Anda di halaman 1dari 17

IDENTIFIKASI MASALAH

UPT PUSKESMAS DTP KLANGENAN

TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu wilayah
yang tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap
anggotanya dalam koridor kebersamaan. Dalam angan setiap anggota masyarakat,
negara yang dibentuk oleh mereka ini akan melaksanakan fungsinya untuk
menyediakan kebutuhan hidup anggota masyarakat berkaitan dengan konstelasi
hidup berdampingan dengan orang lain di sekelilingnya. Di kehidupan sehari-hari,
kebutuhan bersama itu sering kita artikan sebagai kebutuhan publik. Salah satu
contoh kebutuhan publik yang mendasar adalah kesehatan.
Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat
kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang
bersifat mutlak, negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan layanan
yang bermutu dan mudah didapatkan setiap saat. Salah satu wujud nyata
penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya Puskesmas. Tujuan
utama dari adanya Puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan yang
bermutu namun dengan biaya yang relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama
masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah.
Puskesmas sebagai bentuk nyata peran birokrasi dalam memberikan
pelayanan publik kepada masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan. Dalam
memberikan pelayanan yang optimal, puskesmas harus melakukan perencanaan
program kesehatan dengan langkah ; analisa situasi, identifikasi masalah dan
menetapkan prioritas, menetapkan tujuan, melakukan analisis, untuk memilih
alternative kegiatan terbaik, dan menyusun rencana operasional.

1.2 Batasan Penulisan


Makalah ini membahas tentang cara mengidentifikasi masalah kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas Klangenan.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi dan fungsi Puskesmas.
2. Mengetahui penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
Puskesmas.
3. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di
lingkup Puskesmas.
4. Mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah
di lingkup Puskesmas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas


Visi dan misi Puskesmas di Indonesia dapat kita lihat pula dalam SPM
(Standar Pelayanan Minimal). Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar
dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan
kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada
masyarakat yang mencakup : jenis pelayanan, indikator, dan nilai (benchmark).
Pelaksanaan Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (UW-SPM) diatur
dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1457/MENKES/SK/X/2003 dibedakan atas : UW-SPM yang wajib
diselenggarakan oleh seluruh kabupaten-kota di seluruh Indonesia dan UW-SPM
spesifik yang hanya diselenggarakan oleh kabupaten-kota tertentu sesuai keadaan
setempat. UW-SPM wajib meliputi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar,
penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat, penyelenggaraan pemberantasan
penyakit menular, penyelenggaraan promosi kesehatan, dll. Sedangkan UW-SPM
spesifik meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan dan pemberantasan
penyakit malaria, dll. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standard Pelayanan Minimal.

