Anda di halaman 1dari 28

PENGERTIAN DAN JENIS SARANA PRASARANA PENDIDIKAN SARANA

PENDIDIKAN
adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam
proses pendidikan di sekolah. Adapun, prasarana pendidikan adalah semua perangkat
kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan pelaksanaan proses
pendidikan di sekolah. Sarana pendidikan diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu
(1) habis tidaknya dipakai;
(2) bergerak tidaknya pada saat digunakan;
(3) hubungannya dengan proses belajar mengajar.

1) Ditinjau dari Habis Tidaknya Dipakai


Dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan
yang habis dipakai dan sarana pendidikan tahan lama.
a) Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan
bisa habis dalam waktu yang relatif singkat. Contoh, kapur tulis, beberapa bahan kimia untuk
praktik guru dan siswa, dsb. Selain itu, ada sarana pendidikan yang berubah bentuk, misalnya
kayu, besi, dan kertas karton yang sering digunakan oleh guru dalam mengajar. Contoh: pita
mesin ketik/komputer, , bola lampu, dan kertas.
b) Sarana pendidikan tahan lama Sarana pendidikan tahan lama adalah keseluruhan bahan atau
alat yang dapat digunakan secara terus menerus dan dalam waktu yang relatif lama. Contoh,
bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe, dan beberapa peralatan olah raga.

2) Ditinjau dari Bergerak Tidaknya pada Saat Digunakan


Ditinjau dari bergerak tidaknya pada saat digunakan, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu
sarana pendidikan yang bergerak dan sarana pendidikan tidak bergerak.
a) Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau
dipindah sesuai dengan kebutuhan pemakainya, contohnya: almari arsip sekolah, bangku
sekolah, dsb.
b) Sarana pendidikan yang tidak bergerak Sarana pendidikan yang tidak bergerak adalah semua
sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan, misalnya saluran
dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
3) Ditinjau dari hubungannya dengan Proses Belajar Mengajar
Sarana Pendidikan dibedakan menjadi 3 macam bila ditinjau dari hubungannya dengan proses
belajar mengajar, yaitu: alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran.
a. Alat pelajaran Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses
belajar mengajar, misalnya buku, alat peraga, alat tulis, dan alat praktik.
b. Alat peraga Alat peraga adalah alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa
perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang mudah memberi pengertian kepada anak
didik berturut-turut dari yang abstrak sampai dengan yang konkret.
c. Media pengajaran adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam
proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam
mencapai tujuan pendidikan. Ada tiga jenis media, yaitu media audio, media visual, dan
media audio visual.

