Anda di halaman 1dari 46

Contoh peristiwa korosi antara lain karat pada besi, pudarnya warna mengkilap pada perak,

dan munculnya warna kehijauan pada tembaga. Reaksi kimia yang terjadi termasuk proses
elektrokimia di mana terjadi reaksi oksidasi logam membentuk senyawa-senyawa oksida logam
ataupun sulfida logam.

Pengertian Korosi, Penyebab, Proses,


Pencegahan, dan Contohnya
Materi Kimia › Pengertian Pakar 20 Agustus 2019 Aji Pangestu
Korosi merupakan suatu peristiwa kimia yang melibatkan reduksi oksidasi atau biasa
disebut reaksi redoks. Peristiwa ini dapat terjadi pada logam seperti besi, baja, dan lain
sebagainya. Dapat diartikan, terjadinya korosi berarti material tersebut telah mengalami
kerusakan karena strukturnya bukan lagi sebagai logam murni melainkan logam oksida oleh
adanya reaksi oksidasi yang terjadi pada logam tersebut.
Berdasarkan sistem tabel periodik unsur, saat ini diketahui terdapat 80 jenis unsur logam
dimana setangah dari jumlah tersebut dapat dikombinasikan atau dicampur dengan logam
lain untuk membentuk paduan logam yang dapat menghasilkan variasi lebih dari 40.000 jenis
paduan logam yang berbeda.

Masing-masing paduan tersebut akan memiliki sifat fisik, kimia, dan mekanik yang berbeda
karena tersusun dari jenis logam yang berbeda namun semua jenis paduan tersebut dapat
mengalami korosi dengan batas dan cara tertentu.

Daftar Isi
 Korosi

Korosi
Korosi adalah peristiwa berkarat dan terkelupasnya material logam seperti besi dimana hal ini
terjadi karena reaksi oksidasi pada logam tersebut. Korosi dapat menyebabkan kerusakan
pada struktur material sehingga logam yang telah mengalami korosi menjadi tidak berguna
atau memiliki nilai yang rendah karena sifat logam akan turun dengan adanya korosi.

Secara sederhana, ketika logam yang baru dibuat mengalami kontak atau terpapar dengan
udara, maka permukaan yang awalnya mengkilap akan tertutup oleh karat akibat bereaksi
dengan udara. Kecenderungan suatu logam untuk mengalami korosi ditentukan dari stabilitas
dan kondisi logam tersebut.

Suatu logam dapat terbentuk dalam keadaan logam murni, keadaan teroksidasi nol, ataupun
dalam bentuk senyawa yang bergabung dengan unsur lain atau teroksidasi positif. Di alam,
sebagian besar logam ditemukan dalam bentuk senyawa yang artinya logam cenderung lebih
stabil dalam bentuk teroksidasi untuk berikatan dengan unsur lain.

Dengan alasan ini, untuk mendapatkan logam murni seperti yang biasa kita gunakan
diperlukan energi yang cukup besar untuk mendapatkan logam murni. Sebaliknya ketika
mengalami korosi yang berarti logam murni akan teroksidasi dan berikatan dengan unsur lain,
maka energi akan dilepaskan dengan peristiwa ini atau dapat dikatakan proses koro si ini
adalah proses spontan yang dapat terjadi tanpa adanya energi. Sangat mudah untuk
menemukan benda di kehidupan kita yang menunjukkan tanda-tanda korosi.

Korosi mempengaruhi banyak bidang kehidupan manusia yang menggunakan produk logam.
Hal itu karena proses korosi tidak hanya mempengaruhi sifat kimia logam tetapi juga
menghasilkan perubahan sifat fisik dan mekaniknya. Logam yang memiliki permukaan
mengkilap dapat menjadi kusam dan kotor pada permukaannya dengan adanya korosi.

Selain itu, logam yang pada dasarnya bersifat kuat dan kokoh, ketika mengalami korosi hingga
ke bagian dalam, maka logam tersebut dapat menjadi keropos dan rapuh. Oleh karena itu
terjadinya korosi sangat tidak diinginkan untuk material logam yang digunakan dalam
kehidupan sehari hari.

Proses Korosi
Ketika suatu logam seperti besi ditempatkan diluar ruangan dan material tersebut terpapar
dengan kelembaban udara, besi tersebut akan berkarat dengan cepat. Hal itu dikarenakan
pada keadaan udara lembab itu berarti pada kondisi tersebut uap air berada dalam jumlah
yang tinggi pada udara.

Uap air yang akan berperan dalam proses korosi besi tersebut dimana akan terjadi reaksi
reduksi oksidasi pada prosesnya. Laju korosi akan dipercepat dengan adanya uap air garam
pada kelembaban udara tersebut. Proses korosi terjadi melalui reaksi elektrokimia dimana
molekul air akan menjadi sistem sel volta dalam mengalami kontak dengan logam dan akan
mengoksidasi logam besi tersebut. Tentunya proses ini dapat terjadi dengan adanya oksigen
bebas yang berperan dalam proses oksidasi.
Mekanisme terjadinya korosi berawal ketika besi mengalami kontak dengan molekul air yang
terdapat di udara. Reaksi reduksi oksidasi seperti yang ada pada baterai terjadi pada proses
korosi. Logam akan berperan sebagai anoda sehingga logam tersebut akan mengalami
oksidasi.

Proses ini akan menghasilkan ion logam dan elektron bebas yang kemudian elektron tersebut
akan berpindah dan mereduksi oksigen dan dapat menghasilkan ion hidroksida. Hal itu akan
mendukung terjadinya reaksi katiodik. Pelarutan logam pada anoda akan menghasilkan dua
produk yaitu ion logam yang akan berada pada larutan dan menghalami hidrasi atau
menghasilkan ion logam yang berbentuk senyawa padat dan terkumpul pada permukaan.

Besi murni (Fe) merupakan logam besi yang biasa digunakan sebagai material. Besi tersebut
akan teroksidasi sehingga bermuatan 2+ dan akan menghasilkan elektron untuk mereduksi
oksigen pada udara. Reaksi ini terjadi pada anoda:

Fe(s) Fe 2+(aq) + 2e –
Elektron akan berpindah di dalam logam besi dan bergerak ke arah teteasan molekul air
berada.

O2 (g) + 2 H 2O(l) + 4e – 4 OH – (aq)


Dalam air, ion hidroksida akan bergerak ke arah dalam dan bereaksi dengan besi yang telah
teroksidasi (Fe 2+ ). Hal itu akan menghasilkan besi (II) hidroksida yang akan mengendap.
Fe 2+(aq) + 2 OH – (aq) Fe(OH) 2 (s)
Karat akan terbentuk dengan cepat ketika proses oksidasi dari endapan terjadi. Hal itu karena
pada umumnya Fe(OH) 2 bersifat reaktif dan akan dengan mudah bereaksi dengan oksigen
yang berada pada udara bebas menghasilkan proses korosi.
4 Fe(OH) 2 (s) + O 2 (g) 2 Fe 2O3 •H2 O (s) + 2 H 2O (l)
Karat tersebut berbentuk besi oksida yang terhidrasi dan akan menutupi permukaan logam
besi. Karat memiliki warna coklat kehitaman sehingga akan menurunkan nilai dari logam
tersebut. Dengan proses demikian, hal itulah yang menyebabkan proses korosi umumnya
terjadi pada permukaan terlebih dahulu.

Pencegahan Korosi dan Contohnya


Berikut ini adalah serangkain faktor penyabab terjadinya krosi dalam ilmu kimia beserta
contohnya, antara lain;

Pelapisan Permukaan
Metode pencegahan korosi yang paling sederhana dan mudah yaitu melalui pelapisan
permukaan dimana pada metode ini, logam akan dilapisi dengan material penutup lain seperti
cat. Penutupan permukaan logam dengan cat akan menghambat terjadinya kontak antara
logam dengan uap air dan juga udara. Hal itu berarti akan mencegah terjadinya proses korosi
pada logam tersebut.

Sacrificial Coating
Metode coating lainnya yaitu sacrificial coating dimana pada proses ini permukaan logam akan
dilapisi dengan logam lain yang lebih mudah mengalami oksidasi atau proses ini juga dikenal
dengan sacrificial coating. Salah satu logam sebagai pelapis aka n dikorbankan untuk
melindungi logam utama.

Besi ataupun baja umumnya dilapisi dengan zink yang merupakan logam yang lebih reaktif.
Proses ini juga dikatakan sebagai galvanisasi dimana korosi pada zink yan dihasilkan dari
oksidasinya sedangkan besi akan mengalami reduksi. Reduksi pada besi merupakan inhibitor
dari korosi.

Proteksi Katiodik
Cara lain untuk memproteksi logam dari korosi adalah dengan menggunakan metode proteksi
katiodik dimana pada prosesnya, muatan elektrik negatif akan dialirkan ke logam se cara
kontinyu. Proteksi katiodik mereplikasi efek dari metode sacrificial coating dengan logam yang
jauh lebih aktif.

Sumber dari muatan negatif pada umumnya berasal dari power supply eksternal. Proses ini
banyak digunakan dalam proteksi korosi untuk tangki bahan bakar dan pipa bawah tanah.

Passivation
Metode ini merupakan cara menghambat korosi pada logam melalui film tipis yang dilapiskan
pada permukaan logam sebagai penghalang terhadap oksidasi logam tersebut. Pembentukan
lapisan pasif ini akan dipengaruhi oleh pH lingkungan, suhu, dan kondisi kimia.

Metode ini telah digunakan pada patung Liberty yang dilapisi dengan platina biru -hijau melalui
reaksi kimia tertentu. Hal ini akan memproteksi logam tembaga dari patung Liberty.

Anodisasi
Anodisasi merupakan cara penghambatan korosi dimana logam akan diproteksi dengan
senyawa spesifik tertentu melalui kondisi elektrokimia. Hal ini akan menghasilkan film atau
lapisan tipis logam oksida berukuran nanometer. Pori akan memungkinkan terjadinya oksidasi
pada film, metode ini menghasilkan lapisan yang lebih tebal daripada metode passivation.

Sacrificial Anode Protection


Memiliki prinsip yang sama dengan sacrificial coating, metode scrificial anode protection
terbentuk dari logam yang memiliki reaktivitas lebih tinggi daripada logam utama yang akan
diproteksi. Proses ini dapat digunakan untuk mencegah korosi pada struktur logam dengan
kuat.