2.2 Identifikasi Masalah di Puskesmas


Dalam rangka meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan program
kesehatan diperlukan proses perencanaan yang akan menghasilkan suatu rencana
yang menyeluruh (komprehensif dan holistik). Langkah-langkah perencanaan
yang dilakukan adalah analisis situasi, identifikasi masalah dan menetapkan
prioritas, menetapkan tujuan, melakukan analisis untuk memilih alternatif
kegiatan terbaik, dan menyusun rencana operasional.
Masalah dalam perencanaan kesehatan tidak terbatas pada masalah
gangguan kesehatan saja, akan tetapi meliputi semua faktor yang mempengaruhi
kesehatan penduduk (lingkungan, perilaku, kependudukan, dan pelayan
kesehatan). Menurut definisi, masalah adalah terdapatnya kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Oleh sebab itu, cara perumusan masalah yang baik adalah
kalau perumusan masalah tersebut jelas menyatakan adanya kesenjangan.
Kesenjangan tersebut dikemukakan secara kualitatif dan dapat pula secara
kuantitatif. Identifikasi dan prioritas masalah kesehatan mrupakan bagian dari
proses perencanaan harus dilaksanakan dengan baik dan melibatkan seluruh unsur
terkait, termasuk masyarakat. Sehingga masalah yang ditetapkan yang
ditanggulangi betul-betul merupakan masalah dari masyarakat, sehingga dalam
pelaksanaan kegiatan untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada,
masyarakat dapat berperan aktif didalamnya.
Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari berbagai cara,
diantaranya :
1. Laporan-laporan kegiatan dari program-program kesehatan yang ada
2. Surveilans epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit
3. Survey kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan
perencanaan kesehatan
4. Hasil kunjungan lapangan supervise
Dalam menentukan masalah kesehatan diperlukan ukuran-ukuran.
Ukuran-ukuran yang lazim dipakai adalah angka kematian (mortalitas) dan angka
kesakitan (morbiditas). Masalah kesehatan harus diukur karena terbatasnya
sumber daya yang tersedia sehingga sumber daya yang ada betul-betul
dipergunakan untuk mengatasi masalah kesehtan yang penting dan memang bisa
diatasi.
Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi maslah
kesehatan yakni :
1. Pendekatan logis
Secara logis, identifikasi masalah kesehatan dilakukan mengukur mortalitas,
morbiditas, dan cacat yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam
masyarakat.
2. Pendekatan pragmatis
Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa tidak aman
yang ditimbulkan penyakit atau kecelakaan. Dengan demikian ukuran
pragmatis suatu masalah gangguan masalah adalah gambaran upaya
masyarakat untuk memperoleh pengobatan, misalnya jumlah orang yang
datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.
3. Pendekatan politis
Dalam pendekatan ini, maslah kesehatan diukur atas dasar pendapat orang-
orang penting dalam suatu masyarakat (pemerintah atau tokoh-tokoh
masyarakat).
2.3 Prioritas Masalah
Tidak semua masalah tersebut dapat dipecahakan sekaligus ( direncanakan
pemecahannya) karena keterbatasan sumber daya baik biaya, tenaga, dan
teknologi. Untuk itu maka harus dipilih masalah mana yang feasible untuk
dipecahkan. Proses memilih masalah ini disebut memilih atau menetapkan
prioritas. Pemilihan prioritas dapat dilakukan melalui 2 cara:
1. Melalui teknik skoring
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan pemberian bobot dan skor
kriteria terhadap masalah dengan menggunakan ukuran ( parameter ) antara lain:
- Besarnya masalah dan berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh
masalah tersebut.
- Kemungkinan intervensi.
- Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi
(meningkatkan mutu).
- Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah,
termasuk dalam hal ini dana dan tenaga kesehatan.
Pembobotan berarti penentuan kepentingan relatif dari setiap kriteria yang dipilih.
Kisaran pembobotan yang digunakan adalah 1-5, artinya bobot terendah 1 sedang yang
tertinggi adalah 5. Masalah yang memperoleh nilai tertinggi adalah yang diprioritaskan.
Pemberian bobot atau skor kriteria terhadap masalah :
Urgensi : Merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan
Nilai 1 : Tidak penting
Nilai 2 : Kurang penting
Nilai 3 : Cukup penting
Nilai 4 : Penting
Nilai 5 : sangat penting
Intervensi
Nilai 1 : tidak mudah
Nilai 2 : kurang mudah
Nilai 3 : cukup mudah
Nilai 4 : mudah
Nilai 5 : sangat mudah
Biaya
Nilai 1 : sangat mahal
Nilai 2 : mahal
Nilai 3 : cukup murah
Nilai 4 : murah
Nilai 5 : sangat murah
Kemungkinan meningkatkan mutu
Nilai 1 : sangat rendah
Nilai 2 : rendah
Nilai 3 : cukup sedang
Nilai 4 : tinggi
Nilai 5 : sangat tinggi

