Anda di halaman 1dari 13

LOGAM YANG MAMPU MEMBENTUK LAPISAN PROTEKTIF

1. Logam
Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat kuat, liat, keras,
penghantar listrik dan panas, serta mempunyai titik cair tinggi. Bijih logam
ditemukan dengan cara penambanganyang terdapat dalam keadaan murni atau
bercampur. Bijih logam yang ditemukan dalam keadaan murni yaitu emas, perak,
bismut, platina, dan ada yang bercampur dengan unsur-unsur seperti karbon,
sulfur, fosfor, silikon, serta kotoran seperti tanah liat, pasir, dan tanah.
Bijih logam yang ditemukan dengan cara penambangan terlebih dahulu
dilakukan proses pendahuluan sebelum diolah dalam dapur pengolahan logam
dengan cara dipecah sebesar kepalan tangan, dipilih yang mengandung unsur
logam, dicuci dengan air untuk mengeluarkan kotoran, dan terakhir dikeringkan
dengan cara dipanggang untuk mengeluarkan uap yang mengandung air.
Alumunium (Al) termasuk logam lunak, liat dan mudah ditempa. Alumunium
mempunyai sifat ringan, bercahaya dan daya hantar listrik.
Adaya sifat ringan ini membuat alumunium banyak digunakan pada
industri pesawat terbang dan angkutan. Alumunium mempunyai afinitas yang
besar terhadap oksigen, membentuk lapisan oksida yang terbentuk dialumini tipis,
maka melindungi korosi lapisan oksida ini harus tebal yang dapat dihasilkan dari
proses anodisasi. Anodisasi alumunium adalah proses pembentukan oksida pada
alumunium secara elektrolisa. Proses anodisasi alumunium bertujuan untuk
meningkatkan ketahanan korosi, meningkatkan adhesi, memperbaiki penampilan
dekoratif, sebagai dasar untuk pelapisan lain, meningkatkan tahanan listrik atau
sebagai isolasi listrik, meningkatkan ketahanan abrasi.
Proses anodisasi ini di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti rapat arus,
jenis larutan elektrolit, pH larutan, konsentrasi larutan, temperatur operasi.
Disamping itu perlu juga diperhatikan pula proses persiapan permukaannya,
karena apabila ada kotoran atau lemak yang terbawa pada permukaan, maka hasil
anodisasi akan kurang baik terhadap daya lekat maupun sifat-sifatnya. Proses
anodisasi alumunium juga disebut anodic oxidation yang prinsipnya hampir sama
dengan proses pelapisan dengan cara lapis listrik (electroplating). Akan tetapi
bedanya logam yang akan dioksidasi ditempatkan sebagai anoda di dalam larutan
elektrolit. Perbedaan lain ialah larutan elektrolit yang digunakan bersifat asam
dengan penyerah arus DC bertipe voltage dan ampere tinggi. Katoda disini hanya
berfungsi sebagai penghantar arus listrik, jadi tidak larut.
Katoda harus berasal dari bahan logam yang tidak larut atau terkorosi di
dalam larutan asam kuat misalnya stainless steel, alumunium, titanium dan lain
sebagainya atau bahan dari grafit. Peralatan utama dari proses anodisasi ini sama
seperti yang digunakan pada proses pelapisan secara hubungan listrik yaitu
penyerah arus rectifier, elektroda katoda dan anoda, rak serta bak pada proses
anodisasi yang tidak menggunakan alat pendingin (thermostat).
Fungsi dari alat-alat tersebut hampir sama dengan yang digunakan pada
proses lapis listrik yang telah dijelaskan pada sebelumnya dilihat dari proses
pemakaian dan kegunaannya. Proses anodisasi dapat dibagi menjadi dua yaitu
untuk keperluan dekoratif dan keperluan protektif. Untuk keperluan yang bersifat
dekoratif harus tahan terhadap cuaca dan maupun tahan warna. Jenis ini proses
anodisasinya dilakukan diatas temperatur kamar.
Keperluan yang bersifat protektif yaitu tahan terhadap proses korosi dan
abrasi biasa disebut anodisasi keras. Proses ini dilakukan di bawah temperatur
kamar. Selain alumunium dan paduannya, logam-logam seperti stainless steel,
titanium dan tembaga dapat juga dilakukan dengan proses anodisasi, hal ini
karena mempunyai sifat kedap air dan relatif stabil. Proses anodisasi pada
umumnya dilakukan pada temperatur yang lebih rendah, karena dengan
temperatur rendah akan menghasilkan lapisan keras, dan porositasnya rendah.
Bila dilakukan pada temperatur tinggi, lapisan yang akan terbentuk terlihat
lebih poros sehingga daya tahan terhadap korosinya terutama pada udara terbuka
akan menurun dan karena bagian luar lapisannya sangat rapuh dan mudah lepas.
Pemakaian arus searah akan menghasilkan lapisan yang lebih keras dan tahan
korosi, namun pada hal ini tetapi lebih bersifat rapuh. Sifat ketahanan korosi
biasanya akan bergantung pada proses pengerjaan akhir, terutama yang terdapat
pada proses sealing. Proses sealing bertujuan untuk menutupi atau melapisi pori-
pori yang tidak dapat ditutupi dengan proses anodisasi.
Caranya mereaksikan lapisan hasil anodisasi dengan H2O (uap air) atau
dengan penambahan larutan kimia lainnya. Proses sealing akan sangat efektif
apabila dilakukan dengan air biasa pada temperatur didih atau larutan tertentu
dengan pH yang tepat. Keefektifan sealing akan berkurang jika lapisan oksida
yang terbentuk tidak rata, tidak keras dan adapun banyak terdapat cacat atau
rusak. Tampak rupa, warna dan sifat-sifat lapisan oksida yang terbentuk akibat
pengaruh dari larutan elektrolit dan jenis bahan yang dioksidasi.