Adapun prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
1. prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar,
seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang
laboratorium.
2. prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar,
tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar, misalnya
ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha
kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan. b.
Tujuan Administrasi Sarana Prasarana Tujuan administrasi sarana prasarana sekolah
secara umum adalah memberikan layanan secara profesional di bidang sarana dan
prasana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan
efisien.
Adapun, tujuan secara khususnya adalah sebagai berikut.
 Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem
perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama.
 Untuk mengupayakan sarana prasarana sekolah secara tepat dan efisien, sehingga
keberadaannnya selalu dalam kondisi siap pakai.
Adapun Prinsip-Prinsip pengelolaan Sarana dan Prasarana Untuk mendukung tercapainya tujuan
administrasi sarana prasarana sekolah maka ada prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam
mengelola sarana prasarana sekolah sebagai berikut
 Prinsip pencapaian tujuan Administrasi sarana prasara sekolah dikatakan berhasil apabila
fasilitas sekolah selalu siap pakai.
 Prinsip efisiensi Pemakaian semua fasilitas sekolah hendaknya dilakukan dengan sebaik-
baiknya, sehingga dapat mengurangi pemborosan. Untuk itu, perlengkapan sekolah
hendaknya dilengkapi dengan petunjuk teknis penggunaan dan pemeliharaannya.
 Prinsip administratif Semua pengelola perlengkapan pendidikan di sekolah itu hendaknya
selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, intruksi dan pedoman yang telah
diberlakukan oleh pemerintah.
 Prinsip Kejelasan Tanggung Jawab Tugas dan tanggung jawab semua anggota organisasi
terhadap pengelolaan sarana dan prasarana sekolah harus dideskripsikan dengan jelas.
 Prinsip Kekohesifan Manajemen sarana prasarana sekolah hendaknya terealisasikan
dalam bentuk proses kerja yang sangat kompak. Untuk itu, antara satu dengan lainnya
dalam organisasi harus bekerja dengan baik.
Adapun Siklus Pengelolaan Sarana Prasarana Proses pengelolaan administrasi sarana prasarna
meliputi 5 hal, yaitu:
 penentuan kebutuhan
 pengadaan
 pemakaian
 pengurusan dan pencatatan
 pertanggungjawaban.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut. 1). Penentuan Kebutuhan Melaksanakan
analisis kebutuhan, analisis anggaran, dan penyeleksian sarana prasarana sebelum mengadakan
alat-alat tertentu. Berikut adalah prosedur analisis kebutuhan berdasarkan kepentingan
pendidikan di sekolah. a) Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak (1)Barang yang habis
dipakai, direncanakan dengan urrutan sebagai berikut. - Menyusun daftar perlengkapan yang
disesuaikan dengan kebutuhan dari rencana kegiatan sekolah. - Memperkirakan biaya untuk
pengadaan barang tersebut tiap bulan. - Menyusun rencana pengadaan barang menjadi rencana
triwulan dan kemudian menjadi rencana tahunan. (2)Barang tak habis dipakai, direncanakan
dengan urutan sebagai berikut. - Menganalisis dan menyusun keperluan sesuai dengan rencana
kegiatan sekolah serta memperhatikan perlengkapan yang masih ada dan masih dapat dipakai. -
Memperkirakan biaya perlengkapan yang direncanakan dengan memperhatikan standar yang
telah ditentukan. - Menetapkan skala prioritas menurut dana yang tersedia, urgensi kebutuhan
dan menyusun rencana pengadaan tahunan. b) Penentuan Kebutuhan Barang Tidak Bergerak
Pengadaan barang tidak bergerak meliputi pengadaan tanah dan bangunan, direncanakan dengan
urutan sebagai berikut. (1)Mengadakan survei tentang keperluan bangunan yang akan direnovasi
dengan maksud untuk memperoleh data mengenai: fungsi bangunan, struktur organisasi, jumlah
pemakai dan jumlah alat-alat/ perabot yang akan ditempatkan. (2)Mengadakan perhitungan luas
bangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan disusun atas dasar data survei. (3)Menyusun
rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan harga standar yang berlaku di daerah yang
bersangkutan. (4)Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan
rencana pentahapan pelaksanaan secara teknis, serta memperkirakan anggaran yang disediakan
setiap tahun, dengan memperhatikan skala prioritas yang telah ditetapkan, sesuai dengan
kebijaksanaan departemen. c) Perhitungan Kebutuhan Ruang Belajar Menghitung kebutuhan
ruang belajar harus memperhatikan tambahan jumlah siswa yang diperkirakan akan ditampung
pada tahun yang akan datang. Perkiraan tambahan julah siswa didasrkan pada anak usia sekolah
yang akan ditampung dan arus lulusan yang akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi
di tingkat propinsi/ kabupaten. Selain itu, juga perlu memperhatikan jumlah murid yang keluar
dari sekolah baik lulusan, pindahan, maupun putus sekolah. Perhitungan kebutuhan ruang
belajar/guru tergantung dari jumlah tambahan siswa, jumlah rata-rata murid untuk setiap
rombongan belajar/kelas, dan efisiensi penggunaan ruang belajar (shift). Selanjutnya,
perhitungan kebutuhan ruang belajar dapat diformulasikan sebagai berikut. Jumlah siswa -
Jumlah siswa Kebutuhan yang diperkirakan sekarang tambahan = ruang belajar Jumlah siswa >
shift Rata-rata per kelas 2) Pengadaan Sarana Prasarana Pengadaan sarana prasarana pendidikan
merupakan upaya merealisasikan rencana kebutuhan pengadaan perlengkapan yang telah disusun
sebelumnya, antara lain sebagai berikut.
a) Pengadaan buku, alat, dan perabot dilakukan dengan cara membeli, menerbitkan
sendiri, dan menerima bantuan/ hadiah/ hibah.
b) Pengadaan bangunan, dapat dilaksanakan dengan cara:
(1) membangun bangunan baru;
(2) membeli bangunan;
(3) menyewa bangunan;
(4) menerima hibah bangunan;
(5) menukar bangunan;
c) Pengadaan tanah, dapat dilakukan dengan cara membeli, menerima bahan, menerima hak
pakai, dan menukar.
3) Penggunaan dan Pemeliharaan Ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam pemakaian
perlengkapan pendidikan, yaitu prinsip efektivitas dan prinsip efisiensi. Prinsip efektivitas berarti
semua pemakaian perlengkapan pendidikan di sekolah harus ditujukan semata-mata dalam
memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Adapun, prinsip efisiensi berti, pemakaian semua perlengkapan pendidikan secara
hemat dan hati-hati sehingga semua perlengjkapan yang ada tidak mudah habis, rusak, atau
hilang. Pemeliharaan merupakan kegiatan yang terus menerus untuk mengusahakan agar barang
tetap dalam keadaan baik atau siap untuk dipakai. Menurut kurun waktunya, pemeliharaan
dibedakan dalam: a) pemeliharaan sehari-hari, misalnya: mobil, mesin disel, mesin ketik,
komputer, dsb. b) pemeliharaan berkala, yaitu: dua bulan sekali, tiga bulan sekali, dsb.
4) Pengurusan dan Pencatatan Semua sarana prasarana harus diinventarisasi secara periodik,
artinya secara teratur dan tertib berdasarkan ketentuan atau pedoman yang berlaku. Melalui
inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapkan dapat tercipta administrasi barang,
penghematan keuangan, dan mempermudah pemeliharaan dan pengawasan. Apabila dalam
inventarisasi terdapat sejumlah perlengkapan yang sudah tidak layak pakai maka perlu dilakukan
penghapusan.
5) Pertanggungjawaban (Pelaporan) Penggunaan sarana prasarana inventaris sekolah harus
dipertanggungjawabkan dengan jalan membuat laporan penggunaan barang-barang tersebut yang
ditujuakn kepada instansi terkait. Laporan tersebut sering disebut dengan mutasi barang.
Pelaporan dilakukan sekali dalam setiap triwulan, terkecuali bila di sekolah itu ada barang rutin
dan barang proyek maka pelaporan pun seharusnya dibedakan.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan

Ditinjau dari jenisnya, sarana dan prasarana pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik
dan fasilitas non fisik (Gunawan, 1996:115).

Fasilitas fisik atau material yaitu segala sesuatu yang berwujud benda mati atau dibendakan yang
mempunyai peran untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha, seperti kendaraan, mesin
tulis, komputer, perabot, alat peraga, media, dan sebagainya. Adapun fasilitas nonfisik yakni
sesuatu yang bukan benda mati yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau melancarkan
sesuatu usaha seperti manusia, jasa, uang.
Menurut Suharsimi Arikunto (1990:82) bahwa fasilitas atau sarana secara garis besar dapat
dibedakan atas dua jenis, yaitu:

1. Fasilitas fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat dibendakan, yang
mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan sesuatu usaha. Fasilitas fisik
juga disebut fasilitas materil. Contoh: kendaraan, alat tulis-menulis, alat komunikasi, alat
penampil atau praktek dan sebagainya.
2. Fasilitas uang, yakni segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai
akibat bekerjanya nilai uang. Contohnya: penyewaan kendaraan, dan berekreasi.

Makalah baru

Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan

Share:
Ditinjau dari jenisnya, sarana dan prasarana pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik
dan fasilitas non fisik (Gunawan, 1996:115).

