Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

DEFINISI

1.1 Definisi Clinical Pathway


Clinical pathway (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu
yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar
pelayanan medis/Panduan Praktik Kedokteran (PPK) dan asuhan keperawatan yang
berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama
di rumah sakit. Clinical Pathway juga dikenal sebagai jalur perawatan,jalur
kritis,jalur perawatan terpadu,atau peta perawatan, adalah satu alat utama yang
digunakan untuk mengelola kualitas dalam perawatan kesehatan mengenai
standarisasi proses perawatan.
Perencanaan Clinical pathway merupakan perencanaan secara
multidisipliner dari praktik klinis terbaik,yang berdasarkan standart pelayanan
pasien dan Evidence Based Medicine. Clinical pathway menjadi perangkat
pendokumentasian terintegrasi untuk menstabilkan proses perawatan pasien,yang
secara efektif mengelola hasil perhitungan klinis dan financial dan hasil dari
praktek kolaborasi dan pendekatan tim. Implementasi CP bekaitan dengan Clinical
Govenance dalam rangka menjaga dan meningkatakn mutu pelayanan dengan
biaya yang dapat diestimasikan dan terjangkau.
Dalam era BPJS, Clinical Pathway dan perhitungan cost of care untuk kasus-
kasus yang sering terjadi sangat diperlukan untuk pengendalian mutu dan biaya.
Penerapan tarif paket INA-CBGs menuntut manajemen rumah sakit mampu
mengefisienkan biaya dan mengoptimalkan pengelolaan keuangan serta kendali
mutu,kendali biaya,dan akses melalui perhitungan biaya pelayanan dari masing-
masing. Sehingga Rumah sakit harus membuat Clinical Pathway sebagaia acuan
standar dalam memberikan pelayanan. Berdasarkan standar akreditasi Rumah Sakit
yang mensyaratkan setidaknya 5 Clinical Pathway dari setiap KSM nya.

1
BAB 2
RUANG LINGKUP

Clinical Pathway dikembangkan oleh tim multidisiplin yang terlibat aktif dalam
tata kelola pasien. Clinical pathway terfokus secara interdisipliner, menggabungkan
rencana medis dan perawatan dengan disiplin meliputi pemeriksaan penunjang
(labolatorium dan radiologi), pemberian obat/terapi dan tindakan, serta pemberian
nutrisi. Dalam penentuan biaya pelayanan bekerjasama dengan bagian keuangan dan
BPJS.
Clinical Pathways tersebut dapat merupakan suatu Standar Prosedur Operasional
yang merangkum:
1. Profesi medis: Standar Pelayanan Kedokteran (PNPK/PPK) dari setiap Kelompok Staf
Medis (KSM)
2. Profesi keperawatan: Asuhan Keperawatan
3. Profesi farmasi: Unit Dose Daily dan Stop Ordering
4. Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap dan Operasi dari Kelompok Staf Medis (KSM),
Instalasi dan Sistem Manajemen Rumah Sakit.
Dalam membuat Clinical Pathways penanganan kasus pasien rawat inap di rumah
sakit harus bersifat:
1. Seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan harus secara terpadu/integrasi dan
berorientasi fokus terhadap pasien (Patient Focused Care) serta berkesinambungan
(continuous of care)
2. Melibatkan seluruh profesi (dokter, perawat/bidan, penata, laboratoris dan
farmasis)
3. Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai dengan keadaan perjalanan
penyakit pasien dan dicatat dalam bentuk periode harian (untuk kasus rawat inap)
atau jam (untuk kasus gawat darurat di unit emergensi).
4. Pencatatan CP seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien secara
terpadu dan berkesinambungan tersebut dalam bentuk dokumen yang merupakan
bagian dari Rekam Medis.
5. Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan CP dicatat sebagai varians dan
dilakukan kajian analisis dalam bentuk audit.
6. Varians tersebut dapat karena kondisi perjalanan penyakit, penyakit penyerta atau
komplikasi maupun kesalahan medis (medical errors).
7. Varians tersebut dipergunakan sebagai salah satu parameter dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan.

BAB 3
KEBIJAKAN

2
1. Setiap kelompok staf medis (KSM) menetapkan paling sedikit 5 prioritas dalam
pembuatan clinical pathways atau alur klinis berdasarkan panduan praktik klinis
(PPK) sebagai panduan standarisasi proses asuhan klinik yang dimonitor oleh Komite
medik dengan tujuan sebagai berikut :
a) melakukan standardisasi proses asuhan klinik;
b) mengurangi risiko dalam proses asuhan terutama yang berkaitan asuhan kritis;
c) memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan efisien dalam memberikan
asuhan klinik tepat waktu dan efektif;
d) memanfaatkan indikator prioritas sebagai indikator dalam penilaian kepatuhan
penerapan alur klinis di area yang akan diperbaiki di tingkat rumah sakit;
e) secara konsisten menggunakan praktik berbasis bukti (evidence based
practices) dalam memberikan asuhan bermutu
2. Penerapan dan pelaksanaan clinical pathways berdasarkan panduan praktik klinis
berada di unit pelayanan dimana staf medis memberikan pelayanan kepada pasien
3. Clinical pathways dibuat berdasarkan panduan praktik klinis (PPK). Panduan praktik
klinis adalah istilah teknis sebagai pengganti standar prosedur operasional (SPO)
dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Clinical pathways dibuat lebih ringkas
seperti alur klinis dari panduan praktik klinsinya.