2. Logam Campuran
Paduan (alloy) adalah campuran unsur yang mempunyai sifat-sifat logam,
terdiri dari dua atau lebih unsur, dan sekurang-kurangnya satu unsur pembentuk
utamanya adalah logam. Sistem paduan adalah suatu sistem yang terdiri dari
semua paduan yang dapat terbentuk dari beberapa unsur dengan semua macam
komposisi yang mungkin dapat dibuat. Paduan dapat diklasifikasikan menurut
strukturnya, dan sistem paduan dapat diklasifikasikan menurut diagram
kesetimbangannya (diagram fasenya). Suatu paduan dapat berupa susunan yang
homogen apabila terdiri dari fase tunggal, atau campuran (mixture) apabila terdiri
dari beberapa unsur logam sebagai pembentuknya.
Fase (phase) adalah bagian dari material, yang homogen komposisi kimia
dan strukturnya, dapat dibedakan secara fisik, dapat dipisahkan secara mekanik
dari bagian lain material itu. Suatu fase dapat dibedakan dari fase lain dengan
melihat keadaan fisiknya, ada fase gas, cair dan padat. Bagian material dengan
komposisi kimia yang berbeda dikatakan dikatakan sebagai fase yang berbeda .
Struktur kisi (lattice) juga membedakan satu fase dengan fase lainnya. Logam.
yang memiliki sifat allotropi misalnya, setiap bentuk allotropinya merupakan fase
tersendiri, walaupun komposisi kimia dan keadaan fisiknya sama.

3. Proses Elektroplating Tembaga, Nikel, dan Khrom


Proses pelapisan tembaga, nikel, khrom terhadap logam ferro atau
kuningan sebagai logam yang dilapis adalah satu cara untuk melindungi logam
terhadap serangan korosi dan untuk mendapatkan sifat dekoratif. Cara pelapisan
tembaga, nikel, khrom dengan metode electroplating adalah sebagai pelapisan
menggunakan arus searah. Cara kerjanya mirip dengan elektrolisa, dimana logam
pelapis bertindak sebagai anoda, sedangkan logam dasarnya sebagai katoda.
Cara terakhir ini yang disertai dengan perlakuan awal terhadap benda kerja
yang baik mempunyai berbagai keuntungan dibandingkan dengan cara-cara yang
lain. Keuntungan tersebut antara lain lapisan relatif tipis, ketebalan dapat
dikontrol, permukaan lapisan lebih halus, hemat dilihat dari pemakaian logam
khrom. Pengerjaan electroplating tembaga, nikel, khrom pada dasarnya terbagi
atas tiga proses yaitu perlakuan awal, proses pelapisan dan proses pengolahan
akhir hasil electroplating. Proses electroplating ini terdapat tiga jenis proses
pelapisan yaitu yang pertama adalah pelapisan logam dengan tembaga, lalu
dilanjutkan dengan pelapisan nikel dan yang terakhir benda dilapis dengan khrom.