Fasilitas fisik atau material yaitu segala sesuatu yang berwujud benda mati atau dibendakan yang
mempunyai peran untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha, seperti kendaraan, mesin
tulis, komputer, perabot, alat peraga, media, dan sebagainya. Adapun fasilitas nonfisik yakni
sesuatu yang bukan benda mati yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau melancarkan
sesuatu usaha seperti manusia, jasa, uang.
Menurut Suharsimi Arikunto (1990:82) bahwa fasilitas atau sarana secara garis besar dapat
dibedakan atas dua jenis, yaitu:

1. Fasilitas fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat dibendakan, yang
mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan sesuatu usaha. Fasilitas fisik
juga disebut fasilitas materil. Contoh: kendaraan, alat tulis-menulis, alat komunikasi, alat
penampil atau praktek dan sebagainya.
2. Fasilitas uang, yakni segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai
A. Latar Belakang

Seperti yang dijelaskan dalam UU No.20 tahun 2003 Sisdiknas tepat BAB IX pasal 35
mengenai Standar Nasional Pendidikan meliputi kategori standarisasi. Terdiri atas isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Khusus mengenai
sarana prasarana ini menyangkut akan hal-hal yang berkaitan dengan apa saja barang ataupun
jasa baik itu yang bergerak, tidak bergerak, binatang ternak ( hewan), serta meliputi persedian
(stock). Kesemua hal itu harus diatur dan dimanajemen agar bisa difungsikan dan ditempatkan
sesuai dengan fungsinya.

Kemudian menyangkut hal manajemen sarana prasarana ini, mak tentu akan dipenuhi
beberapa langkah atau tahap fungsi sesuai juga beberapa aspek yang menajdi pandangan fungsi
dalam manajemen. Fungsi dalam manajemen sarana dan prasarana ini dimulai dari perencanaan
mengenai apa saja sarana prasarana ( sapras ) yang dibutuhkan dengan menganalisa dan
mengkaji hal-hal yang penting yang dibutuhkan untuk suatu sekolah misalnya. Kegiatan atau
fungsi manajemen sapras ini bisa diistilah dengan suatu siklus, lalu siklus kedua yang akan
ditempuh yakni melakukan pangadaan sapras itu sendiri.

Pengadaan sapras pendidikan sendiri memiliki arti “ keseluruhan kegiatan yang


dilakukan untuk menghadirkan atau menyediakan ( dari tidak ada menjadi ada ) semua sarana
prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana atau usul
kebutuhan yang telah ditetapkan” Syahril (2012 : 39). Dapat dipahami bahwa siklus kedua ini
merupakan lanjutan dari siklus pertama, setelah data mengenai sapras ini dianalisa apa yang
benar-benar dibutuhkan oleh satuan pendidikan serta juga menetapkan aturan yang berlaku,
maka baru sapras itu diadakan untuk satuan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang dijelaskan mengenai pengadaan sarana
prasarana pendidikan, maka ada beberapa kategori yang hendak dibahas dalam makalah ini yakni
:

1. Apa Pengertian singkat pengadaan ?.


2. Apa juga pengadaan sarana prasarana berdasarkan jenis sarana dan prasarana ?
3. Bagaimana tata cara pengadaan barang milik negara melalui pembelian ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun maksud dari penulisan makalah ini yakni :

1. Untuk mengetahui pengertian pengadaan sarana prasarana.


2. Untuk melihat jenis sarana prasarana dan pengadaannya.
3. Mengetahui juga tata cara pengadaan barang milik negara melalui pembelian
4. Untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa dalam matakuliah Manajemen sarana
prasarana

D. Manfaat Penulisan

Sedangkan manfaat yang ingin diwujudkan melalui penulisan makalah ini meliputi :

1. Lebih memperdalam pengetahuan pembaca dan penulis mengenai pengadaan dan tatacara
pengadaan sapras ( barang ).
2. Memberikan penambahan referensi untuk matakuliah Manajemen Sarana Prasarana.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengadaan
Menurut gunawan, (1996:135) mengatakan bahwa pengadaan sarana dan prasarana
adalah segala kegiatan untuk menyediakan semua keperluan barang, benda dan jasa bagi
keperluan pelaksanaan tugas. Sedangkan menurut daryanto, (2001:51) bahwa prasarana
berdasarkan etimologi berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Nawawi, (1993:63) mengatakan bahwa usaha pengadaan sarana prasarana yang
dibutuhkan sehingga dapat digunakan secara tepat, memerlukan dan mengembangkan sejumlah
dana, komunikasi yang cepat dan tepat dalan kebutuhan peralatan dapat memungkinkan
disusunnya perencanaan yang lengkap.

Secara ringkas maksud dari pengadaan itu sesuai dengan yang dinyatakan dalam
Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang pedoman pengadaan barang dan jasa
pemerintahan yakni menyatakan “Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan
barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola
maupun oleh penyedia barang/jasa”.

1. Tujuan Pengadaan Sarana dan Prasarana

Aktivitas pertama dalam manajemen sarana prasarana pendidikan adalah pengadaan sarana
prasarana pendidikan. Pengadaan perlengkapan pendidikan biasanya dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan perkembangan pendidikan di suatu sekolah menggantikan barang-
barang yang rusak, hilang, di hapuskan, atau sebab-sebab lain yang dapat di pertanggung
jawabkan sehingga memerlukan pergantian, dan untuk menjaga tingkat persediaan barang setiap
tahun dan anggaran mendatang. Pengadaan perlengkapan pendidikan seharusnya di rencanakan
dengan hati-hati sehingga semua pengadaan perlengkapan sekolah itu selalu sesuai dengan
pemenuhan kebutuhan di sekolah.

