Anda di halaman 1dari 6

ISSN No.

1978-3787 Media Bina Ilmiah57

PENERAPAN PEMANTAPAN MUTU INTERNAL LABORATORIUM TUBERKULOSIS


PADA FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA MATARAM TAHUN 2014

Oleh :
Erna Haryati
A.A Istri Agung Trisnawati
Widyaiswara BPTK Mataram Dinkes Propinsi NTB

Abstrak : Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) laboratorium Tuberkulosis merupakan kegiatan
yang dilakukan dalam pengelolaan laboratorium Tuberkulosis (TB) berupa kegiatan pengecekan,
pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan secara terus menerus sejak tahap pra analitik, analitik
dan pasca analitik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Pemantapan
Mutu Internal laboratorium mikroskopis Tuberkulosis.Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik .
Populasi dalam penelitian ini adalah 15 orang petugas laboratorium TB di Kota Mataram yang
merupakan Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM) dan Puskesmas Pelaksana Mandiri (PRM) .
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria petugas yang biasa
mengerjakan pemeriksaan mikroskopis TB dan telah mendapatkan pelatihan mikroskopis TB yang
dilaksanakan tahun 2009 sampai dengan 2013 yaitu 12 orang . Pemahaman Pemantapan Mutu Internal
petugas laboratorium adalah baik sebanyak 7 orang (58,34%) ,cukup 5 orang (41,66%) dan tidak ada
yang kurang paham . Pada tahap Pra analitik sebanyak 5 orang (41,67%) rutin melaksanakan aktivitas
Uji kualitas reagen Ziehl Neelsen , 4 orang (33,33%) jarang dan 3 orang (25%) tidak pernah . Pada
tahap Analitik sebanyak 12 orang (100%) .tidak pernah melaksanakan aktivitas penilaian pembuatan
sediaan dahak BTA . Pada tahap Pasca Analitik sebanyak 12 orang (100%) tidak pernah
melaksanakan aktivitas mencatat hasil pemeriksaan pada register TB 05 . Diperlukan komitmen yang
kuat dari petugas laboratorium TB dan Kepala Puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan Pemantapan
Mutu Internal . Diharapkan dapat melakukan pengkajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan kegiatan Pemantapan Mutu Internal laboratorium TB oleh petugas
laboratorium Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Kata Kunci : Pemantapan Mutu Internal , Laboratorium TB , Fasilitas Pelayanan Kesehatan

PENDAHULUAN
Puskesmas merupakan salah satu bentuk epidemiologi penyakit, perubahan struktur
Fasiltas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) yang demografi, otonomi daerah, serta masuknya pasar
merupakan ujung tombak terdepan dalam bebas, maka Puskesmas diharapkan
pembangunan kesehatan dan mempunyai peran mengembangkan dan meningkatkan mutu
besar dalam upaya mencapai tujuan pembangunan layanannya. Puskesmas melaksanakan pengukuran,
kesehatan sebagaimana yang tercantum dalam penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 yaitu berasal dari manusia untuk penentuan jenis
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi- perorangan dan masyarakat di wilayah kerja
tingginya sebagai investasi bagi pembangunan Puskesmas.Untuk meningkatkan mutu pelayanan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial yang optimal, maka diperlukan kegiatan yang
dan ekonomi dalam mencapai derajat kesehatan dapat menentukan diagnosa penyakit secara pasti
yang optimal (Depkes, 2012). Tugas dan fungsi yaitu pelayanan laboratorium yang bermutu.
puskesmas dalam mewujudkan tujuan Pelayanan laboratorium Puskesmas yang bermutu
pembangunan kesehatan tersebut dapat dicapai dapat dicapai dengan pelaksanaan kegiatan
dengan menyelenggarakan upaya kesehatan wajib pemantapan mutu laboratorium .Pemantapan mutu
berupa laboratorium puskesmas. Seiring laboratorium (quality assurance) adalah
berkembangnya teknologi kesehatan dan keseluruhan proses atau semua tindakan yang
meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan
kesehatan yang berkualitas, adanya transisi hasil pemeriksaan. Dalam pengelolaan