Metode sacrificial anode akan rusak terlebih dahulu sebelum logam yang diproteksi
mengalami kerusakan. Namun, kekurangan dari metode ini yaitu mengharuskan adanya
penggantian dari pelapis secara berkala karena pelapis dapat mengalami kerusakan.
ontoh Kimia Organik dalam Kehidupan
Sehari-Hari
Contoh Soal dan Jawaban › Kimia Organik 8 Desember 2019 Ilmu Kimia

Kimia organik adalah subdisiplin dari penjelasan tentang ilmu kimia yang mempelajari struktur,
sifat, dan reaksi senyawa organik, yang mengandung karbon dalam ikatan kovalen. Studi
struktur menentukan komposisi dan formula kimianya.
Studi tentang sifat meliputi sifat fisik dan kimia, dan evaluasi reaktivitas kimia untuk
memahami perilaku mereka. Studi tentang reaksi organik meliputi sintesis kimia produk alami,
obat-obatan, dan polimer, dan studi molekul organik individu di laboratorium dan melalui studi
teoritis (dalam silikon).
Daftar Isi
 Kimia Organik

Kimia Organik
Kimia organik adalah studi tentang struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan persiapan senyawa
yang mengandung karbon, yang mencakup tidak hanya hidrokarbon tetapi juga senyawa
dengan sejumlah elemen lain, termasuk hidrogen (sebagian besar senyawa mengandung
setidaknya satu karbon-hidrogen ikatan), nitrogen, oksigen, halogen, fosfor, silikon, dan
belerang.
Contoh Kimia Organik
Berikut ini contoh senyawa yang termasuk dalam kimia organik, antara lain adalah sebagai
berikut;

Asam Nukleat
Asam nukleat adalah biopolimer, atau biomolekul kecil, penting untuk semua bentuk
kehidupan. Istilah asam nukleat adalah nama keseluruhan untuk DNA dan RNA. Mereka terdiri
dari nukleotida, yang merupakan monomer yang terbuat dari tiga komponen: gula 5 karbon,
gugus fosfat, dan basa nitrogen.

Jika gula adalah senyawa ribosa, polimernya adalah RNA (asam ribonukleat); jika gula berasal
dari ribosa sebagai deoksiribosa, polimernya adalah DNA (asam deoksiribonukleat).

Glukosa
Glukosa adalah monosakarida yang paling melimpah, subkategori karbohidrat. Glukosa
terutama dibuat oleh tanaman dan sebagian besar ganggang selama fotosintesis dari air dan
karbon dioksida, menggunakan energi dari sinar matahari.

Dalam metabolisme energi, glukosa adalah sumber energi terpenting dalam semua
organisme. Glukosa untuk metabolisme sebagian disimpan sebagai polimer, pada tanaman
terutama sebagai pati dan amilopektin dan pada hewan sebagai glikogen.

Fruktosa
Fruktosa, atau gula buah, adalah monosakarida ketonik sederhana yang ditemukan di banyak
tanaman, di mana ia sering terikat pada glukosa untuk membentuk sukrosa disakarida. Ini
adalah salah satu dari tiga monosakarida, bersama dengan glukosa dan galaktosa, yang
diserap langsung ke dalam darah selama pencernaan.

Fruktosa kering dan murni adalah zat manis, putih, tidak berbau, padatan kristal, dan
merupakan yang paling larut dalam air dari semua gula. Fruktosa ditemukan dalam madu,
pohon dan buah anggur, bunga, beri, dan sebagian besar sayuran akar.

Sukrosa
Sukrosa pada umumnya dikenal sebagai “gula tebu“. Ini adalah karbohidrat yang terbentuk
dari kombinasi glukosa dan fruktosa. Sukrosa telah menjadi gula penting bagi manusia karena
mudah diekstraksi dari tanaman seperti tebu dan bit gula. Tanaman ini cenderung menyimpan
kelebihan gula, dan dari sini kami menghasilkan sebagian besar gula yang kami gunakan.
Bahkan sebagian besar pemanis “alami”, yang mengklaim lebih sehat daripada sukrosa,
hanyalah versi glukosa yang berbeda yang dikombinasikan dengan cara yang berbeda oleh
tanaman.

Ester
Ester adalah kelompok fungsional yang biasa ditemukan dalam kimia organik, yang dicirikan
oleh ikatan karbon pada tiga atom lainnya: ikatan tunggal dengan karbon, ikatan rangkap
dengan oksigen, dan ikatan tunggal dengan oksigen. Oksigen yang terikat sendiri terikat pada
karbon lain.

Gliserida, yang merupakan ester asam lemak dari gliserol, adalah ester penting dalam biologi,
menjadi salah satu kelas utama lipid, dan membentuk sebagian besar lemak hewani dan
minyak nabati.

Ester dengan berat molekul rendah biasanya digunakan sebagai wewangian dan ditemukan
dalam minyak esensial dan feromon. Ester biasanya memiliki aroma yang manis dan dianggap
sebagai pelarut berkualitas tinggi untuk beragam plastik, plastisator, resin, dan lak. Itu juga
merupakan salah satu kelas pelumas sintetis terbesar di pasar komersial

Urea
Urea, juga dikenal sebagai karbamid, adalah senyawa organik dengan rumus kimia CO (NH2)
2. Amida ini memiliki dua gugus –NH2 yang bergabung dengan gugus fungsional karbonil (C =
O). Urea berperan penting dalam metabolisme senyawa yang mengandung nitrogen oleh
hewan dan merupakan zat yang mengandung nitrogen dalam urin mamalia.

Tubuh menggunakan urea dalam banyak proses, terutama ekskresi nitrogen. Hati
membentuknya dengan menggabungkan dua molekul amonia (NH3) dengan molekul karbon
dioksida (CO2) dalam siklus urea. Urea banyak digunakan dalam pupuk sebagai sumber
nitrogen (N) dan merupakan bahan baku penting untuk industri kimia.

Alkohol
Dalam kimia, alkohol adalah senyawa organik yang membawa setidaknya satu gugus fungsi
hidroksil (C-OH) yang terikat pada substruktur alifatiknya. Istilah alkohol awalnya disebut
alkohol etanol primer (etil alkohol), yang digunakan sebagai obat dan merupakan alkohol
utama yang ada dalam minuman beralkohol.

Kelas alkohol yang penting, di mana metanol dan etanol adalah bagian yang paling
sederhana, mencakup semua senyawa yang rumus umumnya adalah CnH2n + 1OH.

Polimer
Polimer adalah molekul besar, atau makromolekul, yang terdiri dari banyak subunit berulang.
Polimer sintetis dan alami memainkan peran penting dan ada di mana-mana dalam kehidupan
sehari-hari.

Sifat polimer berkisar dari plastik sintetis yang dikenal seperti polistirena hingga biopolimer
alami seperti DNA dan protein yang mendasar bagi struktur dan fungsi biologis. Polimer, baik
yang alami maupun sintetis, dibuat melalui polimerisasi banyak molekul keci l, yang dikenal
sebagai monomer.
Petrokimia
Petrokimia adalah arti bahan kimia yang berasal dari minyak mentah atau minyak bumi.
Distilasi fraksional memisahkan bahan baku menjadi senyawa organik sesuai dengan titik
didih yang berbeda. Contohnya termasuk bensin, plastik, deterjen, pewarna, zat tambahan
makanan, gas alam, dan obat-obatan.
Warfarin
Warfarin, dijual dengan nama merek Coumadin antara lain, adalah obat yang digunakan
sebagai antikoagulan (pengencer darah). Ini biasanya digunakan untuk mengobati gumpalan
darah seperti trombosis vena dalam dan emboli paru dan untuk mencegah stroke pada orang
yang memiliki fibrilasi atrium, penyakit jantung katup atau katup jantung buatan.

Lebih jarang digunakan setelah peningkatan segmen ST infark miokard (STEMI) dan bedah
ortopedi. Biasanya diambil melalui mulut tetapi juga dapat digunakan dengan injeksi ke dalam
vena.

Ciri Ion dan Contohnya dalam Kehidupan


Sehari-Hari
Contoh Soal dan Jawaban › Materi Kimia 7 Desember 2019 Ilmu Kimia
Jikalau dilihat dari jenis ion terbagi menjadi dua, yakni positif (kation) dan ion negatif (anion)
yang memiliki kajian penting, dimana untuk kimia di ionosfer Bumi dan planet lain serta
untuk arti kimia unsur dalam gas yang sangat terionisasi di sekitar pesawat ruang angkasa,
meteor, dan meteorit selama masuk hipersonik di atmosfer planet.
Dalam beberapa kasus seperti CF4 dan perfluorokarbon lainnya, reaksi dengan ion di
atmosfer bagian atas Bumi adalah satu-satunya proses penghancuran yang diketahui untuk
gas rumah kaca. Sehingga kajian terkait hal ini juga runtut dalam karakteristik tertentu.

Daftar Isi
 Ion

Ion
Ion adalah molekul yang kehilangan atau memperoleh elektron melalui berbagai gaya
atmosfer atau pengaruh lingkungan. Ion yang hanya terdiri dari satu atom disebut ion atom
atau monatomik, sedangkan dua atau lebih atom membentuk ion molekuler atau ion
poliatomik.
Dalam kasus ionisasi fisik dalam cairan (gas atau cairan), “pasangan ion” diciptakan oleh
tumbukan molekul spontan, di mana setiap pasangan yang dihasilkan terdiri dari elektron
bebas dan ion positif.

Sejarah Penemuan Ion


Ion dalam sejarahnya dibuat oleh interaksi kimia, seperti disolusi garam dalam cairan, atau
dengan cara lain, seperti melewatkan arus langsung melalui larutan konduktor, melarutkan
anoda melalui ionisasi. Istilah ion ini diperkenalkan (setelah saran oleh William Whewell) oleh
fisikawan dan ahli kimia Inggris Michael Faraday pada tahun 1834 untuk spesies yang saa t itu
tidak diketahui yang berpindah dari satu elektroda ke yang lain melalui media berair.

Faraday tidak tahu sifat spesies ini, tetapi ia tahu bahwa karena logam larut ke dalam dan
memasukkan larutan pada satu elektroda dan logam baru muncul dari larutan di elektroda
lainnya; bahwa beberapa jenis zat telah bergerak melalui larutan dalam arus.

Ini menyampaikan zat dari satu tempat ke tempat lain. Dalam korespondensi dengan Faraday,
Whewell juga menciptakan kata anoda dan katoda, serta anion dan kation sebagai ion yang
tertarik pada masing-masing elektroda.

