Anda di halaman 1dari 161

PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab- 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di


Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan kegiatan tersebut,
dibentuk Pengelola yaitu Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Pada saat penyusunan
dokumen ini, peran PT PERTAMINA EP mengalami perubahan sesuai dengan Undang-Undang
No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, di mana tugas manajemen Kegiatan Minyak
dan Gas Bumi Hulu dipindahkan dari PERTAMINA menjadi tugas Badan Pelaksana Minyak dan
Gas Bumi (BPMIGAS). Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi tersebut PT. PERTAMINA (Persero) membentuk anak perusahaan yaitu PT.
PERTAMINA EP yang khusus menangani dalam Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. PT.
PERTAMINA EP dibentuk berdasarkan Akta Notaris nomor 4 pada tanggal 13 September
2005.

PPGM merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia serta
akan berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai
negara pengekspor LNG terbesar di dunia. Pembangunan PPGM sangat tepat waktu karena
akan meningkatkan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam menyumbangkan devisa bagi
negara dan kemungkinan sebagian untuk substitusi BBM dalam negeri. Proyek LNG ini akan
memperkuat produksi LNG Indonesia yang dapat dipasarkan dan akan menjadi pusat ekspor
LNG ke empat di Indonesia. PPGM diharapkan akan beroperasi pada tahun 2012.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 1


PT PERTAMINA EP -PPGM

Proyek Pengembangan Gas Matindok merupakan kegiatan pembangunan fasilitas yang lengkap
mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari rencana
sumur pengembangan yang berasal dari 5 lapangan gas bumi, yaitu: lapangan-lapangan gas
Donggi, Matindok, Maleo Raja, Sukamaju, dan Minahaki. Kemudian gas tersebut disalurkan
melalui pipa menuju kilang LNG, untuk kemudian gas tersebut dipasarkan melalui pelabuhan
menggunakan kapal tanker LNG.

Kemampuan produksi gas dari Blok Matindok diperkirakan 100 MMSCFD (gross), dengan
kandungan kondensat 850 bopd, dan air yang terikut diproduksikan diperkirakan maksimum
sebesar 2500 bwpd, dengan prakiraan umur produksi 20 tahun yang didasarkan atas
besarnya cadangan gas yang ada dan hasil kajian keekonomian pengembangan lapangan. Gas
yang diproduksi mengandung CO2 2,5%, Total Sulfur 3.000 ppm dan kemungkinan juga
mengandung unsur yang lainnya.

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT


1.2.1. Tujuan

Tujuan proyek ini adalah memproduksi gas bumi, menyalurkan gas ke kilang LNG, memproses
gas menjadi Liquid Natural Gas (LNG), serta mengangkut LNG dan hidrokarbon cair (kondensat)
ke pasaran. Dalam upaya untuk mencapai tujuan itu maka PPGM merencanakan akan
melakukan kegiatan pengembangan Sumur Gas, pembangunan Block Station (BS) atau Fasilitas
Pemrosesan Gas ( Gas Processing Facility, disingkat GPF), pemasangan Pipa Penyalur Gas dan
pembangunan Fasilitas Kilang LNG, termasuk fasilitas pelabuhan laut khusus. Pelabuhan laut
khusus tersebut direncanakan akan dibangun pada dua alternatif lokasi yaitu di daerah
Kecamatan Batui dan Kecamatan Kintom Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Berikut ini adalah cakupan rencana kegiatan pengembangan Lapangan Gas Matindok.
1. Pemboran 21 sumur yang terdiri dari 17 sumur pengembangan dan 4 sumur kerja ulang
(work over) dengan perincian:

No. Lapangan Jenis Kegiatan Pemboran Wilayah


4 sumur work over
1. Donggi Kecamatan Toili Barat
4 sumur pengembangan
2. Minahaki 4 sumur pengembangan Kecamatan Toili

3. Sukamaju 2 sumur pengembangan Kecamatan Batui

4. Matindok 4 sumur pengembangan Kecamatan Batui

5. Maleoraja 3 sumur pengembangan Kecamatan Batui

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 2


PT PERTAMINA EP -PPGM

2. Pembangunan Block Station (BS) di Donggi, Sukamaju dan Matindok, sedangkan gas yang
berasal dari sumur-sumur Matindok, Maleoraja dan Minahaki akan dialirkan melalui
Manifolding Station (MS);
3. Pembangunan fasilitas pemrosesan gas atau Gas Processing Facility (GPF) akan ditempat-
kan satu area dengan Block Station yang berada di dua lokasi yaitu di Donggi dan
Matindok;
4. Pembangunan Kilang LNG dalam hal ini adalah Donggi-Senoro LNG (DSLNG) beserta
fasilitas pendukung seperti perkantoran dan pelabuhan khusus akan ditempatkan di dua
alternatif lokasi yaitu Uso, Kecamatan Batui atau Padang, Kecamatan Kintom.
5. Pemasangan pipa:
a. Pemasangan pipa flow line berdiameter 4 s/d 6" di darat sepanjang sekitar 35 km dari
sumur-sumur ke BS di masing-masing lapangan;
b. Pemasangan pipa gathering line diameter 16 dan 18, sepanjang 40 km dari BS ke
GPF kemudian diteruskan ke fasilitas bersama JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di
Senoro yang akan melewati beberapa desa di Kecamatan Toili Barat, Toili dan Batui.
c. Pemasangan pipa trunk line penyaluran gas berdiameter 32" di darat sepanjang sekitar
23 km dari Fasilitas bersama JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Senoro ke
Kilang LNG, yang terletak di Desa Uso Kecamatan Batui atau Desa Padang Kintom,
yang akan melewati beberapa desa di Kecamatan Batui dan Kintom
6. Pengangkutan kondensat dengan mobil tangki Kondensat dari Block Station Donggi,
Sukamaju dan Matindok ke Tangki Penampung Kondensat JOB Pertamina-Medco Tomori
Sulawesi di Bajo.
7. Pembebasan lahan untuk rencana kegiatan pemboran sumur, pemasangan pipa,
pembangunan BS, GPF, Kilang LNG, pelabuhan dan pemasangan pipa darat seluruhnya
sekitar 595 ha.

1.2.2. Manfaat

Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) ini sangat bermanfaat secara ekonomi, sosial dan
teknologi bagi kepentingan lokal, regional dan nasional. Manfaat PPGM itu antara lain:
1. Tersedianya Gas, Liquid Natural Gas (LNG), hidrokarbon cair (kondensat) dan
belerang (sulphur)
2. Peningkatan pendapatan bagi Kabupaten Banggai (tingkat lokal), Provinsi Sulawesi
Tengah (tingkat regional) dan tingkat nasional melalui pajak dan royalti dari hasil
penjualan LNG, kondensat dan belerang (sulphur).
3. Memberikan peluang kerja dan usaha bagi masyarakat lokal, regional dan nasional
4. Peningkatan kemampuan bangsa dalam penguasaan teknologi produksi gas.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 3


PT PERTAMINA EP -PPGM

Selain bermafaat secara ekonomi, sosial dan teknologi, pelaksanaan Proyek Pengembangan Gas
Matindok ini diperkirakan akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap beberapa
komponen lingkungan hidup. Oleh karena itu PT. PERTAMINA EP PPGM bermaksud
melaksanakan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sebelum dilakukan
pembangunan fisik di lapangan. Hal ini sesuai dengan komitmen perusahaan untuk
berpartisipasi mewujudkan perlindungan terhadap lingkungan pada setiap kegiatan yang
dilakukan. Disamping itu, terkait dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Hasil studi AMDAL pada dasarnya
berupa informasi tentang berbagai komponen kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan
dampak besar dan penting yang bersifat positif dan negatif, penilaian kelayakan lingkungan dari
rencana kegiatan tersebut dan alternatif rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
yang akan dilakukan.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 4


PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab- 2
RENCANA USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN
2.1. IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN ANDAL
2.1.1. Pemrakarsa
A. Nama Perusahaan
Nama Perusahaan : PT. PERTAMINA EP - Proyek Pengembangan Gas Matindok
Alamat Kantor : Menara Standard Chartered Bank Lantai 21
Jl. Prof. DR Satrio Kav 164. Jakarta Selatan, 12950, Indonesia
Telp./ Fax. : (021) 57893688/ (021) 57946223

B. Nama dan Alamat Penanggung Jawab Kegiatan


Nama : M. Indra Kusuma
Jabatan : General Manager Proyek Pengembangan Gas Matindok
Alamat Kantor : Menara Standard Chartered Bank Lantai 21
Jl. Prof. DR Satrio Kav 164. Jakarta Selatan, 12950, Indonesia
Telp./ Fax. : (021) 57893688/ (021) 57946223

Pemrakarsa kegiatan penyusunan AMDAL ini adalah PT Pertamina EP- PPGM. Rencana
kegiatan ini dibagi berdasarkan konsep bisnis Hulu dan Hilir. Sebagai pelaksana kegiatan
hulu seperti eksplorasi gas, pemboran sumur pengembangan, konstruksi dan operasi
produksi GPF dan penyaluran gas melalui pipa menjadi tanggung jawab Bagian Hulu
yang ditangani dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya PT Pertamina EP. Sedangkan
pelaksanaan kegiatan hilir seperti konstruksi pembangunan kompleks kilang LNG,
pelabuhan khusus dan operasional LNG, pelabuhan khusus dan pemeliharaan fasilitas LNG
menjadi tanggung jawab Bagian Hilir, yakni PT Donggi-Senoro LNG (PT DSLNG).

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 5


PT PERTAMINA EP -PPGM

2.1.2. Identitas Penyusun AMDAL


A. Nama dan Alamat Instansi
Nama : Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada
Alamat : Jl. Lingkungan Budaya, Sekip Utara Yogyakarta 55281
E-mail : pplhugm@indosat.net.id
Telp. : (0274) 565722, 902410
Fax. : (0274) 565722
B. Penanggung Jawab Studi
Nama : Dr. Eko Sugiharto
Jabatan : Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada
Alamat Jl. Lingkungan Budaya, Sekip Utara Yogyakarta 55281
E-mail : pplhugm@indosat.net.id
Telp. : (062-274) 565-722, 902-410
Fax. : (062-274) 565-722
C. Tim Pelaksana Studi AMDAL
Tim pelaksana Studi AMDAL ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: ketua tim, koordinator
bidang fisik kimia beserta beberapa orang anggota, koordinator bidang biologi dengan
seorang anggota, koordinator bidang sosial ekonomi dan budaya dengan beberapa orang
anggota, koordinator bidang kesehatan masyarakat dengan seorang anggota dan beberapa
narasumber. Susunan tim penyusun AMDAL selengkapnya disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Susunan Tim Pelaksana Studi AMDAL

Sertifikat
Jabatan Nama Keahlian
AMDAL

Ahli Kepala, Lingkungan


Ketua Drs. Bambang Agus Suripto, M.Sc. A, B
(S2, 10 tahun)
Koordinator Bidang Ahli Kepala, Geomorfologi
Drs. Suprapto Dibyosaputro, M.Sc. A, B
Geofisik-Kimia (S2, 10 tahun)
Anggota Dr. rer. nat. Nurul Hidayat Aprilita, M.Si. Ahli Kimia (S3, 5 tahun) A
Ir. Wahyu Widodo, M.T. Ahli Transportasi A,B
Koordinator Bidang Ahli Kepala, Lingkungan
Drs. Bambang Agus Suripto, M.Sc. A, B
Biologi (S2, 10 tahun)
Asisten Utiyati, S.Si. Asisten Biologi A, B
Koordinator Bidang Ahli Kepala, Sos.Ek.Bud
Drs. Dahlan H. Hasan, M.Si. A, B
Sos-Ek-Bud (S2, 10 tahun)
Anggota Supriadi, SH., M.Hum. Ahli Sos.Ek.Bud (S2) A, B
Asisten Ir. Christina Lilies Sutarminingsih Asisten Sos.Ek.Bud. A, B
Koordinator Bidang Ahli Kepala, Kes. Mas.
Prof. Dr. Sugeng Yuwono Mardihusodo
Kes. Mas. (Guru Besar)
Asisten P. Sutrisno, S.Sos. Asisten Kes. Mas. A, B
Pemetaan/GIS Ahsan Nurhadi, S.Si. Pemetaan/GIS A, B
Nara Sumber Ir. Subaryono, MA., Ph.D. GIS
(S3, 15 tahun)
Dr. Ir. Subagyo Pramumidjojo Geologi Kegempaan
(S3, 15 tahun)
Ir. Rahman Hidayat, M.Sc.,Ph.D. Hidrooseanografi
(S3, 10 tahun)

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 6


PT PERTAMINA EP -PPGM

2.2 URAIAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Berikut ini secara keseluruhan diuraikan rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok,
baik kegiatan Bagian Hulu maupun kegiatan Bagian Hilir.

A. Luas Tapak Proyek Termasuk Prasarana dan Sarana Lain

No Prasarana Satuan Luas Lahan

1. Sumur pengembangan 17 lokasi, @ 4 Ha 68 Ha

2. Manifold Station (MS) 3 lokasi, @ 1 Ha 3 Ha

3. Block Station (BS) 3 lokasi, @ 10 Ha 30 Ha

4. Jalur pipa flow line 5 lokasi, lebar 8 m, 14 Ha


panjang 35 km

5. Jaur pipa trunk line dari 2 BS LNG Plant Lebar 20 m, panjang 120 Ha
60 km

6. Kilang LNG (termasuk LNG Jetty & MOF) 1 unit 300 Ha


7. Pembuatan jalan baru dan peningkatan Lebar 6-8 m, panjang 60 Ha
jalan yang sudah ada untuk pemboran sekitar 15 km
sumur-sumur pengembangan
Luas total lahan yang diperlukan 595 Ha

Lahan yang diperlukan untuk 17 alokasi sumur pengembangan adalah 68 ha, pembangunan
fasilitas manifold station di 3 (tiga) lokasi adalah 3 x 1 ha per lokasi (3 ha); untuk
pembangunan BS di tiga lokasi seluas 30 ha; jalur pipa flowline di lima lokasi tersebut
adalah membutuhkan lahan 8 meter lebar x 35 kilometer panjang flowline (14 ha);
Kompleks Kilang LNG seluas lebih kurang 300 ha; dan sistem pemipaan gas 20 meter
lebar x 60 km panjang pipa (120 ha). Lokasi yang perlu dipersiapkan sebelum pemboran
sumur-sumur pengembangan adalah lokasi sumur dan jalan masuk lokasi (pembuatan
jalan baru dan peningkatan jalan yang sudah ada) dengan panjang kumulatif dari semua
sumur 15 km dengan lebar 6 8 m (sekitar 60 ha). Jadi luas lahan yang diperlukan
untuk tapak proyek sekitar 595 ha. Lahan yang dipergunakan akan menggunakan lahan
milik masyarakat dan lainnya. Pelaksanaan pengadaan lahan secara ganti rugi dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Kapasitas Produksi
Rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. PERTAMINA EP, Proyek Pengembangan
Gas Matindok adalah mulai dari kegiatan pemboran sumur pengembangan maupun
pemboran work over, pembangunan Block Station (BS) dan membangun pipa transmisi gas
(flowline dantrunkline), membangun Kilang LNG (DSLNG) berikut pelabuhan untuk
membawa LNG ke luar Kabupaten Banggai.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 7


PT PERTAMINA EP -PPGM

Cadangan gas (1P, 2P dan 3P) dari lapangan-lapangan gas di blok Matindok adalah sebagai
berikut :

Lapangan 1P 2P 3P
Donggi 332.76 518.45 718.83
Matindok 135.51 364.47 470.64
Maleo Raja 117.54 148.71 181.54
Minahaki 80.45 128.38 195.74
Sukamaju 32.65 48.73 80.33

Kapasitas produksi gas di Blok Matindok berdasarkan perhitungan cadangan gas yang ada
diperkirakan akan sebesar 100 MMSCFD (gross), dengan kandungan kondensat 850
bopd dan air terproduksi maksimum sebesar 2500 bwpd. Umur produksi 20 tahun
dengan kemampuan produksi plateau sebesar 100 MMSCFD selama 13 tahun yang
didasarkan atas besarnya cadangan gas dan hasil kajian ekonomi. Gas yang diproduksi
mengandung CO2 2,5%, kandungan Total Sulfur 3.000 ppm dan kemungkinan adanya
unsur lainnya.

Fasilitas produksi gas yang akan dibangun terdiri dari Sumur Gas, Flowline, Manifolding
Station, Gathering Line dan Block Station (BS) berikut Processing Facility (AGRU-SRU). Pipa
transmisi dari BS menuju Kilang LNG direncanakan berukuran 32 sepanjang 23 km
dengan menggunakan jalur pipa JOB Pertamina Medco Tomori Sulawesi (yang sudah
dilengkapi dengan Dokumen AMDAL tersendiri).

C. Jadwal Kegiatan
Kegiatan pengembangan dibagi kedalam beberapa tahapan, yaitu prakonstruksi, konstruksi,
operasi dan pasca operasi.

Tabel 2.2. Umur Kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok


Tahun
Tahap Kegiatan
2008 2009 2012 2013 2035
1. Prakonstruksi ***********
2. Konstruksi ***********
3. Operasi
a. Pemboran *********** ***********
b. Operasi Produksi Gas ***********
c. Operasi Produksi LNG ***********
4. Pasca Operasi **********

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 8


PT PERTAMINA EP -PPGM

D. Jenis Sumber Energi dan Sumber Air yang Diperlukan di Lokasi Rencana
Kegiatan

Jenis sumber energi utama untuk mendukung pengoperasian fasilitas produksi adalah:
1. Bahan bakar gas diperlukan untuk pengoperasian berbagai fasilitas seperti Unit
Pengering Gas, Gas Treating Unit, Unit Pencairan Gas menjadi LNG, Penggerak
Kompresor dan Penggerak Generator listrik. Bahan bakar gas akan diambil dari hasil
produksi sendiri.
2. Unit generator berbahan bakar minyak, yang disediakan untuk keadaan darurat di
masing-masing BS, Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus/pelabuhan. Bahan bakar minyak
diperoleh dari sumber terdekat di sekitar lokasi proyek.
3. Energi listrik yang berasal dari genset berbahan gas untuk penerangan dan penggerak
motor listrik.

3
Keperluan air cukup besar, untuk pemboran sekitar 420 m per sumur, hydrotest saluran
3 3
pipa sekitar 20.000 m dan kebutuhan air untuk operasi setiap unit BS sekitar 25 m /hari.
Kebutuhan air tawar untuk konstruksi tersebut di atas, akan diambil dari air sungai atau
genangan air tawar terdekat.

3
Kebutuhan air untuk operasional Kilang LNG plant memerlukan air sebesar 75 m /hari.
Untuk keperluan operasional tersebut direncanakan menggunakan air tanah dalam.
Kemungkinan lain operasional Kilang LNG akan menggunakan air sungai atau air laut yang
telah di desalinasi terlebih dahulu.

Lokasi rencana kegiatan PPGM disajikan pada Gambar 2.1.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 9


PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 2.1. Lokasi Rencana Kegiatan PPGM

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 10


PT PERTAMINA EP -PPGM

E. Sosialisasi dan Konsultasi Publik


1) Sosialisasi
Pengumumam rencana kegiatan telah dilakukan melalui media cetak, poster, radio
siaran swasta setempat dan spanduk.
2) Konsultasi Publik
Dalam rangka penyusunan Kerangka Acuan (KA) ANDAL, telah dilaksanakan konsultasi
publik di 2 (dua) tempat, yaitu pada hari Selasa tanggal 22 Mei 2006 di Kecamatan
Batui dan tanggal 23 Mei 2006 di Kecamatan Toili. Pertemuan konsultasi publik di
Kecamatan Batui dilaksanakan untuk mendapatkan saran/masukan/tanggapan
masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Kintom dan Batui, sedangkan yang
dilaksanakan di Kecamatan Toili untuk warga masyarakat di Desa Toili dan Toili Barat.
Pertemuan ini dihadiri oleh delegasi PT. PERTAMINA-EP, wakil dari Kementrian KLH,
dari Ditjen Migas, Pemerintah Kabupaten Banggai, Tim Penyusun Dokumen AMDAL dari
PSLH UGM - PPLH UNTAD, serta masyarakat Kecamatan Batui, Toili dan Toili Barat di
Kabupaten Banggai.
Berdasarkan pengamatan dan evaluasi terhadap saran, pendapat dan tanggapan dari
masyarakat, Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait dengan rencana kegiatan
pengembangan, terdapat beberapa masukan yang perlu menjadi perhatian sebagai
berikut:
Pembebasan lahan dan kompensasi tanaman tumbuh
Ketenagakerjaan lokal
Program pemberdayaan masyarakat
Keberadaan terumbu karang di lepas pantai
Keberadaan Suaka Margasatwa Bakiriang
Semua saran, rekomendasi dan gagasan tersebut menjadi bahan pertimbangan/
masukan bagi Tim Studi dalam penyusunan Dokumen ANDAL, RKL dan RPL
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.

F. Kegiatan Pemboran
1. Pemboran Sumur
Secara geologi daerah Blok Matindok dan sekitarnya terletak di Cekungan Banggai yang
berada di sebelah selatan dari lengan bagian timur Pulau Sulawesi. Cekungan Banggai
merupakan bagian utama dari offshore depression sepanjang pantai sebelah selatan-
timur dari bagian tangan sebelah timur laut Sulawesi yang berbentuk tidak simetris
dengan kemiringan sepanjang garis pantai dan berorientasi dengan arah N60E.
Cekungan ini termasuk pada klasifikasi cekungan transform refted yang merupakan
cekungan active margin basin or collision related basin dan mempunyai potensi
hidrokarbon di batuan karbonat Formasi Tomori dan Formasi Minahaki.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 11


PT PERTAMINA EP -PPGM

2. Pemboran Sumur Pengembangan


Dari hasil beberapa pemboran sumur eksplorasi yang telah dilakukan di Blok Matindok
ini terdapat lima buah struktur yang mempunyai kandungan gas, dimana 5 buah
struktur tersebut terletak di onshore . Cadangan gas (terambil) yang telah disertifikasi
dari kelima struktur tersebut diperkirakan mencapai 699 BSCF gas (P1) dimana
cadangan sebesar 666.26 BCF akan disalurkan ke LNG Plant dan cadangan sebesar
32.65 BCF dari lapangan Sukamaju yang akan dikembangkan apabila ijin dari Menteri
Kehutanan mengenai alih fungsi sudah dikeluarkan. Gas hasil produksi sumur Sukamaju
direncakan untuk memasok gas ke Pembangkit Listrik IPP Banggai.
Berdasarkan analisa Geologi, Geofisika dan Reservoir (GGR) dari kelima struktur
tersebut direncanakan untuk melakukan pemboran 17 sumur pengembangan, dengan
kemungkinan ada sumur yang kering. Jenis kegiatan pekerjaan sumur meliputi
pemboran sumur pengembangan (17 sumur), work over/kerja ulang (4 sumur),
stimulasi, perawatan sumur, dan penutupan sumur.
Pelaksanaan pemboran pengembangan di lima lapangan yang ada di PPGM yaitu
masing-masing di lapangan Donggi, Minahaki, Sukamaju, Matindok dan Maleoraja
mempunyai kedalaman yang berbeda. Target reservoir produksi adalah lapisan
Minahaki atas atau biasa disebut lapisan Mio Carbonat, adalah reservoir gas dibatuan
karbonat.
3. Sumur Produksi
Setelah pemboran selesai, selanjutnya dilakukan penyelesaian sumur (well completion)
sesuai dengan program yang telah disusun, antara lain dengan pemasangan production
string, well head and Christmas tree.
4. Pengelolaan serbuk bor dan lumpur bor bekas
Serbuk bor (cutting) hasil pemboran dialirkan ke permukaan dan disaring melalui alat
pemisah padatan (shale shaker) yang akan memisahkan serbuk bor dari lumpur bor.
Serbuk bor dan lumpur bor bekas ditampung dalam mud pit yang mempunyai kapasitas
tampung lebih besar daripada jumlah limbah yang dihasilkan. Konstruksi mud pit
dibangun dengan cara penggalian dan pemadatan secara mekanis, diantara mud pit
satu dengan yang lain terdapat fasiltas penyaring yang terdiri dari Bak Oil Catcher, Bak
Koagulasi dan Water Disposal.

G. Sistem Pemipaan Gas


Jalur pipa
Hasil produksi gas dari tiap-tiap sumur dialirkan melalui pipa produksi (flowline) dengan
diameter yang sesuai, sebagian besar menggunakan pipa berdiameter 4 inch dan ada
sebagian yang menggunakan pipa berdiameter 6 inch. Pipa flowline dimaksud dirancang
menggunakan material baja carbon yang didalamnya dilapisi Stainless-Steel agar tahan
terhadap gas H2S untuk menuju Blok Station (BS). Lebar lahan yang akan digunakan
untuk pipa produksi tersebut sekitar 8 meter dengan panjang kumulatif 35 km untuk 21
sumur.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 12


PT PERTAMINA EP -PPGM

Disain Pipa
Material yang digunakan untuk flowline mengikuti NACE MR175 (Metals for Sulfide Stress
Cracking and Stress Corrosion Cracking Resistence in Sour Oilfield Environments). Material
yang dipilih adalah material tahan korosi (316 SS lined steel pipe untuk temperatur <
o o
140 F dan Alloy 825 lined steel pipe untuk temparatur > 140 F).
Disain pipa dan pemasangan pipa akan mengacu pada beberapa standard nasional
(Departemen Pertambangan dan Energi tentang Insatalasi Minyak dan Gas Bumi No.
01/P/M/Pertamb/1980; Kep.Men PE No. 300.K/38/M.PE/1997 dan Peraturan Ditjen
MIGAS: Standar Pertambangan MIGAS (SPM, 1992) 50.54.0-50.54.1) dan internasional
(antara lain API 5 SL Specification for Line Pipe, API 1104 Welding of Pipeline and
Related facilities, ASME B31.8 Gas Distrbution and Tranportation Piping System).
Material pipa penyalur (flowline) menggunakan clading pipe CRA, dan isolasinya berupa
Wrapping Insulation. Untuk material Pipeline (Trunkline) menggunakan Carbonsteel API
5L, dan isolasinya berupa Manufacture Insulation.

Proteksi Korosi (Corrosion Protection) Pipa


Proteksi korosi luar pipa gas dilakukan dengan sistem proteksi katodik (anoda karbon)
yang diharapkan mampu mengendalikan semua bentuk korosi luar di bawah tanah agar
dapat melindungi pipa dari korosi luar. Selain itu pipa dilengkapi dengan pembalut luar
pipa yang juga berfungsi melindungi pipa dari korosi luar. Sedangkan proteksi korosi
internal dilakukan dengan menginjeksi corrosion inhibitor ke dalam pipa gas secara
berkala.
Untuk memudahkan dalam pengukuran potensial dan arus yang mengalir pada pipa, maka
dipasang test box pada setiap jarak 1 km.

H. Block Station (BS)


Gas dari sumur produksi dialirkan ke 3 Stasion Pengumpul (Gathering station/Block
Station) yang terletak di masing-masing lapangan (Donggi, Matindok, dan Sukamaju).
Sedangkan di lapangan Matindok, Maleoraja dan Minahaki, hanya ada fasilitas Manifold
Station (MS). Di dalam BS terdapat Unit separasi, Unit kompresi, Tangki penampung, Unit
utilitas dan Unit pengolah limbah (Flaring system dan IPAL). Berikut ini adalah unit-unit
operasi yang digunakan untuk pemrosesan gas di BS. Seluruh Blok Station atau Stasiun
Pengumpul Gas di Blok Matindok terdiri dari sistem pengumpulan (gathering system) dan
sistem separasi gas bumi yang terdiri dari separator dan tangki kondensat. Unit dehidrasi
diperlukan untuk mengurangi kandungan air dalam gas bumi agar tercapai spesifikasi gas
pipeline yaitu maksimum 7 lb/MMSCF.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 13


PT PERTAMINA EP -PPGM

1. Unit Separasi
Hidrokarbon dari sumur produksi mengandung kondensat, air dan gas dimana jumlah
terbesar adalah gas. Langkah awal untuk memisahkan kondensat, air dan gas adalah
dengan menggunakan separator gas. Di dalam alat tersebut kondensat dan air terpisah
dari gas. Kondensat dan air akan mengalir dari bagian bawah separator sedangkan gas
akan mengalir dari bagian atasnya. Proses pemisahaan di dalam alat tersebut hanya
merupakan proses fisika dan tanpa penambahan bahan kimia.
Kondensat dan air dipisahkan dengan prinsip ketidak-saling-larutan dan perbedaan
berat jenis. Kondensat ditampung di tangki penampung, sedangkan air diproses lebih
lanjut dalam sistem pengolah air (waste water treatment).
Apabila tekanan gas dari sumur berkurang akibat penurunan tekanan reservoir secara
alami, maka akan dilakukan pemasangan kompresor di Gathering Station/ Block Station
guna menjaga stabilitas tekanan gas yang masuk ke System CO2 / H2S Removal maupun
ke konsumen gas tetap stabil. Kondensat ditampung di tangki penampung untuk dikirim
ke Kilang LNG di Batui menggunakan mobil tangki.
2. Tangki penampung
Tangki penampung dipakai untuk menampung kondensat yang berasal dari separator,
sebelum diangkut ke Batui. Jumlah tangki penampung yang dipakai sebanyak 2 buah
3
dengan kapasitas masing-masing sebesar 1300 m . Kondensat akan diangkut dari
Block Station ke fasilitas JOB di Desa Bajo dengan menggunakan road tank atau mobil
tangki.
3. Kompresor
Kompresor yang akan dipergunakan untuk menjaga tekanan keluar dari Block station
tetap sebesar 900 psig. Kompresor ini dipasang di block station. Jumlah kompresor
yang ditempatkan di Block Station rata-rata 3 unit per lokasi. Hal ini dikarenakan pada
umumnya tekanan gas yang keluar dari sumur akan mengalami penurunan secara
alamiah selama proses produksi, sehingga diperlukan tambahan kompresor baru di
Gathering Station/ Block Station.
4. Unit pengolah air
Unit pengolah air atau Unit Effluent Treatment atau Instalasi Pengolah Air Limbah
(IPAL) dipakai untuk mengolah limbah cair yang berasal dari separator dan lain-lain.

I. Unit Proses atau GPF (Gas Processing Facility)


Di lokasi BS terdapat unit proses atau GPF yang meliputi AGRU, SRU, dehydration unit,
dew point control.
1. Unit Penghilangan CO2/ H 2S (AGRU)
Gas yang mengalir dari Block Station sebelum masuk ke Kilang LNG akan dikurangi
kandungan CO2 dan H2S nya dengan proses absorbsi menggunakan larutan MDEA
(Methyl Diethanol Amine) dalam Unit Penghilangan CO2 /H2 S (Acid Gas Removal Unit =
AGRU). Prinsip kerja unit tersebut adalah penyerapan gas CO2 dan H 2 S di dalam

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 14


PT PERTAMINA EP -PPGM

absorber dan melepaskannya lagi di dalam menara stripper atau column, sehingga
diperoleh sweet gas dengan kandungan CO2 dan H2 S yang rendah. Gas dari Block
Station dialirkan melalui pipa ke Acid Gas Removal Unit yang terletak di BS di Donggi
dan Matindok.
2. Sulfur Recovery Unit (SRU)
Sulfur recovery dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan dan perundangan- undangan
lingkungan sesuai dengan nilai ambang batas yang diizinkan pada Kepmen LH No.129
Tahun 2003. Terdapat beberapa proses yang tersedia untuk memproduksi sulfur dari
hydrogen sulfide. Beberapa proses didesain dengan maksud untuk memproduksi sulfur
dan beberapa proses juga dikembangkan dengan tujuan utama untuk menghilangkan
kandungan H2 S dari gas bumi dengan produksi sulfur hanya sebagai hasil dari proses
lanjutan yang harus dilakukan.
3. Dehydration Unit (DHU)
Setelah gas keluar dari unit proses, gas tersebut selanjutnya dialirkan ke Dehydration
Unit. Dehydration unit berfungsi untuk mengeringkan gas, yaitu untuk menyempurna-
kan pengurangan air yang terikut di dalam gas. Proses yang berlangsung di dalamnya
adalah proses absorbsi (penyerapan) air dengan menggunakan bahan kimia
triethyleneglycol (TEG), yang mana TEG dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari air
secara fisis (close cycle). Hasil dari proses tersebut adalah gas yang sudah memenuhi
syarat untuk dikirim ke konsumen.
4. Dew Point Control Unit (DCU)
Setelah gas keluar dari unit dehidrasi, gas masuk ke unit Dew Point Control yaitu unit
untuk menjaga suhu embun dari hydrocarbon mencapai maksimum 75o F pada tekanan
750 psig. Guna unit ini adalah untuk menjaga agar cairan tidak timbul selama
pengiriman gas akibat turunnya temperatur udara. Prosesnya didasarkan pada JT valve
expansion dan pendinginan dengan cara recompression. Proses cara lain dengan
menggunakan sistem propane refrigeration juga akan dipertimbangkan pada rekayasa
(engineering) front end engineering design (FEED) tahap berikutnya.

