PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan dalam pengadaan dan pemanfaatan barang milik negara/daerah
berupa sarana prasarana sekolah adalah untuk menunjang optimalisasi proses
pembelajaran (BPSDMPK-Kemendiknas, 2014 p. 41). Untuk membantu tercapainya tujuan
tersebut, dalam pelaksanaan penggunaan barang Negara/daerah ini diperlukan penataan
atau managemen yang baik. Kepala sekolah harus mendorong dan memberdayakan
pendidik untuk memanfaatkan barang tersebut secara optimal dan harus membuat laporan
pemanfaatan barang tersebut secara teratur dan terdokumentasi sebagai bahan rencana
tindak lanjut.
Pengelolaan barang yang baik dapat bermanfaat dalam mendukung efisiensi dan
efektifitas penggunaan barang tersebut dan terlaksananya akuntabilitas sekolah sebagai
institusi pemerintah. Kewajiban instansi pemerintah untuk menerapkan system
akuntabilitas kinerja berlandaskan pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam Inpres tersebut dinyatakan bahwa
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui
pertanggungjawaban secara periodik.
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini akan membahas bagaimana langkah pengelolaan barang sekolah dan
hal yang dapat dilakukan kepala sekolah untuk melakukan managemen tersebut dalam
rangka mendukung akuntabilitas sekolah. Makalah ini memuat format-format dokumen
untuk pengendalian barang mulai dari pengadaan, penatausahaan, penyimpanan,
pemeliharaan penghapusan sampai pelaporan.
D. Manfaat Tulisan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam 3 hal: teori, praktis dan profesional.
Yang pertama secara teori diharapkan dapat menjadi tambahan rujukan pada pengelolaan
barang dan akuntabilitas sekolah. Secara praktisnya, makalah diharapkan menjadi masukan
untuk sekolah dalam pengelolaan atau manajemen barang inventaris dan non inventaris.
Secara profesional, diharapkan dapat menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut baik
tentang pengelolaan barang maupun tentang akuntabilitas sekolah.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan; yang memaparkan latar belakang permasalahan, perumusan masalah,
tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan teori tentang pengelolaan barang dan akuntabilitas sekolah yang
mencakup langkah, prinsip dan teori pengelolaan barang dan akuntabilitas dari
berbagai sumber.
Bab III : Pembahasan masalah yang memaparkan bagaimana pengelolaan barang yang
diharapkan dan bagaimana hubungannya dengan akuntabilitas sekolah.
Bab IV : Kesimpulan dan Saran
BAB II
A. Pengelolaan Barang
Pengelolaan barang inventaris yang berbentuk sarana dan prasarana sekolah
mencakup semua komponen yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang
jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
b. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan semua jenis barang
inventaris sesuai dengan kebutuhan. Hubungannya dengan sekolah, pengadaan ini merupakan
kegiatan untuk menyediakan barang ataupun jasa berdasarkan perencanaan sekolah untuk
menunjang efektifitas dan efisiensi pembelajaran (BPSDMPK PMP, Depdiknas, 2014 p. 113).
Pengadaan barang milik Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip efisien, efektif, transparan
dan terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel. Pelaksanaan pengadaan Barang Milik Negara/Daerah
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengadaan barang inventaris ini meliputi langkah perencanaan barang sekolah sarana
prasarana sekolah (Sukirman, 2002: 29).
Pengadaan barang sekolah dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah yaitu: 1)
pembelian tanpa lelang atau dengan lelang, 2) pembuatan/pengadaan swadaya sendiri, 3) bantuan
atau hibah, dan 4) penyewaan, 5) pinjaman, 6) pendaurulangan, 7)penukaran dan 8) perbaikan atau
rekondisi (BPSDMPK PMP, Depdiknas, 2014 p. 114-115; Gunawan, 1981: 23). Kebanyakan sekolah
melakukan pengadaan barang sekolah dengan membeli dengan dana sumbangan dari masyarakat
dan mendapatkan bantuan atau hibah.
Prosedur pengadaan barang dan jasa harus mengacu kepres No 80 tahun 2003 yang telah
disempurnakan dengan Permen nomor 24 tahun 2007. Prosedur tersebut menurut BPSDMPK PMP,
Depdiknas, 2014 p. 115) adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kebutuhan dan fungsi barang sekolah berbentuk sarana prasarana sekolah.
2. Mengklasifikasi barang atau jasa yang dibutuhkan.
3. Membuat proposal pengadaan yang ditujukan kepada pemerintah atau pihak lain.
4. Peninjauan kelayakan untuk mendapat barang tersebut
5. Pengiriman barang tersebut.
c. Penggunaan
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2014, status penggunaan barang milik
negara/daerah ditetapkan oleh pengelola barang, untuk barang milik negara; atau
Gubernur/Bupati/Walikota, untuk barang milik daerah. Barang tersebut dapat ditetapkan
status penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah,
atau guna dioperasikan oleh Pihak Lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai
tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan.
