a
Return IHSG 43,80% 76,32% a
1,830930458 0,01888078 b
SBI 6,64% 7,77% c
Cost of Equity 74,68% 9,06% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis

3. Mencari WACC

Tabel 4.31. WACC DEWA

DEWA
Weighted Cost of Capital
2010 2009 Keterangan
Cost of debt 9,96% 8,82% a
Cost of Equity 74,68% 9,06% b
Percent of debt 11,76% 49,31% a / (a+b) x 100% c
Percent of equity 88,24% 50,69% b / (a+b) x 100% d
WACC 67,07% 8,94% (a x c) + (b x d)
Sumber: hitungan penulis

4. Mencari discounted cash flow.

Dasar asumsi pertumbuhan DEWA dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan

DEWA selama 4 tahun terakhir (2007 - 2010) untuk asumsi tahun 2011. Rincian

mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Angka pertumbukan untuk asumsi

dijabarkan sebagai berikut:


84

Tabel 4.33. Pertumbuhan DEWA

2007 - 2010
Sales 0,60%
Operating income 1,69%
Capital Expenditure 14,38%
depreciation 32,03%
Working Capital 68,59%
Sumber: hitungan penulis

Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data

actual dan forecast. Nilai interinsik untuk DEWA tahun 2009. 2010. dan 2011

dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.34. Estimasi Arus Kas DEWA Tahun 2009

DEWA
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual) 2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast)
Sales 1.894.100.000.000 2.050.421.100.000 2.591.358.656.357 3.275.005.161.561
Operating income 30.140.800.000 35.792.200.000 667.978.770.713 844.203.451.550
Less: tax 7.535.200.000 8.948.050.000 166.994.692.678 211.050.862.887
Net operating profits after tax 22.605.600.000 26.844.150.000 500.984.078.035 633.152.588.662
Plus: depreciation expense 1.198.500.000.000 1.273.381.900.000 1.548.913.728.824 1.884.064.583.721
Less investments:
In net working capital (107.160.000.000) 947.239.300.000 336.021.208.982 424.669.580.612
In new capital (CAPEX) 74.410.100.000 71.584.400.000 113.927.779.043 143.983.953.551
Total net investment for the period (32.749.900.000) 1.018.823.700.000 449.948.988.026 568.653.534.164
Free cash flow 1.253.855.500.000 281.402.350.000 1.599.948.818.834 1.948.563.638.219
Sumber: hitungan penulis

WACC= 8,94%

free cash flow 2012 1.948.563.638.219


terminal value = = = 21.788.914.718.820
k wacc 8,94%

1.253.855.500.000 281.402.350.000 1.599.948.818.833


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+8,94%) (1+8,94%) (1+8,94%)3

1.948.563.638.219 21.788.914.718.820
4
+
(1+8,94%) (1+8,94%)4

= 1.253.855.500.000 + 281.402.350.000 + 1.599.948.818.833 +

1.948.563.638.219 + 21.788.914.718.820

firm value = 19.476.928.530.881

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
85

debt value = 1.110.021.327.000

number of shares = 21.853.730.000

firm value = debt value + equity value

19.476.928.530.881 = 1.110.021.327.000 + equity value

equity value = 18.366.907.203.881

equity value 18.366.907.203.881


Share value = = = 840
number of shares 21.853.730.000

Nilai interinsik DEWA tahun 2009 adalah Rp840.

Tabel 4.35. Estimasi Arus Kas DEWA Tahun 2010

DEWA
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast)
Sales 2.050.421.100.000 2.635.395.293.581 3.387.259.501.685 4.353.626.554.507
Operating income 35.792.200.000 818.167.809.285 1.051.586.717.455 1.351.598.794.010
Less: tax 8.948.050.000 204.541.952.321 262.896.679.364 337.899.698.503
Net operating profits after tax 26.844.150.000 613.625.856.964 788.690.038.091 1.013.699.095.508
Plus: depreciation expense 1.273.381.900.000 1.525.980.601.000 1.828.686.896.388 2.191.440.548.346
Less investments:
In net working capital 947.239.300.000 333.231.472.295 428.300.632.372 550.492.516.289
In new capital (CAPEX) 71.584.400.000 130.464.443.325 167.685.252.516 215.524.959.865
Total net investment for the period 1.018.823.700.000 463.695.915.619 595.985.884.888 766.017.476.154
Free cash flow 281.402.350.000 1.675.910.542.343 2.021.391.049.590 2.439.122.167.699
Sumber: hitungan penulis

WACC= 67,07%

free cash flow 2013 2.439.122.167.699


terminal value = = = 3.636.740.859.292
k wacc 67,07%

281.402.350.000 1.675.910.542.343 2.021.391.049.590


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+67,07%) (1+67,07%) (1+67,07%)3

2.439.122.167.699 3.636.740.859.292
4
+
(1+67,07%) (1+67,07%)4

= 281.402.350.000 + 1.675.910.542.343 + 2.021.391.049.590 +

2.439.122.167.699 + 3.636.740.859.292

firm value = 1.982.211.380.749

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
86

debt value = 620.485.326.000

number of shares = 21.853.730.000

firm value = debt value + equity value

1.982.211.380.749 = 620.485.326.000 + equity value

equity value = 1.361.726.054.749

equity value 1.361.726.054.749


Share value = = = 62
number of shares 21.853.730.000

Nilai interinsik DEWA tahun 2010 adalah Rp62.

Tabel 4.36. Estimasi Arus Kas DEWA Tahun 2011

DEWA
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast)
Sales 2.062.722.837.800 2.075.098.381.295 2.087.548.173.289 2.100.072.659.246
Operating income 34.823.141.289 35.032.066.740 35.242.245.663 35.453.685.580
Less: tax 8.705.785.322 8.758.016.685 8.810.561.416 8.863.421.395
Net operating profits after tax 26.117.355.966 26.274.050.055 26.431.684.247 26.590.264.185
Plus: depreciation expense 1.681.292.934.079 2.219.872.867.821 2.930.979.753.382 3.869.880.315.787
Less investments:
In net working capital 8.437.800.689 8.488.424.247 8.539.351.527 8.590.584.351
In new capital (CAPEX) 1.769.419.610 1.780.035.447 1.790.714.975 1.801.458.576
Total net investment for the period 10.207.220.298 10.268.459.693 10.330.066.501 10.392.042.926
Free cash flow 1.697.203.069.747 2.235.878.458.182 2.947.081.371.127 3.886.078.537.045
Sumber: hitungan penulis

WACC= 67,07%

free cash flow 2014 3.886.078.537.045


terminal value = = = 5.794.158.564.603
k wacc 67,07%

1.697.203.069.747 2.235.878.458.182 2.947.081.371.127


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+67,07%) (1+67,07%) (1+67,07%)3

3.886.078.537.045 5.794.158.564.603
4
+
(1+67,07%) (1+67,07%)4

= 1.697.203.069.747 + 2.235.878.458.182 + 2.947.081.371.127 +

3.886.078.537.045 + 5.794.158.564.603

firm value = 3.691.418.397.576

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
87

debt value = 620.485.326.000

number of shares = 21.853.730.000

firm value = debt value + equity value

3.691.418.397.576 = 620.485.326.000 + equity value

equity value = 3.070.933.071.576

equity value 3.070.933.071.576


Share value = = = 141
number of shares 21.853.730.000

Nilai interinsik DEWA untuk tahun 2011 adalah Rp141.

4.1.6. PT Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO)

Proses hitung nilai interinsik GTBO adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Cost of debt

Tabel 4.37. Cost of debt GTBO

GTBO
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam rupiah)
Hutang bank 2010 2009
Hutang usaha 584.971.450 1.823.095.499
Total hutang bank = 584.971.450 1.823.095.499
Total (a) = 584.971.450 1.823.095.499
Interest
Biaya Bunga 27.498.166 39.200.945
Total Interest expense (b) = 27.498.166 39.200.945

Interest Rate kb (b/a) = 4,70% 2,15%


Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 3,53% 1,61%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis

2. Mencari Cost of Equity

Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian

perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai

berikut:
88

Tabel 4.38. Cost of Equity GTBO

GTBO
Cost of Equity
2010 Ket
N 244 apendix a
CoVariance 0,000105716 apendix a
Variance 0,000160359 apendix a
Return IHSG 43,80% a
0,65924485 b
SBI 6,64%
c
Cost of Equity 31,14% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI dan IHSG 2010 dan hitungan penulis

3. Mencari WACC

Tabel 4.39. WACC GTBO

GTBO
Weighted Cost of Capital
2010 Keterangan
Cost of debt 3,53% a
Cost of Equity 31,14% b
Percent of debt 10,17% a / (a+b) x 100% c
Percent of equity 89,83% b / (a+b) x 100% d
WACC 28,33% (a x c) + (b x d)
Sumber: hitungan penulis

4. Mencari discounted cash flow.

Dasar asumsi pertumbuhan GTBO dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan

industri batu bara. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Angka

pertumbuhan rata-rata industri batu bara untuk asumsi pertumbuhan 2010 dijabarkan

sebagai berikut:
89

Tabel 4.40. Pertumbuhan Rata-rata Industri Batu Bara

rata-rata
sal 39,29%
op inc 21,89%
capex 14,11%
depre 24,98%
wc 51,88%
Sumber: hitungan penulis

Nilai interinsik untuk GTBO tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.41. Estimasi Arus Kas GTBO Untuk Tahun 2011

GTBO
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast)
Sales 35.708.602.921 49.738.027.526 69.279.422.318 96.498.365.444
Operating income 7.816.591.021 10.887.623.361 15.165.222.554 21.123.432.314
Less: tax 1.954.147.755 2.721.905.840 3.791.305.639 5.280.858.079
Net operating profits after tax 5.862.443.266 8.165.717.521 11.373.916.916 15.842.574.236
Plus: depreciation expense 42.699.648.829 52.046.575.461 63.439.538.532 77.326.414.150
Less investments:
In net working capital 5.224.997.653 7.277.828.193 10.137.187.943 14.119.951.264
In new capital (CAPEX) 1.421.336.482 1.979.760.262 2.757.581.152 3.840.997.296
Total net investment for the period 6.646.334.135 9.257.588.455 12.894.769.096 17.960.948.560
Free cash flow 41.915.757.959 50.954.704.526 61.918.686.352 75.208.039.825
Sumber: hitungan penulis

WACC= 28,33%

free cash flow 2014 75.208.039.825


terminal value = = = 265.462.962.866
k wacc 28,33%

41.915.757.959 50.954.704.526 61.918.686.352


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+28,33%) (1+28,33%) (1+28,33%)3

75.208.039.825 265.462.962.866
+
(1+28,33%)4 (1+28,33%)4

= 41.915.757.959 + 50.954.704.526 + 61.918.686.352 +

75.208.039.825 + 265.462.962.866

firm value = 218.505.646.025

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 584.971.450

number of shares = 2.500.000.000


90

firm value = debt value + equity value

218.505.646.025 = 584.971.450 + equity value

equity value = 217.920.674.575

equity value 217.920.674.575


Share value = = = 87
number of shares 2.500.000.000

Nilai interinsik GTBO untuk tahun 2011 adalah Rp87.