J. Sistem Keselamatan Pengiriman Gas dan Kondensat


Pada waktu pengiriman gas sepenuhnya telah berjalan, sistim operasi tersebut
dilengkapi dengan SCADA yang dapat memantau serta melakukan tindakan
pengamanan terhadap seluruh kegiatan operasi, termasuk apabila terjadi gangguan
operasi lainnya. Apabila terjadi gangguan operasi apapun bentuknya SCADA secara
otomatis akan melakukan tindak lanjut sesuai dengan program yang telah dibuat.
Tindak lanjutnya bisa langsung menutup aliran gas ke lokasi tertentu (automatic
shutdown valve), memberikan tanda bahaya sampai mematikan operasi unit-unit
peralatan baik semuanya maupun sebagian, tergantung dari gangguan operasi yang
terjadi.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 15


PT PERTAMINA EP -PPGM

K. Kilang LNG
Gas yang telah diproses di BS di Donggi dan Matindok serta Senoro yang kandungannya
sesuai dengan standar gas yang akan dipasarkan dikirim ke Kilang LNG. Pengiriman gas
dari Junction antara pipa dari BS Donggi dan Matindok dilakukan dengan pipa 32 ke
Kilang LNG di Batui atau Kintom; atau menggunakan pipa 18 apabila tidak menyatu
dengan gas yang mengalir dari Senoro. Secara garis besar fasilitas di kilang LNG akan
terdiri dari unit proses, fasilitas offsite , unit utilitas, unit pengolah limbah, unit pelabuhan
dan infrastruktur. Diagram alir Kilang LNG Donggi-Senoro disederhanakan seperti pada
gambar terlampir.
1. Unit Proses
Unit Proses terdiri dari Fasilitas Penerimaan Gas, Fasilitas Pemurnian Gas dan Fasilitas
Pencairan Gas.
a. Fasilitas Penerima Gas
Kapasitas design dari fasilitas ini direncanakan sebesar minimum 335 MMSCFD
yang terdiri dari knock out drum, separator dan metering. Dari fasilitas ini gas
akan dialirkan ke fasilitas pemurnian gas. Kondensat yang terkumpul dari unit ini
akan ditampung sementara dalam tanki kondensat berukuran 100 bbls sebelum
diangkut ke Blok Senoro untuk distabilkan ke unit stabilisasi kondensat dari Fasilitas
Pencairan Gas Bumi.
b. Fasilitas Pemurnian Gas
Kilang LNG dapat dipastikan akan terdiri dari dua bagian umum: bagian pemurnian
gas dan bagian pencairan/liquefaction gas. Bagian pemurnian gas diringkaskan di
bawah dan bagian pencairan gas dalam bagian berikutnya. Bagian pemurnian
meliputi Unit Pengeringan dan Unit Pembuangan Merkuri (MRU). Pemurnian gas
diperlukan untuk menghindari masalah karat dan pembekuan dalam Unit
Liquefaction .
c. Fasilitas Pencairan Gas Alam
Tujuan utama dari fasilitias pencairan gas adalah untuk mencairkan gas alam
menjadi produk LNG. Sebelumnya dilakukan pemisahan kandungan hydrokarbon
berat untuk menghindari terjadinya pembekuan dalam pipa-pipa pencairan gas.
Fasilitas tersebut akan meliputi Unit Pendinginan/Pencairan dan Unit Pemecahan
(fractionation).

2. Fasilitas Offsite
Fasilitas offsite terdiri dari sistem-sistem berikut:
a. Sistem Penyimpanan dan Pemuatan LNG
b. Sistem Pemasukan dan Penyimpanan Bahan Pendingin (refrigerant)
c. Sistem Pembakaran Gas Buangan
d. Sistem Pengolahan dan Pembuangan Limbah

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 16


PT PERTAMINA EP -PPGM

3. Fasilitas Kebutuhan Utilitas


Semua utility yang diperlukan untuk menunjang kegiatan kilang akan disediakan sesuai
dengan kebutuhan. Kilang LNG akan ditunjang oleh seperangkat sistem utilitas yang
terdiri dari antara lain:
a. Sistem Pembangkit Tenaga Listrik
b. Sistem Bahan Bakar
c. Sistem Udara Bertekanan Kilang dan Peralatan
d. Sistem Nitrogen
e. Sistem Suplai Air
f. Sistem Pencegahan Kebakaran

4. Fasilitas Pelabuhan Khusus (LNG Jetty dan MOF)


Kegiatan pelabuhan laut khusus ini hanya terdiri dari jembatan (trestles) , Pelabuhan
Khusus utama (jetty head) dan fasilitas-fasilitas tambatan kapal. Pelabuhan khusus LNG
Donggi Senoro terdiri dari Pelabuhan Khusus muat LNG dan Pelabuhan Khusus material
off loading (MOF).
Pelabuhan khusus LNG Donggi Senoro terletak di Desa Uso Kecamatan Batui atau Desa
Padang Kecamatan Kintom Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Lokasi
Pelabuhan khusus LNG ditetapkan berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis
sebagai berikut:
a. Kedalaman laut cukup untuk tanker LNG (15 meter di bawah permukaan surut
terendah).
b. Jarak dari lokasi Pelabuhan Khusus ke pantai merupakan jarak terdekat, sehingga
biaya konstruksi jembatan ke Pelabuhan Khusus lebih murah.
c. Berdasarkan studi, sedimentasi yang terjadi di sekitar Pelabuhan Khusus cukup
rendah sehingga tidak memerlukan pengerukan kolam pelabuhan selama operasi.
d. Jarak Pelabuhan Khusus LNG ke kilang LNG merupakan jarak terdekat, sehingga
biaya pemipaan untuk LNG dan utilitas lebih murah.

5. Infrastruktur Kilang
a. Infrastruktur In-Plant
Fasilitas infrastruktur in-plant adalah yang bukan merupakan bagian dari sistem
pengolahan inti, offsites ataupun utility. Fasilitas infrastruktur in-plant terutama
terdiri dari bangunan-bangunan, barak-barak serta pagar.
b. Infrastruktur Umum
Infrastruktur umum meliputi semua fasilitas yang diperlukan untuk menunjang
personil dibutuhkan untuk operasi dan perawatan BS dan Kilang LNG. Infrastruktur
umum adalah fasilitas-fasilitas yang terdapat di luar kilang.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 17


PT PERTAMINA EP -PPGM

2.3. RENCANA KEGIATAN YANG DIDUGA AKAN MENIMBULKAN DAMPAK

Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok PPGM ini terdapat dua kegiatan yang
terpisahkan yaitu kegiatan Bagian Hulu dan kegiatan Bagian Hilir. Kegiatan bagian hulu
mencakup kegiatan-kegiatan eksplorasi dan eksploitasi gas sampai batas pada kegiatan
pemasangan pipa penyalur gas ke Kilang Gas (LNG), sedangkan kegiatan bagian hilir meliputi
kegiatan pembangunan dan operasional kilang gas LNG, Pelabuhan Khusus dan sarana serta
prasarana pendukungnya. Masing-masing tahapan rencana kegiatan Proyek Pengembangan
Gas Matindok bagian hulu dan kegiatan bagian hilir diuraikan sebagai berikut.

2.3.1. Kegiatan Bagian Hulu

A. Tahap Prakonstruksi
1. Pembebasan Lahan dan Tanam Tumbuh
Pada lokasi untuk sumur pengembangan, pemasangan pipa dan unit produksi akan
dilakukan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Luas lahan yang akan dibebaskan
sekitar 295 Ha dengan perincian: 17 lokasi sumur pemboran 68 Ha, MS & BS/GPF
33 Ha, jalur pipa flow line 14 Ha, jalur pipa trunk line 120 Ha dan untuk
pembuatan atau peningkatan jalan baru 60 Ha. Lahan yang akan digunakan
diusahakan bukan lahan pemukiman. Proses pembebasan lahan dan pemberian
kompensasi tanam tumbuh akan dilaksanakan melalui panitia sembilan.
2. Penerimaan Tenaga Kerja
Pelaksanaan rekrutmen tenaga kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Tenaga kerja untuk pemboran sumur pengembangan
diperkirakan 118 pekerja dengan berbagai macam keahlian (skill) , dengan
perincian tenaga skill akan membutuhkan tenaga sebanyak 108 orang dan tenaga
nonskill sebanyak 10 orang.

B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan, Material dan Tanaga Kerja
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan berat dan material dilaksanakan dengan
kendaraan berbadan besar akan menimbulkan dampak peningkatan kebisingan, kadar
debu ke lingkungan sekitar, gangguan kelancaran lalulintas setempat dan aktivitas
penduduk.
2. Pembukaan dan Pematangan Lahan
a) Penebangan dan pembersihan pohon dan semak belukar pada lokasi tapak proyek
b) Perataan dan penimbunan dilakukan untuk pematangan lahan yang akan
digunakan sebagai lokasi tapak sumur, perpipaan dan fasilitas produksi.
c) Pada ROW yang memotong drainase alami dan/atau sungai, akan dipasang gorong-
gorong dan jembatan agar tidak menghambat pola aliran air.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 18


PT PERTAMINA EP -PPGM

3. Kegiatan Konstruksi Block Station (BS) dan Fasilitas Produksi Gas GPF
a) Pembangunan fondasi struktur dan perlengkapan untuk fasilitas produksi dan
persiapan pemboran
b) Pendirian bangunan-bangunan dan pemasangan peralatan
c) Pekerjaan Piping System
d) Pekerjaan electrical dan peralatan (instrument )
4. Pemasangan Pipa Penyalur Gas
Alternatif pemasangan jalur pipa gas (trunkline) dari Block Stasion Donggi ke LNG
Plant akan dibuat tiga jalur alternatif berikut ini.
a) Jalur alternatif1 yaitu pemasangan pipa gas dari BS Donggi melintasi SM Bakiriang
berdampingan jalan provinsi, penggelaran pipa ditanam sedalam 2 meter kemudian
ditimbun kembali.
b) Jalur alternatif2 yaitu pemasangan pipa gas melintasi SM Bakiriang dilakukan
dengan sistem pemboran horizontal atau Horizontal Directional Drilling (HDD).
c) Jalur alternatif3 yaitu pemasangan pipa gas dari BS Donggi akan dilakukan melalui
dasar laut pantai SM Bakiriang sepanjang sekitar 4 km.
5. Pengelepasan Tenaga Kerja
Pada akhir masa konstruksi, tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai
dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-masing. Pelaksanaan
penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

C. Tahap Operasi
1. Penerimaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja untuk operasional produksi gas cukup besar, sebagian merupakan tenaga
ahli dengan skill yang cukup tinggi sampai sangat tinggi, dan sebagian lainnya bukan
tenaga ahli. Jumlah tenaga kerja untuk operasional masing-masing unit BS/GPF sekitar
26 orang dan tenaga kerja untuk penyaluran gas, pengangkutan kondensat dan sulfut
sekitar 28 orang.
2. Pemboran Sumur Pengembangan
Sumur-sumur pengembangan di Donggi, Minahaki, Matindok, Sukamaju, dan Maleoraja
dibor dengan menggunakan land-rig yang kapasitasnya sesuai dengan kedalaman yang
akan dicapai. Peralatan pemboran telah dilengkapi dengan pencegahan semburan liar
(blow out preventer), Standard Operation Procedure (SOP), dan penanggulangan
keadaan darurat (emergency respon plan). Peralatan berat yang telah selesai
digunakan kemudian dimobilisasi dan didemobilisasi dengan kendaraan berat.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 19


PT PERTAMINA EP -PPGM

3. Operasi Produksi di Fasilitas Produksi Gas


Seluruh produksi dari sumur-sumur gas dialirkan ke fasilitas produksi gas berupa Block
Station, setelah melalui Header Manifold, gas akan masuk ke dalam separator. Dari BS,
gas yang sudah mengalami pemisahan pada tahap awal akan dialirkan ke CO2 and H2S
removal plant atau AGRU (Acid Gas Removal Unit) dan SRU (Sulfur Recovery Unit)
masing-masing untuk menurunkan kadar CO2 dan H2 S, selanjutnya gas dikeringkan di
Unit TEG dehydratiion (DHU) dan kelembabannya di kontrol menggunakan DEW Point
Control (DCU). Gas yang telah memenuhi standar gas sale diukur melalui fasilitas
metering dan dialirkan melalui pipa ke Kilang LNG.
4. Penyaluran Gas Melalui Pipa ke LNG Plant
a. Alternatif1
Pipa gas dari BS ke LNG Plant dibangun oleh Pertamina (PPGM). Pipa 16 dari BS
Donggi bergabung dengan pipa 16 dari BS Matindok di junction yang terletak di
Desa Nonong. Selanjutnya gas dikirim ke LNG Plant dengan pipa 18.
b. Alternatif2
Pipa dari BS ke LNG Plant digabung dengan pipa yang dibangun oleh MEDCO
Tomori. Pip 16 dari BS Donggi bergabung di junction MEDCO di Desa Sinorang.
Selanjutnya gas dikirim dengan pipa 32 ke LNG Plant. Pipa 16 dari BS Matindok
bergabung dengan pipa 32 (trunkline ) MEDCO di junction di Desa Nonong.
Produksi gas yang dikirim rata-rata 300 MMSCFD. Pada inlet pipa, terdapat custudy
meter untuk mengetahui jumlah gas yang dikirim.
5. Pengangkutan Kondesat dan Sulfur dengan Transportasi Darat
Kegiatan pengangkutan kondensat dan sulfur melalui jalan darat dari fasilitas produksi
gas dilakukan dengan menggunakan mobil tanki ke lokasi Tangki Penampung
Kondensat dan sulfur milik JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Bajo, Sinorang.
6. Pemeliharaan Fasilitas Produksi
Kegiatan pemeliharaan di fasilitas produksi gas antara lain: perawatan terhadap
kompresor, generator, pompa, tangki timbun kondensat, tangki timbunan sulfur, sumur
produksi dan pipa. Kegiatan pemeliharaan tersebut bertujuan untuk pembersihan
kotoran, perbaikan dan atau penggantian.

D. Tahap Pasca Operasi


1. Penutupan Sumur
Penutupan operasi sumur dilakukan dengan sumbat semen dan bridge plug dipasang
sesuai dengan ketentuan dan dilakukan uji tekanan. Laporan peninggalan sumur
disampaikan ke BPMIGAS dan Ditjen MIGAS.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 20


PT PERTAMINA EP -PPGM

2. Penghentian Operasi Produksi Gas


Penghentian operasi produksi dan penyaluran gas dilakukan dengan pembersihan pipa
transmisi dari sisa gas dengan cara flarring sebelum penghentian operasi produksi gas.
Sementara itu penutupan operasi BS/GPF dilakukan dengan mengikuti prosedur, untuk
menjamin keamanan yang tinggi dan untuk menghindari bahaya semburan liar,
tumpahan kondesat, kebakaran dan kecelakaan kerja. Laporan peninggalan sumur,
jalur pipa, BS/GPF dan fasilitas lain disampaikan ke Ditjen MIGAS.
3. Pembongkaran dan Demobilisasi Peralatan
Pada saat selesainya masa operasi produksi gas (diperkirakan sekurang-kurangnya 20
tahun), peralatan, jaringan pipa dan fasilitas yang telah dipasang akan dibongkar dan
dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan. Laporan tentang peninggalan lokasi
bekas peralatan, jaringan pipa dan fasilitas lainnya disampaikan kepada BPMIGAS dan
Ditjen Migas.
4. Revegetasi
Lahan bekas lokasi pipa dan fasilitas lain yang telah dibongkar diurug kembali,
diratakan dan dibersihkan. Kemudian pada lahan tersebut dilakukan revegetasi dengan
berbagai vegetasi lokal yang cepat tumbuh sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Penglepasan Tenaga Kerja
Pada akhir operasi produksi gas, tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur
sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-masing. Pelaksanaan
penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

Adapun ringkasan dari hasil telaahan kaitan antara komponen rencana kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan hidup disajikan pada tabel
berikut.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 21


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 2.3. Ringkasan Kaitan Komponen Rencana Kegiatan Bagian Hulu


dengan Dampak Lingkungan yang Mungkin Timbul

Komponen kegiatan
Lokasi Jenis dampak potensial yang
No yang menimbulkan
Komponen Kegiatan Ditimbulkan
dampak
A. Tahap Prakonstruksi
1. Pembebasan lahan dan Areal untuk sumur pengembangan, Perubahan, perubahan pola kepemilikan lahan
tanam tumbuh fasilitas produksi gas, dan jalur penduduk, fungsi lahan proses sosial, perubahan
pipa gas sikap dan persepsi masyarakat.

2. Penerimaan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Toili Barat, peningkatan pendapatan masyarakat, proses
setempat Toili, Batui, Kintom dan Kabupaten sosial, perubahan sikap dan persepsi, terbuka
Banggai umumnya. kesempatan berusaha.

B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan demobilisasi Jalan raya dari dan ke pelabuhan kebisingan, getaran, peningkatan kadar debu,
peralatan, material dan bongkar muat material menuju mempengaruhi transportasi darat: gangguan
tenaga kerja areal untuk sumur pengembangan kelancaran lalulintas, gangguan keselamatan
fasilitas produksi gas, dan jalur berlalulintas, kerusakan jalan dan jembatan dan
pipa gas. perubahan sikap dan persepsi masyarakat.

2. Pembukaan dan Sekitar areal sumur Perubahan iklim mikro, perubahan bentang
pematangan lahan pengembangan, fasilitas produksi lahan, peningkatan debit aliran air permukaan,
gas, dan jalur pipa gas. peningkatan erosi, kebisingan, peningkatan
kadar debu, penurunan kualitas sanitasi
lingkungan, gangguan pola aliran air irigasi dan
sungai yang terpotong jalur pipa gas, gangguan
lalulintas jalan yang terpotong jalur pipa,
pengurangan penutupan lahan oleh vegetasi,
penurunan flora dan satwa liar, perubahan
kualitas air tanah dangkal, perubahan sikap dan
persepsi masyarakat, terbukanya kesempatan
berusaha.

3. Kegiatan konstruksi fasilitas Sekitar sumur pengembangan, Penurunan kualitas udara, peningkatan
produksi gas (BS GPF) BS-GPF di 2 lokasi (Donggi dan kebisingan, penurunan kualitas air permukaan,
Matindok), 1 BS di Sukamaju. penurunan debit air sungai sekitar lokasi
hydrotest, penurunan biota air tawar, penurunan
kualitas sanitasi lingkungan, peningkatan
pendapatan masyarakat, perubahan sikap dan
persepsi masyarakat, terbukanya peluang
berusaha

4.a Kegiatan pemasangan pipa Sekitar jalur pipa gas di darat: MS Gangguan lalulintas penduduk, kebisingan,
penyalur gas di darat di Minahaki BS/GPF Donggi; peningkatan kadar debu, penurunan kualitas
(Alternatif-1 dan 2) BS/GPF Donggi LNG Plant; udara, penurunan kualitas air permukaan,
BS/GPF Matindok junction ke penurunan biota air tawar, peningkatan erosi,
pipa 28 yg menuju LNG Plant penurunan debit sungai di sekitar kegiatan
hydrotest, gangguan pada sistem irigasi dan
drainase, penurunan kualitas sanitasi
lingkungan, perubahan sikap dan persepsi
masyarakat, terbukanya kesempatan berusaha.

4.b Kegiatan pemasangan pipa Sekitar pantai SM Bakiriang. Penurunan kualitas udara lokal, penurunan
lepas pantai kualitas air laut, penurunan biota air laut,
rusaknya pantai sebagai tempat bertelur burung
Maleo, rusaknya terumbu karang, perubahan
sikap dan persepsi masyarakat, terbuka
kesempatan berusaha.

5. Penglepasan tenaga kerja Areal sumur, BS-GPF, pemasangan Penurunan kesempatan kerja, penurunan
pipa gas kesempatan berusaha, penurunan pendapatan
masyarakat dan sikap dan persepsi negatif
masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 22


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 2.3. Lanjutan


Komponen kegiatan
Lokasi Jenis dampak potensial yang
No yang menimbulkan
Komponen Kegiatan Ditimbulkan
dampak
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Toili Barat, peningkatan pendapatan masyarakat, per-
Toili, Batui, Kintom dan Kabupaten tumbuhan ekonomi lokal, gangguan proses
Banggai umumnya. sosial, perubahan sikap dan persepsi,
terbukanya kesempatan berusaha

2. Kegiatan pemboran sumur Sekitar lokasi sumur Penurunan kualitas udara lokal, penurunan
pengembangan pengembangan di Donggi, kualitas air permukaan, penurunan biota air
Minahaki, Matindok, Sukamaju dan tawar, perubahan sikap dan persepsi
Maleoraja masyarakat, terbuka kesempatan berusaha

3 Operasi produksi gas di BS- Sekitar 2 lokasi BS-GPF di Donggi Perubahan iklim mikro, penurunan kualitas air
GPF dan Matindok permukaan, penurunan vegetasi dan komunitas
satwa liar, penurunan kualitas udara, kebisingan,
penurunan tingkat kesehatan masyarakat,
pendapatan masyarakat, terbukanya kesem-
patan berusaha, gangguan proses sosial,
pelapisan sosial, perubahan sikap dan persepsi
masyarakat

4. Penyaluran gas melalui Sekitar jalur pipa gas Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
pipa
5. Pengangkutan kondensat Sepanjang jalan raya dari BS-GPF Mempengaruhi transportasi darat yaitu:
dan sulfur dengan Matindok dan Donggi ke Tangki kelancaran lalulintas, keselamatan lalulintas,
transportasi darat Penampung di Bajo kerusakan jalan dan jembatan

6. Pemeliharaan fasilitas Sekitar sumur pengembangan, 2 Penurunan kualitas air permukaan, perubahan
produksi BS-GPF di Donggi dan Matindok sikap dan persepsi masyarakat
dan BS di Sukamaju

D. Tahap Pasca Operasi


1. Penutupan Sumur Lokasi sumur pengembangan

2. Penghentian operasi Sekitar BS-GPF di Donggi dan Penurunan kebisingan, peningkatan kualitas
produksi gas Matindok udara, peningkatan kualitas air permukaan,
penurunan kepadatan lalulintas, perubahan
sikap dan persepsi masyarakat

3. Pembongkaran dan Di tapak BS-GPF dan jalan raya di Gangguan pada transportasi darat yaitu:
demobilisasi peralatan sekitar lokasi yang dilalui keselamatan dan kelancaran lalulintas di jalan
pengangkutan perlatan tersebut raya dan peningkatan resiko kerusakan jalan
raya dan jembatan, perubahan sikap dan
persepsi masyarakat

4. Revegetasi Lokasi bekas tapak sumur, BS-GPF Peningkatan penutupan lahan oleh vegetasi,
dan jalur pipa. peningkatan populasi satwa liar

5. Penglepasan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Toili Barat, Peningkatan pengangguran, penurunan
Toili, Batui, Kintom dan Kabupaten pendapatan masyarakat, penurunan kesempatan
Banggai umumnya berusaha, perubahan sikap dan persepsi
masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 23


PT PERTAMINA EP -PPGM

2.3.2. Kegiatan Bagian Hilir

A. Tahap Prakonstruksi
1. Pembebasan Lahan dan Tanam Tumbuh
Pada lokasi untuk pembangunan kilang LNG dan Pelabuhan Khusus serta fasilitas
lainnya akan dilakukan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Lahan yang akan
digunakan diusahakan bukan lahan permukiman. Luas lahan yang akan dibebaskan
meliputi untuk kilang LNG 300 Ha termasuk lahan untuk pelabuhan/Pelabuhan
Khusus beserta fasilitas pendukungnya. Proses pembebasan lahan dan pemberian
kompensasi tanam tumbuh akan dilaksanakan melalui panitia sembilan.
2. Penerimaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja untuk pembangunan kilang LNG dan Pelabuhan Khusus serta fasilitas
lainnya diperkirakan membutuhkan 3000 pekerja dengan berbagai macam
keahlian (skill), dengan perincian tenaga skill sebanyak 1015 orang dan tenaga
unskill sebanyak 1950 orang.

B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan, Material dan Tenaga Kerja
Kegiatan pengangkutan alat dan bahan serta tenaga kerja untuk pembangunan kilang
LNG dan fasilitas Pelabuhan Khusus akan menggunakan jasa angkutan laut dan darat
ke lokasi rencana kegiatan pembangunan kilang LNG.
2. Pembukaan dan Pematangan Lahan
Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan mencakup:
a) Penebangan dan pembersihan pohon dan semak belukar pada lokasi tapak proyek.
b) Perataan dan penimbunan pada lokasi tapak kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan
fasilitas pendukungnya.
3. Konstruksi Kompleks Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus
a) Pembangunan camp konstruksi
b) Pengembangan daerah laydown kontruksi dan jalan akses sementara
c) Aktivitas konstruksi sipil (pekerjaan tanah, jalan, saluran pembuangan, fondasi dan
gedung)
d) Pemasangan baja struktural
e) Pemasangan tangki LNG
f) Fabrikasi dan instalasi pipa.
g) Instalasi peralatan
h) Instalasi junction box, circuit dan kabel listrik/instrumen
i) Pendirian gedung CPP
j) Pendirian gedung kilang
k) Uji coba mekanis sistim peralatan/pemipaan
l) Pendirian bangunan fasilitas terkait Kilang LNG seperti Pelabuhan Khusus dan
fasilitas pendukungnya
m) Aktivitas pra-komisioning.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 24


PT PERTAMINA EP -PPGM

4. Penglepasan Tenaga Kerja


Pada alkhir periode pembangunan kilang LNG dan fasilitas Pelabuhan Khusus, banyak
tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak
kerja di unit kerja masing-masing. Pelaksanaan penglepasan tenaga kerja sesuai
dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

C. Tahap Operasi
1. Penerimaan Tenaga Kerja
Jumlah personil yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kegiatan satu train awal kilang
LNG dan fasilitas darat terkait diperkirakan 300 personil yang meliputi tenaga skill
seperti operator kilang 35 orang, petugas keamanan 45 orang dan tenaga nonskill
diantaranya cleaning service 200 orang. Pelaksanaan penerimaan tenaga kerja sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Operasional Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas Pendukungnya
Operasional Kilang LNG terdiri dari satu train dengan kapasitas produksi sebesar 2 juta
metrik ton LNG per tahun, membutuhkan gas sebesar lebih kurang 335 MMSCFD, yang
pada awalnya akan didapatkan dari dua lapangan gas yaitu Matindok dan Senoro.
3. Pemeliharaan Fasilitas Produksi
Kegiatan pemeliharaan di fasilitas produksi gas antara lain: perawatan terhadap unit
proses (fasilitas penerima gas, fasilitas pemurnian gas, fasilitas pencairan gas alam),
fasilitas offsite dan fasilitas kebutuhan utilitas yang meliputi sistem pembangkit tenaga
listrik, distribusi bahan bakar, sistem udara bertekanan kilang dan peralatan, sistem
nitrogen, sistem suplai air dan sistem pencegahan kebakaran. Kegiatan pemeliharaan
tersebut dilakukan secara rutin/berkala dan bertujuan untuk pembersihan kotoran,
perbaikan dan atau penggantian.

D. Tahap Pasca Operasi


1. Penghentian Operasi Kilang LNG
Setelah operasional produksi gas dari BS/GPF berhenti, maka akan diikuti penghentian
operasional kilang LNG. Penghentian operasional kilang LNG dilakukan dengan
mengikuti prosedur untuk menjamin keamanan yang tinggi diantaranya untuk
menghindari bahaya semburan liar, kebakaran dan kecelakaan kerja. Laporan
peninggalan Kilang LNG serta fasilitas lain disampaikan ke Ditjen MIGAS.
2. Pembongkaran dan Demobilisasi Peralatan Kilang dan Pelabuhan Khusus
Pada saat selesainya masa operasi kilang LNG (diperkirakan sekurang-kurangnya 20
tahun), peralatan dan fasilitas yang telah dipasang akan dibongkar dan dipindahkan ke
tempat yang telah ditentukan. Laporan tentang peninggalan lokasi bekas kilang LNG
dan fasilitas lainnya disampaikan kepada Ditjen Migas.
3. Revegetasi
Lahan bekas lokasi kilang LNG dan fasilitas lainnya yang telah dibongkar, dibersihkan
dan kemudian dilakukan revegetasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Revegetasi
dilakukan dengan menanam berbagai vegetasi lokal yang mudah tumbuh.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 25


PT PERTAMINA EP -PPGM

4. Penglepasan Tenaga Kerja


Pada akhir operasi kilang LNG dan fasilitas lainnya, tenaga kerja dilepaskan secara
berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-
masing. Pelaksanaan penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku.
Adapun ringkasan hasil telaahan kaitan antara komponen rencana kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan hidup disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.4. Ringkasan Kaitan Komponen Rencana Kegiatan Bagian Hilir


dengan Dampak Lingkungan yang Mungkin Timbul

Komponen kegiatan yang


No Lokasi Komponen Kegiatan Jenis dampak potensial yang Ditimbulkan
menimbulkan dampak
A. Tahap Prakonstruksi
a. Pembebasan lahan dan tanam Areal untuk tapak lokasi kilang Perubahan pola kepemilikan lahan penduduk,
tumbuh LNG, Pelabuhan Khusus dan gangguan proses sosial, perubahan fungsi lahan,
fasilitas pendukungnya perubahan sikap dan persepsi masyarakat

2. Penerimaan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Batui, peningkatan pendapatan masyarakat, proses
Kintom dan Kabupaten Banggai sosial, perubahan sikap dan persepsi, terbuka
umumnya kesempatan berusaha

B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan demobilisasi Jalan raya dari dan ke pelabuhan Kebisingan, getaran, peningkatan kadar debu,
peralatan, material dan tenaga bongkar muat material menuju mempengaruhi transportasi darat: kelancaran
kerja areal kilang LNG dan Pelabuhan dan keselamatan lalulintas, menimbulkan
Khusus kerusakan jalan raya, meningkatkan resiko
kecelakaan lalulintas, perubahan sikap dan
persepsi masyarakat

2. Pembukaan dan pematangan Sekitar areal lokasi pembangunan Perubahan iklim mikro, peningkatan debit aliran
lahan kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan air permukaan, peningkatan erosi, kebisingan,
fasilitas pendukungnya peningkatan kadar debu, penurunan kualitas
sanitasi lingkungan, pengurangan penutupan
lahan oleh vegetasi, penurunan flora dan satwa
liar, perubahan sikap dan persepsi masyarakat,
terbukanya kesempatan berusaha, penurunan
kualitas air laut, penurunan komunitas biota air
laut.

