PRAKTIK KEDOKTERAN
A. PENDAHULUAN
1. Peningkatan pelayanan merupakan upaya
berkelanjutan
Upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan senantiasa dilakukan dari
waktu ke waktu oleh institusi pelayanan kesehatan, yang terutama dilaksanakan
oleh para pemberi pelayanan yang langsung berhadapan dengan pengguna jasa
pelayanan yakni pasien (dan keluarganya). Kemajuan ilmu dan teknologi
kedokteran berlangsung dengan amat cepat, sehingga pemanfaatan kemajuan
tersebut tidak serta merta dilakukan secara seragam dan dengan konsistensi
yang nyata. Pemanfaatan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang dilakukan
oleh orang per orang dengan melakukan pendekatan evidence-based medicine
(dengan langkah-langkah memformulasi pertanyaan klinis, mencari evidence
mutakhir, melakukan telaah kritis evidence yang sahih, penting, dan dapat
diterapkan) merupakan hal yang amat baik. Namun untuk hal-hal yang
mencakup keperluan banyak pasien, atau mengandung risiko tinggi, atau
cenderung menggunakan sumber daya yang besar, apalagi bila terdapat variasi
yang luas dalam praktik seyogianya dilakukan upaya standardisasi, yang banyak
manfaatnya baik bagi pasien, keluarga, pemberi jasa pelayanan, serta fasilitas
pelayanan.
1
2. Hierarki ilmu kedokteran klinis
Dalam jenjang kedokteran klinis, bila terdapat masalah yang belum terpecahkan,
maka terdapat alur pemecahan masalah sebagai berikut:
4 Para dokter melakukan praktik dengan merujuk pada PPK tersebut untuk
menegakkan diagnosis, memberikan pengobatan, serta memberikan
penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang kemungkinan hasil
pengobatan.
2
1 Para peneliti menawarkan apa yang dapat dilakukan (what we can do)
2 HTA melakukan kajian manakah dari opsi yang ditawarkan peneliti yang
layak diterapkan (which we can do)
4 Algoritme
3
5 Protokol
6 Prosedur
7 Standing orders.
4
1.2. Siapa yang berhak membuat PNPK?
Pedoman pelayanan Kedokteran teoritis dapat dibuat oleh siapa saja yang
berminat, termasuk Kementerian Kesehatan, organisasi profesi, fakultas
kedokteran, rumah sakit, lembaga swadaya masyarakat, kelompok pakar, dan
seterusnya. Namun yang lazim pedoman pelayanan Kedokteran yang bersifat
ideal dibuat oleh kelompok pakar dari organisasi profesi, baik secara mandiri
atau di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan. Di Amerika Serikat terdapat
kecenderungan pedoman pelayanan Kedokteran dibuat oleh pakar-pakar
organisasi profesi tanpa koordinasi dengan Kementerian Kesehatan, sedangkan
di Inggris dan negara-negara persemakmuran terdapat kecenderungan
koordinasi oleh Kementerian Kesehatan. Di Indonesia model Inggris dianggap
lebih sesuai; dengan demikian PNPK dibuat oleh kelompok pakar organisasi
profesi dengan koordinasi serta pengesahan Kementerian Kesehatan.
terutama bila terdapat variasi yang luas di antara para praktisi untuk
penanganan kasus yang sama.
Sahih / valid
Reproducible
Cost-effective
5
Dapat diterapkan dalam praktik
Fleksibel
Jelas
6
b. Terhadap usulan yang masuk dilakukan seleksi awal.
KPM membentuk panel pakar dengan personalia seperti yang diusulkan oleh
pengusul, ditambah dengan pakar lain yang dipandang perlu dan relevan
dengan topik yang dibahas.
1 Draft awal PNPK dapat dibuat bersama oleh Ketua, Sekretaris, serta
anggota panel yang ditunjuk, dengan pelaksana teknis petugas KPM yang
tersedia.
7
3 Setiap bulan dilakukan rapat Panel yang dihadiri oleh wakil KPM untuk
membahas perkembangan pembuatan draft PNPK, menyunting,
melakukan revisi, dan lain-lain yang relevan. Bila dipandang perlu dapat
diundang nara sumber yan tidak masuk dalam panel untuk memperoleh
masukan dalam hal-hal yang khusus.
4 Dalam waktu 3 atau 4 kali pertemuan draft harus sudah selesai dan
diajukan dalam rapat pleno KPM.