4. Pelapisan Logam
Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat
tertentu pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda tersebut
akan mengalami perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya,
dan tidak menutup kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya.
Pelapisan logam merupakan bagian akhir dari proses produksi dari suatu produk.
Proses tersebut dilakukan setelah benda kerja mencapai bentuk akhir atau
setelah proses pengerjaan mesin serta penghalusan terhadap permukaan benda
kerja yang dilakukan. Dengan demikian, proses pelapisan termasuk dalam
kategori pekerjaan finishing atau tahap penyelesaian dari suatu produksi benda
kerja. Berikut bahan pelapisan seperti mengecat. Jembatan, pagar dan railing
biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi dengan udara dan air. Selanjutnya
proses melumuri dengan oli atau gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai
perkakas dan mesin. Oli dan gemuk dapat mencegah kontak besi dengan air.
Kemudian dengan cara dibalut dengan plastik. Berbagai macam barang,
misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik juga
dapat mencegah kontak besi dengan udara dan air. Proses tin plating (pelapisan
dengan timah), dimana kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi
dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating.
Timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak
mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen (udara) dan air.
Akan tetapi, lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah
justru mendorong atau mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial
reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi
dengan timah akan membentuk suatu sel elekrokimia dengan besi sebagai anoda.
Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal itu justru yang
diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
Galvanisasi (pelapisan dengan zink), dimana pipa besi, tiang telpon, badan
mobil, dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink
dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi
karena suatu mekanisme yang disebut dengan perlindungan katoda. Oleh karena
potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan
zink akan membentuk sel elekrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan
demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi.
Cromium plating merupakan pelapisan dengan kromium. Besi atau baja
juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang
mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan
dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan
sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak. Proses sacrificial protection
(pengorbanan anoda). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif atau bisa
dibilang berarti lebih mudah berkarat daripada besi. Jika logam magnesium
dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak.
Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau
badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.

5. Perlindungan Elektrokimia
Perlindungan elektrokimia ialah mencegah terjadinya korosi elektrolitik
(reaksi elektrokimia yang mengoksidasi logam). Perlindungan elektrokimia ini
disebut juga perlindungan katoda (proteksi katodik) atau pengorbanan anoda
(anodaising). Cara ini dilakukan dengan menghubungkan logam pelindung, yaitu
logam yang lebih tidak mulia (E nya lebih kecil). Logam pelindung ini ditanam
di dalam tanah atau air dekat logam yang akan dilindungi. Disini akan terbentuk
sel volta raksasa dengan logam pelindung bertindak sebagai anoda.
Contoh-contoh proteksi katodik yaitu untuk mencegah korosi pada pipa di
dalam tanah, di dekatnya ditanam logam yang lebih aktif, misalnya magnesium
yang dihubungkan dengan kawat. Batang magnesium akan mengalami oksidasi
dan magnesium yang rusak dapat diganti dalam jangka waktu tertentu, sehingga
pipa yang terbuat dari besi terlindung dari korosi. Untuk melindungi menara-
menara raksasa dari pengkaratan, maka bagian kaki menara dihubungkan dengan
lempeng magnesium yang ditanam dalam tanah. Dengan demikian menara besi
akan menjadi katoda magnesium dan lempeng magnesium sebagai anodanya.
Berikut ini merupakan paduan-paduan besi antara lain seperti ferro yaitu
besi tuang (tahan terhadap korosi namun dapat brittle atau rapuh), baja karbon
(karbon tinggi mudah brittle) stainless steell (Cr dan Ni), duplex (tahan terhadap
HCl). Non ferro, atom murni contohnya Al, Zn, I, Ti, Cu, alloy contohnya brass
(kuningan), bronze. Besi yang dilapis seng, apabila terjadi goresan atau lapisan
mengelupas, kedua logam akan muncul di permukaan. Adanya uap air, gas CO2
di udara dan partikel-partikel lain, terjadilah sel volta mini dengan Zn sebagai
anodenya dan Fe sebagai katodenya. Zn akan teroksidasi terlebih dahulu karena
harga E-nya lebih kecil daripada Fe, sehingga korosi elektrolitik (reaksi
elektrokimia yang mengoksidasi logam) tidak terjadi.
Besi yang dilapis timah, apabila terjadi goresan atau lapisan mengelupas
kedua logam akan muncul di permukaan. Adanya uap air, gas CO2 di udara dan
partikel-partikel lain terjadilah sel volta mini. Di sini Fe akan bertindak sebagai
anode karena E0 Fe lebih kecil daripada E Sn, hingga Fe akan teroksidasi lebih
dulu. Di sini akan terjadi proses korosi elektrolitik. Oleh karena itu, pelat besi
yang dilapisi timah akan cepat berlubang-lubang daripada besi Galvani.