3. Konstruksi kompleks Kilang Area lokasi Kilang LNG, Pelabuhan Penurunan kualitas udara, peningkatan kadar
LNG dan Pelabuhan Khusus Khusus dan fasilitas pendukungnya debu, kebisingan, meningkatkan erosi,
: peningkatan pendapatan masyarakat,
Alternatif-1 : Desa Uso, Batui munculnya pelapisan sosial, perubahan sikap
Alternatif-2 : Desa Padang, Kintom dan persepsi masyarakat, terbukanya peluang
berusaha, penurunan kualitas air laut,
penurunan biota air laut, penurunan kualitas
sanitasi lingkungan dan tingkat kesehatan
masyarakat

4. Penglepasan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Batui, Peningkatan pengangguran, penurunan


Kintom dan Kabupaten Banggai pendapatan masyarakat, penurunan kesempatan
umumnya berusaha, perubahan sikap dan persepsi
masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 26


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 2.4. Lanjutan

Komponen kegiatan yang


No Lokasi Komponen Kegiatan Jenis dampak potensial yang Ditimbulkan
menimbulkan dampak
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Batui, Peningkatan pendapatan masyarakat, gangguan
Kintom dan Kabupaten Banggai proses sosial, perubahan sikap dan persepsi,
umumnya terbukanya kesempatan berusaha

2. Operasional Kilang LNG, Sekitar lokasi Kilang LNG, Perubahan iklim mikro, penurunan kualitas air
Pelabuhan Khusus dan fasilitas Pelabuhan Khusus dan fasilitas permukaan, penurunan kualitas udara,
pendukung pendukungnya kebisingan, gangguan keselamatan pelayaran,
penurunan sanitasi lingkungan, pendapatan
masyarakat, terbukanya lesempatan berusaha,
gangguan kesehatan masyarakat, proses sosial,
pelapisan sosial, perubahan sikap dan persepsi
masyarakat, penurunan kualitas air laut,
penurunan biota air laut

3. Pemeliharaan fasilitas produksi Area lokasi kilang LNG, Pelabuhan Penurunan kualitas air permukaan, penurunan
Khusus dan fasilitas pendukungnya kualitas air luat, penurunan biota air tawar dan
air laut, peningkatan pendapatan masyarakat

D. Tahap Pasca Operasi


1. Penghentian operasi Kilang Lokasi Kilang LNG, Pelabuhan Penurunan kebisingan, peningkatan kualitas
LNG Khusus dan fasilitas pendukung udara, peningkatan kualitas air permukaan,
peningkatan kualitas air laut, penurunan
gangguan keselamatan pelayaran, perubahan
sikap dan persepsi masyarakat

2. Pembongkaran dan demo- Di tapak Kilang LNG, Pelabuhan Gangguan pada transportasi darat yaitu:
bilisasi peralatan (kilang LNG Khusus dan fasilitas pendukung kelancaran dan keselamatan lalulintas jalan raya
dan Pelabuhan Khusus) dan peningkatan resiko kerusakan jalan raya,
perubahan sikap dan persepsi masyarakat,
penurunan kualitas sanitasi lingkungan
3. Revegetasi Di tapak Kilang LNG serta Peningkatan penutupan lahan oleh vegetasi,
Pelabuhan Khusus dan sekitarnya peningkatan populasi satwa liar
di Butui.
3. Penglepasan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Batui, Peningkatan pengangguran, penurunan
Kintom dan Kabupaten Banggai pendapatan masyarakat, penurunan kesempatan
umumnya berusaha, perubahan sikap dan persepsi
masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 27


PT PERTAMINA EP -PPGM

2.4. ALTERNATIF-ALTERNATIF YANG DIKAJI DALAM ANDAL

A. Alternatif Jalur Trunkline Dari BS-GPF Donggi ke LNG Plant


1. Jalur alternatif1 yaitu pemasangan pipa trunkline dari BS-GPF Donggi melintasi SM
Bakiriang berdampingan jalan provinsi, penggelaran pipa ditanam sedalam 2 meter
kemudian ditimbun kembali.
2. Jalur alternatif2 yaitu pemasangan pipa melintasi SM Bakiriang dilakukan dengan
sistem pemboran horizontal atau Horizontal Directional Drilling (HDD). Pipa dimasukkan
ke dalam tanah dengan dibor secara horizontal sebelum masuk SM Bakiriang.
Oleh karena lahan SM Bakiriang yang akan dilalui sepanjang 3 km maka di setiap jarak
1 km akan ada lahan yang dipakai untuk penyambungan dan pemboran. Diperlukan
lahan 2 ha untuk area kerja drilling pada segmen berikutnya dan penyambungan
pipa.
3. Jalur alternatif3 yaitu pemasangan trunkline dari BS-GPF Donggi akan dilakukan
melalui pantai SM Bakiriang sepanjang sekitar 4 km. Ditinjau dari sisi tingkat kesulitan
teknis pemasangan dan biaya perawatan, jalur alternatif3 relatif lebih mahal. Pada
jalur alternatif-3 ini, tipe ekosistem pesisir adalah ekosistem mangrove, dan daerah
pantai ini juga digunakan oleh burung Maleo untuk bertelur. Di samping itu terdapat
terumbu karang di sekitar lokasi jalur alternatif-3.

Upaya ini dimaksudkan untuk meminimalkan dampak yang akan timbul di kawasan SM
Bakiriang. Selain itu juga sebagai antisipasi terhadap SK Men.Hut No. 641/Kpts/ II/1 997
tentang Perubahan Pasal 8 dan 18 SK Menhut No. 41/ Kpts/II/1996 tentang Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan yang menyatakan bahwa dengan alasan apapun bagi lahan Suaka Margasatwa

(SM) tidak dapat digunakan untuk kegiatan lain di lokasi tersebut, meskipun realitanya
kondisi hutan di SM Bakiriang sekarang ini sudah banyak perambah liar.

B. Alternatif lokasi LNG Plant dan Pelabuhan Khusus


Terdapat dua kemungkinan lokasi LNG Plant dan Pelabuhan Khusus yaitu di Desa Uso
(Kecamatan Batui) dan Desa Padang (Kecamatan Kintom). Oleh karena itu dalam kajian
AMDAL ini dua rencana lokasi tersebut akan menjadi kajian alternatif.

2.5. KETERKAITAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DENGAN KEGIATAN


LAIN SEKITARNYA

Areal rencana kegiatan secara administratif termasuk dalam 4 (empat) wilayah kecamatan yaitu
Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui dan Kintom. Beberapa kegiatan lain yang telah ada di sekitar
rencana lokasi proyek yang berpotensi menimbulkan dampak pada rencana kegiatan proyek
atau sebaliknya, rencana kegiatan Pengembangan Gas Matindok berpotensi menimbulkan
dampak pada kegiatan lain yang telah ada yang relevan adalah sebagai berikut.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 28


PT PERTAMINA EP -PPGM

a. Pertambangan
Eksplorasi Migas
JOB PertaminaMedco E&P Tomori Sulawesi di Senoro dan sekitarnya telah melakukan
kegiatan eksplorasi migas, telah melakukan pemboran beberapa sumur. Oleh karena
lokasi kegiatannya berhimpitan, jenis kegiatannya sejenis dan pengelolannya dilakukan
juga oleh Pertamina, maka pemrakarsa akan melakukan koordinasi dan kerja sama saling
mengun-tungkan antara JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi dengan Pertamina-
PPGM dalam melaksanakan kegiatan migas di wilayah tersebut. Kegiatan ini potensial
menyebabkan turunnya kualitas udara, meningkatkan kebisingan, turunnya kualitas air
permukaan, berkurangnya keanekaragaman flora-fauna, namun pada sisi yang lain,
kegiatan ini berperan positif dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar melalui
berbagai kegiatan yang dapat diraih oleh penduduk lokal. Kedua kegiatan ini akan dapat
memberikan kumulatif dampak yang lebih besar terhadap kondisi lingkungan
disekitarnya.
Eksplorasi Nikel
Kegiatan pertambangan lain di sekitar lokasi kegiatan PPGM adalah nikel yang sejak 2
tahun lalu hingga saat ini masih dalam tahap eksplorasi. Lokasi pertambangan nikel
tersebar di 10 namun diantara lokasi-lokasi tersebut yang masuk dalam lingkup wilayah
studi adalah pertambangan nikel di Desa Batui, Tirtakencana dan Kamiwangi. Kegiatan ini
potensial menimbulkan dampak negatif yaitu terjadinya erosi, sedimentasi, turunnya
kualitas air permukaan dan berkurangnya keanekaragaman flora-fauna. Dampak positif
yang akan muncul adalah terbukanya kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan
adanya kenaikan pendapatan masyarakat yang nantinya bersama-sama PPGM diharapkan
secara signifikan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

b. Perkebunan
Areal kerja perkebunan yang sebagian tanahnya akan terkena rencana pengembangan
Lapangan Gas Matindok, termasuk jaringan pipa transmisi merupakan lahan perkebunan
kelapa sawit yang dikelola oleh unit pengolahan milik PT Kirana Luwuk Sejati. Kegiatan
perkebunan ini telah berdampak terhadap terjadinya perubahan penggunaan/pemanfaatan
lahan yang sebelumnya merupakan kawasan hutan. Dampak yang lain adalah
berkurangnya keanekaragaman flora-fauna, peningkatan erosi, disamping adanya
peningkatan pendapatan masyarakat yang terlibat didalamnya. Dengan adanya kegiatan
Pengembangan Gas Matindok, bila tidak ada upaya pengelolaan yang baik, kondisi
lingkungan di sekitar kawasan perkebunan dapat semakin turun kualitasnya.

c. Pertanian
Kegiatan pertanian di sekitar lokasi Pengembangan Gas Matindok, khususnya lokasi sumur-
sumur pengembangan adalah areal padi sawah yang diusahakan sangat intensif yaitu 3 kali

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 29


PT PERTAMINA EP -PPGM

setahun. Daerah ini merupakan kawasan lumbung padi untuk Kabupaten Banggai dengan
tingkat pendapatan/kesejahteraan masyarakat cukup baik. Namun selain itu terdapat
beberapa dampak negatif dari kegiatan pertanian ini, antara lain cenderung meningkatnya
penggunaan berbagai bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida yang pada akhirnya
dapat berdampak negatif terhadap manusia dan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu
berbagai upaya penyadaran perlu dilakukan agar penggunaan bahan agrokimia tidak terus
meningkat.
Kegiatan pemasangan jalur pipa gas yang memotong sistem irigasi persawahan baik teknis
maupun non teknis di wilayah Kecamatan Toili Barat, Toili dan Batui berpotensi akan
menimbulkan dampak negatif berupa perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap
Pertamina-PPGM.

d. Tambak udang
Di kawasan Kecamatan Batui terdapat usaha budidaya tambak udang yang cukup intensif.
Kegiatan ini berperan dalam memberikan kontribusi penurunan kualitas air dan lahan di
sekitarnya sebagai akibat digunakannya berbagai pakan udang dan beraneka macam zat
pengatur tumbuh untuk merangsang perkembangan udang secara intensif.
Dengan adanya kegiatan Pengembangan Gas Matindok yang diantaranya potensial
menurunkan kualitas air, dikhawatirkan kegiatan budidaya tambak udang ini akan dapat
terkena dampaknya mengingat udang sangat peka terhadap perubahan kondisi lingkungan
di sekitarnya. Oleh sebab itu perlu adanya upaya pengelolaan sebaik-baiknya agar kegiatan
pengembangan gas ini seminimal mungkin berdampak terhadap lingkungan disekitarnya.

e. Suaka Margasatwa Bakiriang


Jalur pipa akan melewati kawasan Suaka Margasatwa Bakiriang (SMB). Walaupun kondisi di
kawasan Suaka sudah diusahakan oleh penduduk untuk bercocok tanam bahkan telah
dijadikan perkebunan kelapa sawit, namun secara de jure kawasan tersebut masih
merupakan kawasan konservasi, maka Pertamina-PPGM perlu mengkoordinasikan
pemanfaatan sebagian lahan SMB dengan Menteri Kehutanan dan Perkebunan di tingkat
pusat.

Kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok sekecil apapun akan dapat berdampak
negatif terhadap semakin turunnya keanekaragaman flora dan fauna didalamnya.

Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan ini tergambar dalam Gambar 2.2.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 30


PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 2.2. PETA Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 31


PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab- 3
RONA LINGKUNGAN HIDUP
3.1. GEOFISIK KIMIA
3.1.1. Iklim

Menurut klasifikasi ikllim Schmidt dan Ferguson, daerah Banggai bertipe iklim B, dengan nisbah
rata-rata jumlah bulan kering dan rata-rata jumlah bulan basah (Q) adalah 5, atau termasuk
wilayah cukup basah. Data curah hujan stasiun meterologi bandar Udara Bubung Luwuk
menunjukkan bahwa musim hujan berlangsung dari bulan Maret sampai Juli dengan jumlah
curah hujan berkisar dari 115 mm pada bulan Mei sampai 169 pada bulan Juli. Musim kemarau
berlangsung dari bulan Agustus sampai Februari, dengan curah hujan berkisar dari 41 mm pada
bulan Oktober sampai 85 mm pada bulan Desember. Hujan rata-rata tahunan daerah penelitian
adalah sebesar 1856,6 mm/tahun.

3.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan

a. Kualitas udara
Untuk dapat mengetahui kualitas udara di wilayah studi diperlukan penelitian tentang
Kandungan SO2 , CO, NO2 , Oksidan (O3 ), debu TSP dan PM 10, relatif baik karena kadarnya
jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan.
b. Kebisingan
Lokasi pengukuran kebisingan dilakukan pada jarak 25 meter dari permukiman terdekat.
Kondisi kebisingan di wilayah studi relatif baik (skala 4) dan sangat baik (skala 5).

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 32


PT PERTAMINA EP -PPGM

3.1.3. Fisiografi dan Geologi

Fisiografi daerah penelitian merupakan daerah dataran pantai yang memanjang dari Batui di
barat daya sampai dengan Kanohan di timur laut, dengan lebar dataran pantai antara 100
meter sampai dengan 1000 meter, terutama pada Tanjung Maoloh dan Tanjung Mondono, dan
dengan Selat Peleng di timur serta daerah perbukitan yang sejajar dengan garis pantai di barat
o
dengan ketinggian antara 50 450 meter. Kelerengan daerah ini berkisar antara 5 di daerah
o
datar sampai dengan 40 di daerah perbukitan.
Stratigrafi daerah penelitian, terdiri atas (dari yang berumur tua ke yang berumur muda):
Formasi Nambo (Jnm), Formasi Salodik (Tems), Formasi Poh (Tomp), Formasi Bongka (Tmpb),
Formasi Kintom (Tmpk), Satuan Terumbu Koral (Ql), dan Satuan Aluvium (Qa).
Struktur geologi daerah penelitian ditandai dengan pengangkatan akibat tumbukan antara
Pulau Sulawesi dengan kontinen mikro Banggai-Sula dari sebelah timur. Struktur geologi yang
berada di lengan timur Pulau Sulawesi terutama sesar naik, sesar dan perlipatan yang sejajar
dengan arah pantai di samping terdapat beberapa sesar geser yang menyilang terhadap garis
pantai. Secara garis besar, sesar-sesar ataupun perlipatan tersebut akan tampak jelas pada
Formasi Bongka atau formasi-formasi yang lebih tua tetapi tidak begitu tampak pada Satuan
Terumbu Koral ataupun Satuan Aluvium yang berumur Kuarter.

Kegempaan dan Kemungkinan Tsunami


Seperti di wilayah Indonesia yang lain dan dari peta kegempaan (seismicity) sejak tahun 1900,
wilayah Sulawesi terdapat jalur kegempaan yang cukup padat terutama di sepanjang jalur sesar
Palu-Koro, sesar Matano, tetapi boleh dikatakan tidak terdapat pada daerah Batui ke timur laut.
Mungkin di daerah tersebut pernah terjadi gempabumi dengan magnitudo < 5 skala Richter
mengingat di daerah tersebut dijumpai sesar-sesar minor.
Tsunami bisa terjadi jika terdapat gempabumi dangkal (pada kedalaman antara 0-33 km) di
dasar laut dengan magnitudo > 6,5 skala Richter dan mekanisme fokalnya menunjukkan telah
terjadi sesar naik ataupun turun. Jika sudut kemiringan sesar naik ataupun turun kecil, maka
kemungkinan tsunami terjadi juga semakin kecil, karena efek perubahan volume air laut juga
semakin kecil. Mengingat gempabumi yang terjadi bermagnitudo < 5 skala Richter, maka
kemungkinan terjadi tsunami kecil, walaupun daerah tersebut termasuk daerah rawan tsunami
(Badan Geologi, 2007).

3.1.4. Hidrologi

Pada wilayah studi terdapat beberapa sungai besar yang mengalir sepanjang tahun berurutan
dari barat daya ke timur laut yaitu S. Toili, S. Sinorang, S. Kayowa/Matindok, S. Bakung, S.
Batui, S. Omolu, S. Tangkiang dan S. Kintom.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 33


PT PERTAMINA EP -PPGM

Sedikit dijumpai rawa permanen kecuali rawa belakang (back swamp) di Suaka Margasatwa
Bakiriang. Sistem drainase dan jaringan irigasi persawahan di Kecamatan batui dan Toili teratur
dan tertata dengan baik, bahkan jaringan atau saluran-saluran irigai tersier dibangun sesuai
dengan aturan irigasi teknis dan setengah teknis.

1. Kualitas Air
a. Kualitas airtanah
Kualitas airtanah (air sumur) yang dipakai penduduk di sekitar lokasi rencana kegiatan
kualitasnya baik yang ditandai dengan tidak adanya parameter kualitas air yang
melebihi ambang batas baku mutu yang disyaratkan.
b. Kualitas air laut
Kualtias air laut di beberapa lokasi sekitar rencana kegiatan mempunyai kualitas yang
relatif baik, namun beberapa parameter melebihi ambang batas baku mutu yaitu
sulfide, cadmium, tembaga dan timbal.
c. Kualitas air sungai
Kualitas air sungai di sekitar rencana kegiatan relatif masih baik, hanya parameter
minyak dan lemak yang kadarnya melebihi baku mutu.

2. Kuantitas Air
a. Kuantitas/debit air sungai
Sifat semua aliran sungai tersebut tersebut adalah permanent dengan debit harian yang
tinggi.
b. Debit aliran permukaan
3
Debit aliran air permukaan di wilayah studi adalah 22,8134 m /detik.
c. Kuantitas air tanah
Keberadaan air tanah suatu daerah sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan
karakteristik formasi geologi daerah yang bersangkutan. Daerah penelitian tersusun
dari beberapa formasi batuan, yaitu: Formasi Batuan Volkanik Tua, Volkanik Recent,
Batu Gamping dan Sedimen Napal. Formasi-formasi tersebut mempunyai kemampuan
untuk imbuh air tanah dari hujan yang terjadi dengan kecepatan yang berbeda. Potensi
air tanah dalam tahunan adalah sebesar 387 x 106 m 3/tahun atau 1,06 x 10 6/hari.

3.1.5. Kondisi Hidro-Oseanografi

a. Bathimetri
Kedalaman perairan di sekitar lokasi rencana kegiatan adalah 20 m dicapai pada jarak
kurang lebih 50 m hingga 100 m dari garis pantai. Jarak 100 m dari garis pantai kedalaman
laut relatif curam dengan kedalaman mencapai 100 m. Topografi garis pantai sepanjang
lokasi studi secara umum landai.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 34


PT PERTAMINA EP -PPGM

b. Pasang surut
Pasang surut di perairan pantai calon lokasi kilang dan Pelabuhan Khusus mempunyai fase
dan tinggi yang hampir sama. Beda tinggi air pasang dan air surut berkisar antara 100
sampai 120 cm. Tipe pasang surut daerah tersebut adalah semidiurnal dengan dua kali
pasang dan dua kali surut dalam satu hari.
c. Gelombang
Kondisi gelombang di lokasi studi relatif kecil dan sangat tenang. Gelombang terlihat
antara 0,1 m sampai 0,5 m terjadi di sekitar sore hari. Gelombang maksimum terjadi
sebesar 1.5 m. Gelombang tersebut terjadi pada saat angin musim Timur dan Tenggara
atau terjadi pada bulan April sampai bulan Agustus.
d. Arus
Secara umum arus di daerah studi relatif kecil berkisar antara 0,1 sampai 0,9 m/detik.
e. Sedimentasi melayang dan sedimentasi pantai
Kondisi sedimen melayang di lokasi studi secara umum terlihat sangat jernih yang berarti
tidak mengandung sedimen. Pada sedimen pantai terlihat adanya pasir halus yang
mengandung lempung. Diduga sedimen tersebut merupakan endapan dari sungai. Untuk
daerah Sekitar Tanjung Batui dijumpai sedimen berupa pasir kasar.

3.1.6. Ruang, Lahan dan Tanah

a. Tata ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Sulawesi Tengah tahun 2000 sampai
dengan tahun 2004 (Perda No 2 Tahun 2004) telah memberikan arahan pemanfaatan
kawasan, baik kawasan lindung maupun kawasan budidaya. Untuk kawasan budidaya
pertambangan dideliniasikan pada kawasan yang terindentifikasi mengandung bahan
tambang.
Berdasakan RTRWP tersebut, maka wilayah studi yang terletak di Kecamatan Batui telah
direncanakan untuk kawasan pertambangan minyak dan gas bumi, sehingga rencana
kegiatan sudah sesuai dengan RTRWP yang ada.
Dalam skala kabupaten berdasarkan Hasil Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Banggai Tahun 2003-20013 (Bappeda Kab. Banggai, 2003) menunjukkan bahwa
wilayah rencana kegiatan yaitu Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui dan Kintom termasuk
dalam Wilayah Pengembangan Selatan

b. Penggunaan lahan
Pemanfaatan lahan yang telah ada di sekitar areal rencana kegiatan antara lain adalah jalan
provinsi yang menghubungkan Luwuk dengan Baturube dan sekitarnya. Sepanjang jalan
tersebut terdapat konsentrasi pemukiman penduduk, pertanian, perkebunan rakyat,
perkebunan besar, areal transmigrasi di Toili dan Toili Barat dan pertambangan migas yang

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 35


PT PERTAMINA EP -PPGM

dikelola oleh JOB Medco E & P Tomori Sulawesi. Di daerah sekitar lapangan pengambang
terdapat daerah konservasi Suaka Margasatwa Bakiriang dan sebelah selatan berbatasan
dengan perairan Selat Peleng.
Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Daerah Penelitian, luas masing-masing jenis
penggunaan lahan adalah: belukar 1.908,21 Ha, beting karang 291,54 Ha, permukiman
1.871,29 Ha, hutan 17.094,65, perkebunan 4.385,02, sawah, 8.895,36, sawah tadah hujan
1.373,57 Ha, tegalan/ladang 7.196,87 Ha dan hutan suaka 271,50 Ha.

c. Tanah
1. Kesuburan tanah
Kelompok satuan tanah yang ada adalah kelompok Aluvial, Regosol, Litosol, Latosol,
Grumusol, dan Lateritik. Dataran Aluvial di wilayah studi tergolong subur dan sangat
sesuai untuk daerah persawahan.
Regosol di sekitar daerah PPGM berkembang di tepian pantai dengan luasan yang
relatif sempit. Pada umumnya Regosol di dataran pantai tidak produktif karena terlalu
porus yang diakibatkan oleh tekstur tanahnya yang pasiran. Tanah regosol tidak
dimanfaatkan sebagai daerah pertanian di daerah ini mengingat tingkat kesuburan
yang sangat rendah dan luasannya yang sempit.
Litosol merupakan tanah yang tipis dengan solum < 50 cm dan mengalami kontak
langsung dengan batuan induk yang keras yang ada di bawahnya. Berdasarkan analisis
laboratorium, daerah perbukitan ini memiliki tanah yang cenderung masam (pH H2 O
5,42) sedangkan pada daerah lembah memiliki pH mencapai 5,96 (agak masam).
Dengan demikian tingkat keasaman tanah menjadi faktor pembatas dalam tingkat
kesuburan tanah daerah ini, dan dapat disimpulkan bahwa tingkat kesuburan tanah
jenis Litosol ini adalah rendah.
Latosol terdapat di kompleks Maleoraja dan Matindok dengan batuan induk berupa
batupasir dan konglomerat. Latosol merupakan tanah yang potensial untuk
pengembangan pertanian, namun juga menyimpan potensi erosi yang besar sebagai
akibat dari posisinya pada lereng-lereng perbukitan dan pegunungan.
Grumusol merupakan tanah lempungan yang mempunyai daya kembang kerut
(swelling and shrinking) tinggi sebagai akibat dari adanya tipe lempung smectite.
Persebaran Grumusol di daerah kajian terdapat di kompleks perbukitan Sukamaju.
Batuan induk daerah ini adalah batu napal dan lanau dengan kadar Ca yang tinggi.
Kondisi tersebut mengakibatkan reaksi tanah dalam suasana basa. Kandungan bahan
organik sangat rendah (0,6%) diakibatkan proses erosi yang intensif.
2. Erosi tanah
Besarnya erosi tanah di wilayah studi sebelum adanya kegiatan adalah 3.872,18
ton/ha/th. Nilai erosi pada rona awal untuk tanah di wilayah Minahaki yang
penggunaan lahannya semak masuk kategori sedang dengan skala kualitas lingkungan
sedang (skala 3).

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 36


PT PERTAMINA EP -PPGM

3.1.7. Transportasi

a. Kelancaran lalulintas
Tingkat kelancaran lalulintas di wilayah studi tergolong sangat baik atau sangat lancar.
b. Jaringan jalan
Penggal Kintom-Batui memiliki per-kerasan yang masih baik dengan lebar 4,5 meter. Jenis
perkerasan yang digunakan adalah Lapis Penetrasi Makadam dengan lapis aus Latasir.
Pada penggal jalan yang menghubungkan BatuiToili-Toili Barat, terdapat adanya
kerusakan jalan (berlubang/ bergelombang). Kerusakan ini disebabkan adanya genangan
air pada daerah yang rendah, sehingga sering terendam.
c. Kondisi jembatan
Kondisi jembatan yang menghubungkan Kota Luwuk sampai dengan Toili Barat, umumnya
sudah cukup memadai. Konstruksi jembatan yang digunakan memiliki dua tipe, yaitu
menggunakan rangka baja dan gelagar beton.

3.2. KOMPONEN BIOLOGI


3.2.1. Flora Darat

1. Vegetasi di Lokasi LNG-Padang (kawasan pantai dan ladang)


Lokasi LNG terletak di sekitar pantai dan area ladang milik penduduk. Pada lokasi ini
terdapat 47 jenis flora darat yang terdiri dari 24 jenis pohon, 15 jenis semak dan 7 jenis
herba. Beberapa jenis flora yang ada merupakan tanaman budidaya dan tanaman khas
pantai seperti Terminalia catapa.
2. Vegetasi di Lokasi Sungai Santoa (Padang Tangkiang)
Lokasi ini berdekatan dengan LNG Padang dan merupakan area permukiman. Pada lokasi
ini terdapat 23 jenis flora darat yang terdiri dari 12 jenis pohon, 8 jenis semak dan 3 jenis
herba.
3. Vegetasi di Lokasi Uso (Pantai Pekarangan)
Lokasi ini merupakan dataran rendah yang berbatasan dengan pantai. Penggunaan lahan di
daerah ini merupakan area pemukiman dan lahan pekarangan. Jenis vegetasi yang ada
umumnya merupakan tanaman perkebunan seperti Cocos nucifera. Sementara itu vegetasi
yang ada di tepi pantai, umumnya merupakan tanaman mangrove yaitu Avicenia sp dan
tanaman khas pantai seperti Terminalia catapa dan Vitex trifolia.
4. Vegetasi di Lokasi Kinikini (Muara Sungai Kayoa, rawa)
Tipe ekosistem di lokasi ini merupakan ekosistem rawa. Komposisi flora pada habitat rawa
terdiri dari beberapa jenis bakau, pandan, nipah, dan semak herba.
5. Vegetasi di Lokasi Sumur Pengembangan Donggi
Lokasi ini merupakan daerah persawahan, dengan jenis tanaman utama adalah padi ( Oryza
sativa). Pada umumnya padi ditanam dua kali dalam satu tahun dan diselingi tanaman
palawija.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 37


PT PERTAMINA EP -PPGM

6. Vegetasi di Lokasi Sumur Sukamaju


Pada lokasi sumur Sukamaju terdapat 61 jenis flora yang terdiri dari 31 jenis pohon, 20
jenis semak dan 11 jenis herba. Lokasi rencana sumur pengeboran di daerah Sukamaju
berada di sekitar Suaka Margasatwa Bakiriang.
7. Vegetasi di Lokasi Manifold Station Minahaki
Pada lokasi ini terdapat sekitar 11 jenis pohon, 8 jenis semak dan 3 jenis herba.
8. Vegetasi di Lokasi Sumur Minahaki I
Lokasi sumur Minahaki I terletak berdekatan dengan Block Station Minahaki sehingga jenis
vegetasi yang ada tidak jauh berbeda dengan jenis yang ada di Block Station.
9. Vegetasi di Lokasi Sumur Donggi
Lokasi sumur Donggi merupakan daerah persawahan, dengan jenis tanaman utama adalah
padi (Oryza sativa) yang umumnya ditanam dua kali dalam satu tahun dan diselingi
tanaman palawija.
10. Jenis Vegetasi di Lokasi Jalur Trunk Line Di Hutan Lindung
Terdapat 11 jenis pohon di sekitar area Trunk Line. Jenis yang paling sering dijumpai
adalah Lansium domesticum, Nauclea orientalis, dan Arenga pinnata.
11. Vegetasi di Jalur trunk Line Kebun Sekitar Hutan rakyat
Di sekitar lokasi ini terdapat 13 jenis pohon yang sebagian besar adalah tanaman budidaya.
Beberapa jenis yang ditanam masyarakat antara lain Anacardium ocidentale, Arenga
pinnata, Artocarpus integra , Mangifera indica. Namun jenis yang dominan ditanam pada
hutan rakyat adalah Tectona grandis.
12. Vegetasi di Lokasi Trunk Line yang Melewati Sungai Toili
Pada lokasi ini terdapat 22 jenis flora darat yang terdiri dari 11 jenis pohon, 7 jenis semak
dan 3 jenis herba. Penutupan lahan oleh semak herba di lokasi ini didominasi oleh jenis
Eupatorium inulifolium dan Panicum hirtelum.
13. Vegetasi di Lokasi Trunk Line melewati Perkampungan
Penggunaan lahan di sekitar Trunk Line ini adalah permukiman dan pekarangan, sehingga
jenis vegetasi yang mendominasi di area ini terutama adalah tanaman budidaya.
14. Vegetasi di Lokasi jalur Trunk Line yang Melewati Persawahan
Daerah ini merupakan area persawahan dengan jenis tanaman utama Oryza sativa dan
Lannea sp.
Secara umum kondisi flora di wilayah studi baik, dikategorikan mempunyai skala kualitas
lingkungan skala 4.

3.2.2 Fauna Darat

Komunitas burung di dalam wilayah studi cukup banyak, ada sekitar 42 jenis burung yang
ditemukan dan kemungkinan masih banyak jenis burung yang tidak teramati. Jenis burung
yang frekuensinya paling sering dijumpai di semua lokasi pengamatan adalah burung cabe
(Dicaeum celebicum). Srigunting (Dicrurus montanus), Tekukur (Streptopelia chinensis), Gagak
(Corvus macrorhynchos) dan burung kacamata (Zosterops consobrinorum) .

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 38


PT PERTAMINA EP -PPGM

Dari beberapa jenis yang ada, jenis burung yang termasuk dilindungi antara lain yaitu :
burung kipasan (Rhidipura teysmanni), trinil (Tringa totamus) , elang ( Haliastur indus; Spilornis
rufipectus), raja udang (Alcedo meninting; Alcedo atthis; Alcedo coerulescens; Amaurornis
phoenicuru) dan pecuk ular (Anhinga melanogaster). Umumnya burung-burung tersebut
ditemukan di daerah sumur gas sekitar perairan, tepi sungai, pantai sekitar mangrove/bakau
dan hutan terbuka.

Sementara itu jenis mamalia yang ada di wilayah studi antara lain Macaca nigra, Macrogalida
musschenbroeckii, Prosciurillus murinus, Rubrisciurus sp, Sus celebensis dan Tarsius
pelengensis. Jenis reptilia yang ada di sekitar lokasi kegiatan antara lain Ahaetulla prasina,
Boiga dendrophila, Crocodillus porosus, Eutropis sp, Python sp. Jenis-jenis tersebut terutama
ditemukan di sekitar lokasi Suaka Margasatwa Bakiriang, hutan lindung dan muara sungai.