5 Draft akhir yang sudah disepakati oleh Panel dan KPM diajukan kepada
Dirjen Pelayanan Kedokteran untuk dibahas dan dimintakan
pengesahannya oleh Menteri Kesehatan.
D. Tampilan PNPK
8
dengan kondisi dan fasilitas setempat menjadi Panduan Pelayanan Kedokteran
(PPK). Berikut adalah contoh-contoh mengapa PPK dapat sama atau berbeda di
fasilitas pelayanan yang berbeda:
1 PPK untuk pasien demam berdarah dengue (DBD) tanpa syok, karena
tidak memerlukan peralatan dan keahlian canggih mungkin bersifat sama,
baik di rumah sakit tipe, A, B, C, maupun D.
2 Di suatu rumah sakit tipe A, PPK untuk penyakit jantung bawaan biru
mencakup pemberian prostaglandin, tindakan balloon atrial septosomy
(BAS), dilanjutkan dengan bedah korektif, karena semua sumber daya
yang diperlukan tersedia. Di rumah sakit tipe A yang lain fasilitas bedah
jantung anak tidak tersedia, sehingga setelah pasien didagnosis, diberikan
prostaglandin dan dilakukan BAS, pasien harus dirujuk.
3 Di rumah sakit tipe A dan rumah sakit tipe B tertentu alur klinis pasien
stroke non-hemoragik memerlukan pendekatan multidisiplin yang antara
lain melibatkan ahli bedah saraf. Namun di rumah sakit tipe B yang lain
ahli bedah saraf tidak tersedia, sehingga PPK-nya berbeda.
2.2. Tujuan
Tujuan PPK mencakup:
9
Untuk kebanyakan penyakit atau kondisi kesehatan yang tidak memenuhi syarat
untuk dibuat PNPK, atau yang PNPK-nya belum ada, maka para staf Kedokteran
di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat PPK dengan
memperhatikan sumber daya yang tersedia dan dengan:
Contoh:
2 Dalam PPK disebutkan bahwa pada pasien gagal ginjal kronik perlu
dilakukan hemodialisis. Uraian rinci tentang hemodialisis dimuat dalam
protokol hemodialisis pada dokumen terpisah.
3 Dalam PPK disebutkan bahwa pada anak dengan kejang demam kompleks
perlu dilakukan pungsi lumbal. Uraian pelaksanaan pungsi lumbal tidak
10
dimuat dalam PPK melainkan dalam prosedur pungsi lumbal dalam
dokumen terpisah.
Perjalanan klinis dan outcome penyakit yang dibuat dalam CP dapat tidak sesuai
dengan harapan karena:
11
d terdapat ko-morbiditas.
Apa pun yang terjadi harus dilakukan evaluasi dan dokter memberikan
intervensi sesuai dengan keadaan pasien.
12
a ditetapkan kriteria inklusi dan eksklusi yang jelas,
Berikut adalah contoh CP untuk diare pada bayi dan anak, yang secara
keseluruhan perjalanan penyakitnya sangat bervariasi; namun dengan kriteria
tertentu yang ketat dapat dibuat CP-nya. Keputusan untuk membuat CP pada
kasus-kasus seperti ini harus mempertimbangkan efektivitas, sumber daya, dan
waktu yang diperlukan.
Kriteria inklusi (pasien harus memenuhi semua yang tersebut di bawah ini)
Pasien harus dikeluarkan dari CP (dan dirawat dengan perawatan biasa) bila
selama perawatan salah satu dari hal-hal berikut terjadi:
13
ii Terdapat muntah empedu dengan nyeri perut
iv Tinja berdarah
CP yang baik juga seyogianya dilengkapi dengan format untuk pasien dan
keluarga, sehingga pihak pasien dan keluarga dapat melakukan kontrol terhadap
apa yang seharusnya diperoleh dan apa yang tidak. Versi untuk pasien ini
mencakup:
4. Algoritme
14
Algoritme merupakan format tertulis berupa flowchart dari pohon pengambilan
keputusan. Dengan format ini dapat dilihat secara cepat apa yang harus
dilakukan pada situasi tertentu. Algoritme merupakan panduan yang efektif
dalam beberapa keadaan klinis tertentu misalnya di ruang gawat darurat atau
instalasi gawat darurat. Bila staf dihadapkan pada situasi yang darurat, dengan
menggunakan algoritme ia dapat melakukan tindakan yang cepat untuk
memberikan pertolongan.