2. Langkah- langkah Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana

Kebutuhan akan sarana dan prasarana di sekolah haruslah direncanakan. Sebagai manajer
pendidikan, kepala sekolah haruslah mempunyai proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana untuk
jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek. Proyeksi kebutuhan akan sarana dan prasana
sekolah dibuat dengan mempertimbangkan dua aspek, ialah kebutuhan aspek pendidikan di satu
pihak dan kemampuan sekolah di pihak lain.
Sarana dan prasarana yang berupa gedung, sangat bagus kalau dibuat maketnya, agar
dapat diproyeksikan arah pengembangannya. Arah pengembangan tersebut, tentu sejalan dengan
proyeksi kebutuhan di masa yang akan datang. Guna memproyeksikan kebutuhan sarana dan
prasarana sekolah di masa yang akan datang, data tentang perkembangan peserta didik, data
tentang kebutuhan layanan pendidikan terhadap mereka, data tentang kebutuhan berbagai macam
ruangan baik untuk teori maupun praktik, haruslah dapat di identifikasi. Dengan menggunakan
analisis regresi, proyeksi kebutuhan 5 tahun, 10 tahun dan 25 tahun kedepan akan dibuat.

Imron dalam buku Persepektif Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah menyatakan


bahwa ada sejumlah langkah-langkah perencanaaan pengadaan sarana dan prasarana sekolah
sebagai berikut :

o Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan oleh setiap unit kerja
dan atau menginventarisasi kekurangan perlengkapan sekolah.

o Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode tertentu, misalnya untuk satu
semester atau satu tahun ajaran.

o Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan yang tersedia
sebelumnya.

o Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang tersedia. bila dana yang
tersedia tidak memadai untuk mengadakan kebutuhan tersebut, maka perlu dilakukan seleksi
terhadap semua kebutuhan perlengkapan yang telah direncanakan dengan melihat urgensi setiap
perlengakapan yang dibutuhkan. Semua perlengkapan yang urgen segera di daftar

o Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan yang urgen dengan dana atau anggaran
yang tersedia bila ternyata masih melebihi anggaran yang tersedia, maka perlu dilakukan seleksi
lagi dengan cara membuat skala prioritas.

o Menetapan rencana pengadaan akhir


Nawawi, (1993:63) mengatakan bahwa dalam perencanaan pengadaan sarana dan
prasarana sekolah harus diperhatikan hal-hal berikut:

a. Kesesuaian dengan kebutuhan dan kemampuan karena barang-barang yang tidak tepat akan
menjadi sumber pemborosan.

b. Kesesuaian dengan jumlah dan tidak terlalu berlebihan dan kekurangan.

c. Mutu yang selalu baik agar dapat dipergunakan secara efektif

d. Jenis alat atau berang yang diperlukan harus tepat dan dapat meningkatkan efesiensi kerja

Dengan demikian diperlukan sistem informasi dan koordinasi yang baik antara tugas
perencana dan petugas pengadaan melalui koordinasi pimpinan.

3. Karakteristik Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah

Berdasarkan uraian tentang prosedur perencanaan pengadaan di atas dapat di tegaskan


bahwa perencanaan perencanaan perlengkapan sekolah tidaklah mudah. Perencanaan
perlengkapan pendidikan bukan sekedar sebagai upaya mencari ilham, melainkan upaya
memikirkan perlengkapan yang di perlukan di masa yang akan datang dan bagaimana
pengadaannya secara sistematis, rinci, dan teliti berdasarkan informasi dan realistis tentang
kondisi sekolah.
Agar prisip-prinsip tersebut betul-betul terpenuhi, semua pihak yang di libatkan atau di
tunjuk sebagai panitia perencanaan pengadaan perlengkapan sekolah perlu mengetahui dan
mempertimbangkan program pendidikan, perlengkapan yang sudah di miliki, dana yang tersedia,
dan harga pasar.

Dalam hubungannya dengan program pendidikan yang perlu di perhatikan adalah


organisasi kurikulum sekolah, metode pengajaran, dan media pengajaran yang di perlukan. Ada
beberapa karakteristik esensial perencanaan pengadaan perlengkapan sekolah, yaitu sebagai
berikut :

o Merupakan proses menetapkan dan memikirkan.


o Objek pikir dalam perencanaan perlengkapan sekolah adalah upaya memenuhi sarana prasarana
pendidikan yang di butuhkan sekolah.

o Tujuan perencanaan perlengkapan sekolah adalah efektifitas dan efisiensi dalam pengadaan
perlengkapan sekolah.

B. Prinsip- Prinsip Pengadaan

Dalam rangka pengadaan atau memilih dan pemeliharaan alat-alat atau perlengkapan
sekolah sebagai satuan pendidikan merupakan tanggung jawab dari pemimpin sekolah atau
kepala sekolah. Maka kepala sekolah itu harus mampu untuk mengetahui bukan saja ilmu yang
berkenaan dengan prinsip-prinsip gedung serta mempunyai ilmu yang cukup banyak berkenaan
dengan alat-alat atau perkakas kantor baik itu kursi, meja, bangku dan lain sebagainya.
Menyangkut akan adanya prinsip dalam pengadaan ini yang harus dipahami oleh pemimpin
pendidikan serta dijadikan pedoman yakni sebagai berikut :
1. Bahwa semua orang yang ikut menggunakan secara teratur mengenai peralatan tersebut
haruslah dilibatkan dalam proses pemilihan ( pengadaan ).

2. Peralatan sekolah hendaknya serasi dengan interest kebutuhan dan kematangan anak. Peralatan
tersebut haruslah mudah dipindahkan dan mudah diatur.

3. Ukuran peralatan sebaiknya disesuaikan dengan keadaan murid, maka disini dalam rangka
pengadaan peralatan sekolah dibuat berbeda-beda setiap kelas sehingga dapat disesuaikan
dengan peradabaan besar kecilnya anak.

4. Lebih baik yang bervariasi maksudnya peralatan ini bentuk dan ukurannya berbeda sehingga
lebih menarik dan mudah disesuaikan dengan kenpentingan kelas tersebut.