Sementara itu pengamatan terhadap hewan budidaya di sekitar lokasi kegiatan, menunjukkan
bahwa kegiatan budidaya hewan umumnya dilakukan dalam skala kecil. Usaha ternak yang
diusahakan masyarakat masih bersifat sebagai usaha sampingan. Beberapa jenis hewan yang
dibudidayakan masyarakat sekitar lokasi kegiatan terutama daerah yang dekat wilayah
pemukiman yaitu sumur gas di daerah Uso dan sekitar Trunk Line Desa Argakencana antara
lain ayam, kambing dan sapi.

Secara umum kondisi fauna di area kegiatan baik, dikategorikan mempunyai skala kualitas
lingkungan skala 4.

3.2.3. Biota Air

A. Biota Air Tawar


1. Plankton
Keanekaragaman atau diversitas plankton rata-rata berkisar antara 9 33 genera
dengan kepadatan atau densitas berkisar antara 13 4303 individu/liter dengan indeks
diversitas (Shanon-Wiener) plankton rata-rata berkisar antara 0,180 -1,234.
Berdasarkan indeks diversitas plankton di perairan sekitar rencana kegiatan,
menunjukkan bahwa perairan ini tercemar sedang (skala 2) Lee at all, 1978.
2. Benthos
Jenis biota yang ditemukan terdiri dari 3 kelas, 17 familia, dan 17 spesies dengan
kelompok insecta dan gastropoda dominan keberadaanya. Berdasarkan pada kondisi
kelimpahan dan keanekaragaman biota darat terutama benthos, kualitas lingkungan di
sekitar perairan lokasi kegiatan dapat dikategorikan tercemar sedang (skala 2).

B. Biota Air Laut


1. Plankton
Kepadatan populasi plankton per liter rata-rata sebesar 44 127 individu/liter. Jenis
plankton yang paling dominan adalah Nauplius, selain itu juga ditemukan genus

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 39


PT PERTAMINA EP -PPGM

Anabaena, Nitzschia, Oscilatoria, dan Spirogyra yang biasa hidup pada perairan yang
tercemar. Berdasarkan indeks diversitas menurut Shannon Wiener, kondisi perairan
tersebut tercemar sehingga kondisi komunitas plankton sangat tidak mantap (skala 2).
2. Benthos
Pada lokasi pantai sekitar lokasi kegiatan menunjukkan kelimpahan jenis benthos masih
2
cukup tinggi dengan rata-rata kerapatan benthos per m sekitar 245 individu. Sebagian
besar yang ditemukan merupakan kelompok gastropoda dan insecta masing-masing
terdiri dari 6 familia. Kelompok lainnya adalah kelas turbellaria.
Berdasarkan pada kondisi kelimpahan dan keanekaragaman biota laut terutama
benthos, kualitas lingkungan di sekitar perairan lokasi kegiatan dapat dikategorikan
tercemar sedang (skala 2).
3. Ikan
Kabupaten Banggai memiliki sumberdaya ikan laut yang cukup besar. Potensi perikapan
tangkap di Kabupaten Banggai tahun 2004 diperkirakan mencapai 48.627,1 ton
pertahun yang terdiri dari ikan pelagis 39.387,9 ton dan jenis ikan demersal sebesar
9.239,2 ton. Jenis ikan yang ada kebanyakan nilai ekonominya tinggi, seperti ikan
tenggiri, tunal, kakap, cakalang, dsb. Namun demikian beberapa jenis ikan yang
bernilai ekonomi sedang, juga cukup melimpah seperti ikan teri, tigawaja, dan
rajungan.
Sementara itu potensi perikanan budidaya, baik budidaya tambak maupun budidaya
perikanan air tawar cukup banyak. Di Kecamatan Batui, pemanfaatan lahan tambak
banyak dibudidayakan udang windu, di Kecamatan Luwuk dan Toili diusahakan udang
windu dan bandeng. Potensi lahan budaya air tawar dilakukan di kolam, umumnya jenis
ikan yang dibudidayakan adalah ikan mas dan nila.
Berdasarkan keanekaragaman dan produksi perikanan di sekitar lokasi rencana
kegiatan, maka secara umum kualitas lingkungan di wilayah tersebut dikategorikan
cukup baik (skala 3).
4. Terumbu Karang
Hasil survey yang dilakukan Tahun 2005, secara umum terumbu karang di Desa Batui
berada dalam kategori buruk yaitu sebesar 9,9% pada kedalaman 10 m dan 3,4% pada
kedalaman 3 m. (Survey Potensi Sumber Daya Ikan di Kabupaten Banggai Sulawesi
Tengah, 2005).
Sementara itu hasil pengamatan di lapangan (2006) menunjukkan bahwa tipe terumbu
karang di wilayah studi merupakan terumbu karang tepi (fringging reef) dengan tingkat
kepadatan sangat rendah yaitu hanya berkisar 10% menutupi areal pengamatan. Dari
10% tutupan tersebut terdiri dari coral masive 4%, Acropora encrusting 1%, Acropora
submasive 4% dan sisanya terdiri dari soft coral dan sponge 1%.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 40


PT PERTAMINA EP -PPGM

3.3. KOMPONEN SOSIAL


3.3.1. Demografi
a. Jumlah dan kepadatan penduduk
Jumlah penduduk di 4 kecamatan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat) tersebut pada tahun
2005 adalah 296.488 jiwa dengan tingkat kepadatan 27 jiwa/km 2. Kecamatan Toili
mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi dibandingkan kecamatan
lainnya.
b. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio
Jumlah penduduk laki-laki di 4 kecamatan wilayah studi adalah 151.927 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan 144.561 jiwa. Rasio jenis kelamin di wilayah studi adalah 106.
Jumlah rumah tangga yang tertinggi ada di wilayah Kecamatan Toili dan yang terendah ada
di Kintom. Jumlah anggota keluarga setiap Rumah Tangga rata-rata adalah 4 orang, namun
di Kintom rata-rata hanya mempunyai 3 orang anggota keluarga. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap keluarga rata-rata hanya mempunyai seorang anak. Kondisi rumah tangga di
wilayah studi yang rata-rata mempunyai anggota keluarga kurang dari 5 orang ini, bila
dilihat dari baku kualitas lingkungan tergolong sangat baik atau mempunyai skala 5
(L.W. Canter & L.G. Hill, 1981).
c. Komposisi penduduk menurut umur
Rata-rata proporsi jumlah penduduk antara kelompok umur produktif dengan tidak
produktif di 4 kecamatan wilayah studi yaitu 61,40% berbanding 38,60%. Dibandingkan
angka di tingkat kabupaten, jumlah penduduk usia produktif di wilayah studi lebih rendah
sekitar 3,61%.
Proporsi rata-rata antara penduduk yang berumur dibawah 15 tahun (penduduk berusia
muda) dengan penduduk berusia tua (65+) adalah sekitar 31,08% berbanding 4,55%.
Mengingat bahwa jumlah penduduk berusia muda kurang dari 40% terhadap total
penduduk, maka kondisi penduduk berdasarkan umur produktif (usia kerja) di wilayah studi
termasuk dalam skala 5 yaitu sangat baik.
d. Komposisi penduduk menurut pendidikan
Di 4 kecamatan wilayah studi persentase tingkat pendidikan penduduk tamat SD adalah
yang terbesar, sedangkan penduduk yang tidak atau belum sekolah dan tidak tamat SD
sebanyak 26,88% dan yang tamat akademi dan perguruan tinggi baru sekitar 2,37%. Dari
antara 4 kecamatan di wilayah studi, penduduk di wilayah Kecamatan Kintom rata-rata
memiliki tingkat pendidikan yang paling baik dibandingkan dengan kecamatan lainnya,
kemudian diikuti Kecamatan Batui dan yang paling buruk adalah Kecamatan Toili.
Persentase penduduk berpendidikan menengah dan tinggi di wilayah Kintom adalah
32,10% dan 3,99%, sedangkan di wilayah Toili adalah 18,86% dan 1,55%.
Berdasarkan baku penilaian kualitas lingkungan (L.W. Canter & L.G. Hill, 1981), oleh karena
secara umum keadaan pendidikan penduduk di 4 kecamatan wilayah studi persentase
lulusan SD sekitar 45%, yang berpendidikan menengah 23,76% dan yang berpendidikan
tinggi sekitar 2,37%, maka keadaan tersebut termasuk dalam kriteria baik (skala 4).

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 41


PT PERTAMINA EP -PPGM

e. Komposisi penduduk menurut matapencaharian


Matapencaharian sebagian besar penduduk (85,41%) di 4 kecamatan wilayah studi adalah
dalam bidang pertanian. Jenis matapencaharian terbesar kedua adalah dalam bidang
industri kerajinan dan yang ketiga adalah bidang konstruksi khususnya sebagai buruh
bangunan. Jenis matapencaharian penduduk yang relatif masih terbatas jumlahnya adalah
sebagai pegawai atau PNS dan ABRI/POLRI serta dalam bidang listrik, gas dan air.
f. Mobilitas penduduk
Dari antara 4 kecamatan di wilayah studi, Kecamatan Toili paling banyak perubahan jumlah
penduduknya, kemudian Batui, Toili Barat dan yang paling sedikit perubahannya adalah
Kintom. Perubahan penduduk tersebut pada umumnya lebih dikarenakan adanya
perubahan penduduk secara alamiah yaitu kelahiran dan kematian. Di wilayah Toili faktor
masuk dan bertempat tinggalnya pendatang juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya
perubahan kependudukan. Berbagai aktivitas perekonomian di Toili relatif paling menonjol
dibandingkan dengan kecamatan lainnya dan hal inilah nampaknya yang menjadi daya tarik
para pendatang untuk masuk dan beraktivitas di wilayah kecamatan.
g. Angkatan kerja
Jumlah usia produktif di 4 kecamatan wilayah studi adalah 63.435 orang atau sekitar
62,51% dengan jumlah angkatan kerja 50.587 orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) di 4 kecamatan wilayah studi adalah 79,75%. TPAK di tingkat kecamatan wilayah
studi relatif sama, dan ini menggambarkan bahwa terdapat penduduk yang berusia kurang
dari 15 tahun atau penduduk berusia muda yang telah terjun kedalam dunia kerja sehingga
TPAK di wilayah tersebut tinggi. Kenyataan ini merupakan salah satu upaya yang dilalukan
kelompok muda usia untuk membantu kondisi ekonomi keluarganya.
h. Kesempatan kerja
Jumlah pencari kerja di wilayah Kabupaten Banggai selama tahun 2005 adalah 3.793 orang
dengan tingkat pendidikan yang paling dominan adalah lulusan SLTA dengan persentase
sekitar 65,49%, kemudian diikuti lulusan Sarjana dengan persentase 17,59% dan Diploma
sebesar 11,05%. Kecenderungan ini relatif sama dengan tahun 2004, namun untuk tahun
2003 pencari kerja lulusan Diploma lebih besar dibandingkan dengan lulusan sarjana.
Selama kurun waktu 2003-2005 jumlah pencari kerja di Kabupaten Banggai yang terbesar
adalah pada tahun 2004 yaitu sebanyak 5.227 orang yang berarti mengalami peningkatan
sekitar 100,73% dibandingkan tahun 2003, namun mengalami penurunan sekitar 27,43%
pada tahun 2005.
Penempatan tenaga kerja selama tahun 2005 mengalami peningkatan sekitar 24,45%
dibandingkan tahun 2004 dengan persentase 41,56% laki-laki dan 58,44% perempuan.
Meskipun penempatan tenaga kerja mengalami peningkatan selama tahun 2005, namun
penempatan yang ada relatif masih kecil yakni sebesar 10,47% dibandingkan dengan
jumlah pencari kerja yang ada. Hal ini terkait dengan kesempatan kerja yang juga relatif
sangat terbatas.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 42


PT PERTAMINA EP -PPGM

3.3.2 Sosial Ekonomi


a. Pendapatan masyarakat
Berdasarkan data struktur responden menurut matapencaharian utama diketahui bahwa
sebagian besar responden bekerja di bidang pertanian, yang meliputi petani dan buruh
tani sebanyak 56,25%, nelayan dan buruh nelayan 2,50%. Penduduk yang bermata-
pencaharian sebagai nelayan umumnya bermukim di pinggir pantai dan rata-rata melaut
hanya 4 5 hari per minggu. Pendapatan mereka berkisar antara Rp 20.000,00 Rp
50.000,00. Jenis matapencaharian lain yang cukup dominan adalah sebagai pengusaha/
wiraswasta (16,67%), aparat desa (5,42%), PNS 5,41% dan lain-lain sebanyak 5%. Dilihat
dari tingkat pendapatannya, rata-rata pendapatan responden per bulan adalah Rp
1.383.204,00 dengan tingkat pendapatan terendah sebesar Rp 150.000,00 dan yang
tertinggi adalah Rp 5.000.000,00. Tingkat pendapatan responden yang paling dominan
adalah hingga Rp 500.000,00 dengan persentase sebesar 45,83%.
Jika batas kemiskinan adalah 1 $ Amerika per orang per hari yang nilai tukarnya adalah
sebesar Rp. 9.600,00 maka rata-rata setiap anggota masyarakat di wilayah studi termasuk
sedikit di atas kategori miskin. Berdasarkan baku kualitas lingkungan tingkat penghasilan
responden di wilayah studi tergolong buruk (skala 2) sehingga kurang dapat memenuhi
kebutuhan hidup keluarga secara optimal.
b. Pola nafkah ganda
Terdapat sekitar 59,17% responden yang memiliki lebih dari satu sumber pendapatan
untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya sehari-hari.
Jenis pekerjaan sampingan yang banyak ditekuni responden tidak jauh berbeda dengan
pekerjaan pokok responden yaitu pada bidang pertanian, khususnya sebagai petani dan
buruh tani. Aktivitas ini umumnya ditekuni oleh para responden yang bekerja diluar bidang
pertanian seperti PNS, wiraswastawan dan guru. Selain untuk menambah penghasilan,
aktivitas ini diakui sebagai sarana untuk menyalurkan hobi, bersifat rekreatif dan
melanjutkan usaha orang tua. Sementara itu usaha sampingan sebagai pedagang
umumnya dilakukan oleh responden dengan membuka warung atau toko di rumahnya.
c. Kepemilikan Benda Berharga oleh Responden
1) Rumah dan pekarangan
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa rumah responden
rata-rata mempunyai luas antara 14 600 m 2 dengan persentase terbesar (41,67%)
adalah luasan 37 70 m2. Hampir semua responden (90,83%) di wilayah studi
mempunyai halaman/pekarangan rumah. Luasan pekarangan berkisar antara 50 5000
2 2
m dengan persentase terbesar (30,83%) yaitu antara 251 500 m .
Status kepemilikan rumah dan pekarangan oleh responden umumnya adalah hak milik
(SHM) dengan persentase sebesar 50,42%, sewa/kontrak (5%), hak pakai (3,33%),
warisan atau milik keluarga (1,25%) dan yang tidak bersertifikat sebanyak 40%.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 43


PT PERTAMINA EP -PPGM

2) Sawah dan ladang


Sawah dimiliki oleh sekitar 39,17% responden dan ladang dimiliki oleh sekitar 73,75%
responden dengan luas berkisar antara 0,08 40 Ha.
3) Tabungan
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa terdapat sekitar
26,67% responden yang memiliki tabungan keluarga dan 81,25% diantaranya berupa
tabungan di bank.
4) Benda berharga lainnya
Jenis benda berharga yang secara dominan dimiliki oleh responden adalah televisi (TV),
kemudian diikuti kepemilikan ternak dan VCD. Jenis ternak yang umumnya diusahakan
responden adalah sapi, kambing, babi dan unggas khususnya ayam dan itik.
d. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
Sektor pertanian mendominasi dalam perannya membentuk PDRB Kabupaten Banggai baik
pada tahun 2003 maupun 2004. Kontribusi terbesar kedua diberikan oleh sektor Jasa-jasa,
namun pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 0,31% dibandingkan tahun 2003.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan andil terbesar ketiga dengan
persentase sebesar 8,83%, yang mengalami penurunan sekitar 0,03% dibandingkan
dengan tahun 2003. Sektor yang kontribusinya paling kecil adalah Listrik dan Air Bersih
yang pada tahun 2004 mengalami peningkatan sekitar 0,01%.
Dengan nilai PDRB sebesar Rp 1.372.194 juta pada tahun 2004 dan jumlah penduduk
pada pertengahan tahun sebanyak 289.979 jiwa, maka nilai PDRB per kapita adalah
Rp 5.207.804,00. Jika batas kemiskinan adalah setara dengan pendapatan perkapita
sebesar Rp 9.600,00 per hari atau sebesar Rp 3.504.000,00 per tahun, maka PDRB
perkapita di Kabupaten Banggai secara umum adalah sekitar 1,49 kali lebih besar daripada
batas kemiskinan atau hal itu berarti berada di atas ambang kemiskinan. Diantara 4
kecamatan wilayah studi, Kecamatan Toili mempunyai tingkat kesejahteraan keluarga yang
paling baik dengan jumlah keluarga yang telah termasuk dalam kategori sejahtera sekitar
64,23%, kemudian diikuti Toili Barat (57,80%), Batui (48,14%) dan yang terendah adalah
Kintom dengan jumlah keluarga sejahtera sekitar 30,53% terhadap jumlah total keluarga di
wilayah kecamatan tersebut.
e. Sarana/Prasarana Perekonomian
1) Perindustrian
Kegiatan industri yang terdapat di wilayah Kabupaten Banggai selama kurun waktu
2005 sebanyak 13 unit usaha dan umumnya didominasi oleh industri kayu dan barang
dari kayu.
2) Perdagangan
Selama tahun 2005 volume perdagangan antar pulau di Kabupaten Banggai mengalami
kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2004. Komoditas yang cukup menonjol

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 44


PT PERTAMINA EP -PPGM

diperdagangkan antara lain adalah bungkil kopra sebanyak 21.681 ton, minyak kelapa
sebanyak 13.650 ton, dan rotan sebesar 2.177 ton.
Realisasi perdagangan bahan pokok/penting lainnya yang terbesar di Kabupaten
Banggai adalah semen yang mencapai 46.235 ton, diikuti minyak sebesar 8.531 ton
dan pupuk sebanyak 3.446 ton. Sementara itu realisasi ekspor yang paling menonjol
adalah udang beku sebanyak 1.130.000 ton, kopra 20.806.542 ton dan ganggang laut
kering sebanyak 250.310 ton.
Secara umum di wilayah Kecamatan Toili terdapat paling paling banyak fasilitas
perdagangan yakni sekitar 36,90% dari total fasilitas perdagangan di wilayah studi. Hal
ini menggambarkan bahwa Kecamatan Toili paling potensial aktivitas perdagangannya
yang secara tidak langsung juga menggambarkan kondisi perekonomian secara umum
relatif paling baik dibandingkan kecamatan lainnya.
3) Fasilitas Keuangan
Fasilitas keuangan yang ada di wilayah studi meliputi koperasi dan bank. Jenis koperasi
yang dominan terdapat di wilayah studi adalah Koperasi Unit Desa (KUD).
f. Ekonomi Sumberdaya Alam
1) Penggunaan lahan
Penggunaan lahan di 4 kecamatan wilayah studi yang paling dominan adalah untuk
perkebunan yakni seluas 16.423,85 Ha atau sekitar 4,23% dari total luas lahan yang
ada. Penggunaan terluas kedua adalah untuk tegal atau kebun masyarakat yakni
sekitar 3,83% dan yang ketiga adalah untuk sawah yaitu seluas 3,74% yang terdiri atas
sawah beririgasi seluas 2,80% dan sawah tadah hujan seluas 0,94%. Penggunaan
lahan untuk bangunan dan permukiman baru sekitar 1,39% dan lahan yang tidak atau
belum diusahakan seluas 61,74% terhadap total luas lahan yang ada. Mengingat bahwa
penggunaan lahan yang ada di wilayah studi umumnya untuk pengusahaan pertanian,
perikanan dan perkebunan dengan luasan sekitar 12% yang relatif masih
memperhatikan faktor konservasi lahan, maka berdasarkan baku kualitas lingkungan
penggunaan lahan yang ada termasuk dalam kriteria baik atau mempunyai skala 4.
2) Produksi pertanian
Tanaman pangan
Komoditas potensial yang dihasilkan wilayah studi adalah padi sawah, padi ladang,
jagung, ubi kayu, dan ubi jalar. Toili merupakan wilayah yang paling potensial
menghasilkan komoditas pangan tersebut dibandingkan dengan 3 kecamatan
lainnya. Produksi padi sawah dari Toili adalah 56,77% dari total produksi padi
sawah di wilayah studi.
Dilihat dari tingkat kabupaten, sumbangan wilayah studi terhadap cadangan padi
sawah selama tahun 2005 adalah sebesar 59,40%. Toili yang merupakan wilayah
pertanian hasil pengembangan program transmigrasi mampu menyumbang sekitar

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 45


PT PERTAMINA EP -PPGM

33,72% dari total produksi padi sawah Kabupaten Banggai. Sementara itu
sumbangan wilayah studi terhadap produksi padi ladang di tingkat kabupaten
adalah sebesar 24,14%, untuk jagung sebesar 8,75%, ubi kayu 7,11%, ubi jalar
7,48%, kedelai 37,88% dan kacang tanah sebesar 3,56%.
Dilihat dari produktivitasnya, untuk padi sawah rata-rata adalah 2,57 ton/ha dan
untuk padai ladang 0,15 ton/ha. Produktivitas komoditas yang diusahakan di tegal/
kebun adalah jagung (0,04 ton/ha), kedelai (0,029 ton/ha), ubi kayu (0,027 ton/ha)
dan kacang tanah 0,007 ton/ha. Dengan demikian nampak bahwa secara umum
produktivitas lahan di wilayah studi tergolong rendah.
Tanaman sayuran
Secara umum produksi sayuran selama tahun 2005 meningkat bila dibandingkan
dengan tahun 2004.
Komoditas sayuran lain yang cukup menonjol adalah petsai dengan produksi sekitar
26,82% terhadap total produksi kabupaten, sementara itu untuk cabai dan tomat
masing-masing adalah 3,89%, dan untuk kacang panjang sebesar 12,19%.
Tanaman buah-buahan
Jenis buah-buahan yang banyak dihasilkan di wilayah studi adalah pisang, mangga,
pepaya, nangka dan durian.
Produksi pisang dari wilayah studi memberikan kontribusi sebesar 7,75% terhadap
total produksi pisang di tingkat kabupaten, sementara itu untuk mangga adalah
1,57%, pepaya 5,07%, nangka 60,38% dan durian sebesar 0,50%.
Tanaman perkebunan
Produksi berbagai jenis komoditas perkebunan selama tahun 2005 meningkat
sekitar 15-26% dibandingkan tahun 2004. Jenis tanaman perkebunan rakyat yang
banyak diusahakan di wilayah studi adalah kelapa, kakao, kopi, cengkeh, jambu
mete, dan kemiri.
Sumbangan produksi kelapa dari wilayah studi terhadap total produksi di tingkat
kabupaten adalah 7,78%, untuk kakao 12,63%, jambu mete 9,26%, kemiri 4,68,
cengkeh 0,65% dan kopi sebesar 7,08%.
Peternakan
Jenis-jenis ternak yang diusahakan masyarakat di wilayah studi meliputi ternak
besar khususnya sapi, ternak kecil yaitu kambing dan babi dan unggas yang
meliputi ayam kampung dan itik.
Sumbangan wilayah studi terhadap total produksi sapi di tingkat kabupaten adalah
32,90%, untuk kambing 10,80%, babi 23,67%, ayam kampung 32,67% dan untuk
itik adalah sebesar 29,84%.
Perikanan
Jenis perikanan yang dikembangkan di wilayah studi meliputi perikanan laut,
perikanan kolam, tambak udang dan perairan umum.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 46


PT PERTAMINA EP -PPGM

3.3.3 Sosial Budaya

a. Nilai dan norma budaya


Di Kabupaten Banggai terdapat 3 suku asli yaitu Suku Saluan, Suku Banggai dan Suku
Balantak. Suku pendatang yang ada di wilayah ini antara lain adalah Suku Bajo yang
merupakan masyarakat nelayan pendatang tertua dari Kendari, Suku Jawa, Sunda, Bali dan
Flores yang merupakan transmigran serta pendatang lain yang berupaya mencari peluang
kerja yaitu Suku Bugis, Padang, Gorontalo, Manado, Muna dan sebagainya.
Kegiatan adat yang sering dilaksanakan oleh warga masyarakat terutama yang terkait erat
dengan siklus kehidupan manusia yaitu pesta perkawinan, perayaan kelahiran dan
peringatan kematian dengan persentase sebesar 66,20%. Kegiatan adat lain yang
dirayakan adalah bersih desa, yang terkait dengan kegiatan bertani dan adat tumpe yang
merupakan peristiwa budaya warisan Kerajaan Banggai Kepulauan. Kegiatan adat dan
kebiasaan masyarakat ini biasanya dilakukan di balai desa (34,05%), masjid (20,77%),
rumah (16,27%), serta makam dan pure masing-masing sebesar 6,42%.
Sekitar 87,92% responden menyatakan bahwa berbagai jenis kegiatan adat masih tetap
dilakukan oleh masyarakat sebagai upaya untuk melestarikannya.
Salah satu nilai budaya yang masih tampak terlihat adalah nilai budaya gotong royong dan
konsep yang mengganggap penting sikap tenggang rasa terhadap sesama manusia. Gotong
royong di sini adalah dalam hal memperbaiki rum ah (20,24%), kerja bakti kebersihan
lingkungan (14,84%), saling membantu dalam melaksanakan hajatan (30,88%) dan arisan
(20,39%) serta bekerja sama untuk siskamling (12,89%).
Mengingat bahwa berbagai aktivitas adat, keagamaan dan sosial budaya yang lain masih
tetap dilaksanakan dan didukung oleh warga masyarakat pada umumnya, maka kondisi
rona lingkungan hidup awal pada parameter nilai dan norma budaya masyarakat di wilayah
studi memiliki skala kualitas lingkungan tergolong baik (skala 4).

b. Proses sosial
Jenis kegiatan bersama yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah meningkatkan
pengetahuan agama (32,13%), kegiatan ormas, arisan dan saling tukar informasi atau
berita. Selain kerja sama warga masyarakat dalam berbagai aktivitas sehari-hari, begitu
pula yang terjadi sebaliknya yaitu adanya konflik, meskipun secara umum responden
menyatakan relatif kecil adanya konflik di wilayah sekitar tempat tinggal mereka yaitu
hanya sekitar 22,92%. Menurut pendapat responden, apabila terjadi konflik umumnya
terkait dengan masalah pemuda/remaja (41,66%), masalah keluarga (25%), masalah
tanah (16,67%), dan perselisihan antar kampung atau suku masing-masing dengan
persentase sebesar 8,33%. Namun berbagai konflik yang ada tersebut pada umumnya
dapat diselesaikan dengan baik.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 47


PT PERTAMINA EP -PPGM

c. Pelapisan sosial
Pelapisan sosial di wilayah studi tercermin dari pendapat masyarakat yang menganggap
pengurus administrasi wilayah/pamong desa merupakan orang yang dituakan (dalam level
tinggi) di lingkungan tempat tinggal dan strata di bawahnya adalah pemuka agama.
Penguasa adat/keturunan bangsawan dan orang yang terpandang secara materi saat ini
tidak secara otomatis menjadi tokoh yang dapat dituakan atau dianggap berpengaruh oleh
semua kelompok masyarakat, tetapi pihak-pihak yang mau bekerjasama dan peduli
terhadap kepentingan masyarakatlah yang akan ditokohkan oleh masyarakat.

d. Pranata sosial/kelembagaan masyarakat


Pranata sosial yang ada di wilayah studi cukup maju dan dinamis yang antara lain
ditunjukkan dengan cukup beragamnya kelembagaan yang ada, seperti lembaga
pendidikan, lembaga ekonomi, lembaga kepemudaan, lembaga kesehatan, lembaga
pertanian dan lembaga kekerabatan. Diantara kelembagaan masyarakat tersebut, yang
paling dikenal oleh responden adalah lembaga kepemudaan dengan persentase 29,09%,
kemudian lembaga pendidikan 22,64% dan lembaga kesehatan 22,10% serta lembaga
pertanian sebesar 19,03%. Hal ini menunjukkan bahwa kelembagaan masyarakat tersebut
cukup aktif dan peranannya dirasakan oleh masyarakat.

e. Sikap dan persepsi masyarakat


Sehubungan dengan rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok, sikap dan persepsi
masyarakat cukup beragam. Secara umum masyarakat setuju (78,33%) dengan rencana
proyek tersebut dengan sejumlah harapan dan saran. Persepsi positif masyarakat terhadap
rencana kegiatan terkait dengan adanya beberapa keuntungan atau manfaat yang dapat
ditimbulkan dari adanya kegiatan proyek.
Manfaat paling besar yang akan muncul dari kegiatan proyek dan akan dapat dirasakan
oleh masyarakat adalah meningkatnya pendapatan masyarakat (44,44%), kemudian
adanya kesempatan kerja (23,81%) dan meningkatnya kesempatan berusaha (10,58%).
Selain itu juga terdapat sekitar 6,35% responden yang menyatakan sangat mengharapkan
dibangunnya fasilitas umum dan fasilitas sosial untuk warga masyarakat.
Selain persepsi positif masyarakat terhadap proyek pengembangan gas ini, masyarakat juga
memiliki persepsi negatif terhadap proyek terkait dengan kemungkinan adanya beberapa
kerugian yang dapat terjadi dengan berlangsungnya proyek ini.
Kerugian yang akan timbul dari kegiatan ini adalah meningkatnya peralihan fungsi lahan
pertanian (31,98%) yang akan berdampak langsung terhadap terjadinya penurunan
produksi pertanian (14,72%).

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 48


PT PERTAMINA EP -PPGM

Selain itu juga terdapat kekhawatiran-kekhawatiran warga masyarakat seperti kemungkinan


adanya calo saat pembebasan lahan (15,35%), kemudian diikuti keluarnya gas beracun
(14,56%), terjadinya kebakaran atau semburan api (14,40%), adanya penurunan kualitas
dan kuantitas air (6,96%) dan adanya PHK serta penurunan pendapatan masyarakat
sebagai akibat berhentinya proyek (6,02%). Terhadap kekhawatiran-kekhawatiran tersebut,
responden memberikan beberapa saran/masukan yang merupakan wujud kepedulian
responden terhadap rencana kegiatan sehingga berbagai perubahan yang mungkin terjadi
dan khususnya yang berdampak negatif dapat ditekan seminimal mungkin.
Beberapa saran/masukan responden khususnya terkait dengan masalah pengadaan lahan
adalah sebelum proses pengadaan lahan hendaknya dilakukan sosialisasi kepada
masyarakat (13,25%), pembelian lahan dilakukan secara langsung kepada para pemilik
lahan (80,79%) dan perlu dilakukan musyawarah secara transparan antara para pemilik
lahan, pemrakarsa dan pemerintah khususnya untuk mencapai kesepakatan harga (5,96%).