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 1, Februari 2014
58 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

laboratorium Tuberkulosis kegiatan ini berupa tahap mulai penyusunan Prosedur Tetap (Protap)
Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan ,mengolah dan memeriksa spesimen dahak sesuai
Mutu Eksternal (PME)laboratorium mikroskopis prosedur tetap, memelihara mikroskop , Penilaian
TB (Depkes, 2009) . pembuatan sediaan dengan penilaian terhadap 6
Pemantapan Mutu Eksternal laboratorium unsur menggunakan skala sarang laba-laba
Tuberkulosis adalah kegiatan yang (Sediaan yang baik harus memperlihatkan sarang
diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain di laba-laba yang penuh ,6 unsur penilaian tersebut
luar laboratorium yang bersangkutan untuk meliputi kualitas specimen dahak, ukuran sediaan,
memantau dan menilai penampilan suatu pewarnaan,kebersihan,ketebalan dan kerataan
laboratorium dalam bidang pemeriksaan sediaan), dan penyimpanan sediaan untuk uji
mikroskopis tuberkulosis. Penyelenggaraan silang metode LQAS . Tahap pasca analitik yaitu
kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan,
oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional. interpretasi hasil sampai dengan pelaporan.
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat Kegiatan tersebut harus dilaksanakan oleh semua
bermanfaat bagi Laboratorium Puskesmas, karena petugas laboratorium secara rutin , terus menerus
dari hasil evaluasi yang diperoleh dapat dan terekam dalam suatu laporan kegiatan
menunjukkan performance Pemantapan Mutu Internal yang harus dilaporkan
(penampilan/proficiency) laboratorium yang secara berkala. Penanggung jawab laboratorium
bersangkutan dalam bidang pemeriksaan puskesmas dalam hal ini adalah kepala puskesmas
mikroskopis Tuberkulosis. Dalam melaksanakan bertugas merencanakan dan mengawasi kegiatan
kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara mutu laboratorium yang telah dilkasanakan oleh
khusus, harus dilaksanakan oleh petugas yang petugas teknis laboratorium TB puskesmas
biasa melakukan pemeriksaan tersebut serta (Depkes, 2012). Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggunakanperalatan,reagen dan metoda yang mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Pemantapan
biasa digunakan, sehingga hasil pemantapan mutu Mutu Internal laboratorium mikroskopis
eksternal tersebut benar-benar dapat Tuberkulosis.
mencerminkan penampilan laboratorium yang
sebenarnya. Setiap nilai yang diterima dari METODE PENELITIAN
penyelenggara dicatat dan dievaluasi untuk Penelitian ini merupakan studi deskriptif
mencari penyebab-penyebab dan mengambil analitik . Populasi dalam penelitian ini adalah
langkah langkah perbaikan. Salah satu kegiatan semua petugas laboratorium TB Se Kota Mataram
PME laboratorium Tuberkulosis berupa PME yang merupakan Puskesmas Rujukan Mikroskopis
mikroskopis Bakteri Tahan Asam (BTA) dapat (PRM) dan Puskesmas Pelaksana Mandiri (PRM).
dilakukan melalui Uji silang mikroskopis dahak Jumlah petugas laboratorium keseluruhan adalah
(Cross check), Supervisi (On Site Evaluation/ On 15 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan
The Job Training) dan Tes Panel (Proficiency Test) teknik purposive sampling dengan kriteria petugas
(Dirjen P2PL dan Bina Upaya Yan Kesehatan, yang biasa mengerjakan pemeriksaan mikroskopis
2012). TB dan telah mendapatkan pelatihan mikroskopis
Kegiatan Pemantapan Mutu Internal TB yang dilaksanakan tahun 2009 sampai dengan
laboratorium Tuberkulosis (PMI) merupakan 2013. Sampel penelitian berjumlah 12 orang.
kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan Karakteristik responden meliputi umur, periode
laboratorium TB berupa kegiatan pengecekan, mengikuti pelatihan,dan tingkat pendidikan. Data
pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan tentang pemahaman petugas terhadap kegiatan
secara terus menerus terhadap seluruh proses pemantapan Mutu Internal terbagi atas pemahaman
pemeriksaan laboratorium mikroskopis kurang, cukup dan baik dengan kriteria :
Tuberkulosis agar diperoleh hasil pemeriksaan Kurang : tidak memahami tahapan kegiatan
yang tepat dan teliti. Tindakan pencegahan dan Pemantapan Mutu Internal beserta
pengawasan perlu dilaksanakan sejak tahap pra aktivitas kegiatannya.
analitik, analitik dan pasca analitik (Dirjen P2PL Cukup : memahami tahapan kegiatan
dan Bina Upaya Yan Kesehatan, 2012).Tahap pra Pemantapan Mutu Internal tetapi tidak
analitik adalah tahap mulai mempersiapkan sesuai dengan aktivitas kegiatannya
pasien, Pengambilan dan Penanganan Spesimen Baik : memahami tahapan kegiatan
Dahak, menerima spesimen dahak, memberi Pemantapan Mutu lnternal dan aktivitas
identitas spesimen sampai dengan menguji kegiatan dengan benar
kualitas reagen Ziehl Neelsen. Tahap analitik yaitu

