Slavoj Zizek
PENDAHULUAN
Bayangkan diri kita berada dalam situasi standar kecemburuan
khas chauvinisme pria: tiba-tiba saja, saya mendapati pacar saya
berhubungan seks dengan pria lain. Oke, tak masalah, saya seorang
pria yang rasional, toleran, saya bisa menerimanya namun
lantas, tak pelak lagi imaji-imaji mulai bermunculan merongrong
saya, gambaran-gambaran konkret tentang apa yang mereka
perbuat (ngapain sih pacar saya harus menjilatinya tepat di situ?
Ngapain sih dia harus mengangkang selebar itu?) Saya pun lupa
diri, keringatan dan gemetar, rasa tenang lenyap selamanya dari
diri saya. Sampar fantasi macam ini, yang disebutkan oleh pemikir
Renaissance Fransiskus Petrarchus dalam bukunya Secretum (Buku
Rahasia Saya) sebagai gambaran-gambaran yang mengaburkan
penalaran jernih seseorang, dihadirkan secara ekstrem oleh media
audiovisual zaman sekarang. Di antara benturan-benturan
antagonistik yang mewarnai zaman kita (globalisasi pasar dunia
versus penegasan partikularisme etnis, dsb.), barangkali tempat
pokoknya terletak pada antagonisme antara abstraksi yang kian
lama kian menentukan hidup kita (dalam selubung digitalisasi,
relasi pasar spekulatif, dll.) dengan banjirnya imaji-imaji pseudo-
konkret. Di masa kejayaan Ideologiekritik tradisional, prosedur
kritis paradigmatisnya adalah menarik diri dari gagasan-gagasan
abstrak (religius, hukum,) menuju realitas sosial konkret tempat
gagasan-gagasan tersebut berakar. Di zaman ini, kian lama kian
tampak bahwa prosedur kritis itu dipaksa untuk mengikuti jalur
sebaliknya, dari imaji pseudo-konkret menuju proses-proses
abstrak (digital, pasar) yang secara efektif membentuk struktur
pengalaman hidup kita.
Buku ini melakukan pendekatan sistematis, dari sudut pandang
Lacanian, atas praanggapan-praanggapan tentang sampar fantasi
ini. Bab pertama (Tujuh Tabir Fantasi) mengelaborasi kontur
gagasan psikoanalitis tentang fantasi, dengan penekanan khusus
tentang bagaimana ideologi harus menyandarkan dirinya pada
latar fantasmik tertentu. []
1
Ideologi dan Fantasi Slavoj Zizek Halaman 2