Penggunaan barang sekolah mesti sesuai dengan kebutuhan agar pencapaian tujuan
pengadaan barang dapat tercapai secara efektif dan efisien. Untuk barang inventaris di sekolah yang
berbentuk sarana prasarana harus selalu mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai, kesesuaian
barang dengan materi pelajaran siswa, tersedianya sarana penunjang dan sesuai dengan
karakteristik siswa (BPSDMPK PMP, 2014: 124).
d. Pemanfaatan;
Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan pertimbangan teknis
dengan memperhatikan kepentingan negara/daerah dan kepentingan umum. Bentuk Pemanfaatan
Barang tersebut berupa sewa; pinjam pakai; kerja sama pemanfaatan; bangun guna serah atau
bangun serah guna; atau kerja sama penyediaan infrastruktur.
Ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam menggunakan perlengkapan sekolah yaitu
prinsip efektifitas dan efisiensi (Bafadal, 2004: 42). Prinsip efektifitas berarti semua pemakaian
perlengkapan pendidikan disekolah harus ditunjukkan semata-mata dalam rangka memperlancar
pencapaian tujuan pendidikan sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan
prinsip efisiensi berarti pemakaian semua perlengkapan pendidikan disekolah secara hemat dan
dengan hati-hati.
Pengelola barang, pengguna Barang, atau Kuasa Pengguna Barang bertanggung jawab
atas pemeliharaan Barang Milik Negara/Daerah yang berada di bawah penguasaannya.
Pemeliharaannya berpedoman pada daftar kebutuhan pemeliharaan barang. Pemeliharaan
perlengkapan adalah suatu kegiatan pemeliharaan yang terus menerus untuk mengusahakan agar
setiap jenis barang tetap berada dalam keadaan baik dan siap pakai (Wahyuningrum, 2000:31).
Jenis pemeliharaan yang dapat dilakukan menurut BPSDMPK PMP (2014: 125) adalah
sebagai berikut:
f. Penilaian
Penilaian barang milik negara/daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca
pemerintah, pemanfaatan, atau pemindahtanganan. Penilaian dilakukan oleh tim yang
ditetapkan oleh pengguna barang, dan dapat melibatkan penilai yang ditetapkan oleh
pengguna barang.
g. Pemindahtanganan
Barang milik negara/daerah yang tidak diperlukan bagi penyelenggaraan tugas
pemerintahan dapat dipindahtangankan. Pemindahtanganan dilakukan dengan cara
penjualan; tukar menukar; hibah; atau penyertaan modal pemerintah pusat/daerah.
h. Penghapusan
Penghapusan merupakan pembebasan barang inventaris dari pertanggungjawaban
yang berlaku dengan alasan yang dipertanggungjawabkan (BPSDMPK PMP, Depdiknas, 2014
p. 112). Pemusnahan atau Penghapusan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghapus
barang-barang milik Negara/Daerah atau kekayaan Negara dari daftar inventarisasi
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Wahyuningrum, 2000: 42-43).
i. Penatausahaan
Klasifikasi dan kodefikasi barang iventaris dilakukan agar terdapat cara cukup mudah
dan efisien untuk mencatat dan seklaigus untuk mencari dan menemukan kembali barang
tertentu baik fisik maupuan daftar catatan atau pun di dalam ingatan orang (BPSDMPK
PMP Kemediknas, 2014). Kodefikasi adalah pemberian pengkodean barang pada setiap
barang inventaris milik Pemerintah Daerah yang menyatakan kode lokasi dan kode barang.
Tujuan pemberian kodefikasi adalah untuk mengamankan dan memberikan kejelasan status
kepemilikan dan status penggunaan barang pada masing-masing pengguna (Permendagri
nomor 7 tahun 2007).
Pada umumnya, nomor kode itu terdiri dari 7 (tujuh) buah angka yang tersusun
menjadi tiga dan empat angka, yang dipisahkan oleh sebuat tanda titik. Angka pertama dari
susunan tiga di depan adalah untuk menyatakan jenis formulir yang digunakan. Dua angka
berikutnya yang ada sebelum titik merupakan sandi pokok untuk kelompok barang menurut
ketentuan formulir masing-masing (BPSDMPK Kemediknas, 2014).
