Anda di halaman 1dari 323

ARIEF DARJANTO

SRI MULATSIH
WIDIASTUTIK

FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

D-IE FEM
IPB
2010
BAB I PENDAHULUAN

Ekonomi Industri mempelajari:


1. Faktor2 yg mempengaruhi Struktur,
Perilaku, dan kinerja pasar industri
2. Bgmn mengorganisasikan industri
3. Dampak organisasi industri thd
perekonomian nasional
4. Kebijakan utk mengefisienkan perusahaan,
industri dan perekonomian nasional
Konsep Dasar
Pd setiap pasar perusahn berusaha memperoleh pangsa
pasar yg besar utk memaks keuntungan
Persh bersaing: tdk ada yg memperoleh pangsa pasar
besar. Harga pasar rendah dan merangsang perusahaan
efisien dan inovatif
Persh dominan: berperilaku monopoli sbg price maker,
dengan mengatur produksi. Harga pasar tinggi, inefisien,
tdk inovatif dan menimbulkan ketidak adilan distribusi
pendapatan.
Biaya monopoli bisa tertutupi oleh efisiensi skala ekonomi
dan inovasi
KURVA PERMINTAAN PERUSAHAAN

Perusahaan monopolis

D1
D2
D3
Persaingan sempurna

0 Q
TIPE PASAR PANGSA CONTOH
PASAR (%)
1. Monopoli 100 PLN, PAM
2. Persh Dominan 50-99 Koran lokal
3. Oligopoli ketat 4persh 60- Bank, TV
100,
4. Oligopoli longgar 4persh 40 Furniture

5. Persaingan Bbrp pesaing, Retailer


monopolistik maks 10/persh

6. Persaingan murni Pesaing >50 Pertanian


UKURAN-UKURAN:
-kondisi permintaan (elastisitas)
-kondisi penawaran (skala ekonomi, ekonomi vertikal)

STRUKTUR:
-Distribusi perusahaan PERILAKU:
-Pangsa pasar -Kerjasama dengan pesaing
-Konsentrasi -Strategi melawan pesaing
-rintangan masuk, dll -Advertensi

KINERJA
-harga dan pola keuntungan
-X-efisiensi
-Efisiensi alokasi
-kemajuan teknologi (inovasi)
-Keseimbangan distribusi, dll

Gambar Pendekatan SCP


Syarat Persaingan
Jumlah perusahaan 2
Konsumen punya pilihan pemasok terbaik
(harga rendah kualitas baik)
Para pesaing terbuka dan bebas (tidak ada
persyaratan), hanya perlu usaha dan
kemampuan
Perusahaan yang bersaing kondisinya
seimbang (modal, aset, teknologi dll)
Persaingan antar perusahaan
Keuntungan bersama yang kontinu
Kekuatan pasar satu perusahaan bersifat sementara
karena segera dinetralisir perusahaan lain
Persaingan yang efektif: tidak ada perusahaan yang
memenangkan pangsa pasar , perusahaan akan
saling menekan sehingga harga mendekati
biayanya.
Menurut Liberalist: adil dan efisien karena hanya
pesaing yang terbaik (superior) yang akan menang
BAB II
HUBUNGAN
STRUKTUR DAN
KINERJA
Aspek Kinerja

Efisiensi alokasi Sumberdaya


Kemajuan Teknologi
Keadilan dalam Distribusi
Dimensi lain
EFFISIENSI SD
Efisiensi internal: mengelola karyawan shg
bisa bekerja maksimum tanpa rasa jenuh.
Ineffiensi umumnya antara 0-10%

Inefisiensi-X:
biaya produksi > biaya minimum yang bisa dicapai

Kelebihan Biaya (excess cost)


Tingkat in-efisiensi:
Biaya seharusnya (actual cost)
EFFISIENSI SD lanjutan..
Indikator in-efisiensi:
Karyawan bisa kerja lebih produktif hanya jika ada tekanan
Keuntungan perusahaan berkurang
Gambar. Beberapa Kemungkinan Kurva AC
In-efisien tinggi
B D In-efisien rendah
A Efisien
C

Q1 Q2
EFFISIENSI lanjutan
Effisiensi alokasi: P=LRMC=LRAC; surplus konsumen
(SK) besar.

harga harga

SK
Harga
Harga Tambahan SK
awal
turun
D
D
Q1 Q1 Q2
Makin elastis kurva permintaan (contoh barang2
pokok), Surplus Konsumen makin kecil

SK besar
SK kecil

Tidak Elastis Elastis


KEMAJUAN TEKNOLOGI
Pembaharuan teknologi: penawaran produk
baru yang berkualitas dengan harga jual
rendah, sehingga keuntungan konsumen
bertambah
Pada kondisi sumberdaya terbatas, teknologi
diarahkan utk efisiensi input
Perlu riset tentang energi alternatif dimasa
yad. (penggunaan energi matahari,
gelombang laut dll)
3 dimensi Equity
(keadilan dalam distribusi)
Kesejahteraan: dinilai dengan uang
Pendapatan: dinilai dengan uang
Kesempatan: peluang seseorang untuk
mengembangkan bakat dan kemampuannya
Tujuan lain dari kinerja
Mencakup nilai sosial dan budaya seperti:
Kebebasan memilih
Menghindari resiko (kerugian) (hilangnya
pekerjaan karena perusahaan bangkrut)
Kepuasan kerja
PERSAINGAN DAN KINERJA

Pada kondisi tertentu, persaingan bisa


mewujudkan tujuan dari kinerja
(efisiensi, kemajuan teknologi, equity
dan nilai sos-bud)
Asumsi Persaingan Sempurna
1. semua pihak yg terlibat (konsumen, produsen) punya
pengetahuan sempurna;
2. sumberdaya dan semua pihak mobilitasnya sempurna
3. semua berperilaku rasional
4. preferensi, teknologi dan faktor lain stabil shg dicapai
keseimbangan
5. tdk ada saling ketergantungan di luar pasar
6. pangsa pasar setiap perusahaan kecil (konsumen dan
perusahaan price taker)
Keterbatasan Pasar Bersaing
Ekternalitas: harga yg dibayar sektor swasta bukan biaya
riil (social cost) karena tidak memasukan biaya ekternal
(e.g. biaya polusi yg ditimbulkan)
Ketidak-adilan distribusi pendapatan. Pemilik modal
memperoleh keuntungan maksimal, upah buruh minimal
Pembaharuan teknologi: efisiensi bersifat dinamis,
karena teknologi. Perubahan teknologi hanya dilakukan
perusahaan bermodal besar, shg perusahaan kecil tidak
mampu bersaing.
Pengaruh produsen: thd konsumen melalui iklan
Nilai sosial budaya: persaingan bisa saling mematikan,
terutama antara perusahaan besar dgn yg kecil
EFEK KEKUATAN MONOPOLI
Terjadinya monopoli: perusahaan mampu
mengontrol pasar melalui
1. Mengurangi barang yg ditawarkan ke pasar
untuk meningkatkan harga atau sebaliknya
2. Mengubah sifat produk
3. Memperlambat inovasi
4. Menetapkan keuntungan yg akan diperoleh
EFEK KEKUATAN MONOPOLI
Ciri monopoli:
Menghadapi kurva permintaan menurun dari
kiri atas ke kanan bawah, sehingga
perusahaan punya pilihan harga dan jumlah
barang yg diproduksi
Monopoli 100%; kurva permintaan
perusahaan sama dengan kurva permintaan
pasar
Monopoli <100%; Kurva permintaan persh di
bawah kurva permintaan pasar
INDIKATOR KEKUATAN MONOPOLI
pangsa pasar: persentase penjualan
perusahaan thd penjualan total pasar tinggi
Rintangan masuk pasar
SUMBER KEKUATAN MONOPOLI
Merger
Skala ekonomi
Inovasi yg superior
Taktik persaingan curang
Pengiasaan input kunci
Dukungan pemerintah: hak paten; frachises;
dan kerjasama dengan pemerintah
BAB III

STRUKTUR PASAR
DAN TINGKAT PERSAINGAN
Definisi Pasar
Pasar: sekelompok penjual dan pembeli yg saling
menukar barangnya
Pasar geografis: Pasar di daerah tertentu, harganya
tidak dipengaruhi oleh pasar (barang yg sama) dari
daerah lain
l Pasar dibatasi Dji Sam Soe
Oleh : dimensi
Wismilak
produk
dan dimensi
wilayah Gudang garam
Bentoel

Gbr.1 Pasar Rokok sesuai


Dunhill Marlboro
dengan wilayah
Dimesi Produk
Elastisitas silang: 2 produk yg punya daya
substitusi tinggi, harga saling berpengaruh
sehingga pasarnya jadi satu
Produk yg daya substitusinya tinggi,
harganya relatif sama, sebaliknya barang
yg sama harga bisa berbeda, bila pasar
(pembelinya) berbeda (segmentasi pasar)
Dalam satu pasar, pembeli dan penjual
memiliki informasi yg lengkap tentang
produk dan harga yg ditawarkan pasar
Elastisitas permintaan silang
Elastisitas silang: mengukur daya
substitusi 2 barang

%Perubahan permintaan barang 2


Es barang 1 dan 2 =
% perubahan harga barang 1

Contoh, kenaikan harga printer laser (barang 1),


akan meningkatkan permintaan printer inkjet
(barang 2) yg harganya lebih murah
Dimensi Geografi
Luas pasar geografis diukur dgn:
Biaya transpor relatif terhadap nilai barang: pasar
batu bata wilayahnya kecamatan, pasar berlian
wilayah internasional
Jarak terjauh batas pengiriman (distribusi) barang
Wilayah yang volume ekspor (>10%) dan impor
(>10) barang tsb jumlahnya lebih dari 20% jumlah
konsumsi wilayah.
Tingkatan Pasar
Barang yg sama luas pasar geografisnya berbeda
Contoh pasar surat kabar:
Kompas: pasar geografisnya nasional (termasuk
Bogor)
Radar Bogor: pasar geografisnya khusus
(kota/kabupaten) Bogor
Tingkatan Pasar
Luas pasar geografis diukur dgn:
Biaya transpor relatif terhadap nilai barang: pasar
batu bata wilayahnya kecamatan, pasar berlian
wilayah internasional
Jarak terjauh batas pengiriman (distribusi) barang
Wilayah yang volume ekspor (>10%) dan impor
(>10) barang tsb jumlahnya lebih dari 20% jumlah
konsumsi wilayah.
Elemen Struktur Pasar
1. Pangsa pasar: menunjukkan kekuatan pasar
Nilai: antara 0-100% dari penjualan total pasar.
Makin besar pangsa pasar: keuntungan
perusahaan makin besar (karena penjualan
produk dan harga saham naik)

Rate of return Capital = a + bM =

M: pangsa pasar (%) a: biaya modal investasi


b: derajat kemiringan : rate of return modal investasi
100%
Pangsa Pasar dan Struktur pasar
100%
pangsa

pangsa
Perusahaan dominan
Monopoli
50- 50-

0 0
Jumlah perusahaan
Jumlah perusahaan
100% 100%

pangsa
pangsa

Oligopoli ketat Persaingan ketat

50- 50-

0 0
Jumlah perusahaan Jumlah perusahaan
Keuntungan

Tambahan
keuntungan
akibat
pangsa naik

b
a

Biaya modal investasi

Pangsa pasar
Gbr hubungan Pangsa dengan keuntungan
Pangsa pasar lanjutan

Tambahan keuntungan dari kenaikan pangsa pasar


tergantung dari:
Kurva permintaan: apakah
harga tunggal: harga sama untuk semua konsumen
Harga diskriminasi: kelompok konsumen yg elastis harga
rendah, kelompok inelastis harga tinggi. Dengan
diskriminasi keuntungan meningkat
Skala ekonomis (pangsa naik, skala usaha juga
naik)
Skala naik makin efisien: keuntungan makin besar
Skala naik menjadi disekonomis: tetapi diimbangi dg
kekuatan monopoli, sehingga keuntungan tetap naik.
Elemen Struktur Pasar lanjutan

2. Concentration Ratio (CR): Pangsa pasar kelompok


2 sampai 8 perusahaan (umumnya 4 perusahaan)

Nilai: antara 0-100% dari penjualan total pasar.


Makin besar CR: keuntungan industri (gabungan
seluruh perusahaan sejenis) makin besar
Sebagian besar peningkatan keuntungan tsb
dinikmati kelompok CR,
Agar keuntungan tetap tinggi, kelompok CR
berusaha meningkatkan CR-nya, sehingga
tercipta barier to entry
ANALISIS STRUKTUR INDUSTRI
(Kuncoro, 1997)Jika CR4= 40% struktur
industri oligopoli.
Stigler (Hasibuan 1993), industri berstruktur
oligopoli bila konsentrasi industri >60%
Perilaku kelompok CR tergantung:

Jika CR nilainya sama dengan pangsa


(gabungan) perusahaan kecil sisanya, maka
tidak ada perilaku oligopoli
Derajat saling ketergantungan antar anggota
CR: bekerjasama; bersaing, tidak ada
strategi sama sekali dalam penetapan harga
(saling mengabaikan)
Struktur internal kelompok CR:
Simetris: pangsa anggota relatif sama
Tidak simetris: ada perusahaan yg dominan
Hubungan konsentrasi dengan keuntungan
Keuntungan %

Persamaan
kontinu

50% 100%
Konsentrasi
Keuntungan %

Persamaan
patah

50% 100%
Konsentrasi
Elemen Struktur Pasar lanjutan

3. Barrier to Entry (BTE): Hambatan memasuki pasar


Bentuk hambatan: hak paten, hak dari
pemerintah (HPH dll), franchise, penguasaan
teknologi
Derajat hambatan: free entry, rendah,
sedang, tinggi
Pengatuh BTE terhadap anggota CR:
BTE tinggi: pasar perush dominan makin kuat
BTE rendah: jangka pendek persh dominan tdk
terpengaruh
TINGKAT DAN KONSEP PERSAINGAN PARSIAL

1. Perusahaan dominan:
Menguasai 40% pangsa pasar
Perilaku seperti monopoli murni (kurva
permintaan dan marginal revenue miring)
Keputusan utk memaks keuntungan
dilakukan sepihak (tdk memperhitungkan
persh kecil) dengan meningkatkan harga
atau diskriminasi (makin monopoli,
diskriminasi makin lemah)
Pendapat Josep A. Schumpeter dalam
bukunya creative destruction (1944):
jangka panjang perusahaan dominan
menghadapi pasar persaingan
Jangka
Menarik persh Inovasi produk
pesaing andalan
Panjang

Keuntungan tinggi Mendominasi


pasar

Persh dominan Persh baru


(Perilaku monopoli mendominasi
Temporer) (Perilaku monopoli
Temporer)
TINGKAT DAN KONSEP PERSAINGAN PARSIAL
Lanjutan.