2. Melalui teknik non skoring


Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh
sebab itu, juga disebut nominal group technique (NGT). Ada dua NGT, yakni:
i. Delphi Technique
Delphi Technique : yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang
yang mempunyai keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan
prioritas masalah yang disepakati bersama.
ii. Delbeq Technique
Delbeq Technique : melalui diskusi kelompok, namun peserta diskusi terdiri dari
para peserta yang tidak sama keahliannya, maka sebelumnya dijelaskan dulu, sehingga
mereka mempunyai persepsi yang sama terhadap masalah masalah yang akan dibahas.
Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.
2.4 Masalah Kesehatan di Puskesmas
Dalam melaksanakan program kesehatan yang berdasarkan kepada standar
pelayanan minimal, puskesmas bekerja untuk mencapai target sesuai SPM pada
setiap program. Permasalahan kesehatan akan muncul jika target tidak dapat
dicapai. Secara makro, masalah kesehatan terdiri dari 3 :
1. Mortalitas
Infant mortality rate : jumlah kematian bayi dalam 1000 kelahiran hidup.
Maternal mortality rate : jumlah kematian ibu melahirkan dalam 100000
kelahiran hidup.
2. Usia harapan hidup
3. Status gizi anak dibawah 5 tahun
Penjabaran ketiga masalah makro tersebut berupa program wajib dan program
penunjang puskesmas. Masalah kesehatan di puskesmas terlihat pada laporan tahunan
yang tidak dapat mencapai target SPM.
Selain itu, sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang terdiri dari
Pelayanan Kesehatan Perorangan dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat, permasalahan
kesehatan di puskesmas dapat diidentifikasi dari 2 hal tersebut.
2.5 Faktor-Faktor Penghambat Pelayanan Puskesmas
Dalam realitanya pelayanan Puskesmas sekarang banyak memiliki masalah-
masalah. Adapun masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas itu diakibatkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut: (Tjiptoherijanto dan Said Zainal Abidin, 1993: 44-46)
1. Faktor Internal
Pelaksanaan Manajemen
Pelaksanaan manajemen merupakan hal penting yang menentukan dalam
mencapai tujuan yang efisien dan efektif dari tujuan Puskesmas. Dimana fungsi
manajemen itu untuk planning, organizing, leading, dan controling. Pada kegiatan
perencanaan setiap tahunnya sering kali tidak berjalan sehingga kegiatan berjalan apa
adanya sesuai kebiasaan yang dianggap baik/sudah biasa.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek terpenting dalam mencapai target
dari program-program Puskesmas. Tetapi apa yang terjadi pada Puskesmas di Indonesia
terkesan tidak diperhatikan oleh pemerintah dengan alasan wilayah geografis yang sulit
untuk dijangkau, sehingga sarana dan prasarana yang ada di dalam Puskesmas sangat
terbatas, baik berupa alat medis maupun obat-obatan. Hal ini terjadi akibat dari sumber
keuangan yang dimiliki Puskesmas terbatas sehingga mutu pelayanan puskesmas pun
menjadi rendah karena tidak sesuai dengan standar kesehatan.
Tenaga medis
Jumlah tenaga medis yang sangat sedikit mengakibatkan ketidakmampuannya
melaksanakan program dari Dinas Kesehatan. Misalanya program Posyandu yang tidak
tepat sasaran.
Sumber keuangan Puskesmas
Sumber keuangan dari pemerintah pusat maupun daerah yang didapat tidak
sebanding dengan pengeluaran operasional Puskesmas sehingga biaya pelayanan
Puskesmas pun mahal padahal sarana yang terdapat di sana tidak sebanding dengan apa
yang harus dibayar sehingga hal ini berdampak kepada masyarakat untuk beralih pergi ke
Rumah Sakit saja yang fasilitas lebih baik daripada Puskesmas.
Psiko-sosial antara tenaga medis dengan penduduk
Perbedaan psiko-sosial antara tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas dengan
penduduk menimbulkan hambatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
Puskesmas.Tenaga-tenaga yang diperbantukan di Puskesmas biasanya terdiri dari orang-
orang terpelajar dan bukan berasal dari daerah tersebut, sehingga penduduk
menganggapnya sebagai orang asing. Apalagi jika bahasa yang digunakan adalah bahasa
yang tidak dimengerti oleh penduduk, maka akibatnya penduduk segan untuk datang ke
Puskesmas.
2. Faktor Eksternal
Kondisi Geografis
Kondisi geografis Puskesmas umumnya terletak pada daerah pelosok atau
setingkat dengan kecamatan. Dimana kecamatan tiap-tiap daerah memilki keadaan yang
berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan puskesmas. Memang ada
kecamatan-kecamatan yang hanya dengan satu Puskesmas sudah dapat menjangkau
seluruh penduduk. Tetapi ada juga puskesmas yang hanya dapat dijangkau oleh
penduduk yang bermukim di dekatnya karena penduduk yang lain bertempat tinggal jauh
dari Puskesmas.
Pemerintah daerah
Peran Pemerintah Daerah yang terkesan gagap ini terlihat atas pemahaman
pembangunan kesehatan yang setengah-setengah dari pihak legislatif dan eksekutif yang
tercermin dari dijadikannya pelayanan kesehatan sebagai tulang punggung pendapatan
daerah. Ini berarti orang sakit dijadikan tulang punggung pendapatan daerah. Padahal
upaya menyehatkan masyarakat sejatinya termaktub dalam hakikat dan semangat UU.
No.22 dan UU No. 25 tahun 1999 yang pada intinya adalah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik dan mengembangkan demokrasi menuju peningkatan kesejahteraan
rakyat. Disamping itu alokasi anggaran kesehatan berbagai daerah mencerminkan
kurangnya perhatian terhadap investasi hak-hak dasar pembangunan manusia diantaranya
pelayanan kesehatan dasar.
Keadaan Ekonomi Penduduk
Keadaan ekonomi penduduk memberikan andil dalam sulitnya mengupayakan
pelayanan kesehatan pada masyarakat. Jumlah warga negara Indonesia mayoritas
bermata pencarian petani dan nelayan yang mana kondisi ekonominya kurang memadai.
Walaupun ada ketentuan yang memperbolehkan mereka yang tidak mampu untuk tidak
usah membayar retribusi di Puskesmas, namun kenyataannya orang-orang yang demikian
justru enggan datang ke Puskesmas.
Kondisi Pendidikan Penduduk
Masalah pendidikan penduduk juga berperan dalam menghambat pelayanan yang
dihadapi oleh Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan pada tingkat pertama,
karena pada umumnya pendidikan masyarakat desa masih rendah, maka pola pikir
mereka sangat sederhana dan kurang atau bahkan belum paham akan arti kesehatan.
Mereka cenderung mengikuti sifat-sifat tradisional yang sejak dulu dipegang oleh
masyarakat dan lingkungannya.
Peran Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan yang berada di Propinsi bekerja pada aspek melayani
penyembuhan penyakit yang sudah diderita oleh penduduk dibandingkan dengan
melayani obat-obatan yang dapat digunakan sebagai upaya pencegahan timbulnya suatu
penyakit pada penduduk. Dengan kata lain pelayanan kesehatan Puskesmas lebih banyak
ditekankan pada tindakan kuratif dibandingkan pada tindakan preventif apalagi promotif.
Selain itu Dinas Kesehatan juga kurang melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap
pelaksanaan program-program Puskesmas yang sudah ada sehingga tidak terwujudnya
pelayanan kesehatan di tingkat basis.
BAB III
ANALISIS SITUASI