6. Pelapisan Krom
Dalam dunia logam ada beberapa teknik pelapisan terhadap logam,
diantaranya yaitu lapis seng, galfanis, perak, emas, brass, tembaga, nickel, dan
krom. Krom atau elektroplating chrome adalah salah satu teknik pelapisan logam
yang bertujuan untuk melapisi logam agar tahan terhadap karat dan juga untuk
menambah keindahan logam yang di lapis. Hal yang paling penting dalam sifat
lapis krom adalah warna putih kemilau yang menyenangkan.
Pemantulan cahaya yang tinggi, selalu mengkilap selama penggunaan, hal
itu disebabkan karena krom mempunyai ketahanan tarnish yang tinggi. Juga
memiliki resistansi korosi yang sangat baik sebab logamnya tidak bereaksi secara
kimia terhadap lembabnya udara, oksigen atau konsentrasi normal oleh
kontaminan di atmosfer. Pemakaian yang bagus dan resistansi terhadap goresan
adalah faktor-faktor yang penting dalam pemilihan logam kromium untuk
pengerjaan akhir pada benda-benda otomotif, pegangan pintu atau benda kerja
lainnya. Pada kenyataan dari sekian banyak penerapan pelapisan logam dikerjakan
dengan finishing krom karena kombinasi keunikan dan sifat-sitat lapis krom.
Benda kerja pelapisan krom diantaranya adalah:
1. Baja (bemper mobil, asesoris kendaraan, peralatan rumah tangga, perangkat
olahraga).
2. Seng berbasis logam cor celup (gagang pintu, perangkut pembakaran).
3. Plastik ABS polypropilene, polisufone (asesori kendaraan, perangkat RT, pipa).
4. Alumunium (aksesoris kendaraan, perangkat dapur).
5. Kuningan, perunggu( perangkat kelautan, pipa).
6. Stainless steel (penutup kawat, asesori kendaraan).
7. Besi.
Kita melihat variasi yang bermacam-macam dan bahan dasar yang
difinishing dengan lapis krom dekoratif, diantaranya baja, seng plastik, stainless
steel, almunium. besi, kuningan perunggu yang merupakan lapis logam yang
paling sedikit digunakan. Akan tetapi dalam daftar ini hanya stainless steel yang
dapat dilapis krom secara langsung. Bemper baja sebagai contoh perlu lapis
pendahuluan dengan lapis nikel atau kombinasi tembaga dan nikel.
Seng berbasis logam cor celup dilapis dengan tembaga, kemudian satu
atau dua kali lapis nikel, diikuti dengan krom. Plastik seperti ABS, polypropilene,
dan polysulfone yang telah dicetak menjadi benda-benda fungsional atau
keperluan dekorasi (seperti knop, terali, dan trim interior), sebelum dilapis dengan
krom perlu dilapisi elektrolisa tembaga atau nikel terlebih dahulu, selanjutnya
lapis elektrodeposit tembaga atau nikel dan terakhir lapis krom.
Paduan krom atau stainless steel digunakan untuk hiasan otomotif.
mempunyai ketahanan korosi yang baik tapi berbeda tipis corak/warna dengan
benda yang dilapis krom. Pelapisan kromium diatas stainless steel dapat langsung
dilakukan, dan hasil keduanya sangat baik dan resistan korosi. Alumunium
digunakan untuk artikel seperti hiasan otomotif dan alat-alat rumah tangga karena
bobotnya yang ringan. Untuk alumunium ini ada perlakuan awal yang khusus
yang dilapis pendahuluan dengan tembaga dan nikel terakhir lapis krom.
Kuningan dan perunggu hiasan digunakan untuk perangkat militer dan
perlengkapan pekerjaan mematri, dan selalu dilapis tembaga. Diikuti satu atau
beberapa lapis nikel sebagai persiapan pelapisan lapis krom. Plastik dibuat lebih
sensitif jika dilapis secara kimiawi dengan palladium. kemudian ditutup dengan
lapisan tembaga atau nikel supaya permukaan plastik jadi konduktif (mengalirkan
arus listrik) sebagai syarat dalam proses elektroplating.
Benda dengan bahan dasar seng selalu dilapisi tembaga sianida dengan
ketebalan yang cukup untuk melindungi permukaan dan mencegah serangan pada
seng oleh larutan pelapisan berikutnya. Benda yang terbuat dari baja kebanyakan
selalu dilapis dengan kromium. Benda tersebut bisanya dilapis dahulu dengan
nikel atau lapis tembaga dengan nikel. Krom digunakan untuk mengeraskan baja,
pembuatan baja tahan karat dan membentuk banyak alloy. Kebanyakan krom
digunakan dalam proses pelapisan logam untuk menghasilkan permukaan logam
yang keras dan indah dan juga dapat mencegah korosi/perkaratan. Krom
memberikan warna hijau emerald pada kaca. Industri refraktori menggunakan
kromit untuk membentuk batu bata, hal ini karena kromit memiliki titik cair
tinggi, pemuaian yang relatif rendah dan kestabilan pada struktur kristal.