5. Semua kelas hendaknya tidak diberi peralatan yang sama persis. Maka semakin berbeda
tingkatnya maka berbeda pula tentang peralatannya ( misanya untuk Sekolah Dasar berbeda
dengan Sekola Menengah Pertama.

6. Kemungkinan dengan peralatan yang akan dibeli harsulah perhatian Hendra dan Wasty ( 1982
)
Disamping itu ada juga beberapa prinsip yang berlaku secara umum untuk proses
pengadaan ini yakni sesuai dengan Kepres No.80 tahun 2003, Pengadaan barang/jasa wajib
menerapkan prinsip-prinsip :

a. efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya
yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan
dapat dipertanggungjawabkan.

b. efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.

c. terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia barang/jasa
yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan
prosedur yang jelas dan transparan;

d. transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk
syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia
barang/jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi
masyarakat luas pada umumnya;

e. adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia
barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara
dan atau alasan apapun;

f. akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi
kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan
prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.

Perencanaan perlengkapan sekolah seherusnya memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Harus betul-betul merupakan proses intelektual;

b. Di dasarkan pada analisis kebutuhan melalui studi komprehensif menganai masyarakat sekolah
dan kemungkinan pertumbuhannya, serta prediksi populasi sekolah;
c. Harus realistis, sesuai dengan kenyataan anggaran;

d. Visualisasi hasil perencanaan perlengkapan sekolah harus jelas dan rinci, baik jumlah, jenis,
merek, dan harganya.

C. Jenis-jenis pengadaan sarana dan prasarana

Sahertian, (1994:174-176) menambahkan bahwa diperlukan pula tata cara pengadaan


barang bergerak dan tidak bergerak, yaitu:
1. Perencanaan pengadaan barang bergerak

a. Barang-barang habis pakai

1) Menyusun daftar pertanyaan berdasarkan analisis kebutuhan

2) Menyusun perkiraan biaya pengadaan barang setiap bulan.

3) Menyusun rencana pengadaan barang menjadi rencana truiwulan/ rencana tahunan.

b. Barang-barang tak habis pakai

1) Menganalisa dan menyusun daftar keperluan barang sesuai dengan rencana kegiatan sekolah
sambil memperhatikan barang-barang yang masih ada dan sudah dipakai.

2) Memperkirakan biaya/ harga barang yang direncanakan berdasarkan standar yang telah
ditentukan.

3) Menetapkan skala prioritas pengadaannya berdasarkan dana yang tersedia mengenai kebutuhan
dan menyusun rencana pengadaan tahuanan.

2. Barang tak bergerak

a. Tanah

1) Menyusun rencana pengadaan tanah (lokasi luasnya) berdasarkan analisis kebutuhan

2) Mengadakan survey penentuan lokasi tanah dengan maksud dan memperhatikan tata kota
3) Mengadakan survey tentang adanya fasilitas keperluan sekolah, seperti jalan, listrik, air,
telepon, transpor, jalan raya.

4) Mengadakan survey harga tanah dilokasi yang ditentukan untuk penyusunan pengajuan
rencana anggaran yang diperlukan

5) Mengajukan rencana anggaran pada satuan organisasi baik di daerah maupun di pusat dengan
melampirkan data yang disusun dari hasil dan survey.

b. Bangunan

1) Mengadakan survey tentang keperluan bangunan yang direncanakan meliputi struktur


organisasi dari sekolah yang mengunakan jumlah pemakai (guru, siswa dan lain-lain) dan jumlah
alat-alat atau perabot yang ditempatkan.

2) Mengadakan perhitungan luas bangunan berdasarkan kebutuhan dan disusun atas dasar data
survey

3) Menyusun rencana anggaran biaya sesuai harga standar yang berlaku didaerah yang
bersangkutan,

4) Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya sesuai rencana pentahapan pelaksanaan secara
teknis dengan memperhatikan skala prioritas yang telah ditetapkan.

Sahertian (1994:177) mengatakan bahwa dari segi asal datangnya barang maka jenis
pengadaan ada dua, yaitu:

1. Pengadaan dalam negeri, dapat dilakukan dengan cara:

a. Tender yaitu pengadaan barang yang dilakukan diantara supplier atau rekan yang bergerak
dibidangnya secara kompetitif.

b. Perbandingan penawaran yaitu cara pengadaan barang dilakukan dengan mengadakan


perbandingan penawaran diantara rekanan yang lulus prakualifikasi
c. Pembelian langsung yaitu pembelian yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang
jumlahnya kecil. Cara pembelian yang tepat adalah dengan membandingkan diantara pemasok
untuk memperoleh bahan yang sama dengan harga yang lebih murah.

2. Pengadaan luar negeri (bersifat impor) yang diselenggarakan pemerintah.

Menurut Syahril (2009:40-44) adapun jenis sarana-prasarana yang akan diadakan dan
akan dipenuhi oleh Suatu sekolah ataupun satuan pendidikan yakni sebagai berikut :

1. Pengadaan tanah

Tanah berkedudukan sebagai saran prasarana yang diperlukan pemerintah dapat


dilakukan dengan cara pembelian, penerimaan hibah, menerima hak dan menukar. Berikut
penjelasannya:

a. Membeli, yakni memindahkan atau suatu kegiatan pengalihan kepemillikan tanah dari
seseorang atau pihak pertama kepada orang lain atau pihak lain dengan cara bertransaksi
menukar tanah ( barang ) dengan sejumlah uang ( harga ). Dalam pembelian tanah atau membeli
sarana prasarana tanah harus dilakukan beberapa analisa pertimbangan misalnya tanah yang akan
dibeli bebas dari sengketa, bebas banjir, aman dan yaman , serta letak startegis dan mudah
dijangkau. Dalam melakukan pengadaan tanah ada beberapa hal yang dilakukan yakni
membentuk panitia pengadaan, melakukan pembebasan tanah, pengurusan akte jual beli,
pembayaran, dan pengurusan sertifikat.

