PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Mutu pelayanan merupakan faktor yang esensial dalam seluruh operasional sebuah rumah sakit.
Salah satu indikator mutu yang penting adalah keselamatan pasien, disamping indikatorindikator lainnya. Mutu suatu rumah sakit tidak bisa dikatakan baik bila belum terlaksana
keselamatan pasien di rumah sakit tersebut. Manajemen resiko merupakan salah satu alat yang
paling penting guna terlaksananya proses manajemen mutu yang efektif.
Untuk itulah maka RS Sehat Sejahtera (RSSS) menyusun pedoman mutu dan keselamatan
pasien.
1.2. TUJUAN
Sebagai dasar dari seluruh program dan sebagai acuan dari berbagai kebijakan dan prosedur
terkait dengan manajemen mutu, resiko dan keselamatan pasien di RSSS
1.3. PENGERTIAN
1.3.1. Manajemen mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
sistematis, objektif dan terpadu dalam identifikasi dan menetapkan masalah dan
penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan,
menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan
yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk
lebih meningkatkan mutu pelayanan
1.3.2. Mutu Pelayanan adalah kinerja yang menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang dapat menimbulkan kepuasan pada pasien atau konsumen
1.3.3. Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasikan, mengevaluasi
dan memprioritaskan resiko untuk mengurangi resiko cedera dan kerugian pada pasien,
karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasi sendiri
1.3.4. Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman untuk mencegah cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
menjalankan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
1.4. PRINSIP
PENYUSUNAN
DAN
PENETAPAN
PEDOMAN
MUTU,
MANAJEMEN RESIKO DAN KESELAMATAN PASIEN
Di dalam penyusunan Pedoman Ini telah memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.4.1.
1.4.2.
1.4.3.
1.4.4.
1.4.5.
1.4.6.
1.4.7.
1.4.8.
1.6.KEBIJAKAN
1.6.1.
1.6.2.
1.6.3.
1.6.4.
Planning
1.8.1.1. Penyusunan Pedoman Manajemen Mutu, Manajemen Resiko dan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
1.8.1.2. Koordinasi dengan:
Dewan Direksi
Komite Medik
Komite Keperawatan
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Para Senior Manager
Para Manager dan Supervisor
1.8.1.3. Penyusunan berbagai Kebijakan dan Prosedur
1.8.1.4. Penyusunan berbagai program manajemen mutu, manajemen resiko dan
keselamatan pasien.
1.8.1.5. Pengorganisasian kegiatan dan aktivitas.
1.8.2.
Action
1.8.2.1.
1.8.3.
1.8.4.
1.8.5.
1.9. METODA
1.9.1. Metoda pengumpulan data yang terdiri dari :
Survey
Dapat dilaksanakan melalui kuesioner atau interview secara langsung maupun
melalui telepon, terstruktur atau tidak terstruktur
Observasi
Dilakukan terhadap asuhan pasien, meliputi observasi terhadap status fisik dan
perilaku pasien, serta proses manajerial.
Pelaporan / Surveillance
Goal dari metode pengumpulan data ini adalah tersedianya data, baik data
mentah maupun data yang telah diolah (misalkan indikator).
Audit / Investigasi
3
Review
Merupakan penilaian terhadap standar/sistem yang berlaku di RSSS. Penilaian
dilakukan dengan menilai isi dokumen yang ada (SOP/SPO, UT, Clinical
Practice Guideline, Clinical Pathway, SK Direktur, Bylaws) apakah sudah
memenuhi standar / kebijakan yang berlaku lokal maupun nasional.
Goal dari metoda analisa data ini adalah tersedianya rekomendasi untuk
perbaikan standar / sistem.
BAB 2
PENGORGANISASIAN
2.1. KEPEMIMPINAN & KOMITMEN
Prasyarat keberhasilan program peningkatan mutu, manajemen resiko dan keselamatan pasien
rumah sakit adalah komitmen top-down dari Governing Body dan Manajemen Senior.
Manajemen RSSS memiliki komitmen untuk memastikan bahwa semua sumber daya yang
dibutuhkan tersedia dalam upaya menerapkan program peningkatan mutu , manajemen resiko
dan keselamatan pasien yang efektif.
2.3. PENGORGANISASIAN.
2.3.1.
2.3.2.
2.3.3.
2.3.4.
2.3.5.
2.3.6.
4.
2.4.3.2.
BAB 3
MANAJEMEN MUTU
3.1. PENGERTIAN
Mutu adalah tingkat kesempurnaan penampilan dari sesuatu yang diamati atau derajat
kepatuhan terhadap standar yang ditentukan terlebih dahulu.