Svante Arrhenius mengajukan, dalam disertasinya pada tahun 1884, penjelasannya tentang
fakta bahwa garam kristal padat berdisosiasi menjadi partikel berpasangan ketika dilarutkan,
untuk itu membuatnya memenangkan Hadiah Nobel Kimia pada tahun 1903. Penjelasan
Arrhenius adalah bahwa dalam membentuk larutan, garam terdisosiasi menjadi ion Faraday.
Arrhenius mengusulkan bahwa ion terbentuk bahkan tanpa adanya arus listrik

Ciri Ion
Berikut ini ciri atau karakteristik ion secara umum, antara lain:

1. Ion dalam keadaan seperti gas sangat reaktif dan akan dengan cepat berinteraksi dengan ion
dengan muatan berlawanan untuk menghasilkan molekul netral atau garam ionik.
2. Ion diproduksi dalam keadaan cair atau padat ketika garam berinteraksi dengan pelarut
(misalnya, air) untuk menghasilkan ion terlarut, yang lebih stabil, untuk alasan yang melibatkan
kombinasi energi dan perubahan entropi ketika ion berpindah dari satu sama lain ke
berinteraksi dengan cairan.
3. Spesies yang stabil ini lebih sering ditemukan di lingkungan pada suhu rendah. Contoh umum
adalah ion hadir dalam air laut, yang berasal dari garam terlarut.
4. Sebagai benda bermuatan, ion tertarik ke muatan listrik yang berlawanan (positif ke negatif,
dan sebaliknya) dan ditolak oleh muatan serupa. Ketika mereka bergerak, lintasannya dapat
dibelokkan oleh medan magnet.
5. Elektron, karena massanya yang lebih kecil dan karena itu memiliki sifat mengisi ruang yang
lebih besar sebagai gelombang materi, menentukan ukuran atom dan molekul yang memiliki
elektron sama sekali.
Contoh dan Jenis Ion
Adapun jiklau dilihat daripada bentuk Ion dan contohnya yang mudah ditemukan dalam
kehidupan seharai-hari, antara lain;

Ion Positif
Ion positif kerapkali dikenal dengan kation yang memiliki lebih banyak proton daripada
elektron, akibatnya memberikan muatan positif bersih pada kehidupan manusia. Agar kation
terbentuk, satu atau lebih elektron harus hilang, biasanya ditarik oleh atom dengan a finitas
yang lebih kuat untuknya.

Jumlah elektron yang hilang, dan juga muatan ion positif ini akan senantiasa ditunjukkan
setelah simbol bahann kimia. Untuk contoh dalam ion positif ini, antara lain seperti;
 Perak, yang mana dalam makna ikatan kimia perak ini diberikan simbul (Ag)
Untuk ciri daripada ion yang membawa muatan positif, antara lain;

 Menyebabkannya bermigrasi ke katoda (elektroda negatif) dalam elektrolisis


 Memiliki lebih banyak proton daripada electron
 Kation biasanya berupa bentuk logam
Ion Negatif
Anion adalah ion yang membawa muatan negatif, menyebabkannya bermigrasi ke anoda
(elektroda positif) dalam elektrolisis. Ia memiliki lebih banyak elektron daripada proton,
menghasilkan muatan negatif. Anion adalah bukan logam. Contoh yang mudah ditemukan
dalam ion negative ini, yaitu;

 Asam Sulfat
Asam sulfat dikatakan bermuatan negatif bersih (anion) biasanya ditandai dengan superskrip –
setelah rumus kimia, seperti OH-.

Pengertian Ion Negatif, Ciri, dan


Contohnya
Materi Kimia 6 Desember 2019 Ilmu Kimia
Pengertian ion dalam kajian ilmu kimia terbagi menjadi beberapa jenis, yakni ion positif dan
negatif. Yang keduanya memiliki peranan serta fungsi berbeda, sehingga diakui ataupun tidak
setiap kehidupan manusia akan senantiasa terlibat dalam kedua pengaruh ion ini. Untuk lebih
jelasnya kami akan mengulas terkait dengan pengertian ion negatif, ciri, dan contohnya.
Daftar Isi
 Ion Negatif

Ion Negatif
Ion negatif adalah atom bermuatan listrik, atau kumpulan atom yang dibentuk dengan
memperoleh satu atau lebih elektron. Jumlah proton dalam atom dalam ion ini tidak berubah
tetapi elektron ekstra memberinya muatan dengan negatif.

Ion bermuatan negatif, juga dikenal secara ilmiah sebagai anion, adalah kebalikan dari ion
positif dan mereka memiliki efek sebaliknya langsung pada kesehatan, suasana ha ti, dan
tingkat energi ketika kita terpapar.
Ion negatif di udara memiliki muatan negatif yang kuat. Karena sifat ini, mereka secara statis
tertarik pada partikel di udara seperti debu, spora jamur, bulu hewan peliharaan dan polutan
mengambang lainnya dan alergen potensial.

Dengan menempel pada polutan dan alergen ini, sehingga memberi mereka muatan negatif
dan, alih-alih melayang di udara, mereka dibumikan dan jatuh ke lantai atau permukaan
terdekat. Bahkan bakteri dan virus yang berputar-putar di udara di rumah kita dapat
dibersihkan dengan ion bermuatan negatif yang menempel padanya dan mengeluarkannya
dari udara yang kita hirup.

Ciri Ion Negatif


Adapun untuk karakteristik yang ada dalam Ion negatif ini, antara lain adalah sebagai berikut;

1. Anion (-) berasal dari kata Yunani (ánō), yang berarti “naik”, yang dapat diartikan sebagai ion
dengan lebih banyak elektron daripada proton, sehingga memberikan muatan negatif bersih
(karena elektron negatif dibebankan dan proton bermuatan positif).
2. Dengan mendasarkan pada sifat elektron seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, anion (ion
bermuatan negatif) lebih besar dari molekul atau atom induknya, karena kelebihan elektron
saling tolak dan menambah ukuran fisik ion, karena ukurannya ditentukan oleh awan
elektronnya.
3. Diukur dengan jari-jari ioniknya, kebanyakan anion besar, seperti yang paling umum Anion
bumi, oksigen. anion memiliki jari-jari lebih besar dari 1,3 × 10-10 m (1,3 Å). Berdasarkan
fakta perbedaan ukuran jaei-jari antara kation dan anion, tampak jelas bahwa sebagian besar
ruang kristal ditempati oleh anion dan kation-kation tersebut sesuai dengan ruang di antara
mereka.
4. Di alam, ion negatif banyak ditemukan, terutama di hutan, di pantai dan paling dekat dengan air
terjun, di mana air yang menabrak adalah penghasil ion alami. Ini adalah bagian yang baik dari
alasan mengapa kita biasanya merasa sangat baik di tempat-tempat ini dan merasa sulit untuk
lelah atau tertekan.
5. Jenis elemennya yaitu berupa non-logam (non-metal). Dalam kimia, yang bukan logam (atau
non-logam) adalah kimia unsur yang sebagian besar tidak memiliki karakteristik logam. Secara
fisik, non-logam cenderung memiliki titik leleh yang relatif rendah, titik didih, dan kepadatan.
Non logam biasanya rapuh ketika padat dan biasanya memiliki konduktivitas termal dan
konduktivitas listrik yang buruk. Secara kimia, bukan logam cenderung memiliki energi ionisasi
yang relatif tinggi, afinitas elektron, dan elektronegativitas. Mereka mendapatkan atau berbagi
elektron ketika mereka bereaksi dengan unsur-unsur lain dan senyawa kimia.

Contoh Ion Negatif


Untuk beberapa contoh yang termasuk dalam Ion negatif, antara lain adalah sebagai berikut;

Hidroksida
Hidroksida adalah anion diatomik dengan rumus kimia OH−. Ini terdiri dari atom oksigen dan
hidrogen yang disatukan oleh ikatan kovalen, dan membawa muatan listrik negatif. Ini adalah
unsur air yang penting tetapi biasanya minor.

Berfungsi sebagai basa, ligan, nukleofil, dan katalis. Ion hidroksida membentuk garam,
beberapa di antaranya berdisosiasi dalam larutan berair, membebaskan ion hidroksida
terlarut. Sodium hidroksida adalah bahan kimia komoditas multi-juta-ton per tahun.
Sulfat
Sulfat adalah anion poliatomik dengan rumus empiris SO2−4. Garam, turunan asam, dan
peroksida sulfat banyak digunakan dalam industri. Sulfat terjadi secara luas dalam kehidupan
sehari-hari. Sulfat adalah garam asam sulfat dan banyak yang dibuat dari asam itu.

Pengertian Ion Positif, Ciri, dan Contohnya


Materi Kimia 5 Desember 2019 Ilmu Kimia

Ion pada dasarnya ada di sekitar kita saat ini dan bahkan mungkin saja kita tidak
menyadarinya, padahal ion tersebut sangat memungkinkan mempengaruhi cara kita
merasakan dan bahkan mempengaruhi kesehatan hidup seseorang.

Secara umum terdapat dua jenis dalam pengertian ion yaitu ion positif dan ion negatif, akan
tetapi pada artikel ini akan menjelaskan terkait dengan pengertian ion positif, ciri, dan
contohnya dalam kehidupan manusia.
Daftar Isi
 Ion Positif

Ion Positif
Ion positif adalah atom bermuatan listrik, atau sekelompok atom, yang dibentuk oleh hilangnya
satu atau lebih elektron. Jumlah proton tidak berubah tetapi pengurangan elektron memberi
atom muatan positif. Ion positif dikenal juga dengan istilah kation.
Ion positif di udara biasanya adalah molekul karbon dioksida yang telah dilucuti elektron.Ini
telah terbukti memiliki efek negatif pada tubuh kita ketika kita terpapar mereka secara
berlebihan.

Khususnya terjadi pada paru-paru dan saluran pernapasan, tetapi sistem kekebalan tubuh kita
juga dapat terpengaruh. Ini karena ion positif sangat kecil sehingga mereka diserap langsung
ke dalam aliran darah kita dari udara yang kita hirup.