7. Baja paduan
Baja paduan rendah mengandung berbagai unsur pembentuk paduan,
misalnya Cr, Ni, Cu, Mn, dan Mo, hingga 2 atau 3 persen. Penambahan unsur
paduan ini memperbaiki sifat-sifat mekanik, tetapi efeknya kecil terhadap laju
korosi komponen-komponen yang terendam atau terkubur, karena disitu baja
lunak, baja paduan rendah, atau baja tempa akan terkorosi dengan laju yang
kurang lebih sama. Penambahan krom yang sedikit lebih banyak, diketahui dapat
mendatangkan perbaikan yang cukup mencolok dalam perilaku korosi, sedangkan
tembaga dalam jumlah kecil, diketahui mengurangi korosi sumuran pada ketel.
Baja karbon sangat penting dalam berbagai pabrikasi industri karena sifat
mekaniknya yang unik dan tidak mahal. Baja karbon murni akan mengalami
korosi di hampir semua lingkungan atmosfer bila kelembaban relatif melebihi 60
persen. Begitu lapisan butir-butir air terbentuk pada permukaannya, laju korosi
ditentukan oleh berbagai faktor lingkungan. Tetapi yang paling penting adalah
oksigen, pH, dan hadirnya ion-ion agresif, terutama oksida belerang dan klorida.

8. Pengendalian Korosi dengan Mengubah Jenis Logam dan Desain


Peningkatan dapat dilakukan dengan cara mengubah komposisi logam,
struktur mikronya atau dengan cara mengubah kondisi tegangan dan
permukaannya. Peningkatan daya tahan korosi dapat dilakuan dengan pemaduan
atau disebut juga dengan alloying yang dapat bersifat passivatif, katodik, penetral,
pembentuk oksida dan maupun inhibiting. Passivatif, dimana misalnya
penambahan Cr (11%), Ni dan Mo dalam baja tahan karat dan dalam baja tahan
asam. Fungsi katodik untuk mendorong proses pasifasi misalnya penambahan
unsur-unsur Cu, Ag, Pd atau Pt dalam baja tahan asam, Ni dalam aluminium.
Penetral, misalnya Ti, Nb dan Ta sebagai pembentuk karbida dalam austenitic
stainless steel, Ce, Ti dan Cu untuk menetralkan unsur S dalam baja, demikian
pula Mg dan Mn untuk menetralkan Fe dan Si dalam aluminium.
Pembentuk oksida meliputi Cr, Al dan Si dalam baja tahan panas, Al, Be
dan Mg dalam tembaga untuk meningkatkan daya tahan terhadap korosi. Terakhir
peningkatan daya dengan inhibiting, misalnya As atau Sb dalam kuningan (brass)
untuk mencegah dezincification. Proses pemurnian seperti pengurangan sulfur
dalam berbagai jenis baja, carbon dalam stainless steel, juga Fe, Si dan Cu dalam
aluminium dapat memperbaiki daya tahan korosi. Perubahan struktur mikro
dilakukan dengan cara perlakuan panas dengan tujuan melarutkan fasa-fasa
sekunder (senyawa intermetalik atau karbida) yang diikuti proses pendinginan
cepat, berfungsi dapat memperbaiki daya tahan korosinya.