4.1.7. PT Harum Energy Tbk. (HRUM)

Proses hitung nilai interinsik HRUM adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Cost of debt

Tabel 4.43. Cost of debt HRUM

HRUM
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam juta rupiah)
Hutang bank 2010
Pinjaman jangka pendek -
Pinjaman jangka panjang jatuh tempo -
Pinjaman jangka panjang 44.832
Total hutang bank = 44.832
Pihak ketiga
Hubungan istimewa 236.432
Pihak ketiga 455.148
Hubungan istimewa jangka panjang -
Total obligasi = 691.580
Total (a) = 736.412
Interest
Biaya Bunga 69.710
Total Interest expense (b) = 69.710

Interest Rate kb (b/a) = 9,47%


Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 7,10%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis

2. Mencari Cost of Equity

Untuk menghitung Cost of Equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian

perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai

berikut:
91

Tabel 4.44. Cost of Equity HRUM

HRUM
Cost of Equity
2010 Ket
N 187 apendix a
CoVariance 0,0000006051 apendix a
Variance 0,0000005703 apendix a
Return IHSG 11,11% a
1,061107283 b
SBI 6,64%
c
Cost of Equity 11,38% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis

3. Mencari WACC

Tabel 4.45. WACC HRUM

HRUM
Weighted Cost of Capital
2010 Keterangan
Cost of debt 7,10% a
Cost of Equity 11,38% b
Percent of debt 38,42% a / (a+b) x 100% c
Percent of equity 61,58% b / (a+b) x 100% d
WACC 9,74% (a x c) + (b x d)
Sumber: hitungan penulis

4. Mencari discounted cash flow.

Dasar asumsi pertumbuhan HRUM dengan menggunakan pertumbuhan perusahaan

selama 4 tahun terakhir. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b.

Pertumbuhan HRUM selama 4 tahun terakhir dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.46. Pertumbuhan HRUM

2007 - 2010
Sales 60,62%
Operating income 155,62%
Capital Expenditure 14,03%
depreciation 40,89%
Working Capital 5,17%
Sumber: hitungan penulis
92

Setelah asumsi angka pertumbuhan HRUM diketahui. maka selanjutnya akan dicari

nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk HRUM tahun 2011 dijabarkan sebagai

berikut:

Tabel 4.47. Estimasi Arus Kas HRUM Untuk Tahun 2011

HRUM
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast)
Sales 7.206.034.771.831 11.574.242.711.193 18.590.403.540.832 29.859.673.106.455
Operating income 1.548.593.214.960 2.487.331.007.744 3.995.119.881.913 6.416.911.469.028
Less: tax 387.148.303.740 621.832.751.936 998.779.970.478 1.604.227.867.257
Net operating profits after tax 1.161.444.911.220 1.865.498.255.808 2.996.339.911.435 4.812.683.601.771
Plus: depreciation expense 278.891.033.678 392.916.651.508 553.562.059.692 779.887.929.804
Less investments:
In net working capital 140.646.607.987 225.904.818.516 362.845.487.417 582.797.873.033
In new capital (CAPEX) 381.614.842.558 612.944.975.957 984.504.536.124 1.581.298.843.562
Total net investment for the period 522.261.450.545 838.849.794.473 1.347.350.023.540 2.164.096.716.595
Free cash flow 918.074.494.352 1.419.565.112.843 2.202.551.947.586 3.428.474.814.980
Sumber: hitungan penulis

WACC= 9,74%

free cash flow 2014 3.428.474.814.980


terminal value = = = 35.211.636.486.398
k wacc 9,74%

918.074.494.352 1.419.565.112.843 2.202.551.947.586


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+9,74%) (1+9,74%) (1+9,74%)3

3.428.474.814.980 35.211.636.486.398
4
+
(1+9,74%) (1+9,74%)4

= 918.074.494.352 + 1.419.565.112.843 + 2.202.551.947.586 +

3.428.474.814.980 + 35.211.636.486.398

firm value = 30.328.051.179.258

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 736.412.000.000

number of shares = 2.700.000.000

firm value = debt value + equity value

30.328.051.179.258 = 736.412.000.000 + equity value

equity value = 29.591.639.179.258


93

equity value 29.591.639.179.258


Share value = = = 10.959
number of shares 2.700.000.000

Nilai interinsik HRUM untuk tahun 2011 adalah Rp10.959.

4.1.8. Indika Energy (INDY)

Proses hitung nilai interinsik INDY adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Cost of debt

Tabel 4.48. Cost of debt INDY

INDY
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam ribu rupiah)
Hutang bank 2010 2009
Pinjaman jangka pendek 216.212.100 51.700.000
Pinjaman jangka panjang 13.525.282 4.547.192
Total hutang bank = 229.737.382 56.247.192
Pihak ketiga
Hubungan istimewa 160.570.180 299.211.127
Pihak ketiga 429.362.461 383.434.487
Hubungan istimewa jangka
panjang 20.652.068 20.605.428
Total hutang dengan pihak ketiga = 610.584.709 703.251.042
Obligasi
Obligasi 4.173.919.091 4.335.116.754
Total obligasi = 4.173.919.091 4.335.116.754
Total (a) = 5.014.241.182 5.094.614.988
Interest
Biaya bunga 488.158.076 223.459.920
Total Interest expense (b) = 488.158.076 223.459.920

Interest Rate kb (b/a) = 9,74% 4,39%


Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 7,30% 3,29%
Sumber: Pusar Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis

2. Mencari Cost of Equity

Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian

perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai

berikut:
94

Tabel 4.49. Cost of Equity INDY

INDY
Cost of Equity
2010 2009 Ket
N 244 242 apendix a
CoVariance 0,000192674 0,000035698 apendix a
Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a
Return IHSG 43,80% 76,32% a
1,201516022 0,156619333 b
SBI 6,64% 7,77% c
Cost of Equity 51,29% 18,51% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI dan IHSG 2010 dan hitungan penulis

3. Mencari WACC

Tabel 4.50. WACC INDY

INDY
Weighted Cost of Capital
2010 2009 Keterangan
Cost of debt 7,30% 3,29% a
Cost of Equity 51,29% 18,51% b
Percent of debt 12,46% 15,09% a / (a+b) x 100% c
Percent of equity 87,54% 84,91% b / (a+b) x 100% d
WACC 45,81% 16,21% (a x c) + (b x d)
Sumber: hitungan penulis

4. Mencari discounted cash flow.

Dasar asumsi pertumbuhan INDY dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan

perusahaan batu bara secara keseluruhan untuk asumsi tahun 2009 dan 2010. dan

asumsi rata-rata pertumbuhan INDY selama 4 tahun terakhir (2007 - 2010) untuk

asumsi tahun 2011. Rincian mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Angka

pertumbuhan untuk asumsi 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai berikut:
95

Tabel 4.52. Pertumbuhan INDY

2007 - 2010
Sales 19,30%
Operating income 15,21%
Capital Expenditure 28,28%
depreciation 45,87%
Working Capital 59,11%
Sumber: hitungan penulis

Setelah asumsi untuk tahun 2009. 2010. dan 2011 diketahui. maka selanjutnya akan

dicari nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk INDY tahun 2009. 2010. dan 2011

dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.53. Estimasi Arus Kas INDY Untuk Tahun 2009

INDY
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual) 2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast)
Sales 2.486.579.600 3.765.467.000 4.758.864.170 6.014.337.182
Operating income 612.383.000 619.653.000 1.226.700.222 1.550.325.559
Less: tax 153.095.750 154.913.250 306.675.055 387.581.390
Net operating profits after tax 459.287.250 464.739.750 920.025.166 1.162.744.169
Plus: depreciation expense 1.009.754.700 1.252.501.300 1.523.515.026 1.853.170.161
Less investments:
In net working capital 2.486.579.600 3.606.366.300 617.081.425 779.878.480
In new capital (CAPEX) 105.128.500 988.202.700 209.221.068 264.417.307
Total net investment for the period 2.591.708.100 4.594.569.000 826.302.493 1.044.295.787
Free cash flow (1.122.666.150) (2.877.327.950) 1.617.237.700 1.971.618.543
Sumber: hitungan penulis

WACC= 16,21%

free cash flow 2012 1.971.618.542


terminal value = = = 12.162.934.988
k wacc 16,21%

(1.122.666.150) 2.877.327.950 1.617.237.699


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+16,21%) (1+16,21%) (1+16,21%)3

1.971.618.542 12.162.934.988
4
+
(1+16,21%) (1+16,21%)4

= (1.122.666.150) + 2.877.327.950 + 1.617.237.699 +

1.971.618.542 + 12.162.934.988

firm value = 5.683.920.237

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
96

debt value = 5.094.614.988.000

number of shares = 5.207.142.000

firm value = debt value + equity value

5.683.920.237 = 5.094.614.988.000 + equity value

equity value = (5.088.931.067.762)

equity value (5.088.931.067.762)


Share value = = = (977).
number of shares 5.207.142.000

Nilai interinsik INDY untuk tahun 2009 adalah Rp-977.