b. Penerimaan hibah, yakni melakukan pengalihan atau pemindahan kepemilikan antara sesorang
kepada orang lain atau antara satu pihak kepada pihak lainnya tanpa pergantian atau transaksi
pertukaran barang dan uang. Agar tidak terjadi masalah dikemudian hari maka dilakukan oleh
notaris PPAT akte serah terima hibah atau berita cara penyerahan hibah dan dilanjutkan dengan
pengurusan sertifikat.

c. Menerima hak memakai yakni pengalihan penggunaan tanah dari seseorang kepada orang lain
dalam jangka waktu tertentu tanpa memberikan imbalan tertentu. Untuk menanggulangi
terjadinya masalah dikemudian hari maka dalam menerima hak memakai ini harus disertai
dengan berita acara dan perjanjian yang disepakati bersama dan disetujui atau diketahui oleh
pejabat yang berwenang.

d. Penukaran tanah ( barang ), meliputi pengaliahan tanah dari satu pihak ke pihak yang lain
dengan memberikan pergantian yang seimbang, beedasarkan kesepakatan yang dilakukan sesuai
dengan aturan dna prosedur yang berlaku.

2. Pengadaan bangunan

Pengadaan bangunan untuk pelaksanaan kegiatan dapat dialksanakan melalui berbagai


macam cara yaitu :

a. Membangun baru meliputi mempengaruhi, memperluas, dan mengubah dengan cara


membongkar seluruh bangunan atau sebagian termasuk menyiapkan tanah dan sarana penunjang
lainnya.

b. Membelikan bangunan yang sudah jadi pada dasarnya tidak diperbolehkan, tetapi dalam hal –
hal yang luar biasa dapat saja dilakukan dengan syarat telah ada persetujuan dari mentri dan
dana sudah ada

c. Menyewa bangunan seperti untuk keperluan sekolah, kantor dan sebagainya diperbolehkan
asal telah mendapat persetujuan dari penjabat yang berwenang dan bangunan
tersebut memenuhi persyaratan sesuai dengan peruntukannya.bangunan sekolah milik swasta
yang dulunya pernah mendapat subsidi bangunan dari pemerintah, apabila dipakai oleh sekolah
negeri tidak perlu di bayar sewanya,tetapi pemakai wajib memelihara bangunan itu sebagai
mana mestinya.

d. Menerima hibah bangunan dapat saja di terima baik dari pemerintah maupun dari pihak
swasta asal itu dianggap lebih menguntungkan,serah terima dilakukan dngan akte notaris.

e. Menukar banguanan dapat saja dilakukan seperti bangunan yang tidak dapat memenuhi
fungsinya lagi karena lokasinya terlalu ramai, jauh dan tanahnya terlalu sempit sehingga tidak
dapat dikembangkan sesuai dengan keperluan,dapat saja ditukar asalakan di anggap lebih
menguntungkan

3. Pengadaan perabot
Perabot dalah barang yang berfungsi sebagai tempat duduk,tempat menulis ,tempat
istirahat,tempat penyimpanan alat-alat dan apatau bahan, sepeti meja,kursi,almari,rak, filing
cabinet dan sebagainya dan sebagainya, dapat dilakukan dengan cara membeli, membuat sendiri
dan menerima bantuan. Pembelian dapat dilakukan terhadap barang yang sudah jadi atau barang
yang belum dan pembelian dapat dilakukan melalui lelang, pemilihan maupun penunjukan
langsng sesuai dengan aturan yang berlaku. Pengadaan yang biasa dilakukan dengan jalan
membuat sendiri biasanya dilakukan untuk kegiatan pembelajaran praktek dengan
mempertimbangkan faktor biaya yang tersedia, tenaga yang diperlukan dan peralatan yang
dibutuhkan. Lain halnya dengan pangadaan dengan cara menerima bantuan (hibah) dari
pemerintahan, swasta, masyarakat maupun perorangan dan dilengkapi surat-suarat tertentu. .
Dalam pengadaan perabot sekolah, maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti
segi antropometri, ergonomi. Estetika, dan segi ekonomis.

o Antropometri, artinya pengadaan perabot dengan memperhitungkan tinggi badan atau ukuran
penggal-penggal tubuh pemakai (misalnya siswa dan tenaga kependidikan

o lainnya).

o Ergonomis, maksudnya perabot yang akan diadakan tersebut memperhatikan segi kenyamanan,
kesehatan, dan keamanan pemakai,

o Estetis, yaitu perabot tersebut hendaknya menyenangkan untuk dipakai karena bentuk dan
warnanya menarik.

o Ekonomis, maksudnya perabot bukan hanya berkaitan dengan harganya tetapi merupakn
transformasi wujud efisiensi dan efektifitas dalam pengadaan dan pendayagunaannya.

4. Pengadaan Buku

Yang dimaksud dengan buku disini ialah buku pelajaran, buku bacaan, buku
perpustakaan dan buku-buku lainnya. Buku yang dapat dipakai oleh sekolah meliputi buku teks
utama, buku teks pelengkap, buku bacaan baik fiksi maupun non fiksi, buku sumber dan
sebagainya. Tentang jenis-jenis buku harus mengacu pada standar di atas yang antara lain
meliputi:
o Buku teks utama adalah buku pokok yang menjadi pegangan guru dan murid yang
subtansinya mengacu pada kurikulum yang berlaku.
o Buku teks pelengkap adalah buku yang sifatnya membantu atau merupakan tambahan
buku teks utama yang digunakan oleh murid dan guru yang seluruh isinya menunjang
kurikilum.
o Buku bacaan non fiksi adalah buku bacaan yang ditulis berdasarkan fakta atau kenyataan.
Pada umumnya buku bacaan non fiksi menunjang salah satu bidang studi. Sistematika
penyusunannya tidak seperti buku teks pelengkap tetapi disajikan secara populer.
o Buku bacaan fiksi adalah buku bacaan yang ditulis tidakberdasarkan fakta atau
kenyataan, melainkan berdasarkankhayalan penulis. Isi buku bacaan fiksi biasanya
berbentuk cerita yang tidak benar-benar terjadi.