Manajemen mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis,
objektif dan terpadu dalam identifikasi dan menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu
pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai
dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
3.2. TUJUAN
Tujuan progran manajemen mutu mencakup dua hal yang bersifat pokok, yaitu sebagai berikut
:
3.3. MANFAAT
3.3.1.
3.3.2.
3.3.3.
3.3.4.
3.4. SYARAT
3.4.1.
Bersifat Khas
9
3.4.2.
3.4.3.
3.4.4.
3.4.5.
3.4.6.
3.4.7.
Dalam artian jelas sasaran, tujuan dan tata cara pelaksanaannya serta diarahkan untuk
hal-hal yang bersifat pokok saja, oleh karena itu perlu disusun dahulu rencana kerja
manajemen mutu
Mampu Melaporkan Setiap Penyimpangan
Kemampuan untuk melaporkan setiap penyimpangan secara tepat, cepat dan benar,
oleh karena itu suatu manajemen mutu harus mempunyai mekanisme umpan balik
yang baik
Fleksibel dan Berorientasi Pada Masa Depan
Manajemen mutu yang terlalu kaku dalam arti tidak tanggap terhadap setiap
perubahan, bukanlah manajemen mutu yang baik.
Mencerminkan dan Sesuai Keadaan Organisasi
Manajemen mutu yang berlebihan dan terlalu dipaksakan sehingga tidak sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki, tidak akan ekonomis dan karena itu bukanlah suatu program
yang baik.
Menghasilkan peningkatan mutu
Manajemen mutu harus menghasilkan peningkatan mutu secara terus menerus.
Mudah Dilaksanakan
Itulah sebabnya sering dikembangkan manajemen mutu mandiri (self assesment). Dan
sebaiknya program tersebut dilakukan secara langsung, dalam arti dilaksanakan oleh
pihak-pihak yang melaksanakan pelayanan kesehatan
Mudah Dimengerti
Manajemen mutu yang berbelit-belit atau yang hasilnya sulit dimengerti, bukanlah
program yang baik.
INPUT
PROSES
OUTPUT
ENVIRONTMENT / LINGKUNGAN
Prospective QM
Concurent QM
Retrospective QM
Manajemen mutu Prospektif (Prospective Quality Manajemen)
Adalah manajemen mutu yang diselenggarakan sebelum pelayanan kesehatan. Pada bentuk
ini perhatian utama lebih ditunjukan pada standar masukan (input) dan standar lingkungan
(environment) yaitu pemantauan dan penilaian terhadap tenaga pelaksana, sarana, dana,
disamping terhadap kebijakan, organisasi dan manajemen.
Manajemen mutu Konkuren (Concurent Quality Manajemen)
Adalah manajemen mutu yang diselenggarakan bersamaan dengan pelayanan kesehatan.
Pada bentuk ini perhatian utama lebih ditujukan pada proses, yakni memantau dan menilai
tindakan medik, keperawatan dan non medik yang dilakukan.
Manajemen mutu Retrospektif (Retrospective Quality Manajemen)
Adalah manajemen mutu yang diselenggarakan setelah pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini
perhatian utama lebih ditujukan pada standar keluaran, maka obyek yang dipantau dan dinilai
bersifat tidak langsung, dapat berupa hasil kerja pelaksana pelayanan atau berupa pandangan
pemakai jasa kesehatan.
11
Yang dimaksud dengan cara penyelesaian masalah mutu adalah setiap usaha yang
dilakukan untuk meniadakan kesenjangan antara hasil akhir pelayanan kesehatan atau
proses manajerial dengan standar yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu :
a.
Menyusun daftar cara penyelesaian masalah
b.
Menetapkan prioritas cara penyelasaian masalah
3.7.4. Melaksanakan cara penyelesaian masalah mutu.
Metode penyelesaian masalah mutu (quality improvement) yang diterapkan di RSSS
adalah:
a. Perencanaan (Planning)
b. Pelaksanaan (Action)
c. Pemantauan (Monitoring)
d. Evaluasi (Evaluation)
e. Perbaikan Berkelanjutan (Continuous Improvement)
Metode di atas merupakan modifikasi dari langkah manajemen mutu yang sudah dikenal
yaitu:
a. Perencanaan (Plan)
b. Pelaksanaan (Do)
c. Pemeriksaan berkala (Check)
d. Perbaikan & tindakan (Action)
Salah satu pertimbangannya adalah untuk mencegah kebingungan antara langkah Do dan
Action, sehingga dalam metode yang dipakai di RSSS kedua langkah tersebut dibedakan
penamaannya menjadi Action untuk Pelaksanaan dan Contiuous Improvement untuk
Tindakan Perbaikan Berkelanjutan.