Untuk memudahkan penatausahaan barang dan sensus barang milik daerah (BMD),
setiap barang daerah diberi nomor kode. Terdapat dua kategori besar kodefikasi barang ini
yakni kode lokasi dan kode barang. Cara penulisan kode ini, menurut Permendagri nomor 7
tahun 2007 adalah sebagai berikut.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
14 digit
Kode Komponen
Pemilik Barang
Kode Provinsi
Kode Kab/Kota
Kode Bidang
Kode Tahun
Pembelian
Satuan Kerja
Digit 1 dan 2, Kode komponen kepemilikan barang. Penulisan kode komponen
kepemilikan barang sebagai berikut :
Digit 3 dan 4, Kode Provinsi. Provinsi diberi Nomor Kode mulai dari Nomor 01 sampai
dengan 33 (dstnya), sesuai dengan jumlah Provinsi yang ada. Digit 5 dan 6, Kode
Kabupaten/Kota. Kabupaten/Kota yang berada dalam wilayah suatu Provinsi diberi Nomor
Kode mulai dari Nomor 01 dan seterusnya sampai sejumlah Kabupaten/Kota dalam wilayah
Provinsi tersebut. Untuk nomor kode Kabupaten /Kota yang baru dibentuk dibakukan oleh
Gubernur dengan mengikuti urutan sesuai lahirnya undang - undang Pembentukan Daerah
Otonom baru dengan memperhatikan/mengikuti Nomor urut Kabupaten/ Kota yang
ditetapkan Menteri Dalam Negeri.
Digit 7 dan 8, kode bidang yang merupakan pengelompokan Bidang Tugas yang
terdiri dari 22 bidang, seperti yang sampaikan di atas.
Digit 9 dan 10, kode SKPD. Kode Unit merupakan penjabaran dari Bidang Tugas
kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai struktur organisasi di masing masing
Daerah Provinsi/Kabupaten/ Kota. Penetapan nomor urut kode unit/SKPD di masing-masing
Provinsi/Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Digit 13 dan 14, Kode Sub Unit/Satuan Kerja. Kode Sub Unit/Satuan Kerja untuk
masing-masing SKPD diberi Nomor urut Kode sub unit sesuai struktur organisasi perangkat
daerah mulai dari Nomor 01 dan seterusnya sampai sejumlah sub Unit/Satuan Kerja dalam
SKPD tersebut dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
Contoh penulisan nomor kode lokasi: Barang Milik Daerah Provinsi Banten berada
pada Subdin Pengelolaan Budidaya Perikanan (Dinas Perikanan dan Kelautan),
dibeli/diperoleh tahun 2001.
1 1 2 8 0 1 1 1 0 2 0 1 0 5
Barang (Provinsi)
Kode Bidang
(Bid.Perikanan)
(2001)
Budidaya Perikanan)
Nomor Kode barang diklasifikasikan ke dalam 6 (golongan) yaitu: (01) Tanah, (02)
Mesin dan Peralatan, (03) Gedung dan Bangunan, (04) Jalan,Irigasi dan Jaringan (05) Aset
Tetap Lainnya dan (06) Konstruksi dalam Pengerjaan. Penggolongan barang terbagi atas
Bidang, Kelompok, Sub Kelompok dan sub-sub Kelompok/Jenis Barang. Nomor kode
golongan, bidang, kelompok, sub kelompok dan Sub-Sub Kelompok/jenis barang
sebagaimana tercantum dalam lampiran 41 permendagri nomor 7 tahun 2007.
Nomor kode barang terdiri atas 14 (empat belas) digit yang tersusun berurutan ke
belakang dibawah suatu garis lurus sebagai berikut: 2 digit (angka) paling depan adalah
Nomor Kode Golongan Barangnya, diikuti Nomor Kode Bidang, Nomor Kode Kelompok,
Nomor Kode Sub Kelompok, Nomor Kode Sub-Sub Kelompok/jenis barang dimaksud. Contoh
1, kode barang mobil sedan.
0 2 0 3 0 1 0 1 0 1 0 0 000 500
01)
Kode 01)
Kode 01)
c) Nomor Register
Nomor register merupakan nomor urut pencatatan dari setiap barang, pencatatan
terhadap barang yang sejenis, tahun pengadaan sama, besaran harganya sama seperti meja
dan kursi jumlahnya 150, maka pencatatannya dapat dilakukan dalam suatu format
pencatatan dalam lajur register, ditulis: 0001 s/d 0150. Nomor urut pencatatan untuk setiap
barang yang spesifikasi, type, merk, jenis berbeda, maka nomor registernya dicatat
tersendiri untuk masingmasing barang.
1. Barang milik Departemen Kimpraswil berupa mobil sedan dibeli pada tahun 1999,
dipergunakan pada Dinas PU (Subdin Cipta Karya) mobil sedan yang ketiga,
Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur.
00.23.02.05.01.99.04
02.03.01.01.01.0003
2. Barang milik Daerah Provinsi Maluku berupa Air Condition, Unit yang ke enam,
berada pada Subdin Pengelolaan Budidaya Perikanan(Dinas Perikanan dan
Kelautan), dibeli/diperoleh Tahun 2001.
