PENGERTIAN:
Return adalah hasil investasi.
Ada 2 jenis Return:
1. Return Realisasi:
Return yang telah terjadi
2. Return Ekspektasi
Return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa datang.
Untuk saham biasa yang membayar dividen periodik sebesar Dt rupiah per
lembarnya maka yield= Dt/Pt-1, sehingga return total = Pt - Pt-1 + Dt
Pt-1
1
Contoh :
2
Dividen setahun yang dibayarkan adalah sebesar Rp120. Dimana Harga saham
bulan kemarin adalah sebesar Rp1.010, dan bulan ini adalah sebesar Rp1.100.
Return total bulan ini sebesar:
120
Return = Pt - Pt-1 + Dt = Rp.1.100- Rp 1.010 + 12 = 9,9%
Pt-1 Rp. 1.010
2. Relative Return
Return total dapat bernilai negatif / positif. Kadang kala untuk perhitungan
tertentu contohnya rata- rata geometrik dibutuhkan return yang harus bernilai
positif. Relatif return dapat digunakan yaitu dengan menambahkan nilai 1
terhadap nilai return total atau dengan rumus :
Return relative = Pt + Dt
Pt-1
3. Kumulatif Return
Indeks kemakmuran kumulatif ini menunjukkan kemakmuran akhir yang
diperoleh dalam suatu periode tertentu.
3
Berbeda dengan total return yang mengukur total kemakmuran yang diperoleh
pada suatu waktu saja, kumulatif return mengukur kemakmuran yang diperoleh
sejak awal periode sampai dengan akhir dipertahankannya investasi.
Rumusnya:
Keterangan :
IKK = indeks kemakmuran relative , mulai dari periode pertama sampai ke n
KKo = kekayaan awal, biasanya digunakan nilai Rp.1
Rt = return periode ke t, mulai dari awal periode (t1) sampai ke akhir periode
(t=n).
Contoh :
Periode Return (Rt) IKK Indeks kemakmuran ini menunjukkan
1989 1,000 kemakmuran akhir yang diperoleh dalam
1990 0,060 1,060 suatu periode tertentu. Misalkan membeli
1991 0,077 1,142 saham diakhir periode 1989, maka pada akhir
1992 0,095 1,250 1991 , kemakmuran akan menjadi 114,20%
1993 0,193 1,492 dari kemakmuran semula. Jika saham
1994 0,047 1,562 dipertahankan lagi maka pada akhir tahun
1995 0,113 1,738 berikutnya akan menjadi sebesar 125,00% dari
1996 0,112 1,933
nilai semula di akhir 1990. Perhitungan Indeks
Kemakmuran Kumulatif sebagai berikut :
4
Indeks Kemakmuran Kumulatif dapat juga dihitung dari perkalian nilai-nilai
komponennya, sebagai berikut:
IKK = PHK x YK
Keterangan :
IKK = indeks kemakmuran relatif
PHK = perubahan harga kumulatif
YK = yield kumulatif
Contoh :
Capital Gain Dividen Perubahan Yield
Periode IKK
(Loss) Yield Harga Kumulatif Kumulatif
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (4) x (5)
1990 0,0029 0,0571 1,003 1,057 1,060
1991 0,0199 0,0570 1,023 1,117 1,142
1992 0,0112 0,0838 1,034 1,211 1,250
1993 0,1105 0,0829 1,148 1,311 1,505
1994 -0,0522 0,0995 1,088 1,442 1,569
1995 0,0079 0,1050 1,097 1,593 1,747
1996 0,0078 0,1042 1,105 1,759 1,943
Perhitungan :
PHK 1991 = (1+ Capital Gain 1990)(1+Capital Gain 1991)
= (1+0,0029) (1+0,0199) = 1,023
YK 1991 = (1+Yield 1990) ( 1+ Yield 1991)
= (1+0,0571) (1+ 0,0570) = 1,117
IKK 1991 = PHK 1991 x YK 1991 = 1,023 x 1,117 = 1,142
Indeks kemakmuran kumulatif pada tahun 1996 menunjukkan nilai 1,943. Dimana
untuk tahun dasar indeks adalah tahun 1989 dengan nilai dasar 1. Hasil
5
menunjukkan bahwa selama 7 tahun , nilai saham perusahaan telah meningkat
sebesar 94,3%
R1A = (1 + R ) - 1
(1+ IF)
Keterangan :
R1A = return disesuaikan dengan tingkat inflasi
R = return nominal
IF = tingkat inflasi
Contoh :
Return sebesar 17% yang diterima setahun dari sebuah surat berharga jika
disesuaikan dengan tingkat inflasi sebesar 5 % untuk tahun yang sama, akan
memberikan return riil sebesar:
R1A = [(1+0,17)/(1+0,05)]-1
= 0,11429 atau 11,429%.