_____________________________________________
Volume 8, No. 1, Februari 2014 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah59

Data pelaksanaan kegiatan Pemantapan Mutu atas . Kinerja petugas yang baik berarti kegiatan
Internal (PMI) terbagi atas criteria kegiatan rutin, pemantapan mutu internal laboratorium juga
jarang dan tidak pernah dengan criteria : seharusnya diterapkan dengan baik pula.
Tidakpernah : tidak pernah sama sekali
2. Pelatihan TB yang telah diikuti
melaksanakan kegiatan
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
Pemantapan Mutu Internal
5 laboratorium Fasyankes yang disurvei, tenaga
Jarang : tidak selalu melaksanakan kegiatan
mikroskopis PRM dan PPM terbanyak yaitu
Pemantapan Mutu Internal
66,67% telah dilatih mengenai pemeriksaan
Rutin : selalu melaksanakan kegiatan
mikroskopis TB lebih dari 2 tahun yang lalu. Jadi
Pemantapan Mutu Internal
sebagian besar tenaga mikroskopis telah cukup
Data dikumpulkan dari hasil observasi lapangan
lama mendapatkan materi tentang Pemantapan
dan wawancara dengan petugas laboratorium
Mutu Internal laboratorium TB hal ini memberikan
mikroskopis TB dengan menggunakan alat bantu
kecenderungan tidak diterapkannya kegiatan
check list. Data yang dikumpulkan tersebut diolah
pemantapan mutu karena monotonnya tugas.
dan disajikan dalam bentuk analisa tabel.
Hernanto (2001) dalam penelitiannya juga
menguatkan bahwa kinerja pada petugas
HASIL DAN PEMBAHASAN
laboratorium TBC akan meningkat pada petugas
Karakteristik responden secara lengkap dengan lama kerja 5-10 tahun lalu menurun lagi
ditunjukkan pada table 1. pada lama kerja > 10 tahun.Dalam penelitian ini
masa kerja terbanyak ada pada > 10 tahun.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden
3. Tingkat Pendidikan
Karakteristik Jumlah Pendidikan adalah pendidikan formal yang
Responden pernah ditempuh oleh responden selama hidupnya.
N % Hal ini akan mempengaruhi responden dalam
Umur menerapkan kegiatan pementapan mutu
>30 1 8,33 laboratorium. Data hasil penelitian menunjukkkan
30-40 7 58,34 bahwa dari keseluruhan tenaga laboratorium TB
>40 4 33,33 yang disurvey , tingkat pendidikan yang dimiliki
Periode mengikuti pelatihan lab TB terbanyak pada jenjang diploma tiga analis
< 1 tahun yang lalu 1 8,33 kesehatan yaitu sebanyak 7 orang (58,34% ),
tahun yang lalu 3 25,00 seluruh tenaga memiliki latar belakang pendidikan
>2 tahun yang lalu 8 66,67 analis kesehatan.
Tingkat Pendidikan
b. Pemahaman Petugas terhadap Kegiatan
SMAK 3 25,00
Pemantapan Mutu Internal Laboratorium
Diploma 3 Analis 7 58,34
Tuberkulosis (TB)
Kesehatan
Diploma 4 Analis 0 0
Tabel 2. Distribusi Pemahaman Petugas terhadap
Kesehatan
Kegiatan Pemantapan Mutu Internal
Sarjana 2 16,66
Laboratorium Tuberkulosis
Jumlah
a. Karakteristik Responden Pemahaman Petugas
1. Umur n %
Umur berhubungan dengan kinerja dari Kurang 0 0
petugas. Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa Cukup 5 41,66
sebagian besar umur petugas laboratorium Baik 7 58,34
Tuberkulosis ada pada kelompok 30-40 tahun
sebanyak 7 orang ( 58,34 %). Rentang usia 30 40 Tabel 2 menunjukkan petugas laboratorium
tahun adalah rentang usia kerja. Pada penelitian memiliki pemahaman yang baik sebanyak 7 orang
Purnawan (2005) dinyatakan kelompok usia kerja ( 58,34%) , cukup sebanyak 5 orang ( 41,66%)
tersebut kinerja petugas sangat baik ditunjukkan dan tidak ada yang kurang (0%). Masa kerja
dengan tingkat keterampilan mikroskopis yang petugas yang > 10 tahun menyebabkan tidak
dimiliki pada tingkat kesalahan < 5% namun satupun dari petugas tidak memahami kegiatan
kinerja akan menurun lagi pada usia 41 tahun ke pemantapan mutu laboratorium.