BAB 4
TATA LAKSANA

3
4.1 Penyusunan Clinical Pathway
4.1.1 Pembentukan Tim Clinical Pathways/CP
Tim penyusunan Clinical Pathways sesuai dengan kompetensinya. Tim
penyusun Clinical Pathways terdiri dari staf multidisiplin dari semua tingkat
dan jenis pelayanan. Tim bertugas untuk menentukan dan melaksanakan
langkah-langkah penyusunan clinical pathway.
4.1.2 Penyusunan Clinical Pathways
1. Mengidentifikasi fokus area prioritas yang akan dibuat Clinical Pathways
diambil berdasarkan laporan data bulanan dari bagian Rekam Medis RSI
Surabaya. Setiap KSM diharapkan dapat membuat 5 Clinical pathways
2. Pilah jenis penyakit yang akan dibuat Clinical Pathways berdasarkan tingkat
morbiditas dan mortalitas penyakit yang memenuhi kriteria high cost, high
risk, high volume, Problem Pronedisesuaikan dengan panduan Clinical
Pathways yang dimiliki Rumah sakit.
3. Mengidentifikasi DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien)/key players.
Identifikasi key players bertujuan untuk mengetahui siapa saja yang terlibat
dalam penanganan kasus atau kelompok pasien yang telah ditetapkan untuk
merencanakan focus group dengan key players bersama dengan pelanggan
internal dan eksternal.
4. Melakukan studi literatur sesuai dengan panduan atau pedoman pelayannan
yang diterbitkan oleh organisasi masing-masing spesialis.
5. Melakukan diskusi kelompok terarah. Diskusi kelompok terarah atau focus
group discussion (FGD) dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dan
menyesuaikan dengan kemampuan/fasilitas rumah sakit serta untuk
mengenal kesenjangan antara harapan pelanggan dan pelayanan yang
diterima. Lebih lanjut diskusi kelompok terarah juga perlu dilakukan untuk
memberi masukan dalam pengembangan indikator mutu pelayanan klinis dan
kepuasan pelanggan serta pengukuran dan pengecekan.
6. Menyusun pedoman klinik dengan mempertimbangkan hasil site visit, hasil
studi literatur (berbasis bukti ilmiah) dan hasil diskusi kelompok terarah.
7. Menganalisis bauran kasus. Analisis bauran kasus dilakukan untuk
menyediakan informasi penting baik pada saat sebelum dan setelah
penerapan clinical pathway, meliputi: length of stay, biaya per kasus, obat-
obatan yang digunakan, tes diagnosis/pemeriksaan penunjang yang
dilakukan, intervensi yang dilakukan, praktisi klinis yang terlibat, nutrisi yang
diberikan dan komplikasi.
8. Menetapkan sistem pengukuran proses dan outcome. Contoh ukuran-ukuran
proses antara lain pengukuran fungsi tubuh dan mobilitas, tingkat kesadaran,