01.17.00.11.02.01.05
02.06.02.04.03.0006
d) Lain-lain
Cara pencatatan dan pemberian Nomor Kode bagi barang yang belum ada Nomor
Kode jenis barangnya, supaya mempergunakan Nomor Kode jenis barang "Lain-lain" dari
Sub kelompok barang yang dimaksud atau dibakukan oleh Kepala Daerah masing-masing
dengan mengikuti nomor urut jenis barang lain-lain.
Barang milik negara/daerah yang dipisahkan (Perusahaan Daerah) tetap menjadi
milik Pemerintah Daerah, oleh karena itu semua barang inventaris yang dipisahkan,
diperlakukan sama dengan barang inventaris milik Pemerintah Daerah.
Dalam rangka tertib administrasi pengelolaan barang milik negara/daerah yang
cepat dan akurat, Pemerintah Daerah menerapkan aplikasi inventarisasi melalui Sistem
Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA).
Daftar alat inventarisas yang harus digunakan atau diisi adalah sebagai berikut
(BPSDMPK-PMP, Kemendiknas, 2014; Hadi, 2008):
Sedangkan barang-barang yang bukan inventaris adalah semua barang habis pakai, seperti
kapur tulis, kertas, dan barang-barang yang statusnya tidak jelas. Baik barang inventaris maupun
barang bukan inventaris yang diterima sekolah harus dicatat didalam buku penerimaan. Setelah itu,
khusus barang-barang inventaris dicatat didalam buku induk inventaris dan buku golongan
inventaris.sedangkan barang-barang bukan inventaris dicatat dalam buku induk bukan inventaris dan
kartu stok barang.
B. Akuntabilitas Sekolah
a. Makna Akuntabilitas
b. Prinsip Akuntabilitas
PEMBAHASAN
Petunjuk teknis atau peraturan bahkan software system pengelolaan atau manajemen
barang telah dikeluarkan pemerintah. Kebanyakan instansi pemerintah termasuk sekolah telah
memiliki software seperti SIMDA, atau SIMBADA dan yang paling mutakhir adalah ANTI SIMBADA.
Sistem ini mampu mengiventarisir barang yang ada disekolah dan namun belum mampu mencakup
penggunaannya secara detail. Software tersebut kebanyakan hanya menyangkut laporan secara
virtual atau online saja, dan tidak mempunyai mengerakan system manajemen inventaris sekolah
secara real dan menyeluruh. Bagaimanapun baiknya petunjuk teknis atau software manajemen
tidak bisa menjamin keberhasilan pengelolaan barang ini. Diperlukan konsistensi dan kontinuitas
semangat dari pengelola barang ini.
Masalah yang kedua: kurangnya pengawasan dan pengendalian dari pejabat sekolah.
Pejabat sekolah tidak secara rutin mengawasi dan memantau administrasi pengelolaan dan
pemanfaatan barang sekolah. Peran pengelola atau pihak manajemen dalam langkah pengendalian
(controlling) dan pelaporan berlangsung kurang optimal. Hal ini karena belum terciptanya system
pengendalian manual yang berjalan. Mungkin, ada permasalahan para pembagian kerja pada
perencanaan pengelolaan barang.
Yang ketiga, kendala yang menyangkut sarana berhubungan dengan penempatan atau
penyimpanan barang. Kebanyakan sekolah belum mempunyai ruangan khusus yang memungkinkan
semua inventaris dapat dikendalikan dengan optimal. Hal ini disebabkan ruang lingkup sekolah yang
luas atau penggunaan atas barang sekolah yang memang tinggi sehingga menimbulkan proses
adminstrasi inventaris keseharian yang sering diabaikan sehingga pelaporan penggunaanya tidak
tersusun.
Kendala di atas dapat menyebabkan kendala lain yang menimbulkan kesulitan lain. Sebagai
contoh apabila ada barang sekolah yang hilang, atau rusak, identifikasi dan pelaporan barang
tersebut akan sulit dilakukan. Ketersedian barang sulit dipantau. Karena itu diperlukan penataan
pengelolaan barang yang baik agar adminstrasi barang terselenggara dengan baik yang pada
akhirnya dapat meningkatkan akuntabilitas sekolah.
Kepala sekolah memegang peranan yang penting dalam pengelolaan barang milik
daerah (Milik pemerintahan Kabupaten) yang ada di sekolah. Kepala sekolah hendaknya
mampu mengendalikan semua administrasi barang mulai analisis kebutuhan, perencanaan,
pengadaan, penggunaan/pemanfaatan, penghapusan dan pelaporan.