3.4. KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT

a. Potensi resiko timbulnya penyakit


Potensi besarnya dampak atau terjadinya penyakit tercermin dalam beberapa angka
kesakitan oleh beberapa jenis penyakit di 4 kecamatan wilayah studi. Jenis penyakit yang
banyak diderita penduduk di wilayah studi secara keseluruhan adalah ISPA, malaria,
Common Cold, gastritis, diare.

b. Karakteristik spesifik penduduk yang berisiko


Beberapa karakteristik spesifik penduduk yang dapat menimbulkan risiko adanya penyakit
antara lain ditunjukkan dengan adanya responden perokok, cara pengelolaan sampah dan
partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu dan cara penanganan penyakit.
Sekitar 60% dari responden adalah perokok dan 68,70% diantaranya menghabiskan lebih
dari 9 batang rokok setiap harinya. Kebiasaan responden ini merupakan faktor risiko yang
tidak dapat diabaikan untuk kesehatan badan, terutama terkait dengan penyakit sesak
napas, asma, bronkitis dan infeksi saluran pernafasan, paru dan jantung.
Sementara itu pengelolaan sampah dilakukan dengan dibakar (82,50%), sekitar 6,4%
responden mengelola sampah dengan cara memasukkan ke dalam lubang lalu ditimbun,
dan sebanyak 9 orang (3,8%) dengan cara membuang ke sungai. Pembuangan sampah ke
lingkungan merupakan cara pengelolaan sampah yang tidak mendukung kondisi sanitasi
lingkungan. Oleh karena itu upaya penyadaran masyarakat harus dilakukan agar kondisi
lingkungan wilayah studi tidak menjadi semakin buruk.
Terdapat sekitar 74,46% responden yang pernah menimbangkan balitanya ke Posyandu.
Hal ini dapat diartikan bahwa sebagai perwujudan partisipasi warga masyarakat di bidang
pelayanan kesehatan.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 49


PT PERTAMINA EP -PPGM

Sekitar 68,80% responden menyatakan bahwa ketika sakit akan berobat melalui fasilitas
kesehatan yang ada yaitu Puskesmas/Rumah Sakit ataupun dokter, sekitar 21,3%
responden berobat ke tenaga medis dan paramedis, dan lainnya dengan cara mengobati
sendiri diantaranya dengan minum obat bebas.

c. Sumberdaya kesehatan
Upaya pemeliharaan dan atau peningkatan kesehatan masyarakat di 4 Kecamatan wilayah
studi selama ini dilayani oleh 6 buah Puskesmas, 32 Puskesmas Pembantu dan fasilitas
kesehatan lain seperti polindes dan toko obat. Persentase jumlah Puskesmas yang ada di
wilayah studi mencapai 21,42% dari jumlah total Puskesmas yang ada di Kabupaten
Banggai. Tenaga medis yang ada meliputi dokter umum dan dokter gigi sebanyak 11 orang,
namun untuk dokter spesialis hingga diadakan survei belum ada. Tenaga paramedis
meliputi perawat sebanyak 78 orang dan bidan 64 orang. Jika dibandingkan dengan
keberadaan tenaga kesehatan tingkat kabupaten dengan jumlah dokter 28 orang, maka
keberadaan tenaga medis di wilayah studi mencapai 39,28% yang tersebar di 4 kecamatan
wilayah studi, perawat dan bidan sebanyak 17,60% dari jumlah total perawat dan bidan
yang ada di Kabupaten Banggai.
Dilihat tingkat pelayanan tenaga medis serta paramedis terhadap total penduduk di 4
kecamatan wilayah studi adalah: Puskesmas dan Puskesmas Pembantu 1:2.622, dokter
1:9.060, bidan 1:5.566 dan perawat 1:1.557. Hal ini mengandung arti bahwa setiap
keberadaan puskesmas dan puskesmas pembantu harus melayani penduduk sebanyak
2.622, setiap dokter harus melayani penduduk sebanyak 9.060 orang, dan setiap perawat
harus melayani penduduk sebanyak 1.557 orang.
Dengan demikian berdasarkan kriteria kualitas lingkungan, kondisi pelayanan kesehatan di
wilayah studi tergolong sedang (skala 3).

d. Kondisi sanitasi lingkungan


Sebagian besar penduduk di wilayah studi umumnya telah memiliki sumur sendiri untuk
memenuhi kebutuhan air minum maupun mencuci pakaian dan peralatan rumah tangga
lainnya. Namun kebersihan di sekitar lingkungan tempat tinggal umumnya belum tertata
dengan baik, disamping itu kepemilikan saluran pembuang air limbah relatif masih sangat
sedikit.
Penduduk yang bertempat tinggal di luar wilayah pesisir (86,30%) menggunakan sumur
gali dan sumur bor sebagai sumber air minum. Untuk penduduk di wilayah pesisir
umumnya pemenuhan kebutuhan air bersih dilakukan dengan membeli dan atau
menggunakan sumur gali.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 50


PT PERTAMINA EP -PPGM

Penduduk di wilayah studi pada umumnya sudah memiliki jamban keluarga untuk keperluan
buang air besar keluarga, sekitar 74,60% responden menyatakan melakukan buang air
besar di WC keluarga. Sementara itu penduduk yang melakukan buang air besar di WC
umum sebanyak 5,40% dan 16,2% responden melakukan buang air besar di sungai atau di
WC alam, dengan alasan masih cukup area hutan dan jarang penduduknya.

e. Status Gizi Masyarakat


Umumnya status gizi balita responden adalah bagus (52,68%) yang status gizinya cukup
banyak 45,16% dan terdapat 2,15% bayi responden yang status gizinya kurang. Namun
mengingat bahwa kesehatan balita merupakan salah satu indikator penting untuk melihat
rawan tidaknya kesehatan masyarakat, maka Dinas Kesehatan setempat melalui Puskesmas
yang ada terus melakukan program perbaikan gizi. Beberapa jenis program tersebut adalah
upaya peningkatan penyuluhan para kader gizi kepada ibu-ibu balita tentang konsumsi gizi
dan upaya peningkatan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 51


PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab- 4
RUANG LINGKUP STUDI
4.1. EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
4.1.1. Bagian Hulu

A. Kegiatan-kegiatan Proyek Pengembangan Gas di Bagian Hulu


1. Tahap Pra Konstruksi
a. pembebasan lahan dan tanam tumbuh
b. penerimaan tenaga kerja
2. Tahap Konstruksi
a. mobilisasi dan demobilisasi peralatan
b. pembukaan dan pematangan lahan
c. konstruksi BS dan GPF
d. pemasangan pipa penyalur gas
e. penglepasan tenaga kerja
3. Tahap Operasi
a. penerimaan tenaga kerja
b. pemboran sumur pengembangan
c. operasi produksi di GPF
d. penyaluran gas melalui pipa
e. pengangkutan kondensat dan sulfur dengan transport darat
f. pemeliharaan fasilitas produksi

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 52


PT PERTAMINA EP -PPGM

4. Pasca Operasi
a. penutupan sumur
b. penghentian operasi produksi gas
c. pembongkaran dan demobilisai peralatan
d. revegetasi
e. penglepasan tenaga kerja.

B. Dampak Potensial
1. Perubahan iklim mikro
2. Penurunan kualitas udara ambient
3. Terjadinya kebisingan
4. Perubahan sifat tanah
5. Terjadinya erosi tanah
6. Gangguan sistem irigasi dan drainase
7. Perubahan kuantitas air permukaan (air sungai)
8. Penurunan kualitas air permukaan
9. Penurunan kualitas air laut
10. Penurunan kuantitas air tanah dangkal
11. Penurunan kuantitas air tanah dalam
12. Gangguan transportasi jalan darat
13. Gangguan vegetasi
14. Gangguan satwa
15. Gangguan biota air tawar
16. Gangguan biota air laut
17. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi
18. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa
19. Perubahan kependudukan
20. Perubahan pola kepemilikan lahan
21. Peningkatan pendapatan masyarakat
22. Adanya kesempatan berusaha
23. Penurunan kesempatan berusaha
24. Gangguan proses social
25. Pelapisan social
26. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
27. Penurunan sanitasi lingkungan
28. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 53


PT PERTAMINA EP -PPGM

C. Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting Hipotetis


a. Prakonstruksi
1. Perubahan pola kepemilikan lahan
2. Gangguan proses sosial
3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

b. Konstruksi
1. Perubahan Kualitas udara ambien (debu dan gas)
2. Terjadi kebisingan
3. Terjadi erosi tanah
4. Gangguan sistem irigasi dan drainase
5. Gangguan kelancaran lalulintas
6. Gangguan keselamatan berlalulintas
7. Kerusakan jalan dan jembatan
8. Penurunan kualitas air permukaan
9. Penurunan kualitas air laut
10. Gangguan vegetasi
11. Gangguan satwa
12. Gangguan biota air tawar
13. Gangguan biota air laut
14. Peningkatan pendapatan masyarakat
15. Adanya kesempatan berusaha
16. Gangguan proses sosial
17. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
18. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan

c. Operasi:
1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)
2. Peningkatan kebisingan
3. Penurunan kualitas air permukaan
4. Penurunan kualitas air laut
5. Gangguan keselamatan berlalulintas
6. Kerusakan jalan dan jembatan
7. Gangguan biota air tawar
8. Perubahan kependudukan
9. Peningkatan pendapatan masyarakat
10. Adanya kesempatan berusaha
11. Gangguan proses sosial
12. Munculnya pelapisan sosial
13. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
14. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan
15. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 54


PT PERTAMINA EP -PPGM

d. Pasca Operasi:
1. Peningkatan kualitas udara ambien
2. Penurunan kebisingan
3. Peningkatan kualitas air permukaan
4. Peningkatan kualitas air laut
5. Gangguan keselamatan berlalulintas
6. Kerusakan jalan dan jembatan
7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi
8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa
9. Penurunan pendapatan masyarakat
10. Penurunan kesempatan berusaha
11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 55


PT PERTAMINA EP -PPGM

PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETIS


Prakonstruksi:
1. Perubahan pola kepemilikan lahan
DAMPAK POTENSIAL 2. Gangguan proses sosial
3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
DAMPAK PENTING HIPOTETIS
A. Geo-Fisik-Kimia Konstruksi:
Perubahan iklim mikro 1. Perubahan Kualitas udara ambien (debu dan gas)
Deskripsi A. Geo-Fisik-Kimia
Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas) 2. Terjadi kebisingan
Rencana Kegiatan Perubahan kualitas udara ambien (debu dan gas)
Terjadi kebisingan 3. Terjadi erosi tanah
Terjadi kebisingan
Perubahan sifat tanah 4. Gangguan sistem irigasi dan drainase
Prakonstruksi Terjadi erosi tanah
Terjadi erosi tanah 5. Gangguan kelancaran lalulintas
Konstruksi Penurunan kualitas air permukaan 6. Gangguan keselamatan berlalulintas
Gangguan sistem irigasi dan drainase Gangguan sistem irigasi dan drainase
Operasi Penurunan debit air sungai 7. Kerusakan jalan dan jembatan
Pasca Operasi Penurunan kualitas air laut 8. Penurunan kualitas air permukaan
Penurunan kualitas air permukaan Gangguan kelancaran lalulintas
Penurunan kualitas air laut 9. Penurunan kualitas air laut
Gangguan keselamatan berlalulintas 10. Gangguan vegetasi
Penurunan kuantitas air tanah Kerusakan jalan dan jembatan
Penurunan kelancaran lalulintas 11. Gangguan satwa
Penurunan keselamatan berlalulintas 12. Gangguan biota air tawar
B. Komponen Biologi 13. Gangguan biota air laut
Kerusakan jalan dan jembatan Gangguan vegetasi 14. Peningkatan pendapatan masyarakat
Gangguan satwa 15. Adanya kesempatan berusaha
B. Komponen Biologi Gangguan biota air tawar
Gangguan vegetasi 16. Gangguan proses sosial
Gangguan biota air laut 17. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
Gangguan satwa
Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan 18. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan
Gangguan biota air tawar vegetasi
Gangguan biota air laut Operasi:
Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan 1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)
Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan satwa
vegetasi 2. Peningkatan kebisingan
Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan 3. Penurunan kualitas air permukaan
Deskripsi Rona C. Komponen Sosekbud 4. Penurunan kualitas air laut
satwa Perubahan kependudukan
Lingkungan Awal 5. Gangguan keselamatan berlalulintas
Perubahan pola kepemilikan lahan 6. Kerusakan jalan dan jembatan
Komponen Geo -Fisik- C. Komponen Sosekbud Peningkatan pendapatan masyarakat
Kimia Perubahan kependudukan 7. Gangguan biota air tawar
Adanya kesempatan berusaha 8. Perubahan kependudukan
Komponen Biologi Perubahan pola kepemilikan lahan Munculnya pelapisan sosial
Komponen Sosial Peningkatan pendapatan masyarakat 9. Peningkatan pendapatan masyarakat
Gangguan proses sosial 10. Adanya kesempatan berusaha
Ekonomi Budaya Adanya kesempatan berusah a Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
Komponen Kesehatan Gangguan proses sosial 11. Gangguan proses sosial
Masyarakat Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 12. Munculnya pelapisan sosial
D. Komponen Kesmas 13. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
Penurunan kualitas sanitasi lingkungan 14. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan
D. Komponen Kesmas Penurunan tingkat kesehatan masyarakat
Penurunan kualitas sanitasi lingkungan 15. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat
Penurunan tingkat kesehatan masyarakat Pasca Operasi:
1. Peningkatan kualitas udara ambien
2. Penurunan kebisingan
IDENTIFIKASI DAMPAK EVALUASI DAMPAK 3. Peningkatan kualitas air permukaan
POTENSIAL POTENSIAL KLASIFIKASI DAN 4. Peningkatan kualitas air laut
PRIORITAS 5. Keselamatan berlalulintas
6. Kerusakan jalan dan jembatan
7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan
vegetasi
8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan
Gambar 4.1. Kerangka Proses Pelingkupan Kegiatan Proyek Pengembangan Gas satwa
Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah 9. Penurunan pendapatan masyarakat
10. Penurunan kesempatan berusaha
11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 56


PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 4.2.
Bagan Alir Dampak Hipotetik Kegiatan Hulu Proyek Pengembangan Gas Matindok

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 57


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.1. Ringkasan Jenis-jenis Dampak Hipotetis Rencana Kegiatan Proyek


Pengembangan Gas Matindok Di Bagian Hulu

Komponen Rencana Kegiatan


Pra-
Konstruksi Operasi Pasca Operasi
No Komponen Lingkungan Konst.
4
1 2 1 2 3 Alt Alt Alt 5 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5
1 2 3
GEO-FISIK-KIMIA
1 Kualitas udara ambien + +
2 Kebisingan + +
3 Erosi tanah
4 Sistem irigasi dan drainase
5 Kualitas air permukaan
6 Kualitas air laut
7 Transportasi darat /+
BIOLOGI
1 Vegetasi +
2 Satwa +
3 Biota air tawar
4 Biota air laut
SOS-EK-BUD
1 Kependudukan
2 Pola kepemilikan lahan
3 Pendapatan masyarakat + + + + + + +
4 Kesempatan berusaha + + + + + + + +
5 Proses sosial
6 Pelapisan sosial
7 Sikap & persepsi masyarakat
KESEHATAN MASY.
1 Sanitasi lingkungan
2 Tingkat kesehatan masyarakat

Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi C. Tahap Operasi
1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 1. Penerimaan tenaga kerja
2. Penerimaan tenaga kerja 2. Pemboran sumur pengembangan
3. Operasi produksi di GPF
B. Tahap Konstruksi 4. Penyaluran gas melalui pipa
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan 5. Pengangkutan kondensat dan sulfur dengan transport darat
2. Pembukaan dan pematangan lahan 6. Pemeliharaan fasilitas produksi
3. Konstruksi BS dan GPF
4. Pemasangan pipa penyalur gas D. Tahap Pasca Operasi
Alternatif -1, sejajar di sisi jalan raya Luwuk Morowali 1. Penutupan sumur
Alternatif -2, secara Horizontal Directional Drilling (HDD) 2. Penghentian operasi produksi gas
Alternatif -3, dipasang di dasar laut dekat pantai 3. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan
5. Penglepasan tenaga kerja 4. Revegetasi
5. Penglepasan tenaga kerja
= dampak negatif
Keterangan:
+ = dampak positif

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 58


PT PERTAMINA EP -PPGM

4.1.2. Bagian Hilir

A. Kegiatan-kegiatan Proyek Pengembangan Gas di Bagian Hilir


1. Tahap Pra Konstruksi
a. pembebasan lahan dan tanam tumbuh
b. penerimaan tenaga kerja
2. Tahap Konstruksi
a. mobilisasi dan demobilisasi peralatan
b. pembukaan dan pematangan lahan
c. konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus
d. penglepasan tenaga kerja
3. Tahap Operasi
a. penerimaan tenaga kerja
b. operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus, dan fasilitas pendukungnya
c. pemeliharaan fasilitas produksi
4. Tahap Pasca Operasi
a. penghentian operasi kilang LNG
b. pembongkaran dan demobilisasi peralatan (kilang dan Pelabuhan Khusus)
c. revegetasi
d. penglepasan tenaga kerja

B. Dampak Potensial
1. Perubahan iklim mikro
2. Penurunan kualitas udara ambien
3. Terjadinya kebisingan
4. Perubahan sifat tanah
5. Terjadinya erosi tanah
6. Gangguan debit air sungai
7. Penurunan kualitas air permukaan
8. Penurunan kualitas air laut
9. Penurunan kuantitas air tanah dangkal
10. Penurunan kuantitas air tanah dalam
11. Gangguan transportasi jalan darat
12. Gangguan keselamatan pelayaran
13. Gangguan vegetasi
14. Gangguan satwa
15. Gangguan biota air laut
16. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi
17. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 59


PT PERTAMINA EP -PPGM

18. Perubahan kependudukan


19. Perubahan pola kepemilikan lahan
20. Peningkatan pendapatan masyarakat
21. Adanya kesempatan berusaha
22. Penurunan kesempatan berusaha
23. Gangguan proses sosial
24. Munculnya pelapisan sosial
25. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
26. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan
27. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

C. Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting Hipotetis


a. Prakonstruksi
1. Perubahan pola kepemilikan lahan
2. Gangguan proses sosial
3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

b. Konstruksi
1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)
2. Terjadi kebisingan
3. Gangguan kelancaran lalulintas
4. Gangguan keselamatan berlalulintas
5. Kerusakan jalan dan jembatan
6. Penurunan kualitas air permukaan
7. Penurunan kualitas air laut
8. Gangguan vegetasi
9. Gangguan satwa
10. Gangguan biota air laut
11. Peningkatan pendapatan masyarakat
12. Terbukanya kesempatan berusaha
13. Gangguan proses sosial
14. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
15. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan
16. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

c. Operasi
1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)
2. Peningkatan kebisingan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 60


PT PERTAMINA EP -PPGM

3. Penurunan kualitas air laut


4. Gangguan keselamatan pelayaran
5. Gangguan biota air laut
6. Perubahan kependudukan
7. Peningkatan pendapatan masyarakat
8. Adanya kesempatan berusaha
9. Gangguan proses sosial
10. Munculnya pelapisan sosial
11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
12. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat

d. Pasca Operasi
1. Peningkatan kualitas udara ambien
2. Penurunan kebisingan
3. Peningkatan kualitas air permukaan
4. Peningkatan kualitas air laut
5. Gangguan keselamatan berlalulintas
6. Kerusakan jalan dan jembatan
7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi
8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan satwa
9. Penurunan pendapatan masyarakat
10. Hilangnya kesempatan berusaha
11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
12. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 61


PT PERTAMINA EP -PPGM

PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETIS


Prakonstruksi:
DAMPAK POTENSIAL 1. Perubahan pola kepemilikan lahan
2. Gangguan proses sosial
A. Geo-Fisik-Kimia D AMPAK PENTING HIPOTETIS 3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
Perubahan iklim mikro Konstruksi:
Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas) A. Geo-Fisik-Kimia 1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)
Terjadi kebisingan Perubahan Kualitas udara ambien (debu dan gas) 2. Terjadi kebisingan
Deskripsi Perubahan sifat tanah Terjadi kebisingan 3. Gangguan kelancaran lalulintas
Rencana Kegiatan Terjadi erosi tanah Penurunan kualitas air permukaan 4. Gangguan keselamatan berlalulintas
Penurunan debit air sungai Penurunan kualitas air laut 5. Kerusakan jalan dan jembatan
Prakonstruksi Penurunan kualitas air permukaan Gangguan kelancaran lalulintas 6. Penurunan kualitas air permukaan
Konstruksi Penurunan kualitas air laut Gangguan keselamatan berlalulintas 7. Penurunan kualitas air laut
Operasi Penurunan kuantitas air tanah Kerusakan jalan dan jembatan 8. Gangguan vegetasi
Pasca Operasi Gangguan kelancaran lalulintas Gangguan keselamatan pelayaran 9. Gangguan satwa
Gangguan keselamatan berlalulintas 10. Gangguan biota air laut
Kerusakan jalan dan jembatan 11. Adanya kesempatan berusaha
B. Komponen Biologi
Gangguan keselamatan pelayaran Gangguan vegetasi 12. Peningkatan pendapatan masyarakat
13. Gangguan proses sosial
Gangguan satwa
B. Komponen Biologi Gangguan biota air laut 14. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
Gangguan vegetasi 15. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan
Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan
Gangguan satwa vegetasi 16. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat
Gangguan biota air laut Operasi:
Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan
Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan satwa 1. Penurunan kualitas udara ambien (debu dan gas)
vegetasi 2. Peningkatan kebisingan
Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan C. Komponen Sosekbud 3. Penurunan kualitas air laut
satwa Perubahan kependudukan 4. Gangguan keselamatan pelayaran
5. Gangguan biota air laut
Perubahan pola kepemilikan lahan
C. Komponen Sosekbud Peningkatan pendapatan masyarakat 6 Perubahan kependudukan
Deskripsi Rona 7. Peningkatan pendapatan masyarakat
Perubahan kependudukan Adanya kesempatan berusaha
Lingkungan Awal 8. Adanya Kesempatan berusaha
Perubahan pola kepemilikan lahan Gangguan proses sosial
Peningkatan pendapatan masyarakat 9. Gangguan proses sosial
Komponen Geo-Fisik- Munculnya pelapisan sosial
Adanya kesempatan berusaha Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 10. Munculnya pelapisan sosial
Kimia 11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
Gangguan proses sosial
Komponen Biologi 12. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat
Munculnya pelapisan sosial D. Komponen Kesmas
Komponen Sosial Pasca Operasi:
Perubahan sikap dan persepsi masyarakat Penurunan kualitas sanitasi lingkungan
Ekonomi Budaya 1. Peningkatan kualitas udara ambien
Komponen Kesehatan Penurunan tingkat kesehatan masyarakat
D. Komponen Kesmas 2. Penurunan kebisingan
Masyarakat 3. Peningkatan kualitas air permukaan
Penurunan kualitas sanitasi lingkungan
Penurunan tingkat kesehatan masyarakat 4. Peningkatan kualitas air laut
5. Gangguan keselamatan berlalulintas
6. Kerusakan jalan dan jembatan
IDENTIFIKASI DAMPAK EVALUASI DAMPAK KLASIFIKASI DAN 7. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan
POTENSIAL POTENSIAL PRIORITAS
vegetasi
8. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan
satwa
9. Penurunan pendapatan masyarakat
10. Penurunan kesempatan berusaha
Gambar 4.3. Kerangka Proses Pelingkupan Kegiatan Proyek Pengembangan Gas 11. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah 12. Penurunan sanitasi lingkungan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 62


PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 4.4.
Bagan Alir Dampak Hipotetik Kegiatan Hulu Proyek Pengembangan Gas Matindok

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 63


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.2. Ringkasan Jenis-jenis Dampak Hipotetis Rencana Kegiatan Proyek


Pengembangan Gas Matindok Di Bagian Hilir

Komponen Rencana Kegiatan


Pra- Pasca
Konstruksi Operasi
No Komponen Lingkungan Konst. Operasi
1 2 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4
Alt-1 Alt-2
GEO-FISIK-KIMIA
1 Kualitas udara ambien
2 Kebisingan
3 Kualitas air permukaan
4 Kualitas air laut
5 Transportasi darat
6 Keselamatan pelayaran
BIOLOGI
1 Vegetasi +
2 Satwa +
4 Biota air laut
SOS-EK-BUD
1 Kependudukan
2 Pola kepemilikan lahan
3 Pendapatan masyarakat + + + +
4 Kesempatan berusaha + + +
5 Proses sosial
6 Pelapisan sosial
7 Sikap & persepsi masyarakat
KESEHATAN MASY.
1 Sanitasi lingkungan
2. Tingkat kesehatan masyarakat

Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi C. Tahap Operasi
1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 1. Penerimaan tenaga kerja
2. Penerimaan tenaga kerja 2. Operasional Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas
pendukungnya
B. Tahap Konstruksi 3. Pemeliharaan fasilitas produksi
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan
2. Pembukaan dan pematangan lahan D. Tahap Pasca Operasi
3. Konstruksi komplek Kilang LNG dan Pelabuhan 1. Penghentian operasi Kilang LNG
Khusus 2. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan (kilang dan Pelabuhan
Alternatif -1, Desa Uso, Kecamatan Batui Khusus)
Alternatif -2, Desa Padang, Kecamatan Kintom 3. Revegetasi
4. Penglepasan tenaga kerja 4. Penglepasan tenaga kerja

Keterangan: = dampak negatif


+ = dampak positif

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 64


PT PERTAMINA EP -PPGM

4.2. WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN


4.2.1. Batas Wilayah Studi

A. Batas Kegiatan
Batas tapak proyek adalah ruang atau lahan di mana suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan akan melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi.
Penentuan batas kegiatan didasarkan pada rencana pengembangan gas Matindok di
Lapangan Donggi, Minahaki, Sukamaju, Matindok dan Maleo Raja; pemasangan pipa dan
pembangunan LNG Plant termasuk fasilitas pelabuhan khusus. Tapak lahan yang diperlukan
untuk pembangunan fasilitas manifold station di tiga lokasi yaitu adalah lebih kurang 3 x
masing-masing lokasi 1 ha (3 ha); untuk pembangunan BS di tiga lokasi seluas 30 ha; jalur
pipa flowline di lima lokasi tersebut adalah membutuhkan lahan 8 meter lebar x 35
kilometer panjang flowline (14 ha); Kompleks Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas
pendukung seluas lebih kurang 300 ha (dengan alternatif lokasi di Uso atau di Padang);
dan sistem pemipaan gas 20 meter lebar x 60 km panjang pipa (120 ha). Lokasi ini perlu
dipersiapkan sebelum pemboran sumur-sumur pengembangan, yaitu dengan pembuatan
jalan masuk lokasi (pembuatan jalan baru dan peningkatan jalan yang sudah ada) dengan
panjang kumulatif dari semua sumur 15 km dengan lebar 6 8 m (sekitar 60 ha). Jadi
luas lahan yang diperlukan untuk tapak proyek sekitar 595 ha. Lahan yang dipergunakan
akan menggunakan lahan milik masyarakat atau lainnya. Pelaksanaan pengadaan lahan
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Batas Ekologis
Dalam studi ini batas ekologis meliputi lokasi-lokasi lapangan gas, jalur pipa (darat dan
laut) dan fasilitas Kilang LNG serta wilayah di luarnya yang diperkirakan merupakan daerah
sebaran dampak. Daerah-daerah tersebut terdiri dari area lahan basah berupa persawahan,
daerah perkebunan, hutan dan aliran air tawar dan air laut serta pemukiman penduduk.

Sebaran debu diperkirakan menyebar sejauh 200 m dari kiri-kanan pipa dan lokasi kegiatan
lainnya. Sebaran dampak melalui aliran air diperkirakan tidak akan lebih dari 1 km ke arah
hilir dari saluran air termasuk sungai yang terpotong jalur pipa dan dari pipa pembuangan
limbah cair dari fasilitas produksi gas dan LNG; dan penyebaran dampak melalui aliran air
laut tidak akan lebih dari 2 km dari sekitar Pelabuhan Khusus fasilitas Kilang LNG.
Penyebaran kebisingan dan emisi gas dari proses produksi gas dan LNG dari fasilitas
produksi gas (BS) di di Donggi dan Matindok serta Kilang LNG di Batui atau Kintom diduga
tidak akan melebihi penyebaran debu dan aliran air. Sementara dampak terhadap satwa di
SM Bakiriang tidak akan melebihi 3 km kanan kiri pipa yang melewati kawasan konservasi
tersebut. Untuk batas ekologis di laut: umumnya digunakan kecepatan arus dalam 1 jam;
sehingga jarak batas ekologis ke arah laut dari daratan adalah: 3600 x 0,9 = 3140 m (
3,5 km).

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 65


PT PERTAMINA EP -PPGM

C. Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan berlangsungnya
berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan
(struktur sosial), sesuai dengan dinamika kelompok masyarakat yang diprakirakan
terpengaruh akibat kegiatan Pengembangan Gas Matindok. Justifikasi batas sosial adalah
adanya interaksi masyarakat dengan adanya kegiatan pembebasan lahan untuk tapak MS,
BS, pipa dan Kilang LNG; pemasangan jalur pipa, pembangunan BS dan pembangunan
Kilang LNG serta mobilisasi dan demobilisasi alat/bahan/ personil. Desa yang menjadi batas
sosial disajikan pada Tabel 4.3.