3.7.5. Melakukan penilaian tindak lanjut
Yang dimaksud dengan penilaian tindak lanjut adalah penilaian terhadap pelaksanaan
cara penyelasaian masalah dan penyusunan rekomendasi untuk tindak lanjut.
Salah satu tools yang diterapkan di RSSS dalam menyelesaikan masalah adalah analisa akar
masalah ( Root Cause Analysis ). analisa akar masalah ( Root Cause Analysis ) adalah suatu
metoda evaluasi terstruktur untuk mengidentifikasi penyebab dasar masalah dan tindakantindakan untuk mencegah terulangnya kembali masalah tersebut . Proses ini merupakan langkah
penting dalam menjawab berbagai permasalahan dalam manajemen mutu, resiko dan
keselamatan.
12
BAB 4
INDIKATOR MUTU
4.1. PENGERTIAN
Indikator mutu adalah parameter yang dapat diukur, yang mewakili input, proses maupun hasil
akhir dari suatu pelayanan dan proses manajerial yang digunakan untuk mengukur mutu dari
pelayanan dan proses manajerial tersebut.
4.2. TUJUAN
Untuk mengukur mutu dari pelayanan kesehatan dan proses manajerial di RSSS.
Ya
Apakah ada
bukti adanya
gap dalam
pelaksanaan?
Tidak
Atau
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Apakah
indikator
bisa
dikendalik
an oleh
petugas
rumah
sakit?
Tidak
Apakah
indikator
akan bisa
diukur
dengan
upaya
yang
cukup?
Ya
D
I
P
I
L
I
H
Tidak
TIDAK DIPILIH
Dalam menentukan
diantaranya :
13
14
BAB 5
MANAJEMEN RESIKO
5.1. PENGERTIAN
Resiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat sekarang
atau kejadian di masa datang.
Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasikan, mengevaluasi dan
memprioritaskan resiko untuk mengurangi resiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan
rumah sakit, pengunjung dan organisasi sendiri
5.2. TUJUAN
5.2.1. Meminimalkan kemungkinan terjadinya cedera pada pasien, pengunjung dan karyawan
RS Sehat Sejahtera.
5.2.2. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung RS Sehat Sejahtera.
5.2.3. Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien.
5.2.4. Mempertahankan reputasi RS Sehat Sejahtera.
5.3. MANFAAT
5.3.1. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan
Peningkatan efektifitas yang dimaksud adalah pelayanan dapat diselenggarakan dengan
cara yang baik dan benar.
5.3.2. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan
Peningkatan efesiensi yang dimaksud erat hubungannya dengan dapat dicegahnya
penyelenggaraan pelayanan yang membahayakan pasien, sehingga tidak ada biaya
tambahan akibat tindakan yang merugikan pasien
5.3.3. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Peningkatan penerimaan masyarakat ini erat hubungannya dengan timbulnya rasa aman
dari masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh RS Sehat Sejahtera.
5.3.4. Dapat melindungi pelaksanaan pelayanan kesehatan dari kemungkinan munculnya
gugatan hukum
Dengan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang aman, yang akan berdampak pada
peningkatan kepuasan para pemakai jasa pelayanan kesehatan dan tentunya akan
melindungi kemungkinan munculnya gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas
terhadap pelayanan kesehatan.
15
Metode di atas merupakan modifikasi dari langkah manajemen resiko yang sudah dikenal
yaitu:
a. Perencanaan (Plan)
b. Pelaksanaan (Do)
c. Pemeriksaan berkala (Check)
d. Perbaikan & tindakan (Action)
Salah satu pertimbangannya adalah untuk mencegah kebingungan antara langkah Do
(Pelaksanaan) dan Action (Perbaikan dan Tindakan), sehingga dalam metode yang
dipakai di RSSS kedua langkah tersebut dibedakan penamaannya menjadi Action untuk
Pelaksanaan dan Contiuous Improvement untuk Tindakan Perbaikan Berkelanjutan.