Idealnya, pengelolan barang di sekolah mencakup 18 dokumen administrasi, yaitu
sebagai berikut
1) Pemetaan masalah sarana dan prasarana sekolah
2) Analisis kebutuhan sarana dan prasarana sekolah
3) Usulan revisi program pengelolaan sarana dan prasarana sekolah
4) Pengadaan sarana dan prasarana sekolah
5) Laporan pengadaan sarana dan prasarana sekolah
6) Londisi nyata inventaris sarana prasarana
7) Rencana tindak lanjut inventarisasi dan penghapusan barang
8) Usulan penghapusan barang rusak berat/hilang
9) Evaluasi diri tentang sarana prasarana
10) Jadwal pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah
11) Laporan pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah
12) Hasil analisis perawatan sarana dan prasarana sekolah
13) Jadwal perawatan rutin sarana dan prasarana
14) Laporan perawatan sarana dan prasarana sekolah
15) Perawatan sarana dan prasarana
16) Buku induk inventaris barang
17) Kartu inventaris barang
18) Kartu inventaris ruangan.
Untuk melakukan semua administrasi tersebut, diperlukan pengelolaan barang yang
efektif dan efisien. Kepala sekolah mempunyai peranan penting dalam penataan
pengelolaan barang sekolah. Langkah yang dapat dillakukan kepala sekolah, diantaranya:
optimalisasi tugas pokok dan fungsi pegawai, penyusunan pengelolaan atau manajemen
barang yang baik dan pengawasan dan pemantauan pengelolaan.
Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pegawai di sekolah baik pendidik maupun
tenaga kependidikan akan menjamin keberhasilan pengelolaan sekolah yang efektif dan
efisien. Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) bidang sarana prasarana (sarpras) ini hendaknya
didistribusikan pada pendidik pejabat sekolah dan tenaga kependidikan. Pembagian tupoksi
ini hendaknya jelas dan direvisi setiap tahun dan dilakukan di awal tahun pelajaran.
Pembagian tupoksi untuk pengelolaan barang sekolah didistribusikan kepada paling
tidak 3 orang: Kepala sekolah, pendidik pejabat fungsional sekolah bidang sarpras dan
tenaga kependidikan yang menangani sarpras.
Kepala sekolah berperan sebagai penanggung jawab, perencana sentral, coordinator
dan pengawas pelaksanaan administrasi barang ini. Semua kebaikan atau keburukan
pengelolaan barang ini akan menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Kesalahan atau
kekeliruan dalam pengelolaan ini akan berpengaruh pada kinerja dan akuntabilitas kepala
sekolah.
Sebagai perencana sentral, kepala sekolah dapat memberikan pengarahan dan
instruksi kepada pejabat fungsional sekolah dan tenaga kependidikan bidang sarpras
tentang rencana besar sekolah berdasarkan analisis kebutuhan dan pemetaan sarpras.
Perencanaan ini hendaknya dilakukan secara sistematis agar selaras dengan pertumbuhan
kegiatan akademik dengan mengacu Standar Sarana dan Prasarana dan dituangkan dalam
rencana pokok (master plan) yang meliputi seluruh barang sarpras. Rencana besar ini
kemudian dirinci ke dalam rencana rinci dari pejabat fungsional bidang sarpras dan tenaga
kependidikan. Rencana ini sedikitnya menyangkut pengadaan, piatausahaan,
pemeliharaan, pemanfaatan dan pelaporan. Kepala sekolah hendaknya menetapkan
rencana dan kebijakan tentang barang (sarpras) ini secara tertulis yang lengkap dan
terintegrasi dengan perencanaan sekolah yang lain.
Rencana pengelolaan sarana dan prasarana hendaknya mengacu pada standar
sarana dan prasarana dalam hal:
1) merencanakan, memenuhi dan mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan;
2) mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar tetap berfungsi
mendukung proses pendidikan;
3) melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di sekolah;
4) menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai dengan tujuan
pendidikan dan kurikulum masing-masing tingkat;
5) pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan memperhatikan kesehatan dan
keamanan lingkungan.
Sebagai coordinator, kepala sekolah hendaknya mengkoordinasikan rencana tentang
sarpras ini kepada semua pendidik dan tenaga kependidikan terutama pejabat-pejabat
sekolah. Rencana yang telah disusun hendaknya disosialisasikan kepada semua warga
sekolah karena sarpras atau barang sekolah akan berhubungan dengan semua pihak. Kepala
sekolah hendaknya membentuk tim barang (sarpras) sekolah ini agar bisa bersinerga dalam
pengeloaan barang.
Merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) nomor 27 tahun 2014 tentang pengelolaan
barang negera, pengelolaan barang inventaris dan non inventaris pendidikan di sekolah
paling tidak mencakup hal-hal berikut: perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
pengadaan; penyimpanan, penggunaan dan pemanfaatan; inventarisasi atau penatausahaan;
pengawasan dan pengendalian; penyaluran dan pemindahtanganan; penataan, pengamanan
dan pemeliharaan (rehabilitasi) dan pemusnahan/penghapusan barang.
1
Ruang kelas rusak Rehabilitasi
2
Meja kursi peserta didik rusak . Set Penghapusan
3
Buku . belum ada Pengadaan
4
.. ..
SMPN ..
SNP/Kebutuh Kesenjang
NO. Aspek Kondisi Nyata Kesiapan Prioritas Tindak Lanjut
an EDS an
a. Pengadaan
Jangka Revisi
1 Pagar ( Meter ) ..Meter roboh .. meter . Meter Segera
pendek Program
Tempat duduk Jangka Revisi
2 Belum ada 8 Buah 8 buah Segera
teras pendek Program
b. Pemanfaatan
Teguran
Lapangan bulu Belum Jangka
1 Belum digunakan Digunakan Segera kepada
tangkis terwujud Pendek
pembina Eskul
2 .
c. Inventarisasi
Buku induk Belum di Jangka Bimbingan
1 Belum lengkap Di isi Lengkap Segera
barang isi lengkap pendek Personal
2 .
d. Penghapusan
Belum ada Format Jangka Bimbingan
1 Buku rusak Diisi lengkap Segera
dokumen Belum diisi pendek Personal
2 .
e. Perawatan
Perawatan
a. Terus menerus
Jangka Revisi
Segera
1. Drainase kurang rapih Drainase rapih belum rapih pendek Program
.
Perawatan
b. Berkala
1. Kusen dan 14 Pintu Jangka Revisi
Segera
pintu 28 Pintu baik 42 pintu baik rusak pendek Program
2.
Perawatan
c. Darurat
Jangka Revisi
Segera
1. Komputer 53 baik 61 baik 12 rusak pendek Program
2. ..
Berdasarkan pemetaan dan analisis kebutuh di atas, barang yang tindak lanjutnya
revisi program dimasukan ke dalam usulan revisi program dengan format sebagai berikut:
SMPN
Aspek/ Sumber
NO. Kondisi Nyata Usulan Revisi Target Keterangan
Aspek
Pengadaan
1.
Pembangunan
a. Pagar ( Meter ) ..Meter roboh 2016
kembali
Tempat duduk
b. .
teras
2. Pemanfaatan
3. Inventarisasi
Dilengkapi terus
a. Buku induk barang Belum lengkap 2015
menerus
4. Penghapusan
5. Perawatan
b. .
Perawatan
A
Berkala
14 Pintu penuh Pengecatan 14
j Kusen dan pintu 2015
coretan pintu baik
.
Perawatan
n
Darurat
B Komputer 5 rusak Perbaikan 5 Unit 2015
..
d. Pengadaan
Sesuai dengan rencana dan analisis kebutuhan di atas, proses pengadaan barang
dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sebagai contoh, kepala sekolah hendaknya menunjuk tim pengadaan barang
sarpras yang terdiri dari tim atau individu yang bertugas melakukan survey, tim atau
individu yang bertugas melakukan proses pengadaan dan tim atau individu yang bertugas
proses penerimaan barang. Hal ini untuk menjaga adanya pembagian wewenang dan
tanggung jawab dalam pengadaan tersebut.
Peran kepala sekolah dalam hal ini adalah sebagai manajer yang menjadi koordinator
tim. Kepala harus mampu memimpin dan mengarahkan tim agar dapat bekerja sesuai
dengan tugas dan wewenangnya. Semua tim hendaknya telah memahami tentang rencana
dan target pengadaan serta penanggung jawab kegiatan. Untuk meyakinkan hal ini maka
disusun rencana pengadaan seperti contoh berikut:
SMPN
Sumber
NO. Jenis Sarana Jumlah Cara Pengadaan Waktu / Target Penanggung Jawab
Dana
Tim survey bertugas mencari dan membandingkan harga dari barang yang akan
diadakan untuk dilaporkan secara tertulis dan lisan kepada kepala sekolah dan atau pejabat
fungsional sarpras dalam bentuk hasil survey. Kemudian berdasarkan hasil survey
ditetapkan spesifikasi dan tempat pengadaan barang yang akan dipilih untuk ditindaklanjuti
oleh tim pengada/pembeli. Selanjutnya barang beserta dokumennya diserahkan kepada tim
penerima/penyimpan barang melalui pemeriksaan yang detil untuk kemudian diinventarisir
dan disimpan/diamankan.