D. Batas Administrasi
Batas administrasi adalah wilayah desa/kelurahan dimana kegiatan proyek berlangsung,
seperti disajikan pada Tabel 4.4.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 66


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.3. Desa/Kelurahan yang Menjadi Batas Sosial Kegiatan


Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai
Sulawesi Tengah

Kecamatan Desa/Kelurahan Justifikasi Batas Sosial

Mobilisasi dan
Tapak Tapak
Jalur Tapak Tapak demobilisasi peralatan,
No Nama No Nama Block Kilang
pipa sumur MS material dan tenaga
Station LNG
kerja
1 Padang V V* V
1. Kintom 2 Tangkiang V V
3 Kalolos v v
2. Batui 4 Uso V V** V
5 Honbola V
6 Lamo V V
7 Balantang V V
8 Bugis V V
9 Batui V V
10 Tolando V V
11 Sisipan V V
12 Ondo-ondolu I V V
13 Nonong V V
14 Kayowa V V
15 Masing V V
16 Batui IV V V
17 Batui 21 V V
18 Sukamaju I V V V V
19 Bonebalantak V V
20 Sinorang V V V V
3. Toili 21 Mulyoharjo V V
22 Argo Kencana V V V
23 Minahaki V V v V
24 Rusa Kencana V V V V
25 Agro Estate V V
26 Singkoyo V V
27 Tolisu V V
28 Bukit Jaya V V
4. Toili Barat 29 Uwelolu V V
30 Pandan Wangi V V V
31 Dongin V V V
32 Kamiwangi V V V
33 Sendang Sari V V V
34 Bukit Makarti V V
35 Bukit Harapan V V
36 Makapa V V V V
37 Karya Makmur V V V

Keterangan: *: Lokasi LNG alternatif 1


**: Lokasi LNG alternatif 2

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 67


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.4. Desa/Kelurahan yang Menjadi Batas Administrasi Kegiatan


Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai
Sulawesi Tengah

Kecamatan Desa/Kelurahan

No. Nama No Nama


1. Kintom 1 Padang
2 Tangkiang
3 Kalalos
2. Batui 4 Uso
5 Honbola
6 Lamo
7 Balantang
8 Bugis
9 Batui
10 Tolando
11 Sisipan
12 Ondo-ondolu I
13 Nonong
14 Kayowa
15 Masing
16 Batui IV
17 Batui 21
18 Sukamaju I
19 Bonebalantak
20 Sinorang
3. Toili 21 Mulyoharjo
22 Argo Kencana
23 Minahaki
24 Rusa Kencana
25 Agro Estate
26 Singkoyo
27 Tolisu
28 Bukit Jaya
4. Toili Barat 29 Uwelolu
30 Pandan Wangi
31 Dongin
32 Kamiwangi
33 Sendang Sari
34 Bukit Makarti
35 Bukit Harapan
36 Makapa
37 Karya Makmur

4.2.2. Batas Waktu Kajian

a. Batas waktu kajian Bagian Hulu


Berikut ini adalah batas waktu kajian Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian
Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 68


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.5. Batas Waktu Kajian


Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu
di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

TAHAP
JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN
KEGIATAN

PRA
SOSIAL
KONSTRUKSI
Perubahan pola kepemilikan 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Selama tahap prakonstruksi
lahan
Pendapatan masyarakat 1. Penerimaan tenaga kerja setempat Sampai tahap konstruksi
Proses sosial 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Dapat berlangsung sampai
tahap operasional
2. Penerimaan tenaga kerja setempat
Sikap dan persepsi masyarakat 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Sampai tahap konstruksi
2. Penerimaan tenaga kerja setempat
KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA
Kualitas udara ambien 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material Sesaat
dan tenaga kerja
2. Pembukaan dan pematangan lahan Selama kegiatan berlangsung
3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1 Selama kegiatan berlangsung
5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2 Selama kegiatan berlangsung
6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3 Selama kegiatan berlangsung
Kebisingan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material Sesaat
dan tenaga kerja
2. Pembukaan dan pematangan lahan Selama kegiatan berlangsung
3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1 Selama kegiatan berlangsung
5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2 Selama kegiatan berlangsung
6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3 Selama kegiatan berlangsung
Erosi tanah 1. Pembukaan dan pematangan lahan Selama kegiatan berlangsung
Gangguan sistem drainase dan 1. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung
irigasi
Kualitas air permukaan 1. Pembukaan dan pematangan lahan Selama kegiatan berlangsung
2. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung
Kualitas air laut 1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung
2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2 Selama kegiatan berlangsung
Transportasi darat (gangguan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material Selama kegiatan berlangsung
kelancaran lalulintas) dan tenaga kerja
2. Pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung
Transportasi darat (gangguan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material Selama kegiatan berlangsung
keselamatan berlalulintas) dan tenaga kerja
2. Pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung
Kerusakan jalan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material Sampai kerusakan jalan
dan tenaga kerja diperbaiki

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 69


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.5. Lanjutan

TAHAP
JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN
KEGIATAN

KONSTRUKSI BIOLOGI
Penurunan kelimpahan dan 1. Pembukaan dan pematangan lahan Sampai tahap operasional
keanekaragaman vegetasi
Gangguan satwa 1. Pembukaan dan pematangan lahan Sampai tahap operasional
2. Konstruksi fasilitas produksi gas Sampai tahap operasional
3. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 1) Sampai tahap operasional
4. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 2) Sampai tahap operasional
5. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 3) Sampai tahap operasional
Penurunan keanekaragaman 1. Konstruksi Block Station (BS) Selama kegiatan berlangsung
dan kelimpahan biota air tawar
2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung
Penurunan keanekaragaman 1. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 3) Selama kegiatan berlangsung
dan kelimpahan biota air laut
SOSIAL
Peningkatan pendapatan 1. Pembukaan dan pematangan lahan
masyarakat 2. Kegiatan konstruksi BS dan GPF
3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1
Selama kegiatan konstruksi
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2
5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3
Kesempatan berusaha 1. Pembukaan dan pematangan lahan
2. Kegiatan konstruksi BS dan GPF
Selama kegiatan konstruksi
3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2
5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3
Gangguan proses sosial 1. Kegiatan konstruksi BS dan GPF
2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1
Selama kegiatan konstruksi
3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3
Perubahan sikap dan persepsi 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material
masyarakat dan tenaga kerja
2. Konstruksi BS dan GPF
3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 1 Selama kegiatan konstruksi
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 2
5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3
6. Penglepasan tenaga kerja
KESEHATAN MASYARAKAT
1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF
Selama kegiatan konstruksi
Penurunan sanitasi lingkungan 2. Pemasangan pipa penyalur gas Alt.1 dan 2
3. Pemasangan pipa penyalur gas Alt. 3

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 70


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.5. Lanjutan

TAHAP
JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN
KEGIATAN

OPERASI GEOFISIK KIMIA


Kualitas udara ambien (debu 1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan operasional
dan gas)
2. Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) Selama kegiatan operasional
Kebisingan 1. Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) Selama kegiatan operasional
Penurunan kualitas air 1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan operasional
permukaan 2. Operasional produksi di GPF Selama kegiatan operasional
Penurunan kualitas air laut 1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF Selama kegiatan operasional
2. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan operasional
Gangguan keselamatan 1. Penyaluran kondensat dan sulfur dengan Selama kegiatan operasional
berlalulintas transportasi darat
Kerusakan jalan dan jembatan 1. Penyaluran kondensat dan sulfur dengan Selama kegiatan operasional
transportasi darat
BIOLOGI
Penurunan keanekaragaman 1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan pemboran
dan kelimpahan biota air tawar 2. Kegiatan operasi fasilitas produksi (BS & GPF) Selama kegiatan operasional

SOSIAL
Perubahan Kependudukan 1. Penerimaan tenaga kerja Berlangsung sampai pasca
operasional
Peningkatan Pendapatan 1. Penerimaan tenaga kerja Selama kegiatan berlangsung
masyarakat
2. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan berlangsung
3. Operasi produksi gas di GPF Selama kegiatan berlangsung
Adanya kesempatan berusaha 1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan berlangsung
2. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (GPF) Selama kegiatan berlangsung
Gangguan proses sosial 1. Penerimaan tenaga kerja Berlangsung sampai pasca
operasional
2. Kegiatan operasi produksi gas di GPF
Pelapisan sosial 1. Operasi produksi di GPF Berlangsung sampai pasca
operasional
Perubahan sikap dan persepsi 1. Penerimaan tenaga kerja Selama kegiatan operasional
masyarakat
2. Pemboran sumur pengembangan
3. Kegiatan operasi produksi gas di GPF
4. Penyaluran gas dan kondensat melalui pipa
KESEHATAN MASYARAKAT
Gangguan sanitasi lingkungan 1. Operasional fasilitas produksi gas di GPF Selama kegiatan operasional
Tingkat kesehatan masyarakat 1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan operasional
1. Kegiatan operasi produksi gas BS dan GPF Selama kegiatan operasional
GEOFISIK KIMIA
PASCA OPERASI Peningkatan kualitas udara 1. Penghentian operasi produksi (BS dan GPF) Sesaat setelah Penghentian
ambien operasi produksi (BS dan GPF)
Penurunan tingkat kebisingan 1. Penghentian operasi produksi (BS dan GPF)
Peningkatan kualitas air laut 1. Penghentian operasi produksi (BS dan GPF)
Gangguan keselamatan 1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan Selama kegiatan berlangsung
berlaluintas
Kerusakan jalan 1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan Sampai kerusakan jalan
diperbaiki

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 71


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.5. Lanjutan

TAHAP
JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN
KEGIATAN
BIOLOGI
Peningkatan keanekaragaman 1. Revegetasi Setelah kegiatan revegetasi
dan kerapatan vegetasi
Peningkatan keanekaragaman 1. Revegetasi Setelah kegiatan revegetasi
dan kemelimpahan satwa
SOSIAL
Penurunan pendapatan 1. Penglepasan tenaga kerja Sesaat setelah kegiatan
masyarakat Penglepasan Tenaga Kerja
Hilangnya kesempatan usaha 1. Penghentian operasi produksi gas di GPF Sesaat setelah kegiatan
Perubahan sikap dan persepsi 1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan Setelah kegiatan berlangsung
masyarakat 2. Penglepasan tenaga kerja Setelah kegiatan berlangsung

b. Batas waktu kajian Bagian Hilir


Berikut ini adalah batas waktu kajian Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian
Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah.

Tabel 4.6. Batas Waktu Kajian


Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hilir
di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

TAHAP
JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN
KEGIATAN

PRA Perubahan pola kepemilikan 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Selama tahap prakonstruksi
KONSTRUKSI lahan
Proses sosial 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Dapat berlangsung sampai
tahap konstruksi
Sikap dan persepsi masyarakat 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Dapat berlangsung sampai
tahap konstruksi
KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA
Kualitas udara ambien 1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung
Kebisingan 1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan Selama kegiatan berlangsung
GPF
Erosi tanah 1. Pembukaan dan pematangan lahan Selama tahap konstruksi
Gangguan sistem drainase dan 1. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung
irigasi
Kualitas air permukaan 1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung
Transportasi darat (gangguan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material Selama kegiatan berlangsung
kelancaran lalulintas) dan tenaga kerja
2. Pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung
Transportasi darat (gangguan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material Selama kegiatan berlangsung
keselamatan berlalulintas) dan tenaga kerja
2. Pemasangan pipa penyalur gas Selama kegiatan berlangsung
Kerusakan jalan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material Sampai kerusakan jalan
dan tenaga kerja diperbaiki

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 72


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.6. Lanjutan

TAHAP
JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN
KEGIATAN

KONSTRUKSI BIOLOGI
Penurunan kelimpahan dan 1. Pembukaan dan pematangan lahan Berlangsung sampai kegiatan
keanekaragaman vegetasi land scaping
Gangguan satwa 1. Pembukaan dan pematangan lahan Selama kegiatan berlangsung
2. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 1) Selama kegiatan berlangsung
3. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 2) Selama kegiatan berlangsung
4. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 3) Selama kegiatan berlangsung
Gangguan biota air tawar 1. Konstruksi Block Station (BS) Selama kegiatan berlangsung
2. Kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur gas Selama kegiatan berlangsung
Gangguan Biota air laut 1. Pemasangan pipa penyalur gas (Alt. 3) Selama kegiatan berlangsung
(plankton, benthos, terumbu
karang, ikan)
SOSIAL
Peningkatan pendapatan 1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Selama kegiatan berlangsung
masyarakat
Gangguan proses sosial 1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF Dapat berlangsung sampai
2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur Gas Alt. 1 tahap operasional

3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur Gas Alt. 2


4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur Gas Alt. 3
Perubahan sikap dan persepsi 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material Selama kegiatan berlangsung
masyarakat dan tenaga kerja
2. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF Selama kegiatan berlangsung
Penurunan sanitasi lingkungan 1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF Selama kegiatan berlangsung
OPERASI GEOFISIK KIMIA
Kualitas udara ambien 1. Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) Selama kegiatan operasi
(debu dan gas)
Gangguan keselamatan 1. Penyaluran kondensat dan sulfur dengan Selama kegiatan berlangsung
berlalulintas transportasi darat
Kerusakan jalan dan jembatan 1. Penyaluran kondensat dan sulfur dengan Sampai kerusakan jalan
transportasi darat diperbaiki
BIOLOGI
Gangguan biota air tawar 1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan berlangsung
2. Kegiatan operasi fasilitas produksi (BS &GPF) Selama kegiatan operasi
SOSIAL
Adanya kesempatan berusaha 1. Pemboran sumur pengembangan Selama kegiatan operasi
2. Operasi produksi di GPF Selama kegiatan operasi
Gangguan proses sosial 1. Penerimaan tenaga kerja Dapat berlangsung sampai
pasca operasi
2. Operasi produksi di GPF Dapat berlangsung sampai
pasca operasi
Pelapisan sosial 1. Operasi produksi di GPF Dapat berlangsung sampai
pasca operasi
Perubahan sikap dan persepsi 1. Penerimaan tenaga kerja Selama kegiatan operasi
masyarakat
2. Operasi produksi di GPF Selama kegiatan operasi
KESEHATAN ASYARAKAT
Tingkat kesehatan masyarakat 1. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas BS & GPF Dapat berlangsung sampai
pasca operasi

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 73


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.6. Lanjutan

TAHAP JENIS DAMPAK HIPOTETIK SUMBER DAMPAK BATAS WAKTU KAJIAN


KEGIATAN
PASCA OPERASI GEOFISIK KIMIA
Gangguan keselamatan 1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan Selama kegiatan berlangsung
berlaluintas
Kerusakan jalan 1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan Sampai kerusakan jalan
diperbaiki
BIOLOGI
Peningkatan keanekaragam-an 1. Revegetasi Setelah dilakukan revegetasi
dan kerapatan vegetasi
Peningkatan keanekaragam-an 1. Revegetasi Setelah dilakukan revegetasi
dan kemelimpahan satwa
SOSIAL
Perubahan sikap dan persepsi 1. Penglepasan tenaga kerja Setelah kegiatan berlangsung
masyarakat

Batas wilayah studi yang merupakan resultante dari batas tapak proyek, batas ekologis,
batas sosial dan batas administrasi disajikan pada Gambar 4.5.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 74


PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 4.5. Peta Batas Wilayah Studi AMDAL

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 75


PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab- 5
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
5.1. PRAKIRAAN DAMPAK PADA KEGIATAN HULU
5.1.1. Prakiraan Besaran Dampak

Tabel 5.1. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan
Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

Tahap Rencana Besaran


Rencana Kegiatan Parameter Lingkungan
Kegiatan Dampak
A. Pra 1. Pembebasan lahan dan Pola kepemilikan lahan 2
Konstruksi tanam tumbuh Proses sosial 2
Sikap dan persepsi masyarakat 2

2. Penerimaan tenaga kerja Proses sosial 1


Sikap dan persepsi masyarakat 1

B. Konstruksi 1. Mobilisasi dan demobilisasi Kualitas udara 2


peralatan, material dan Kebisingan 1
kenaga kerja Keselamatan berlalulintas 2
Kerusakan jalan dan jembatan 2
Sikap dan persepsi masyarakat 2

2. Pembukaan dan pematangan Kualitas udara 1


lahan Kebisingan 1
Terjadinya erosi tanah 2
Vegetasi 3
Satwa liar 2
Pendapatan masyarakat +1
Kesempatan berusaha +1

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 76


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.1. Lanjutan

Tahap Rencana Rencana Kegiatan Parameter Lingkungan Besaran


Kegiatan Dampak
3. Konstruksi BS & GPF Kualitas udara 2
Kebisingan 2
Kualitas air permukaan 2
Kualitas air laut 1
Satwa liar 1
Biota air tawar 1
Pendapatan masyarakat +1
Kesempatan berusaha +1
Proses sosial 2
Sikap dan persepsi masyarakat 2
Sanitasi lingkungan 2

4. Pemasangan pipa penyalur Kualitas udara (alt- 1) 1


gas (alt- 2) 1
(alt- 3) 1
Kebisingan (alt- 1) 1
(alt- 2) 1
(alt- 3) 1
Kualitas air laut (alt- 3) 2
Gangguan sistem irigasi & drainase 2
Kelancaran lalulintas 2
Keselamatan berlalulintas 3
Satwa liar (alt-1) 2
(alt-2) 2
(alt-3) 3
Biota air tawar 1
Biota air laut 1
Pendapatan masyarakat (alt-1) +1
(alt-2) +1
(alt-3) +1
Kesempatan berusaha (alt-1) +1
(alt-2) +1
(alt-3) +1
Proses sosial (alt-1) 2
(alt-2) 2
(alt-3) 2
Sikap dan persepsi masyarakat (alt-1) 1
(alt-2) 1
(alt-3) 1
Sanitasi lingkungan (alt-1) 2
(alt-2) 2
(alt-3) 1
5. Penglepasan tenaga kerja Pendapatan masyarakat 1
Sikap dan persepsi masyarakat 1

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 77


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.1. Lanjutan

Tahap Rencana Rencana Kegiatan Parameter Lingkungan Besaran


Kegiatan Dampak
C. Operasi 1. Penerimaan tenaga kerja Kependudukan 1
Proses sosial 2
Sikap dan persepsi masyarakat 2

2. Pemboran sumur Kualitas udara 2


pengembangan Kualitas air permukaan 2
Kualitas air laut 1
Biota air tawar 1
Pendapatan masyarakat +1
Kesempatan berusaha +2
Tingkat kesehatan masyarakat 2

3. Operasi produksi di GPF Kualitas udara 2


Kebisingan 1
Kualitas air permukaan 2
Biota air tawar 1
Pendapatan masyarakat +1
Kesempatan berusaha +2
Proses sosial 2
Pelapisan sosial 2
Sikap dan persepsi masyarakat 2
Tingkat kesehatan masyarakat 2

4. Penyaluran gas melalui pipa Sikap dan persepsi masyarakat 1

5. Pengangkutan kondensat Keselamatan berlalulintas 2


dan sulfur dengan transport Kerusakan jalan dan jembatan 2
darat

D. Pasca Operasi 1. Penghentian operasi Kualitas udara +1


produksi gas Kebisingan +2
Kualitas air permukaan +1
Kualitas air laut +1
Kesempatan berusaha 1

2. Pembongkaran dan Keselamatan berlalulintas +2


Demobilisasi peralatan Kerusakan jalan 2
Sikap dan persepsi masyarakat 1

3. Revegetasi Vegetasi +2
Satwa liar +2

4. Penglepasan tenaga kerja Pendapatan masyarakat 1


Sikap dan persepsi masyarakat 2

Keterangan:
Angka (1), (2), dan (3) menunjukkan alternatif kegiatan.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 78


PT PERTAMINA EP -PPGM

5.1.2. Sifat Penting Dampak

Tabel 5.2. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan
Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

Kriteria Dampak Jumlah


Tahap
Kriteria
Rencana Rencana Kegiatan Parameter Lingkungan
1 2 3 4 5 6 Penting
Kegiatan (P)
A. Pra 1. Pembebasan lahan Pola kepemilikan lahan P P P P TP TP 4P
Konstruksi dan tanam tumbuh Proses sosial P P P P TP TP 4P
Sikap dan persepsi masyarakat P P P P TP TP 4P

2. Penerimaan tenaga Proses sosial TP P TP P TP TP 2P


kerja Sikap dan persepsi masyarakat TP P TP P TP TP 2P

B. Konstruksi 1. Mobilisasi dan demo- Kualitas udara P P TP P TP TP 3P


bilisasi peralatan Kebisingan TP P TP P TP TP 2P
Keselamatan berlalulintas P P P P TP TP 4P
Kerusakan jalan dan jembatan P P P P P P 6P
Sikap dan persepsi masyarakat P P TP P TP TP 3P

2. Pembukaan dan Kualitas udara TP TP TP P TP TP 1P


pematangan lahan Kebisingan P TP TP TP TP TP 1P
Terjadinya erosi tanah P P TP P TP P 4P
Vegetasi TP TP P P P TP 3P
Satwa liar TP P P P P TP 4P
Pendapatan masyarakat TP TP TP TP TP P 1P
Kesempatan berusaha TP TP TP P TP P 2P

3. Konstruksi BS & GPF Kualitas udara TP TP P P TP TP 2P


Kebisingan P P P P TP TP 4P
Kualitas air permukaan P P TP P TP TP 3P
Kualitas air laut P TP TP P TP TP 2P
Satwa liar TP P TP P TP TP 2P
Biota air tawar P P TP P TP TP 3P
Pendapatan masyarakat TP TP TP TP TP P 1P
Kesempatan berusaha TP TP TP P TP P 2P
Proses sosial P P P P TP TP 4P
Sikap dan persepsi masyarakat P P P P TP TP 4P
Sanitasi lingkungan P P P TP TP TP 3P

4. Pemasangan pipa Kualitas udara (alt- 1) P P TP P TP TP 3P


penyalur gas (alt- 2) TP P TP P TP TP 2P
(alt- 3) TP P TP P TP TP 2P
Kebisingan (alt- 1) P P TP P TP TP 3P
(alt- 2) TP TP TP P TP TP 1P
(alt- 3) TP P TP P TP TP 2P
Kualitas air laut (alt- 3) P P TP P TP TP 3P
Gangguan sistem irigasi & drainase P P TP P TP TP 3P
Kelancaran lalulintas TP P TP P TP TP 2P
Keselamatan berlalulintas P P TP P TP TP 3P
Satwa liar (alt-1) TP P TP P P TP 3P
(alt-2) TP P TP P P TP 3P
(alt-3) TP P P P P P 5P

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 79


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.2. Lanjutan


Kriteria Dampak Jumlah
Tahap
Rencana Rencana Kegiatan Parameter Lingkungan Kriteria
1 2 3 4 5 6 Penting
Kegiatan
(P)
B. Konstruksi 4. Pemasangan pipa Biota air tawar P P TP P TP TP 3P
penyalur gas Biota air laut P TP TP P P P 4P
Pendapatan masyarakat (alt-1) TP TP TP TP TP TP 0
(alt-2) TP TP P TP TP TP 1P
(alt-3) TP TP P TP TPT TP 1P
Kesempatan berusaha (alt-1) TP TP TP P TP P 2P
(alt-2) TP TP P P TP P 3P
(alt-3) TP TP P P TP P 3P
Proses sosial (alt-1) P P P P TP TP 4P
(alt-2) P P P P TP TP 4P
(alt-3) P P P P TP TP 4P
Sikap dan persepsi masyarakat (alt-1) TP TP TP TP TP TP 0
(alt-2) TP TP TP TP TP TP 0
(alt-3) TP TP TP TP TP TP 0
Sanitasi lingkungan (alt-1) P P P TP TP TP 3P
(alt-2) P P P TP TP TP 3P
(alt-3) TP TP TP TP TP TP 0
5. Penglepasan tenaga Pendapatan masyarakat TP P TP P TP TP 2P
kerja Sikap dan persepsi masyarakat TP P TP P TP TP 2P

C. Operasi 1. Penerimaan tenaga Kependudukan TP TP TP P TP TP 1P


kerja Proses sosial P P P P TP TP 4P
Sikap dan persepsi masyarakat P P P P TP TP 4P

2. Pemboran sumur Kualitas udara TP TP P TP TP TP 1P


pengembangan Kualitas air permukaan P P TP P TP TP 3P
Kualitas air laut TP TP TP P TP TP 1P
Biota air tawar P P P P TP TP 4P
Pendapatan masyarakat TP TP TP P TP P 2P
Kesempatan berusaha P P P P TP P 5P
Tingkat kesehatan masyarakat P P P TP TP P 4P

3. Operasi produksi Kualitas udara P P P TP TP TP 3P


di GPF Kebisingan TP TP P TP TP TP 1P
Kualitas air permukaan P P TP P P TP 4P
Biota air tawar P P P P TP TP 4P
Pendapatan masyarakat TP TP TP P TP P 2P
Kesempatan berusaha P P P P TP P 5P
Proses sosial TP TP TP P TP TP 1P
Pelapisan sosial P P P P TP TP 4P
Sikap dan persepsi masyarakat P P P P TP TP 4P
Tingkat kesehatan Masyarakat P TP P P P TP 4P

4. Penyaluran gas Sikap dan persepsi masyarakat TP TP P P TP TP 2P


melalui pipa
5. Pengangkutan kon- Keselamatan berlalulintas P P P P TP TP 4P
densat dan sulfur Kerusakan jalan dan jembatan P P P P P P 6P
dengan transport
darat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 80


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.2. Lanjutan

Tahap Kriteria Dampak Jumlah


Kriteria
Rencana Rencana Kegiatan Parameter Lingkungan
1 2 3 4 5 6 Penting
Kegiatan
(P)
D. Pasca 1. Penghentian operasi Kualitas udara TP TP TP P TP TP 1P
Operasi produksi gas Kebisingan TP P TP P TP TP 2P
Kualitas air permukaan TP TP P P TP TP 2P
Kualitas air laut TP TP P P TP TP 2P
Kesempatan berusaha TP TP TP P TP TP 1P

2. Pembongkaran dan Keselamatan berlalulintas P P TP P TP TP 3P


Demobilisasi peralatan Kerusakan jalan P P TP P P P 5P
Sikap dan persepsi masyarakat TP TP TP P TP TP 1P

3. Revegetasi Vegetasi P TP P P P TP 4P
Satwa liar P TP P P P TP 4P

4. Penglepasan tenaga Pendapatan masyarakat TP P TP P TP TP 2P


kerja Sikap dan persepsi masyarakat P P TP P TP TP 3P

Keterangan:
Angka (1), (2), dan (3) menunjukkan alternatif kegiatan.

5.2. PRAKIRAAN DAMPAK PADA KEGIATAN HILIR


5.2.1. Prakiraan Besaran Dampak

Tabel 5.3. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan
Gas Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

Tahap Rencana Besaran


Rencana Kegiatan Parameter Lingkungan
Kegiatan Dampak
A. Pra 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh Pola kepemilikan lahan (alt-1 & 2) 2
Konstruksi Proses sosial (alt-1 & 2) 2
Sikap dan persepsi masyarakat(alt-1 & 2) 2
2. Penerimaan tenaga kerja Proses sosial 2
Sikap dan persepsi masyarakat 2
B. Konstruksi 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan Keselamatan berlalulintas 2
Kerusakan jalan dan jembatan 2
Pendapatan masyarakat +1
2. Pembukaan dan pematangan lahan Vegetasi 3
Satwa liar 2
Kesempatan berusaha (alt-1 & 2) +1
3. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Kualitas udara 1 (Uso) 2
Pelabuhan Khusus Kualitas udara 2 (Padang) 2
Kebisingan (alt-1 & 2) 2
Kualitas air permukaan (alt-1 & 2) 2
Kualitas air laut 2
Biota air laut (alt-1 & 2) 1
Kelancaran lalulintas 2
Keselamatan berlalulintas 2
Kesempatan berusaha (alt-1 & 2) +2
Pendapatan masyarakat (alt-1 & 2) +2
Proses sosial (alt-1 & 2) 2
Sikap dan persepsi masyarakat(alt-1 & 2) 2
Sanitasi lingkungan (alt-1 & 2) 2
4. Penglepasan tenaga kerja Pendapatan masyarakat 1
Sikap dan persepsi masyarakat 1

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 81


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.3. Lanjutan


Tahap Rencana Besaran
Rencana Kegiatan Parameter Lingkungan
Kegiatan Dampak
C. Operasi 1. Penerimaan tenaga kerja Kependudukan 1
Proses sosial 2
Sikap dan persepsi masyarakat 2

2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Kualitas udara 2


Khusus dan fasilitas pendukungnya Kebisingan 2
Kualitas air laut 2
Biota air laut (alt-1 & 2) 1
Keselamatan pelayaran 2
Kesempatan berusaha +2
Pendapatan masyarakat +2
Proses sosial 2
Pelapisan sosial 2
Sikap dan persepsi masyarakat 2
Tingkat kesehatan masyarakat 2

D. Pasca 1. Penghentian operasi Kilang LNG Kualitas udara +1


Operasi Kebisingan +1
Kualitas air permukaan +1
Kualitas air laut +2
Kesempatan berusaha 1

2. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan Keselamatan berlalulintas 2


(kilang dan Pelabuhan Khusus) Kerusakan jalan dan jembatan 2
Sikap dan persepsi masyarakat 1
Sanitasi lingkungan 2

3. Revegetasi Vegetasi +1
Satwa liar +2

4. Penglepasan tenaga kerja Penurunan pendapatan masyarakat 1


Sikap dan persepsi masyarakat 2

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 82


PT PERTAMINA EP -PPGM

5.2.2. Sifat Penting Dampak

Tabel 5.4. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan
Gas Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

Kriteria Dampak Jumlah


Tahap
Kriteria
Rencana Rencana Kegiatan Parameter Lingkungan
1 2 3 4 5 6 Penting
Kegiatan (P)
A. Pra 1. Pembebasan lahan Pola kepemilikan lahan (alt-1 & 2) P P P P TP TP 4P
Konstruksi dan tanam tumbuh Proses sosial (alt-1 & 2) P P P P TP TP 4P
Sikap dan persepsi masyarakat P P P P TP TP 4P
(alt-1 & 2)
2. Penerimaan tenaga Proses sosial P P TP P TP TP 3P
kerja Sikap dan persepsi masyarakat P P TP P TP TP 3P

B. Konstruksi 1. Mobilisasi dan demo- Keselamatan berlalulintas P P P P TP TP 4P


bilisasi peralatan Kerusakan jalan dan jembatan P P P P P P 6P
Pendapatan masyarakat TP TP TP TP TP P 1P

2. Pembukaan dan Vegetasi TP TP P P P TP 3P


pematangan lahan Satwa liar TP P P P TP TP 3P
Kesempatan berusaha (alt-1 & 2) TP TP TP P TP P 2P

3. Konstruksi kompleks Kualitas udara 1 (Uso) P P P P TP TP 4P


kilang LNG dan Kualitas udara 2 (Padang) P P P P TP TP 4P
Pelabuhan Khusus Kebisingan (alt-1 & 2) P P P P TP TP 3P
Kualitas air permukaan (alt-1 & 2) P P P P TP TP 4P
Kualitas air laut P P TP P TP TP 3P
Biota air laut (alt-1 & 2) P TP TP P P TP 3P
Kelancaran lalulintas P P P P TP TP 4P
Keselamatan berlalulintas TP P P P TP TP 3P
Kesempatan berusaha (alt-1 & 2) P P P P TP P 5P
Pendapatan masyarakat (alt-1 & 2) P P P TP TP P 4P
Proses sosial (alt-1 & 2) P P P P TP TP 4P
Sikap dan persepsi masyarakat P P P P TP TP 4P
(alt-1 & 2)
Sanitasi lingkungan (alt-1 & 2) P P P P TP TP 4P
4. Penglepasan tenaga Pendapatan masyarakat P P TP TP TP TP 2P
kerja Sikap dan persepsi masyarakat P TP TP P TP TP 2P

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 83


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 5.4. Lanjutan


Kriteria Dampak Jumlah
Tahap
Rencana Rencana Kegiatan Parameter Lingkungan Kriteria
1 2 3 4 5 6 Penting
Kegiatan
(P)
C. Operasi 1. Penerimaan tenaga Kependudukan TP TP TP P TP TP 1P
kerja Proses sosial P P P P TP TP 4P
Sikap dan persepsi masyarakat P P P P TP TP 4P

2. Operasional kilang Kualitas udara TP P P P TP TP 3P


LNG, Pelabuhan Kebisingan TP P P P TP TP 3P
Khusus dan Kualitas air laut TP TP P P TP TP 2P
fasilitas pendukung- Biota air laut (alt-1 & 2) P P P P TP TP 4P
nya Keselamatan pelayaran P TP P P TP TP 3P
Kesempatan berusaha P P P P TP P 5P
Pendapatan masyarakat P P P P TP P 5P
Proses sosial P P TP P TP TP 3P
Pelapisan sosial P P P P TP TP 4P
Sikap dan persepsi masyarakat P P P P TP TP 4P
Tingkat kesehatan masyarakat P P P P TP TP 4P

D. Pasca 1. Penghentian operasi Kualitas udara TP P TP P TP TP 2P


Operasi Kilang LNG Kebisingan TP P TP P TP TP 2P
Kualitas air permukaan TP P TP P TP TP 2P
Kualitas air laut TP TP P P TP TP 2P
Kesempatan berusaha TP TP TP P TP TP 1P

2. Pembongkaran dan Keselamatan berlalulintas P P TP P TP TP 3P


demobilisasi peralatan Kerusakan jalan dan jembatan P P TP P P P 5P
(kilang dan Pelabuhan Sikap dan persepsi masyarakat TP TP TP P TP TP 1P
Khusus) Sanitasi lingkungan P P P TP TP tP 3P

3. Revegetasi Vegetasi TP TP P P P TP 3P
Satwa liar P TP P P P TP 4P

4. Penglepasan tenaga Penurunan pendapatan masyarakat P TP TP P TP TP 2P


kerja Sikap dan persepsi masyarakat P P TP P TP TP 3P

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 84


PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab- 6
EVALUASI DAMPAK PENTING

Keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak yang
termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) atau tidak dikelola (TPK) ditetapkan
berdasarkan tiga kriteria sederhana berikut:
a) Pada parameter lingkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila tingkat
kepentingan dampaknya (P) 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan
menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebihi
baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak penting
yang dikelola (PK).
b) Pada parameter lingkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: apabila (P) 3
dan besaran angka prakiraan dampak (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya masuk
kategori dampak penting yang dikelola (PK).
c) Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan tidak
dikelola (TPK).