2. oligopoli: ketat atau longgar


Kekuatan pasar dari sekelompok (kecil) persh
terkemuka
Saling tergantung: tiap persh mengamati
perilaku persh lain utk menetapkan strategi
persh-nya
Perilaku oligopoli: bisa saling mengalahkan
pesaing, bekerja sama, atau bersepakat (dalam
penetapan harga) utk memaks keuntungan,
tergantung dari keseimbangan informasi yg ada
Dorongan Oligopoli utk bergabung

Kerjasama oligopoli (kolusi) ada peluang,


anggota berbuat curang, menurunkan harga
(dibawah harga kesepakatan) utk meningkatkan
keuntungan
Kerjasama yg rapi akan mengarah ke monopoli
dimana keuntungan tinggi tapi inovasi rendah
Persaingan menimbulkan perang harga tapi
inovasi agresif
Dengan bergabung, perang harga bisa dicegah,
inovasi tetap jalan
Dorongan Oligopoli utk berkolusi

Kesamaan kondisi (biaya dan atau permintaan)


Pemahaman antar persh. Tiap manager selalu
berusaha memahami pesaing, shg mengurangi
kesalahpahaman dan menumbuhkan rasa
saling percaya
Derajat CR makin tinggi menciptakan banyak
kesepakatan karena:
Makin sedikit anggota kelompok CR, kesepakatan
makin mudah dilakukan
Pelanggaran thd kesepakatan oleh satu persh lebih
mudah dikenali kemudian diberi sangsi
Bentuk kolusi
Kolusi bertujuan mempertahankan keuntungan
yg telah didapat dan meningkatkan posisi tawar
(bargaining position) dg pihak lain
Kolusi langsung (disebut kartel), dibentuk utk
mengelola korporasi (contoh OPEC).
Manager kartel menetapkan kesepakatan (harga,
quota produksi, investasi dan mbagi keuntungan)
serta menghukum anggota pelanggar.
Kolusi terselubung: eksplisit, informal, tatanan
lepas.
Pengatutan harga dlm bentuk lebih halus (tacit
collusion, atau paralel pricing atau price signaling)
Tidak ada perjanjian mengikat karena akan
bertentangan dgn undang-2 setempat yg berlaku.
Oligopoli ketat cenderung berhasil melakukan
kolusi terselubung seperti halnya kartel
Oligopoli longgar (CR<40%), cenderung
bersaing antar persh.
TINGKAT DAN KONSEP PERSAINGAN PARSIAL
Lanjutan.

3.Persaingan monopolistik (e.g.: retail, spmarket)


Taraf pemusatan rendah, tapi tiap persh
memiliki sedikit derajat monopoli
Kurva permintaan landai (pilihan harga sedikit),
pangsa persh <10%.
Ada perbedaan produk (fisik, merek atau
lokasi), shg konsumen bisa memilih
Free entry; adanya pesaing baru kurva
permintaan bergeser kebawah, sampai
menyinggung biaya rata-rata
Tidak ada saling ketergantungan, tiap persh,
merasakan tekanan pesaing dalam pasar
Gbr. Kurva Persaingan monopolistik
(b)
Biaya/ (a) Biaya/
Harga = biaya
harga Harga >biaya harga
Keuntungan 0
Keuntungan positif

MC MC
Iddle
P capacity
keuntungan P
AC AC
D

D
MR
MR
qS qL
output output
MC=MR MC=MR
Harga >AC Harga=AC
INDEKS KONSENTRASI ANALISIS
STRUKTUR INDUSTRI
Mengukur konsentrasi Industri dg 2 indikator: rasio
konsentrasi (CR) dan Indeks Herfindahl-Hirscman
(IHH)
CR4 (pangsa 4 persh) & CR 8 (pangsa 8 persh)
terbesar dalam industri.
IHH: penjumlahan kwadrat pangsa pasar dalam
suatu industri.
Nilai IHH antara 0 1. IHH = 1 mendekati
monopoli; IHH =0 mendekati PPS.
BAB IV
STRUKTUR PASAR RIIL
Komponen Struktur Pasar
Tujuan semua persh, adalah keuntungan, shg
tingkat keuntungan menggambarkan kinerja
persh.
Komponen struktur pasar yg mempengaruhi
keuntungan: Pangsa pasar (utama), CR4, barrier
to entry (BTE), Inovasi dan efisiensi
Gbr. Hubungan Komponen
Keuntungan %
curam
struktur pasar dgn
Tingkat keuntungan
b

0 100
Pangsa pasar Keuntungan %
Keuntungan %

landai
b

0
100 rendah sedang tinggi BTE
0
CR4
Menghitung konsentrasi
Data BPS berdasarkan kode ISIC, dari ISIC 311-
312 (industri hilir bahan makanan) sampai 371
(industri hulu, bahan dasar besi/baja)
Data time series (melihat perkembangan CR4)
lebih berarti dari pada cross section
(membandingkan CR4 antar industri), karena
tiap industri memiliki CR4 yg spesifik
POLA PASAR AKTUAL
Hubungan CR4 dengan tingkat keuntungan
CR4 dgn pertumbuhan pasar
CR4 dengan jumlah persh
Industri tembakau dan barang gelas: jumlah
persh berkurang, CR4 naik
Industri barang plastik: industri masuk tapi skala
kecil, CR4 naik
Contoh CR4 bbrp industri
Kode CR4 (%) Jumlah Persh
ISIC
1980 1985 1980 1985
311 17,94 08,47 1020 1523
352 28,70 17,55 345 474
363 48,47 38,70 330 478
384 33,16 28,91 112 200
390 69,41 63,48 83 135
Friedman: 3 alasan CR4 naik
Teknis: Industri tertentu akan semakin efisien bila
dikerjakan oleh beberapa perusahaan saja
Intervensi Pemerintah: pajak, tarif, UMR bisa
menghambat persh baru utk masuk dalam
industri, memudahkan persh dominan
menyingkirkan pesaing
Perilaku Kolusi Perusahaan: perluasan yg
dilakukan beberapa persh
BAB V

KONSEP EKONOMI DAN


DISEKONOMI
PENENTU STRUKTUR PASAR
PASAR MONOPOLI
EKONOMISASI PERLUASAN SKALA
PRODUKSI MEMPENGARUHI TERJADINYA
KEKUATAN PASAR
EKONOMISASI TSB DPT MENGIMBANGI
KERUGIAN MONOPOLI, SELAMA BIAYA
PRODUKSI RENDAH
PERLUASAN MELALUI PENGOPERASIAN
PABRIK YG MASIH IDLE ATAU
PENGGABUNGAN PERSH SEJENIS
1. AC sama pada skala
AVERAGE produksi B sampai A
COST
2. MES dicapai pada skala
B (pangsa 10%)
3. Agar tdk monopoli,
sebaiknya brp pangsa
pasar yg dibolehkan

Kelebihan
Bagian pasar

B A OUTPUT
10% 50%
TEORI DASAR
Ekonomisasi untuk mencapai MES bisa melalui: penggabungan
AC bbrp persh atau pengoperasian pabrik yg masih idle

Gradien curam Gradien landai


Kisaran MES kecil Kisaran MES lebar

1
2

49% 50% 51%


9% 10% 11%

output
MES 1 MES 2
di atas atau di bawah MES
AC akan naik (boros) Ada kisaran diatas atau dibawah
MES; AC relatif sama
Macam-macam kurva AC
A: persaingan alami (skala kecil sudah mencapai MES)
B: tidak dapat ditentukan (bisa besar/kecil; kisaran MES
panjang)
C: oligopoli alami
D: Monopoli (harus skala besar baru dicapai MES)
AC
A D

C
B

Skala produksi
MES A 10% MES C 20%
MES D 90%
TEKNOLOGI

Pemilihan teknologi tergantung dari harga


faktor produksi dan harga output
Jangka pendek perusahaan berproduksi
dengan teknologi yg tetap (statik efficiency
Periode (berapa th) Jangka pendek ter-
gantung dari nilai ekonomis capital (mesin)
Jangka panjang mengubah metode produksi
(optimal invesment dan Innovation
Macam-macam faktor produksi

Faktor produksi tetap: investasi barang kapital,


tenaga kerja, lahan, kontrak pembelian input
jangka panjang
Faktor produksi tidak tetap (variabel): sewa
barang kapital, tenaga kerja, lahan, pembelian
input
Biaya Ekploitasi
Yaitu: intput yg digunakan utk menghasilkan
beberapa macam barang (tidak selalu faktor
produksi tetap)
Perhitung biaya ekploitasi bisa double
accounting
Biaya eksploitasi banyak terjadi pada
perusahaan yg menyediakan jasa umum
(Kereta api, telpon, listrik)
Biaya ekploitasi yg tinggi mengakibatkan
diskriminasi harga dan pemotongan harga
(cyclical price cutting) semakin tinggi
Technical Vs Pecunairy Economis

Technical economis: berkaitan dengan skala


usaha (pada MES)
Pecunairy economis: Pemotongan harga krn
membeli dalam jumlah besar; insentif karena
berproduksi efisien
Biaya Rata-rata
Dipengaruhi oleh faktor internal (e.g.
teknologi), dan faktor ekternal (e.g. harga
BBM/ biaya distribusi)
Biaya distribusi naik, lebih efisien bila pabrik
dalam skala kecil, tapi menyebar di wilayah
pasar.
Kurva biaya rata-rata, spesifik utk tiap skala
produksi, tiap waktu dan tiap lokasi
X-efisiensi: disebabkan oleh managemen,
berbeda dengan ekonomisasi skala produksi
AC

AC1

AC2

AC3

AC4

0 output

Gbr. Pergeseran Kurva Biaya Rata-rata


SUMBER PENGHEMATAN PROSES PRODUKSI

Spesialisasi mesin dan tenaga kerja:


menghindari pemborosan waktu pergantian tugas,
dan efisien karena dikerjakan ahlinya
Biaya mesin per unit output turun (production
specific ekonomi)
Managemen:
Menejer mengorganisasikan ratusan pekerja
Didukung sistem informasi (komputer, telp)
Persh besar cukup dgn managemen sentral
SUMBER PEMBOROSAN
BIAYA EKSTERNAL: TRANSPORTASI DISTRIBUSI
OUTPUT SEMAKIN MENINGKAT DG TINGGINYA
OUTPUT
KURVA PERKEMBANGAN PROSES PRODUKSI
(LEARNING CURVE): PADA TAHAP BELAJAR AC
TINGGI, KEMUDIAN MENURUN.
Perusahaan leader selalu memimpin perusahaan
lain yg baru masuk
Gbr. Peningkatan biaya
transpor mengurangi skala opt Rata-2 Biaya
AC
produksi dan
Transpor (P+T)

Q2 output
Q1
T+P min
P min
Gbr. Learning Curve
AC Makin banyak pengalaman berproduksi:
Pekerja makin trampil
Mesin dirombak sesuai kebutuhan

C= paling cepat
untung

0 Q1 Q2 Q3 Output kumulatif
Perusahaan Multiplant
MES perusahaan datar: bisa membangun
pabrik berapapun; tiap pabrik di MES pabrik
MES perusahaan Parabola: penambahan
pabrik pada penurunan AC, jumlah pabrik
sesuai MES perusahaan
AC
AC tetap meskipun persh
menambah jumlah pabrik

AC naik dgn multiplan


Yg diseconomis

AC pabrik

AC turun dgn multiplan


Yg economis
AC

Gbr. Kurva Umum AC Multiplant

AC pabrik

AC persh

MES Persh output


BAB 6
STRATEGI PENETAPAN
HARGA
DALAM OLIGOPOLI
DASAR TEORI INTERDEPENDENSI
Prinsip oligopoli: interdependensi antar
pesaing, saling mempengaruhi pd pasar yg
sama.
Oligo: 2 15 perusahaan
konsentrasi Oligopoli: ketat (konsentrasi
tinggi) atau longgar (konsentr. rendah)
motivasi: kolusi atau bersaing
KECENDERUNGAN PASAR OLIGOPOLI

Harga & ciri produk cenderung


sama
Pembeli (pasar) tsebar dibbrp
lokasi dan terdistribusi normal
(Gbr.1)
Duopolis (2 pesaing) semua
berope-rasi dilokasi yg sama yi
pusat pasar.
Keseragaman (harga, produk dan
Kepadatan Konsumen Konsumen padat

Lokasi persh

(a) Lokasi Konsumen terdistribusi normal

(b) Lokasi konsumen merata

Gbr. 1 Oligopoli ketat: 2 persh beroperasi di pusat pasar


Idealnya pada kondisi (b) persh
terdistribusi di seluruh wilayah
Utk memudahkan kerjasama,
persh berkelompok di tengah
(misalnya menetapkan harga
monopoli)
Model Duopoli

Asumsi model: dua persh punya


kekuatan sama
Ada dua model: Cournot (1830)
dan Bertrand (1883)
Model Duopoli cournot
(strategi output)
Variabel keputusan: jumlah
output,
Awalnya tiap persh berasumsi
output lawan tetap
utk menambah profit, satu persh
mubah jumlah output, kemudian
dibalas persh lain, seterusnya
hingga perang output.
Model Duopoli cournot lanjutan..
Hanya satu harga berlaku di pasar
(makin besar output harga turun
dan sebaliknya).
Kompetisi 2 persh dalam output
akan meningkatkan skala usaha,
akibatnya harga mendekati biaya
marginal (seperti pasar bebas)
Model duopoli Bertrand
Strategi harga
variabel keputusan: Harga
Reaksi satu persh thd pesaing adalah
dgn mengamati harga yg ditetapkan
pesaing
Persh mulai pd harga tinggi; kemudian
perang harga, sampai dicapai harga
kompetitif pd keseimbangan pasar.
Utk mengatasi kompetitif perlu
tindakan untuk memaks keuntungan:
merger atau koordinasi
Game theory