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 1, Februari 2014
60 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

c. Pelaksanaan Kegiatan Pemantapan Mutu Tabel 4. Distribusi Pelaksanaan Kegiatan


Internal Laboratorium Tuberkulosis Pemantapan Mutu Internal Laboratorium
Tuberkulosis pada tahap Analitik
1. Pelaksanaan Kegiatan Pemantapan Mutu
Pelaksanaan
Internal Laboratorium Tuberkulosis pada Aktifitas Tidak
tahap Pra Analitik Pemantapan Rutin Jarang
Pernah
Mutu Internal
Tabel 3. Distribusi Pelaksanaan Kegiatan n % n % n %
Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Pemeriksaan
Tuberkulosis pada tahap Pra Analitik sesuai Protap
12 100 0 0 0 0
Laboratorium
Aktifitas Pelaksanaan TBC
Pemantapan Tidak Penilaian
Rutin Jarang pembuatan 0 0 0 0 12 100
Mutu Internal Pernah
n % n % n % sediaan
Persiapan Penyimpanan
12 100 0 0 0 0 sediaan sesuai 12 100 0 0 0 0
pasien TBC
Pengambilan metode LQAS
dan penanganan 12 100 0 0 0 0
specimen dahak Penilaian pembuatan sediaan dahak BTA
Uji kualitas terdiri dari 6 unsur menggunakan skala sarang
specimen dahak 12 100 0 0 0 0 laba-laba meliputi kualitas specimen dahak,
secara visual ukuran sediaan, pewarnaan,kebersihan,ketebalan
Uji kualitas dan kerataan sediaan. Penilaian kualitas sediaan
5 41,6 4 33,3 3 25,0
reagen ZN yang dibuat dapat dilakukan setiap melakukan
pemeriksaan mikroskopis sediaan BTA oleh
Tabel 3 menunjukkan dari empat aktivitas petugas laboratorium sebagai penilaian penampilan
kegiatan yang termasuk Kegiatan Pemantapan perorangan atau total keseluruhan petugas yang
Mutu Internal Laboratorium Tuberkulosis pada ada. Hasil penilaian dapat dipakai sebagai umpan
tahap Pra Analitik , kegiatan Uji kualitas reagen balik perbaikan dalam keterampilan pembuatan
Ziehl Neelsen merupakan kegiatan yang sulit sediaan BTA.
dipahami dan belum rutin dilaksanakan. Kesulitan
dalam pembuatan sediaan kontrol dan pekerjaan 3. Pelaksanaan Kegiatan Pemantapan Mutu
rangkap merupakan alasan tidak dilaksanakannya Internal Laboratorium Tuberkulosis pada
kegiatan uji kualitas reagen. Tabel 3 di atas tahap Pasca Analitik
menunjukkan aktivitas uji kualitas reagen Ziehl Tabel 5. Distribusi Pelaksanaan Kegiatan
Neelsen rutin dilaksanakan sebanyak 5 orang Pemantapan Mutu Internal Laboratorium
(41,67%), jarang sebanyak 4 orang (33,33%) dan Tuberkulosis pada tahap Pasca Analitik
3 orang (25%) tidak pernah . Persiapan pasien TB Pelaksanaan
,pengambilan dan penanganan specimen dahak Aktifitas
Tidak
dan uji kualitas specimen dahak secara visual Pemantapan Rutin Jarang
Pernah
merupakan kegiatan pemantapan mutuyang rutin Mutu Internal
n % n % n %
dilakukan karena seluruh kegiatan tersebut Mencatat hasil
merupakan rangkaian kegiatan dalam pemeriksaan
12 100 0 0 0 0
laboratoriumTB. pada Formulir
TB 04
2. Pelaksanaan Kegiatan Pemantapan Mutu Mencatat hasil
Internal Laboratorium Tuberkulosis pada pemeriksaan
tahap Analitik 0 0 0 0 12 100
pada Formulir
TB 05
Tabel 4 menunjukkan aktivitas kegiatan analisa
Mencatat hasil
specimen dahak dan penyimpanan sediaan sesuai pemeriksaan
metode LQAS merupakan kegiatan yang rutin 12 100 0 0 0 0
pada Formulir
dilaksanakan sedangkan kegiatan yang tidak TB 06
pernah dilaksanakan adalah penilaian pembuatan
sediaan dahak BTA sebanyak 12 0rang (100%). Tabel 5 menunjukkan petugas laboratorium
TB rutin melaksanakan pencatatan dan pelaporan
hasil pemeriksaan mikroskopis TB pada register
_____________________________________________
Volume 8, No. 1, Februari 2014 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah61