9. Pengendalian Korosi dengan Mengubah Media Korosif


Langkah-langkah pengendalian korosi dengan mengubah media
korosifnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara ini diantaranya yaitu
dengan menghilangkan unsur O2 dalam air dengan cara evakuasi, selanjutnya
menghilangkan asam dalam air dengan cara netralisasi, menghilangkan garam-
garam dalam air dengan pertukaran ion, penghilangan air dalam udara dengan
cara dehumidification, penurunan kelembaban misbi udara sekeliling dengan
menaikkan temperatur, dan terakhir dengan peniadaan partikel-partikel debu yang
berada didalam air atau udara dengan cara filtrasi.

10. Pengendalian Korosi dengan Cara Mengubah Potensial Logam/Media


Korosif
Permasalahan yang terjadi pada korosi logam dalam lingkungan basah
melibatkan proses elektrokimia maka penanggulangannya pun harus dilakukan
secara elektrokimia. Pengendalian korosi secara elektrokimia dilakukan dengan
cara mengubah tegangan elektrodanya agar korosi dapat dicegah atau paling tidak
dapat mengurangi pelarutan logam. Hal ini tergantung kepada kemana arah
tegangan elektrodanya digeser kearah positif atau negatif, proteksi korosi dapat
dibagi menjadi proteksi katodik dan proteksi anodik.

11. Prinsip Proteksi Katodik


Proteksi katodik adalah cara perlindungan logam terhadap serangan korosi
dengan jalan membanjiri logam tersebut dengan electron, sehingga potensial
logam terhadap lingkungan menurun sampai potensial proteksi, di mana logam
secara teknis dianggap tidak terkorosi lagi. Sistem proteksi ini merupakan
rangkaian listrik. Ditinjau dari sumber arus listriknya, metode proteksi katodik
dibagi menjadi dua, yaitu metode anoda korban (sacrificial anode) dan metode
arus tanding (impressed current). Dalam metode pertama, logam dilindungi
dengan menggunakan logam / paduan lain yang lebih reaktif, yang dihubungkan
dalam elektrolit. Arus listrik searah diperoleh dari reaksi galvanis yang
diciptakannya. Dalam hal ini logam/paduan yang kita kenal sebagai anoda yaitu
seng ( Zn ), Alumunium ( Al ), dan magnesium (Mg).
Pada metode kedua, arus listrik searah dengan diperoleh dari sumber luar,
biasanya dari penyearah arus (rectifier), di mana kutub negative dihubungkan ke
logam yang dilindungi dan kutub positif dihubungkan ke anoda. Anoda yang
dapat digunakan adalah Ti/Pt, Nb/Pt, Ta/Pt, grafit, magnetit, silicon, dan baja.
Masingmasing anoda mempunyai kekhususan dalam penggunaannya, hal ini
ditinjau dari lingkungan dan kapasitas arus tersebut.