Setiap tim atau individu hendaknya memdokumenkan pelaksanaan tugasnya dengan
selalu mencantumkan hari tanggal dan tanda tangan. Untuk tim pemeriksa/penyimpanan
barang dapat menggunakan format berikut untuk mendokumenkan barangnya.
SMPN .
Nama Sekolah
Alamat Sekolah
Tahun Pelajaran
Cara
Tanggal / Sumber Penanggung
NO Uraian Jenis Sarana Jumlah Pengadaa Pencapaian Kendala
Bulan Dana Jawab
n
Pengeca
1 20-10-2014 Pengadaan Pagar 28x18 M Swakelola PDM 95% Wakasek
tan
SMPN .
Untuk penggunaan sarpras atau barang sekolah yang berbentuk barang elektronik seperti
computer meja, laptop, proyektor, kamera, sound system dan sebagainya, siapapun dan kapanpun
itu, harus menuliskan administrasi atau dokumen menyangkut kapan, jam berapa, siapa, kapan
kembali dan tanda tangan pengguna. Dokumen ini hendaknya ditulis dalam buku folio besar agar
bukunya lebih banyak menampung dokumen. Format yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
SMPN .
2 ..
Tangga Keada
No Tnggal Kode Keterangan Tahun
Nama Kuan- Nama Asal l an
Uru Pembu- Bara Merk, Nomor Pembu Harga Ket.
Barang titas Satuan Barang Penyer Baran
t kuan ng Ukuran DSB atan
ahan g
Perawatan
No. Sarana dan Prasarana Keterangan
Rutin Berkala Preventatif
1 Ruang kelas
2 Lab. IPA
3 Perpustakaan
Perawatan sarpras ini hendaknya dijadwalkan secara rutin dan tertulis dalam
kalender kapan dan apa yang harus dilakukan. Untuk jadwal perawatan dapat menggunakan
format sebagai berikut:
Persentase Kendala /
No. Kegiatan Tindak Lanjut
Keberhasilan Hambatan
Penambahan
1 Pembersihan drainase 80 Terlalu banyak
tenaga kebersihan
Penambahan
2 Pembersihan ruangan 75 Terlalu banyak
tenaga kebersihan
Pembersihan lingkungan Kurang
3 80 Pengarahan siswa
kelas peliharaan siswa
j. Pemusnahan/Penghapusan
Langkah pemusnahan/penghapusan memerlukan pendokumenan seperti langkah
penggunaan ini. Penjelasan tentang alasan pemusnahan atau penghapusan memerlukan
pertimbangan dan pemikiran yang bijak. Perbandingan biaya penggunaan, pemeliharaan
atau perbaikan harus benar-benar matang sehingga dihasilkan penghapusan barang yang
tepat.
Seperti pada langkah manajemen yang lain, pengelolaan barang inventaris pun
diharuskan mengikuti langkah-langkah manajemen dan melibatkan seluruh personil sekolah.
Bila perlu, standar operasional prosedur penggunaan atau peminjaman harus disusun. Hal
ini untuk memastikan bahwa system pengendalian penggunaan barang tersebut dapat
berjalan.
k. Pelaporan
Langkah ini adalah proses tambahan dalam administrasi barang. Sesungguhnya
proses ini merupakan bagian dari langkah penatausahaan dimana hasilnya dilaporkan pada
beberapa pihak. Laporan ini dapat berjangka waktu triwulan, semester dan tahunan. Semua
langkah yang dilakukan mulai perencanaan, pengadaan sampai dengan penghapusan
termasuk nilai rupiah dari barang dicantumkan pada laporan.
Untuk barang habis pakai, pelaporan harus selalu dilakukan minimal dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan. Hal ini telah biasa dilakukan karena biasanya selalu ada monitoring dari
pihak terkait seperti inspektorat. Untuk mengefektifkan laporan persediaan atau
penggunaan barang habis pakai dapat digunakan format berikut:
PER 31 DESEMBER .
Langkah pelaporan ini baik itu secara manual maupun virtual dapat menunjang
terciptanya akuntabilitas sekolah di mata publik. Dengan laporan ini siapapun yang
meminta, menanyakan informasi atau bukti penggunaan barang sekolah baik inventaris
maupun non inventaris, sekolah akan dapat segera menunjukan bukti yang cukup untuk
menunjukan bahwa rencana, pengadaan, pemanfaatan barang tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dan dipertangunggugatkan.
BAB IV
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Pada bab sebelumnya dikemukakan pertanyaan permasalahan yang dibahas
makalah ini yakni bagaimana langkah pengelolaan/manajemen barang sekolah yang baik
dan hal apa saja yang dapat dilakukan kepala sekolah untuk melakukan
pengelolaan/managemen tersebut dalam rangka mendukung akuntabilitas sekolah.
B. SARAN
Berdasarkan hal-hal yang disampaikan di atas beberapa saran dapat dikemukakan.