6.1. DAMPAK KEGIATAN DI BAGIAN HULU

Derajat Besaran dan Tingkat Sifat Kepentingan Dampak Kegiatan Proyek Pengembangan Gas
Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah sebagai berikut.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 85


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.1. Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Sifat Kepentingan Dampak
Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu
di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

Tahap Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak Besaran Tingkat Kepentingan Keputusan/Kesim-
Kegiatan Dampak Dampak pulan Hasil
(+/) Jumlah P % Bobot Evaluasi (PK/TPK)
PRA SOSIAL
KONSTRUKSI
Perubahan pola kepemilikan lahan Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 2 4 66,67 PK
Gangguan proses sosial 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 2 4 66,67 PK
2. Penerimaan tenaga kerja setempat 1 2 33,33 TPK
Perubahan sikap dan persepsi 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 2 4 66,67 PK
masyarakat 2. Penerimaan tenaga kerja setempat 1 2 33,33 TPK
KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA
Penurunan kualitas udara ambien 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan 2 3 50,00 PK
tenaga kerja
2. Pembukaan dan pematangan lahan 1 1 16,67 TPK
3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF 2 2 33,33 PK
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) 1 3 50,00 TPK
5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) 1 2 33,33 TPK
6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) 1 2 33,33 TPK
Terjadi kebisingan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan 1 2 33,33 TPK
tenaga kerja
2. Pembukaan dan pematangan lahan 1 1 16,67 TPK
3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF 2 4 66,67 PK
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) 1 3 50,00 TPK
5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) 1 1 16,67 TPK
6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) 1 2 33,33 TPK
Terjadi erosi tanah Pembukaan dan pematangan lahan 2 4 66,67 PK
Gangguan sistem irigasi dan drainase Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas 2 3 50,00 PK

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 86


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.1. Lanjutan

Besaran Tingkat Kepentingan Keputusan/Kesim-


Tahap Dampak
Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak Dampak pulan Hasil
Kegiatan
(+/) Jumlah P % Bobot Evaluasi (PK/TPK)
KONSTRUKSI Penurunan kualitas air permukaan Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF 2 3 50,00 PK

1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF 1 2 33,33 TPK


Penurunan kualitas air laut
2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-23) 2 3 50,00 PK
Transportasi darat (gangguan 1. Pemasangan pipa penyalur gas 2 2 33,33 PK
kelancaran lalulintas)
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan 2 4 66,67 PK
Transportasi darat (gangguan
tenaga kerja
keselamatan berlalulintas)
2. Pemasangan pipa penyalur gas 3 3 50,00 PK
Kerusakan jalan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan 2 6 100,00 PK
tenaga kerja
BIOLOGI
Penurunan kelimpahan dan Pembukaan dan pematangan lahan 3 3 50,00 PK
keanekaragaman vegetasi
1. Pembukaan dan pematangan lahan 2 4 66,67 PK
2. Konstruksi fasilitas produksi gas 1 2 33,33 TPK
Gangguan satwa 3. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) 2 3 50,00 PK
4. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) 2 3 50,00 PK
5. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) 3 5 83,33 PK
Penurunan keanekaragaman dan 1. Konstruksi Block Station (BS) dan GPF 1 3 50,00 PK
kelimpahan biota air tawar 2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas 1 3 50,00 PK
Penurunan keanekaragaman dan Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) 1 4 66,67 PK
kelimpahan biota air laut

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 87


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.1. Lanjutan

Besaran Tingkat Kepentingan Keputusan/Kesim-


Tahap Dampak
Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak Dampak pulan Hasil
Kegiatan
(+/) Jumlah P % Bobot Evaluasi (PK/TPK)
KONSTRUKSI SOSIAL
Peningkatan pendapatan masyarakat 1. Pembukaan dan pematangan lahan +1 1 16,67 TPK
2. Kegiatan konstruksi BS dan GPF +1 1 33,33 TPK
3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) +1 0 16,67 TKP
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) +1 1 16,67 TKP
5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) +1 1 16,67 TKP
1. Pembukaan dan pematangan lahan +1 2 33,33 TPK
Adanya kesempatan berusaha 2. Kegiatan konstruksi BS dan GPF +21 2 33,33 TPK
3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) +1 2 33,33 TPK
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) +1 3 50,00 TPK
5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) +1 3 50,00 TPK

1. Kegiatan konstruksi BS dan GPF 2 4 66,67 PK


Gangguan proses sosial 2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) 2 4 66,67 PK
3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) 2 4 66,67 PK
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) 2 4 66,67 PK
Perubahan sikap dan persepsi 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan 2 3 50,00 PK
masyarakat tenaga kerja
2. Konstruksi BS dan GPF 2 4 66,67 PK
3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) 1 0 00,00 TPK
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) 1 0 00,00 TPK
5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) 1 0 00,00 TPK
6. Penglepasan tenaga kerja 1 2 33,33 TPK
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan sanitasi lingkungan 1. Konstruksi fasilitas produksi gas (BS dan GPF) 2 3 50,00 PK
2. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-1 dan alt -2) 2 3 50,00 PK
3. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) 1 0 00,00 TPK

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 88


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.1. Lanjutan

Besaran Tingkat Kepentingan Keputusan/Kesim-


Tahap Dampak
Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak Dampak pulan Hasil
Kegiatan
(+/) Jumlah P % Bobot Evaluasi (PK/TPK)
GEOFISIK KIMIA
OPERASI Penurunan kualitas udara ambien 1. Pemboran sumur pengembangan 2 1 16,67 TKP
(debu dan gas) 2. Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) 2 3 50,00 PK
Peningkatan kebisingan 1. Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) 1 1 16,67 TPK
Penurunan kualitas air permukaan 1. Pemboran sumur pengembangan 2 3 50,00 PK
2. Operasional produksi di GPF 2 4 66,67 PK
Penurunan kualitas air laut 1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF 1 1 16,67 TPK
2. Pemboran sumur pengembangan 1 1 16,67 TPK
Gangguan keselamatan berlalulintas Penyaluran Pengangkutan kondensat dan sulfur dengan 2 4 66,67 PK
transportasi darat
Kerusakan jalan dan jembatan Penyaluran kondensat dan sulfur dengan transportasi 2 6 100,00 PK
darat
BIOLOGI
Penurunan keanekaragaman dan 1. Pemboran sumur pengembangan 1 4 66,67 PK
kelimpahan biota air tawar 2. Kegiatan operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) 1 4 66,67 PK
SOSIAL
Perubahan kependudukan Penerimaan tenaga kerja 1 1 16,67 TPK
Peningkatan pendapatan masyarakat 1. Penerimaan tenaga kerja +1 2 33,33 TPK
2. Pemboran sumur pengembangan +1 2 33,33 TPK
3. Operasi produksi gas di GPF +1 2 33,33 TPK
Adanya kesempatan berusaha 1. Pemboran sumur pengembangan +2 5 83,33 PK
2. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (GPF) +2 5 83,33 PK
Gangguan proses sosial 1. Penerimaan tenaga kerja 2 4 66,67 PK
2. Kegiatan operasi produksi gas di GPF 2 4 66,67 PK
Munculnya pelapisan sosial Operasi produksi di GPF 2 4 66,67 PK
Perubahan sikap dan persepsi 1. Penerimaan tenaga kerja 2 4 66,67 PK
masyarakat 2. Kegiatan operasi produksi gas di GPF 2 4 66,67 PK
3. Penyaluran gas melalui pipa 1 2 33,33 TPK

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 89


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.1. Lanjutan


Tingkat Kepentingan
Besaran
Tahap Dampak Keputusan/Kesimpulan
Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak Dampak
Kegiatan Hasil Evaluasi (PK/TPK)
(+/) Jumlah P % Bobot
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan sanitasi lingkungan Operasional fasilitas produksi gas di GPF 1 1 16,67 TPK
Penurunan tingkat kesehatan 1. Pemboran sumur pengembangan 2 4 66,67 PK
masyarakat
2. Kegiatan operasi produksi gas BS dan GPF 2 4 66,67 PK
PASCA
GEOFISIK KIMIA
OPERASI
Peningkatan kualitas udara Penghentian operasi produksi (BS dan GPF) +1 1 16,67 TPK
ambient
Penurunan tingkat kebisingan Penghentian operasi produksi (BS dan GPF) +2 2 33,33 TPK
Peningkatan kualitas air laut Penghentian operasi produksi (BS dan GPF) +1 2 33,33 TPK
Gangguan keselamatan Pembongkaran dan demobilisasi peralatan +2 3 50,00 PK
berlalulintas
Kerusakan jalan Pembongkaran dan demobilisasi peralatan 2 5 83,33 PK
BIOLOGI
Peningkatan keanekaragaman Revegetasi +2 4 66,67 PK
dan kerapatan vegetasi
Peningkatan keanekaragaman Revegetasi +2 4 66,67 PK
dan kemelimpahan satwa
SOSIAL
Penurunan pendapatan Penglepasan tenaga kerja 1 2 33,33 TPK
masyarakat
Hilangnya kesempatan usaha Penghentian operasi produksi gas di GPF 1 1 16,67 TPK
Perubahan sikap dan persepsi 1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan 1 1 16,67 TPK
masyarakat 2. Penglepasan tenaga kerja 2 3 50,00 PK

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 90


PT PERTAMINA EP -PPGM

6.1.1. Telaahan Terhadap Dampak Penting

Tabel 6.2. Jenis-Jenis Dampak Penting Yang Mendapat Prioritas


Untuk Dikelola di Bagian Hulu
Keputusan/
Tahap Kesimpulan
Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak
Kegiatan Hasil Evaluasi
(PK/TPK)
PRA
SOSIAL
KONSTRUKSI
Perubahan pola kepemilikan lahan Pembebasan lahan dan tanam tumbuh PK
Gangguan proses sosial Pembebasan lahan dan tanam tumbuh PK
Perubahan sikap dan persepsi
Pembebasan lahan dan tanam tumbuh PK
masyarakat
KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material
Penurunan kualitas udara ambien PK
dan tenaga kerja
Penurunan kualitas udara ambien 2. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF PK
Peningkatan kebisingan Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF PK
Terjadi erosi tanah Pembukaan dan pematangan lahan PK
Gangguan sistem irigasi dan Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas PK
drainase
Penurunan kualitas air permukaan Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF PK
Penurunan kualitas air laut Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas melalui PK
laut (alt-3)
Transportasi darat (gangguan
Pemasangan pipa penyalur gas PK
kelancaran lalulintas)
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material
Transportasi darat (gangguan PK
dan tenaga kerja
keselamatan berlalulintas)
2. Pemasangan pipa penyalur gas PK
Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan
Kerusakan jalan PK
tenaga kerja
BIOLOGI
Penurunan kelimpahan dan
Pembukaan dan pematangan lahan PK
keanekaragaman vegetasi
1. Pembukaan dan pematangan lahan PK
2. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) PK
Gangguan satwa
3. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-2) PK
4. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) PK
1. Konstruksi Block Station (BS) dan GPF PK
Gangguan biota air tawar 2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas PK
Gangguan Biota air laut (plankton,
Pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) PK
benthos, terumbu karang, ikan)
SOSIAL
Gangguan proses sosial Gangguan 1. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS & GPF PK
proses sosial 2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1) PK
3. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt -2) PK
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3) PK

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 91


PT PERTAMINA EP -PPGM

6.2. Lanjutan
Keputusan/
Tahap Kesimpulan
Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak
Kegiatan Hasil Evaluasi
(PK/TPK)
KONSTRUKSI Perubahan sikap dan persepsi
Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan
masyarakat PK
tenaga kerja
KESEHATAN MASYARAKAT Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF PK
Penurunan sanitasi lingkungan 1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS dan GPF PK
2. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-1 dan 2) PK
OPERASI GEOFISIK KIMIA
Kualitas udara ambien
Operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) PK
(debu dan gas)
Penurunan kualitas air permukaan 1. Pemboran sumur pengembangan PK
2. Operasi produksi di GPF PK
Gangguan keselamatan Penyaluran Pengangkutan kondensat dan sulfur
berlalulintas PK
dengan transportasi darat
Kerusakan jalan dan jembatan Penyaluran Pengangkutan kondensat dan sulfur
PK
dengan transportasi darat
BIOLOGI
Gangguan biota air tawar 1. Pemboran sumur pengembangan PK
2. Kegiatan operasi fasilitas produksi (BS dan GPF) PK
SOSIAL
1. Pemboran sumur pengembangan PK
Adanya kesempatan berusaha
2. Operasi produksi di GPF PK
1. Penerimaan tenaga kerja PK
Gangguan proses sosial
2. Operasi produksi di GPF PK
Adanya pelapisan sosial Operasi produksi di GPF PK
Perubahan sikap dan persepsi 1. Penerimaan tenaga kerja PK
masyarakat 2. Operasi produksi di GPF PK
KESEHATAN MASYARAKAT
1. Pemboran sumur pengembangan PK
Penurunan tingkat kesehatan
2. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas BS dan
masyarakat PK
GPF
PASCA GEOFISIK KIMIA
OPERASI
Gangguan keselamatan
Pembongkaran dan demobilisasi peralatan PK
berlalulintas
Kerusakan jalan Pembongkaran dan demobilisasi peralatan PK
BIOLOGI
Peningkatan keanekaragaman dan
Revegetasi PK
kerapatan vegetasi
Peningkatan keanekaragaman dan
Revegetasi PK
kemelimpahan satwa
SOSIAL EKONOMI BUDAYA
Perubahan sikap dan persepsi
Penglepasan tenaga kerja PK
masyarakat

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 92


PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 6.1. Bagan Alir Keterkaitan ..... (BAGIAN HULU)

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 93


PT PERTAMINA EP -PPGM

6.1.2. Telaahan dan Arahan Sebagai Dasar Pengelolaan Lingkungan

Hasil telahaan secara holistik di atas, dihasilkan jenis-jenis dampak yang mendapatkan prioritas
untuk dikelola.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 94


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.3. Ringkasan Arahan Pengelolan Lingkungan Kegiatan Proyek PPGM Bagian Hulu
Komponen
Tahap Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan yang Terkena Dampak
Dampak
PRA- Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuh
Pembebasan lahan dan tanam
KONSTRUKSI Pola kepemilikan lahan Mendata hak kepemilikan lahan yang akan dibebaskan
tumbuh
Koordinasi dengan instansi terkait
Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuh
Proses socsial Menetapkan harga penggantian lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan beserta proses
Sikap dan persepsi pembayarannya
masyarakat Koordinasi dengan instansi terkait
Melibatkan Tim 9 dan BPN dalam proses pembebasan lahan
KONSTRUKSI Mesin diesel generator dan lain-lain dilengkapi pengendali emisi standar
Melakukan penyiraman di sepanjang jalur yang dilalui kendaraan mobilisasi, khususnya yang
Mobilisasi dan demobilisasi

berdekatan dengan permukiman pada musim kemarauPenggunaan pengendali emisi standar
peralatan, material dan tenaga Kualitas udaraKualitas udara
pada mesin diesel generator dan BBM berkadar sulfur rendah
kerjaKonstruksi fasilitas produksi
Penggunaan dust suspresion control
Melengkapi pekerja dengan saerana K3 (mis, masker)
Penggunaan pengendali emisi standar pada mesin diesel generator dan BBM berkadar sulfur
rendah
Konstruksi fasilitas produksi
Kualitas udara
Penggunaan dust suspresion control
Melengkapi pekerja dengan saerana K3 (mis, masker)
Aktivitas pembangunan yang menimbulkan kebisingan dilakukan pada siang hari
Kebisingan
Penggunaan earplug atau earmuff
Melakukan pengelolaan terhadap semua buangan air uji hidrostatik sebelum dibuang ke
Kualitas air permukaan
lingkungan
Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang
Kegiatan mobilisasi peralatan

Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama
dan demobilisasi peralatan, Kelancaran lalulintas
mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan
material, dan tenaga kerja
perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 95


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.3. Lanjutan


Komponen
Tahap Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan yang Terkena Dampak
Dampak
KONSTRUKSI Kegiatan pembangunan fasilitas Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas

produksi kendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer.
Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam

Kegiatan pemasangan pipa
Pemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kawasan

penyalur gas yang memotong proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah.
Keselamatan berlalulintas
jalan umum Pemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di dalam kawasan

Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas yang memotong jalan umum.

Pemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kegiatan

proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah
Pemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di tempat pemasangan pipa

Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengan

Kerusakan jalan dan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.
jembatan Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi

Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui

Pembukaan dan pematangan Erosi tanah Pada jalur pemasangan pipa, sesegera mungkin ditanami rumput pioner (leguminose)

lahan Pada lokasii BS, GPF dibuatkan saluran sederhana dan sumur resapan untuk menampung aliran

permukaan yang terjadi akibat bangunan tersebut tidak mengalir keluar lokasi BS, GPF
Pada lokasi sumur gas, dibuatkan saluran drainase sederhana untuk menampung air prmukaan

dan hasil erosi (material tanah) di sekeliling lokasi sumur.
Vegetasi Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi
Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi
Satwa Mempertahankan habitat satwa darat diantaranya dengan meminimalkan pembukaan lahan
terbatas pada lokasi yang digunakan untuk fasilitas produksi, jalur pipa, lokasi BS dan GPF
Pemasangan pipa penyalur gas Sistem irigasi dan drainase Dipersiapkan terlebih dahulu sambungan pipa yang akan ditanam memotong saluran drainase
atau alur sungai.
Pada setiap perpotongan jalur pemasangan pipa dengan alur sungai, hendaknya sesegera
mungkin pemasangan pipa penyalur gas dilakukan.
Pemasangan pipa penyalur gas Kaulitas air laut Menempatkan pengawas lingkungan yang bertugas mengawasi jika terjadi tumpahan/ceceran
(alt-3) minyak dari peralatan yang digunakan untuk segera dilakukan penanganan/pengelolaan
Membatasi bidang/area lokasi pekerjaan konstruksi agar kekeruhan dapat diminimalkan
Kegiatan konstruksi BS dan GPF

Kegiatan pemasangan pipa
Biota air tawar Air sisa uji hidrostatik dari kegiatan konstruksi BS dan GPF serta pemasangan pipa sebelum
dibuang ke sungai diolah terlebih dahulu apabila tidak memenuhi baku mutu lingkungan
penyalur gas
Satwa Pemasangan pipa konstruksi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemasangan pipa JOB

Biota air laut Fasilitas untuk konstruksi jangan menggunakan pantai Bakiriang untuk pelayanan konstruksi pipa

Air sisa uji hidrostatik kegiatan pemasangan pipa sebelum dibuang ke laut, diolah terlebih dahulu

Rehabilitasi terumbu karang di sekitar kegiatan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 96


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.3. Lanjutan


Komponen
Tahap Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan yang Terkena Dampak
Dampak
KONSTRUKSI Kegiatan konstruksi fasilitas Proses sosial Sosialisasi rencana kegiatan kepada warga masyarakat
produksi gas (BS dan GPF) Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan seperti temu warga dan kegiatan
sosial atau keagamaan lain
Kegiatan mobilisasi dan Sikap dan persepsi Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan
demobilisasi peralatan, material masyarakat Melakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada masyarakat
dan tenaga kerja
Konstruksi BS dan BF
Kegiatan konstruksi BS dan GPF Sanitasi lingkungan Menyediakan tempat khusus penampung limbah domestik dan konstruksi

Kegiatan pemasangan pipa Disediakan fasilitas MCK yang memadai

penyalur gas Sosialisasi

TAHAP Operasi produksi di GPF Kualitas udara ambien Pengoperasian AGRU dan SRU

OPERASI Memasang CEM

Melengkapi pekerja dengan sarana K3

Pemboran sumur Kualitas air permukaan Mengelola air buangan dari kegiatan operasi dengan waste water treatment atau effluent
pengembangan treatment sebelum dibuang ke lingkungan
Operasi produksi di GPF
Kegiatan pengangkutan Keselamatan berlalulintas Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang

kondensat lewat transportasi Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati -hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama

darat mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan
perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).
Tata cara pengangkutan kondensat mengikuti Kep. Dirjen Hub Darat No SK
725/AJ.302/DRJD/2004
Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam
Kerusakan jalan dan Perbaikan ringan bila terjadi kerusakan jalan segera mungkin dengan cara diberi tanah urug/sirtu
jembatan kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.
Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan jembatan
Pemboran sumur
Biota air tawar Pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke badan air
pengembangan
Kegiatan operasi produksi di GPF

Tabel 6.3. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 97


PT PERTAMINA EP -PPGM

Komponen
Tahap Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan yang Terkena Dampak
Dampak
TAHAP Pemboran sumur Biota air tawar Pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke badan air
OPERASI pengembangan
Kegiatan operasi produksi di GPF
TAHAP Kegiatan penerimaan tenaga Kesempatan berusaha Melakukan proses lelang untuk subkontraktor lokal agar dapat terlibat dalam berbagai kegiatan
OPERASI kerjaPemboran sumur operasional pengembangan gas Matindok
pengembangan Memberikan kemudahan dan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan berpartisipasi
Operasi produksi di GPF dalam peluang usaha yang ada, misalnya dengan memberikan bantuan modal bergulir melalui
Koperasi Pertamina
Penerimaan tenaga kerja Proses sosial Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan kepada warga masyarakat di
Operasi produksi di GPF sekitarnya, baik tentang jumlah tenaga kerja, kualifikasi (pendidikan dan ketrampilan) yang
dibutuhkan dan proses seleksinya.
Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuai
kebutuhan
Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkan
Proses seleksi tenaga unskill dilakukan dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan
hukum (misalnya KUD) dan untuk tenaga kerja skill dengan melibatkan institusi rekrutmen
ketenagakerjaan berskala regional dan nasional.
Operasi produksi di GPF Pelapisan sosial Beberapa fasilitas untuk karyawan dapat diakses oleh penduduk lokal
Memfasilitasi berbagai kegiatan bersama, seperti social, keagamaan, olah raga dan sebagainya
dengan penduduk lokal
Kegiatan penerimaan tenaga Sikap dan persepsi a. Dampak positif
kerja masyarakat Meningkatkan peran aktif pengusaha atau penduduk lokal dalam berbagai kegiatan
Kegiatan operasi produksi di GPF operasional pengembangan gas Matindok, antara lain dengan menginformasikan berbagai
kegiatan proyek secara rutin kepada masyarakat
Memberikan kemudahan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan membuka atau
mengembangkan usaha, antara lain dengan memberikan bantuan modal bergulir melalui
Koperasi Pertamina
b. Dampak negatif
Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan
Melakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada masyaraka
Pemboran sumur Tingkat kesehatan Mengelola sumber dampak adanya debu, emisi gas, bising dan atau mengolah air limbah
pengembangan masyarakat sebelum dibuang ke lingkungan
Kegiatan operasi fasilitas Sosialisasi/penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi karyawan dan
produksi gas (GPF) masyarakat di sekitarnya

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 98


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.3. Lanjutan


Komponen
Tahap Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan yang Terkena Dampak
Dampak
PASCA Kegiatan demobilisasi Keselamatan berlalulintas Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang

OPERASI peralatan menggunakan alat Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati -hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama

berat mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan
perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).
Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute pengangkutan yang menggunakan truk
berukuran besar/trailer.
Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu maksimum 40 km/jam
Kerusakan jalan dan Perbaikan ringan bila terjadi kerusakan jalan dengan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian
jembatan dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir
Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi
Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui
Kegiatan revegetasi Vegetasi Restorasi atau pemulihan ke kondisi semula
Melakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai dengan luas lahan yang digunakan
Satwa Restorasi atau pemulihan ke kondisi semula
Melakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai dengan luas lahan yang digunakan
Kegiatan penglepasan tenaga Sikap dan persepsi Penguatan jaringan komunikasi sosial melalui sosialisasi sebelum kegiatan penglepasan tenaga
kerja masyarakatPendapatan kerja
masyarakat Membantu masyarakat meningkatkan ketrampilan melalui pelatihan kewirausahaan atau
ketrampilan
Membantu masyarakat meningkatkan ketrampilan seperti pelatihan ketrampilan/wirausaha bagi
para tenaga kerja yang selama ini mendukung operasional pengembangan gas Matindok
Sikap dan persepsi Penguatan jaringan komunikasi sosial melalui sosialisasi sebelum kegiatan penglepasan tenaga
masyarakat kerja
Membantu masyarakat meningkatkan ketrampilan melalui pelatihan kewirausahaan atau
ketrampilan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 99


PT PERTAMINA EP -PPGM

6.2. DAMPAK KEGIATAN DI BAGIAN HILIR

Besaran dan tingkat kepentingan dampak kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian
Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah sebagai berikut.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 100


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.4. Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Kepentingan Dampak Bagian Hilir

Besaran Tingkat Kepentingan


Tahap Keputusan/Kesimpulan
Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak Dampak Dampak
Kegiatan Hasil Evaluasi (PK/TPK)
(+/) Jumlah P % Bobot
PRA
SOSIAL
KONSTRUKSI
Perubahan pola kepemilikan Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 2 4 66,67 PK
lahan
Gangguan proses sosial 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 2 4 66,67 PK
2. Penerimaan tenaga kerja 2 3 50,00 PK
1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh 2 4 66,67 PK
Sikap dan persepsi masyarakat
2. Penerimaan tenaga kerja 2 3 50,00 PK
KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA
1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 4 66,67 PK
Penurunan kualitas udara ambien Khusus di Padang
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 3 66,67 PK
Khusus di Uso
1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 4 66,67 PK
Khusus di Padang
Peningkatan kebisingan
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 4 66,67 PK
Khusus di Uso
Penurunan kualitas air 1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 4 66,67 PK
permukaan Khusus di Padang
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 4 66,67 PK
Khusus di Uso
1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 3 50,00 PK
Khusus di Padang
Penurunan kualitas air laut
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 3 50,00 PK
Khusus di Uso

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 101


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.4. Lanjutan


Besaran Tingkat Kepentingan
Tahap Keputusan/Kesimpulan
Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak Dampak Dampak
Kegiatan Hasil Evaluasi (PK/TPK)
(+/) Jumlah P % Bobot
KONSTRUKSI Transportasi darat (gangguan Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 4 66,67 PK
kelancaran lalulintas) Khusus di Padang dan Uso
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan 2 4 66,67 PK
Transportasi darat (gangguan tenaga kerja
keselamatan berlalulintas) 2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 3 50,00 PK
Khusus di Padang dan Uso
Kerusakan jalan dan jembatan Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan 2 6 100,00 PK
tenaga kerja
BIOLOGI
Penurunan keanekaragaman dan Pembukaan dan pematangan lahan 3 3 50,00 PK
kerapatan vegetasi
Gangguan satwa Pembukaan dan pematangan lahan 2 3 50,00 PK
Penurunan keanekaragaman dan 1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 1 3 50,00 PK
kelimpahan biota air laut Khusus di Padang
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 1 3 50,00 PK
Khusus di Uso
SOSIAL
Peningkatan pendapatan 1. Pembukaan dan pematangan lahan +1 1 16,67 TPK
masyarakat 2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan +2 4 66,67 PK
Khusus
Penurunan pendapatan Penglepasan tenaga kerja 1 2 33,33 TPK
masyarakat
Terbukanya kesempatan 1. Pembukaan dan pematangan lahan +1 2 33,33 TPK
berusaha 2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan +2 5 83,33 PK
Khusus
Gangguan proses sosial Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 4 66,67 PK
Khusus
Sikap dan persepsi negatif 1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan 2 4 66,67 PK
masyarakat Khusus
2. Penglepasan tenaga kerja 1 2 33,33 TPK

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 102


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.4. Lanjutan


Besaran Tingkat Kepentingan
Tahap Keputusan/Kesimpulan
Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak Dampak Dampak
Kegiatan Hasil Evaluasi (PK/TPK)
(+/) Jumlah P % Bobot
KONSTRUKSI KESEHATAN MASYARAKAT
1. Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus 2 4 50,00 PK
dan fasilitas pendukungnya dermaga di Padang
Penurunan sanitasi lingkungan
2. Konstruksi kompleks kilang LNG, dan Pelabuhan 2 4 50,00 PK
Khusus dan fasilitas pendukungnya di Uso
OPERASI GEO-FISIK-KIMIA
Penurunan kualitas udara Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan 2 3 50,00 PK
fasilitas pendukungnya
Peningkatan kebisingan Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan 21 3 50,00 PK
fasilitas pendukungnya
Penurunan kualitas air laut Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan 2 3 50,00 PK
fasilitas pendukungnya
Transportasi laut (gangguan Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan 2 3 50,00 PK
keselamatan pelayaran) fasilitas pendukungnya
BIOLOGI
Penurunan keanekaragaman dan Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan 1 4 66,67 PK
kelimpahan biota air laut fasilitas pendukungnya
SOSIAL
Kependudukan: peningkatan Penerimaan tenaga kerja 1 1 16,67 TPK
kepadatan penduduk
Peningkatan kesempatan Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan +2 5 83,33 PK
berusaha fasilitas pendukungnya
Peningkatan pendapatan Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan +2 5 83,33 PK
masyarakat fasilitas pendukungnya
Gangguan proses sosial 1. Penerimaan tenaga kerja 2 4 66,67 PK
2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan 2 3 50,00 PK
fasilitas pendukungnya
Munculnya pelapisan sosial Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan 2 4 66,67 PK
fasilitas pendukungnya

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 103


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.4. Lanjutan

Besaran Tingkat Kepentingan


Tahap Keputusan/Kesimpulan
Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak Dampak Dampak
Kegiatan Hasil Evaluasi (PK/TPK)
(+/) Jumlah P % Bobot
OPERASI Sikap dan persepsi negatif 1. Penerimaan tenaga kerja 2 4 66,67 PK
masyarakat 2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan 2 4 66,67 PK
fasilitas pendukungnya
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan tingkat kesehatan Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan 2 4 66,67 PK
masyarakaty fasilitas pendukungnya
PASCA GEO-FISIK-KIMIA
OPERASI Peningkatan kualitas udara Penghentian operasi kilang LNG +12 2 33,33 TPK
Penurunan kebisingan Penghentian operasi kilang LNG +12 2 33,33 TPK
Peningkatan kualitas air Penghentian operasi kilang LNG +1 2 33,33 TPK
permukaan
Peningkatan kualitas air laut Penghentian operasi kilang LNG +2 2 33,33 TPK
Gangguan keselamatan Pembongkaran dan demobilisasi peralatan 2 3 50,00 PK
berlalulintas
Kerusakan jalan dan jembatan Pembongkaran dan demobilisasi peralatan 2 5 83,33 PK
BIOLOGI
Peningkatan keanekaragaman Revegetasi +1 3 50,00 PK
dan kerapatan vegetasi
Peningkatan keanekaragaman Revegetasi +2 4 66,67 PK
dan kelimpahan satwa
SOSIAL
Penurunan kesempatan berusaha Penghentian operasi kilang LNG 1 1 16,67 TPK
Penurunan pendapatan Penglepasan tenaga kerja 1 2 33,33 TPK
masyarakat
Sikap dan persepsi negatif 1. Pembongkaran dan demobilisasi peralatan 1 1 16,67 TPK
masyarakat 2. Penglepasan tenaga kerja 2 3 50,00 PK
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan sanitasi lingkungan Pembongkaran dan demobilisasi peralatan 2 3 50,00 PK

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 104


PT PERTAMINA EP -PPGM

6.2.1. Telahaan Dampak Penting

Tabel 6.5. Jenis-Jenis Dampak Penting Yang Mendapat Prioritas


Untuk Dikelola Di Bagian Hilir
Keputusan/
Tahap Kegiatan Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak Kesimpulan
Hasil Evaluasi
PRA
SOSIAL
KKONSTRUKSI
Perubahan pola kepemilikan
Pembebasan lahan dan tanam tumbuh PK
lahan
1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh PK
Gangguan proses sosial
2. Penerimaan tenaga kerja PK
Perubahan sikap dan persepsi 1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh PK
masyarakat 2. Penerimaan tenaga kerja PK
KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA
Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus
Penurunan kualitas udara PK
dan fasilitas pendukungnya di Padang dan Uso
Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus
Peningkatan kebisingan PK
dan fasilitas pendukungnya di Padang dan Uso
Penurunan kualitas air Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus
PK
permukaan dan fasilitas pendukungnya di Padang dan Uso
Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus
Penurunan kualitas air laut PK
dan fasilitas pendukungnya
Transportasi darat (gangguan Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus
PK
kelancaran lalulintas) dan fasilitas pendukungnya di Padang dan Uso
Transportasi darat (gangguan 1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan
PK
keselamatan berlalulintas) tenaga kerja
2. Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan
Khusus dan fasilitas pendukungnya di Padang dan PK
Uso
Kerusakan jalan dan
Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan
jembatanTransportasi darat
tenaga kerjaKonstruksi kompleks kilang LNG dan PKPK
(gangguan kelancaran
dermaga di Padang dan Uso
lalulintas)
BIOLOGI
Penurunan keanekaragaman
Pembukaan dan pematangan lahan PK
dan kerapatan vegetasi
Gangguan satwa Pembukaan dan pematangan lahan PK
Penurunan keanekaragaman Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus
PK
dan kelimpahan biota air laut dan fasilitas pendukungnya di Padang atau Uso
SOSIAL
Peningkatan pendapatan Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus
PK
masyarakat dan fasilitas pendukungnya
Terbukanya kesempatan Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus
PK
berusaha dan fasilitas pendukungnya
Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus
Gangguan proses sosial PK
dan fasilitas pendukungnya
Sikap dan persepsi negatif Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan Khusus
PK
masyarakat dan fasilitas pendukungnya
KESEHATAN MASYARAKAT
Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
Penurunan sanitasi lingkungan PK
Khusus di Padang atau Uso