4
temperatur, tekanan darah, fungsi paru dan skala kesehatan pasien (wellness
indicator).
9. Menyusun dokumentasi Clinical Pathways dan dikonsultasikan dengan
Direktur. Penyusunan dokumen clinical pathway perlu memperhatikan contoh
format clinical pathway dari panduan CP organisasi profesi, ukuran kertas,
tepi dan perforasi untuk filing. Penyusunan form Clinical Pathways
dikoordinasikan dengan Unit Rekam Medis untuk melihat kesesuaian format
dengan dokumentasi Rekam Medis lainnya.
4.2 Pengisian Clinical Pathway
1. Mensosialisasikan mengenai program Clinical Pathways kepada seluruh tim
mulai dari dokter, dokter spesialis, perawat , tim gizi, dan tim farmasi.
2. Menyediakan Form Clinical Pathways di status rekam medis. Format Clinical
Pathways berupa tabel yang kolomnya merupakan waktu ( hari,jam),
sedangkan barisnya merupakan observasi/ pemeriksaan/ tindakan /intervensi
yang diperlukan. (format di lampiran)
4. Mengisi Clinical Pathways pada lembar rekam medis.
5. Bagian yang diisi oleh Dokter :
a. Nama lengkap pasien
b. Hari rawat ( dengan angka)
c. Hari Sakit ( dengan angka)
d. Diagnosa utama dan penyerta
e. Komplikasi yang muncul dan saat komplikasi muncul sesuai dengan hari
rawat.
f. Pemeriksaan penunjang ( jenis sesuai dengan panduan dan pada hari rawat
ke berapa )
g. Tindakan( jenis sesuai dengan panduan dan pada hari rawat ke berapa)
h. Obat –obatan ( jenis sesuai dengan panduan dan pada hari rawat ke berapa)
i. Mobilisasi ( jenis sesuai dengan panduan dan pada hari rawat ke berapa)
j. Outcome ( Vital Sign )
k. Pendidikan dan rencana Tindak lanjut
l. Varians ( bila ditemukan )
m. Mengisi nama dan tanda tangan DPJD
6. Pengumpulan Clinical Pathways setelah selesai perawatan pada Unit Rekam
Medis
7. Mengevaluasi kegiatan uji coba dilakukan oleh Tim Clinical Pathways
8. Revisi / penetapan dan penggandaan form Clinical Pathways.
9. Pasien dikeluarkan dari panduan Clinical Pathways dan dirawat dengan
perawatan biasa bila selama perawatan terjadi salah satu hal – hal berikut :
a. Apabila diagnosa utama pasien berubah
b. Tidak terdapat perbaikan klinis dalam waktu 48 jam.
c. Pasien mengalami kondisi klinis yang memburuk atau komplikasi atau
terdapat komorbiditas tertentu.
10. Pada saat Clinical Pathways dihentikan maka dokter dan perawat tetap
menuliskan progress kondisi pasien dengan SOAP yang kemudian dilengkapi
dengan rencana terapi yang terbaru.
4.3 Evaluasi Clinical Pathway

5
1. Mengumpulkan Clinical Pathways setelah selesai perawatan pada instalasi
Rekam Medis
2. Mengevaluasi kegiatan uji coba dilakukan oleh Tim Clinical Pathways
3. Evaluasi pelaksanaan Clinical Pathways seperti pada implementasi dilakukan
oleh Tim Clinical Pathways
a. Komite Medik dan terutama Sub Komite Mutu Profesi dilibatkan dalam
proses evaluasi, yaitu akan menilai lama rawat, varian kesesuaian
tatalaksana, dan audit klinis.
b. Unit Rawat inap akan membahas mengenal lama rawat, asuhan
keperawatan, audit manajerial serta kepatuhan dalam pengisian .
c. Unit Rekam Medis akan melengkapi ICD dan kelengkapan berkas rekam
medis.
d. Unit BPJS RSI bersama Kepala Bagian Pelayanan Medis akan menghitung
kesesuaian realisasi pembiayaan dengan INA CBG’S serta menilai
keefektifitan proses pelayanan dengan ataupun tanpa Clinical Pathways .
4. Menganalisis hasil evaluasi Clinical Pathaways dan membuat kesimpulan.
kesimpulan yaitu berupa kegiatan tindak lanjut untuk menigkatkan kesuksesan
penggunaan form Clinical Pathways. Dibuat pula suatu form laporan
pelaksanaan evaluasi yang ditampilkan dalam lampiran.
5. Merevisi form Clinical Pathways bila berdasarkan hasil kesimpulan kurang
tepat diImplementasikan di RSI .
6. Melaporkan hasil evaluasi pelaksanaan Clinical Pathways kepada Direktur
7. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan laporan
8. Ditambahkan 1 (satu) Clinical Pathways setiap tahunnya berdasarkan prioritas
yang diusulkan oleh KSM terkait kepada Direktur melalui Komite Medik.

BAB 5
DOKUMENTASI

Pendokumentasian dalam pelaksanaan kegiatan pembuatan hingga monitoring clinical


pathaway meliputi :
1. Format form clinical pathway : untuk pembuatan clinical pathway
2. Form clinical pathway yang telah disahkan
3. Form clinical pathway yang telah terisi
Berikut contoh Form Clinical Pathway :

6
7
BAB 6
PENUTUP

Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan pembuatan buku Panduan Clinical


Pathways Rumah Sakit Islam Surabaya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
dengan baik dan lancar, semua ini berkat kerjasama yang baik semua pihak baik
dukungan Direksi dan partisipasi semua pihak.
Kami berharap Panduan Clinical Pathways Rumah Sakit Islam Surabaya ini dapat
menjadi acuan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan program
Clinical pathways di Rumah Sakit Islam Surabaya. Bila ada kekurangan dalam buku
pedoman ini maka dikemudian hari akan dilakukan perbaikan.

Surabaya, 23 Jumadil Awal 1440 H


30 Januari 2019 M

Mengetahui,
Ketua Komite Medik Direktur

dr. Andi Roesbiantoro,Sp.THT-KL dr. H. Samsul Arifin, MARS

Anda mungkin juga menyukai