Ciri Ion Positif


Secara umum untuk ion positif yang kerapkali dikenal dengan kation memiliki karakteristik
sebagai berikut, antara lain;

1. Kation (+), berasal dari kata Yunani (káto), yang berarti “turun”, yang dapat diartikan sebagai
ion dengan elektron lebih sedikit daripada proton, sehingga memberikan muatan positif.
2. Mendasarkan pada sifat elektron seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kation lebih kecil
dari atom induk atau molekul yang sesuai karena ukuran yang lebih kecil dari awan elektron.
Satu kation khusus (yaitu hidrogen) tidak mengandung elektron, dan dengan demikian terdiri
dari satu proton – jauh lebih kecil dari atom hidrogen induknya.
3. Diukur dengan jari-jari ioniknya, kation lebih kecil. Kation memiliki jari-jari kurang dari 0,8 ×
10-10 m (0,8 Å).
4. Kelebihan ion bermuatan positif di lingkungan kita dapat berkontribusi pada kelelahan dan
kurangnya energi, ketegangan, kecemasan dan lekas marah. Ion positif di udara bahkan telah
diselidiki sebagai faktor penyebab asma, alergi, migrain dan depresi.
5. Di alam, ion positif biasanya dibentuk oleh angin kencang, debu, kelembaban, dan polusi dan
berada pada tingkat tertinggi sesaat sebelum badai listrik.
6. Di rumah, lampu neon dan peralatan listrik seperti televisi dan oven microwave adalah
penghasil ion positif yang besar, seperti juga serat pada karpet, gorden, dan pelapis. Pendingin
udara, pemanas kipas, pengering rambut, dan pengering pakaian juga merupakan sumber kuat
ion bermuatan positif.
7. Jenis elemennya yaitu berupa logam (metal), yaitu bahan yang, ketika baru disiapkan, dipoles,
atau retak, menunjukkan penampilan yang berkilau, dan menghantarkan listrik dan panas
dengan relatif baik.
Logam biasanya mudah ditempa (bisa ditempa menjadi lembaran tipis) atau ulet (bisa ditarik
ke kabel). Sebuah logam dapat menjadi kimia unsur seperti besi; paduan seperti stainless
steel; atau senyawa molekul seperti sulfur nitrida polimer.
Contoh Ion Positif
Untuk beberapa contoh yang termasuk dalam ion positif, antara lain;

Perak
Perak adalah unsur kimia dengan simbol Ag (dari bahasa Latin argentum, berasal dari bahasa
Proto-Indo-Eropa: “mengkilap” atau “putih”) dan nomor atom 47. Logam transisi yang lembut,
putih, berkilau, memamerkan konduktivitas listrik tertinggi, konduktivitas termal, dan
reflektivitas logam apa pun.
Logam ini ditemukan di kerak bumi dalam bentuk unsur bebas murni (“perak asli”), sebagai
paduan dengan emas dan logam lainnya, dan dalam mineral seperti argentit dan klorargirrit.
Kebanyakan perak diproduksi sebagai produk sampingan dari tembaga, emas, timah, dan
pemurnian seng.

Amonium
Amonium adalah ion poliatomik bermuatan positif dengan rumus kimia NH+4. Ini dibentuk oleh
protonasi amonia (NH3). Amonium juga merupakan nama umum untuk amina tersubstitusi
atau protonasi positif dan kation amonium kuaterner (NR+4), di mana satu atau lebih atom
hidrogen digantikan oleh gugus organik (ditunjukkan oleh R).

Manfaat Tekanan Osmotik Secara Umum


Materi Kimia 4 Desember 2019 Ilmu Kimia

Osmosis didefinisikan sebagai aliran bersih atau pergerakan molekul pelarut melalui membran
semipermeabel yang tidak dapat dilewati oleh molekul terlarut. Jika larutan penyangga terdiri
dari molekul terlarut dan pelarut ditempatkan di satu sisi membran dan pelarut murni
ditempatkan di sisi lain, ada aliran bersih pelarut ke sisi larutan membran. Tekanan osmotik
merupakan faktor penting yang mempengaruhi sel.
Selain berkaitan dengan tubuh makhluk hidup, prinsip kerja tekanan osmosis juga bisa
digunakan sebagai dasar penyaringan (“reverse osmosis“), suatu proses yang biasa
digunakan dalam pemurnian air. Air yang akan dimurnikan ditempatkan dalam suatu bilik dan
ditempatkan di bawah sejumlah tekanan lebih besar dari tekanan osmotik yang diberikan oleh
air dan zat terlarut di dalamnya.
Daftar Isi
 Tekanan Osmotik

Tekanan Osmotik
Osmosis adalah difusi air tertentu melalui membran semi-permeabel. Jadi dalam kasus
osmosis, zat terlarut tidak dapat bergerak karena mereka tidak dapat melewati membran.
Namun, air dapat bergerak, dan itu – melewati membran ke daerah dengan konsentrasi zat
terlarut yang lebih tinggi.

Ini dapat menyebabkan volume total air di setiap sisi membran berubah: sisi membran dengan
lebih banyak zat terlarut mungkin berakhir dengan lebih banyak air. Hal ini dapat
menyebabkan masalah bagi sel, seperti meledak (jika terlalu banyak air bergerak ke dalam
sel), atau menjadi dehidrasi (jika terlalu banyak air bergerak keluar).

Ini adalah faktor yang sangat penting dalam biologi karena lingkungan intraseluler berbeda
dari lingkungan ekstraseluler. Jika lingkungan ekstraseluler berubah, itu dapat menyebabkan
air mengalir ke sel kita.

Beberapa organisme, seperti tanaman yang menggunakan tekanan osmotik untuk


memindahkan air, telah mengambil keuntungan dari prinsip ini. Tapi itu juga dapat
mengancam kesehatan sel dan organisme ketika ada terlalu banyak atau terlalu sedikit air di
lingkungan ekstraseluler dibandingkan dengan bagian dalam sel.

Pengertian Tekanan Osmotik


Tekanan osmotik adalah tekanan minimum yang perlu diterapkan pada larutan untuk
mencegah aliran masuknya pelarut murni melintasi membran semipermeabel. Ini juga
didefinisikan sebagai ukuran kecenderungan solusi untuk mengambil dalam pelarut murni oleh
osmosis.

Tekanan potensial osmotik adalah tekanan osmotik maksimum yang dapat berkembang dalam
larutan jika dipisahkan dari pelarut murni oleh membran semipermeabel. Osmosis terjadi
ketika dua larutan, yang mengandung konsentrasi zat terlarut yang berbeda, dipisahkan oleh
membran selektif permeabel.

Molekul pelarut melewati secara istimewa melalui membran dari larutan konsentrasi rendah ke
larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Transfer molekul pelarut akan berlanjut
sampai kesetimbangan tercapai.

Pengertian Tekanan Osmotik Menurut Para Ahli


Adapun definisi tekanan osmotik menurut para ahli, antara lain:
Biology Dictionary
Tekanan osmotik dapat dianggap sebagai tekanan yang diperlukan untuk menghentikan air
agar tidak berdifusi melalui penghalang oleh osmosis. Dengan kata lain, ini mengacu pada
seberapa keras air akan “mendorong” untuk melewati penghalang agar berdifusi ke sisi lain.

Tekanan osmotik ditentukan oleh konsentrasi zat terlarut – air akan “berusaha lebih keras”
untuk berdifusi ke area dengan konsentrasi zat terlarut yang tinggi, seperti garam, daripada ke
area dengan konsentrasi rendah.

Dalam kenyataannya tentu saja, tekanan osmotik bukanlah “keinginan” air untuk bergerak,
tetapi lebih merupakan perpanjangan dari hukum alam bahwa semua materi akan terdistribusi
secara acak dari waktu ke waktu.

Ketika konsentrasi zat berbeda di dua area dan area memiliki kontak satu sama lain, gerakan
acak partikel akan menyebabkan zat tersebut berdifusi hingga larutannya seragam di seluruh
area.

Lumen Learning
Tekanan osmotik adalah tekanan yang perlu diterapkan untuk mencegah aliran air ke dalam
membran semipermeabel. Tekanan osmotik juga dapat dijelaskan sebagai tekanan yang
diperlukan untuk menghentikan osmosis.

Salah satu cara untuk menghentikan osmosis adalah dengan meningkatkan tekanan
hidrostatik pada sisi larutan membran; ini pada akhirnya meremas molekul pelarut lebih dekat
bersama, meningkatkan “kecenderungan melarikan diri.”

Kecenderungan pelarian dari larutan dapat dinaikkan sampai akhirnya sama dengan molekul
dalam pelarut murni; pada titik ini, osmosis akan berhenti. Tekanan osmotik adalah tekanan
yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan osmotik.

Manfaat Tekanan Osmotik


Tekanan osmotik memiliki manfaat yang beragam, diantaranya yaitu:

Tekanan osmotik secara fisiologis


Tekanan osmotik berperan penting bagi proses fisiologis pada manusia, diantaraya yaitu:

1. Penyerapan dari saluran pencernaan, juga pertukaran cairan di berbagai kompartemen tubuh
mengikuti prinsip osmosis.
2. Tekanan osmotik protein plasma mengatur air mengalir dari cairan usus bebas protein ke dalam
pembuluh darah.
3. Sel darah merah yang hidup, jika tersuspensi dalam larutan NaCl 0,92%, tidak mendapat atau
kehilangan air. Secara singkat, cairan intraseluler sel darah merah adalah isotonik dengan
membran sel darah merah dalam larutan NaCl 0,92%.
Penentuan berat molekul
Karena semua sifat koligatif larutan tergantung pada konsentrasi pelarut, pengukurannya
dapat berfungsi sebagai alat eksperimental yang mudah untuk menentukan konsentrasi, dan
dengan demikian berat molekul zat terlarut.
Tekanan osmotik sangat berguna dalam hal ini, karena sejumlah kecil zat terlarut akan
menghasilkan perubahan yang jauh lebih besar dalam jumlah ini daripada pada titik didih, titik
beku, atau tekanan uap. bahkan larutan 10-6 molar akan memiliki tekanan osmotik yang dapat
diukur.

Penentuan berat molekul sangat sering dilakukan pada protein atau polimer dengan berat
molekul tinggi lainnya. Zat-zat ini, karena ukuran molekulnya yang besar, cenderung hanya
sedikit larut dalam sebagian besar pelarut, sehingga pengukuran tekanan osmotik seringkali
merupakan satu-satunya cara praktis untuk menentukan bobot molekulnya.