Tabel 4.54. Estimasi Arus Kas INDY Untuk Tahun 2010

INDY
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast)
Sales 3.765.467.000 4.839.734.633 6.220.485.087 7.995.156.274
Operating income 619.653.000 1.502.512.770 1.931.171.642 2.482.124.602
Less: tax 154.913.250 375.628.192 482.792.910 620.531.150
Net operating profits after tax 464.739.750 1.126.884.577 1.448.378.731 1.861.593.451
Plus: depreciation expense 1.252.501.300 1.500.957.950 1.798.700.543 2.155.505.851
Less investments:
In net working capital 3.606.366.300 611.958.252 786.546.674 1.010.944.242
In new capital (CAPEX) 988.202.700 239.589.593 307.943.224 395.797.782
Total net investment for the period 4.594.569.000 851.547.845 1.094.489.899 1.406.742.024
Free cash flow (2.877.327.950) 1.776.294.683 2.152.589.376 2.610.357.278
Sumber: hitungan penulis

WACC= 45,81%

free cash flow 2013 2.610.357.278


terminal value = = = 5.698.249.083
k wacc 45,81%

(2.877.327.950) 1.776.294.683 2.152.589.375


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+45,81%) (1+45,81%) (1+45,81%)3

2.610.357.278 5.698.249.083
4
+
(1+45,81%) (1+45,81%)4

= (2.877.327.950) + 1.776.294.683 + 2.152.589.375 +

2.610.357.278 + 5.698.249.083

firm value = 1.394.684.220

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
97

debt value = 3.619.677.000.000

number of shares = 5.207.142.000

firm value = debt value + equity value

1.394.684.220 = 3.619.677.000.000 + equity value

equity value = (3.618.282.315.779)

equity value (3.618.282.315.779)


Share value = = = (695)
number of shares 5.207.142.000

Nilai interinsik INDY untuk tahun 2010 adalah Rp-695.

Tabel 4.55. Estimasi Arus Kas INDY Untuk Tahun 2011

INDY
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast)
Sales 4.492.270.952.074 5.359.361.350.623 6.393.816.043.818 7.627.939.399.428
Operating income 683.068.094.337 814.912.720.914 972.205.770.130 1.159.859.252.676
Less: tax 170.767.023.584 203.728.180.228 243.051.442.533 289.964.813.169
Net operating profits after tax 512.301.070.753 611.184.540.685 729.154.327.598 869.894.439.507
Plus: depreciation expense 1.827.036.601.945 2.665.117.189.776 3.887.634.012.192 5.670.931.946.530
Less investments:
In net working capital 429.622.593.322 512.547.606.004 611.478.661.745 729.505.219.398
In new capital (CAPEX) 205.568.239.106 245.246.666.404 292.583.755.369 349.057.767.680
Total net investment for the period 635.190.832.428 757.794.272.408 904.062.417.114 1.078.562.987.078
Free cash flow 1.704.146.840.270 2.518.507.458.053 3.712.725.922.674 5.462.263.398.958
Sumber: hitungan penulis

WACC= 45,81%

free cash flow 2014 5.462.263.398.958


terminal value = = = 11.923.784.406.542
k wacc 45,81%

1.704.146.840.270 2.518.507.458.053 3.712.725.922.674


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+45,81%) (1+45,81%) (1+45,81%)3

5.462.263.398.958 11.923.784.406.542
4
+
(1+45,81%) (1+45,81%)4

= 1.704.146.840.270 + 2.518.507.458.053 + 3.712.725.922.674 +

5.462.263.398.958 + 11.923.784.406.542

firm value = 7.397.393.086.335

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 5.014.241.182.000


98

number of shares = 5.207.142.000

firm value = debt value + equity value

7.397.393.086.335 = 5.014.241.182.000 + equity value

equity value = 2.383.151.904.335

equity value 2.383.151.904.335


Share value = = = 458
number of shares 5.207.142.000

Nilai interinsik INDY untuk tahun 2011 adalah Rp458.

4.1.9. PT Indotambang Raya Megah Tbk. (ITMG)

Proses hitung nilai interinsik ITMG adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Cost of debt

Tabel 4.56. Cost of debt ITMG

ITMG
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam ribuan dollar)
Hutang bank 2010 2009
Pinjaman jangka panjang jatuh
tempo - 15.050
Pinjaman jangka panjang - 40.000
Total hutang bank = - 55.050
Pihak ketiga
Pihak ketiga 94.783 89.255
Kewajiban lancar lain-lain pihak
ketiga 9.291 1.381
Total hutang dengan pihak ketiga = 104.074 90.636
Total (a) = 104.074 145.686
Beban bunga
Beban bunga 6.751 8.543
Total Interest expense (b) = 6.751 8.543

Interest Rate kb (b/a) = 6,49% 5,86%


Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 4,87% 4,40%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis

2. Mencari Cost of Equity

Untuk menghitung Cost of Equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian

perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai

berikut:
99

Tabel 4.57. Cost of Equity ITMG

ITMG
Cost of Equity
2010 2009 Ket
N 244 242 apendix a
CoVariance 0,000170574 0,000023739 apendix a
Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a
Return IHSG 43,80% 76,32% a
1,063698518 0,104154152 b
SBI 6,64% 7,77% c
Cost of Equity 46,17% 14,91% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI dan IHSG tahun 2010 dan hitungan penulis

3. Mencari WACC

Tabel 4.58. WACC ITMG

ITMG
Weighted Cost of Capital
2010 2009 Keterangan
Cost of debt 4,87% 4,40% a
Cost of Equity 46,17% 14,91% b
Percent of debt 9,53% 22,78% a / (a+b) x 100% c
Percent of equity 90,47% 77,22% b / (a+b) x 100% d
WACC 42,23% 12,52% (a x c) + (b x d)
Sumber: hitungan penulis

4. Mencari discounted cash flow.

Dasar asumsi pertumbuhan ITMG dengan menggunakan pertumbuhan perusahaan

dari tahun 2004 hingga tahun 2010. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di

appendix b. Angka pertumbuhan ITMG dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.59. Pertumbuhan ITMG

2006 - 2010
sal 27,92%
op inc 82,12%
capex 8,40%
depre 18,20%
wc 55,60%
Sumber: hitungan penulis
100

Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data

actual dan forecast. Nilai interinsik untuk ITMG tahun 2009. 2010. dan 2011

dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.60. Estimasi Arus Kas ITMG Untuk Tahun 2009

ITMG
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual) 2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast)
Sales 14.178.960.000.000 15.865.330.200.000 22.336.197.292.750 31.446.285.908.418
Operating income 14.207.619.600.000 15.712.775.800.000 13.104.151.990.562 18.448.839.105.497
Less: tax 3.551.904.900.000 3.928.193.950.000 3.276.037.997.641 4.612.209.776.374
Net operating profits after tax 10.655.714.700.000 11.784.581.850.000 9.828.113.992.922 13.836.629.329.123
Plus: depreciation expense 2.757.020.000.000 3.037.759.900.000 3.695.064.311.800 4.494.594.937.651
Less investments:
In net working capital 3.127.380.000.000 2.465.673.700.000 4.302.961.468.994 6.057.976.424.251
In new capital (CAPEX) 736.565.800.000 500.148.900.000 1.092.227.952.162 1.537.706.352.191
Total net investment for the period 3.863.945.800.000 2.965.822.600.000 5.395.189.421.156 7.595.682.776.442
Free cash flow 9.548.788.900.000 11.856.519.150.000 8.127.988.883.566 10.735.541.490.332
Sumber: hitungan penulis

WACC= 12,52%

free cash flow 2012 10.735.541.490.332


terminal value = = = 85.777.068.360.424
k wacc 12,52%

9.548.788.900.000 11.856.519.150.000 8.127.988.883.565


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+12,52%) (1+12,52%) (1+12,52%)3

10.735.541.490.332 85.777.068.360.424
4
+
(1+12,52%) (1+12,52%)4

= 9.548.788.900.000 + 11.856.519.150.000 + 8.127.988.883.565 +

10.735.541.490.332 + 85.777.068.360.424

firm value = 83.777.184.007.076

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 1.311.174.000.000

number of shares = 1.129.925.000

firm value = debt value + equity value

83.777.184.007.076 = 1.311.174.000.000 + equity value

equity value = 82.466.010.007.076


101

equity value 82.466.010.007.076


Share value = = = 72.983
number of shares 1.129.925.000

Nilai interinsik ITMG untuk tahun 2009 adalah Rp72.983.

Tabel 4.61. Estimasi Arus Kas ITMG Untuk Tahun 2010

ITMG
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast)
Sales 15.865.330.200.000 20.930.857.146.304 27.613.719.686.651 36.430.305.247.562
Operating income 15.712.775.800.000 16.302.280.193.714 21.507.317.754.637 28.374.234.248.365
Less: tax 3.928.193.950.000 4.075.570.048.428 5.376.829.438.659 7.093.558.562.091
Net operating profits after tax 11.784.581.850.000 12.226.710.145.285 16.130.488.315.978 21.280.675.686.274
Plus: depreciation expense 3.037.759.900.000 3.640.355.401.545 4.362.486.794.811.73 5.227.866.220.652.28
Less investments:
In net working capital 2.465.673.700.000 2.311.203.718.497 3.806.903.189.745 5.022.381.874.811
In new capital (CAPEX) 500.148.900.000 128.902.936.747 1.160.858.607.645 1.531.500.786.770
Total net investment for the period 2.965.822.600.000 2.440.106.655.244 4.967.761.797.390 6.553.882.661.581
Free cash flow 11.856.519.150.000 13.426.958.891.587 15.525.213.313.399 19.954.659.245.345
Sumber: hitungan penulis

WACC= 42,23%

free cash flow 2013 19.954.659.245.345


terminal value = = = 47.249.595.040.309
k wacc 42,23%

11.856.519.150.000 13.426.958.891.586 15.525.213.313.399


firm value = + + +
(1+42,23%)1 (1+42,23%)2 (1+42,23%)3

19.954.659.245.345 47.249.595.040.309
+
(1+42,23%)4 (1+42,23%)4

= 11.856.519.150.000 + 13.426.958.891.586 + 15.525.213.313.399 +

19.954.659.245.345 + 47.249.595.040.309

firm value = 36.789.861.093.236

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 620.485.326.000

number of shares = 1.129.925.000

firm value = debt value + equity value

36.789.861.093.236 = 620.485.326.000 + equity value

equity value = 36.169.375.767.236


102

equity value 36.169.375.767.236


Share value = = = 32.010
number of shares 1.129.925.000

Nilai interinsik ITMG untuk tahun 2010 adalah Rp32.010.