1960: Von Neumann


Satu persh (X) coba-coba dengan
menjual pada beberapa tingkat harga,
Perub harga tsb mempengaruhi output
yg terjual dari persh sendiri (X) dan
persh lawan (Y).
Shg terjadi beberapa kombinasi antara
tingkat harga jual pers(X dan Y) dan
output yg terjual
Harga persh X
10 12 15 18 20 25
Harga 10 Rp-1 Rp-3 Rp-9 Rp-16 Rp-26 Rp-34
persh
Y Rp-1 Rp-8 Rp-12 Rp-16 Rp-19 Rp-20
12 Rp-8 Rp-14 Rp-15 Rp-3 Rp-17 Rp-25

Rp-3 Rp-14 Rp-20 Rp-26 Rp-32 Rp-35


15 Rp-12 Rp-20 Rp-24 Rp-16 Rp-7 Rp-15

Rp-9 Rp-15 Rp-24 B Rp-34 Rp-44 Rp-5


18 Rp-16 Rp-26 Rp-34 Rp-32 Rp-14 Rp-9
b
Rp-16 Rp-3 Rp-16 Rp-32 Rp-47 Rp-57
20 Rp-19 Rp-32 Rp-44 Rp-47 Rp-35 Rp-16

Rp-26 Rp-17 Rp-7 Rp-14 Rp-35 A Rp-49


25 Rp-20 Rp-35 Rp-50 Rp-57 Rp-49 Rp-33

Rp-34 Rp-25 Rp-15 Rp-9 Rp-16 Rp-33

Matrik Pay off DUOPOLI


seimbang pd penerimaan paling tinggi dan sama utk kedua persh
GAME TEORI pada Duopoli

Selama perh bisa menambah penerimaan, maka


upaya tsb akan dilakukan keduanya meskipun
harus menurunkan harga.
Semakin banyak persh yg terlibat, makin sulit
dicapai harga keseimbangan, dan mengarah pada
pasar persaingan
Kondisi stabil akan tercapai, persh lain tdk
menanggapi perubahan lawannya
Dengan bekerjasama, kedua prsh bisa berperilaku
monopoli utk meningkatkan keuntungan
Ekspektasi dan Informasi
Ekspektasi:
Pada kondisi riil, sulit bagi persh utk mengetahui
kondisi persh lawan (masing2 merahasiakan
perusahaanya)
Semakin minim informasi dr persh pesaing,
ekpektasinya makin beragam.
Persh yg saling memahami kondisi persh
(informasi semakin banyak), ekspektasinya makin
sedikit, sehingga mudah untuk saling mendukung
(bekerja sama) atau saling menjatuhkan.
Ekspektasi dan Informasi lanjutan
Informasi:
Kartelisasi akan efektif bila tiap anggota punya informasi
pasti tentang biaya produksi persh anggotanya. Sehingga
bisa ditetapkan harga dan payoff nya
Semakin banyak yg merahasiakan informasi tsb,
pengawasan makin sulit, dan banyak yg curang
Bila informasi penjual lebih baik dari pembeli, maka
makin banyak informasi makin kuat kerjasama. Bila
informasi pembeli yg lebih baik, terjadi sebaliknya (syarat
persaingan jika pembeli banyak informasi).
Kekakuan Harga Pasar Oligopoli
Kurva Permintaan Patah:
Bila pesaing tdk merespon peningkatan/
penurunan harga oleh satu persh, kurva
permintaan produk persh tsb elastis
Apabila pesaing merespon peningkatan/
penurunan harga oleh satu persh, kurva
permintaan inelastis
Ekpektasi persh dimulai dari yg pesimis yi: Persh
lawan akan merespon perilaku mereka, sehingga
ada antisipasi
Ada tenggang waktu (time lag)
persh lawan menyesuaikan
Harga Rp harga, jika satu persh
mengubah harga
Atau
Dalam jangka panjang
oligopolis mempertahankan
Pola harga

Deman patah

0 kuantitas
Rp
Biaya
harga

P1

P2

AC

D-P1
D-tot

D-P2

Jumlah

Diskriminasi harga menghambat masuknya persh lain


Oligopoli yg menghadapi biaya
produksi dan atau permintaan yg
berbeda

Kerjasama
Kolusi (satu harga) sulit dilakukan
Rp
Biaya
Harga P dan Q pada saat MC=MR

P1

P2
AC&MC pers 1

AC&MC pers 2

D
MR
kuantitas

Oligopoli yg berbeda biaya permintaan sama


Rp
Biaya
Harga P dan Q pada saat MC=MR
MC
P1 AC

P2

D1
D2
MR2
MR1
kuantitas

Oligopoli yg berbeda permintaan biaya sama


KERJASAMA
DAN KOLUSI
BAB 7

6/22/2017 EKONOMI INDUSTRI 96


KERJASAMA PERUSAHAAN

Kerjasama: MERUGIKAN
Tindakan sama KONSUMEN
dalam
menghadapi pasar
KOLUSI EFFEKTIF,
Kerjasama HARGA TINGGI
berlangsung
lama
6/22/2017 EKONOMI INDUSTRI 97
KECURANGAN DALAM KOLUSI

ADA PERUSAHAAN MENJUAL


DIBAWAH HARGA KESEPAKATAN

HARGA
JATUH

MENARIK
PEMBELI ke KEUNTUNGAN
pers-nya LEBIH
6/22/2017 EKONOMI INDUSTRI 98
RP
Persh Pasar PS S
MC

Kotak E profit pd P2
E dan X profit pd prod C AC
P2 P2
E X
P1
P1

0 B 0 Q2 Q1
A C kuantitas kuantitas
P2 harga kesepakatan

6/22/2017 EKONOMI INDUSTRI 99


DORONGAN BERBUAT CURANG:
persaingan harga

PERSAINGAN BERDAMPAK TIDAK


LANGSUNG:
diferensiasi produk,
advertensi
tindakan-tindakan lain
PERSAINGAN BERDAMPAK
LANGSUNG HARGA

6/22/2017 EKONOMI INDUSTRI 100


DORONGAN BERBUAT CURANG:
persaingan harga

Harga adalah bagian kritis yang


harus di kontrol
Melalui pembatasan produksi
masing-masing perusahaan
Pada kartel murni keuntungan
dari harga tinggi, dibagikan pada
anggotanya

6/22/2017 EKONOMI INDUSTRI 101


Kondisi yang Mendorong Kolusi

1. Konsentrasi (CR4) & kelangkaan


2. Biaya:
1. biaya produksi: sama atau beda
2. Biaya Overhead tinggi mendorong harga
diskon saat D rendah, kartel sulit bertahan
3. Pergeseran permintaan:
1. acak sulit diantisipasi
2. sistematis mudah diantisipasi
3. Barang tahan lama memudahkan diskon
6/22/2017 EKONOMI INDUSTRI 102
Kondisi Mendorong Kolusi lanjutan..

4. Titik Pusat: di pusat pembeli,


harga kesepatan
5. Persaingan bukan harga:
rancangan produk, advertensi dll
6. Informasi: makin lengkap
memperkuat kartel

6/22/2017 EKONOMI INDUSTRI 103


Peningkatan Kerjasama

Hampir ada kesepakatan bahwa


kerjasama perlu dilakukan baik
industri besar maupun kecil
Bentuk kerjasama: penetapan
harga, penetapan sukubunga
deposito

6/22/2017 EKONOMI INDUSTRI 104


Macam-macam kolusi

1. Kartel:
pengawasan harga, output,
investasi, dan keuntungan.
Ada biaya pengawasan
Kartel pemasaran: Mengatur
penjualan dan penerimaan
Contoh: OPEC

6/22/2017 EKONOMI INDUSTRI 105


Macam-macam kolusi lanjutan...

2. Kesepakan
Mengawasi masuknya persh baru
Penjual dibatasi pd sub-pasar
tertentu dan jumlah yg dijual
Pengawas: antar persh atau
melibatkan pemerintah
Contoh KPPU

6/22/2017 EKONOMI INDUSTRI 106


Macam-macam kolusi lanjutan...

3. Perjanjian:
Harga stabil,
Standardisasi
Kontraksi yg teratur
Mengurangi ketidakpastian

6/22/2017 EKONOMI INDUSTRI 107


Macam-macam kolusi lanjutan...

4. Kolusi terselubung
Persetujuan

6/22/2017 EKONOMI INDUSTRI 108


BAB 8
DISKRIMINASI HARGA
Dasar melakukan diskriminasi
Perbedaan elastisitas (permintaan thd harga)
antar kelompok konsumen
Kelomp elastis (banyak substitusi): harga rendah
Kelomp inelastis (kebut. mendesak): harga tinggi
Penjual mengetahui perbedaan tsb
Tidak ada aliran produk dari pasar harga rendah
ke harga tinggi (pembeli dari harga rendah tidak
bisa menjual ke kelomp pembeli dgn harga tinggi)
Contoh Diskriminasi harga
Tiket pesawat, KA:
Kelomp pembeli: Dewasa dan
anak
Biaya produksi: sama
Harga: tiket dewasa lebih mahal
dibandingkan anak
Tidak menimbulkan persaingan
Contoh Diskriminasi harga lanjutan..
Tiket Bus Trans Pakuan:
Kelomp pembeli: Jarak jauh dan
jarak dekat
Biaya produksi: berbeda
Harga: sama untuk semua jarak
Tidak menimbulkan persaingan
karena monopoli
Contoh Diskriminasi harga lanjutan..
Listrik dan telpon interlokal:
Kelomp pembeli: Jam sibuk & sepi
Biaya produksi: berbeda (jam
sibuk lebih mahal)
Harga: berbeda utk tiap kondisi
Tidak ada persaingan (krn
monopoli)
Contoh Diskriminasi harga lanjutan..
Obral pakaian:
Kelomp pembeli: harga normal &
harga diskon
Biaya produksi: sama
Harga: berbeda berdasarkan trend
model pakaian (out of date diskon)
Meningkatkan persaingan
Pada diskriminasi, penentu harga
adalah elastisitas (MR tiap deman)
Keuntungan maks pada (harga
dan output) MC=MR seluruh pasar
Contoh kasus: pasar Obat
Biaya produksi sama: 6000
Kelomp Konsumen: RS dan
Apotek
Harga: RS lebih murah (10.000)
dari apotek (50.000). (alasan di RS
elastis sekaligus promosi, Apotek
inelastis krn harus ada resep
dokter)
Rasio harga/biaya: RS (50rb/6rb)=
8,33, apotek 1,67
Rp

Harga murah elastis


Pa

Da
MRa

Pb

MC Db

MRb
0 qa qb Kuantitas
Pe dan Pf tidak optimum karena
Rp Tidak pada MC=MR
Pc/MCc = 1,5
Pc
300
Pd/MCd = 3
Harga mahal lebih elastis
Pe
200 MCc

Pf Dc
Pd
150 MRac

50 MCd
Dd
MRd
0
qa qb Kuantitas

Diskriminasi harga pd biaya berbeda


Kondisi yg mempengaruhi elsatisitas

Kondisi pembeli: preferensi, kebutuhan


dan pengetahuan
Batasan Teknis: Kemampuan
berbelanja dengan bebas
Kompetisi (dan halangan masuk
pasar): persh kompetisi ketat elastis;
kompetisi longgar inelastis
Kondisi vertikal: monopsoni makin
kuat dan makin banyak substitusi
makin elastis,
Derajat Diskriminasi harga: A.C.Pigou

Derajat 1: tarif dokter sesuai


kemampuan pasien
Derajat 2: utk menetapkan harga
jumlah kelompok konsumen dikurangi
Derajat 3: Pengelompokan pembeli scr
fungsional (mis geografis: harga
semen sesuai Harga Patokan Setempat
(HPS)
Variasi-variasi diskriminasi

Penetapan Harga diskon


Penetapan Harga sesuai permintaan
Penetapan harga selektif
Penetapan harga berdasarkan:
pelayanan, pengepakan produk,
Dampak Diskriminasi harga bagi persh

Dapat memaks keuntungan pd posisi


pasar apapun
Dapat meningkatkan atau
mempertahan posisi pasar thd pesaing
Tipe Diskriminasi Harga

Diskriminasi individu:
Tawar menawar pd transaksi individu
Memaksa pembeli: Membatasi
pengurangan dari harga penawaran
Mengukur penggunaan: makin sering
menggunakan, harga makin tinggi e.g.
Xerox, IBM
Menyesuaikan dgn income pembeli:
e.g dokter, pengacara
Tipe Diskriminasi Harga lanjutan..

Diskriminasi Kelompok:
Untuk menghancurkan pesaing
Dumping surplus: menjual dg harga
lebih rendah di pasar internasional (e.g.
obat, baja, elektronik)
Menjaring pembeli baru: e.g. majalah
Mengutamakan penjualan partai besar
(e.g. diskon harga)
Harga sesuai elastisitas
Tipe Diskriminasi Harga lanjutan..