11.1. Proteksi Katodik (Cathodic Protection)


Dalam dunia industri perminyakan sering kali dijumpai masalah pada
peralatan operasional yang kebanyakan terbuat dari baja dan besi. Salah satu
masalah tersebut yaitu korosi. nah disini saya akan mencoba berbagi sedikit
tentang apa yang saya ketahui terutama pada bidang penanggulangan masalah
korosi ini. Sebenarnya banyak sekali metode yang telah ada untuk menanggulangi
masalah korosi ini. salah satunya dengan cara cathoidic protection.
Cathodic protection merupakan salah satu metode teknologi pengendalian
korosi dengan cara membalikkan arah arus korosi. Membalikkan arah arus korosi,
dimaksudkan untuk mengembalikan electron-elektron yang mengurai dari logam
tertentu, yang bersifat kebal atau imun sehingga proses korosi pada logam dapat
dikurangi atau ditiadakan (tidak sampai hilang). Proteksi katodik (cathodic
protection) adalah teknik yang digunakan untuk pengendalian korosi pada
permukaan logam dengan menjadikan permukaan logam tersebut sebagai katoda
dari sel elektrokimia. Proteksi katodik ini merupakan metode yang umum
digunakan untuk melindungi struktur logam dari korosi.
Sistem proteksi katodik ini biasanya digunakan untuk melindungi baja,
jalur pipa, tangki, tiang pancang, kapal, anjungan lepas pantai, dan casing
(selubung) sumur minyak di darat. Efek samping dari penggunaan yang tidak
tepat adalah timbulnya molekul hidrogen yang dapat terserap ke dalam logam
sehingga menyebabkan hydrogen embrittlement (kegetasan hidrogen). Ditinjau
dari sumber listriknya, metode proteksi katodik dibagi menjadi dua, yaitu metode
anoda korban (sacrificial anode) dan metode arus tanding (sacrificial anode).
11.2. Beberapa Masalah dalam Proteksi Katodik
Membiarkan pipa tanpa proteksi katodik. Demikian kita menempatkan
logam dalam pelayanan produksi, seharusnya perlindungan terhadap korosi segera
diterapkan. Makin lambat kita menerapkannya hanya akan memperbesar
kerugian. Berdasarkan peraturan, kita tidak boleh membiarkan pipa dengan lapis
lindung lebih dari satu tahun. Seperti halnya pada pipa telanjang tanpa proteksi, di
Indonesia masih banyak pipa telanjang tanpa proteksi katodik, yang tentu saja
akan mengalami kebocoran-kebocoran yang sangat merugikan.
Selain dari pipa, banyak pula tiang-tiang pancang dermaga tanpa proteksi
katodik. Kondisi ini hanya akan menimbulkan rasa khawatir yang terus menerus,
yang akan berakhir dengan kegagalan. Desain yang kurang sempurna, beberapa
desain yang kurang sempurna, yang berakibat kurang berfungsinya proteksi
katodik. Terakhir yaitu kerusakan anoda premature, banyak terjadi kerusakan
anoda premature, yang berakibat tidak berfungsinya proteksi katodik.

12. Proteksi Anodik


Pada proteksi anodik objek yang akan dilindungi dipasang sebagai anoda
dari suatu sel galvanic atau biasanya sel elektrolitik. Kemudian tegangan
elektrodanya digeser kearah positif sehingga untuk logam-logam tertentu akan
terjadi pasifasi kimiawi. Untuk kebanyakan logam hal ini justru akan
menyebabkan terjadinya korosi. Oleh karena itu cara ini pada prinsipnya hanya
cocok untuk logam yang menunjukkan pasifasi kimiawi. Selain itu komposisi dari
larutan korosifnya harus mendukung terjadinya pasifasi. Oleh karena itu, proteksi
anodik tidak dapat dipakai dalam lingkungan yang mengandung konsentrasi anion
dalam jumlah yang besar, seperti dalam larutan klorida.
Ion-ion sulfat dalam konsentrasi tinggi dapat menggantikan ion-ion klorida
pada permukaan logam. Jadi baja 18/8 dapat dilindungi secara anodik dalam
larutan yang mengandung 30% H2SO4 dan 1% NaCl. Proteksi anodik dapat pula
dibagi menjadi dua sub kategori yaitu galvanic anodic protection, dalam hal ini
logam-logam mulia (Pt, Pd, Ag, Cu) dipakai sebagai unsur-unsur pemandu atau
sebagai surlace coating pada logam-logam pasifasi (stainless steel, Ti, Ta, Zr).
DAFTAR PUSTAKA

Manurung, C. 2010. Pengaruh Kuat Arus Terhadap Ketebalan Lapisan dan Laju
Korosi Hasil Elektroplating Baja Karbon Rendah dengan Pelapis Nikel.
Jurnal Jurusan Teknik Kimia PTKI. Medan.
Rochim. 2009. Proteksi Korosi. (Online). https://www.academia.edu/proteksi-
korosi/. (Diakses pada tanggal 18 Februari 2017).
Suratman, R. 2005. Teknologi Pengendalian Logam. Jurnal Fakultas Teknik
Universitas Negeri Surabaya, Vol. 13, No.2. Surabaya.
Trethewey, K. 1991. Korosi Untuk Mahasiswa dan Rekayasawan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Widharto, S. 2001. Karat dan Pencegahannya. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Anda mungkin juga menyukai