ITMG
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast)
Sales 20.295.139.380.147 25.961.809.635.679 33.210.688.871.572 42.483.550.677.013
Operating income 16.665.712.231.114 21.318.998.617.494 27.271.543.859.024 34.886.118.142.734
Less: tax 4.166.428.057.779 5.329.749.654.374 6.817.885.964.756 8.721.529.535.683
Net operating profits after tax 12.499.284.173.336 15.989.248.963.121 20.453.657.894.268 26.164.588.607.050
Plus: depreciation expense 3.590.716.941.141 4.244.327.588.693 5.016.913.606.790 5.930.131.831.729
Less investments:
In net working capital 2.463.153.708.111 3.150.898.669.656 4.030.671.083.883 5.156.087.545.088
In new capital (CAPEX) 371.972.229.579 475.831.775.934 608.690.275.736 778.644.618.781
Total net investment for the period 2.835.125.937.690 3.626.730.445.591 4.639.361.359.620 5.934.732.163.869
Free cash flow 13.254.875.176.786 16.606.846.106.222 20.831.210.141.438 26.159.988.274.909
Sumber: hitungan penulis

WACC= 42,23%

free cash flow 2014 26.159.988.274.909


terminal value = = = 61.942.869.434.719
k wacc 42,23%

13.254.875.176.786 16.606.846.106.222 20.831.210.141.438


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+42,23%) (1+42,23%) (1+42,23%)3

26.159.988.274.909 61.942.869.434.719
4
+
(1+42,23%) (1+42,23%)4

= 13.254.875.176.786 + 16.606.846.106.222 + 20.831.210.141.438 +

26.159.988.274.909 + 61.942.869.434.719

firm value = 46.295.404.859.170

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 936.666.000.000

number of shares = 1.129.925.000

firm value = debt value + equity value

46.295.404.859.170 = 936.666.000.000 + equity value

equity value = 45.358.738.859.170

equity value 45.358.738.859.170


Share value = = = 40.143
number of shares 1.129.925.000

Nilai interinsik ITMG untuk tahun 2011 adalah Rp40.143.


103

4.1.10. PT Resource Alam Tbk. (KKGI)

Proses hitung nilai interinsik KKGI adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Cost of debt

Tabel 4.63. Cost of debt KKGI

KKGI
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam rupiah)
Hutang bank 2010
Pinjaman jangka pendek -
Pinjaman jangka panjang jatuh tempo 141.427.159
Pinjaman jangka panjang -
Total hutang bank = 141.427.159
Pihak ketiga
Pihak ketiga 90.789.336.741
Hubungan istimewa 3.486.098
Hubungan istimewa jangka panjang -
Total hutang dengan pihak ketiga = 90.792.822.839
Total (a) = 90.934.249.998
Interest
Biaya bunga 2.134.646.133
Total Interest expense (b) = 2.134.646.133
Interest Rate kb (b/a) = 2,35%
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 1,76%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis

2. Mencari Cost of Equity

Untuk menghitung Cost of Equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian

perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai

berikut:
104

Tabel 4.64. Cost of Equity KKGI

KKGI
Cost of Equity
2010 Ket
N 301 apendix a
CoVariance 0,0000416728 apendix a
Variance 0,0001498703 apendix a
Return IHSG 30,39% a
0,278059274 b
SBI 6,64%
c
Cost of Equity 13,24% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis

3. Mencari WACC

Tabel 4.65. WACC KKGI

KKGI
Weighted Cost of Capital
2010 Keterangan
Cost of debt 1,76% a
Cost of Equity 13,24% b
Percent of debt 11,73% a / (a+b) x 100% c
Percent of equity 88,27% b / (a+b) x 100% d
WACC 11,90% (a x c) + (b x d)
Sumber: hitungan penulis

4. Mencari discounted cash flow.

Dasar asumsi pertumbuhan KKGI dengan menggunakan pertumbuhan perusahaan

selama 4 tahun terakhir. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b.

Angka pertumbuhan KKGI dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.66. Pertumbuhan KKGI

KKGI
Sales 146,81%
Operating income 222,89%
Capital Expenditure 0,24%
depreciation 6,33%
Working Capital 77,61%
Sumber: hitungan penulis
105

Setelah asumsi angka pertumbuhan KKGI diketahui. maka selanjutnya akan dicari

nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk KKGI tahun 2011 dijabarkan sebagai

berikut:

Tabel 4.67. Estimasi Arus Kas KKGI Untuk Tahun 2011

KKGI
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast)
Sales 2.392.464.596.628 5.904.841.298.188 14.573.737.394.451 35.969.437.774.322
Operating income 353.564.675.711 872.632.891.479 2.153.745.030.553 5.315.657.594.307
Less: tax 88.391.168.928 218.158.222.870 538.436.257.638 1.328.914.398.577
Net operating profits after tax 265.173.506.783 654.474.668.609 1.615.308.772.915 3.986.743.195.730
Plus: depreciation expense 102.299.173.614 108.776.221.076 115.663.361.234 122.986.559.007
Less investments:
In net working capital 853.865.817.977 2.107.426.020.936 5.201.337.657.758 12.837.420.227.923
In new capital (CAPEX) 3.462.827.871 8.546.604.639 21.093.872.862 52.061.782.562
Total net investment for the period 857.328.645.848 2.115.972.625.574 5.222.431.530.620 12.889.482.010.485
Free cash flow (489.855.965.450) (1.352.721.735.888) (3.491.459.396.471) (8.779.752.255.748)
Sumber: hitungan penulis

WACC= 11,90%

free cash flow 2014 (8.779.752.255.748)


terminal value = = = (73.808.737.340.230)
k wacc 11,90%

(489.855.965.450) (1.352.721.735.888) (3.491.459.396.471)


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+11,90%) (1+11,90%) (1+11,90%)3

(8.779.752.255.748) (73.808.737.340.230)
4
+
(1+11,90%) (1+11,90%)4

= (489.855.965.450) + (1.352.721.735.888) + (3.491.459.396.471) +

(8.779.752.255.748) + (73.808.737.340.230)

firm value = (56.693.564.632.464)

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 90.934.249.998

number of shares = 1.000.000.000

firm value = debt value + equity value

(56.693.564.632.464) = 90.934.249.998 + equity value

equity value = (56.784.498.882.462)


106

equity value (56.784.498.882.462)


Share value = = = (56.784)
number of shares 1.000.000.000

Nilai interinsik KKGI untuk tahun 2011 adalah Rp-56.784.

4.1.11. PT Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA)

Proses hitung nilai interinsik PTBA adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Cost of debt

Tabel 4.68. Cost of debt PTBA

PTBA
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam ribu rupiah)
Hutang bank 2010 2009
Pinjaman jangka pendek 13.294.000 13.500.000
Total hutang bank = 13.294.000 13.500.000
Pihak ketiga
Pihak ketiga 70.063.000 53.982.000
Hubungan istimewa 3.093.000 4.115.000
Total hutang dengan pihak ketiga = 73.156.000 58.097.000
Total (a) = 86.450.000 71.597.000
Interest
Beban bunga 151.720 91.571
Total Interest expense (b) = 151.720 91.571
Interest Rate kb (b/a) = 0,18% 0,13%
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 0,13% 0,10%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis

2. Mencari Cost of Equity

Untuk menghitung Cost of Equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian

perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai

berikut:
107

Tabel 4.69. Cost of Equity PTBA

PTBA
Cost of Equity
2010 2009 Ket
N 244 242 apendix a
CoVariance 0,000172387 -0,000009200 apendix a
Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a
Return IHSG 43,80% 76,32% a
1,075004004 -0,040362021 b
SBI 6,64% 7,77% c
Cost of Equity 46,59% 5,00% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI, IHSG dan hitungan penulis

3. Mencari WACC

Tabel 4.70. WACC PTBA

PTBA
Weighted Cost of Capital
2010 2009 Keterangan
Cost of debt 0,13% 0,10% a
Cost of Equity 46,59% 5,00% b
Percent of debt 0,28% 1,88% a / (a+b) x 100% c
Percent of equity 99,72% 98,12% b / (a+b) x 100% d
WACC 46,46% 4,91% (a x c) + (b x d)
Sumber: hitungan penulis
4. Mencari discounted cash flow.