17
BAB 6
KESELAMATAN PASIEN / PATIENT SAFETY
6.1. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman
untuk mencegah cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat menjalankan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
6.2. TUJUAN
6.2.1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
6.2.2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
6.2.3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
6.2.4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
6.2.5. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung RS Sehat
Sejahtera
6.2.6. Mempertahankan reputasi RS Sehat Sejahtera.
6.2.7. Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien
6.2.8. Tercapainya International Patient Safety Goals di RSSS
6.3. MANFAAT
6.3.1.
6.3.2.
6.3.3.
6.3.4.
6.3.5.
6.3.6.
6.3.7.
Rumah sakit harus memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus
dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah
pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus
diberikan kepada staf, pasien & keluarga
Rumah sakit menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden
yang terjadi di rumah sakit
Rumah sakit melakukan assesment dengan menggunakan survei penilaian
keselamatan pasien
18
6.5.2. Memimpin & mendukung staf untuk memiliki komitmen & fokus pada
keselamatan pasien di rumah sakit
6.5.2.1. Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit mengkaji kembali struktur dan proses yang ada dalam
manajemen resiko klini dan non klinis, serta memastikan hal tersebut
mencakup dan terintegrasi dengan keselamatan pasien dan staf.
Rumah sakit mengembangkan indikator-indikator kinerja pengelolaan
resiko yang dapat dimonitor oleh Direksi/Pimpinan rumah sakit.
Rumah sakit menggunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh
dari sistem pelaporan insiden dan assesment resiko untuk dapat secara
proaktif meningkatkan kepedulian kepada pasien.
Membentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan issueissue keselamatan pasien guna memberikan umpan balik kepada
manajemen yang terkait.
Memastikan ada penilaian resiko pada individu pasien dalam proses
assesment resiko rumah sakit.
Melakukan proses assesment resiko secara teratur dan mengambil langkahlangkah yang tepat untuk memperkecil resiko tersebut.
Memastikan assesment resiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke
proses assesment dan pencatatan resiko rumah sakit.
6.5.4.
Menggunakan informasi yang benar dan jelas yhang diperoleh dari sistem
pelaporan, assesment resiko, kajian insiden, dan audit serta analisis untuk
menentukan solusi.
Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan atau kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
Melakukan assesment resiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
Memberi umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil
atas insiden yang dilaporkan
20
Pelaporan secara tertulis setiap kejadian nyaris cedera (KNC) atau kejadian tidak diharapkan
(KTD) yang menimpa pasien selama menjalani proses pengobatan oleh petugas kesehatan di
rumah sakit.
6.7.2
a.
Dampak/ consequences
Penilaian dampak akibat suatu kecelakaan berdasarkan jenis cederanya dan
kemampuan korban kembali ke pekerjaannya.
Tabel Dampak (terlampir)
b.
Probabilitas/ likehood
Penilaian tingkat probabilitas risiko adalah seberapa seringnya insiden tersebut
terjadi.
Tabel Probabilitas (terlampir)
Setelah nilai Dampak dan Probabilitas diketahui, dimasukkan dalam ke Tabel Matriks
Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
SKOR RISIKO
SKOR RISIKO = Dampak x Probability
BANDS RISIKO
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu :
Biru, Hijau, Kuning dan Merah. Warna bands akan menentukan Investigasi yang
akan dilakukan:
Bands BIRU dan HIJAU : Investigasi sederhana
Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif / RCA
Tabel Penilaian Matriks Resiko (terlampir)
22
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
6.7.5
Karyawan RSSS yang terlibat atau pertama menemukan insiden keselamatan pasien
wajib segera ditindak lanjuti penanganan untuk mengurangi dampak.
Setelah ditindak lanjuti, karyawan tersebut segera buat laporan insidennya dengan
mengisi formulir laporan insiden dan meneruskannya kepada atasan langsung
sebelum akhir jam kerja yang bersangkutan (paling lambat 1x24 jam setelah
kejadian)
Atasan langsung (koordinator/ supervisor) yang menerima laporan melakukan
penilaian grading resiko.
Formulir Laporan insiden yang telah dilengkapi oleh hasil grading resiko dari atasan
langsung diserahkan kepada KKP&MRK (paling lambat 2x24 jam setelah kejadian)
KKP&MRK akan memeriksa laporan dan melakukan re-grading resiko terhadap
insiden yang dilaporkan.
KKP&MRK menginformasikan hasil dari re-grading kepada unit yang melaporkan.
Bila Grade biru: maka perlu dilakukan investigasi sederhana oleh atasan langsung
(koordinator atau supervisor), waktu maksimal 1 minggu dan hasil dilaporkan ke
KKP&MRK.