Untuk pengadaan buku dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:


a. Membeli

b. Menerbitkan sendiri

c. Menerima bantuan/hadiah

d. Menukar.

Dalam hal ini yang biasa dilakukan oleh sekolah adalah membeli dan menerima
bantuan/hibah. Sebab jika menerbitkan sendiri akan sangat membutuhkan waktu yang lama,
sedangkan jika menukar tidak semua materi akan sesuai dengan materi yang diajarkan atau
dengan kurikulum.

Alat yang dimaksud dalam hal ini terdiri atas alat-alat kantor dan alat-alat pendidikan.
Adapun yang termasuk alat kantor ialah alat-alat yang biasa digunakan di kantor seperti: mesin
tulis, mesin hitung, mesin stensil, komputer, alat-alat pembersih dan sebagainya.

D. Tata Cara Pengadaan

Ada beberapa alternatif cara dalam pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
persekolahan. Beberapa alternatif cara pengadaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan
tersebut adalah sebagai berikut. Tata cara dalam melakukan pengadaan sarana prasarana sekolah
itu ada beberapa cara yakni sebagai berikut :

1. Pembelian ( membeli )

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam pengalihan barang dari seseorang
kepada orang lain atau antara satu pihak satu kepada pihak lain dengan menukarkan barang
dengan sejumlah uang. Dalam melakukan transaksi tersebut baik itu penukaran menggunakan
uang yang bersumber dari Anggaran pendapatn dan belanja negara ( APBN ) dan Anggaran
pendapatan belanja daerah ( APBN ) diatur oleh Kepres No.80 tahun 2003 dan disempurnakan
dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2012. Kepres pembelian yaitu melalui lelang ( tender
), pemilihan langsung, pertunjukan langsung, dan pengadaan langsung contohnya tentang lelang
Pelelangan Umum, Pelelangan Terbatas, Pelelangan Sederhana, Penunjukan Langsung,
Pengadaan Langsung, atau Kontes (Pepres No. 70 tahun 2012).

Pembelian melalui lelang (umum dan terbatas) dilakukan untuk pengadaan barang yang
nilainya diatas 100 juta, lelang umum yaitu metode pemilihan penyediaan barang dan jasa
dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara sekurang-kurangnya di satu surat kabar
nasional atau satu surat kabar provinsi, sedangkan lelang terbatas adalah metode
pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbatas dengan pengumuman secara luas
sekurang-kurangnya disatu surat kabar nasional dan atau surat kabar provinsi dengan
mencantumkan penyedia barang dan jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan
kepada penyedia barang dan jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.

Pembelian melalui pemilihan langsung dilakukan bila pengadaan melalui lelang dianggap
tidak efesien dari segi pembiayaan dan dilakukan untuk pengadaan yang nilainya antara 50
sampai 100 juta. Pembelian melalui penunjukan langsung dilakukan dalam keadaan tertentu
seperti dalam keadaan darurat untuk pertahanan, keamanan dan keselamatan masyarakat yang
pelaksanaanya tidak dapat ditunda-tunda atau bencana alam, rahasia serta untuk pekerjaan skala
kecil nilainya antara i5 sampai 50 juta.

Pembelian langsung dilakuakan secara langsung oleh intansi yang membutuhkan barang
dan nilai pengadaannya sangat kecil yaitu dibawah 15 juta. Proses dan prosedur pengadaan
dengan cara pembelian harus sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan pemerintah.
Khusus untuk pengadaan dengan cara pembelian melalui lelang harus mengikuti prosedur
berikut ini:

a. Pembentukan panitia lelang yang dilakukan oleh instansi yang akan mengadakan barang.
Panitia lelang haruslah orang yang betul-betul memahami tata cara pengadaan, substansi
pekerjaan dan hukum perjanjian/kontrak. Masa kerja panitia mulai dari masa persiapan sampai
dengan dokumen kontrak siap ditandatangani (secara formal) bahkan sampai dengan pelaksanaan
audit oleh pemeriksa internal/eksternal (informal). Tugas panitia antara lain, menyususn jadwal,
dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan, menyusun, dan menyiapkan Harga
Perkiraan Sendiri (HPS), menyiapkan dokumen lelang, mengumumkan pengadaan, mengadakan
penjelasan lelang, melakukan evaluasi terhadap dokumen penawaran, mengusulkan calon
pemenang lelang, membuat laporan proses dan hasil pelelangan.

b. Penyusunan dokumen lelang oleh panitia yang bercirikan antara lain, syarat umum (keterangan
mengenai pembagian tugas, keterangan mengenai perencana, keterangan mengenai direksi,
syarat-syarat peserta lelang, bentuk surat penawaran dan cara penyampaiannya), syarat
administratif (jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, tanggal penyerahan pekerjaan, syarat
pembayaran, denda keterlambatan, besar jaminan pelanggan dan pelaksanaan pekerjaan), syarat
teknis (jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan, jenis dan mutu bahan), spesifikasi
teknis dan gambar (detail dan konstruktif).

c. Pengumuman pengambilan dokumen lelang yang dilakukan melalui media resmi, surat kabar
kabupaten/kota untuk paket kecil atau papan pengumuman resmi dan surat kabar provinsi atau
nasional untuk pekerjaan paket besar.

d. Undangan pemberian penjelasan (Aanwijzing) kepada peserta lelang yang dilakukan oleh
panitia lelang pada tempat dan waktu yang telah ditetapkan.

e. Penyusunan kriteria penilaian untuk menetukan atau menetapkan calon pemenang lelang

f. Pelaksanaan kegiatan lelang dengan cara memasukan penawaran pada waktu, tempat dan
prosedur yang ditetapkan (metode dua sampul dan metode dua tahap)

g. Pelaksanaan penilaian terhadap dokumen penawaran yang dimasukan oleh peserta lelang.
h. Penentuan calon pemenang lelang oleh panitia lelang dan penunjukkan pemenang lelang oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

i. Pengumuman dan penetapan pemenang lelang oleh panitia lelang.