3.1 Keadaan Geografis


Puskesmas Palimanan terletak di Kecamatan Palimanan dengan luas
28.621.231 Ha dengan batas-batas sebagai berikut:
* Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Gempol
* Sebelah Utara berbatasan dengan Kec.Arjawinangun
* Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Klangenan
* Sebelah Selatan berbatasan dengan PKM Kepuh
Puskesmas Palimanan meliputi 7 Desa sebagai wilayah kerjanya. Ketujuh
desa tersebut adalah:
1. Desa Beberan
2. Desa Ciawi
3. Desa Palimanan Timar
4. Desa Pegagan
5. Desa Lungbenda
6. Desa Tegalkarang
7. Desa Cengkuang

PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PALIMANAN

UTARA



PUSTU
T.KARANG
Keterangan :
CENGKUANG
: DESA
LUNGBENDA

CIAWI
: PUSTU/PKM


: JALAN RAYA PEGAGAN

: JALAN DESA PAL.TIM


PKM
: SUNGAI
: PUSLING
BEBERAN
: BPS WTS

Gambar 3.1 Peta wilayah kerja Puskesmas Palimanan

3.2 Keadaan demograf


Data kependudukan Kecamatan Palimanan menurut desa di bawah
wilayah kerja Puskesmas Palimanan dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan sasaran
kesehatan di Puskesmas Palimanan dapat dilihat di Tabel 3.2.
Tabel 3.1 Distribusi Penduduk menurut Desa Tahun 2016
No Desa Jumlah jiwa
1 Beberan 4.020
2 Cengkuang 4.720
3 Ciawi 3.678
4 Lungbenda 3.415
5 Palimanan Timur 6.363
6 Pegagan 10.178
7 Tegal Karang 4.992
Jumlah 37.666
Sumber data : Data Estimasi Penduduk dan Sasaran Program
UPT Puskesmas DTP Palimanan Tahun 2016

Tabel 3.2 Daftar Sasaran Kesehatan Puskesmas Palimanan Tahun 2016


Desa NEO BAYI BALITA BUMIL LANSIA
Beberan 103 99 375 107 314
Cengkuang 108 105 404 116 333
Ciawi 101 98 365 106 336
Lungbenda 86 81 323 90 266
Palimanan Timur 145 143 519 155 383
Pegagan 173 171 767 200 489
Tegal Karang 116 115 423 119 326
Jumlah 832 812 3176 893 2.452
Sumber data : Data Estimasi Penduduk dan Sasaran Program
UPT Puskesmas DTP Palimanan Tahun 2016