Bila Grade hijau : maka perlu dilakukan investigasi sederhana oleh manajer ,
waktu maksimal 2 minggu dan hasil dilaporkan ke KKP&MRK.
Bila Grade kuning : maka perlu dilakukan investigasi komprehensif/analisis akar
masalah/RCA oleh KKP&MRK dengan melibatkan senior manajer, waktu
maksimal 45 hari.
Bila Grade merah : maka perlu dilakukan investigasi komprehensif/analisis akar
masalah/Regrading oleh KKP&MRK dengan melibatkan direksi, waktu
maksimal 45 hari.
KKP&MRK memonitor pelaksanaan hasil investigasi sederhana
KKP&MRK melaporkan hasil investigasi komprehensif (RCA) kepada Direksi
untuk ditindaklanjuti.
Rekomendasi untuk Perbaikan dan Pembelajaran diberikan umpan balik kepada
unit kerja terkait
23
24
BAB 7
ANALISA & CONTINUOUS IMPROVEMENT
7.1. ANALISA
Data yang diperoleh dari hasil monitoring indikator mutu, serta dari survey, observasi, audit dan
review dikumpulkan oleh departemen mutu RSSS, bersama dengan berbagai laporan lain terkait
dengan isu safety dan pencegahan & pengendalian infeksi.
Data-data tersebut disajikan dalam bentuk rate dan trends serta dianalisa sesuai periode analisa.
Setiap penyimpangan dari standar yang ditetapkan dilaporkan ke manajemen senior rumah sakit.
Laporan tersebut dapat dibuat secara terpisah (per anomali) maupun secara keseluruhan.
Departemen mutu juga memimpin suatu pertemuan dengan manajemen senior maupun
unit/departemen/komite terkait dengan indikator mutu atau hasil survey, observasi, review dan
audit di mana ditemukan penyimpangan dari suatu standar yang ditetapkan sebelumnya, guna
menyusun suatu Strategic Improvement Plan
25
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar 1. Tahapan Manajemen Resiko
26
1
Insignificant
Cidera
Tidak
cidera
Pelayanan/
Operasional
Biaya/
Keuangan
Terhenti
jam
2
Minor
3
Moderate
4
Major
ada
Dapat
diatasi
dengan
pertolongan
pertama
Cedera
luas,
kehilangan
fungsi
utama
permanen
Kematian
Terhenti 8 - 24
Jam
Berkurangnya
fungsi motorik/
sensorik,
memperpanjang
perawatan
Terhenti > 24
jam - 68 jam
Terhenti permanen
Kerugian ringan
Kerugian sedang
Kurugian besar
>Rp. 10.000.000
100.000.000
Kerugian sangat
besar/ Extensive
> Rp. 100.000.000
<
Kerugian
sangat ringan
< Rp. 100.000
Rp. 100.000
1.000.000
TINGKAT
DESKRIPTIF
RES
IKO
1
4
5
27
5
Catastropik
Probabilitas
Tidak
Signifikan
1
Minor
Moderat
Mayor
Katastropik
Sangat Sering
Terjadi ( Tiap
Minggu/Bulan
5
MODERAT
MODERAT
TINGGI
EKSTRIM
EKSTRIM
Sering Terjadi
(Beberapa kali/th)
4
MODERAT
MODERAT
TINGGI
EKSTRIM
EKSTRIM
Mungkin Terjadi
(1-<2th/kali)
3
RENDAH
MODERAT
TINGGI
EKSTRIM
EKSTRIM
RENDAH
RENDAH
MODERAT
TINGGI
EKSTRIM
Sangat Jarang
Terjadi (>5th/kali
1
RENDAH
RENDAH
MODERAT
TINGGI
EKSTRIM
28
Unit tempat
kejadian
DIREKSI
Analisa Laporan/
Simple
Investigation dan
Regrading
Incident
Report
Insiden
KKP&MRK
Tangani
1x24 JAM
Cidera ke UGD
Kerusakan Alat
Medik ke
Mentenance
Medik
Kerusakan
sistem utilitas
(Air & Listrik) ke
Mentenance
Building
Masalah
keamanan ke
Dept. GA
Masalah B3 ke
Sanitasi
Atasan
langsung
RCA
(Senior
Manager)
RCA
(Direksi)
1x24 JAM
Grading
Rekomendasi
Investigasi
sederhana
(Supervisor/
Koordinator)
1 minggu
Investigasi
sederhana
(Manajer)
1 MINGGU
2 MINGGU
REKOMENDASI
Feed
back ke
unit
29
LAPORAN