j. Penetapan surat pesanan/membutuhkan barang dengan pihak pemenang lelang.

k. Pembuatan dan penandatanganan surat perjanjian atau kontrak kerja antara pihak yang
mengadakan barang dengan pihak pemenang lelang.

l. Penyiapan berita acara pemeriksa dan oenerimaan barang (serah terima pemenang lelang)

2. Pembuatan Sendiri

Pembuatan sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana


pendidikan persekolahan dengan jalan membuat sendiri yang biasanya dilakukan oleh guru,
siswa, atau pegawai. Pemilihan cara ini harus mempertimbangkan tingkat efektifitas dan
efesiensinya apabila dibandingkan dengan cara pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang
lain. Pembuatan sendiri biasanya dilakukan terhadap sarana dan prasarana pendidikan yang
sifatnya sederhana dan murah, misalnya alat-alat peraga yang dibuat oleh guru atau murid.

3. Penerimaan Hibah atau Bantuan

Penerimaan hibah atau bantuan yaitu merupakan cara pemenuhan sarana dan prasaran
pendidikan persekolahan dengan jalan pemberian secara cuma-cuma dari pihak lain. Penerimaan
hibah atau bantuan harus dilakukan dengan membuat berita acara.

4. Penyewaan

Yang dimaksud dengan penyewaan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan persekolahan dengan jalan pemanfaatan sementara barang milik pihak lain
untuk kepentingan sekolah dengan cara membayar berdasarkan perjanjian sewa-menyewa.
Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara ini hendaknya dilakukan
apabila kebutuhan sarana dan prasarana bersifat sementara dan temporer.
5. Pinjaman

Yaitu penggunaan barang secara cuma-cuma untuk sementara waktu dari pihak lain untuk
kepentingan sekolah berdasarkan perjanjian pinjam meminjam. Pemenuhan kebutuhan sarana
dan prasarana pendidikan dengan cara ini hendaknya dilakukan apabila kebutuhan sarana dan
prasarana bersifat sementara dan temporer dan harus mempertimbangkan citra baik sekolah yang
bersangkutan.

6. Pendaurulangan

Yaitu pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara memanfaatkan barang yang
sudah tidak terpakai menjadi barang yang berguna untuk kepentingan sekolah.

7. Penukaran

Penukaran merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan


dengan jalan menukarkan sarana dan prasarana yang dimiliki dengan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan organisasi atau instansi lain. Pemilihan cara pengadaan sarana dan prasarana jenis ini
harus mempertimbangkan adanya saling menguntungkan di antara kedua belah pihak, dan
sarana/prasarana yang dipertukarkan harus merupakan sarana dan prasarana yang sifatnya
berlebihan atau dipandang dan dinilai sudah tidak berdaya guna lagi.

8. Perbaikan atau Rekondisi

Perbaikan merupakan cara pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan
memperbaiki sarana dan prasarana yang telah mengalami kerusakan, baik dengan perbaikan satu
unit sarana dan prasarana maupun dengan jalan penukaran instrumen yang baik di antara
instrumen sarana dan prasarana yang rusak sehingga instrumen-instrumen yang baik tersebut
dapat disatukan dalam satu unit atau beberapa unit, dan pada akhirnya satu atau beberapa unit
sarana dan prasarana tersebut dapat dioperasikan atau difungsikan.

Prosedur Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan dan Implementasinya


Prosedur pengadaan barang dan jasa harus mengacu kepada Kepres No. 80 tahun 2003
yang telah disempurnakan dengan Permen No. 24 tahun 2007. Pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah umumnya melalui prosedur sebagai berikut:

a. Menganalisis kebutuhan dan fungsi sarana dan prasarana.

b. Mengklasifikasikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

c. Membuat proposal pengadaan sarana dan prasarana yang ditujuakan kepada pemerintah bagi
sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah swasta.

d. Bila disetujui maka akan ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk mendapat persetujuan dari
pihak yang dituju.

e. Setelah dikunjungi dan disetujui maka sarana dan prasarana akan dikirim ke sekolah yang
mengajukan permohonan pengadaan sarana dan prasarana tersebut.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai


dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia
barang/jasa.
Jenis barang dan jasa dapat dibagi menjadi:

1. Perencanaan pengadaan barang bergerak(a. barang habis pakai b. Barang tak habis pakai).

2. Barang tak bergerak (a. Tanah b. Bangunan)

Dari segi asal datangnya barang maka jenis pengadaan ada dua, yaitu:

1. Pengadaan dalam negeri, (a. Tender b. Perbandingan penawaran c. Pembelian langsung)

2. Pengadaan luar negeri (bersifat impor) yang diselenggarakan pemerintah.

Tata-cara pengadaan barang dan jasa, yaitu:

1. Pembelian

2. Pembuatan Sendiri

3. Penerimaan Hibah atau Bantuan

4. Penyewaan

5. Pinjaman

6. Pendaurulangan

7. Penukaran

8. Perbaikan atau Rekondisi

B. Saran

Semoga makalah ini dapat menjadi bahan penambah wawasan bagi para mahasiswa dan
dosen khususnya jurusan administrasi pendidikan. Sangat dibutuhkan sekali kritik dan saran
yang dapat membangun kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2001. Administrasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Syahril. 2012. Manajemen Sarana
Prasarana. Padang : Jurusan Administrasi Pendidikan

Gunawan, Ari. 1996. Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan Mikro. Jakarta: Rineka Cipta

Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto. 1982. Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan.
Surabaya : Usaha Nasional

Nawawi, Hadari. 1993. Administrasi Pendidikan. Jakarta : Inti Idayus Press

Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan sarana prasarana

Peraturan Presiden No. 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Sahertien, Piet.1994. Dimensi Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Anda mungkin juga menyukai