Diskriminasi Produk:
Membayar karena merek
Cuci gudang: untuk menstabilkan
stock
Strategi Persaingan

Cara merebut konsumen dr pesaing


dan mencegah masuknya pesaing baru
Penetapan harga selektif lebih baik dari
pada pemotongan harga. Pemotongan
harga hanya mengurangi keuntungan
Rp
Rp
Harga
Harga
biaya
biaya

P3
P5
P1
A
P2
C D1 P4
B
MC MC

0 q1 q2 q1
output 0 output
Daerah A: tambahan keuntungan Dengan diskriminasi semua segmen
Bila mampu menarik konsumen Pasar terwakili, keuntungan bisa
Sebesar q1-q2, dan menjual pd meningkat
Harga p1
Dampak diskriminasi Harga
(Meningkatkan/mengurangi persaingan

Dampak Diskriminasi tergantung:


1. Posisi pasar dimana diskriminasi
dilakukan:
Makin terkonsentrasi, makin luas
penguasan pasar, variasi elastisitas D
makin banyak (bisa diketahui dan bisa
dipisahkan); peluang diskriminasi makin
besar
Pangsa pasar kecil: sulit membagi
pembeli sesuai elastisitas
Dampak diskriminasi Harga
(Meningkatkan/mengurangi persaingan

Dampak Diskriminasi tergantung:


2.Sistematika diskriminasi
Kontrol pasar yg lebih banyak: (tidak adal
aliran barang
ekses keuntungan
sistematik

B wilayah A
Diskriminasi sporadik
Oleh pers kecil
(loss leader)
menimbulkan
persaingan
C
Wilayah B:
Diskriminasi sistematis
oleh persh besar
menimbulkan
sporadis

Anti-kompetitif (harga
dg profit kecil)
A
Pangsa pasar Wilayah C:
pengaruh campur
Penjelasan

Loss leader:
menurunkan harga satu produk;
produk lain sangat menguntungkan
Konsumen diharapkan membeli lebih
dari satu produk (e.g toserba)

Diskriminasi efektif bila tdk menurunkan


harga sampai = biaya produksi
CHAPTER 9
Vertical Integration
Conglomeration and
Merger
Derajat Monopoly

Unilateral Bilateral
monopoli Monopoly-
monopsony

Bilateral
Oligopsony oligopoly

A
Sebagian besar
berada disini
penjual

oligopoly Unilateral
Persaingan
sempurna monopsony
Degree of monopsony
Buyer
Persaingan Dalam satu Lingkup
Persh A Deman A
menjual ke B
MRa

Persh B
menjual
ke konsumen
MRb

Deman B
konsumen
Rp B monopsony membeli dr A pd harga Pc
Dan menjualmonopoly ke konsumen pd Pm

Sebaliknya A ingin B membeli pada Pm

Pm
Bila A menang, di harga Pm, profit =I
Bila B menang, di harga Pc, profit = I + II

I II

Pc AC=MC

Db

MRa MRb=Da
0 kuantitas
Counter Vailing Power

Dua Kekuatan Besar: Penjual dan


Pembeli:
Contoh: Perusahaan Baja/Ban dg
perakit mobil
Penjual (persh baja&ban) sulit menjual
pd harga diatas biaya produksi
(counter vailing)
Strategi mencegah kekuatan monopsony

Dengan jaringan penjualan yg


rumit:
Contoh: (komputer, obat, fotocopy)
Perusahaan Baja/Ban dg perakit
mobil
Sistem dealer yg pasif (dealer
mobil)
Kebijakan pemasaran lain
Menjadikan produknya bermerek
Integrasi Vertikal
Integrasi menguntungkan scr ekonomis
dlm hal: pjadwalan, koordinasi rantai
produksi, phematan biaya energi &
transportasi
Strategi integrasi: Lokasi bdekatan,
atau kontrak jk panjang
Integrasi tdk mpengaruhi pesaing
Integrasi makin baik bila scr teknis
semakin hemat
Ekonomisasi tdk menambah profit
persh, tapi harga jual makin rendah
Menghitung Derajat Integrasi Vertikal
Berdasarkan jumlah tahap produksi:
Makin banyak tahapan yg dikerjakan
derajat makin tinggi
Kelemahan: satu tahap prod. bisa
t.d. banyak langkah individu
Berdasarkan rasio nilai tambah dgn
nilai penjualan.
kelemahan: produksi dg pemrosesan
ekstensi nilai tambah besar (e.g.
batubara)
Keuntungan lain Integrasi vertikal
Rintangan memasuki pasar:
Bila pasar input prod tganggu pasokan
tetap lancar krn pesaing tdk ada
Persh tlindungi dari pesaing baru
Input2 kritis: bahan tambang atau lokasi
khusus, hak impor
contoh: feedmill dg pet. broiler. Terigu
dg mie instant
Persh yg tdk masuk integrasi tdk
kebagian pasar
Pengaruh ukuran perusahaan
Ukuran relatif Vs ukuran absolut
Index ukuran: Kapital; Penyerapan TK,
penjualan; nilai tambah dan keuntungan
Pengaruhnya thd:
kekuatan pasar;
kontrol dan kepemimpinan;
X-efisiensi;
Stabilitas & perencanaa;
Kondisi pekerjaan dan perusahaan;
kekuatan politik.
Index ukuran Finansial

Index ukuran Indikator index


Investasi Kemampuan bertahan&
mgunakan sumber2 keuangan
Aset di bank; kemampuan
Aset portofolio menyeleksi surat berharga sbg
aset
Kemampuan mperoleh
keuntungan keuntungan & mberi deviden
pd investor
Index ukuran Kemampuan ekonomis

Index ukuran Indikator index


Penjualan Perluasan peran persh dlm
transaksi pasar
Nilai tambah Kegiatan ekonomi & produksi
total
Index ukuran kekuasan dan hak

Index ukuran Indikator index


Penyerapan TK Ketergantungan masy pd perh
dlm penyediaan lapangan kerja
Perluasan & keamanan
geografis Kekuasan & keterlibatan dlm
peristiwa nasional &
Internasional
Jumlah
pemegang Ketergantungan masy pd perh
saham thd keberhasilan investasi
Hubungan antar index
Persh besar (bank, tambang): Investasi
besar, tapi TK sedikit
Pedagang eceran: penjualan besar;
investasi kecil
Penjualan & aset paling sering
digunakan
Ukuran Persh dan Kekuatan Pasar
Makin besar persh, makin besar
pangsa pasar, dan makin
menguntungkan
Persh yg sudah besar scr alami punya
kemampuan barrier to entry bagi
persh pesaing baru
Ukuran Persh dan Kontrol Kepemimpinan
Pengendalian persh besar yg tpisah dr
kepemilikan, mperluas gerak manager
mengendalikan persh
Penyatuan pengendalian dgn
kepemilikan (ditambah penentu harga
saham & pengawas keuangan)
memaksa manager utk selalu berusaha
memaks keuntungan
Ukuran Persh dan X-efisiensi &
Skala Ekonomi
Makin besar persh, makin panjang
birokrasi, dan kontrol berlapis
Manager tdk bisa mdapat informasi dr
sumber langsung shg kesalahan &
kelemahan kontrol thd biaya2 makin
besar (tdk efisien)
Namun persh bisa mgunakan sistem
managemen canggih
Ukuran Persh dan Stabilitas & Perencanaan
Persh besar stabilitasnya tinggi, dpt
menyusun rencana jangka panjang dg
lebih baik
Lebih aman dan punya kontrol thd
pasar
Tingkat keuntungan tdk berfluktuas
Ukuran Persh dan Kondisi Pekerjaan Dalam
Persh
Pekerja di persh besar:
tdk berhadapan langsung dg manager
& pelanggan shg kepuasannya rendah
yg dikompensasi dg gaji besar
Tspesialisasi & monoton,
menyebabkan stress. Kalau tdk dirotasi
intensitas pekerja yg keluar masuk
tinggi.
Kualitas pekerjaan & aktivitas sosial
berkurang.
Ukuran Persh dan Kekuatan Politik
Persh besar sumber finansial skala
besar yg dpt dimobilisasi dgn cepat
Pekerjanya yg cukup besar
berpengaruh pd pemilu
Asosiasi pengusaha kecil umumnya
terpecah-pecah, kurang efektif utk
berpolitik
Merger
Persh diperjual belikan, secara baik2
atau dengan ketegangan terlebih dulu
Macam:
Horisontal
Vertical
Konglomerat
Motif merger
1. Kekuatan pasar dan profit:
Merger horisontal (mhapus
persaingan) akan meningkatkan
kekuatan pasar selanjutnya profit naik
Merger vertical: persh2 yg memiliki
mata ratai produksi.
Merger konglomerat: tidak ada
hubungan teknis
Motif merger Lanjutan..
2. Phematan tehnis (technical
economies):
Skala ekonomi: 2 persh pd skala
efisien yg minimum, merger horisontal
Merger vertikal: menghemat biaya
antara dua kegiatan
Merger klomerat: diversifikasi
ekonomi, bila satu produk jatuh di
pasar, ditutup produk lain yg
menguntungkan. E.g. perluasan produk
(aneka rasa mie instant) dan perluasan
Motif merger Lanjutan..
3.Phematan keuangan (precuniary
economy):
Membeli input dengan harga lebih
murah
Mengurangi pajak: pajak dibayar bila
untung. Persh A rugi (-5), persh B
untung (10), dgn merger pajak yg
dibayar 10+(-5)=5, bukan 10.
Menyatukan biaya promosi menjadi
lebih murah
Merger yg pernah dilakukan

Merger diperlukan ketika:


Persaingan semakin ketat (agar
mengarah ke oligopoli
Terjadi resesi: biaya naik, pembeli
sedikit (utk efisiensi)
Di AS merger besar2an th 1920 &
1960an
Th 1998 industri pesawat di Eropa
Peningkatan keuntungan melalui non-merger

Pertumbuhan internal: investasi


utk kapasitas baru
Kontrak jangka panjang (20-30 th)
antar persh.
Penjualan cabang2 persh yg tdk
menguntungkan
DIFFERENSIASI PRODUCT
PADA Persaingan sempurna, pembeli dpt
mbandingkan produk satu dgn lainnya.
Bila produk dideferensiasi, persaingan
menjadi tidak efektif.
Advertensi: mengurangi atau
meningkatkan persaingan ?
Diferensiasi produk dilakukan karena
manusia ingin beda dengan yang lain.
Illustration: US credit card CC

Is composed over 4000 firms


10 largest firms hold 20% Market share
No significant barrier to entry,
a fair number operate in national level (geographic
market)
No price fixing agreement between the different
CC issuers
Those are explain: near perfect competition
The evidence in CC
interest rate are insensitive to MC (money
market rate): inconsistence with perfect
competition
During 1983-1988 ROR of CC business 3-5
times higher than normal ROR other line
banking business
Explanation the CR discrepancy
User: subject to switching cost
Obtain CC through the bank of account with
Changing CC imply a series cost (administration fee,
time lost in finding terms and conditions the new
bank)
Good CC not homogenous product rather it is a
differentiated product
Differences in quality (services) & status
E.g. American express card, visa card
Type of differentiation

Horizontal Diff.: specific taste for every one


Vertical Diff.: universal preference (more is
better: more efficient fuel cars are better)
PRODUK BARU
Perusahaan tdk dapat bertahan hidup tanpa
menciptakan produk baru.
Produk lama makin dewasa dan mengalami
penurunan sehingga layak diganti
Seleksi, definisi dan desain produk dilakukan terus
menerus karena konsumen menuntun produk baru
yg beda dgn produk lama.
SIKLUS PRODUK

4 fase produk:
1. perkenalan (introduction),
2. pertumbuhan (growth),
3. kedewasaan (maturity), dan
4. penurunan (decline).
CONTOH DECLINE PRODUK
Produk Introducti Growth Maturity Decline
on
Sistem Vista Windows Windows Window
Operasi inspirant 2007 2003 1998

RAM chips 16 MB 4 MB 1 MB 256 KB

Micro Pentium Intel 486 Intel 386 Intel 286


processor
Strategi mengikuti Perkembangan
Produk
1. menyiapkan dan menciptakan strategi khusus yang
menyertai produk baru.
2. memeriksa berkala untuk mengetahui posisi
produk dalam siklus produk
3. Strategi produk selalu mengikuti perkembangan
produk (fase2 produk)
Fase Perkenalan
Mencari jati diri
Perlu biaya riset, terutama untuk
pengembangan produk serta proses
modifikasi produk
Membangun jaringan pengecer
Fase Pertumbuhan
Desain produk stabil
Ditentukan kapasitas produksi dimasa
yad
Siap menambah kapasitas produksi jk
ada kenaikan Deman
Fase Kedewasaan
1.Muncul produk baru sebagai pesaing
2.Perlu inovasi agar pangsa pasar tdk
hilang
3.Meningkatkan pawasan thd
pengeluaran proses produksi
4.Ada usaha mpertahankan keuntungan
Fase Penurunan
1.tindakan tegas bagi produk yg mcapai
titik akhir siklus produk
2.Kecuali produk yg memiliki kontribusi
unik pada reputasi perusahaan
Biaya Penjualan
cara meningkatkan penjualan:
obral,
diskon atau potongan besar,
advertensi/periklanan
Biaya Penjualan Lanjutan.
Advertensi
Strategi psaingan dgn advertensi lebih
baik dr diskon, krn tidak menyebabkan
kerugian
Optimalisasi advertensi: biaya adversi
lebih kecil dr keuntungan btambahnya
pmintaan.
Pembatasan Pasar
Psaingan murni: biaya penjualan tdk
relevan
Monopoli murni: biaya penjualan terbatas
Pusahaan dominan & oligopoli: biaya
penjualan besar
Biaya Penjualan Lanjutan.