3.3 Sarana Dan Prasarana


3.3.1 Sarana dan Prasarana Kesehatan

Kondisi
No Jenis Sarana/Prasarana Jumlah Rusak Rusak Rusak
Ringan Sedang Berat
I Sarana Kesehatan
1. Puskesmas Induk 1
2. Puskesmas Pembantu 1
3. Poskeskes 7
4. Rumah Dinas Dokter Umum 1
5. Rumah Dinas Dokter Gigi 1 1
6. Rumah Dinas Paramedis 1
7. Puskesmas keliling Roda 4 1
8. Sepeda Motor 4 1 1

II Sarana Penunjang
1. Komputer 12 1
2. Mesin Tik 2 2
3. Telepon 2
4. Tape Dex 1
5. TV 2
6. Power System + micropone 1 set

Sumber daya
Keadaan Tenaga di UPT Puskesmas Palimanan

YANG ADA STATUS


NO JENIS KETENAGAAN KETERANGAN
SEKARANG PEGAWAI

PUSKESMAS INDUK
PNS:1
1 DOKTER 3
PNS;2 dr. Umum
PNS:1 Ka. PKM
2 DOKTER GIGI 2
PNS:1 dr. Gigi
PNS : 7 Sukwan = 10
3 BIDAN 25
PTT : 8
4 PERAWAT 18 PNS : 7
Sukwan 11
5 PERAWAT GIGI 2 Sukwan
6 SANITARIAN 2 PNS : 1
Honor : 1
7 SPAG 1 PNS: 1
TENAGA PNS : 1
8 2
LABORATORIUM Sukwan : 1
PNS : 1
9 PENGELOLA OBAT 2
Sukwan : 1
PNS : 2
10 Tenaga Administrasi 3
Honorer : 1
PNS : 1
11 Lain-lain 3
TKK: 2
12 Sopir 1 TKK: 1
JUMLAH 67
Sumber : TU UPT Puskesmas Palimanan 2015
3.3.2 Sarana dan Prasarana Umum
Puskesmas Palimanan memiliki beberapa sarana dan prasarana umum di
wilayah kerjanya. Sarana dan prasarana di Puskesmas Palimanan dapat dilihat di
Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana Umum di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
No. Variabel Jumlah
1 TK 10 buah
2 SD Negeri 17 buah
4 SMP/MTsN 7 buah
5 SMA/SMK 15 buah
Sumber data : Data Estimasi Penduduk dan Sasaran Program
UPT Puskesmas DTP Palimanan Tahun 2016

3.4 Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi


Penduduk wilayah kerja Puskesmas Palimanan sebagian besar beragama
Islam dengan presentase sebesar 96% dan keadaan ekonomi masyarakat
Palimanan merupakan kelompok menengah kebawah.
BAB IV
MASALAH KESEHATAN DI PUSKESMAS PALIMANAN

4.1 Identifikasi Masalah


Proses identifikasi masalah dilakukan melalui observasi, Laporan Tahunan
Puskesmas Palimanan Tahun 2015 dan wawancara dengan kepala Puskesmas dan juga
para penanggung jawab program di Puskesmas. Beberapa masalah di Puskesmas
Palimanan yang ditemui adalah:
Partisipasi dan peran masyarakat di Palimanan terhadap Posyandu masih kurang.
Kasus BB Bawah Garis Merah/ gizi buruk pada Balita masih ditemukan.
Angka kasus DM masih konstan pada setiap bulan.
Angka kasus TB Paru klinis masih tinggi.
Angka kasus DBD masih ditemukan pada setiap bulan.

4.2 Prioritas Masalah


Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program puskesmas tidak
memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan
prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar. Hasil dari prioritas masalah yang
kami temukan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dalam memprioritaskan masalah-masalah
yang kami temukan di wilayah kerja Puskesmas Palimanan, kami menggunakan teknik
skoring dengan kriteria nilai yang digunakan adalah sebagai berikut:
Urgensi: merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan
- Nilai 1 : tidak penting
- Nilai 2 : kurang penting
- Nilai 3 : cukup penting
- Nilai 4 : penting
- Nilai 5 : sangat penting
Intervensi
- Nilai 1 : tidak mudah
- Nilai 2 : kurang mudah
- Nilai 3 : cukup mudah
- Nilai 4 : mudah
- Nilai 5 : sangat mudah
Biaya
- Nilai 1 : sangat mahal
- Nilai 2 : mahal
- Nilai 3 : cukup murah
- Nilai 4 : murah
- Nilai 5 : sangat murah
Kemungkinan meningkatkan mutu
- Nilai 1 : sangat rendah
- Nilai 2 : rendah
- Nilai 3 : cukup sedang
- Nilai 4 : tinggi
- Nilai 5 : sangat tinggi

Tabel 4.1. Penilaian Prioritas Masalah di Puskesmas Palimanan


Masalah Kesehatan Masyarakat Urgensi Intervensi Biaya Mutu Total Rangking

Partisipasi dan peran 1 2 1 5 9 V


masyarakat di Palimanan
terhadap Posyandu masih
kurang.