Dasar asumsi pertumbuhan PTBA dengan menggunakan pertumbuhan perusahaan

dari tahun 2004 hingga tahun 2010. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di

appendix b. Angka pertumbuhan PTBA dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.71. Pertumbuhan PTBA

2006 - 2010
sal 24,38%
op inc 28,51%
capex 0,17%
depre 7,30%
wc 95,97%
Sumber: appendix b
108

Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data

actual. Nilai interinsik untuk PTBA tahun 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai

berikut:

Tabel 4.72. Estimasi Arus Kas PTBA Untuk Tahun 2009

PTBA
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual) 2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast)
Sales 8.947.854.000.000 7.909.154.000.000 10.365.448.687.599 13.584.578.893.678
Operating income 3.516.419.000.000 2.279.884.000.000 2.412.878.822.111 3.162.230.956.685
Less: tax 879.104.750.000 569.971.000.000 603.219.705.528 790.557.739.171
Net operating profits after tax 2.637.314.250.000 1.709.913.000.000 1.809.659.116.584 2.371.673.217.514
Plus: depreciation expense 1.100.544.000.000 1.156.334.000.000 1.249.700.049.724 1.350.604.768.414
Less investments:
In net working capital 5.402.483.000.000 5.498.225.000.000 2.357.221.764.077 3.089.288.846.928
In new capital (CAPEX) 64.487.000.000 581.094.000.000 4.163.988.440 5.457.171.337
Total net investment for the period 5.466.970.000.000 6.079.319.000.000 2.361.385.752.517 3.094.746.018.265
Free cash flow 1.100.544.000.000 (3.213.072.000.000) 697.973.413.790 627.531.967.664
Sumber: hitungan penulis

WACC= 4,91%

free cash flow 2012 627.531.967.663


terminal value = = = 12.778.737.526.400
k wacc 4,91%

1.100.544.000.000 (3.213.072.000.000) 697.973.413.790


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+4,91%) (1+4,91%) (1+4,91%)3

627.531.967.663 12.778.737.526.400
4
+
(1+4,91%) (1+4,91%)4

= 1.100.544.000.000 + (3.213.072.000.000) + 697.973.413.790 +

627.531.967.663 + 12.778.737.526.400

firm value = 9.801.143.279.355

Setelah firm value diketahui. maka selanjutnya mencari share value.

debt value = 71.597.000.000

number of shares = 2.304.131.850

firm value = debt value + equity value

9.801.143.279.355 = 71.597.000.000 + equity value

equity value = 9.729.546.279.355


109

equity value 9.729.546.279.355


Share value = = = 4.222
number of shares 2.304.131.850

Nilai interinsik PTBA untuk 2009 adalah Rp4.222.

Tabel 4.73. Estimasi Arus Kas PTBA Untuk Tahun 2010

PTBA
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast)
Sales 7.909.154.000.000 10.253.770.237.403 13.293.432.405.217 17.234.182.258.880
Operating income 2.279.884.000.000 2.715.432.025.193 3.520.403.836.064 4.564.004.200.433
Less: tax 569.971.000.000 678.858.006.298 880.100.959.016 1.141.001.050.108
Net operating profits after tax 1.709.913.000.000 2.036.574.018.895 2.640.302.877.048 3.423.003.150.324
Plus: depreciation expense 1.156.334.000.000 1.249.149.389.984 1.349.414.787.162 1.457.728.180.802
Less investments:
In net working capital 5.498.225.000.000 2.256.114.631.577 2.924.924.848.023 3.791.999.416.536
In new capital (CAPEX) 581.094.000.000 644.919.369 1.191.928.059 1.545.267.225
Total net investment for the period 6.079.319.000.000 2.256.759.550.946 2.926.116.776.082 3.793.544.683.761
Free cash flow (3.213.072.000.000) 1.028.963.857.933 1.063.600.888.128 1.087.186.647.365
Sumber: hitungan penulis

WACC= 46,46%

free cash flow 2013 1.087.186.647.365


terminal value = = = 2.340.088.807.750
k wacc 46,46%

(3.213.072.000.000) 1.028.963.857.933 1.063.600.888.128


firm value = + + +
(1+46,46%)1 (1+46,46%)2 (1+46,46%)3

1.087.186.647.365 2.340.088.807.750
+
(1+46,46%)4 (1+46,46%)4

= (3.213.072.000.000) + 1.028.963.857.933 + 1.063.600.888.128 +

1.087.186.647.365 + 2.340.088.807.750

firm value = (630.709.638.218)

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 86.450.000.000

number of shares = 2.304.131.850

firm value = debt value + equity value

(630.709.638.218) = 86.450.000.000 + equity value

equity value = (717.159.638.218)


110

equity value (717.159.638.218)


Share value = = = (311)
number of shares 2.304.131.850

Nilai interinsik PTBA untuk 2010 adalah Rp-311.

Tabel 4.74. Estimasi Arus Kas PTBA Untuk Tahun 2011

PTBA
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast)
Sales 9.837.684.938.239 12.236.459.796.338 15.220.140.641.565 18.931.348.200.755
Operating income 2.804.313.867.775 3.488.104.580.984 4.338.627.607.876 5.396.538.172.177
Less: tax 701.078.466.944 872.026.145.246 1.084.656.901.969 1.349.134.543.044
Net operating profits after tax 2.103.235.400.831 2.616.078.435.738 3.253.970.705.907 4.047.403.629.133
Plus: depreciation expense 1.240.788.147.597 1.331.410.498.366 1.428.651.553.928 1.532.994.718.793
Less investments:
In net working capital 1.850.744.995.404 2.302.021.956.559 2.863.336.170.915 3.561.518.605.116
In new capital (CAPEX) 3.269.306.640 4.066.479.005 5.058.030.134 6.291.356.429
Total net investment for the period 1.854.014.302.045 2.306.088.435.565 2.868.394.201.049 3.567.809.961.545
Free cash flow 1.490.009.246.384 1.641.400.498.539 1.814.228.058.785 2.012.588.386.380
Sumber: hitungan penulis

WACC= 46,46%

free cash flow 2014 2.012.588.386.380


terminal value = = = 4.331.947.572.196
k wacc 46,46%

1.490.009.246.384 1.641.400.498.539 1.814.228.058.785


firm value = + + +
(1+46,46%)1 (1+46,46%)2 (1+46,46%)3

2.012.588.386.380 4.331.947.572.196
+
(1+46,46%)4 (1+46,46%)4

= 1.490.009.246.384 + 1.641.400.498.539 + 1.814.228.058.785 +

2.012.588.386.380 + 4.331.947.572.196

firm value = 3,738,953,312,160

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 86.450.000.000

number of shares = 2.304.131.850

firm value = debt value + equity value

3,738,953,312,160 = 86.450.000.000 + equity value

equity value = 3.652.503.312.159


111

equity value 3.652.503.312.159


Share value = = = 1.585
number of shares 2.304.131.850

Nilai interinsik PTBA untuk tahun 2011 adalah Rp1.585.

4.1.12. PT Brau Coal Energy Tbk. (BRAU)

Proses hitung nilai interinsik BRAU adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Cost of debt

Tabel 4.75. Cost of debt BRAU

BRAU
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam jutaan rupiah)
Hutang bank 2010
Hutang jangka pendek
Hutang jangka panjang 6.812.194
Total hutang bank = 6.812.194
Total (a) = 6.812.194
Interest
Biaya bunga 781.538
Total Interest expense (b) = 781.538

Interest Rate kb (b/a) = 11,47%


Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 8,60%
Sumber: investingbusinessweek.com dan hitungan penulis

2. Mencari Cost of Equity

Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian

perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai

berikut:
112

Tabel 4.76. Cost of Equity BRAU

BRAU
Cost of Equity
2010 Ket
N 216 apendix a
CoVariance 0,0000774849 apendix a
Variance 0,0012365962 apendix a
Return IHSG 14,49% a
0,062659845 b
SBI 6,64%
c
Cost of Equity 7,13% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI dan IHSG 2010 dan hitungan penulis

3. Mencari WACC

Tabel 4.77. WACC BRAU

BRAU
Weighted Cost of Capital
2010 Keterangan
Cost of debt 8,60% a
Cost of Equity 7,13% b
Percent of debt 54,68% a / (a+b) x 100% c
Percent of equity 45,32% b / (a+b) x 100% d
WACC 7,94% (a x c) + (b x d)
Sumber: hitungan penulis

4. Mencari discounted cash flow.

Dasar asumsi pertumbuhan BRAU dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan

industri batu bara. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b.

Pertumbuhan rata-rata industri batu bara dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.78. Pertumbuhan Rata-rata Industri Batu Bara

2006/7 - 2010
Sales 39,49%
Operating income 59,70%
Capital Expenditure 14,89%
depreciation 97,97%
Working Capital 51,22%
Sumber: hitungan penulis
113

Setelah asumsi angka rata-rata pertumbuhan perusahaan batu bara diketahui. maka

selanjutnya akan dicari nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk BRAU tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.79. Estimasi Arus Kas BRAU 2011

BRAU
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast)
Sales 13.353.610.315.354 18.600.062.256.594 25.907.773.836.366 36.086.585.942.385
Operating income 2.923.097.011.525 4.071.542.085.807 5.671.195.615.861 7.899.331.269.466
Less: tax 730.774.252.881 1.017.885.521.452 1.417.798.903.965 1.974.832.817.366
Net operating profits after tax 2.192.322.758.644 3.053.656.564.355 4.253.396.711.896 5.924.498.452.099
Plus: depreciation expense 1.298.909.757.142 1.623.427.544.929 2.029.022.400.627 2.535.950.504.909
Less investments:
In net working capital 1.953.943.219.512 2.721.620.945.235 3.790.908.812.279 5.280.305.344.569
In new capital (CAPEX) 531.523.833.355 740.352.321.043 1.031.226.682.373 1.436.381.625.631
Total net investment for the period 2.485.467.052.867 3.461.973.266.277 4.822.135.494.652 6.716.686.970.199
Free cash flow 1.005.765.462.918 1.215.110.843.006 1.460.283.617.870 1.743.761.986.809
Sumber: hitungan penulis

WACC= 7,94%

free cash flow 2014 1.743.761.986.809


terminal value = = = 21.969.844.922.148
k wacc 7,94%

1.005.765.462.918 1.215.110.843.006 1.460.283.617.870


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+7,94%) (1+7,94%) (1+7,94%)3

1.743.761.986.809 21.969.844.922.148
4
+
(1+7,94%) (1+7,94%)4

= 1.005.765.462.918 + 1.215.110.843.006 + 1.460.283.617.870 +

1.743.761.986.809 + 21.969.844.922.148

firm value = 20.606.926.515.895

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 6.812.194.000.000

number of shares = 34.900.000.000

firm value = debt value + equity value

20.606.926.515.895 = 6.812.194.000.000 + equity value

equity value = 13.794.732.515.895


114

equity value 13.794.732.515.895


Share value = = = 395
number of shares 34.900.000.000

Nilai interinsik BRAU untuk tahun 2011 adalah Rp395.