Advertensi persuasif & informatif


Advertensi informatif menambah pengetahuan
konsumen ttg produk yg tersedia & kegunaannya,
Contoh: Iklan di surat kabar
Penjualan persuasif berusaha merubah preferensi
konsumen atau mengubah kenyataan menjadi
imajinasi, Contoh Iklan sabun
Kombinasi informasi & persuasif, Contoh: Diskon 50%
di pasar swalayan
Pola2 Advertensi
Surat kabar, Majalah, Radio, Bioskop, Televisi
Peranan Advertensi

Usaha peningkatan pjualan dgn mubah


pmintaan konsumen.
Perlukan jaringan pjualan nasional atau
advertensi.
Skala minimum/skala ekonomi tercapai, tp usaha
peningkatan penjualan menghadapi efektivitas
marginal yang deminishing dlm mubah pmintaan
konsumen thdp suatu produk. (Lihat Gb 10.3).
Hasil penelitian: advertensi
meningkatkan barrier to entry krn
pshaan baru harus mengeluarkan biaya
penetrasi. (Gb 10.4),
peningkatan pangsa pasar memerlukan
biaya advertensi (Gb 10.5) Hubungan
antara biaya iklan dan pangsa pasar.
Advertensi alat bg pshaan kecil atau
baru, utk investasi kesetiaan
pembeli/pelanggan.
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
INDUSTRI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
GBPP

Deskripsi Singkat:
Mata kuliah ini dirancang untuk membangun
pengetahuan mahasiswa tentang apa yang
seharusnya dilakukan untuk membangun
industri yang kompetitif di Indonesia. Untuk itu
topik-topik bahasan mencakup teori
peningkatan daya saing dan pengalaman
Indonesia serta negara lain sebagai
perbandingan dalam membangun sektor
industri.
GBPP (lanjutan)

Tujuan Instruksional Umum:


Setelah menyelesaikan mata kuliah ini,
mahasiswa akan memperoleh pengetahuan
mengenai pilihan kebijakan yang dapat
dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
daya saing sektor industri secara khusus dan
mengembangkan sektor industri secara
keseluruhan.
GBPP (lanjutan)
Outline Pokok Bahasan:
I. Pendahuluan
II. Pengertian Daya Saing
III. Determinan Daya Saing
IV. Porters Diamond dan Tahapan Pembangunan
V. Peran Inovasi dan Pemerintah dalam Peningkatan Daya
Saing
VI. Reformasi Regulasi
VII. Analisis Pengaruh Regulasi (Regulatory Impact Analysis)
VIII. Kebijakan Pembangunan Industri Indonesia
IX. Kebijakan Pembangunann Industri Di Berbagai Negara
X. Undang-undang Perindustrian RI dan Pengembangan
Industri Ke Depan
XI. Presentasi Paper Kelompok
GBPP (lanjutan)
Rujukan:
Tambunan, T.T.H., 2001, Industrialisasi Di Negara Sedang
Berkembang; Kasus Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta
(A)
Porter, M.E., 1998, On Competition, Harvard Business
Review, Boston, MA. (B)
Cho, Dong-Sung dan Hwy-Chang Moon, 2003, From Adam
Smith to Michael Porter; Evolusi Teori Daya Saing,
Salemba Empat, Jakarta (C )
ADB-Deperindag, 2003, Indonesian Regulatory Review
Manual. (D)
Masuyama, S., D. Vandenbrink, C.S. Yue (eds), 1997,
Industrial Policies in East Asia, NRI & ISEAS, Singapore (E)
Hand-out (F)
GBPP (lanjutan)
Penilaian (tentatif):
1. Satu kali ujian 40% dari nilai akhir
2. Satu paper kelompok 30% dari nilai akhir
3. Presentasi paper kelompok 15% dari nilai
akhir
4. Aktivitas individual dalam kelas 15% dari
nilai akhir
PENDAHULUAN

Tantangan dalam Pengembangan Industri:

Globalisasi
Otonomi Daerah
Budaya Korupsi
Perkembangan Teknologi
GLOBALISASI

Proses integrasi perekonomian nasional ke


dalam pasar internasional yang semakin
berkembang

Globalisasi sedang dan akan terus berlangsung


dengan kecepatan yang semakin tinggi
(suka atau tidak suka, mau atau tidak mau,
siap atau tidak siap setiap negara tidak bisa
menghindar)

Teknologi informasi memfasilitasi percepatan


proses globalisasi
Konsekuensi Globalisasi:

Batas negara menjadi semakin nisbi dalam konteks ekonomi


(batas pasar domestik dan internasional makin kabur)

Kompetisi meningkat (jumlah maupun kualitas)

Perlu peningkatan daya saing

Perlu perubahan sikap:
-pemerintah
-pelaku bisnis
-masyarakat
Poor countries often lose out because the rules of the
game are biased against them - particularly those relating
to international trade. The Uruguay Round hardly
changed the picture. Developing Countries with three
quarters of the worlds people will get only a quarter to a
third of the income generated and most of that will go to a
few powerful exporters in Asia and Latin America
(Human Development Report, UNDP, 1997)

Hasil Studi DR. Rina Oktaviani (2002) Indonesia akan


dirugikan oleh globalisasi (pada keadaan sekarang).
Untuk mendapatkan keuntungan dari globalisasi
Indonesia perlu meningkatkan produktivitas paling tidak
5 persen.
REGIONALISASI

Kecenderungan pembentukan blok-blok


perdagangan di tingkat regional

Menyediakan buffer terhadap pengaruh buruk


globalisasi bagi negara-negara kecil, miskin
dan belum siap. Blok perdagangan regional
memberikan kesempatan bagi negara-negara
yang belum siap bersaing untuk
mempersiapkan diri dalam lingkungan yang
lebih bersahabat.
Nilai Plus Regionalisasi:
Trade Creation: perdagangan bebas antar negara
anggota menggeser produksi dari negara yang
mempunyai biaya produksi tinggi ke negara yang
paling efisien memproduksi suatu barang
(merealisasikan prinsip comparative advantage di
tingkat regional).
Nilai Negatif Regionalisasi:
Trade Diversion: Tarif eksternal yang dikenakan
kepada negara bukan anggota menyebabkan produksi
dan konsumsi negara anggota bergeser dari negara
non-anggota yang berbiaya rendah ke negara anggota
yang berbiaya relatif lebih tinggi.
Nilai Total: Bisa positif atau negatif (perbandingan
Jenis-jenis Blok Perdagangan Regional
Free Trade Area:
Integrasi ekonomi yang memberlakukan perdagangan
bebas antar sesama negara anggota tetapi setiap negara
dapat menetapkan tarif eksternal yang berbeda
terhadap negara non-anggota.
Custom Union:
Integrasi ekonomi dimana dua negara atau lebih
sepakat untuk membebaskan perdagangan antar
sesama negara anggota, sementara menetapkan tarif
eksternal yang sama terhadap negara non-anggota.
Common Market:
Integrasi ekonomi seperti CU plus pergerakan tenaga
kerja dan modal secara bebas diantara sesama negara
anggota.
Otonomi Daerah
Sebagian wewenang pusat diserahkan kepada
daerah:
- semakin menyulitkan untuk melakukan
koordinasi kebijakan pengembangan industri
- keragaman antar daerah
- terjadi persaingan antar daerah
Top 10 Bottom 10
1. Kota Semarang 117.Kab Ende
2. Kota Balikpapan/Kota 118.Kab Sumedang
Sawah Lunto
119.Kab Tasikmalaya
3. Kota Tegal
120.Kab Flores Timur
4. Kab Dairi /Kab Pamekasan
5. Kota Batam 121.Kab Bengkulu Selatan
6. Kota Tangerang 122.Kab Lampung Selatan
7. Kab Bekasi 123.Kab Pesisir Selatan
8. Kota Kediri 124.Kab Lombok Barat
9. Kota Pekan Baru 125.Kab Lampung Timur
10. Kab Kendal 126.Kab Bima
Sumber: KPPOD
Peringkat Daya Tarik Investasi Kota/Kab. Propinsi
Jawa Barat

Kab. Bekasi 7 Kab. Sukabumi 107


Kota Bekasi 22 Kab. Kuningan 111
Kota Bogor 24 Kab. Garut 114
Kota Cirebon 41 Kab. Cirebon 115
Kab. Bogor 47 Kab. Sumedang 118
Kota Sukabumi 60 Kab. Tasikmalaya 119
Kab. Karawang 65
Kab. Indramayu73 Sumber: KPPOD
Kab. Ciamis 106
Budaya Korupsi
Tingkat korupsi Indonesia (Transparency
International):
Ranking 88 dari 91 negara (di atas Uganda, Nigeria
dan Bangladesh). Skor 1.9 dari total 10.
Negara paling bersih Finlandia, Denmark , New
Zealand dan Swedia

Bribery Payers Index (sisi suplai korupsi) Indonesia


menunjukkan ranking yang tidak jauh berbeda
dengan ranking tingkat korupsi. Seluruh negara
Asean yang ikut disurvey (Singapura, Malaysia,
Thailand, Filipina dan Vietnam) berada di urutan
Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi dunia sangat cepat
Teknologi merupakan sumberdaya yang dapat
diperbaharui dan tidak mengalami diminishing
marginal productivity
Indonesia sangat tertinggal dalam peningkatan
teknologi
- visi
- dana
- link and match
- regulasi dan enforcement
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
INDUSTRI
ASIA DAN INDONESIA
Pendahuluan
World Bank menyebut perekonomian Asia
Timur (termasuk Indonesia) sebagai East Asian
Miracle karena selama beberapa dekade
mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi
Pertanyaannya: apakah kebijakan industri
(industrial policies) memgang peranan
signifikan dalam pertumbuhan tinggi
tersebut?
Beberapa fakta
Pemerintah negara-negara Asia Timur melakukan intervensi dalam
pembangunan industri di negaranya dalam berbagai bentuk dan tingkatan
Tetapi cenderung semakin liberal dengan berjalannya waktu
Beberapa ekonom mempertanyakan kualitas pertumbuhan yang dialami
oleh negara-negara Asia Timur (Paul Krugman menyatakan bahwa
pertumbuhan negara Asia Timur tidak akan sustainable karena komponen
TFPnya rendah pengalaman Soviet Union)
Sebagian ekonom lain dengan menggunakan metode yang berbeda
mendapatkan bahwa kontribusi TFP terhadap petumbuhan negara Asia
Timur cukup tinggi
Yang sebenarnya mungkin kontribusi TFP tidak setinggi di berbagai negara
maju tetapi juga mungkin tidak serendah yang dinyatakan oleh Krugman
Oleh karena itu, negara Asia Timur harus meningkatkan kontribusi TFP
dalam pertumbuhannya jika ingin pertumbuhan tinggi yang selama ini
dicapai dapat berlanjut
Dinamika Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur

Harus diakui bahwa pertumbuhan yang tinggi di


negara-negara mengandalkan faktor input fisik pada
awalnya.
Namun dengan berjalannya waktu dimana aliran FDI
semakin besar, transfer kapital dan teknologi TFP
mulai terjadi. Akibatnya tingkat dayasaing juga mulai
meningkat
Bagaimana peran kebijakan industri dalam
pertumbuhan ekonomi
Kebijakan Industri di Asia Timur
Kebijakan Industri dapat dikelompokkan menjadi dua:
Intervensi langsung oleh pemerintah dalam alokasi sumberdaya dan
organisasi industri (pandangan sempit) .. Proteksi impor, subsidi
langsung, pajak ekspor, dll.
Intervensi tidak langsung dalam bentuk memperbaiki lingkungan
untuk pengembangan industri deregulasi, debirokratisasi,
penekanan tingkat ekonomi biaya tinggi, penjaminan persaingan
usaha yang sehat, dll.

Strategi kebijakan industri di negara Asia Timur bergeser dari


awalnya lebih cenderung bersifat intervensionist ke arah
intervensi yang tidak langsung
Sejarah Perkembangan Kebijakan Industri di Asia Timur
Sejarah Perkembangan Kebijakan Industri di Asia Timur
Tiga Fitur Strategi Pembangunan di Asia
Timur
Ada arus liberalisasi ekonomi yang kuat yang
mempengaruhi strategi pembangunan industri di
negara Asia Timur
Masing-masing negara Asia Timur menggunakan
berbagai kebijakan untuk meng-upgrade struktur
industri mereka R&D, transfer teknologi,
pengembangan industri strategis, pengembangan
klaster industri
Negara-negara Asia Timur mengupayakan strategi
jaringan regional AFTA, ASEAN+3, ASEAN+6, dll
Industrialisasi di Indonesia
Telah terjadi tranformasi struktur
perekonomian Indonesia dari dominasi sektor
pertanian menjadi dominasi sektor industri
dan jasa dalam GDP (walaupun tidak diikuti
dengan tren yang sama pada sisi tenaga kerja)
Strategi Industrialisasi di Indonesia:
Strategi Substitusi Impor (inward looking)
Strategi Promosi Ekspor (outward looking)
Strategi Substitusi Impor (SI)
Pertimbangan digunakannya strategi SI:
Sumberdaya alam dan faktor produksi (terutama tenaga kerja) cukup tersedia di
dalam negeri biaya produksi murah
Potensi permintaan dalam negeri memadai
Untuk mendorong perkembangan industri dalam negeri
Dengan demikian diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak
Mengurangi ketergantungan terhadap impor neraca perdagangan dan devisa

Tahap pertama SI adalah pengembangan industri barang-barang konsumsi


yang selama ini diimpor barang imodal, input antara, dan bahan baku masih
diimpor. Tahap kedua, pengembangan industri hulu sehingga barang modal
dan bahan baku tidak perlu impor lagi.
Tahap kedua cenderung lebih mahal karena: 1) lebih padat modal dan 2) perlu
skala usaha yang besar dan sangat sensitif terhadap efisiensi di dalam sistem
organisasi, penggunaan teknologi dan metode produksi.
Startegi SI membutuhkan proteksi yang tinggi terhadap sektor industri yang
dikembangkan
Strategi SI di Indonesia
Dilakukan sampai pertengahan dekade tahun 1980-an
Dimungkinkan karena Indonesia masih menikmati dana dari
boom minyak dan gas yang sangat besar
Banyak studi yang berpendapat bahwa startegi SI bagi
Indonesia (dan umumnya negara yang menerapkannya) lebih
banyak memberi dampak negatif daripada positif karena
proteksi yang berlebihan dan berkepanjangan membuat
industri manja dan tidak kompetitif high cost economy.
Karena teknologi yang digunakan relatif padat modal
industrialisasi tidak diikuti penciptaan kesempatan kerja yang
proporsional sehingga pengangguran meningkat.
Kelemahan Sektor Industri Indonesia
Kelemahan struktural
Basis ekspor dan pasarnya sempit:
Terkonsentrasi pada empat produk: kayu lapis, pakaian jadi, tekstil dan alas kaki dan
hanya 10 produk menyumbang 80% nilai ekspor
Pasar untuk TPT sangat terbatas seperti AS dan Eropa
Tiga negara yaitu AS, Jepang dan Singapura menyerap sekitar 50% ekspor Indonesia
Produk ekspor unggulan mendapat persaingan yang semakin ketat (seperti produk
dari Cina) sehingga mengalami penurunan harga
Produk ekspor semkain mengalami penurunan dayasaing karena faktor ekspternal
seperti tingkat upah yang terus meningkat
Ketergantungan pada Impor yang Sangat Tinggi:
Ketrgantungan impor untuk barang modal, input antara dan bahan baku
Besarnya peran PMA dalam industri nasional, sehingga tingkat impor juga tinggi
Sayangnya transfer teknologi berlangsung lambat
Tidak adanya Industri Berteknologi Menengah
Konsentrasi Regional:
Industri skala menengah dan besar terkonsentrasi di Jawa khususnya di
Jabodetabek.
Kelemahan Sektor Industri Indonesia