Osmosis air laut dapat menghasilkan tenaga listrik


Prinsip kerja tekanan osmosis ternyata juga bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga
listrik yang bersumber dari air laut. Proses ini diawali
dengan mengumpankan air tawar dan air laut ke pembangkit. Air laut dan air tawar akan
disaring terlebih dahulu untuk menghilangkan pengotor.
Selanjutnya, air tawar dan air laut mengalami perbedaan perlakuan, air tawar akan
langsung dimasukkan pada modul membran,
sedangkan air laut akan diberikan tekanan tambahan sebelum masuk modul membran.
Di dalam modul membran akan terjadi peristiwa osmosis yang menyebabkan 80-
90% air tawar akan berpindah melalui membran ke air laut bertekanan.
Setelah keluar dari modul membran laju alir volumetric air bertekanan tinggi akan meningkat
akan mengalir menuju turbin. Tetapi aliran air laut ini tidak semuanya menuju turbin
melainkan sekitar 2/3 bagian akan diumpankan ke penukar tekanan untuk memberikan
tekanan ke umpan air laut yang baru. Sisa air yang tidak diumpankan ke penukar tekanan
akan mengalir melewati turbin dan menggerakkan turbin sehingga menghasilkan listrik.

Transportasi air pada tanaman


Aliran osmotik memainkan peran penting dalam pengangkutan air dari sumbernya di tanah ke
pelepasannya oleh transpirasi dari daun, dibantu oleh kekuatan ikatan hidrogen antara
molekul air.

Air masuk ke akar melalui osmosis, didorong oleh konsentrasi air yang rendah di dalam akar
yang dikelola oleh transportasi aktif [non-osmotik] nutrisi ionik dari tanah dan oleh pasokan
gula yang difotosintesis dalam daun.
Ini menghasilkan sejumlah tekanan akar tertentu yang mengirimkan molekul air dalam
perjalanan mereka melalui saluran pembuluh darah batang atau batang. Tetapi tekanan akar
maksimum yang telah diukur dapat mendorong air hanya sekitar 20 meter, sedangkan pohon -
pohon tertinggi melebihi 100 meter.

Tekanan akar dapat menjadi satu-satunya penggerak transportasi air pada tanaman pendek,
atau bahkan pada tanaman tinggi seperti pohon yang tidak ada daunnya. Tetapi ketika
tanaman yang lebih tinggi secara aktif melakukan transpirasi (kehilangan air ke atmosfer),
osmosis mendapat dorongan dari apa yang disebut oleh fisiologis tumbuhan sebagai
ketegangan kohesi atau tarikan transpirasional.
Karena setiap molekul H2O muncul dari lubang di daun, ia menarik sepanjang rantai molekul
di bawahnya. Jadi ikatan hidrogen tidak kalah pentingnya dengan osmosis dalam keseluruhan
proses transportasi air.

Proses Cuci Darah (Dialisis)


Prinsip tekanan osmotik dapat diaplikasikan dalam bidang medis yaitu pada proses cuci darah
atau yang juga dikenal dengan dialisis. Dalam bidang medis, cuci darah sangat penting bagi
pasien penderita gagal ginjal yang diakibatkan oleh disfungsi ginjal sehingga tidak bisa
berfungsi dengan semestinya untuk melakukan filtrasi darah.

Teknologi dialisis memungkinkan proses filtrasi darah dilakukan di luar ginjal menggunakan
suatu mesin. Cara kerja dari mesin ini yaitu darah dari tubuh akan dimasukkan ke dalam
mesin dan akan melalui suatu membran semipermeabel.

Melalui membran tersebut, kotoran dalam darah bisa dipisahkan melalui membran dialisis
untuk terpisah dari darah sehingga akan didapatkan darah hasil cuci yang bebas dari
pengotor.

Untuk pengawetan makanan


Prinsip kerja tekanan osmotik dapat digunakan dalam industri makanan yaitu untuk proses
pengawetan makanan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan terjadinya krenasi
pada sel dimana untuk mengawetkan makanan, industri makanan biasanya menggunakan
gula dengan jumlah banyak untuk menghasilkan larutan konsentrasi tinggi.

Dengan larutan yang berkonsentrasi tinggi atau hipertonik, maka saat ada bakteri yang datang
tidak bisa bertahan hidup lama sebab air dalam sel bakteri akan mengalami osmosis keluar
dinding sel menuju larutan gula dengan konsentrasi tinggi.

Akibatnya adalah sel pada bakteri mengalami peristiwa krenasi yang mengakibatkan sel
mengerut sehingga kehilangan fungsinya dan membuat bakteri tersebut mati. Dua zat yang
paling umum digunakan untuk menciptakan lingkungan hipertonik bagi mikroorganisme dan
mencegahnya tumbuh adalah garam dan gula.

 Garam untuk pengawetan daging


Garam meja (natrium klorida) adalah bahan utama yang digunakan dalam pengasapan daging.
Penghapusan air dan penambahan garam ke daging menciptakan lingkungan yang kaya zat
terlarut di mana tekanan osmotik menarik air dari mikroorganisme, sehingga memperlambat
pertumbuhannya. Melakukan ini memerlukan konsentrasi garam hampir 20%.

 Gula untuk pengawetan buah-buahan


Gula digunakan untuk mengawetkan buah-buahan, baik dalam sirup dengan buah-buahan
seperti apel, pir, persik, aprikot, prem atau dalam bentuk kristal di mana bahan yang
diawetkan dimasak dalam gula sampai titik kristalisasi dan produk yang dihasilkan kemudian
disimpan kering.

Tujuan dari gula adalah untuk menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat dengan
kehidupan mikroba dan mencegah pembusukan makanan. Dari waktu ke waktu, gula juga
telah digunakan untuk pengawetan non-makanan.

Misalnya, madu digunakan sebagai bagian dari proses mumifikasi di beberapa ritus Mesir
kuno. Namun, pertumbuhan jamur dan jamur tidak ditekan seefisien pertumbuhan bakteri.
Pemurnian atau Desalinasi Air Laut
Agar air laut bisa digunakan dan dikonsumsi, maka perlu adanya pemurnian air dari zat
terlarut yang ada pada air laut. Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan prinsip kerja
tekanan osmotik, yaitu dengan memberikan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmotik air
laut tersebut sehingga air sebagai pelarut akan melalui membran semipermeabel ,
meninggalkan zat terlarut pada air laut yang tidak dapat melalui membran.

Proses tersebut disebut sebagai osmosis balik dimana pelarut dalam kondisi konsentrasi tinggi
akan melalui membran semipermeabel menuju konsentrasi rendah. Tapi apabila proses ini
dilakukan tanpa menggunakan tekanan yang besar maka yang akan terjadi sebaliknya, yaitu
air murni justru akan masuk ke dalam air laut.

Pemurnian air limbah


Bukan hanya untuk memurnikan air laut, prinsip kerja tekanan osmotik juga bisa digunakan
sebagai pemurnian air limbah untuk menghilangkan zat zat berbahaya sebelum dibuang ke
lingkungan, yaitu melalui pengaplikasian reverse osmosis (RO) atau osmosis balik. Sama
halnya ketika akan memurnikan air laut.

Reverse Osmosis menerapkan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmotik (antara 2-10
Mpa) ke dalam larutan konsentrat, sehingga mengakibatkan larutan mengalir dari sisi
konsentrat membran semipermeabel ke dilute side.
RO mempunyai kemampuan menyingkirkan total dissolved inorganic solid 95-99,5%
dan dissolved organic solid 95-97%. Teknologi tersebut sudah digunakan untuk menyingkirkan
radionuklida dari limbah cair level rendah seperti limbah uap dari pembangkit tenaga nuklir.
Prinsip kerja infus
Prinsip kerja infus pada dasarnya menerapkan tekanan osmotik. Prinsip tekanan osmotik
dalam penggunaan infus adalah contoh penerapan sifat larutan koligatif di bidang kesehatan.
Penemu prinsip tekanan osmotik sebagai salah satu sifat koligatif larutan adalah Jacobus
Henricus van’t Hoff.

Ia adalah pemenang nobel kimia tahun 1901 atas penelitiannya pada kimia kinetik
tentang makna kesetimbangan kimia, tekanan osmotik, dan kristalografi. Penelitiannya yang
berkaiatan dengan tekanan osmotik menunjukkan bahwa tekanan osmotik suatu larutan
sebanding dengan konsentrasi dan suhu larutan tersebut.
Prinsip kerja minuman pengganti ion tubuh
Prinsip tekanan osmotik bukan hanya digunakan pada cairan infus, tapi minuman -minuman
pengganti ion tubuh yang kini marak di kalangan masyarakat juga menggunakan prinsip ini
sebagai dasar pembuatannya

Pengertian Dan Akibat Korosi Lengkap


Oleh parta setiawanDiposting pada 26/09/2019
Pengertian Korosi, Penyebab, Pencegahan, Faktor dan
Bentuk adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks
antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang
menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Dan


Macam Klasifikasi Zat
Lihat Daftar Inti Pelajaran :

Pengertian Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat
reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan.
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen
(udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa
oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O,
suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.

Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam


karena logam bereaksi secara kimiaatau elektrokimia dengan
lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah
kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.
Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam
bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan
diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk
pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut
akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali
menjadi senyawa besi oksida).
Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada
atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat
menghalangi beda potensial terhadap elektroda lainnya yang akan
sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

Salah satu masalah yang akan kita jumpai didalam memanfaatkan


unsur logam.Korosi tersebut memiliki efek ataupun akibat yang cukup
signifikan untuk membuat logam menjadi tidak berguna. Korosi ialah
salah satu reaksi ketika saat logam mengalami kontak dengan oksigen.

Ketika terjadi korosi,maka logam tersebut akan bereaksi dengan


oksigen dan akan membentuk senyawa yang disebut
dengan oksida pada permukaan logam. Logam tersebut kemudian
akan menjadi kusam dalam artian logam tersebut akan kehilangan
sifat kilaunya. Logam-logam dan juga kegunaannya yang memiliki
tingkat kereaktifitas yang tinggi akan lebih cepat terkorosi daripada
logam-logam yang kurang reaktif.