TB 04 dan 06 akan tetapi tidak pernah pernah pada 2. Kegiatan Pemantapan Mutu Internal
register 05. Pencatatan dan pelaporan Hasil Laboratorium Tuberkulosis pada tahap Pra
mikroskopis TB seharusnya rutin dilakukan pada Analitik yang telah dilakanakan dengan rutin
register TB 04,05 dan 06 .Untuk menghindari adalah persiapan pasien TB ,pengambilan dan
kesalahan penulisan sebaiknya pencatatan dan penanganan specimen dahak dan uji kualitas
pelaporan dilaksanakan segera setelah specimen dahak secara visual sedangkan
pemeriksaan mikroskopis TB. Untuk Puskesmas kegiatan Uji kualitas reagen Ziehl Neelsen
Rujukan Mikroskopis (PRM) , pengisian register merupakan kegiatan yang sulit dipahami dan
05 harus rutin dilakukan karena akan dikirim balik belum dilaksanakan.
kepada Pukesmas Satelit (PS) untuk menegakkan 3. Kegiatan Pemantapan Mutu Internal
diagnose atau mengetahui kemajuan pengobatan Laboratorium Tuberkulosis pada tahap
sedangkan bagi Puskesmas Pelaksana Mandiri Analitik yang telah dilakanakan dengan rutin
(PPM) dan Puskesmas Rujukan Mikroskopis adalah kegiatan analisa specimen dahak dan
(PRM) dapat dipakai untuk dasar pasien kembali penyimpanan sediaan sesuai metode LQAS
ke bagian poli atau Balai Pengobatan (BP) . sedangkan kegiatan yang tidak pernah
dilakukan adalah penilaian pembuatan sediaan
4. Pelaksanaan Kegiatan Pemantapan Mutu dahak BTA
Internal Laboratorium Tuberkulosis 4. Kegiatan Pemantapan Mutu Internal
Laboratorium Tuberkulosis pada tahap Pasca
Tabel6. Distribusi Pelaksanaan Kegiatan
Analitik yang telah dilakanakan dengan rutin
Pemantapan Mutu Internal
adalah pencatatan dan pelaporan hasil
Laboratorium Tuberkulosis
pemeriksaan mikroskopis TB pada register
TB 04 dan 06 akan tetapi tidak pernah pada
register TB 05 .
5. Pada tahap Pra analitik yaitu aktivitas Uji
kualitas reagen Ziehl Neelsen rutin
dilaksanakan sebanyak 5 orang (41,67%) ,
jarang 4 orang ( 33,33%) dan 3 orang(25%)
tidak pernah . Pada tahap Analitik sebanyak
12 orang (100%) .tidak pernah melaksanakan
aktivitas penilaian pembuatan sediaan dahak
BTA . Pada tahap Pasca Analitik sebanyak
12 orang (100%) tidak pernah melaksanakan
aktivitas mencatat hasil pemeriksaan pada
Tabel6 menunjukkan pada tahap Pra analitik yaitu