Kasus BB Bawah Garis Merah/ 5 3 3 5 16 III


gizi buruk pada Balita masih
ditemukan

Angka kasus DM masih 3 2 2 3 10 IV


konstan pada setiap bulan.

Angka kasus TB Paru klinis 5 2 5 5 17 II


masih tinggi.
Angka kasus DBD masih 5 5 5 3 18 I
ditemukan pada setiap bulan

Setelah mempertimbangkan urgensi, intervensi, biaya dan mutu dari semua


masalah yang telah diidentifikasi kami mendapatkan prioritas masalahnya adalah masih
adanya kasus DBD yang ditemukan setiap bulannya sebagai rangking pertama (Tabel
4.1).
4.3. Analisis Sebab Akibat Masalah
Berdasarkan penilaian prioritas di atas, kami menganggap perlunya identifikasi,
analisis, dan upaya pemecahan masalah kasus DBD, TB dan DM. Rekapitulasi kasusnya
dapat dilihat dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2 Angka Kasus DBD, TB dan DM menurut desa Tahun 2015
No Desa Angka Kejadian
DBD TB DM
1 Beberan 9 3 44
2 Cengkuang 3 2 41
3 Ciawi 6 2 23
4 Lungbenda 16 1 26
5 Palimanan Timur 14 - 105
6 Pegagan 35 2 135
7 Tegal Karang 10 - 40
Jumlah 93 10 414
Sumber data : Laporan Tahunan Puskesmas Palimanan Tahun 2015
Dari tabel 4.2 didapatkan kasus DBD pada wilayah kerja Puskesmas Palimanan
tahun 2015 adalah sebesar 93 kasus, kasus TB yang positif sebesar 10 kasus dan kasus
DM sebesar 414 kasus.
Setelah melakukan diskusi dan wawancara dengan petugas puskesmas, maka
didapatkan beberapa penyebab masalah terjadinya kasus DBD di Puskesmas Palimanan,
yakni sebagai berikut:
Manusia
Dari masyarakat
- Masih terdapat masyarakat yang tidak mengetahui dan memahami tentang
pentingnya kebersihan lingkungan.
- Masih terdapat masyarakat yang belum sadar tentang pentingnya kebersihan
lingkungan.
- Masyarakat seringkali salah dalam mendiagnosis penyakit DBD ini dengan
penyakit lain seperti flu atau typhus
Metode
- Kerjasama lintas sektoral antara Dinas Kesehatan dan Dinas Kebersihan Kota
kurang optimal
Material
- Media informasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan kurang optimal.
Lingkungan
- Masih banyak daerah dengan lingkungan yang memiliki tempat yang potensial
menjadi tempat pembiakan jentik-jentik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat ternyata masih
menyimpan berbagai permasalahan terkait kesehatan masyarakat. Tidak hanya dilihat
dari segi sarana, pra sarana serta tenaga medis tetapi juga dilihat dari segi kesadaran
masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta komitmen dan
kerjasama masyarakat untuk meningkatkan mutu pelayanan. Selain itu, Puskesmas juga
harus memiliki standar pelayanan yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat
untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
5.2 Saran
Puskesmas perlu meningkatkan upaya promotif dan preventif terutama pada daerah
dengan angka kejadian yang tinggi.
Pemerintah juga harus memainkan peran dalam menyadarkan masyarakat betapa
pentingnya kebersihan lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit berbasis
liingkungan ini.
Mensosialisasikan program-program Puskesmas kepada masyarakat untuk
mengubah pola pikir masyarakat tentang kepentingan kebersihan terhadap
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Definisi-puskesmas.html
Kebijakan dasar puskesmas (menuju Indonesia sehat 2010), Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat,
Depkes RI, 2003.
Laporan Tahunan Puskesmas Palimanan Tahun 2015
Model-puskesmas-era-desentralisasi.html

Anda mungkin juga menyukai