Pertama, bahwa makalah ini memerlukan penelitian lebih lanjut terutama tentang
bagaimana persepsi, peran dan tanggung jawab personil sekolah di luar pejabat fungsional
atau tenaga kependidikan yang menangani barang atau sarpras sekolah.
Kedua, pelaksanaan pengelolaan barang memerlukan komitmen dari semua warga
sekolah karena penggunaan barang ini melibatkan seluruh warga sekolah di setiap waktu
ketika pembelajaran berlangsung. Karena itu, semua warga harus merasa bertanggung
jawab atas keberlangsungan dan keterpeliharaan barang sekolah.
Ketiga, bahwa akuntabilitas sekolah bukan hanya dapat dilihat dari transparansi
pengelolaan keuangan sekolah namun dapat dilihat pula dari bagaimana pengelolaan
barang. Penggunaan dan pemanfaatan barang akan sangat mendukung akuntabilitas
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Adser, Alcia, Carles Boix, and Mark Payne. 2003. Are You Being Served? Political
Accountability and Quality of Government. Journal of Law, Economics, &
Organization 19(2): 445-490. Dalam Kim, Doo-Rae. 2012. Mass Perceptions of
Government Accountability and Trust in Government: The Case of South Korea. Paper
prepared for the International Institute of Administrative Sciences Study Group
Workshop on Trust in Public Administration and Citizen Attitudes, Seoul National
University, Seoul, Korea.
Bafadal, Ibrahim. 2004. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori Dan Aplikasinya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hartati Sukirman. 2002. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: UPP IKIP
Yogyakarta
Gunawan, Ary H. 1981 Manajemen Dan Organisasi Sekolah. Jakarta : Proyek Pengembangan
Pendidikan Guru (P3G), Depdikbud.
Kaufmann, Daniel, Aart Kraay, and Massimo Mastruzzi. 2005. Governance Matters IV:
Governance Indicators for 1996-2004. World Bank Policy Research Working Paper No.
3630. Dalam Kim, Doo-Rae. 2012. Mass Perceptions of Government Accountability and
Trust in Government: The Case of South Korea. Paper prepared for the International
Institute of Administrative Sciences Study Group Workshop on Trust in Public
Administration and Citizen Attitudes, Seoul National University, Seoul, Korea.
Peraturan Menteri Dalam Negeri. Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah dan lampirannya.
Peraturan Menteri Dalam Negeri. Nomor 7 Tahun 2002 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah dan lampirannya.
Rasul, Syahrudin, 2003. Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran dalam
Perspektif UU NO. 17/2003 Tentang Keuangan Negara. Jakarta: PNRI.
Wakhyudi, 2007. Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Modul Pusat Pendidikan Dan Pelatihan
Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan. Edisi Kelima (Revisi
Keempat).
Wirjosoemarto.K, dkk. 2004. Teknik Laboratorium. IMSTEP : Jica Kaunang,T. D, dkk. Hand
Out Teknik Laboraturium. UNIMA : Tondano
DAFTAR ISI
Cover i
Kata pengantar . ii
Abstrak . iii
Daftar Isi .. iv
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 1
B. Permasalahan.............................................................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 3
D. Manfaat Tulisan .......................................................................................................................... 3
E. Sistematika Penulisan ................................................................................................................. 3
BAB II
PENGELOLAAN BARANG DAN AKUNTABILITAS SEKOLAH ............................................................... 4
A. Pengelolaan Barang ................................................................................................................... 4
a. Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran .......................................................................... 4
b. Pengadaan............................................................................................................................... 5
c. Penggunaan ............................................................................................................................ 5
d. Pemanfaatan; .......................................................................................................................... 6
e. Pengamanan dan Pemeliharaan ............................................................................................. 6
f. Penilaian.................................................................................................................................. 7
g. Pemindahtanganan ................................................................................................................. 8
h. Penghapusan ........................................................................................................................... 8
i. Penatausahaan........................................................................................................................ 9
j. Pembinaan, Pengawasan, Dan Pengendalian ....................................................................... 16
B. Akuntabilitas Sekolah ................................................................................................................ 17
a. Makna Akuntabilitas ............................................................................................................. 17
b. Prinsip Akuntabilitas ............................................................................................................. 19
c. Langkah-langkah Akuntabilitas Sekolah................................................................................ 20
BAB III
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 22
A. Kendala dalam Pengelolaan Barang ......................................................................................... 22
B. Pengelolaan Barang Milik Sekolah. ........................................................................................... 23
a. Optimalisasi Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai Bidang Sarana Prasarana ............................ 24
b. Pengelolaan Barang yang Baik .............................................................................................. 25
BAB IV
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 36
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 36
B. SARAN ....................................................................................................................................... 37