Kelemahan Organisasi:
Industri Skala Kecil dan Menengah masih Underdeveloped:
Jumlah banyak tetapi kontribusi terhadap nilai produksi kecil
produktivitas rendah
Konsentrasi Pasar:
CR4 tinggi
Lemahnya Kapasitas untuk Menyerap dan
Mengembangkan Teknologi:
Cenderung senang menjadi pedagang dan kurang mau bekerja
keras (industriawan)
Lemahnya SDM:
SDM mempunyai tingkat pendidikan rendah dan keahlian yang
tidak match dengan kebutuhan pasar
Penyebab Kegagalan Strategi SI di Indonesia:
Bahan baku dan tenaga kerja yang tersedia di Indonesia tidak siap pakai
Karena produk berorientasi pasar domestik, dayasaing produk rendah
Pada satu sisi strategi SI ingin mengurangi ketergantungan terhadap impor,
tetapi untuk itu harus impor barang modal dan bahan baku yang besar
Dilema teknologi padat modal agar dapat bersaing dengan teknologi padat
karya tetapi dayasaing menjadi rendah
Tingkat proteksi yang tinggi menyebabkan struktur pasar didominasi oleh
produsen bukan konsumen
Permintaan domestik memang cukup besar tetapi kurang diperhatikan
kesesuaian dengan yang dikehendaki oleh konsumen sehingga masih
banyak konsumen yang lebih senang dengan produk impor
Strategi Promosi Ekspor (PE)
Dimotivasi oleh kisah gagal strategi SI.
Karena berorientasi keluar, maka berbagai proteksi yang
diterapkan pada strategi SI tidak lagi cocok karena akan
menyebabkan barang tidak kompetitif
Strategi PE tidak berarti bahwa tidak ada intervensi
pemerintah. Banyak negara yang melakukan intervensi
dengan menghilangkan rintangan terhadap ekspor
Syarat agar strategi PE berhasil:
Pasar harus memberikan sinyal yang benar (baik untuk input maupun
output)
Tingkat proteksi dari impor harus rendah
Nilai tukar mata uang harus realistis
Harus ada insentif untuk meningkatkan ekspor
PENDEKATAN CLUSTER DALAM
PEMBANGUNAN INDUSTRI
Apa itu cluster?
Clusters are geographic concentrations of
interconnected companies, specialized
suppliers, service providers, firms in related
industries, and associated institutions (e.g.
universities, standards agencies, trade
associations) in particular field that compete
but also cooperate
Cluster dan Daya saing
Cluster meningkatkan produktivitas dan efisiensi
- akses yang efisien kepada input, jasa, tenaga kerja, informasi, kelembagaan,
dan barang publik (mis. pelatihan)
- kemudahan koordinasi dan transaksi antar perusahaan
- difusi praktek-praktek terbaik dengan cepat
- insentif yang kuat untuk melakukan perbaikan karena saling membandingkan
Cluster menstimulasi dan memungkinkan inovasi
- meningkatkan kemampuan untuk melihat peluang inovasi
- keberadaan berbagai pemasok dan lembaga untuk membantu penciptaan
pengetahuan
- kemudahan bereksperimen dengan sumberdaya yang tersedia secara lokal
Cluster memfasilitasi komersialisasi
- peluang untuk perusahaan-perusahaan baru lebih terbuka
- komersialisasi produk baru dan memulai perusahaan baru lebih mudah
karena tersedianya tenaga kerja ahli, pemasok, dll
Dinamika di dalam cluster
Trial, error, dan observasi
Keragaman yang membawa kepada eksperimentasi
Keteladanan yang memotivasi perusahaan lain
Konsentrasi intensif informasi tentang bidang
tersebut
Watch and learn (apprenticeship)
Jaringan bisnis personal
Pemisahan perusahaan menyebarkan keahlian dan
teknologi
Evolusi dan Menurunnya Cluster
Evolusi Cluster

- Akar cluster seringkali berasal dari sejarah atau berkembang karena peristiwa
kebetulan (ada faktor-faktor lokal, permintaan lokal, industri/cluster terdahulu, lalu ada
tindakan kewirausahaan)
- Ada yang memicu proses self-reinforcing dimana muncul pemasok, kelembagaan lokal
berspesialisasi, informasi terkumpul, pesaing lokal tertarik, kelayakan meningkat dan
prestise tumbuh
- Spin-offs dan upaya kewirausahaan para karyawan menumbuhkan bisnis baru dan
persaingan
- Dengan tumbuhnya cluster dan saling menguatkan, pengaruh yang lebih besar
terhadap keputusan kebijakan publik dan kelembagaan lokal semakin besar

Penurunan Cluster

- Kekakuan internal/kurangnya persaingan (karena regulasi, organisasi pekerja, atau


kelemahan kelembagaan) padahal konsumen butuh perubahan
- Ketidakberlanjutan teknologi
- Peningkatan biaya melakukan bisnis melebihi nilai dari keahlian yang terspesialisasi
dan laju inovasi
Peran Umum Pemerintah dalam
Pengembangan Cluster
Kebijakan pengembangan cluster yang sukses dibangun di
atas kebijakan ekonomi yang baik secara menyeluruh
Pemerintah harus mendukung pengembangan seluruh cluster,
bukan memilih diantara cluster yang ada
Kebijakan pemerintah harus menguatkan cluster yang telah
ada atau baru muncul daripada menciptakan cluster yang
sama sekali baru
Peran pemerintah dalam mengembangkan cluster adalah
sebagai fasilitator dan partisipan. Cluster yang paling sukses
adalah yang berbentuk kemitraan antara swasta dan
pemerintah
Peran Pemerintah dalam Pengembangan Cluster
(Kebijakan Khusus)
Factor (Input) Conditions
- Ciptakan program-program pendidikan dan pelatihan yang terspesialisasi
- Bangun upaya penelitian pada universitas lokal tentang teknologi yang
terkait dengan cluster
- Dukung pengumpulan dan kompilasi informasi tentang cluster
- Tingkatkan transportasi, komunikasi, dan infrastruktur lain yang
dibutuhkan cluster
Context for Firm Strategy and Rivalry
- Hilangkan hambatan terhadap persaingan di tingkat lokal
- Fokuskan upaya untuk menarik investasi asing di sekitar cluster
- Fokuskan promosi ekspor di sekitar cluster
- Organisasikan departemen pemerintah yang relevan di sekitar cluster
Peran Pemerintah dalam Pengembangan Cluster
(Kebijakan Khusus)
Related and Supporting Industries
- Sponsori forum untuk mengumpulkan partisipan cluster
- Upayakan menarik pemasok dan penyedia jasa dari lokasi lain
- Bangun free-trade zones, industrial parks, atau supplier parks yang
berorientasi cluster
o Demand Conditions
- Ciptakan standar regulasi yang pro-inovasi yang mempengaruhicluster
untuk:
- mengurangi ketidakpastian regulasi
- menstimulasi adopsi awal
- menggalakkan inovasi atau produk dan proses baru
- Sponsori pengujian independen, sertifikasi produk, dan pemeringkatan
jasauntuk produk/jasa cluster
- Bertindak sebagai pembeli yang cangggih untuk produk/jasa cluster
Hambatan Umum dari Pemerintah terhadap Pembentukan
Cluster di Negara Berkembang

Mentoleransi monopoli, kartel, peraturan yang


proteksionistis, BUMN yang tidak kompetitif
Insentif atau kewajiban untuk berada pada free-
zones yang terisolasi dari perekonomian lokal
Keseragaman dalam pelatihan keahlian dan
kurikulum universitas
Kebijakan yang mendukung integrasi vertikal
Kebijakan pembangunan regional yang secara
artifisial menyebarkan perusahaan dan investasi
pada wilayah geografis yang luas
Model pembangunan yang top-down an terpusat
(model soviet).
Kebijakan Industri vs. Kebijakan Cluster
Kebijakan Industri
- Mentarget industri/sektor yang diinginkan
- Fokus pada perusahaan domestik
- Campur tangan dalam kompetisi (proteksi, promosi, subsidi, dll)
- Keputusan terpusat pada tingkat nasional
----- Mendistorsi Persaingan
Kebijakan Cluster
- Semua cluster dapat berkontribusi terhadap kemakmuran
- Baik perusahaan domestik maupun asing dapat meningkatkan
produktivitas
- Melonggarkan hambatan dan kendala terhadap peningkatanb
produktivitas
- Menekankan keterkaitan dan komplementaritas antar industri
- Mendorong inisiatif pada tingkat nasional maupun lokal
----- Meningkatkan Persaingan
Peran Sektor Swasta dalam Pembangunan Ekonomi
Keunggulan kompetitif sebuah perusahaan sebagian ditentukan oleh
lingkungan lokal
Keanggotaan perusahaan dalam sebuah cluster memberikan manfaat
kolektif
Investasi swasta dalam barang publik dapat dibenarkan
Berperan aktif dalam meningkatkan infrastruktur lokal
Pelihara pemasok lokal dan tarik investasi pemasok baru
Bekerja eratlah dengan lembaga pendidikan dan penelitian untuk
meningkatkan kualitas dan menciptakan program yang terspesialisasi
untuk memenuhi kebutuhan cluster
Menyediakan informasi dan input masukan penting kepada pemerintah
dalam isu regulasi dan kendala dalam pengembangan cluster
Fokus tanggung jawab sosial perusahaan untuk meningkatkan lingkungan
bisnis lokal
Peran penting asosiasi (meningkatkan pengaruh dan pembagian biaya)
PENGERTIAN DAYASAING
What is competitiveness?

Source: Porter (2009)


Diamond of Competititive Advantage

Chance Firm strategy, Goverment


structure and rivalry

Factor conditions Demand conditions

Goverment Related and supporting Chance


industries

Source : Porter (1990)


Comparison of The Diamond and The Nine Factor-Models

The Diamond model The Nine Factor Model

1. Factor condition 1. Endowed Resources


Physica
2. Firm Strategy Structure & Rivalry 2. Business environment
l
3. Related & Supporting 3. Related & Supporting industries Factor
Internal
4. Demand conditions 4. Domestic Demand Factor
5. Government 5. Workers
6. Chance 6. Politicians & Bureaucrats Human
Factor
7. Entrepreneurs
8. Professional Managers &
Engineers External
Factor
9. Chance, Events

Source :Cho and Moon, (2002)


Basic Factors (Porters
Diamond)
1. Kondisi Faktor. Posisi negara dalam faktor produksi, seperti
tenaga kerja trampil atau infrastruktur, perlu untuk bersaing
dalam suatu industri tertentu.
2. Kondisi Permintaan. Sifat dari permintaan pasar asal untuk
barang dan jasa industri.
3. Industri Terkait dan Industri Pendukung. Keberadaan atau
ketiadaan industri pemasok dan industri terkait lainnyadi negara
tersebut yang secara internasional bersifat kompetitif.
4. Strategi Perusahaan, Struktur dan Persaingan. Kondisi dalam
negara yang mengatur bagaimana perusahaan diciptakan, diatur,
dan dikelola, sebagaimana juga sifat dari persaingan domestik.
Peranan Pemerintah dalam Pembangunan
Industri

1. Factor (Input) Conditions:

-Regulasi, pricing, dan konservasi sumberdaya alam


-Pendidikan dan pelatihan
-Pembangunan, regulasi, dan pricing infrastruktur
-Sistem hukum dan pengaturan perusahaan
-Pengumpulan dan penyebaran informasi
-Kebijakan yang mempengaruhi tingkat tabungan
-Regulasi pasar modal
-Kebijakan IPTEK
Context for Firm Strategy and Rivalry:

-UU Tenaga Kerja


-UU/Kebijakan Investasi (pajak, insentif investasi, pasar
uang)
-Kebijakan perdagangan dan FDI
-Kebijakan persaingan usaha
-Kebijakan mengenai BUMN
-Regulasi mengenai HAKI
Demand Conditions:
-Kebijakan yang mempengaruhi pola konsumsi
-Regulasi tentang kualitas produk, kesehatan dan
keselamatan, dan lingkungan
-Government procurement

Related and Supporting Industries:


-Zona Industri
-Distribusi dan perijinan serta perpajakan pada industri
pemasok
-Kebijakan otonomi daerah dan daerah tertinggal
World Economic Forum

Dayasaing adalah:
the set of institutions,
policies, and factors that
determine the level of
productivity of a country
World Economic Forum: 12 Pillars of Competitiveness
Indonesia Competitiveness

Source: WEF (2009)


IMD Competitiveness Factors

These 20 sub-factors comprise more than 300 criteria, although each


sub-factor does not necessarily have the same number of criteria (for
example, it takes more criteria to assess Education than to evaluate
Prices).
Tantangan Utama Global
Sejalan dengan proses globalisasi, masyarakat dunia dihadapkan pada fakta:

Poverty and malnutrition (MDGs)


Widening income gap
Climate change
Credit crunch
Geo-political conflicts
Water scarcity
Loss biodiversity and deforestation
Pollution (mining and mobility)
Genetically modified organisms
..
Winners and Losers

The question is how much more unequal world income


distribution can become before the resulting political
instabilities and flows of migrants reach the point of
directly harming the well-being of the citizens of the
rich world and the stability of their states. (Robert
Wade)
What are
the
FACTS &
TRENDS
from a
business
perspective
?

