Anda di halaman 1dari 5

DIARE KRONIS PADA KEGANASAN

Dian Hapsari

Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan perubahan konsistensi yinja
menjadi cair cair dengan frekuensi yang meningkat, umumnya frekuensi > 3
kali/hari, atau dengan perkiraan volume tinja > 200gr/hari. Diare akut jika
durasinya kurang dari 2 minggu, diare persistent adalah diare akut karena infeksi
usus yang karena suatu sebab berlanjut hingga 14 hari atau lebih. Sedangkan diare
kronik adalah diare yang berlangsung 14 hari atau lebih yang bukan disebabkan
oleh infeksi usus.1,2
Dilaporkan sekitar 20% diare kronik tetap tidak dapat diketahui penyebabnya
walaupun telah dilakukan pemeriksaan intensif selama 2 hingga 6 tahun. 3 Diare
kronik bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab
dan patogenesisnya multikompleks. Kemungkinan penyebab diare kronik sangat
beragam, dan tidak selalu disebabkan kelainan pada usus. Di negara maju,
sindrom usus iritatif dan penyakit radang usus non spesifik (inflamatory bowel
disease) merupakan penyebab utama diare kronik. Di negara berkembang infeksi
dan parasite masih menjadi penyebab tersering. Diare kronis dapat terjadi pada
kelainan endokrin, kelainan pankreas, kelainan hati, infeksi, keganasan, dan
sebagainya. Berdasarkan mekanisme patofisiologi yang mendasari terjadinya,
diare kronis diklasifikasikan menjadi 3 golongan yaitu: diare sekretorik, diare
osmotik dan diare inflamasi. Klasifikasi lain ada juga yang membagi menjadi 3
jenis yaitu diare cair (watery diarrhea), yang mencakup diare sekretorik dan diare
osmotik, diare inflamasi dan diare berlemak (fatty diarrhea).3,4
Diare sekretorik terjadi karena gangguan transportasi cairan dan elektrolit
melewati mukosa enterokolik. Ditandai diare cair, dengan volume feses yang
besar, tanpa rasa nyeri dan menetap dengan puasa. Diare osmotik terjadi bila ada
asupan makanan,penyerapan yang berkurang, solute osmotik aktif dalam lumen
yang melampaui kapasitas resorpsi kolon.Kandungan air feses meningkat
sebanding dengan jumlah solut. Diare osmotik ditandai keluhan yang berkurang
saat puasa dan menghentikan agen penyebab. Diare inflamasi umumnya disertai

1
dengan nyeri, demam,perdarahan, atau tanda inflamasi yang lainnya.
Mekanismenya tidak hanya melalui eksudasi saja, tergantung lokasi lesi, dapat
melalui malabsorpsi lemak,gangguan absorpsi air dan atau elektrolit dan
hipersekresi atau hipermotilitas karena pelepasan cytokines dan mediator
inflamasi yang lain. Ditandai dengan adanya leukosit atau protein yang berasal
dari leukosit seperti calpotrectin pada analisa feses. Proses inflamasi yang berat
dapat menyebabkan terjadi kehilangan protein eksudatif yang memicu terjadinya
edema anasarka.2
Meskipun jarang, tumor neuroendokrin dapat mempengaruhi saluran
gastrointestinal anak. Tumor ini biasanya menyebabkan diare sekretorik. Yang
termasuk dalam tumor neuroendokrin antara lain vasoactive intestinal
polypeptide-secreting tumor atau yang biasaya disebut VIPoma, Zolinger-Ellison
syndrome (ZES), tumor yang memproduksi prostaglandin E2 dan sindrom
carcinoid.5
VIP menstimulasi aktifitas cyclic adenosine monophosphate sehingga
menyebabkan terjadinya sekresi intestinal, yang sama seperti efek toksin kolera.
Manifestasi klinis klasik yang terjadi pada VIPoma adalah diare cair yang profuse
(biasanya > 20 ml/kg/hari), hypokalemia, dan achlorhydria (sindrom WDHA).
ZES menyebabkan diare karena kadar gastrin dalam intestinal yang tinggi. Tumor
carcinoid mengeluarkan serotonin, bradikinin dan histamine yang menyebabkan
hipersekresi asam lambung dan diare. Jika pasien dengan tumor neuroendokrin
mengalami diare sekretorik, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan serum VIP,
kadar gastrin puasa dan prostaglandin E2 dan 5-hydroxyindoleacetic urin 24 jam
pada pasien dengan carcinoid tumor. Sebagian besar VIPoma pada anak adalah
ganglioneuroma atau ganglioneuro blastoma yang dapat diidentifikasi dengan
radiografi.5
Pada tahun 1958 Verner dan Morison menjelaskan tentang 2 kasus diare cair berat
yang berhubungan dnegan non-insulin secreting islet cell adenomas of pancreas.
Diare cair tersebut disertai dengan gejala lain yang dikenal dengan sindrom
Verner-Morisson, sindrom WDHA (watery diarrhea, hypokalemia dan
achlorhydia) atau pancreatic cholera.7