5. Protokol
Protokol merupakan panduan tata laksana untuk kondisi atau situasi tertentu.
Misalnya dalam PPK disebutkan bila pasien mengalami atau terancam
mengalami gagal napas dengan kriteria tertentu perlu dilakukan pemasangan
ventilasi mekanik. Untuk ini diperlukan panduan berupa protokol, bagaimana
melakukan pemasangan ventilasi mekanik, dari pemasangan endotracheal tube,
mengatur konsetrasi oksigen, kecepatan pernapasan, bagaimana pemantauan,
apa yang harus diperhatikan, pemeriksaan berkala apa yang harus dilakukan,
dan seterusnya. Dalam protokol harus termasuk siapa yang dapat melaksanakan,
komplikasi yang mungkin timbul dan cara pencegahan atau mengatasinya, kapan
suatu intervensi harus dihentikan, dan seterusnya.
6. Prosedur
Prosedur merupakan uraian langkah-demi-langkah untuk melaksanakan tugas
teknis tertentu. Prosedur dapat dilakukan oleh perawat (misalnya cara
memotong dan mengikat talipusat bayi baru lahir, merawat luka, suctioning,
pemasangan pipa nasogastrik), atau oleh dokter (misalnya pungsi lumbal atau
biopsi sumsum tulang).
15
Contoh prosedur dapat dilihat pada Lampiran xx
7. Standing orders
Standing orders adalah suatu set instruksi dokter kepada perawat atau
profesional kesehatan lain untuk melaksanakan tugas pada saat dokter tidak ada
di tempat. Standing orders dapat diberikan oleh dokter pada pasien tertentu, atau
secara umum dengan persetujuan komite Kedokteran. Contoh: perawatan
pascabedah tertentu, pemberian antipiretik untuk demam, pemberian antikejang
per rektal untuk pasien kejang, defibrilasi untuk aritmia tertentu.
C. BAGAIMANA DOKTER
MENERAPKAN
STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN
1. PPK harus diterapkan pada pasien secara
individual
16
tidak mau makan minum, mengigau, dan seterusnya.
17
pasien (dan keluarga), maka clinical decision making process harus
menyertakan persetujuan pasien. Bila menurut ilmu kedokteran ada obat
atau prosedur yang sebaiknya diberikan, namun pasien atau keluarganya
tidak setuju, maka dokter harus mematuhi kehendak pasien.
Dalam disclaimer (yang harus dicantumkan pada setiap dokumen PPK) harus
tercakup butir-butir yang telah dikemukakan di atas, sebagai berikut:
18
sakit besar di luar negeri, seperti:
4. Penyusun PPK tidak bertanggung jawab atas hasil apa pun yang terjadi
akibat penggunaan PPK dalam tata laksana pasien.
3. Revisi PPK
PPK merupakan panduan terkini untuk tata laksana pasien, karenanya harus
selalu mengikuti kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran. Untuk itu PPK secara
periodik perlu dilakukan revisi, biasanya setiap 2 tahun. Idealnya meskipun tidak
ada perbaikan dalam sebagian besar PPK yang ada, peninjauan tetap harus
dilakukan setiap 2 tahun. Masukan untuk revisi diperoleh dari PNPK yang baru
(bila ada), pustaka mutakhir, serta pemantauan rutin apakah PPK selama ini
dapat dan sudah dikerjakan dengan baik. Proses formal audit klinis dapat
merupakan sumber yang berharga untuk revisi PPK; namun bila audit klinis
belum dilaksanakan, pemantauan rutin merupakan sumber yang penting pula.
KAMUS ISTILAH
Administrasi kebijakan: Suatu pernyataan yang ditulis oleh manajemen
lembaga yang dirancang untuk memengaruhi dan menentukan keputusan dan
tindakan.
19
Algoritme: manajemen pasien yang direkomendasikan, dirancang untuk
mengarahkan keputusan yang akan diambil, seperti flowchart yang terstruktur,
decision tree, ataupun decision grid. Algoritme digunakan pada kasus yang
membutuhkan keputusan cepat, seperti bagian gawat darurat.
Clinical pathway (alur klinis): Sebuah alat manajemen perawatan pasien yang
mengatur, mengurutkan, dan menggabungkan intervensi yang dilakukan oleh
perawat, dokter, dan lain-lain, untuk jenis kasus tertentu (misalnya, persalinan
normal), subset (misalnya, histerektomi), atau kondisi kondisi tertentu seperti,
kegagalan untuk menyapih. Sinonim: critical path, care map.