register TB 05 .
aktivitas Uji kualitas reagen Ziehl Neelsen rutin
dilaksanakan sebanyak 5 orang (41,67%) , 4
orang (33,33%) jarang dan 3 orang (25%) tidak b. Saran
pernah melaksanakan . Pada tahap Analitik semua 1. Diperlukan komitmen yang kuat dari seluruh
petugas yaitu 12 orang (100%) tidak pernah petugas laboratorium TB dan Kepala
melaksanakan aktivitas penilaian pembuatan Puskesmas dalam pelaksanaan
sediaan dahak BTA dan pada tahap Pasca kegiatanPemantapan Mutu Internal
Analitik sebanyak 12 orang (100%) tidak laboratorium TB.
melaksanakan aktivitas mencatat hasil 2. Diharapkan dapat melakukan pengkajian lebih
pemeriksaan pada register TB 05 . lanjut mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan kegiatan
PENUTUP Pemantapan Mutu Internal laboratorium TB
oleh petugas laboratorium Fasilitas Pelayanan
a. Simpulan Kesehatan di Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan :
1. Pemahaman petugas laboratorium terhadap
tahap kegiatan dan aktivitas kegiatan pada DAFTAR PUSTAKA
setiap tahapan adalah sebanyak 7 orang Depkes RI (2012), Permenkes Nomor 037 tahun
(58,34%) memiliki pemahaman yang baik , 2012 tentang Penyelenggaraan
cukup 5 orang (41,66%) dan tidak ada yang Laboratorium Pusat Kesehatan
tidak memahami kegiatan Pemantapan Mutu Masyarakat, Jakarta
Internal .
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 1, Februari 2014
62 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

Depkes RI (2009), KepMenKes RI Nomor Pusat Kesehatan Masyarakat, diakses


364/MenKes/SK/V/2009 tentang tanggal 10 Maret 2014
Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis,
Jakarta Hernanto Lilik (2001), Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pelaksanaan
Dirjen Bina Yankes dan P2PL (2012), Modul Pemeriksaan Mikroskopis Dahak
Pelatihan Pemeriksaan Dahak Penderita Tuberkulosis Paru dalam
Mikroskopis TB Materi Inti 5 Strategi DOTS di Puskesmas Kabupaten
Pemantapan Mutu Laboratorium Blora Tahun 1999/2000 diakses tanggal
Mikroskopis Tuberkulosis, Jakarta 10 Maret 2014

Purnawan Junadi (2005), Kualitas Tenaga


Mikroskopis untuk Program DOTS di

_____________________________________________
Volume 8, No. 1, Februari 2014 http://www.lpsdimataram.com

Anda mungkin juga menyukai