4.1.13. PT Perdana Karya Perkasa Tbk. (PKPK)

Proses hitung nilai interinsik PKPK adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Cost of debt

Tabel 4.80. Cost of debt PKPK

PKPK
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam rupiah)
Hutang bank 2010 2009
Hutang bank jangka pendek 96.081.223.937 82.801.622.242
Hutang bank jangka panjang 49.922.622.965 71.176.529.562
Total hutang bank = 146.003.846.902 153.978.151.804
Pihak ketiga
Pihak ketiga 11.900.491.087 12.345.951.200
Hubungan istimewa jangka pendek 4.847.727.533 6.590.505.384
Hubungan istimewa jangka panjang 23.739.764.083 23.739.764.083
Total hutang dengan pihak ketiga = 40.487.982.703 42.676.220.667
Total (a) = 186.491.829.605 196.654.372.471
Interest
Biaya bunga 18.536.758.310 10.733.018.213
Total Interest expense (b) = 18.536.758.310 10.733.018.213

Average Interest Rate kb (b/a) = 9,94% 5,46%


Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 7,45% 4,09%
Sumber: Real-time Investor.com dan hitungan penulis

2. Mencari Cost of Equity

Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian

perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai

berikut:
115

Tabel 4.81. Cost of Equity PKPK

PKPK
Cost of Equity
2010 2009 Ket
N 244 242 apendix a
CoVariance 0,000137459 0,000116112 apendix a
Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a
Return IHSG 43,80% 76,32% a
0,857192687 0,509429126 b
SBI 6,64% 7,77% c
Cost of Equity 38,50% 42,69% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI, IHSG dan hitungan penulis

3. Mencari WACC

Tabel 4.82. WACC PKPK

PKPK
Weighted Cost of Capital
2010 2009 Keterangan
Cost of debt 7,45% 4,09% a
Cost of Equity 38,50% 42,69% b
Percent of debt 16,22% 8,75% a / (a+b) x 100% c
Percent of equity 83,78% 91,25% b / (a+b) x 100% d
WACC 33,46% 39,32% (a x c) + (b x d)
Sumber: hitungan penulis

4. Mencari discounted cash flow.

Dasar asumsi pertumbuhan PKPK dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan

industri batu bara. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b.

Pertumbuhan rata-rata industri batu bara dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.83. Pertumbuhan Rata-rata Industri Batu Bara

2006/2007 - 2010
sal 39,29%
op inc 21,89%
capex 14,11%
depre 24,98%
wc 51,88%
Sumber: hitungan penulis
116

Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010, penulis menggunakan data

actual dan forecast. Nilai interinsik untuk PKPK tahun 2009. 2010. dan 2011

dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.84. Estimasi Arus Kas PKPK Untuk Tahun 2009

PKPK
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual) 2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast)
Sales 383.836.032.612 290.440.471.584 367.063.833.959 463.901.802.202
Operating income 45.846.918.684 27.772.793.710 94.618.646.469 119.580.728.359
Less: tax 11.461.729.671 6.943.198.428 23.654.661.617 29.895.182.090
Net operating profits after tax 34.385.189.013 20.829.595.283 70.963.984.852 89.685.546.269
Plus: depreciation expense 45.181.257.581 39.526.598.313 48.079.284.605 58.482.584.052
Less investments:
In net working capital 30.929.464.025 21.835.945.004 47.597.129.389 60.154.098.717
In new capital (CAPEX) 769.906.318 5.656.016.000 16.137.776.709 20.395.209.243
Total net investment for the period 31.699.370.343 27.491.961.004 63.734.906.099 80.549.307.959
Free cash flow 45.181.257.581 32.864.232.592 55.308.363.358 67.618.822.361
Sumber: hitungan penulis

WACC= 39,32%

free cash flow 2014 67.618.822.361


terminal value = = = 171.989.084.888
k wacc 39,32%

45.181.257.581 32.864.232.591 55.308.363.358


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+39,32%) (1+39,32%) (1+39,32%)3

67.618.822.361 171.989.084.888
4
+
(1+39,32%) (1+39,32%)4

= 45.181.257.581 + 32.864.232.591 + 55.308.363.358 +

67.618.822.361 + 171.989.084.888

firm value = 133.424.253.456

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 196.654.372.471

number of shares = 539.368.500

firm value = debt value + equity value

133.424.253.456 = 196.654.372.471 + equity value

equity value = (63.230.119.014)


117

equity value (63.230.119.014)


Share value = = = (117).
number of shares 539.368.500

Nilai interinsik PKPK untuk tahun 2009 adalah Rp-117.

Tabel 4.85. Estimasi Arus Kas PKPK Untuk Tahun 2010

PKPK
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast)
Sales 290.440.471.584 373.301.587.600 479.802.537.658 616.687.640.208
Operating income 27.772.793.710 115.892.800.929 148.956.398.336 191.452.863.573
Less: tax 6.943.198.428 28.973.200.232 37.239.099.584 47.863.215.893
Net operating profits after tax 20.829.595.283 86.919.600.697 111.717.298.752 143.589.647.679
Plus: depreciation expense 39.526.598.313 47.367.425.475 56.763.624.796 68.023.732.928
Less investments:
In net working capital 43.671.890.008 47.201.965.469 60.668.434.228 77.976.814.633
In new capital (CAPEX) 5.656.016.000 18.480.181.678 23.752.478.853 30.528.934.267
Total net investment for the period 49.327.906.008 65.682.147.147 84.420.913.082 108.505.748.900
Free cash flow 11.028.287.588 68.604.879.024 84.060.010.467 103.107.631.708
Sumber: hitungan penulis

WACC= 33,46%

free cash flow 2013 103.107.631.707


terminal value = = = 308.154.690.237
k wacc 33,46%

11.028.287.587 68.604.879.024 84.060.010.466


firm value = + + +
(1+33,46%)1 (1+33,46%)2 (1+33,46%)3

103.107.631.707 308.154.690.237
+
(1+33,46%)4 (1+33,46%)4

= 11.028.287.587 + 68.604.879.024 + 84.060.010.466 +

103.107.631.707 + 308.154.690.237

firm value = 211.776.596.266

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 186.491.829.605

number of shares = 539.368.500

firm value = debt value + equity value

211.776.596.266 = 186.491.829.605 + equity value

equity value = 25.284.766.661


118

equity value 25.284.766.661


Share value = = = 47
number of shares 539.368.500

Nilai interinsik PKPK untuk tahun 2010 adalah Rp47.

Tabel 4.86. Estimasi Arus Kas PKPK Untuk Tahun 2011

PKPK
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast)
Sales 404.550.584.128 563.493.008.484 784.881.750.437 1.093.251.119.167
Operating income 88.555.871.824 123.348.269.885 171.810.128.117 239.311.991.575
Less: tax 22.138.967.956 30.837.067.471 42.952.532.029 59.827.997.894
Net operating profits after tax 66.416.903.868 92.511.202.414 128.857.596.088 179.483.993.681
Plus: depreciation expense 49.401.868.071 61.744.361.344 77.170.485.785 96.450.651.471
Less investments:
In net working capital 59.195.142.897 82.452.109.742 114.846.422.665 159.968.020.713
In new capital (CAPEX) 16.102.632.336 22.429.137.654 31.241.240.898 43.515.499.701
Total net investment for the period 75.297.775.233 104.881.247.396 146.087.663.563 203.483.520.414
Free cash flow 40.520.996.706 49.374.316.361 59.940.418.308 72.451.124.738
Sumber: hitungan penulis

WACC= 33.46%

free cash flow 2014 72.451.124.738


terminal value = = = 216.532.506.191
k wacc 33,46%

40.520.996.706 49.374.316.361 59.940.418.308


firm value = + + +
(1+33,46%)1 (1+33,46%)2 (1+33,46%)3

72.451.124.738 216.532.506.191
+
(1+33,46%)4 (1+33,46%)4

= 40.520.996.706 + 49.374.316.361 + 59.940.418.308 +

72.451.124.738 + 216.532.506.191

firm value = 174.388.473.651

Setelah firm value diketahui. maka selanjutnya mencari share value.

debt value = 186.491.829.605

number of shares = 539.368.500

firm value = debt value + equity value

174.388.473.651 = 186.491.829.605 + equity value

equity value = (12.103.355.953)


119

equity value (12.103.355.953)


Share value = = = -22
number of shares 539.368.500

Nilai interinsik PKPK untuk tahun 2011 adalah Rp-22.

4.1.14. PT ATPK Resource Tbk. (ATPK)

Proses hitung nilai interinsik ATPK adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Cost of debt

Tabel 4.87. Cost of debt ATPK

ATPK
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam rupiah)
Obligasi 2010 2009
Obligasi jangka pendek 98.700.000 129.700.000
Total obligasi = 98.700.000 129.700.000
Pihak ketiga
Pihak ketiga - 24.517.988.209
Hubungan istimewa jangka pendek 7.560.805.439 2.079.964.522
Total hutang dengan pihak ketiga = 7.560.805.439 26.597.952.731
Total (a) = 7.659.505.439 26.857.352.731
Interest
Beban bunga 190.700.000 46.294.522
Total Interest expense (b) = 190.700.000 46.294.522

Average Interest Rate kb (b/a) = 2,49% 0,17%


Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 1,87% 0,13%
Sumber: investing businesweek.com dan hitungan penulis

2. Mencari Cost of Equity

Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian

perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai

berikut:
120

Tabel 4.88. Cost of Equity ATPK

ATPK
Cost of Equity
2010 2009 Ket
N 244 242 apendix a
CoVariance -0,000008613 0,000283896 apendix a
Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a
Return IHSG 43,80% 76,32% a
-0,053713188 1,245563056 b
SBI 6,64% 7,77% c
Cost of Equity 4,64% 93,16% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI dan IHSG 2010 dan hitungan penulis

3. Mencari WACC

Tabel 4.89. WACC ATPK

ATPK
Weighted Cost of Capital
2010 2009 Keterangan
Cost of debt 1,87% 0,13% a
Cost of Equity 4,64% 93,16% b
Percent of debt 28,68% 0,14% a / (a+b) x 100% c
Percent of equity 71,32% 99,86% b / (a+b) x 100% d
WACC 3,85% 93,03% (a x c) + (b x d)
Sumber: hitungan penulis

4. Mencari discounted cash flow.

Dasar asumsi pertumbuhan ATPK dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan

industri perusahaan. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b.