Untuk mencegah terjadinya korosi tersebut masih ada beberapa hal


yang dapat dilakukan. Contohnya ialah besi (yang digunakan
dalam membuat aloi baja) mudah terkorosi, namun kuat dan juga
cukup mudah dibentuk menjadi berbagai macam ataupun jenis
bentuk. Besi cocok untuk dapat membangun struktur-struktur yang
sangat besar,Namun harus dapat dilindungi dari korosi, cara
melindunginya ialah dengan cara dengan dicat.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Jenis dan Fungsi


Logam

Faktor Terjadinya Korosi


Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan –
bahan logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi
ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan
berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan logam
besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi
menimbulkan banyak kerugian.
Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi
ion dengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan
proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang
sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau
oksigen dari lingkungan sekitarnya. Untuk contoh korosi logam besi
dalam udara lembab, misalnya proses reaksinya dapat dinyatakan
sebagai berikut :

Anode {Fe(s)→ Fe2+(aq)+ 2 e}


x2
Katode O2(g)+ 4H+(aq)+ 4 e → 2 H2O(l)
+
Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l)

Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwaemf standar untuk


proses korosi ini, ,yaituE0sel = +1,67 V ; reaksi ini terjadi pada
lingkungan asam dimana ion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi
karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk H2CO3. Ion Fe+2
yang terbentuk, di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh
oksigen membentuk besi (III) oksida :

4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)

Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit
listrik dipacu oleh migrasi elektron dan ion, itulah sebabnya korosi
cepat terjadi dalam air garam.
Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik
yang terjadi, yaitu :
O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq)
Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak
ion ini sehingga sulit berhubungan dengan oksigen udara luar,
tambahan pula ion ini segera ditangkap oleh garam kompleks
hexasianoferat (II) membentuk senyawa kompleks stabil biru.
Lingkungan basa tersedia karena kompleks kalium heksasianoferat
(III).
Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan
senyawa besi (III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah
ditembus oleh udara maupun air. Tetapi meskipun alumunium
mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif ketimbang besi,
namun proses korosi lanjut menjadi terhambatkarena hasil oksidasi
Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi
logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Gaya


apung dan Prinsip Archimedes

Dampak Dari Korosi


Karatan adalah istilah yang diberikan masyarakat terhadap logam
yang mengalami kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian
logam yang rusak dan berwarna hitam kecoklatan pada baja disebut
Karat. Secara teoritis karat adalah istilah yang diberikan terhadap satu
jenis logam saja yaitu baja, sedangkan secara umum istilah karat lebih
tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi material
(khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi
dengan lingkungannya.
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat
alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi
tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa
dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat
proses perusakannya.

Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya


transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai
sel yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai
penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang
mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam
larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron
pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana
ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan menangkap elektron-
elektron yang tertinggal pada logam.

Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar biasa. Berdasarkan


pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, Amerika Serikat
mengalokasikan biaya pengendalian korosi sebesar 80 hingga 126
milyar dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu saja biaya
yang ditimbulkan akibat korosi dalam bidang indusri mencapai 5
trilyun rupiah. Nilai tersebut memberi gambaran kepada kita betapa
besarnya dampak yang ditimbulkan korosi dan nilai ini semakin
meningkat setiap tahunnya karena belum terlaksananya pengendalian
korosi secara baik bidang indusri. Dampak yang ditimbulkan korosi
dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung.
Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada
peralatan, permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian
tidak langsung berupa terhentinya aktifitas produksi karena terjadinya
penggantian peralatan yang rusak akibat korosi, terjadinya kehilangan
produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tanki bahan bakar
atau jaringan pemipaan air bersih atau minyak mentah,
terakumulasinya produk korosi pada alat penukar panas dan jaringan
pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan panasnya, dan
lain sebagainya.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : √ Pengertian Dan
Ciri Zat Padat, Gas, Cair Beserta Contohnya

Bentuk-Bentuk Korosi
Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik,
korosi sumuran, korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion
cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi
akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen), korosi
intergranular, selective leaching, dan korosi erosi.

1. Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak


diseluruh permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang
mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan dimensi
yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat
korosi merata berupa kehilangan material konstruksi,
keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk
korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan.
Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa
penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan
(preventive maintenance).

2. Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama


dihubungkan dan berada di lingkungan korosif. Salah satu dari
logam tersebut akan mengalami korosi, sementara logam lainnya
akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang mengalami
korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih rendah
dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang
memiliki potensial lebih tinggi.
3. Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada
permukaan yang terbuka akibat pecahnya lapisan pasif.
Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan pembentukan
lapisan pasif dipermukaannya, pada antarmuka lapisan pasif dan
elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan
lapisan pasif secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan
pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran ini
sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil tetapi
dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan atau struktur
patah mendadak.

4. Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara
dua komponen. Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali
dengan terjadi korosi merata diluar dan didalam celah, sehingga
terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat
oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2)
diluar celah masih banyak, akibatnya permukaan logam yang
berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan
permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga
terbentuk celah yang terkorosi.

5. Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik


(corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen
(corrosion induced hydrogen) adalah bentuk korosi dimana
material mengalami keretakan akibat pengaruh lingkungannya.
Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami
tegangan tarik statis dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan
karat sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga
rentan dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat.
Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan
korosif. Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi
karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi paduan.
6. Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada
paduan logam akibat terjadinya reaksi antar unsur logam
tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada baja tahan
karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur
425 – 815oC karbida krom (Cr23C6) akan mengendap di batas
butir. Dengan kandungan krom dibawah 10 %, didaerah
pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan menurunkan
kekuatan baja tahan karat tersebut.

7. Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam


karena pelarutan salah satu unsur paduan yang lebih aktif,
seperti yang biasa terjadi pada paduan tembaga-seng.
Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali dengan
terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur
pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi,
sedangkan unsur yang potensialnya lebih rendah akan larut ke
elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan
tersebut. Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang
kelabu yang digunakan sebagai pipa pembakaran. Berkurangnya
besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan
tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Penjelasan Pengujian


Kandungan Zat Makanan Lengkap

Bakteri Penyebab Korosi


Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan
dari bakteri. Jenis-jenis bakteri yang berkembang yaitu :
 Bakteri reduksi sulfat
Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan
lingkungan bebas oksigen atau lingkungan reduksi, bakteri ini
bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan klorin dan
oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk
mendukung metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen
rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah-daerah kanal,
pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya.
Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari
meningkatnya kadar H2S atau Besi sulfida.Tidak adanya sulfat,
beberapa turunan dapat berfungsi sebagai fermenter
menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk
memproduksi asetat, hidrogen dan CO2, banyak bakteri jenis ini
berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen.

 Bakteri oksidasi sulfur-sulfida


Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan
energi dari oksidasi sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri
aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik dan nilai
pH menjadi 1. bakteriThiobaccilus umumnya ditemukan di
deposit mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi
asam.

 Bakteri besi mangan oksida


Bakteri memperoleh energi dari osidasi Fe2+ Fe3+ dimana
deposit berhubungan dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir
selalu ditemukan di Tubercle (gundukan Hemispherikal
berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja. Umumnya
oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang
panjang.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Perihal Terjadinya
Perubahan Wujud Zat Oleh Kalor

Akibat atau Efek dari Korosi


Pada saat suatu logam terkorosi, pada permukaanya akan menjadi
tertutup lapisan oksida. Dan padabeberapa logam, seperti alumunium,
lapisan tersebut akan melekat pada logam serta melindunginya dari
korosi secara lebih lanjut. Pada logam-logam lainnya lapisan
pelindung tersebut tidak akan terbentuk. Dan pada besi serta baja,
sebagai contohnya ialah, pada lapisan karat yang berkerak (oksida
besi) yang terbentuk. Lapisan tersebut akan terlepas, dan
memungkinkan logam di bawahnya terkena terkorosi. Contohnya
ialah sebagai berikut:

 Alumunium dengan cepat akan membentuk lapisan oksida pada


permukaanya. Alumunium adalah bahan yang ideal untuk dapat
membuat nampan makanan, yang disebabkan kareana ia tidak
akan terkorosi lebih lanjut.
 Drum-drum baja tersebut dicat agar dapat melindungi dari
pengaratan, Namun jika terjadi goresan kecil pun akan dapat
memungkinkan masuknya kelembapan ke bawah cat, dan korosi
pun mulai terjadi.

Pencegahan Korosi
Dengan dasar pengetahuan tentang elektrokimia proses korosi yang
dapat menjelaskan mekanisme dari korosi, dapat dilakukan usaha-
usaha untuk pencegahan terbentuknya korosi. Banyak cara sudah
ditemukan untuk pencegahan terjadinya korosi diantaranya adalah
dengan cara proteksi katodik, coating, dan pengg chemical inhibitor.
Proteksi Katiodik
Untuk mencegah terjadinya proses korosi atau setidak-tidaknya untuk
memperlambat proses korosi tersebut, maka dipasanglah suatu anoda
buatan di luar logam yang akan diproteksi. Daerah anoda adalah suatu
bagian logam yang kehilangan elektron. Ion positifnya meninggalkan
logam tersebut dan masuk ke dalam larutan yang ada sehingga logaml
tersebut berkarat.
Terlihat disini karena perbedaan potensial maka arus elektron akan
mengalir dari anoda yang dipasang dan akan menahan melawan arus
elektron dari logam yang didekatnya, sehingga logam tersebut
berubah menjadi daerah katoda. Inilah yang disebut Cathodic
Protection.

Dalam hal diatas elektron disuplai kepada logam yang diproteksi oleh
anoda buatan sehingga elektron yang hilang dari daerah anoda
tersebut selalu diganti, sehingga akan mengurangi proses korosi dari
logam yang diproteksi.

Anoda buatan tersebut ditanam dalam suatu elektrolit yang sama


(dalam hal ini tanah lembab) dengan logam (dalam hal ini pipa) yang
akan diprotekasi dan antara dan pipa dihubungkan dengan kabel yang
sesuai agar proses listrik diantara anoda dan pipa tersebut dapat
mengalir terus menerus.
Coating

1. Cara ini sering dilakukan dengan melapisi logam (coating)


dengan suatu bahan agar logam tersebut terhindar dari korosi.
2. Pemakaian Bahan-Bahan Kimia (Chemical Inhibitor)
Untuk memperlambat reaksi korosi digunakan bahan kimia yang
disebut inhibitor corrosion yang bekerja dengan cara membentuk
lapisan pelindung pada permukaan metal. Lapisan molekul pertama
yang tebentuk mempunyai ikatan yang sangat kuat yang disebut
chemis option. Corrosion inhibitor umumnya berbentuk fluid atau
cairan yang diinjeksikan pada production line. Karena inhibitor
tersebut merupakan masalah yang penting dalam menangani kororsi
maka perlu dilakukan pemilihan inhibitor yang sesuai dengan
kondisinya. Material corrosion inhibitor terbagi 2, yaitu :

 Organik Inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari hewan dan tumbuhan yang
mengandung unsur karbon dalam senyawanya. Material dasar
dari organik inhibitor antara lain:
Turunan asam lemak alifatik, yaitu: monoamine, diamine,
amida, asetat, oleat, senyawa-senyawa amfoter.
Imdazolines dan derivativnya
 Inorganik Inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari mineral-mineral yang tidak
mengandung unsur karbon dalam senyawanya. Material dasar
dari inorganik inhibitor antara lain kromat, nitrit, silikat, dan
pospat.