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 105


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.5. Lanjutan


Keputusan/
Tahap Kegiatan Jenis Dampak Hipotetik Sumber Dampak Kesimpulan Hasil
Evaluasi
GEO-FISIK-KIMIA
Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan
Penurunan kualitas udara PK
fasilitas pendukungnya
Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan
Peningkatan kebisingan PK
fasilitas pendukungnya
Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan
OPERASI Penurunan kualitas air laut PK
fasilitas pendukungnya
Transportasi laut (gangguan Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan
PK
keselamatan pelayaran) fasilitas pendukungnya
BIOLOGI
Penurunan keanekaragaman Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan
PK
dan kelimpahan biota air laut fasilitas pendukungnya
SOSIAL
Terbukanya kesempatan Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan
PK
berusaha fasilitas pendukungnya
1. Penerimaan tenaga kerja PK
Gangguan proses sosial 2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan
PK
fasilitas pendukungnya
Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan
Munculnya pelapisan sosial PK
fasilitas pendukungnya
1. Penerimaan tenaga kerja PK
Sikap dan persepsi negatif
2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan
masyarakat PK
fasilitas pendukungnya
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan tingkat kesehatan Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan
PK
masyarakat fasilitas pendukungnya
GEO-FISIK-KIMIA
Gangguan keselamatan berlalu-
Pembongkaran dan demobilisasi peralatan PK
lintas
Kerusakan jalan dan jembatan Pembongkaran dan demobilisasi peralatan PK
BIOLOGI
Peningkatan keanekaragaman
Revegetasi PK
PASCA dan kerapatan vegetasi
OPERASI Peningkatan keanekaragaman
Revegetasi PK
dan kelimpahan satwa
SOSIAL
Sikap dan persepsi negatif
Penglepasan tenaga kerja PK
masyarakat
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan sanitasi lingkungan Pembongkaran dan demobilisasi peralatan PK

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 106


PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 6.2. Bagan Alir Keterkaitan ..... (BAGIAN HILIR)

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 107


PT PERTAMINA EP -PPGM

6.2.2. Telaahan Dan Arahan Sebagai Dasar Pengelolaan Lingkungan

Hasil telahaan secara holistik di atas maka dihasilkan jenis-jenis dampak yang mendapatkan
prioritas untuk dikelola.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 108


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Ringkasan Arahan Pengelolan Lingkungan Kegiatan Proyek PPGM di Bagian Hilir

Komponen
Tahap Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan yang Terkena Dampak
Dampak
PRA- Pembebasan lahan dan tanam Pola kepemilikan lahan Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuh
KONSTRUKSI tumbuh Mendata hak kepemilikan lahan yang akan dibebaskan
Koordinasi dengan instansi terkait
Pembebasan lahan dan tanam Proses sosial a. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh
tumbuh Sikap dan persepsi Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembebasan lahan dan tanam tumbuh
Penerimaan tenaga kerja masyarakat Menetapkan harga penggantian lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan beserta
proses pembayarannya
Koordinasi dengan instansi terkait
Melibatkan Tim 9 dan BPN dalam proses pembebasan lahan
b. Penerimaan tenaga kerja
Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan, meliputi jumlah tenaga kerja
dan kualifikasi yang dibutuhkan serta proses seleksinya
Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuai
kebutuhan
Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkan
Proses seleksi tenaga unskill dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum,
dan untuk yang skill melibatkan institusi rekrutmen ketenagakerjaan berskala
regional/nasional
KONSTRUKSI Konstruksi kompleks kilang LNG Kualitas udara Mesin diesel generator dilengkapi pengendali emisi standar dan menggunakan BBM berkadar
dan Pelabuhan Khusus sulfur rendah
Menggunakan dust supression control
Melengkapi pekerja dengan sarana K3
Kebisingan Aktivitas pembangunan yang menimbulkan kebisingan dilakukan siang hari
Penggunaan earplug atau earmuff
Kualitas air laut Penggunaan oilboom atau oil dispersant untuk mencegah ceceran oli dan minyak dari peralatan
konstruksi
Pengerukan dilakukan secara hati-hati untuk meminimalkan peningkatan kekeruhan
Perawatan kebersihan dari kamar mesin, alat pengeruk dan kapak pengangkut material dan alat
konstruksi dari ceceran minyak dan oli
Kualitas air permukaan Pengefektifan Eeffluent Ttreatment unit atau waste water management atau IPAL

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 109


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Lanjutan


Komponen
Tahap Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan yang Terkena Dampak
Dampak
KONSTRUKSI Mobilisasi dan demobilisasi Keselamatan berlalulintas Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang
peralatan, material Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama
Konstruksi kompleks kilang LNG, mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan
dan Pelabuhan Khusus dan perkotaan (Kintom, Batui).
fasilitas pendukungnya Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas
kendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer
Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam
Pemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kawasan
proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah
Besar huruf pada rambu dapat terbaca jelas pada jarak 25 meter.
Memberi perlindungan kepada pekerja dengan lalulintas kendaraan bermotor (diberi traffic cone
atau kerucut lalulintas sebagai pembatas yang diberi tali)
Pemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di dalam kawasan
Konstruksi kompleks kilang LNG, Kelancaran lalulintas Adanya petugas yang mengatur arus lalulintas menerus selama jalan tersebut belum dipindahkan
Pelabuhan Khusus dan fasilitas Membuat jalur baru terlebih dahulu yang setara dengan kualifikasi jalan lama
pendukungnyaKonstruksi
kompleks kilang LNG dan
dermaga
Mobilisasi dan demobilisasi Kerusakan jalan dan Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengan
peralatan, material jembatan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.
Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi
Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui
Perbaikan jalan/jembatan harus berkoordinasi dengan Kimpraswil Kabupaten Banggai
Pembukaan dan pematangan
Vegetasi Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi
lahan
Satwa Revegetasi di sekitar lokasi kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan konstruksi
Mempertahankan habitat satwa darat diantaranya dengan meminimalkan pembukaan lahan
terbatas pada lokasi yang digunakan untuk kompleks kilang LNG.
Konstruksi kompleks kilang LNG, Biota air laut
Pelabuhan Khusus dan fasilitas Analisis seksama atas semua buangan air uji hidrostatik untuk memastikan bahwaMengaktifkan
pendukungnyaKonstruksi effluent treatment unit atau waste water management agar tidak akan menimbulkan dampak
kompleks kilang LNG dan terhadap lingkungan
dermaga Rehabilitasi terumbu karang di sekitar kegiatan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 110


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Lanjutan


Komponen
Tahap Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan yang Terkena Dampak
Dampak
KONSTRUKSI Konstruksi kompleks kilang LNG Kesempatan berusaha Melakukan proses lelang untuk subkontraktor lokal agar dapat terlibat dalam berbagai aktivitas
dan Pelabuhan Khusus pengembangan gas Matindok
Memberikan kemudahan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan memanfaatkan
kesempatan berusaha
Membantu memberikan pelatihan ketrampilan dan atau pengembangan usaha
Pendapatan masyarakat Mengutamakan/memprioritaskan kesempatan kerja bagi penduduk lokal sesuai kualifikasi dan
kebutuhan
Memberikan kemudahan atau bantuan fasilitas bagi masyarakat lokal yang akan membuka atau
mengembangkan usaha
Proses sosial Sosialisasi rencana kegiatan kepada warga masyarakat
Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan seperti temu warga dan kegiatan
sosial atau kegiatan keagamaan lainnya
Sikap dan persepsi a. Dampak positif
masyarakat Meningkatkan peran aktif pengusaha atau penduduk lokal dalam berbagai kegiatan
operasional pengembangan gas Matindok, antara lain dengan menginformasikan berbagai
kegiatan proyek secara rutin kepada masyarakat
Memberikan kemudahan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan membuka atau
mengembangkan usaha, antara lain dengan memberikan bantuan modal bergulir melalui
Koperasi Pertamina
b. Dampak negatif
Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan
Melakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada masyarakat
Sanitasi lingkungan Disediakan tempat penampung limbah konstruksi dan domestik padat maupun cair
Disediakan fasilitas MCK yang memadahi
Himbauan atau sosialisasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 111


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Lanjutan

Komponen
Tahap Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan yang Terkena Dampak
Dampak
OPERASI Operasional kilang LNG, Kualitas udara Pengefektifan fasilitas Acid Gas Removal Unit (AGRU), Sulfur Recovery Unit (SRU) dan MRU
Pelabuhan Khusus dan fasilitas Melengkapi pekerja dengan sarana K3
pendukungnya Kebisingan Penggunaan peredam suara atau lapisan disain akustik khusus
Penggunaan earplug atau earmuff
Kualitas air laut Mengolah air limbah sebelum dibuang ke lingkungan
Menggunakan oil boom untuk mencegah persebaran ceceran oli/minyak dari kendaraan/peralatan
operasional
Keselamatan pelayaran Pemasangan rambu-rambu navigasi dan keselamatan pelayaran
Pemasangan lampu penerangan pada batas tapak kegiatan dan kapal LNG
Kelancaran lalulintas Adanya petugas yang mengatur arus lalulintas menerus selama jalan tersebut belum dipindahkan
Membuat jalur baru terlebih dahulu yang setara dengan kualifikasi jalan lama
Biota air laut Limbah cair diolah sesuai ketentuan yang berlaku
Rehabilitasi terumbu karang di sekitar kegiatan
Kesempatan berusaha Melakukan proses lelang untuk subkontraktor lokal agar dapat terlibat dalam berbagai kegiatan
operasional pengembangan gas Matindok
Memberikan kemudahan dan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan berpartisipasi
dalam peluang usaha yang ada
Pendapatan masyarakat Mengutamakan/memprioritaskan kesempatan kerja bagi penduduk lokal sesuai kualifikasi dan
kebutuhan
Memberikan kemudahan/bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan membuka/mengem-
bangkan usaha

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 112


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Lanjutan


Komponen
Tahap Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan yang Terkena Dampak
Dampak
OPERASI Penerimaan tenaga kerja Proses sosial a. Penerimaan tenaga kerja:
Operasional kilang LNG, Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan kepada warga masyarakat di
Pelabuhan Khusus dan fasilitas sekitarnya, baik tentang jumlah tenaga kerja, kualifikasi (pendidikan dan ketrampilan) yang
pendukungnya dibutuhkan dan proses seleksinya.
Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuai
kebutuhan
Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkan
Proses seleksi tenaga unskill dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum
(misalnya KUD) dan untuk tenaga kerja skill dengan melibatkan institusi rekrutmen
ketenagakerjaan berskala regional/nasional.
b. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnnya
Sosialisasi rencana kegiatan kepada warga masyarakat
Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan seperti temu warga dan
kegiatan sosial atau keagamaan lain
Operasional kilang LNG, Pelapisan sosial Berbagai fasilitas untuk karyawan (pendidikan, kesehatan, olah raga, ibadah) hendaknya juga
Pelabuhan Khusus dan fasilitas dapat dimanfaatkan oleh penduduk di sekitarnya
pendukungnya Memfasilitasi berbagai kegiatan bersama: temu warga, perayaan hari besar nasional/agama,
bakti sosial, dan kegiatan sosial/keagamaan lainnya
Kegiatan penerimaan tenaga Sikap dan persepsi Penerimaan tenaga kerja
kerja masyarakat Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan, meliputi jumlah tenaga kerja dan
Kegiatan operasional Kilang kualifikasi yang dibutuhkan serta proses seleksinya
LNG, Pelabuhan Khusus dan Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuai
fasilitas pendukungnya kebutuhan
Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkan
Proses seleksi tenaga unskill dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan hukum, dan
untuk yang skill melibatkan institusi rekrutmen ketenagakerjaan berskala regional/nasional
Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya
Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan
Melakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada masyarakat
Kegiatan operasional Kilang LNG, Tingkat kesehatan Mengelola sumber dampak adanya debu, emisi gas, bising, dan atau mengolah air limbah
Pelabuhan Khusus dan fasilitas masyarakat sebelum dibuang ke lingkungan
pendukungnya Sosialisasi/penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi karyawan dan
masyarakat di sekitarnya.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 113


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.6. Lanjutan


Komponen
Tahap Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan yang Terkena Dampak
Dampak
PASCA Pembongkaran dan demobilisasi Keselamatan berlalulintas Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang
OPERASI peralatan Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama
mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan
perkotaan (Kintom, Batui).
Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas
kendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer
Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam
Pemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kawasan
proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah
Besar huruf pada rambu dapat terbaca jelas pada jarak 25 meter.
Memberi perlindungan kepada pekerja dengan lalulintas kendaraan bermotor (diberi traffic cone
atau kerucut lalulintas sebagai pembatas yang diberi tali)
Pemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di dalam kawasan
Kerusakan jalan dan Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengan
jembatan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.
Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi
Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui
Perbaikan jalan/jembatan harus berkoordinasi dengan Kimpraswil Kabupaten Banggai
Penglepasan tenaga kerja Sikap dan persepsi Penguatan jaringan komunikasi sosial melalui sosialisasi sebelum kegiatan penglepasan tenaga
masyarakat kerja
Pembongkaran dan demobilisasi Sanitasi lingkungan Pembersihan bekas bongkaran
peralatan Perataan kembali lubang-lubang pada lahan bekas bangunan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 114


PT PERTAMINA EP -PPGM

6.3. REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN RENCANA PROYEK


PENGEMBANGAN GAS MATINDOK

6.3.1. Penilaian Kelayakan Lingkungan Ditinjau dari Dampak Lingkungan


A. Bagian Hulu
Sementara itu dampak negatif penting yang diprakirakan muncul adalah :
a. Komponen geo-fisik-kimia: kualitas udara (debu dan gas), kebisingan, terjadinya erosi
tanah, gangguan sistem irigasi dan drainasse, penurunan kualitas air permukaan dan
air laut serta gangguan transportasi darat.
b. Komponen biologi: penurunan penutupan lahan oleh flora darat, penurunan komunitas
fauna darat dan gangguan terhadap biota air.
c. Komponen sosial: perubahan pola kepemilikan lahan, gangguan proses sosial,
timbulnya pelapisan sosial dalam masyarakat, sikap dan persepsi masyarakat.
d. Komponen kesehatan masyarakat: menurunnya kualitas sanitasi lingkungan dan
gangguan kesehatan masyarakat.
Beberapa dampak negatif penting yang diprakirakan muncul tersebut pada dasarnya dapat
dikelola melalui beberapa pendekatan pengelolaan lingkungan yang diusulkan. Untuk
dampak positif semaksimal mungkin dapat dikembangkan lagi. Mendasarkan pada hal
tersebut maka rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok masih dinyatakan
layak lingkungan serta daya dukung kawasan sekitar kegiatan ini masih memadai, namun
tetap harus melakukan beberapa upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

B. Bagian Hilir
Dampak positif penting diprakirakan akan muncul pada tahap kontruksi, operasi dan pasca
operasi. Dampak positif penting yang muncul tersebut adalah: peningkatan kesempatan
berusaha, peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan kualitas udara ambien,
peningkatan persentase penutupan lahan oleh vegetasi dan peningkatan komunitas satwa.
Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha meskipun kecil akan memberikan harapan bagi
penduduk sekitar lokasi kegiatan untuk dapat meningkatkan pendapatan sehingga sikap
dan persepsi masyakat menjadi positif.

Sementara itu dampak negatif penting yang diprakirakan muncul adalah :


1. Komponen geo-fisik-kimia: kualitas udara (debu dan gas), kebisingan, penurunan
kualitas air permukaan dan air laut, tranportasi darat dan transportasi laut.
2. Komponen biologi: vegetasi, satwa, biota air laut.
3. Komponen sosial: perubahan pola kepemilikan lahan, munculnya pelapisan sosial,
gangguan proses sosial, sikap dan persepsi negatif masyarakat.
4. Komponen kesehatan masyarakat: penurunan sanitasi lingkungan dan tingkat
kesehatan masyarakat.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 115


PT PERTAMINA EP -PPGM

Namun beberapa dampak negatif penting yang diprakirakan muncul tersebut pada
dasarnya dapat dikelola melalui beberapa pendekatan pengelolaan lingkungan yang
diusulkan. Dengan adanya pengelolaan lingkungan diharapkan dampak negatif tersebut
dapat diminimalisasi, ditanggulangi dan bahkan dicegah. Untuk dampak positif semaksimal
mungkin dapat dikembangkan lagi, sehingga dengan demikian kegiatan Proyek
Pengembangan Gas Matindok yang tujuan utamanya untuk mensejahterakan seluruh
lapisan masyarakat dapat terus berlangsung tanpa mengabaikan kualitas lingkungan hidup.

Mendasarkan pada hal tersebut maka rencana kegiatan PPGM masih dinyatakan layak
lingkungan dengan daya dukung kawasan di sekitarnya masih memadai, tetap harus
melakukan beberapa upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

6.3.2. Kelayakan Lingkungan Berdasarkan Hasil Kajian Alternatif

A. Alternatif pemasangan pipa penyalur gas

Tabel 6.7. Kajian Kelayakan Lingkungan terhadap Alternatif


Jalur Pipa Penyalur Gas
Jalur Pipa Melewati Kawasan SM
BangkiriangBakiriang
Parameter Lingkungan Alternatif-2
No. Alternatif-1 Alternatif-3
yang Terkena Dampak (Horizontal
(Normal) (PantaiLaut)
Drilling)
1. Kualitas udara (1) (1) (1)
2. Kebisingan (1) (1) (1)
3. Kualitas air laut (1)
4. Vegetasi (3)
5. Satwa liar (2) (2) (3)
6. Biota air laut (1)
7. Pendapatan masyarakat (+1) (+1) (+1)
8. Kesempatan berusaha (+1) (+1) (+1)
9. Proses sosial (2) (2) (2)
10. Sikap dan persepsi masyarakat (1) (1) (1)
11. Sanitasi lingkungan (2) (2)

Keterangan: /+ = dampak negatif/positif


Angka-angka menunjukkan besaran dampak:
1 = dampak kecil
2 = dampak sedang
3 = dampak besar

Dalam pengambilan keputusan jalur alternatif, pemrakarsa tidak hanya mempertimbangkan


kelayakan lingkungan, namun juga kajian kelayakan yang lain yaitu kelayakan ekonomi,
teknis dan hukum dan teknis. Di bawah ini adalah ringkasan hasil kelayakan secara umum.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 116


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.8. Ringkasan Kajian Kelayakan Alternatif Jalur Pipa Penyalur Gas
Pemasangan Jalur Pipa yang Melewati Kawasan
No. Kajian Kelayakan/ SM BangkiriangBakiriang
Kendala Jalur Jalur Jalur
Alternatif-1 Alternatif-2 Alternatif-3
1. Kendala lingkungan rendah rendah tinggi
2. Kendala ekonomi rendah tinggi sangat tinggi
3. Kendala teknis rendah tinggi sedang
4. Kendala peraturan tinggi tinggi tidak ada
5. Kondisi eksisting jalan provinsi jalan provinsi pantai/laut

Kawasan SM Bakiriang di sebelah tenggara memotong jalan provinsi sampai mencapai


pantai dan dalam mengimplementasikan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.
398/KPTS-II/1998 tanggal 12 April 1998 tentang Penetapan Bakiriang sebagai Suaka
Margasatwa, termasuk sempadan jalan di kiri kanan jalan propinsi tersebut. Dengan
demikian hal tersebut menjadi kendala hukum yang tinggi terhadap pemanfaatan
sempadan jalan propinsi tersebut dalam hal ini bagi alternatif-1 dan alternatif-2
pemasangan pipa penyalur gas. Bagi alternatif-3 karena sudah diluar kawasan SM Bakiriang
dan kepatuhan PT Pertamina EP terhadap SK MenHut tersebut di atas, maka pelaksanaan
proyek pengembangan gas ini khususnya untuk pemasangan pipa penyalur gas
ditetapkan alternatif-3 karena tidak ada lagi kendala hukum.

Akan tetapi, apabila di kemudian hari terjadi perubahan atas status jalan propinsi yang
melintasi SM Bakiriang oleh Departemen Kehutanan yang memungkinkan untuk
memanfaatkan sempadan jalan sebagai jalur pipa, maka PT Pertamina EP akan
berkoordinasi dengan instansi terkait untuk kemungkinan menetapkan alternatif-1 sebagai
jalur pemasangan pipa penyalur gas dengan memenuhi semua persyaratan menurut
peraturan perundangan yang berlaku.

B. Alternatif lLokasi Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus


Alternatif calon lokasi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus ditetapkan di 2 lokasi yaitu di Desa
Uso, Kecamatan Batui dan di Desa Padang, Kecamatan Kintom; keduanya terletak secara
berdampingan.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 117


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 6.9. Kajian Kelayakan Lingkungan terhadap Alternatif Lokasi


Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus
Lokasi Kilang LNG dan Pelabuhan
Parameter Lingkungan Khusus
No.
Terkena Dampak Alternatif-1 Alternatif-2
(Uso, Batui) (Padang, Kintom)
1. Kualitas udara (2) (2)
2. Kebisingan (2) (2)
3. Kualitas air laut (2) (2)
4. Transportasi laut (2) (2)
5. Vegetasi (3) (3)
6. Satwa liar (2) (2)
7. Biota air laut (1) (1)
8. Kesempatan berusaha (+2) (+2)
9. Pendapatan masyarakat (+2) (+2)
10. Proses sosial (2) (2)
11. Pelapisan social (2) (2)
12. Sikap dan persepsi masyarakat (2) (2)
13. Sanitasi lingkungan (2) (2)
14 Tingkat kesehatan masyarakat (2) (2)

Keterangan: /+ = dampak negatif/positif


Angka-angka menunjukkan besaran dampak:
1 = dampak kecil
2 = dampak sedang
3 = dampak besar

Penetapan calon lokasi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di kedua lokasi mempunyai
kelayakan lingkungan yang relatif sama. Selain itu ditinjau dari aspek ekonomi dan
teknologi juga mempunyai kelayakan yang sama sehingga penetapan calon lokasi kilang
LNG pada akhirnya lebih didasarkan pada aspek kestrategisan dan aksesibilitas calon lokasi
yang dikaitkan dengan berbagai kemudahan dalam proses konstruksi maupun operasional
kilang LNG dan Pelabuhan Khusus.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 118


PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab- 7
RENCANA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
7.1. PENDAHULUAN

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) ini merupakan salah satu upaya untuk menangani dan
mengelola lingkungan dalam melaksanakan Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten
Banggai, Sulawesi Tengah.

RKL ini merupakan dokumen yang penting, tidak hanya bagi Pemrakarsa tetapi juga bagi sektor
lain, yaitu Pemerintah Daerah (Pemda) dan masyarakat. RKL ini diharapkan dapat menunjang
keberhasilan pembangunan di bidang pertambangan dan energi dan pembangunan daerah
yang berwawasan lingkungan. Secara luas, kegiatan pengelolaan lingkungan ini juga dapat
mendorong sektor-sektor lain untuk berpartisipasi di dalam mewujudkan pembangunan
berwawasan lingkungan.

Dengan adanya konsep bisnis Hulu dan Hilir, maka tanggungjawab pelaksanaan kegiatan
pengelolaan lingkungan hasil kajian ANDAL juga dipisahkan mengacu kepada konsep yang
dijelaskan didalam dokumen ANDAL. Pengelolaan lingkungan di bagian hulu menjadi tanggung
jawab sepenuhnya PT Pertamina EP dan pengelolaan lingkungan di bagian hilir menjadi
tanggung jawab PT Donggi-Senoro LNG (PT DSLNG).

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 119


PT PERTAMINA EP -PPGM

7.2. MAKSUD DAN TUJUAN

a. Memperkecil dan mengelola dampak negatif yang muncul terhadap lingkungan akibat
kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi
Tengah
b. Meningkatkan dampak positif yang muncul akibat kegiatan Proyek Pengembangan Gas
Matindok sehingga manfaatnya semakin besar
c. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam pengelolaan
lingkungan hidup

7.3. KEGUNAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

a. Pemrakarsa
1. Menjaga agar pelaksanaan kegiatan di lapangan tetap sesuai dengan rencana
2. Mengoptimalkan biaya pembangunan dan pengelolaan operasi proyek
3. Menjamin terpeliharanya daya dukung lingkungan terhadap bangunan/sarana proyek
4. Mengkoordinasikan kegiatan, pengelolaan dan penanggulangan dampak lingkungan
b. Pemerintah/instansi terkait
1. Menghindari tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya alam
2. Mencegah keresahan sosial masyarakat
3. Menjamin ketertiban dan keamanan
4. Menjaga terpeliharanya kehidupan sosial ekonomi budaya dalam masyarakat
5. Masukan bagi instansi berwenang dalam menyusun suatu rencana pengelolaan
lingkungan kawasan, baik secara regional maupun nasional
6. Mengetahui kewenangan dan tanggung jawab masing-masing instansi
7. Efisiensi penggunaan dana pengelolaan lingkungan
8. Mengoptimalkan pendayagunaan hasil pembangunan proyek beserta sarananya bagi
kepentingan sosial ekonomi budaya dan masyarakat
c. Masyarakat
1. Terhindar dari dampak negatif yang dapat muncul dari rencana Proyek Pengembangan
Gas Matindok di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah
2. Memanfaatkan dampak positif yang dapat muncul dari rencana Proyek Pengembangan
Gas Matindok di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah

7.4. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

a. Bagian Hulu
Rencana pengelolaan lingkungan bagian hulu disajikan pada Tabel 7.1
b. Bagian Hilir
Rencana pengelolaan lingkungan bagian hilir disajikan pada Tabel 7.2.
Peta Lokasi Rencana Pengelolaan Lingkungan dapat dilihat pada Gambar 7.1 7.4.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 120


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. RKL HULU (mulai halaman 121 136 )

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 121


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 122


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 123


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 124


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 125


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 126


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 127


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 128


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 129


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 130


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 131


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 132


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 133


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 134


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 135


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.1. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 136


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. RKL HILIR (halaman 137-154)

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 137


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 138


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 139


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 140


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 141


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 142


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 143


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 144


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 145


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 146


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 147


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 148


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 149


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 150


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 151


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 152


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 153


PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 7.2. Lanjutan

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 154


PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 7.1. PETA RKL PETA RKL PRAKONSTRUKSI

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 155


PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 7.2. PETA RKL KONSTRUKSI

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 156


PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 7.3. PETA RKL OPERASI

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 157


PT PERTAMINA EP -PPGM

Gambar 7.4. RKL PASCA OPERASI

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 158


PT PERTAMINA EP -PPGM

Bab- 8
RENCANA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN
8.1. PENDAHULUAN

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) ini merupakan salah satu upaya untuk memantau
pelaksanaan dan hasil pengelolaan lingkungan dalam melaksanakan Proyek Pengembangan Gas
Matindok, di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah. Proyek Pengembangan Gas
Matindok akan mempengaruhi kualitas lingkungan yang ada dengan cakupan wilayah yang
cukup luas, sehingga dalam pelaksanaannya perlu diikutsertakan rencana pengelolaan
lingkungan, mulai dari kegiatan pada tahap prakonstruksi sampai pasca operasi. Berhasil
tidaknya pelaksanaan pengelolaan lingkungan dapat diketahui melalui pemantauan lingkungan
yang termuat dalam dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Di satu sisi,
adanya rencana pemantauan lingkungan akan dapat menunjang keberhasilan pembangunan,
khususnya di sektor pertambangan migas dan pembangunan daerah. Dalam skala yang lebih
luas kegiatan pemantauan lingkungan ini akan mendorong sektor-sektor lainnya untuk ikut
berpartisipasi dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Bagi kepentingan PT. PERTAMINA EP - PPGM, RPL mempunyai fungsi untuk :


1. menjaga pelaksanaan kegiatan di lapangan tetap sesuai rencana/jadwal;
2. mengoptimalkan biaya pembangunan dan pemantauan operasi PT. Pertamina EP -
Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi
Tengah (PPGM);
3. mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya lainnya;
4. menjamin terpeliharanya daya dukung lingkungan terhadap bangunan/sarana
kegiatan PT. Pertamina EP - PPGM;
5. mengkoordinasikan kegiatan pemantauan lingkungan.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 159


PT PERTAMINA EP -PPGM

Bila ditinjau dari kepentingan pihak lain, maka RPL berfungsi untuk:
1. menghindari tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya alam;
2. mencegah timbulnya keresahan masyarakat di wilayah sekitar Proyek
Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah;
3. menjamin ketertiban dan keamanan;
4. memelihara kehidupan sosial-ekonomi-budaya di dalam masyarakat.

Dalam kaitannya dengan pembangunan umum, RPL dapat berfungsi untuk:


1. memberikan masukan pada pemantauan lingkungan kawasan;
2. merupakan bahan koordinasi bagi instansi berwenang untuk menyusun suatu
rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan kawasan, baik secara regional
maupun nasional;
3. mengetahui secara pasti batasan wewenang dan tanggungjawab masing-masing;
4. mengefisiensikan penggunaan dana pemantauan lingkungan kawasan;
5. mengoptimalkan pendayagunaan hasil Proyek Pengembangan Gas Matindok,
Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah beserta sarananya.

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Proyek Pengembangan Gas Matindok,


Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah berpedoman pada Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL, Surat Keputusan
Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 1457/K/38/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi, serta Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL
dan RPL.

Dengan adanya konsep bisnis Hulu dan Hilir, maka tanggungjawab pelaksanaan kegiatan
pemantauan lingkungan hasil kajian ANDAL juga dipisahkan mengacu kepada konsep yang
dijelaskan didalam dokumen ANDAL. Pemantauan lingkungan di bagian hulu menjadi tanggung
jawab sepenuhnya PT Pertamina EP dan pemantauan lingkungan di bagian hilir menjadi
tanggung jawab PT Donggi-Senoro LNG (PT DSLNG).

8.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dibuatnya Rencana Pemantauan Lingkungan adalah :


1. Mengetahui kegiatan pemantauan lingkungan terhadap komponen lingkungan yang terkena
dampak penting dengan metode dan cara yang dipandang baik dan tepat untuk
dilaksanakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan pada ruang dan waktu tertentu;
2. Melaksanakan kegiatan pemantauan secara sistematis, terarah, terencana, dan terkait
dengan kegiatan-kegiatan yang diprakirakan sebagai sumber dampak penting, sehingga
dapat diperoleh suatu kajian yang dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi terhadap
kondisi lingkungan.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 160


PT PERTAMINA EP -PPGM

8.3. KEGUNAAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Pemantauan lingkungan sangat berguna bukan hanya bagi Pemrakarsa, tetapi juga bagi
pemerintah dan masyarakat.
a. Bagi Pemrakarsa
1. sebagai alat kontrol apakah pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan mencapai
hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Di samping itu, RPL digunakan untuk
menguji efektivitas dari teknologi yang telah digunakan dalam pengelolaan lingkungan;
2. sebagai peringatan sedini mungkin mengenai perubahan lingkungan yang tidak
dikehendaki akibat dari kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten
Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah, sehingga pencegahan dan penanggulangan dapat
diperbaiki atau disempurnakan secara cepat, tepat, dan berkelanjutan.
b. Bagi pemerintah atau instansi terkait
Sebagai materi untuk mengadakan koordinasi dalam pelaksanaan pemantauan kualitas
lingkungan.
c. Bagi masyarakat
Membantu dalam pemantauan kualitas lingkungan secara umum.

8.4. RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

a. Bagian Hulu
Rencana pemantauan lingkungan bagian hulu disajikan pada Tabel 8.1
b. Bagian Hilir
Rencana pemantauan lingkungan bagian hilir disajikan pada Tabel 8.2

Peta Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan dapat dilihat pada Gambar 8.1 8.4.

RINGKASAN EKSEKUTIF Proyek Pengembangan Gas Matindok 161

Anda mungkin juga menyukai