Pertumbuhan rata-rata ATPK dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.90. Pertumbuhan Rata-rata ATPK

2006 - 2010
sal 23,64%
op inc 0,00%
capex 27,37%
depre 25,39%
wc 59,61%
Sumber: hitungan penulis
121

Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data

actual. Nilai interinsik untuk ATPK tahun 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai

berikut:

Tabel 4.91. Estimasi Arus Kas ATPK Untuk Tahun 2009

ATPK
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual) 2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast)
Sales 2.832.000.000 6.116.760.000 5.893.372.408 5.678.143.059
Operating income (29.720.500.000) (10.488.800.000) - -
Less: tax (7.430.125.000) (2.622.200.000) - -
Net operating profits after tax (22.290.375.000) (7.866.600.000) - -
Plus: depreciation expense 7.549.000.000 7.369.800.000 10.811.046.828 15.859.145.910
Less investments:
In net working capital 74.678.700.000 75.877.300.000 (111.693.796) (107.614.674)
In new capital (CAPEX) 25.600.000 107.500.000 (111.693.796) (107.614.674)
Total net investment for the period 74.704.300.000 75.984.800.000 (223.387.592) (215.229.349)
Free cash flow (89.445.675.000) (76.481.600.000) 11.034.434.421 16.074.375.259
Sumber: hitungan penulis

WACC= 93,03%

free cash flow 2014 16.074.375.258


terminal value = = = 17.279.058.017
k wacc 93,03%

(89.445.675.000) (76.481.600.000) 11.034.434.420


firm value = 1
+ 2
+ +
(1+93,03%) (1+93,03%) (1+93,03%)3

16.074.375.258 17.279.058.017
4
+
(1+93,03%) (1+93,03%)4

= (89.445.675.000) + (76.481.600.000) + 11.034.434.420 +

16.074.375.258 + 17.279.058.017

firm value = (62.928.023.169)

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 26.857.352.731

number of shares = 831.204.669

firm value = debt value + equity value

(62.928.023.169) = 26.857.352.731 + equity value

equity value = (89.785.375.900)


122

equity value (89.785.375.900)


Share value = = = (108).
number of shares 831.204.669

Nilai interinsik ATPK untuk tahun 2009 adalah Rp-108.

Tabel 4.92. Estimasi Arus Kas ATPK Untuk Tahun 2010

ATPK
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast)
Sales 6.116.760.000 7.562.923.783 9.350.998.919 11.561.822.291
Operating income (10.488.800.000) - - -
Less: tax (2.622.200.000) - - -
Net operating profits after tax (7.866.600.000) - - -
Plus: depreciation expense 7.369.800.000 10.366.220.398 14.580.928.295 20.509.256.197
Less investments:
In net working capital 1.642.380.000 723.081.891 894.037.568 1.105.411.686
In new capital (CAPEX) 1.642.380.000 723.081.891 894.037.568 1.105.411.686
Total net investment for the period 3.284.760.000 1.446.163.783 1.788.075.136 2.210.823.372
Free cash flow (3.781.560.000) 8.920.056.615 12.792.853.159 18.298.432.824
Sumber: hitungan penulis

WACC= 3,85%

free cash flow 2013 18.298.432.824


terminal value = = = 475.581.055.942
k wacc 3,85%

(3.781.560.000) (8.920.056.615) 12.792.853.159


firm value = + + +
(1+3,85%)1 (1+3,85%)2 (1+3,85%)3

18.298.432.824 475.581.055.942
+
(1+3,85%)4 (1+3,85%)4

= (3.781.560.000) + (8.920.056.615) + 12.792.853.159 +

18.298.432.824 + 475.581.055.942

firm value = 440.706.809.758

Setelelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 7.659.505.439

number of shares = 831.204.669

firm value = debt value + equity value

440.706.809.758 = 7.659.505.439 + equity value

equity value = 433.047.304.319


123

equity value 433.047.304.319


Share value = = = 521
number of shares 831.204.669

Nilai interinsik ATPK untuk tahun 2010 adalah Rp521.

Tabel 4.93. Estimasi Arus Kas ATPK Untuk Tahun 2011

ATPK
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast)
Sales 8.519.951.842 11.867.325.087 16.529.835.768 23.024.183.507
Operating income - - - -
Less: tax - - - -
Net operating profits after tax - - - -
Plus: depreciation expense 9.211.060.472 11.512.338.872 14.388.565.432 17.983.384.393
Less investments:
In net working capital 1.246.666.762 3.212.359.292 2.418.698.746 3.368.972.599
In new capital (CAPEX) 339.126.076 472.364.100 657.949.533 916.448.959
Total net investment for the period 1.585.792.838 3.684.723.392 3.076.648.279 4.285.421.558
Free cash flow 7.625.267.634 7.827.615.479 11.311.917.153 13.697.962.834
Sumber: hitungan penulis

WACC= 3,85%

free cash flow 2014 13.697.962.834


terminal value = = = 356.013.637.439
k wacc 3,85%

7.625.267.634 7.827.615.479 11.311.917.153


firm value = + + +
(1+3,85%)1 (1+3,85%)2 (1+3,85%)3

13.697.962.834 356.013.637.439
+
(1+3,85%)4 (1+3,85%)4

= 7.625.267.634 + 7.827.615.479 + 11.311.917.153 +

13.697.962.834 + 356.013.637.439

firm value = 342.591.991.010

Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.

debt value = 7.659.505.439

number of shares = 831.204.669

firm value = debt value + equity value

342.591.991.010 = 7.659.505.439 + equity value

equity value = 334.932.485.571


124

equity value 334.932.485.571


Share value = = = 403
number of shares 831.204.669

Nilai interinsik ATPK untuk tahun 2011 adalah Rp403.

4.2. Titik Tertinggi. Terendah. dan Harga Wajar

Untuk menentukan nilai wajar, penulis menggunakan nilai interinsik dari hasil metode

discounted cash flow. Sementara untuk titik tertinggi dan terendah, penulis

menggunakan titik dimana Bursa saham sendang berada dalam kondisi bearish yang

cukup dalam karena sentimen negatif terhadap bursa yang cukup tinggi dan pada saat

index berada dalam kondisi bullish karena sentimen positif terhadap bursa yang kuat

pada tahun 2009, 2010, dan 2011 (hingga 26 July 2011). Titik-titik dari sentimen

negatif dan positif yang kuat dari IHSG dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.94. Titik Tertinggi Dan Terendah

Nilai terendah Nilai tertinggi


Tahun
Tanggal Nilai Index Tanggal Nilai Index
2009 3/2/09 1256.11 12/30/09 2534.36
2010 2/8/10 2475.57 12/9/10 3786.10
2011 1/24/11 3346.06 7/26/11 4132.78
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ)

Pada tahun 2009, titik terendah jatuh pada tanggal 3/2/09 yaitu ketika sedang terjadi

ressesi global dan tertinggi 12/30/09 ketika ekonomi sedang dalam pemulihan. Pada

tahun 2010 titik terendah jatuh pada tanggal 2/8/10 yaitu ketika ekonomi sedang dilanda

spekulasi negatif akibat lanjutan dari resesi dan tertinggi 12/9/10 yaitu pada saat

optimisme global dan domestik sedang membaik. Pada tahun 2011 titik terendah jatuh

pada tanggal 1/24/11 yaitu ketika Bank Indonesia merilis kenaikan tingkat suku bunga,

dan tertinggi 7/26/11 yaitu ketika optimisme ekonomi Indonesia akan membaik. Dari

titik tertinggi pada saat pasar saham sendang dalam kondisi bullish dan terendah pada

saat harga saham sendang dalam kondisi pada kondisi bearish, maka pada tanggal
125

tersebut akan dicari harga saham emiten-emiten perusahaan batu bara. Harga saham

emiten batu bara pada saat titik tertinggi dan terendah dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.95. Titik Tertinggi Dan Terendah Saham Emiten Batu Bara

Date IHSG ADRO ATPK BORN BRAU BUMI BYAN DEWA


7/22/11 4106.82 2500 156 1400 530 3125 23350 121
1/24/11 3346.06 2350 188 1620 530 3025 17400 62
12/9/10 3786.1 2625 162 1370 510 3025 12650 75
2/8/10 2475.57 1840 220 - - 2400 5700 117
12/30/09 2534.36 1730 265 - - 2425 5650 136
3/2/09 1256.11 740 129 - - 770 1080 57
Date IHSG GTBO HRUM INDY ITMG KKGI PKPK PTBA
7/22/11 4106.82 139 10400 3850 49300 6250 165 20900
1/24/11 3346.06 62 8700 4275 46050 3650 157 19700
12/9/10 3786.1 62 7550 4600 52750 2800 184 22000
2/8/10 2475.57 74 - 2250 28950 - 290 15550
12/30/09 2534.36 66 - 2225 31800 - 310 17250
3/2/09 1256.11 - - 1510 9600 - 310 7450
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ)

Dari titik tertinggi dan terendah harga saham emiten batu bara, maka titik tertinggi dan

terendah disatukan dengan nilai interinsik emiten-emiten batu bara. Harga-harga saham

dengan nilai interinsik, pada saat pasar bullish dan bearish dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.96. Titik Saat Pasar Bullish. Bearish. dan Nilai Interinsik

2009 2010 2011


Emiten
bearish Interinsik bullish bearish Interinsik bullish bearish Interinsik bullish
ADRO 740 983 1730 1.840 419 2.625 2.350 2.086 2.500
ATPK 265 (108) 129 162 521 220 188 403 156
BORN - - - - - 1.370 1.620 2.408 1.400
BRAU - - - - - 510 530 395 530
BUMI 770 2.425 2.425 2.400 (885) 3.025 3.025 (404) 3.125
BYAN 1.080 6.266 5.650 5.700 9.609 12.650 17.400 7.887 23.350
DEWA 57 480 136 117 62 75 62 141 121
GTBO - - - - - - 62 87 139
HRUM - - - - - 7.550 8.700 10.959 10.400
INDY 1.510 (977) 2.225 2.250 (695) 4.600 4.275 458 3.850
ITMG 9.600 72.983 31.800 28.950 32.010 52.750 46.050 40.143 49.300
KKGI - - - - - 2.800 3.650 (56.784) 6.250
PKPK 310 (117) 310 290 47 184 157 -22 165
PTBA 7.450 4.222 17.250 15.550 -311 22.000 19.700 1.585 20.900
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis
126

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ADRO berada pada

Rp2,500. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang mahal.