Input: Sumber daya yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi untuk memberikan
suatu pelayanan. Input yang diperlukan dalam perawatan kesehatan antara lain
keuangan, struktur fisik seperti bangunan, perlengkapan dan peralatan, personil,
dan banyak lagi. Sinonim: struktur.
Outcome: Efek dari kinerja dari satu atau lebih proses atau kegiatan yang
dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan.
20
Protokol: Rencana, atau serangkaian langkah, yang harus diikuti dalam studi,
investigasi, atau intervensi, seperti dalam pengelolaan kondisi pasien tertentu
(misalnya, perawatan seorang pasien dengan diare).
Aturan dan peraturan: satu kumpulan dari pernyataan atau pengarahan yang
menentukan keputusan dan tindakan yang selalu harus diikuti. Biasanya
disertakan sanksi bagi yang tidak melaksanakannya.
Standing orders: suatu set instruksi dokter yang ditujukan kepada perawat atau
profesional kesehatan lain untuk memberikan intervensi kepada pasien selama
dokter tidak ada di tempat. Contoh: pasien dengan demam tinggi berikan
parasetamol, anak dengan kejang berikan diazepam rektal.
21
Lampiran 1
Contoh Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran
Catatan: Clinical Practice Guidelines yang bersifat nasional dibuat oleh organisasi
profesi tanpa pengesahan Pemerintah (model Amerika) dan yang
dikoordinasikan atau disahkan oleh Pemerintah (model Inggris). Mengingat
panjangnya dokumen-dokumen tersebut, untuk melihat isi lengkapnya dapat
diakses melalui alamat internet yang disertakan.
22
Singapore MOH Clinical Prctice Guideline 2004. Management of
atrial fibrillation. 70 halaman total, 83 rujukan.
http://www.moh.gov.sg/cpg
Lampiran 2
Contoh Panduan Pelayanan Kedokteran
Panduan Pelayanan Kedokteran (PPK) dibuat untuk setiap rumah sakit / fasilitas
pelayanan kesehatan, dengan mengacu pada Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran (PNPK) atau pustaka mutakhir dan dengan menyesuaikan dengan
kondisi setempat. PPK dibuat oleh Staf Kedokteran setiap departemen / divisi di
bawah koordinasi Komite Kedokteran, dan baru dapat dilaksanakan setelah
diresmikan oleh Direksi.
Format PPK dapat sangat bervariasi. PPK dapat dibuat atas dasar penyakit
(stroke, demam tifoid), atau masalah (perdarahan, penurunan kesadaran), atau
compuran keduanya. Urutan topik dapat berdasarkan departemen / divisi atau
menurut abjad. Di rumah sakit besar PPK perlu dibuat per departemen. Berikut
dua contoh dari Departemen Kedokteran dan 2 dari departemen bedah.
23
PPK: Demam tifoid pada anak
Batasan dan uraian umum
Demam tifoid merupakan penyakit endemis di Indonesia yang disebabkan
oleh infeksi sistemik Salmonella; 96% kasus demam tifoid disebabkan S.
typhi, sisanya disebabkan oleh S. paratyphi. Sembilan puluh persen kasus
demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah
umur 5 tahun. Pada minggu pertama sakit, demam tifoid sangat sukar
dibedakan dengan penyakit demam lainnya. Untuk memastikan diagnosis
diperlukan pemeriksaan biakan kuman untuk konfirmasi.
Patogenesis
Kuman masuk melalui makanan/minuman, setelah melewati lambung
kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding usus
sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque Peyeri). Kuman ikut
aliran limfe mesenterial ke dalam sirkulasi darah (bakteremia primer)
mencapai jaringan RES (hepar, lien, sumsum tulang untuk bermultiplikasi).
Setelah mengalami bakteriemi kedua, kuman mencapai sirkulasi
darah untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra-intestinal). Masa
inkubasi adalah 10-14 hari.
Manifestasi klinis
Anamnesis
Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu tertinggi pada
akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi. Anak
sering mengigau (delirium), malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri
perut, diare atau konstipasi, muntah, perut kembung. Pada demam tifoid
berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus.
Pemeriksaan fisis
Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan komplikasi.