Source: WBC SD
(2009)
Apakah konsep dayasaing sudah memadai?

. Konsep dayasaing yang


cenderung fokus pada aspek
ekonomi dapat membawa dunia
pada perlombaan menuju
kehancuran (Race to the Bottom)

.. Dibutuhkan konsep
dayasaing yang lebih sustainable
Sustainable Competitiveness
Konsep dayasaing dengan dasar produktivitas akan
menjamin dayasaing yang tinggi tetapi tidak
menjamin keberlanjutannya
Sustainable competitiveness menuntut
penyeimbangan (balancing) seluruh komponen triple
bottom line:
Profit (Economic aspect)
People (Social aspect)
Planet (Environmental aspect)
Unsustainable Competitiveness
Economic
Culture of bonus-driven strategies results in short term
horizons and inadequate individual firm solutions (exp.
ENRON, LEHMAN Brothers and recent Financial Global
Crisis)
Social
Poverty and poor labour conditions results in ethical
dilemmas, low productivity, or protest (or worse), and
resistance from surrounding communities
Environment
Ignorance of natural systems result in polluted areas, loss
biodiversity, and global climate change
Competitiveness Improvement Strategy
Toward an Indonesian Economic Strategy
(Porter, 2009):
Perubahan yang perlu dilakukan untuk mengambil
keuntungan dari globalisasi:

Pemerintah:
- dari aktor dan produsen menjadi fasilitator dan
regulator
- dari distributor rents menjadi redistributor transfers

Dunia Usaha:
- dari memikirkan kepentingan individu menjadi
kepentingan dunia usaha
- dari berorientasi proteksi menjadi orientasi kompetisi
dan
efisiensi

Masyarakat:
- dari tertutup menjadi lebih terbuka
Prakondisi untuk Membangun Keunggulan Kompetitif
(Competitive Advantage) - Michael E. Porter:

1. Menciptakan sense of urgency di seluruh lapisan


masyarakat
2. Seluruh lapisan masyarakat mempunyai paradigma yang
sama
mengenai daya saing yang harus dibangun.
3. Kebijakan dengan pendekatan cluster.
4. Kebijakan sosial dan ekonomi yang terintegrasi
5. Dunia usaha dan pemerintah harus memainkan peran yang
berbeda dan lebih sesuai dibandingkan sebelumnya
6. Mentransformasi dialog antara dunia usaha dengan
pemerintah
7. Harmonisasi antara upaya dan inisiatif pusat dan daerah
8. Berorientasi aksi bukan hanya analisis
9. Adanya kepemimpinan baik di pemerintahan maupun
PORTERS DIAMOND DAN
TAHAPAN PEMBANGUNAN
Tahapan Pembangunan Ekonomi

Factor Driven Economy:


Kondisi faktor standar (upah rendah, sumberdaya alam,
lokasi geografi) merupakan sumber keunggulan kompetitif
dominan
Teknologi diasimilasi melalui impor, FDI, dan imitasi
Perusahaan bersaing dalam harga dan kurang akses
langsung kepada konsumen
Perusahaan mempunyai peran terbatas dalam rantai nilai,
fokus pada perakitan, industri padat karya, dan eksploitasi
sumberdaya alam
Perekonomian sangat sensitif terhadap siklus
perekonomian dunia, harga komoditi dan nilai tukar
Investment Driven Economy:

Efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa standar adalah


sumber dominan keunggulan kompetitif

Teknologi diakses melalui lisensi, joint-venture, FDI, dan imitasi

Negara tidak hanya mengasimilasi teknologi asing, tetapi


mempunyai kapasitas untuk meningkatkannya

Diamond nasional mendukung investasi besar dalam infrastruktur


yang efisien dan proses produksi moderen

Perusahaan meningkatkan kapabilitas dalam rantai nilai

Perekonomian terkonsentrasi pada pabrikasi dan ekspor dengan


pelayanan yang dioutsource
Innovation Driven Economy:

Barang-barang dan jasa inovatif pada tingkat teknologi dunia


mutakhir merupakan sumber keunggulan kompetitif
Diamond nasional dicirikan oleh kekuatan pada semua area
bersamaan dengan keberadaan cluster yang baik
Perusahaan bersaing dengan strategi yang unik dan cakupan
yang seringkali global
Perekonomian mempunyai porsi jasa yang tinggi dan tahan
terhadap external shocks
Proses Pembangunan Ekonomi dan Diamond

1. Kondisi Faktor
Titik awal pada Negara Berkembang:
Ketergantungan yang tinggi pada ketersediaan upah rendah, tenaga
kerja tak terlatih, dan sumberdaya alam
Kurangnya kapital (rendahnya tabungan, capital flight)
Belum berkembangnya infrastruktur, pasar modal, dan sistem
pedidikan
Tidak efisiennya administrasi publik dan proses pengaturan yang
menjadi ajang korupsi
Hampir semua teknologi dipasok dan dikendalikan secara eksternal
------ Produktivitas rendah
Pembangunan Ekonomi yang Sukses

Tegakkan dasar-dasar standar untuk aktivitas bisnis


(memastikan keselamatan publik, infrastruktur komersial
yang berfungsi, informasi yang berhubungan dengan
bisnis)
Perbaiki kualitas dan tingkatkan efisiensi penggunaan
faktor yang ada (konservasi dan penetapan harga
sumberdaya alam, efisiensi infrastruktur fisik, pendidikan
umum yang berkualitas dan terjangkau, efisiensi pasar
tenaga kerja, laju tabungan nasional)
Perluas jumlah dan jenis input yang tersedia secara lokal
Upgrade kualitas faktor ke tingkat advance
Tingkatkan spesialisasi faktor di sekitar cluster ke tingkat
yang lebih advance
Context for Firm Strategy and Rivalry

Titik awal pada Negara Berkembang:


Tingginya tingkat ketidakstabilan politik dan ekonomi
Tingginya biaya kapital dan bersifat jangka pendek
Praktek-praktek oportunistik perusahaan
Persaingan ditumpulkan oleh konsesi monopoli, BUMN,
dan intervensi pemerintah yang besar
Perusahaan dilindungi dari persaingan dengan pesaing-
pesaing luar
Perusahaan-perusahaan monopolistik dominan atau kartel
berbagi pasar
Persaingan di tingkat lokal terjadi umumnya pada harga
Pembangunan Ekonomi yang Sukses

Tercapainya stabilitas ekonomi dan politik


Hilangnya hambatan internal pemerintah terhadap persaingan
(berakhirnya lisensi dan konsesi monopoli dari pemerintah, semakin
berkurangnya pengendalian harga, hambatan masuk, dan
pembatasan lokasi)
Dimulainya proses pembukaan perekonomian terhadap persaingan dari
luar
Terciptanya persaingan internal yang aktif dan kebijakan persaingan yang
efektif
Perlindungan terhadap HAKI
Mengurangi laju hambatan terhadap investasi dan memperpanjang
jangka waktunya
Bergerak lebih dari sekedar pemotongan harga dan imitasi dan lebih
berorientasi difrensiasi dan nilai produk
Related and Supporting Industries

Titik awal pada Negara Berkembang:

Industri berorientasi ekspor yang terisolasi


Industri pendukung langka dan tidak kompetitif
Kebanyakan mesin ynag canggih, komponen, dan peralatan dan jasa
yang advance harus diimpor
Cluster dapat dikatakan belum ada
Akibat ketergantungan pada suplier lokal yang tidak produktif
menyebabkan ketidakunggulan industri hilir
Integrasi vertikal yang tidak efisien disebabkan oleh ketiadaan
pemasok yang efisien dan hambatan terhadap impor
------ Sukses awal dalam ekspor sering terjadi pada industri yang
mempunyai hubungan antar industri yang lemah
Pembangunan Ekonomi yang Sukses

Keterbukaan terhadap pemasok asing untuk komponen-


komponen yang canggih, mesin, dan jasa-jasa
Mengusahakan perbaikan pada basis pemasok lokal
Mengundang FDI yang mendukung dan memperdalam cluster
lokal yang muncul
Demand Conditions

Titik awal pada Negara Berkembang:


Produk yang tidak terdifrensiasi adalah menjadi ekspor
utama
Demand lokal yang tidak canggih (informasi terbatas,
seleksi yang terbatas, fokus terhadap harga)
Rancangan produk dan jasa bersifat imitasi atau lisensi
dari luar
Rendahnya standar produk, kesehatan, keselamatan, dan
lingkungan
Dimana terjadi permintaan lokal yang tinggi, mengalihkan
perhatian dari mengembangkan produk yang kompetitif
secara internasional
Pembangunan Ekonomi yang Sukses

Kurangi ketidakunggulan lokal (kembangkan informasi kepada


pembeli tentang produk berkualitas rendah, buka pasar terhadap
produk luar, hilangkan secara bertahap batasan dan bias pajak untuk
produk-produk yang canggih, tingkatkan standar produk, keamanan,
kesehatan dan lingkungan ke tingkat internasional)
Tumbuhkan ekspor ke negara tetangga atau negara lain dengan
kebutuhan yang sama
Dukung upaya yang dilakukan perusahaan untuk memenuhi demand
asing
Investasi pada pengembangan infrastruktur dan keahlian pada
industri dimana permintaan lokal lebih advance karena sejarah, adat,
bidaya, geografi, atau pilihan kebijakan pro-inovasi
Gunakan pengadaan barang oleh pemerintah utuk menstimulasi
upgrading
Adopsi prioritas kebijakan yang mendorong demand awal untuk
produk yang baru dan advance melalui regulasi pro-inovasi
Apakah regulasi?

Penetapan aturan oleh pemerintah,


didukung dengan penggunaan sanksi,
yang ditujukan secara khusus untuk
mempengaruhi perilaku individu dan
perusahaan dalam memaksimalkan
kemakmuran
What are regulations?

Policy measures by which governments set


requirements on enterprises and citizens

in order to resolve a particular problem(s)


Economic Regulations

Social Regulations

Administrative Regulations
Kenapa kita perlu regulasi?

Market failure

Externalities

Popular view (dahulu):


A contest between the forces of good and
the forces of evil
Perubahan padangan atas Regulation
o Dunia usaha menciptakan kemakmuran:
Consumer at the receiving ends (business is just the middlemen)

Government failure:
Principal-agent problem

Information asymmetry

Pertimbangan dari ribuan businessmen di pasar lebih


baik daripada pertimbangan sedikti regulators
Regulasi merupakan hambatan terpenting dalam berusaha
(Survei Bank Dunia di 69 negara, 1997 )

Kelembagaan 31% Peraturan Daerah (Perda)


25%
Kondisi Sospol 26% Penegakan hukum
17%
Ekonomi Daerah 17%
Pelayanan Birokrasi
Infrastruktur 13% 15%
.
Tenaga kerja 13%
Sumber: KPPOD
High cost for starting business

Source: Doing Business Database, World Bank


(2003)
Siapa menanggung apa?
Taxpayers Administration costs

Consumers Higher prices

Businesses Compliance costs

Workers Job eliminated

Economy
Bancruptcy (missallocation
of resourcess)

Society Standards of living


Reformasi regulasi
Prinsip umum:
Intervensi pemerintah harus memiliki alasan
Regulasi merupakan best alternative
Benefits melebihi costs
Dilakukan konsultasi publik
No unecessary burden (adverse impacts)

Proses:
Review existing regulation
Filter proposed regulation
o Regulasi yang baik dapat menjadi regulasi yang
buruk dengan berjalannya waktu
o Penumpukkan (akumulasi) regulasi
o Banyak regulasi diterbitkan:
Sebagai simbol publik
Dengan pendekatan pemadam kebakaran (fire-
engine atau squeaky wheels)
o Tumpang-tindih (duplikasi) antara pusat dan
daerah
o Biaya kepatuhan
o Daya saing, terutama pasar dunia
Dalam rangka mencapai tujuan akhir: Kesejahteraan masyarakat
10 Pertanyaan untuk Regulasi yang Lebih Baik
1. Apakah masalah telah dirumuskan dengan baik?
2. Apakah tindakan pemerintah memiliki dasar (alasan)?
3. Apakah regulasi merupakan tindakan pemerintah yang terbaik?
4. Apakah memiliki dasar legalitas?
5. Tingkatan pemerintah manakah yang tepat melakukan tindakan
ini?
6. Apakah manfaat regulasi melebihi biayanya?
7. Apakah efek distribusinya transparan?
8. Apakah regulasi jelas, konsisten, komprehensif and dapat
diakses?
9. Apakah pihak-pihak yang berkepentingan telah diberi
kesempatan untuk partisipasi (konsultasi)?
10. Bagaimana kepatuhan akan dicapai?
Tahap reformasi regulasi

Deregulasi
Buang regulasi yang tidak jalan
Re-regulasi
Bangun kerangka dan kelembagaan
regulasi
Regulasi dengan Mutu yang Lebih Baik
Tingkatkan proses perumusan regulasi
Regulatory Impact Assessment
RIA adalah metode:
Penilaian secara sistematis terhadap dampak
dari tindakan pemerintah, dan
Mengkomunikasikan informasi kepada
decision-makers dan masyarakat.
Regulatory Impact Assessment (RIA) Perumusan Masalah

Identifikasi Tujuan

Konsultasi Publik Alternatif Tindakan

Analisis
Biaya & Manfaat

Pemilihan Tindakan

Strategi Implementasi
Problems Desentralisasi:

Tidak ada kerjasama horisontal, fokus daerah, kurang


koordinasi
Lebih menyukai solusi legal
Konsentrasi pada aspek legal regulasi dan tidak
menilai dampak
Kurang partisipasi masyarakat
PAD
Bagaimana RIA membantu?