Cara Mencegah Korosi


Selain dengan cara melakukan pengecetan, ada juga cara untuk dapat
terjadi mencegah pengaratan lainnya, contohnya ialah
dengan Galvanisasi. Galvanisasi Ini ialah metode untuk dapat
melindungi baja dengan cara melapisinya dengan seng.Seng tersebut
akan lebih reaktif dari baja, sehingga oksigen dapat melakukan kontak
dengannya, bukan dengan baja.
walaupun lapisan seng tergores, oksigen pada udara terus bereaksi
dengan seng, bukan bereaksi dengan baja. Logam seng dan juga
magnesium akan sering dimanfaatkan untuk dapat melindungi besi
maupun baja dari korosi, sehingga seng dan juga
magnesium sering dikenal dengan logam korban.

Makalah Kimia - Korosi


Posted by Unknownesmaspäev, 23. mai 20161 kommentaari

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita akan sering menjumpai logam. Logam yang berumur lama
akan identik dengan perkaratan. Istilah lain dalam perkaratan adalah adalah korosi. Proses korosi terjadi
hampir pada semua material terutama logam. Korosi dapat menyebabkan suatu material mempunyai
keterbatasan umur pemakaian, dimana material yang diperkirakan untuk pemakain dalam waktu lama
ternyata mempunyai umur yang lebih singkat dari umur pemakaian rata-ratanya.

Korosi atau perkaratan adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungan yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Korosi atau perkaratan sangat
lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang
dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh
serta berpori.

Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya
jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya. Untuk itu kita harus mengetahui
lebih lanjut tentang korosi. Baik itu pengertian, faktor-faktor yang menyebabkan sampai pada cara
pencegahannya.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan adanya makalah ini, ada beberapa masalah yang akan dibahas antara lain:

1) Apa yang dimaksud dngan korosi ?

2) Apa faktor penyebab terjadinya korosi ?

3) Apa saja jenis-jenis korosi ?

4) Bagaimana proses terjadinya korosi ?

5) Bagaimana cara mencegah terjadinya korosi ?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui definisi korosi


2) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya korosi

3) Untuk mengetahui jenis-jenis korosi

4) Untuk mengetahui proses terjadinya korosi

5) Untuk mengetahui cara pencegahan korosi

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian korosi

Kata korosi berasal dari bahasa latin “corrodere” yang artinya pengrusakan logam atau
perkaratan. Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya (Roberge,
1999). Definisi lainnya adalah korosi merupakan rusaknya logam karena adanya zat penyebab korosi,
korosi adalah fenomena elektrokimia dan hanya menyerang logam (Gunaltun, 2003). Dalam bahasa
sehari-hari korosi disebut dengan perkaratan.

Korosi atau perkaratan adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungan yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Korosi atau perkaratan sangat
lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang
dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh
serta berpori.

2.2 Pengertian elektrokimia

Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dan reaksi kimia. Elemen yang
digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakteristikan dengan banyaknya elektron yang dimiliki. Dengan
kata lain elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara perubahan (reaksi) kimia dengan
kerja listrik, yang biasanya melibatkan sel elektrokimia yang menerapkan prinsip reaksi redoks dalam
aplikasinya.

Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-elektron bebas dari suatu logam kepada
komponen di dalam larutan. Kesetimbangan elektrokimia penting dalam sel galvani (yang menghasilkan
arus listrik) dan sel elektrolis (yang menggunakan arus listrik). Pengukuran daya gerak listrik (DGL) suatu
sel elektrokimia dalam jangkauan suhu tertentu dapat digunakan untuk menentukan nilai-nilai
termodinamika reaksi yang berlangsung serta koefisien dari aktifitas elektrolit yang terlibat.

Sel elektrokimia adalah alat yang digunakan untuk melangsungkan perubahan di atas. Dalam
sebuah sel, energi listrik dihasilkan dengan jalan pelepasan elektron pada suatu elektroda (oksidasi) dan
penerimaan elektron pada elektroda lainnya (reduksi). Elektroda yang melepaskan elektron disebut
anoda sedangkan elektroda yang menerima elektron disebut katoda. Sel elektrokimia terdiri dari :

1) Anoda : elektroda tempat berlangsung nya reaksi oksidasi

2) Katoda : elektroda tempat berlangsung nya reaksi reduksi

3) Larutan elektrolit : Larutan ionik yang dapat menghantarkan arus listrik


2.2 Pengertian reaksi redoks

Reaksi redoks adalah reaksi kimia yag disertai perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang di
dalam nya terdapat serah terima elektron antar zat. Reaksi redoks sederhana dapat disetarakan dengan
mudah tanpa metode khusus, sementara untuk reaksi yang cucukp kompleks ada dua metode yang
dapat digunakan untuk menyetarakan nya, yaitu :

1) Metode bilangan oksidasi, yaitu reaksi yang digunakan untuk reaksi yang berlangsung tanpa atau dalam
air dan memiliki persamaan reaksi lengkap (bukan ionik)

2) Metode setengah reaksi (metode ion elektron), yaitu metode yang digunakan untuk reaksi yang
berlangsung dalam air dan memiliki persamaan ionik

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Faktor penyebab terjadinya korosi

1) Uap air

Dilihat dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu faktor penting untuk
berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembab) akan mempercepat
berlangsungnya proses korosi.

2) Oksigen

Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan terjadinya korosi. Korosi besi
terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung
campuran karbon yang menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan
perbedaan potensial listrik antara atom logam dengan atom karbon (C), atom logam besi (Fe) bertindak
sebagai anoda dan atom C sebagai katoda.

Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai
media tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O
yang mengalami kontak dengan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada
permukaan logam tersebut.

3) Larutan Garam

Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer
muatan. Air hujan banyak mengandung asam, dan air laut banyak mengandung garam, maka air hujan
dan air laut merupakan korosi yang utama.

4) Permukaan logam

Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang akhirnya
akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan bersih akan menyebabkan
korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode.

5) Keberadaan zat pengotor


Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan
sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon
dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen
pada permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.

6) Kontak dengan elektrolit

Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan
menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang besar dapat melakukan
laju aliran elektron sehingga korosi meningkat.

7) Temperatur

Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum,
semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan
meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam
semakin meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada
perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat gesekan
atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).

8) Tingkat keasaman (pH)

Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya
reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu: 2H+(aq) + 2e- → H2

Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang
teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.

9) Permukaan logam.

Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki
kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.Permukaan logam yang kasar cenderung
mengalami korosi.

10) Efek galvanic coupling

Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain yang terdapat
pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya perbedaan
potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan
terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi pada permukaan
logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada daerah anode.

11) Mikroba

Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada
logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks
untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi,
antara lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-
sulfida.
3.2 Jenis-jenis korosi

1) Korosi Merata (Uniform Attack)

Yaitu korosi yang terjadi pada permukaan logam yang berbentuk pengikisan permukaan logam
secara merata sehingga ketebalan logam berkurang sebagai akibat permukaan terkonvensi oleh produk
karat yang biasanya terjadi pada peralatan-peralatan terbuka, misalnya permukaan luar pipa.

2) Korosi Galvanik (Galvanic corrosion)

Bentuk korosi ini terjadi bila dua (atau lebih) logam yang berbeda secara listrik berhubungan
satu sama lainnya berada dalam lingkungan korosif yang sama. Dalam kasus demikian, logam yang
berpotensial paling negatif (dalam keadaan tidak berhubungan) akan terkorosi, sebaliknya logam lain
(logam mulia dengan potensial tinggi akan kurang terkorosi). Korosi galvanik cenderung terlokalisir ke
arah pembentukan sumuran, dan dalam sistem pipa akan terjadi kebocoran-kebocoran. Ini hanyalah
merupakan masalah perencanaan karena dalam pabrik, sistem pipa dan rangka banyak melibatkan
pemakaian lebih dari satu macam metal. Oleh karena itu harus diusahakan pemakaian paduan logam
yang berbeda-beda, agar tidak sampai menimbulkan masalah korosi.

3) Korosi Sumuran (Pitting)

Korosi sumuran termasuk korosi setempat dimana daerah kecil dari permukaan metal, terkorosi
membentuk sumuran. Biasanya kedalaman sumur lebih besar dari diameternya. Mekanisme
terbentuknya korosi sumuran,sangat kompleks dan sulit diduga, sungguhpun demikian ada situasi
tertentu dimana korosi sumuran dapat diantisipasi.Pada baja karbon yang dilapisi oleh mill scale
dibawah kondisi tercelup (air laut) akan terbentuk beda potensial antara mill scale dan baja hingga
pecahnya mill scale mengarah pada situasi anode kecil / katoda besar. Pada paduan yang mengandalkan
pada lapis pasif untuk sifat tahan korosinya seperti stainless steel. Dari segi praktis korosi sumuran
terbentuk di dalam air mengandung chloride, oleh karena itu sering terjadi pada kodisi dilingkungan
laut.

4) Korosi Erosi

Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi mekanis misalnya erosi
(pengikisan). Immpingement attack dan cavitation adalah bentuk extrem dari tipe korosi ini. Korosi erosi
cenderung mengarah pada penghilangan lapis protektif dari permukaan metal oleh aksi partikel abrasive
yang ada di dalam air. Umumnya laju serangan korosi membesar dengan membesarnya kecepatan. Ada
lagi bentuk erosi atau mekanisme lain, misalnya korosi lembaran baja yang terpancang di pantai,
dipengaruhi oleh aksi abrasive dari pasir, dibantu oleh aksi pasang/surut atau angin. Pada kasus ini lapis
protektif dihilangkan.