Kesadaran menurun, delirium, sebagian besar anak mempunyai lidah
tifoid, yaitu di bagian tengah kotor dan bagian pinggir hiperemis,
meteorismus, hepatomegali lebih sering dijumpai daripada splenomegali.
Kadang dapat terdengar ronki pada pemeriksaan paru.
Pemeriksaan laboratorium
Darah tepi
24
Anemia, pada umumnya terjadi karena karena supresi sumsum
tulang, defisiensi besi, atau perdarahan usus.
Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/ul
Limfositosis relatif
Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat
Pemeriksaan serologi
Serologi Widal: kenaikan titer S. typhi titer O 1:200 atau kenaikan
4 kali titer fase akut ke fase konvalesens.
Kadar IgM dan IgG (Typhi-dot)
Biakan Salmonela
Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit
Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke-4.
Pemeriksaan radiologis
Foto toraks, apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia
Foto abdomen, digunakan apabila diduga terjadi komplikasi intra-
intestinal seperti perforasi usus atau perdarahan saluran cerna.
Pada perforasi usus tampak distribusi udara tak merata, tampak air
-fluid level, bayangan radiolusen di daerah hepar, dan udara bebas
pada abdomen.
Penyulit
Perforasi usus atau perdarahan saluran cerna: suhu menurun,
nyeri abdomen, muntah, nyeri tekan pada palpasi, bising usus
menurun sampai menghilang, defence musculaire positif, pekak hati
hilang
Ekstraintestinal: ensefalopati tifoid, hepatitis tifosa, meningitis,
pneumonia, syok septik, pielonefritis, endokarditis, osteomielitis, dll.
Diagnosis banding
Stadium dini: influenza, gastroenteritis, bronkitis, bronkopneu-
monia,
Tuberkulosis, infeksi jamur sistemik, malaria.
Demam tifoid berat: sepsis, leukemia, limfoma.
Tata laksana
Medikamentosa
Antipiretik bila suhu tubuh >38,5C. Kortikosteroid dianjurkan
pada demam tifoid berat.
Antibiotik (berturut-turut sesuai lini pengobatan)
25
1. Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kg/hari, oral atau
IV, dibagi dalam 4 dosis selama 10 14 hari, tidak dianjurkan
pada leukosit <2000/l , dosis maksimal 2g/hari atau
2. Amoksisilin 150-200 mg/kg/hari, oral atau IV selama 14 hari
3. Seftriakson 20-80 mg/kg/hari selama 5-10 hari
Tindakan bedah
Tindakan bedah perlu dilakukan segera bila terdapat perforasi usus.
Konsultasi Bedah Anak bila dicurigai komplikasi perforasi usus.
Daftar pustaka
1. Feigin RD, Demmler GJ, Cherry JD, Kaplan SL. Textbook of pediatric
infectious diseases. 5th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2004.
2. Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and practice of pediatric
infectious diseases. 2nd ed. Philadelphia: Churchill & Livingstone; 2003.
3. Gershon AA, Hotez PJ, Katz SL. Krugmans infectious disease of children.
11th ed. Philadelphia: Mosby; 2004.
4. Pomerans AJ, Busey SL, Sabnis S. Pediatric decision making strategies. WB
Saunders: Philadelphia; 2002.
26
PPK: Hipoglikemia
Batasan dan Uraian
Kadar glukosa darah < 60 mg/dL, atau kadar glukosa darah < 80 mg/dL
dengan gejala klinis.
Diagnosis
27
Anamnesis:
Pemeriksaan fisik:
Pucat, diaphoresis,
Tekanan darah
Frekuensi denyut jantung
Penurunan kesadaran
Defisit neurologik fokal transien
Diagnosis banding
Hipoglikemia karena
Obat:
(sering): insulin, sulfonilurea, alkohol,
(kadang): kinin, pentamidine
(jarang): salisilat, sulfonamid
Hiperinsulinisme endogen:
Insulinoma
Kelainan sel jenis lain
Sekretagogue: sulfonilurea
Autoimun
Sekresi insulin ektopik
Penyakit kritis:
Gagal hati
Gagal ginjal
Gagal jantung
Sepsis
Starvasi dan inanisi
Defisiensi endokrin:
Kortisol, growth hormone
Glukagon, epinefrin
Tumor non-sel :
Sarkoma
Tumor adrenokortikal, hepatoma
Leukemia, limfoma, melanoma
Pasca-prandial:
Reaktif (setelah operasi gaster)
28
Diinduksi alkohol
Pemeriksaan penunjang
< 200 0
200 250 5
29
250 300 10
300 350 15
> 350 20
Komplikasi
Daftar Pustaka
3. Cryer PE. Hypoglycemia. In Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL,
Longo DL, Jameson JL. Harrisons Principles of Internal Medicine.15th ed.