Mendorong teamwork

Mendorong solusi alternatif

Konsentrasi pada kualitas isi regulasi dan


dampaknya

Membantu partisipasi publik


Adoption of RIA in selected OECD
countries
1981 U.S.
1985 U.K.
1985 Australia
1986 Canada
1993 Denmark
1994 Netherlands
1995 Mexico
1996 Hungary, Ireland, Finland
1998 Japan, Korea
1999 Italy
2000 Czech Republic, Greece, Poland
Comparison international experience
Country RIA Policy Analysis by Public Quality Control
(required by) disclosure?
Australia (fed) Laws; Cabinet Regulators Yes, circulated Review by industry &
policy (sponsor) for review commissions
Canada Financial admin Regulators Yes, all RIA in Review & advice by
act (Treasury draft RAOICS of the cabinet
Board) office
Denmark The Cabinet Regulators Yes Review by the
office ministry of finance
Italy Law Regulators No Responsibility of
(including regulator
parliament)
United Kingdom Cabinet Policy Regulators Yes, in draft & Ministers, DTI, RIU,
final form BRTF
United States Laws, Independent office Yes, draft & OMB
Presidential (<1980); final
Order Regulators
(1981<)
Korea Presidential Regulators (?) Regulatory Reform
United Kingdom (UK)
o Kelembagaan
BRU (better regulation unit) and RIU (regulatory
impact unit) Cabinet
DRIU (department RIU) Department
BRTF (better regulation task force) advice to
government: the need, fairness, simplicity,
affordability

Merevisi suhu penyimpanan makanan tertentu (dari 5


menjadi 8) saving GBP 41 juta pertahun
Penyederhanaan formulir K3 saving GBP 1 juta
pertahun
USA
Public consultation: notice & comment
process
Quality control by OMB
Political commitment (from the President)

CANADA
Establish central oversight bodies
Review setiap 10 th & 7 th

Standarisasi & penyederhanaan arsip (masa retensi) $100


juta/th
What the PM says

Where regulations or alternative measures are


introduceddecisions should be informed by a full
RIA...which also includes the wider economic, social
and environmental impacts
Tony Blair, January 2003
Reiew existing & filter proposal (draft)
1998-2000 = 120 draft direview (60% ditolak)
Existing reg direview secara bertahap

50% d/ 11,000 regs dihapus dlm satu tahun


Dibentuk Regulatory Reform Committee
CBA untuk reg:
1. Dampak tahunan > 10 mil won
2. Mempengaruhi > 1 juta orang
3. Secara nyata mengganggu persaingan
241 dari 884 draft regulasi ditolak dalam 1999
Kenya: Enabling Business Environment Approach

The establishment of the Deregulation Section


within the Ministry of Planning and National
Development (Creation of Champion).
Formation of Single Business Permit Policy and
its adaptation by 32 municipalities (Reduced
business permits from 25 to 1, reduced
transaction cost by nearly 70%)
The Establishment of private sector led policy
formulation and advocacy body (Kenya Private
Sector Alliance) to play critical role in pro-private
sector policy formulation.
2. Governance Reforms Part 5
Business Registration
Why
Simplified registration procedures and low cost reduce barriers
to formalizing
Reforms Implemented
160
Monthly number of firms registering

140
120
100
80
60

40
20

0
Okt-03

Okt-04
Jul-03

Jul-04
Jan-03

Mar-03

Mei-03

Mei-04
Feb-03

Jun-03

Nop-03

Jan-04

Mar-04

Jun-04

Nop-04

Jan-05

Mar-05
Des-03

Feb-04

Des-04

Feb-05
Sep-03

Sep-04
Apr-03

Apr-04

Apr-05
Agust-03

Agust-04
Source: Ministry of Commerce

Number of enterprises registered monthly in Cambodia:


Average before Sept-04: 61
Average after Sept-04: 122
279
Prakarsa RIA di Indonesia?
RIA Initiatives in Indonesia
Organization Date Main Activities (Outputs)
TA Promoting 2000 Develop Manual (IRRM)
Deregulation & Establishment of DCTF (deregulation &
Competition competition task force)
(ADB) Dissemination workshops
Training on RIA
Review selected regulations
Competition briefs
PEG (USAID) 2001 Dissemination seminars
Socialization in provincial governments
MOIT - BPPIP 2002- Socialization
2003 Training
RIA Initiatives in Indonesia (contd)
Organization Date Main Activities (Outputs)
TA - Business 2003 - RIA training for LGs
Development 2004 Dissemination workshops
Services (ADB) RIA implementation in LGs
Revise IRRM
Framework for institutional set up
Bappenas 2003 Training on RIA
FGD on institutional set up

MOIT IDKM 2004 Training of facilitators


(in progress) Socialization in 30 provinces

The Asia 2004 RIA implementation by a joint (private-public)


Foundation (in progress) team in Palembang
SwissContact 2004 RIA implementation (w/ emphasize on public
(in progress) consultation) in Jogyakarta
The way forward
APEC-OECD
Checklist
Is there a central body?
Are the legal basis and the economic impacts of
new/existing regulations systematical reviewed?
Is the regulatory management process
transparent?
Has the government established effective
consultation mechanisms?
Has the system of RIA been established and
required?
Has compliance with and enforcement of
regulation been assured?
The way forward
Dukungan politis
Standar mutu yang jelas
Metodologi yang fleksibel dan layak
Pengembangan sebuah struktur kelembagaan
Konsultasi publik
Komunikasi informasi
Membangun keahlian dan ketrampilan di
kalangan regulator
RIA pada dasarnya adalah menemukan titik
keseimbangan antara

Dampak Kepentingan Publik


negatif
terhadap
bisnis
Dampak Negatif vs. Kepentingan Publik
Biaya: Pajak/ Retribusi/ Menggali pendapatan
Tarif Memelihara ketertiban
Biaya Imbangan Melindungi kesehatan,
(Opportunity Costs): lingkungan, dan
waktu yg dibutuhkan untuk kepentingan masyarakat
mematuhi aturan - Kebijakan utk:
- Hak asasi: kebebasan pengentasan kemiskinan,
menjalankan bisnis pembangunan ekonomi

Dampak Kepentingan
Negatif Publik
Regulasi
Bagaimana mendapatkan titik keseimbangan: sebuah aturan
sederhana
Sebuah regulasi dibenarkan dan dapat terus berlaku jika
kepentingan publik dan dampak negatif terhadap bisnis berada
dalam keseimbangan; atau
Jika kepentingan publik jauh lebih besar dari
dampak negatif terhadap bisnis.
-
-

+ +

+ +
+
Regulasi
Sebuah regulasi tidak dapat diterima dan harus dihapuskan atau dimodifikasi
jika dampak negatif terhadap bisnis lebih berat dibandingkan dengan
kepentingan publik yang dilindungi
Regulatory Impact Assessment (RIA)
RIA adalah sebuah metode bagaimana mengukur,
mengevaluasi, dan menyeimbangkan kepentingan publik
dengan dampaknya dengan cara transparan dan
partisipatif
Untuk sampai kepada keputusan yang seimbang tersebut,
beberapa aktivitas berikut harus dilakukan:
Pengumpulan dan analisis data
Analisis masalah
Menetapkan data dasar (baseline)
Memilih kriteria dan metode pengembilan keputusan
Konsultasi dengan berbagai stakeholder
Mengevaluasi biaya dan manfaat
Strategi
Implementasi
Tahapan Regulatory Impact Analysis

Pemilihan
Tindakan
Analisis Konsultasi Publik
Biaya & Manfaat
(RIA)

Alternatif
Tindakan
Identifikasi Tujuan
Perumusan
Masalah
Masalah: perbedaan antara situasi yang
terjadi (actual) dengan situasi yang
diinginkan (desired)
Pertanyaan yang harus dijawab:
Apakah telah memahami masalah
sebenarnya?
Apakah ada masalah yang lebih
mendasar?
Bagaimana persepsi para stakeholders?
Dari masalah yang telah dirumuskan, tetapkan apa
sasaran yang ingin dicapai dengan kebijakan.

Pertanyaan yang harus dijawab:


Apakah untuk menyelesaikan sebagian atau
seluruh masalah?
Apakah tujuan (sasaran) regulasi?
Apakah ada kewenangan Pemda mengeluarkan
kebijakan tersebut?
Apakah resiko yang terjadi seandainya tidak
dikeluarkan kebijakan?
Seluruh pilihan tindakan untuk memecahkan
masalah/mencapai tujuan diidentifikasi pada
tahap ini.
Pilihan dapat berupa berbagai bentuk regulasi atau
non-regulasi
Selalu termasuk dalam pilihan: tidak ada pengaturan
(do nothing) dan keadaan status quo (jika sudah
ada regulasi yang sedang berjalan)
Pertanyaan yang harus dijawab:
Apakah telah mempertimbangkan semua
instrumen yang tersedia untuk mencapai tujuan?
Apakah ada alternatif lain yang lebih baik?
Bagaimana kalau tidak dilakukan apa-apa (do
nothing)?
Setiap pilihan tindakan akan melahirkan manfaat dan
biaya bagi kelompok yang terlibat dalam suatu
kebijakan (produsen, konsumen, masyarakat umum,
pemerintah, dll).
Setiap pilihan harus dievaluasi manfaat dan biayanya.
Pertanyaan yang harus dijawab:
Manfaat/biaya apa sajakah yang timbul dari setiap
alternatif?
Apakah menghasilkan manfaat/biaya yang
diinginkan? Apakah ada dampak lainnya?
Bagaimana dengan manfaat/biaya bagi pemerintah,
konsumen, masyarakat, pelaku usaha, dan ekonomi
secara keseluruhan?
Apakah manfaat lebih besar dari biayanya?
Setelah setiap pilihan tindakan dinalisa manfaat dan
biayanya, bandingkan pilihan yang manfaatnya lebih
besar daripada biaya.
Pilih opsi yang mempunyai rasio manfaat terhadap biaya
yang paling besar.
Pertanyaan yang harus dijawab:
Apakah sudah diperhitungkan nilai waktu?
Apakah distribusi manfaat dan biaya antar pihak yang
terkena aturan telah dikaji?
Apakah tingkat keterandalan (reliabilitas) kajian telah
dinilai?
Bertujuan untuk menguji persepsi regulator
apakah telah sama dengan persepsi
stakeholders regulator tidak tahu
segalanya.
Dilakukan pada setiap tahapan:
Memastikan rumusan masalahnya tepat,
persepsinya sesuai
Mendapat masukan atas opsi
Masukan & konfirmasi mengenai
biaya/manfaat
Masukan atas kemungkinan
implementasi
Regulasi yang terkonsep dengan baik tidak akan
banyak berguna jika tidak dapat
diimplementasikan dengan baik.
Untuk itu perlu dirancang strategi implementasi
Strategi implementasi mencakup:
Sosialisasi
Kepatuhan
Monitoring
Prinsip Dasar Review Regulasi
Regulasi minimum (Minimum effective
regulation)
Netral terhadap persaingan (Competitive
neutrality)
Transparansi/Partisipasi
(Transparency/Participation)
Pertimbangan manfaat-biaya (Cost-
benefits)
Regulasi minimum

Pemerintah sebaiknya mengeluarkan


regulasi untuk hal-hal yang memang tidak
dapat dicapai dengan cara lain (selain
regulasi)
Jika harus mengeluarkan regulasi, pilih
regulasi yang menimbulkan beban paling
sedikit bagi publik.
Mana jantung yang
sehat?
Heart Rate (beats per minute)

140 140

130 130

120 120

110 110

100 100

90 90

80 80

70 70

60 60
0 300 600 900 0 300 600 900
Time (seconds) Time (seconds)

Heart Eight Days Healthy Heart


Before Cardiac Death
Netral terhadap persaingan
Pasar yang kompetitif menjanjikan total
tingkat kesejahteraan tertinggi bagi
keseluruhan masyarakat.
Pasar konpetitif mendidisplinkan pelaku
usaha untuk efisien.
Regulasi harus memberikan lingkungan
berusaha yang menyebabkan semua pelaku
usaha dapat bersaing sehat.
Transparansi/Partisipasi

Regulasi disusun dengan melibatkan


stakeholders.
Transparansi membangun keakuratan
regulasi dan penerimaan yang lebih tinggi
terhadap regulasi yang disusun.
Mengurangi peluang adanya oknum yang
ingin menyalahgunakan kekuasaan
Pertimbangan manfaat dan biaya

Setiap regulasi harus memiliki manfaat yang lebih besar


daripada biaya yang ditimbulkannya
Jika diperoleh lebih dari satu pilihan yang memiliki
manfaat yang lebih besar dari biaya, pilih yang mempunyai
rasio manfaat/biaya yang paling besar.
Dalam hal tidak dapat ditentukan manfaat dari suatu
regulasi secara baik, lihat mana alternatif yang
mempunyai cost effectiveness terbesar.
Terima Kasih
Industrial Policies in
East Asia
Pertemuan ke 8

306
Pendahuluan
Economics of East Asia have grown rapidly and has been
cointed the East Asian Miracle
Have the industrial policies played a significant role in this
achievement
Increasing liberal economic regime

307
Three contributory parts of countrys
economic growth
Growth of labor input
Capital input
Total factor productivity (TFP) : is a
combination of variety elements; especially
technology innovation

308
Krugman, 1994
East Asian economic development based on
its sources of growth doubt the
sustainability because TFP component is low
East Asian growth equal with that of the
former soviet union (related to massive capital
input)

309
Empirical data
Contribution from TFP in East Asia greater
than other part of the world (latin America)
but less than it was in Japan in its developing
stage
The sustain growth of EA economies will have
to come from TFP rather than from the growth
of labour and capital.

310
Dynamism of East Asian Growth
Is Industry Policy Effective
Historical Development of Industrial Policy in
East Asia
Growing acceptance of the Southeast Asian
Model of Development

311
Three Features of East Asian Development
Strategies

312
1. Strong Trend Toward Liberalization

313
2. Industrial Upgrading

314
3. Regional Networking

315
Future Industrial Policy in East Asia

316
Industrial Policies in
Indonesia
Session-9th

317
KPI: Indonesia
Import substitution (inward looking): create pertumbuhan
dari dalam:
persh lokal sebagai pemasok
Masyarakat menerima upah dan income
Export promotion (outward looking)

318
Import Substitution Strategies

Tariff, quota, anti dumping, Proteksi


Local content,
Export barrier: mencegah eksport minyak
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri

319
320
321
322
323

Anda mungkin juga menyukai