2
VIP merupakan peptide asam amino 28 dasar yang terdapat pada system susunan
saraf pusat dan perifer. Konsentrasi VIP yang tinggi ditemukan pada system
gastrointestinal dan memiliki peran sebagai neurotransmitter yang telah didukung
dalam percobaan neuroekperimental. Beberapa efek biologis yang disebabkan
oleh VIP yang teralh terbukti dalam penelitian antara lain merangsang terjadinya
sekresi intestinal, vasodilatasi, menghambat sekresi asam lambung, stimulasi
glikogenolisis, dan menyebabkan terjadinya hiperkalemia.6,7,8
VIP merupakan biologically-active polypeptide of 28 amino-acid resiude. VIP
dapat menyebabkan terjadinya sindrom diare cair dengan mekanisme sebagai
berikut:
1. Menstimulasi aktifitas adenilate cyclase dan sekresi mukosa intestinal
2. Vasodilatasi secara sistemik maupun splanchnic
3. Menghambat pentagastrin dan histamine-stimulated gastric acid secretion
Ketiga mekanisme tersebut akan menyebabkan munculnya gejala klinis watery
diarrhoea, hypokalemia, dan achlorydria atau yang dikenal dengan nama sindrom
WDHA.7,8
Hubungan antara ganglioneuroma dan diare cair persisten juga dilaporkan di
tahun 1952 oleh Hawfield dan Daisley. Tumor neural crest lain termasuk
neuroblastoma dikatakan berhubungan dengan diare yang cukup parah. Beberapa
tumor tersebut memproduksi katekolamin dalam jumlah yang besar dan
metabolitnya ke dalam urin. Pada tahun 1970, vasoactive intestinal peptide (VIP)
terisolasi pada babi dan diketahui memiliki efek merangsang peningkatan sekresi
cairan ke dalam usus sehingga menyebabkan terjadinya diare. VIP memiliki efek
vasodilatasi, meningkatkan kadar glukosa darah, menghambat sekresi asam
lambung yang distimulasi oleh histamine dan merangsang gerakan peristaltic usus
halus.7,8
Diare karena tumor yang menghasilkan hormone yang berasal dari jaringan
pankreas jarang dijumpai. Prevalensinya 10/juta penduduk. Termasuk diantaranya
gastrinoma, vasoactive intestinal peptide (VIPomas), glukagonoma. Konfirmasi
diagnosis untuk masing-masing kondisi tersebut harus didapatkan peningkatan
konsentrasi hormone - hormon tersebut dalam serum. Tumor yang menghasilkan
VIP dicurigai pada diare sekretorik dengan volume yang besar > 1liter/hari,

3
dehidrasi dan hipokalemi. Nilai normal serum VIP 170 pg/ml. Diduga diare
karena tumor penghasil VIP jika didapatkan konsentrasi VIP 675-965 pg/ml.
Kemungkinan gastrinoma jika didapatkan nilai gastrin 1000 pg/ml (nilai normal
150 pg/ml),diperkuat dengan produksi basal asam lambung > 150mmol/jam.4

DAFTAR PUSTAKA

4
1. Ahlquist DA, Camilleri M. Diarrhea and constipation. In: Kasper DL,
Fauci A.S, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editors. Harrisons
principles internal medicine. 16th ed. New York: McGraw-Hill;
2005.p.224-34.
2. Talley JN, Martin C J. Acute diarrhoe, chronic diarrhoe and fatty stool.
Clinical gastroenterology; a practical problem . based approach. Sydney-
Philadelphia-London: McGraw-Hill;1996.p.204-58.
3. Mossoro C, Glaziou P, Simon Yassibanda et al. Chonic diarrhea,
hemoragic colitis, and hemolytic-uremic syndrome ascociated with Hep- 2
adherent eschericia coli in adult infected with human immunodeficiency
Virusin Bangui, Central African Republic. Jurnal of Clinical Microbiology
2002;13:3086-8.
4. Thomas PD, Forbes A, Green J, Howdle P, et al. Guidelines for the
investigation of chronic diarrhoea. Gut 2003;52:1-15.
5. Zella G C dan Israel E J. Chronic diarrhea in children. Pediatrics in review.
2012;33:207.
6. Long R G dkk. Clinicopathological study of pancreatic and
ganglioneuroblastoma tumors secreting vasoactive intestinal polypeptide
(vipomas). British Medical Journal. 1981;282:1767-1771.
7. Alqoaer K I dkk. Case report: Mediastinal ganglioneuroma presented as
chronic diarrhea in a young Saudi girl. International Journal of Clinical
Medicine. 2014;5:420-424.
8. Han Wei dan Wang H M. Refractory diarrhea: A paraneoplastic syndrome
of neuroblastoma. World Journal of Gastroenterology. 2015; 21(25):7929-
7932.

Anda mungkin juga menyukai