New York: McGraw-Hill, 2001:2138-43.
30
Konsultasi
Disiplin ilmu lain sesuai dengan penyakit yang menyertai atau
komplikasi yang timbul.
Perawatan RS
Rawat inap diberlakukan untuk luka derajat II atau III:
- Luka bakar derajat II seluas >10 % pada anak-anak, >15 % pada
dewasa.
- Derajat III > 2 %.
- Luka bakar disertai trauma berat lain, trauma inhalasi.
- Luka bakar listrik.
- Luka bakar mengenai wajah, tangan, kaki, kemaluan, perineum.
Terapi
Didahulukan penanggulangan terhadap gangguan jalan napas dan
sirkulasi.
Perkiraan jumlah cairan dengan menggunakan rumus Baxter: Hari I
diperkirakan memerlukan:
(berat badan dalam kg x % luas luka bakar x 4) cc ringer laktat.
Penyulit
Gangguan saluran napas.
Gangguan sirkulasi bila berlanjut dapat menyebabkan kegagalan
organ multipel.
Kelebihan atau kekurangan cairan maupun elektrolit.
Infeksi pada kulit, saluran napas, saluran kemih.
Ulkus stres.
Parut hipertrofi dan kontraktur, untuk jangka panjang.
Deformitas penampilan yang hebat.
31
SIRS (systemic inflammatory response syndrome).
Informed consent
Perlu tertulis (derajat luka nakar, persentase luka bakar dari total luas
permukaan tubuh, area tubuh yang terkena, penyebab).
Bila dilakukan tindakan debridemen/pembersihan luka bakar atau
penutupan luka kulit untuk penyelamatan atau perbaikan kondisi
dengan risiko kegagalan umum atau kegagalan
penutupan/penambalan skin graft
Standar tenaga
Dokter Umum untuk luka bakar ringan.
Dokter Spesialis Bedah yang berkecimpung pada luka bakar berat.
ParaKedokteran yang berkecimpung pada perawatan luka bakar.
Dokter spesilais bedah plastik.
Lama perawatan
Sangat dipengaruhi oleh kedalaman dan luas luka. Dirawat sampai
luka lebih kecil dari indikasi perawatan.
Masa pemulihan
Sangat bervariasi, mungkin 2 tahun atau lebih bergantung pada
parut yang terjadi.
Luaran
Sembuh dengan kecacatan warna kulit saja sampai kecacatan berat,
tidak dapat menggerakkan sendi.
Kematian.
Autopsi/risalah rapat
Mungkin diperlukan bila terjadi kematian. Luas dan beratnya luka
bakar dapat menjadi penyebab langsung kematian. Penyebab lain
beragntung pada kegagalan fungsi organ yang ditemukan.
32
PPK: Mola hidatidosa
Batasan dan uraian umum
Definisi.
Patologi
Epidemiologi
Manifestasi klinis
Berdasarkan gejala klinik seperti pada tabel diatas.
Diagnosis Diferensial
Perdarahan pervaginam 97 73
Toxemia 27 3
Hiperemesis 26 0
Hipertiroid 7 0
33
Kriteria diagnosis
Berdasarkan gejala klinik seperti pada tabel diatas.
Diagnosis Diferensial
Hamil biasa, Mioma dengan kehamilan
Pemeriksaan penunjang
Beta hCG serum
Thorak photo
Terapi
Kuret hisap
Penyulit
Pemulihan tergantung beberapa factor antara lain factor keadaan umum
pasien, factor pilihan pengobatan, factor stadium penyakit, factor adanya
penyulit infeksi, factor penyembuhan luka.
Informed consent
Penjelasan tentang stadium penyakit, rencana terapi, hasil pengobatan
dan kemungkinan komplikasi pengobatan.
Lama perawatan
Lama perawatan tergantung beberapa factor antara lain factor keadaan
umum pasien, factor pilihan pengobatan, factor stadium penyakit, factor
adanya penyulit infeksi, factor penyembuhan luka.