4. Tahun 2011, nilai interinsik BORN berada pada Rp2,408. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BORN berada

pada Rp1,620. Kesimpulannya saham BORN saat itu sedang murah.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BORN berada pada

Rp1,400. Kesimpulannya saham BORN saat itu sedang murah.

5. Tahun 2009, nilai interinsik BUMI berada pada Rp2.425. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BUMI berada

pada Rp770. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang murah.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BUMI berada pada

Rp2,425. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang wajar.

6. Tahun 2010, nilai interinsik BUMI berada pada Rp-885. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BUMI berada

pada Rp2,400. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BUMI berada pada

Rp3,025. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang mahal.


127

7. Tahun 2011, nilai interinsik BUMI berada pada Rp-404. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BUMI berada

pada Rp3,025. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BUMI berada pada

Rp3,125. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang mahal.

8. Tahun 2009, nilai interinsik BYAN berada pada Rp1.080. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BYAN berada

pada Rp1,080. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang wajar.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BYAN berada pada

Rp5,650. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang mahal.

9. Tahun 2010, nilai interinsik BYAN berada pada Rp9.609. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BYAN berada

pada Rp5,700. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang murah.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BYAN berada pada

Rp12,650. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang mahal.

10. Tahun 2011, nilai interinsik BYAN berada pada Rp7,887. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:


128

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BYAN berada

pada Rp17,400. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BYAN berada pada

23,350. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang mahal.

11. Tahun 2009, nilai interinsik DEWA berada pada Rp480. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham DEWA

berada pada Rp57. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang murah.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham DEWA berada pada

Rp136. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang murah.

12. Tahun 2010, nilai interinsik DEWA berada pada Rp62. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham DEWA

berada pada Rp117. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham DEWA berada pada

Rp75. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang mahal.

13. Tahun 2011, nilai interinsik DEWA berada pada Rp141. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham DEWA berada

pada Rp141. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang dalam harga wajar.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham DEWA berada pada

Rp121. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang murah.


129

14. Tahun 2011, nilai interinsik GTBO berada pada Rp87. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham GTBO berada

pada Rp62. Kesimpulannya saham GTBO saat itu sedang murah.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham GTBO berada pada

Rp139. Kesimpulannya saham GTBO saat itu sedang mahal.

15. Tahun 2011, nilai interinsik HRUM berada pada Rp10.959. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham HRUM berada

pada Rp8,700. Kesimpulannya saham HRUM saat itu sedang murah.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham HRUM berada pada

Rp10,400. Kesimpulannya saham HRUM saat itu sedang murah.

16. Tahun 2009, nilai interinsik INDY berada pada Rp-977. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham INDY berada

pada Rp1,510. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham INDY berada pada

Rp2,225. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal.

17. Tahun 2010, nilai interinsik INDY berada pada Rp-695. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010

dijabarkan sebagai berikut:


130

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham INDY berada

pada Rp4,275. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham INDY berada pada

Rp3,850. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal.

18. Tahun 2011, nilai interinsik INDY berada pada Rp458. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham INDY berada

pada Rp4,275. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham INDY berada pada

Rp3,850. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal.

19. Tahun 2009, nilai interinsik ITMG berada pada Rp72,983. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ITMG berada

pada Rp9,600. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang murah.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ITMG berada pada

Rp31,800. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang murah.

20. Tahun 2010, nilai interinsik ITMG berada pada Rp32.010. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ITMG berada

pada Rp28,950. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang murah.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ITMG berada pada

Rp52,750. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang mahal.


131

21. Tahun 2011, nilai interinsik ITMG berada pada Rp40,143. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ITMG berada

pada Rp46,050. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ITMG berada pada

Rp49,300. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang mahal.

22. Tahun 2011, nilai interinsik KKGI berada pada Rp-56,784. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham KKGI berada

pada Rp46,050. Kesimpulannya saham KKGI saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham KKGI berada pada

Rp49,300. Kesimpulannya saham KKGI saat itu sedang mahal.

23. Tahun 2009, nilai interinsik PTBA berada pada Rp4.222. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PTBA berada

pada Rp7,450. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PTBA berada pada

Rp17,250. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal.

24. Tahun 2010, nilai interinsik PTBA berada pada Rp-311. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010

dijabarkan sebagai berikut:


132

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PTBA berada

pada Rp15,550. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PTBA berada pada

Rp22,000. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal.

25. Tahun 2011, nilai interinsik PTBA berada pada Rp1.585. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PTBA berada

pada Rp19.700. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PTBA berada pada

Rp20.900. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal.

26. Tahun 2011, nilai interinsik BRAU berada pada Rp395. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BRAU berada

pada Rp530. Kesimpulannya saham BRAU saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BRAU berada pada

Rp530. Kesimpulannya saham BRAU saat itu sedang mahal.

27. Tahun 2009, nilai interinsik PKPK berada pada Rp-117. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PKPK berada

pada Rp310. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PKPK berada pada

Rp310. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal.


133

28. Tahun 2010, nilai interinsik PKPK berada pada Rp47. Pada saat index sedang dalam

titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PKPK berada

pada Rp290. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PKPK berada pada

Rp184. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal.

29. Tahun 2011, nilai interinsik PKPK berada pada Rp-22. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PKPK berada

pada Rp157. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PKPK berada pada

Rp165. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal.

30. Tahun 2009, nilai interinsik ATPK berada pada Rp-108. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ATPK berada

pada Rp265. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang mahal.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ATPK berada pada

Rp129. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang mahal.

31. Tahun 2010, nilai interinsik ATPK berada pada Rp521. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010

dijabarkan sebagai berikut:


134

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ATPK berada

pada Rp162. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang murah.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ATPK berada pada

Rp220. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang murah.

32. Tahun 2011, nilai interinsik ATPK berada pada Rp403. Pada saat index sedang

dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011

dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ATPK berada

pada Rp188. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang murah.

b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ATPK berada pada

Rp156. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang murah.

Secara keseluruhan, harga saham-saham batu bara yang terdaftar di bursa efek

Indonesia sedang dalam keadaan mahal. Pada tahun 2009 pada saat terjadi resesi global,

harga saham sedang dalam keadaan murah. Begitu dalam tahap pemulihan, harga saham

mulai bergerak naik dan memnyebabkan rata-rata sedang dalam keadaan mahal. Pada

tahun 2010, rata-rata harga saham batu bara sedang dalam keadaan mahal, dengan

kondisi perekonomian dunia yang sudah membaik. Pada tahun 2011, pada saat

pengumuman suku bunga Bank Indonesia, index mengalami penurunan, dan

menyebabkan harga saham turun, namun masih diatas nilai interinsiknya atau rata-rata

harga sedang dalam keadaan mahal. Nilai interinsik industri batu bara dari tahun 2009

ke 2010 rata-rata mengalami penurunan. Namun, nilai interinsik dari tahun 2009 hingga

2011 rata-rata mengalami kenaikan karena kondisi perekonomian yang membaik, dan

diikuti pula dengan harga saham yang juga mengalami peningkatan sehingga

menyebabkan rata-rata harga saham-saham batu bara pada titik terendah dan tertinggi di
135

2011 dalam keadaan mahal. Hanya 2 perusahaan yang harga sahamnya masih jauh

dibawah nilai interinsiknya yaitu BORN dan HRUM.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian ini, saran yang penulis dapat berikan adalah sebagai berikut:

1. Untuk Investor:

a. Untuk saham-saham di sektor batu bara, saham-saham yang masih dapat

dijadikan instrumen investasi jangka panjang untuk mendapat potensi capital

gain saat ini adalah HRUM dan BORN karena kedua saham tersebut pada saat

index titik tertingginya (bullish) dan dalam titik terendahnya (bearish), harga

saham kedua perusahaan tersebut masih dibawah nilai interinsiknya.

b. Untuk saham-saham yang sudah tergolong mahal (di atas nilai interisniknya)

pada saat pasar sedang dalam kondisi titik tertingginya (bullish), startegi investasi

yang dapat penulis berikan adalah melakukan short term trading dan lebih

disiplin dalam kebijakan investasi.

2. Implikasi Managerial

Implikasi untuk Manager yang berada dalam lingkup investasi saham-saham batu

bara, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk berinvestasi pada

saham-saham batu bara. Saham-saham yang masih dapat dijadikan instrumen

investasi jangka panjang untuk mendapat potensi capital gain saat ini adalah

HRUM dan BORN karena kedua saham tersebut pada saat index titik tertingginya

(bullish) dan dalam titik terendahnya (bearish), harga saham kedua perusahaan

tersebut masih dibawah nilai interinsiknya. Industri batu bara rentan terhadap

perekonomian dunia. Pada saat perekonomian sedang dalam resesi pada mei 2009,

berdampak pada penurunan permintaan batu bara. Kondisi ini bisa dimanfaatkan

untuk membeli saham-saham batu bara yang tergolong murah. Begitu perekonomian
136

membaik pada juli 2011, permintaan batu bara kembali mengalami kenaikan

sehingga harga saham-saham batu bara naik.

3. Untuk Management masing-masing perusahaan

Dengan melihat kondisi harga batu bara yang rentan terhadap perekonomian, maka

saran yang penulis dapat berikan adalah membeli kembali saham perusahaan ketika

perekonomian dunia sedang dalam resesi, karena harga saham sedang tergolong

murah. Sebaliknya, begitu perekonomian sedang naik, dan harga saham sudah

tergolong mahal, maka perusahaan dapat menjual kembali saham perusahaan.

4. Untuk penelitian selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi untuk melakukan penelitian lebih

lanjut untuk industri lainnya.

Anda mungkin juga menyukai