Return yang disesuaikan dengan kurs mata uang yang berlaku, akibat diversifikasi
international.
Keterangan :
RKA = return yang disesuaikan dengan kurs mata uang asing
RR = relatif return
Contoh :
Investor Indonesia membeli saham perusahaan Amerika di awal tahun 1997 dan
mendapat return tahunan sebesar 15%. Saat membeli saham, harga kurs beli US$
Rp.2.000,- akhir tahun kurs jual menjadi Rp. 2.100,- Return bersih yang diperoleh
setelah disesuaikan dengan kurs adalah :
6
RKA = [1,15 x (Rp.2.100 / Rp.2.000)] - 1
= 0,2075 atau 20,75 %
5. Rata-rata Geometrik
Digunakan untuk menghitung rata-rata return yang memperhatikan tingkat
pertumbuhan kumulatif dari waktu ke waktu.
RG = [ (1+R1)(1+R2)...(1+Rn)]1/n - 1
RG = rata-rata geometrik
Ri = return untuk periode ke i
n = jumlah dari return
Contoh :
Harga saham pada periode ke 0 (periode awal) adalah Rp.500,- . Pada periode
selanjutnya (periode ke-1) harga meningkat menjadi Rp.600,- dan turun di periode
ke 2 menjadi Rp.550,- . Return untuk masing masing periode adalah :
R1 = ( 600 500 )/ 500 = 0,2 atau 20%
R2 = (550 600 ) / 600 = - 0,083 atau 8,33%
RG = [ (1+0,2) (1-0,083)] - 1 = 0,04883 atau 4,883 %
IKKt = (1+RG)n bv
(1+RG)2 (1+RA)2-(SD)2
Contoh :
RA = (0,060 + 0,077 + 0,095 + 0,193 +0,047 +0,113 + 0,112) = 0,09957
7
Hubungan antara rata rata arithmatika dan rata rata geometrik, deviasi standar
adalah :
(1+RG)2 (1+RA)2-(SD)2
(1+0,0987) 2 (1+ 0,09957) 2 (SD)2
1,20714 1,20905 - SD2
SD2 (1,20905 1,20714)
SD 0,04375
8
Return Ekspektasian dan risiko mempunyai hubungan positif. Semakin besar risiko suatu
sekuritas semakin besar return yang diharapkan. Sebaliknya semakin kecil return yang
diharapkan semakin kecil risiko yang harus ditanggung.
Hubungan positif ini hanya berlaku untuk return ekspektasi atau ex-ante return (before
the fact) yaitu untuk return yang belum terjadi.
Untuk return realisasi, hubungan positif ini dapat tidak terjadi. Untuk pasar yang tidak
rasional, kadang kala return realisasi yang tinggi tidak mesti mempunyai risiko yang
tinggi pula. Sebaliknya dapat terjadi yaitu return realisasi yang tinggi hanya mempunyai
risiko yang kecil.
Hubungan positif antara return ekspektasi dengan risiko dapat digambarkan sebagai
berikut:
Return
Ekspektasi
Futures
Opsi
Waran
Saham biasa
Saham Preferen
Obligasi perusahaan
Obligasi pemerintah
Reksadana
Deposito
RBR Risiko
SBI
9
4. Reksadana pendapatan tetap memberikan return yang rendah dan tidak banyak
memberikan manfaat penurunan risiko karena return dan risikonya di bawah risiko
obligasi pemerintah.
5. Obligasi pemerintah mempunyai risiko yang lebih tinggi karena obligasi pemerintah
merupakan surat utang jangka panjang.
6. Obligasi perusahaan mempunyai risiko yang lebih tinggidibandingkan dengan
obligasi pemerintah sehingga return yang diharapkan darinya juga akan lebih tinggi.
7. Saham lebih berisiko dibandingkan dengan obligasi perusahaan karena harga saham
lebih fluktuatif diabndingkan dengan obligasi. Return ekspektasian saham juga lebih
tinggi dibandingkan return yg diperoleh dari obligasi.
8. Waran dan opsi merupakan hak untuk membeli dan menjual saham dengan
harga tertentu untuk suatu periode wajtu tertentu. Jika hak ini tidak digunakan sampai
masa berlakunya habis maka nilai waran / opsi menjadi nol. Pemegang waran dan
opsi menanggung resiko yang besar , maka waran / opsi diharapkan memberikan
return yang lebih besar dibanding saham / obligasi
9. Futture lebih berisiko dibandingkan opsi karena hasilnya diperoleh dimasa
depan yang penuh ketidakpastian.
10