Out put
Sembuh dengan beta hCG normal
Patologi anatomi
34
Pemeriksaan histologi hasil kuretase
Indikator
Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan beta hCG serum setiap dua minggu sampai 3 kali hasil
pemeriksaan yang normal dan setiap bulan sampai 6 bulan
berikutnya
Daftar pustaka
35
Lampiran 3
Contoh Clinical Pathway
36
37
Lampiran 4
Contoh Protokol
Indikasi
- dermatitis kontak alergi (pembuktian dan mencari etiologi)
- dermatitis kontak iritan dengan DD/DKA
- dermatitis kronis yang belum diketahui penyebabnya
Persiapan
- lesi kulit dalam keadaan tidak aktif
- sebaiknya dilakukan setelah 2 minggu lesi tenang
- tidak mengkonsumsi imunosupresan atau kortikosteroid sistemik
(prednison > 10mg) minimal selama 3 hari sebelum uji atau sesuai
waktu paruh obat
- dapat digunakan alergen standar (Eropa) atau non-standar dengan
pengenceran dan vehikulum yang sesuai
Pelaksanaan
- bahan uji tempel diisikan pada unit uji tempel
- Uji tempel dilaksanakan dengan posisi pasien dalam keadaan duduk
atau tidur
- Pasien diminta untuk membuka pakainan sehingga daerah
punggung atau lengan atas bagian lateral dapat terlihat
- Dilakukan pembersihan lokasi uji dengan kapas alkohol 70%
- Unit uji tempel yang telah diisi, ditempelkan pada lokasi uji dan
ditambahkan plester hipoalergenik di luarnya ( untuk fiksasi )
- Unit uji tempel dibiarkan menempel selama 48 jam. Untuk
menghindari terlepasnya unit uji tempel, selama waktu tersebut
lokasi uji tidak boleh basah dan pasien dianjurkan untuk membatasi
aktivitasnya
38
- Setelah 28 jam unit dibuka, diberi tanda dengan larutan gentian
violet
- Setelah ditunggu 15-30 menit untuk menghilangkan efek tekanan,
hasil uji tempel dibaca sesuai metode ICDRG yaitu :
? ertema
- negatif
IR reaksi iritan
Daftar pustaka
1. Lachapelle JM, Maibach HI. The methodology of patch testing. In:
Lachapelle JM, Maibach HI ed. Patch testing / Prick testing a practical guide.
Berlin: Springer-Verlag 2003: 27-66
2. Wahlberg LE, Elsner P, Kanerva L, Maibach HI. Management of positive
patch test reactions. Berlin: Springer-Verlag 2003.
39
Lampiran 5
Contoh Prosedur
Kontraindikasi
o Pasca-esofagoplatis
o Perforasi esophagus
40
o Stetoskop
o Monitor jantung (bila ada)
Cara
o Pasien ditidurkan telentang dengan kepala lebih tinggi
o Lubang hidung dan orafaring dibersihkan dengan pengisap
secara hati-hati
o Panjang bagian sonde lambung yanga akan dimasukkan
diperkirakan dengan jalan mengukur jarak dari lobang hidung
ke orofaring terus ke esophagus, sampai batas plester barada
di lobang hidung
o Sambil memasukkan sonde, denyut jantung dipantau (awas
bradikardia)
o Semprit dipasang pada pangkal sonde
Bila diisap, cairan lambung akan mengalir keluar, ini
ditampung sesuai dengan kebutuhan
Bila sonde lambung akan dipergunakan untuk
pemberian makanan atau obat. Diperiksa sekali lagi
apakah ujung sonde tersebut betul berada di lambung
(bukan di paru) yaitu dengan memasukkan udara
melalui semprit 5-10 ml dan didengarkan di daerah
lambung dengan stetoskop
Bila sonde lambung akan dipergunakan untuk
dekompresi udara maka pangkal sonde dimasukkan ke
dalam bejana berisis air steril atau air bersih
Sonde difiksasi dengan plester
Catatan
o Pada anak/bayi dengan distress pernapasan sebaiknya sonde
lambung dimasukkan melalui mulut. Caranya sama hanya
sambil mendorong perlahan-lahan anak dimintakan untuk
melakukan gerakan menelan.
o Bila terdapat tahanan sewaktu pemasukan sonde, hendaknya
jangan terus dipaksakan (bahaya perforasi).
41
Lampiran 6
Contoh Algoritme
42
Lampiran 7
43