5) Impingement Attack

Seperti namanya bentuk serangan terjadi ketika larutan menimpa dengan kecepatan cukup
besar pada permukaan metal. Hal ini dapat terjadi pada sistem pipa dimana perubahan arah tiba-tiba
dari aliran pada lingkungan dapat mengakibatkan kerusakan bagian lain dari pipa tidak terpengaruh.
Bentuk korosi ini akan terjadi pada setiap situasi dimana ada impingement (timpa,bentur,tekan) air yang
biasanya mengandung gelembung udara pada kecepatan serendah 1 m/s.

6) Perusakan Cavitasi
Bentuk perusakan korosi ini disebabkan oleh terbentuk dan pecahnya gelembung di dalam air
laut, pada permukaan metal. Kondisi pada kecepatan tinggi dan perubahan tekanan cenderung
menimbulkan korosi cavitasi. Serangan biasanya terlokalisir dan terjadi di daerah tekanan rendah, air
bergejolak (boil) dan terbentuk dari partikel vacumm. Bila air kembali ke tekanan normal, cavity pecah,
dengan membebaskan energi. Hal ini mengarah pada perusakan permukaan paduan logam.

7) Korosi Celah (Crevice Corrosion)

Korosi ini terbentuk apabila terbentuk celah antara dua permukaan dengan bagian dalam celah
lebih anodic dari permukaan luar. Pada dasarnya korosi celah timbul dari formasi differensial aeration
cell, dimana metal yang terexpose di luar crevice lebih katodic terhadap metal di dalam celah. Arus
katodic yang besar bekerja pada daerah anodic yang kecil menghasilkan serangan korosi yang intensif.

3.3 Proses terjadinya korosi

Proses tejadinya korosi pada besi melalui siklus berikut:


1) Logam besi yang kontak dengan udara dioksidasi menjadi ion Fe2+

2) Ion Fe2+ larut dalam air dan bergerak ke katode melalui tetesan air

3) Elektron bergerak ke katode melalui logam.

4) Elektron mereduksi oksigen dari udara dan menghasilkan air.

5) Sebagian oksigen yang larut dalam air mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ yang
membentuk karat pada besi

Proses perkaratan (korosi) adalah reaksi elektrokimia (redoks). Pada permukaan besi (Fe) bisa terbentuk
bagian anoda dan katoda yang disebabkan oleh dua hal :

1) Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut pada permukaan besi

Tetesan air pada permukaan besi mengandung perbedaan konsentrasi oksigen terlarut. Pada
bagian pinggir mengandung lebih oksigen terlarut, sehingga di bagian ini bertindak sebagai katoda
(reaksi reduksi). Pada bagian tengah tetesan oksigen terlarut relatif sedikit sehingga bagian ini bertindak
sebagai anoda (reaksi oksidasi).

Fe → Fe2+ + 2e-

Ion Fe2+ bergerak ke katoda dan teroksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+ / besi (III) dalam senyawa
besi (III) oksida terhidrat. Dengan adanya garam (oksida asam) atau zat elektrolit akan mempercepat
reaksi perkaratan.

2) Tercampur besi oleh karbon atau logam lain yang mempunyai E0 reduksi lebih besar dari besi
Karena E0 reduksi besi lebih kecil dari logam tersebut, maka besi akan teroksidasi (anoda), hal
ini dapat menyebabkan terjadinya korosi atau menghasilkan karatan besi. Secara keseluruhan
perkaratan besi adalah sebagai berikut :

Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni oksida-kosida berikut akan
terjadi :

Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O

Reaksi setengah redoksnya :

Katode : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O E0= + 1,23 volt

Anode : Fe →Fe2+ + 2e- E0= + 0,44 volt

Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O E0=+1,67 volt

Reaksi di atas berlangsung spontan

Besi (II) itu seterusnya dioksidasi oleh oksigen membentuk karat besi atau oksida besi (III) terhidrasi.
Reaksinya :

Katode : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O E0= + 1,23 volt

Anode : 2Fe2+ → 2Fe3+ + 2e- E0= - 0,77 volt

Reaksi sel : 2Fe2+ +½ O2 + 2H+ → 2Fe3+ + H2O E0= + 0,46 volt

Reaksi tersebut merupakan reaksi spontan, selanjutnya :

2Fe3+ + ( x+3) H2O → Fe2O3.x H2O + 6 H+

Fe2O3.x H2O inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H+ yang dihasilkandapat mempercepat
reaksi korosi selanjutnya. Ion Fe di dalam akan teroksidasi lagi membentuk Fe2+ atau Fe3+ . Sedangkan
ion OH akan bereaksi dengan elektrolit yang ada di lingkungan biasanya dengan ion H+ dari reaksi air
hujan dan dengan gas-gas pencemar (SOx, NOx) yang dikenal dengan hujan asam.
Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir terbentuk
Fe2O3.x(H2O).

Zat ini dapat bertindak sebagai autokatalis pada proses perkaratan, yaitu karat yang dapat
mempercepat proses perkaratan berikutnya. Pada umumnya logam-logam yang mempunyai potensial
elektroda negatif lebih mudah mengalami korosi. Logam mulia, logam yang mempunyai potensial
elektroda positif, sukar mengalami korosi. Kedudukan logam dalam deret potensial bukan satu-satunya
faktor yang menyebabkan korosi. Faktor lain yang turut juga menentukan ialah lapisan pada permukaan
logam. Alumunium dan seng mudah dioksidasi dalam udara, akan tetapi lapisan tipis dari oksida yang
terbentuk pada permukaan melindungi bagian bawahnya terhadap korosi selanjutnya.

Kedua logam ini, alumunium dan seng mengalami oksidasi yang kurang sempurna di udara jika
dibandingkan dengan besi yang kurang aktif. Karat yang terbentuk di permukaan besi merupakan
lapisan tipis yang berpori sehingga bagian bawahnya mudah mengalami korosi.

3.4 Cara pencegahan terjadinya korosi


Korosi menimbulkan banyak kerugian Karena menguraikan umur berbagai barang atau
bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi
menjadi baja tahan karat (stainless steel).akan tetapi, proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan
penggunaan besi.

Kita ketahui bahwa korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui pula bahwa
berbagai jenis logam dapat melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang
akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.

1) Mengecat

Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi dengan udara dan
air.

2) Melumuri dengan oli dan gemuk

Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi
dengan air.

3) Dibalut denagn plastik

Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan pelastik.
Pelastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.

4) Tin plating (pelapisan dengan timah)

Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara
elektrolisis, yang disebut electroplating. timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi
timah tidak mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi,
lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada
yang rusak,misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi
karena potensial reduksi besi lebih negativ dari pada timah (EO Fe = -0,44 volt; E0 Sn = -0,14 volt). Oleh
karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai
anode. Denagan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal itu justru yang diharapkan,
sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.

5) Cromium plating (pelapisan dengan kromium)

Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang
mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Chromium platingjuga dilakukan dengan elektrolisis. Sama
seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.

6) Zink Plating

Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah. Kedua logam ini dapat
membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat (pasivasi) sehingga besi terlindung dari korosi.
Pasivasi adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang tahan
terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut.
Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng tidak membentuk
lapisan oksida seperti pada krom atau timah, melainkan berkorban demi besi. Seng adalah logam yang
lebih reaktif dari besi, seperti dapat dilihat dari potensial setengah reaksi oksidasinya:

Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e– Eo = –0,44 V

Fe(s) → Fe2+(g) + 2e– Eo = –0,76 V

Oleh karena itu, seng akan terkorosi


terlebih dahulu daripada besi. Jika pelapis seng habis maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat dari
keadaan normal (tanpa seng). Paduan logam juga merupakan metode untuk mengendalikan korosi. Baja
stainless steel terdiri atas baja karbon yang mengandung sejumlah kecil krom dan nikel. Kedua logam
tersebut membentuk lapisan oksida yang mengubah potensial reduksi baja menyerupai sifat logam
mulia sehingga tidak terkorosi.
7) Proteksi katodik

Proteksi katonik adalah metode yang sering diterapkan untuk mengendalikan korosi besi yang
dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina, dan tanki penyimpan BBM. Logam reaktif
seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi. Oleh karena logam Mg merupakan reduktor yang
lebih reaktif dari besi, Mg akan teroksidasi terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah menjadi oksida
maka besi akan terkorosi

Anode : 2Mg(s) → 2Mg2+(aq) + 4e–

Katode : O2(g) + 2H2O(l) + 4e– → 4OH–(aq)

Reaksi : 2Mg(s) + O2(g) + 2H2O → 2Mg(OH)2(s)

Oleh sebab itu, logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru dan selalu diperiksa agar
jangan sampai habis karena berubah menjadi hidroksidanya.

8) Penambahan Inhibitor

Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif dengan kadar
sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosi. Inhibitor korosi dapat dikelompokkan
berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran,
dan inhibitor teradsorpsi.

1) Inhibitor anodic

Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat transfer
ion-ion logam ke dalam air. Contoh inhibitor anodik yang banyak digunakan adalah senyawa kromat dan
senyawa molibdat.

2) Inhibitor katodik
Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat salah satu
tahap dari proses katodik, misalnya penangkapan gas oksigen (oxygen scavenger) atau pengikatan ion-
ion hidrogen. Contoh inhibitor katodik adalah hidrazin, tannin, dan garam sulfit.

3) Inhibitor campuran

Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat proses di katodik dan anodik
secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor komersial berfungsi ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik
dan anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa silikat, molibdat, dan fosfat.

4) Inhibitor teradsorpsi

Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat mengisolasi permukaan logam dari
lingkungan korosif dengan cara membentuk film tipis yang teradsorpsi pada permukaan logam. Contoh
jenis inhibitor ini adalah merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane.

Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksi kimia) yang
melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda
negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda). Elektron
mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni oksida-kosida berikut
akan terjadi :

Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O

Ion Fe teroksidasi membentuk Fe2+ atau Fe3+ sedangkan ion OH akan bereaksi dengan elektrolit yang
ada di lingkungan biasanya dengan ion H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas pencemar
(SOx, NOx). Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir
terbentuk Fe2O3.x(H2O).

4.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi setiap pembaca dan
dapat dijadikan sebagai referensi untuk lebih kreatif dalam penyusunan makalah selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

http://nurafni.com/2011/05/05/korosi

http://kholdani.blogspot.com/2013/05/makalah-karya-ilmiah-remajakorosi.html

Suroso, Asih, dkk, Kimia untuk SMA/MA Kelas XII Semester 1,( Aspirasi Purba:2007)

Michael.2007. KIMIA untuk Kelas XII. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai