Anda di halaman 1dari 49

PERATURAN YAYASAN

-------------------------------------------------------
No. 061 SK/YS/02/VII/2000
tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian Yayasan Sandjojo
Semarang

PENGURUS YAYASAN SANDJOJO SEMARANG

Menimbang : 1. bahwa dalam usaha mencapai tujuan institusional lembaga pendidikan tinggi di
lingkungan Yayasan Sandjojo secara efektif dan efisien, diperlukan adanya
Pegawai yang sepenuhnya sadar akan panggilan kerja, nilai-nilai Kristiani,
Falsafat Negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 khususnya dalam
usaha mencerdaskan kehidupan bangsa;
2. bahwa untuk mewujudkan pegawai yang demikian diperlukan suatu peraturan
tentang pokok-pokok kepegawaian yang menata kedudukan, kewajiban, hak,
serta pembinaan pegawai;
3. bahwa peraturan tertulis yang telah ada perlu diperbaiki dan disempurnakan.

Mengingat : 1. Undang Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian;


2. Undang Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang Undang
No. 8 Tahun 1974;
3. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi;
4. Anggaran Dasar Yayasan Sandjojo.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN YAYASAN SANDJOJO SEMARANG

BAB I
PENGERTIAN
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
a. Yayasan adalah Yayasan Sandjojo yang berkedudukan di Semarang menyelenggarakan dan
membina lembaga pendidikan tinggi Katolik.
b. Pengurus Yayasan adalah Pengurus Yayasan Sandjojo Semarang.
c. Lembaga adalah Perguruan Tinggi yang diselenggarakan dan dibina oleh Yayasan, berbentuk
Universitas, Institut, Sekolah Tinggi atau Akademi.
d. Rektor, Ketua, dan Direktur adalah Pimpinan Universitas/Institut, Sekolah Tinggi dan Akademi
yang diselenggarakan dan dibina oleh Yayasan.

1
e. Pegawai adalah orang yang setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan, diangkat oleh
Pejabat yang berwenang, bekerja di lingkungan Yayasan atau di lembaga pendidikan tinggi
yang diselenggarakan oleh Yayasan dan kepadanya diserahi tugas dalam jabatan dan diberi
gaji/upah menurut peraturan yang berlaku.
f. Pejabat yang berwenang adalah Pengurus Yayasan Sandjojo atau pejabat lain yang ditunjuk.
g. Wilayah kerja adalah lembaga pendidikan tinggi Katolik dan kegiatan-kegiatan lain yang
diselenggarakan oleh Yayasan.
h. Unit kerja adalah satuan kerja yang mendukung pelaksanaan pendidikan.

Pasal 2
(1) Pegawai Yayasan terdiri dari :
a. Pegawai Tetap;
b. Pegawai Tidak Tetap.
(2) Yang dimaksud dengan :
a. Pegawai Tetap adalah Pegawai yang bekerja secara tetap dan menyediakan seluruh
waktu kerjanya untuk tugas-tugas di lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh
Yayasan.
b. Pegawai Tidak Tetap adalah Pegawai yang tidak sepenuhnya terikat pada lembaga
pendidikan yang diselenggarakan oleh Yayasan.
(3) Pegawai Tetap terdiri dari :
a. Pegawai Tetap Yayasan;
b. Pegawai Negeri Sipil Dipekerjakan pada Lembaga yaitu Tenaga Pengajar atau Dosen
Tetap yang berstatus Pegawai Negeri Sipil berdasarkan keputusan Pemerintah melaksa-
nakan tugas pokok dalam rangka pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di lembaga
yang diselenggarakan oleh Yayasan.
(4) Pegawai Tetap Yayasan terdiri dari :
a. Tenaga Pengajar atau Dosen Tetap Yayasan, yaitu Pegawai yang diangkat oleh Pengurus
Yayasan berdasarkan ketentuan yang berlaku dengan tugas pokok melaksanakan Tri
Dharma Perguruan Tinggi;
b. Tenaga Pengajar atau Dosen Tetap Terbatas, yaitu Dosen Tetap yang diangkat oleh
Pengurus Yayasan dengan beban tugas terbatas;
c. Tenaga Administrasi Tetap, yaitu Pegawai yang diangkat oleh Ketua Yayasan dengan
tugas pokok melaksanakan kegiatan non akademik di lingkungan yayasan;
d. Tenaga Penunjang Akademik, meliputi peneliti, pengembang pendidikan, pustakawan,
pranata komputer, laboran dan teknisi sumber belajar.
(5) Pegawai Tidak Tetap terdiri dari :
a. Tenaga Pengajar atau Dosen Tidak Tetap, yaitu pegawai yang diangkat pimpinan lembaga
untuk jangka waktu 1 (satu) semester dengan tugas mengajar;
b. Tenaga Kontrak, yaitu tenaga pengajar atau bukan pengajar yang bekerja berdasarkan
perjanjian kerja yang bersifat terbatas, baik mengenai waktu, tugas dan fasilitas yang
diberikan.

BAB II
KEDUDUKAN, KEWAJIBAN DAN HAK
Kedudukan
Pasal 3
Pegawai adalah pribadi-pribadi yang terpanggil untuk berpartisipasi dalam tugas pelayanan
pendidikan di lingkungan yayasan.

2
Kewajiban
Pasal 4
Setiap Pegawai wajib :
a. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945;
b. menghormati identitas Yayasan dan Lembaga sebagai lembaga yang mendasarkan diri pada
nilai-nilai Kristiani;
c. mentaati segala peraturan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercaya-
kan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab;
d. menyimpan rahasia jabatan dan rahasia yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya;
e. mengembangkan profesinya, baik secara formal maupun non formal sesuai dengan kebutuhan
Yayasan.

Hak
Pasal 5
(1) Setiap Pegawai berhak memperoleh gaji yang adil dan layak serta penghasilan lain yang
sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya; memperoleh cuti; memperoleh perawatan
bagi yang ditimpa oleh suatu kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;
memperoleh tunjangan bagi yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dan
karena menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi dalam
jabatan apapun.
(2) Keluarga setiap Pegawai yang tewas berhak memperoleh uang duka.

Pasal 6
Setiap Pegawai berhak atas pensiun apabila telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.

BAB III
PEMBINAAN

Bagian Pertama
Tujuan Pembinaan

Pasal 7
Pembinaan Pegawai bertujuan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan karya
pendidikan di lembaga yang dilaksanakan berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja.

Bagian Kedua
Kebijakan Pembinaan

Pasal 8
(1) Kebijakan pembinaan Pegawai secara menyeluruh berada di tangan Pengurus Yayasan.
(2) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini termasuk penugasan studi lanjut.

Pasal 9
(1) Dalam rangka pembinaan Pegawai, perlu dipupuk semangat keutuhan dan kekompakan,
kesetiakawanan dan kebersamaan, sesuai dengan Pancasila dan Undang Undang Dasar
1945 Republik Indonesia.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, perlu memperhatikan pengem-
bangan semangat dan nilai-nilai kristiani.

3
Bagian Ketiga
Formasi dan Pengadaan Pegawai

Pasal 10
Jumlah dan susunan pangkat Pegawai yang diperlukan ditetapkan dalam formasi untuk jangka
waktu tertentu berdasarkan jenis, sifat dan beban kerja yang harus dilaksanakan.

Pasal 11
(1) Pengadaan Pegawai dilakukan hanya untuk mengisi formasi yang telah ditetapkan.
(2) Setiap warga negara yang memenuhi syarat yang ditentukan mempunyai kesempatan yang
sama untuk melamar menjadi Pegawai.
(3) Pelamar yang diterima harus melalui masa percobaan dan selama dalam masa percobaan
tersebut berstatus calon Pegawai.
(4) Calon Pegawai diangkat menjadi Pegawai Tetap setelah memenuhi persyaratan yang ditentu-
kan dan menyelesaikan masa percobaan, sebagai berikut :
a. Tenaga Pengajar sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 2 (dua) tahun;
b. Tenaga Administrasi dan tenaga Penunjang Akademik sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
dan paling lama 1 (satu) tahun.
(5) Masa percobaan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (4) harus dijalani secara terus
menerus tanpa terputus.
(6) Hak dan kewajiban Calon Pegawai serta pelaksanaan masa percobaan Pegawai diatur dalam
kontrak kerja.

Bagian Keempat
Pengangkatan, Kepangkatan, Jabatan, Pembinaan
dan Pemberhentian

Pasal 12
Pegawai diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu dengan memperhatikan jenjang pangkat
yang ditetapkan untuk jabatan yang dimaksud.

Pasal 13
(1) Pemberian kenaikan pangkat dilaksanakan berdasarkan sistem kenaikan pangkat reguler dan
sistem kenaikan pangkat pilihan.
(2) Kenaikan pangkat reguler diberikan sebagai hak Pegawai yang memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan.
(3) Kenaikan pangkat pilihan diberikan sebagai penghargaan atas prestasi kerja Pegawai yang
bersangkutan.
(4) Syarat-syarat kenaikan pangkat reguler adalah masa kerja, prestasi kerja, disiplin kerja,
kesetiaan, pengabdian, pengalaman dan syarat obyektif lain.
(5) Syarat-syarat kenaikan pangkat pilihan adalah syarat-syarat tersebut di atas ditambah dengan
memperhatikan jabatan yang dipangku serta senioritas sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 14
Pengangkatan dalam jabatan didasarkan atas prestasi kerja, disiplin kerja, kesetiaan, pengabdian,
bakat kepemimpinan, pengalaman dan syarat-syarat obyektif lain.

4
Pasal 15
Pegawai yang tewas diberikan kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi secara anumerta.

Pasal 16
Untuk lebih menjamin obyektivitas dalam menetapkan kenaikan pangkat dan pengangkatan dalam
jabatan, diadakan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 17
Untuk kepentingan pelaksanaan tugas kedinasan, dalam rangka pembinaan pegawai dapat diada-
kan perpindahan jabatan atau perpindahan tempat/unit kerja ataupun wilayah kerja.

Pasal 18
(1) Pegawai diberhentikan dengan hormat karena meninggal dunia.
(2) Pegawai dapat diberhentikan dengan hormat karena :
a. atas permintaan sendiri;
b. mencapai batas usia pensiun;
c. perampingan organisasi; atau
d. tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai
Pegawai.
(3) Pegawai dapat diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena :
a. melanggar perjanjian kerja dan/atau disiplin Pegawai;
b. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman hukumannya kurang
dari 4 (empat) tahun.
(4) Pegawai dapat diberhentikan tidak dengan hormat karena :
a. melanggar perjanjian kerja dan/atau peraturan disiplin pegawai tingkat berat;
b. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman
hukumannya 4 (empat) tahun atau lebih.
(5) Pegawai diberhentikan tidak dengan hormat karena :
a. melanggar sumpah/janji Pegawai dan sumpah/janji jabatan karena tidak setia kepada
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah;
b. melakukan penyelewengan terhadap ideologi Negara, Pancasila, Undang Undang Dasar
1945;
c. melakukan pelanggaran terhadap kemanusiaan atau terlibat dalam kegiatan yang mem-
bahayakan keutuhan bangsa dan negara; atau
d. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau
tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan.

Pasal 19
Pegawai yang dikenakan tahanan sementara oleh yang berwajib karena disangka telah melakukan
sesuatu tindak pidana kejahatan, dikenakan pemberhentian sementara.

Pasal 20
Untuk memperlancar pelaksanaan pengangkatan, pemindahan atau pemberhentian, Pengurus
Yayasan dapat melimpahkan sebagian wewenangnya kepada Rektor/Ketua/Direktur atau pejabat
lain.

5
Bagian Kelima
Perjanjian Kerja, Kode Etik dan Peraturan Disiplin

Pasal 21
Setiap Calon Pegawai pada saat pengangkatannya menjadi Pegawai Tetap wajib menandatangani
Perjanjian Kerja di hadapan Pejabat yang berwenang.

Pasal 22
Setiap Calon Pegawai atau Pegawai Tetap yang mengadakan ikatan perkawinan dengan sesama
Pegawai Tetap, salah satu wajib mengundurkan diri sebagai Pegawai.

Pasal 23
Pegawai yang diangkat untuk memangku jabatan tertentu wajib mengucapkan dan/atau menanda-
tangani janji jabatan.

Pasal 24
Pegawai wajib memperhatikan kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di
dalam dan di luar kedinasan.

Pasal 25
Untuk menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, diadakan peraturan Disiplin
Pegawai.

Bagian Keenam
Pendidikan dan Pelatihan

Pasal 26
Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya dalam rangka meningkatkan
pengabdian, mutu, keahlian, kemampuan dan ketrampilan Pegawai diadakan program pendidikan
dan pelatihan yang diatur oleh Pejabat yang berwenang.

Bagian Ketujuh
Kesejahteraan

Pasal 27
(1) Untuk meningkatkan kegairahan kerja, diselenggarakan usaha kesejahteraan Pegawai.
(2) Pegawai dan keluarganya pada waktu sakit dan melahirkan berhak memperoleh bantuan
perawatan kesehatan.
(3) Keluarga pegawai yang meninggal berhak memperoleh bantuan.
(4) Penyelenggaraan kesejahteraan yang dimaksud dalam ayat (1), (2) dan (3) pasal ini diatur
dan ditetapkan oleh Yayasan.

Bagian Kedelapan
Penghargaan

Pasal 28
(1) Pengurus Yayasan dapat memberikan penghargaan kepada Pegawai yang telah menunjukkan
kesetiaan atau telah menunjukkan prestasi kerja yang luar biasa terhadap lembaga.
(2) Penghargaan yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dapat berupa tanda jasa atau bentuk
lain.

6
Bagian Kesembilan
Penyelenggaraan Pembinaan Pegawai
Pasal 29
Untuk menjamin kelancaran pembinaan Pegawai dibentuk badan yang membantu Pengurus
Yayasan dalam mengatur dan menyelenggarakan pembinaan Pegawai.

Bagian Kesepuluh
Peradilan Kepegawaian
Pasal 30
Penyelesaian sengketa di bidang kepegawaian dilakukan melalui peradilan untuk itu sebagai
bagian dari Peradilan Tata Usaha Negara.

Bagian Kesebelas
Lain-lain
Pasal 31
Rincian tentang hal-hal yang dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 29 peraturan ini
diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.

BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32
Pada saat peraturan ini berlaku, peraturan kepegawaian yang dikeluarkan terdahulu sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan ini, dinyatakan tetap berlaku.

Pasal 33
Segala pengangkatan, pemberhentian dan pemindahan Pegawai yang dilakukan oleh Pejabat
yang berwenang atau Pejabat lain yang ditunjuk sebelum berlakunya peraturan ini dinyatakan
tetap berlaku.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
(1) Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam peraturan ini, diatur lebih lanjut dengan
peraturan tersendiri.
(2) Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 1 Juli 2000
YAYASAN SANDJOJO SEMARANG
Ketua,

Prof. Dr. dr. RJ. Djokomoeljanto

7
SURAT KEPUTUSAN
------------------------------------------------
No. 062 SK/YS/02/VII/2000
tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian Pegawai

PENGURUS YAYASAN SANDJOJO SEMARANG

Menimbang : 1. bahwa untuk menjamin keabsahan dan kelancaran pembinaan Pegawai


diperlukan pengaturan tentang Pejabat yang berwenang untuk mengangkat,
memindahkan dan memberhentikan Pegawai;
2. bahwa peraturan yang telah ada perlu diperbaiki dan disempurnakan;
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Yayasan Sandjojo tahun 1987;
2. Peraturan Yayasan Sandjojo No. 061 SK/YS/02/VII/2000 Tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian Yayasan Sandjojo Semarang.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN DAN PEMBERHENTIAN


PEGAWAI

BAB I
PENGANGKATAN PEGAWAI

Pasal 1
Pengurus Yayasan menetapkan pengangkatan Pegawai baru atau pengangkatan kembali Pegawai
di lingkungan Yayasan Sandjojo.

BAB II
KENAIKAN PANGKAT

Pasal 2
Pengurus Yayasan menetapkan kenaikan pangkat bagi Pegawai Tetap.

8
BAB III
PENGANGKATAN, PEMINDAHAN DAN PEMBERHENTIAN DALAM
DAN DARI JABATAN

Pasal 3
Pengurus Yayasan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai tetap
dalam dan dari jabatan-jabatan Rektor, Ketua dan Direktur.

Pasal 4
(1) Rektor, Ketua dan Direktur menetapkan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian
pegawai di lingkungan kekuasaannya dalam dan dari jabatan-jabatan yang tidak termasuk
dalam jabatan-jabatan yang dimaksud dalam Pasal 3.
(2) Pejabat-pejabat yang disebut dalam ayat (1) tidak dapat mendelegasikan sebagian wewe-
nangnya kepada Pejabat lain di lingkungan kekuasaannya.

BAB IV
PEMINDAHAN ANTAR WILAYAH KERJA
DAN UNIT KERJA

Pasal 5
(1) Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna dapat diadakan pemindahan Pegawai
antar wilayah kerja atau unit kerja.
(2) Pengurus Yayasan menetapkan pemindahan Pegawai antar wilayah kerja.
(3) Rektor/Ketua/Direktur menetapkan pemindahan Pegawai antar unit kerja di lingkungan
kekuasaannya.

BAB V
PEMBERHENTIAN

Pasal 6
Pengurus Yayasan menetapkan pemberhentian Pegawai.

BAB VI
PEMBERHENTIAN SEMENTARA

Pasal 7
(1) Pengurus Yayasan menetapkan pemberhentian sementara Pegawai Tetap yang menjabat
Rektor, Ketua dan Direktur.
(2) Pengurus Yayasan menetapkan pemberhentian sementara pegawai yang sedang menjalani
tugas belajar.
(3) Rektor, Ketua, dan Direktur menetapkan pemberhentian sementara pegawai yang tidak
disebut dalam ayat (1) Pasal ini.
(4) Pejabat-pejabat yang disebut pada ayat (3) tidak dapat mendelegasikan sebagian wewenang-
nya kepada pejabat lain di lingkungan kekuasaannya.

9
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 8
Pengurus Yayasan dapat menetapkan pengangkatan tenaga ahli/profesional atau berkualifikasi
tertentu langsung menjadi Pegawai Tetap, untuk menduduki suatu jabatan pada salah satu
lembaga pendidikan tinggi dalam penyelenggaraannya tanpa melalui pengangkatan sebagai calon
Pegawai.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9
Segala pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai yang dilakukan oleh Pejabat
yang berwenang sebelum ditetapkannya Peraturan ini dinyatakan tetap berlaku.

Pasal 10
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 1 Juli 2000
YAYASAN SANDJOJO SEMARANG
Ketua,

Prof. Dr. dr. RJ. Djokomoeljanto

10
SURAT KEPUTUSAN
-----------------------------------------------
No. 063 SK/YS/02/VII/2000
tentang
Peraturan Disiplin

PENGURUS YAYASAN SANDJOJO SEMARANG

Menimbang : 1. Bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksa-
naan tugas diperlukan peraturan disiplin Pegawai;
2. bahwa peraturan yang ada perlu disempurnakan.

Mengingat : 1. Anggaran Dasar Yayasan Sandjojo tahun 1987;


2. Peraturan Yayasan Sandjojo No. 061 SK/YS/02/VII/2000 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian Yayasan Sandjojo Semarang.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI DI LINGKUNGAN YAYASAN SANDJOJO


SEMARANG.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
(1) Peraturan disiplin Pegawai adalah peraturan yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi
apabila kewajiban tidak dipenuhi dan larangan dilanggar oleh Pegawai.
(2) Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai yang melanggar
ketentuan Peraturan Disiplin Pegawai baik dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.
(3) Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai karena melanggar
Peraturan Disiplin Pegawai.
(4) Pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat yang diberi wewenang menjatuhkan
hukuman disiplin Pegawai.
(5) Atasan pejabat yang berwenang adalah atasan langsung dari pejabat yang berwenang
menghukum.

11
BAB II
KEWAJIBAN DAN LARANGAN

Pasal 2
Setiap Pegawai wajib :
a. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. menghormati identitas Yayasan Sandjojo dan lembaga pendidikan tinggi yang berada dalam
penyelenggaraannya yang mendasarkan diri pada niai-nilai Kristiani antara lain dengan cara
sebagai berikut :
1. menjunjung tinggi martabat manusia;
2. melaksanakan isi perjanjian kerja yang telah ditandatangani;
3. melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya, dengan penuh pengabdian,
kesadaran dan tanggung jawab;
4. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan penuh semangat untuk kepentingan peserta didik;
5. memelihara dan meningkatkan semangat kebersamaan;
6. dalam waktu secepatnya melaporkan kepada atasannya bila mengetahui ada hal yang
dapat membahayakan dan merugikan lembaga;
7. mentaati jam kerja sesuai ketentuan yang berlaku;
8. menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;
9. menggunakan dan memelihara harta kekayaan Yayasan dengan baik;
10. mendorong dan menghargai setiap peningkatan prestasi kerja;
11. memberi contoh dan teladan perilaku yang baik;
12. bersikap dan bertingkah laku sopan.

Pasal 3
Setiap Pegawai dilarang :
a. menyalahgunakan wewenang;
b. menyalahgunakan barang, uang, atau surat berharga milik Yayasan atau Lembaga;
c. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
d. menghalangi dan mengganggu berjalannya tugas kedinasan;
e. membocorkan dan/atau memanfaatkan rahasia yang diketahui karena kedudukannya untuk
kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain;
f. melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun dalam melakukan tugasnya untuk
kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain.

BAB III
HUKUMAN DISIPLIN

Bagian Pertama
Pelanggaran Disiplin

Pasal 4
Setiap ucapan, tulisan atau perbuatan Pegawai yang bertentangan dengan ketentuan sebagai-
mana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 adalah pelanggaran disiplin.

Pasal 5
Dengan tidak mengurangi ketentuan peraturan perundangan yang berlaku Pegawai yang melaku-
kan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.

12
Bagian Kedua
Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin

Pasal 6
(1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari :
a. Hukuman disiplin ringan;
b. Hukuman disiplin sedang; dan
c. Hukuman disiplin berat
(2) Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari :
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis;
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis.
(3) Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari :
a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun;
b. Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun;
c. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun.
(4) Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari :
a. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu)
tahun;
b. Pembebasan dari jabatan;
c. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai pegawai; dan
d. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai.

Bagian Ketiga
Pejabat Yang Berwenang Menghukum

Pasal 7
Yang berwenang menghukum adalah :
a. Ketua Yayasan Sandjojo, bagi Pegawai yang :
1. Berpangkat Penata Muda, golongan/ruang III/a ke atas, sepanjang mengenai jenis
hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) huruf c dan d;
2. Memangku jabatan Rektor, Ketua atau Direktur sepanjang mengenai jenis hukuman
disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) huruf b.
b. Rektor Universitas/Institut, Ketua Sekolah Tinggi, Direktur Akademi bagi Pegawai di lingkungan
masing-masing, kecuali jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam sub a pasal ini.

Pasal 8
Pejabat yang berwenang menghukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 sub b dapat men-
delegasikan sebagian wewenangnya kepada pejabat lain di lingkungan kekuasaannya untuk
menjatuhkan hukuman dalam lingkungannya masing-masing, kecuali jenis hukuman disiplin
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (4) huruf c dan d dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk menjatuhkan jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dan
ayat (3) dapat didelegasikan kepada pejabat yang memangku jabatan serendah-rendahnya
Kepala Biro, Pembantu Dekan, Kepala UPT (Unit Pelaksana Teknis) atau pejabat lain yang
setingkat; dan
b. Untuk menjatuhkan jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2),
ayat (3) dan ayat (4) huruf a dan b dapat didelegasikan kepada pejabat yang memangku
jabatan serendah-rendahnya Pembantu Rektor, Dekan atau jabatan lain yang setingkat.

13
Pasal 9
Yang berwenang menghukum Pegawai Negeri Sipil Dipekerjakan adalah Pejabat Pemerintah yang
berwenang sepanjang mengenai hukuman disiplin sebagaimana dimaksud alam Pasal 6 ayat (3)
dan ayat (4) atas dasar usulan Yayasan.

Bagian Keempat
Tata Cara Pemeriksaan, Penjatuhan dan
Penyampaian Keputusan Disiplin

Pasal 10
(1) Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin, yang berwenang menghukum wajib memeriksa
terlebih dahulu Pegawai yang disangka melakukan pelanggaran disiplin.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara :
a. Lisan, apabila pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Pegawai yang bersangkutan akan
dapat mengakibatkan ia dijatuhi salah satu hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (2);
b. Tertulis, apabila pelanggaran disiplin dilakukan oleh Pegawai yang bersangkutan akan
dapat mengakibatkan ia dijatuhi salah satu hukuman disiplin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (3) dan (4).
(3) Pemeriksaan Pegawai yang disangka melakukan pelanggaran disiplin dilakukan secara
tertutup.

Pasal 11
Dalam melakukan pemeriksaan, Pejabat yang berwenang menghukum dapat meminta pertim-
bangan Senat atau mendengarkan atau meminta keterangan dari orang lain apabila dipandang
perlu.

Pasal 12
(1) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pejabat yang
berwenang menghukum memutuskan jenis hukuman disiplin yang dijatuhkan dengan
mempertimbangkan secara seksama pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Pegawai yang
bersangkutan.
(2) Dalam Keputusan hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus secara jelas
disebut jenis pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Pegawai yang bersangkutan.

Pasal 13
(1) Pegawai yang berdasarkan pemeriksaan ternyata melakukan beberapa pelanggaran disiplin,
terhadapnya hanya dijatuhi satu hukuman disiplin yang paling berat.
(2) Pegawai yang pernah dijatuhi hukuman disiplin yang kemudian melakukan pelanggaran disiplin
yang sifatnya sama, terhadapnya dijatuhi hukuman disiplin yang lebih berat dari hukuman
disiplin terakhir yang pernah dijatuhkan kepadanya.

Pasal 14
(1) Jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a dinyatakan dan
disampaikan secara lisan oleh Pejabat yang berwenang menghukum kepada Pegawai yang
bersangkutan.
(2) Jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b dan c dinyatakan
secara tertulis dan disampaikan oleh Pejabat yang berwenang menghukum kepada Pegawai
yang bersangkutan.
(3) Penyampaian hukuman disiplin dilakukan secara tertutup.

14
Bagian Kelima
Keberatan Atas Keputusan Hukuman Disiplin
Pasal 15
(1) Pegawai yang dijatuhi salah satu jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (2) tidak dapat mengajukan keberatan.
(2) Pegawai yang dijatuhi salah satu jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (3) dan (4) dapat mengajukan keberatan kepada atasan Pejabat yang berwenang
menghukum dalam waktu 14 (empat belas) hari terhitung mulai tanggal yang bersangkutan
menerima keputusan hukuman disiplin.

Pasal 16
Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) diajukan secara tertulis dan hierarkis
disertai alasan-alasan keberatannya.

Pasal 17
(1) Pejabat yang berwenang menghukum wajib memberikan tanggapan atas keberatan yang
diajukan Pegawai yang bersangkutan.
(2) Tanggapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan secara tertulis dan disampaikan
kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum Pegawai yang bersangkutan dalam
waktu 3 (tiga) hari sejak ia menerima surat keberatan tersebut.

Pasal 18
(1) Atasan Pejabat yang berwenang menghukum wajib mengambil keputusan atas keberatan
yang diajukan Pegawai yang bersangkutan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung mulai tanggal menerima surat keberatan itu.
(2) Apabila dipandang perlu, atasan pejabat yang berwenang menghukum dapat memanggil dan
mendengar keterangan Pejabat yang berwenang menghukum yang bersangkutan, Pegawai
yang dijatuhi hukuman disiplin dan atau orang lain yang dianggap perlu.

Pasal 19
(1) Atasan Pejabat yang berwenang menghukum dapat memperkuat atau mengubah hukuman
disiplin yang dijatuhkan oleh Pejabat yang berwenang menghukum.
(2) Penguatan atau perubahan hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan surat keputusan atasan Pejabat yang berwenang menghukum.
(3) Terhadap keputusan atasan Pejabat yang berwenang menghukum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) tidak dapat diajukan keberatan.

Bagian Keenam
Berlakunya Keputusan Hukuman Disiplin
Pasal 20
(1) Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) yang dijatuhkan kepada se-
orang Pegawai berlaku sejak tanggal disampaikan oleh Pejabat yang berwenang menghukum
kepada yang bersangkutan.
(2) Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) dan ayat (4) :
a. Apabila tidak ada keberatan, mulai berlaku sejak Pegawai yang bersangkutan menerima
keputusan disiplin dengan tenggang waktu paling lama 15 (lima belas) hari;
b. Apabila ada keberatan mulai berlaku sejak tanggal keputusan atas keberatan itu;
c. Jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) huruf b, mulai
berlaku sejak tanggal ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang menghukum.
15
BAB IV
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 21
Apabila ada alasan-alasan yang kuat, pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Sub b dapat
meninjau kembali hukuman disiplin yang telah dijatuhkan oleh pejabat bawahannya yang
berwenang menghukum di lingkungan masing-masing.

Pasal 22
(1) Ketentuan-ketentuan peraturan ini berlaku juga bagi calon pegawai.
(2) Calon Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat, dinyatakan tidak memenuhi
syarat untuk diangkat menjadi Pegawai.

Pasal 23
Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam peraturan ini akan diatur lebih lanjut dalam
Surat Keputusan Pimpinan Lembaga.

BAB V
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 25
Hukuman disiplin yang telah dijatuhkan kepada Pegawai sebelum berlakunya peraturan ini dan
masih atau sedang dijalankan oleh Pegawai yang bersangkutan tetap berlaku.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 1 Juli 2000
YAYASAN SANDJOJO SEMARANG
Ketua,

Prof. Dr. dr. RJ. Djokomoeljanto

16
SURAT KEPUTUSAN
------------------------------------------------
No. 064 SK/YS/02/VII/2000
tentang
Peraturan Gaji Pegawai Yayasan Sandjojo

PENGURUS YAYASAN SANDJOJO SEMARANG

Menimbang : 1. Bahwa gaji adalah hak Pegawai sebagai imbalan jasa atau penghargaan
atas hasil kerja Pegawai;
2. Bahwa untuk menjamin dan melindungi hak Pegawai secara adil dan
konsisten perlu dikeluarkan peraturan gaji pegawai yang jelas.

Mengingat : 1. Anggaran Dasar Yayasan Sandjojo tahun 1987;


2. Peraturan Yayasan Sandjojo No. 061/SK/YS/02/VII/2000 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian Yayasan Sandjojo Semarang.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GAJI PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN YAYASAN


SANDJOJO SEMARANG.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
(1) Gaji Pegawai Tetap ditetapkan berdasarkan sistem penggajian yang berlaku di lingkungan
Yayasan Sandjojo yaitu sistem skala gabungan dengan mempertimbangkan Peraturan Gaji
Pegawai Negeri Sipil (PGPNS).
(2) Yang dimaksud dengan sistem skala gabungan adalah Gaji Pokok ditentukan sama bagi
Pegawai yang berpangkat sama, di samping itu diberikan tunjangan kepada Pegawai yang
memikul tanggung jawab yang lebih berat, prestasi yang tinggi atau melakukan pekerjaan
tertentu yang sifatnya memerlukan pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga secara terus
menerus.

Pasal 2
Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seorang Pegawai dalam rangkaian
susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian.

17
Pasal 3
Jenjang pangkat dan golongan ruang gaji Pegawai Tetap di lingkungan Yayasan dari yang
terendah sampai dengan yang tertinggi adalah sebagai berikut :
Pangkat Golongan Ruang Gaji
Juru Muda I/a
Juru Muda Tingkat I I/b
Juru I/c
Juru Tingkat I I/d
Pengatur Muda II / a
Pengatur Muda Tingkat I II / b
Pengatur II / c
Pengatur Tingkat I II / d
Penata Muda III / a
Penata Muda Tingkat I III / b
Penata III / c
Penata Tingkat I III / d
Pembina IV / a
Pembina Tingkat I IV / b
Pembina Utama Muda IV / c
Pembina Utama Madya IV / d
Pembina Utama IV / e

Pasal 4
(1) Pegawai tetap diangkat dalam pangkat tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.
(2) Pengangkatan dalam pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan berdasarkan
ketentuan yang berlaku.

BAB II
GAJI POKOK
Pasal 5
Pegawai yang diangkat dalam suatu pangkat diberi gaji pokok berdasarkan golongan ruang yang
ditetapkan untuk pangkat itu sebagaimana diatur dalam Pasal 3.

Pasal 6
(1) Calon Pegawai tetap diberi gaji pokok sebesar 80% (delapan puluh persen) dari gaji pokok
sebagaimana diatur dalam Pasal 5.
(2) Calon Pegawai yang telah mempunyai pengalaman kerja yang dapat diperhitungkan untuk
menetapkan gaji pokok, diberi gaji pokok yang segaris dengan pengalaman kerja yang telah
ditetapkan sebagai masa kerja golongan.

Pasal 7
(1) Seseorang yang langsung diangkat menjadi Pegawai, apabila ia telah mempunyai pengalaman
kerja yang dapat diperhitungkan untuk menetapkan gaji pokok, diberi gaji pokok yang segaris
dengan pengalaman kerja yang ditetapkan sebagai masa kerja golongan.
(2) Pengalaman kerja Pegawai yang diangkat dari mantan pegawai atau pensiunan suatu instansi
di luar Yayasan dapat diperhitungkan sebagai masa kerjanya.
(3) Masa kerja golongan yang dapat diperhitungkan adalah sebagai berikut :

18
a. Masa kerja Pegawai yang bersangkutan diperhitungkan 2/3 (dua per tiga) dari masa kerja
yang dimiliki dengan maksimal 15 (lima belas) tahun apabila pengalaman kerja yang
diper-olehnya sesuai dengan bidang pekerjaan Pegawai yang bersangkutan ditempatkan;
b. Masa kerja Pegawai yang bersangkutan diperhitungkan 1/3 (sepertiga) dari masa kerja
yang dimiliki dengan maksimal 10 (sepuluh) tahun apabila pengalaman kerja yang diper-
olehnya tidak sesuai dengan bidang pekerjaan Pegawai yang bersangkutan ditempatkan.

Pasal 8
Pegawai yang memperoleh kenaikan pangkat, diberi gaji pokok berdasarkan pangkat baru yang
segaris dengan gaji pokok dan masa kerja golongan dalam golongan ruang menurut pangkat lama.

Pasal 9
Kepada Pegawai yang diturunkan pangkatnya, diberi gaji pokok berdasarkan pangkat baru yang
segaris dengan gaji pokok dan masa kerja golongan dalam golongan ruang menurut pangkat lama.

BAB III
KENAIKAN GAJI BERKALA DAN KENAIKAN GAJI ISTIMEWA

Bagian Pertama
Kenaikan Gaji Berkala
Pasal 10
Pegawai tetap diberi kenaikan gaji berkala apabila telah memenuhi syarat sebagai berikut :
a. telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala, yaitu
sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun menduduki golongan ruang pada jenjang
kepangkatan terakhir;
b. penilaian pelaksanaan pekerjan setiap unsur bernilai baik;
c. kenaikan gaji berkala ditetapkan dengan keputusan Pengurus Yayasan.

Pasal 11
(1) Kenaikan gaji berkala dapat ditunda untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun apabila syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 sub b belum dipenuhi.
(2) Penundaan dapat diperpanjang, setiap kali perpanjangan paling lama 1 (satu) tahun apabila
syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 sub b belum juga dipenuhi.
(3) Apabila tidak ada lagi alasan untuk penundaan, maka kenaikan gaji berkala mulai pada bulan
saat penundaan dicabut.
(4) Masa penundaan kenaikan gaji berkala dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala yang akan
datang.
(5) Penundaan dan pencabutan penundaan kenaikan gaji berkala ditetapkan dengan surat
keputusan Pengurus Yayasan.

Bagian Kedua
Kenaikan Gaji Istimewa
Pasal 12
(1) Apabila Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan seorang Pegawai Tetap non Pegawai Negeri
Sipil Dipekerjakan menunjukkan nilai setiap unsur yang amat baik, sehingga ia patut diteladani
oleh Pegawai yang lain, maka sebagai penghargaan Pegawai yang bersangkutan dapat
diberikan kenaikan gaji istimewa.

19
(2) Kenaikan gaji istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa percepatan waktu
kenaikan gaji yang akan datang dan waktu-waktu kenaikan gaji berkala selanjutnya dalam
pangkat yang dijabatnya pada saat kenaikan gaji istimewa diberikan.
(3) Kenaikan gaji istimewa ditetapkan dengan surat keputusan Pengurus Yayasan.

Bagian Ketiga
Gaji Pokok dan Kenaikan Gaji Berkala
Pegawai Negeri Sipil Dipekerjakan
Pasal 13
Gaji pokok dan kenaikan gaji berkala Pegawai Negeri Sipil dipekerjakan diatur sebagai berikut :
a. Pangkat dan golongan ruang gaji Pegawai Negeri Sipil Dipekerjakan ditetapkan oleh Pemerin-
tah;
b. kepada Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam sub a yang telah memenuhi
syarat masa kerja di lingkungan Yayasan, dengan mendahului ketetapan dari yang berwenang,
dapat diberikan penyetaraan gaji pokok dan kenaikan gaji berkala pada golongan ruang gaji
setinggi-tingginya 1 (satu) tingkat lebih tinggi dari golongan ruang pada pangkat yang dimiliki.
c. Penyetaraan gaji pokok sebagaimana dimaksud dalam sub b akan gugur dengan sendirinya
setelah ada ketetapan definitif dari Pemerintah.
d. Pelaksanaan sub b pasal ini ditetapkan dengan surat keputusan Pengurus Yayasan.

Pasal 14
Gaji berikut tunjangan yang diterima dari Pemerintah menjadi bagian dari gaji Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan yang diterima dari Yayasan.

BAB IV
TUNJANGAN-TUNJANGAN
Pasal 15
(1) Di samping gaji pokok, kepada Pegawai Tetap diberikan :
a. Tunjangan Keluarga;
b. Tunjangan Pangan;
c. Tunjangan Jabatan;
d. Tunjangan Insentif; dan
e. Tunjangan Fungsional untuk tenaga pengajar.
(2) Selain tunjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), kepada Pegawai dapat diberi
tunjangan-tunjangan lain yang diatur dengan peraturan tersendiri dan pelaksanaannya
disesuaikan dengan kemampuan Yayasan.

Pasal 16
(1) Tunjangan keluarga sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (1) Sub a, pada dasarnya
hanya diberikan pada pegawai tetap laki-laki yang berkeluarga.
(2) Pegawai Perempuan dapat diberi tunjangan keluarga, apabila suami menganggur atau suami
meninggal dunia, dengan menyerahkan bukti-bukti sah yang diperlukan.
(3) Apabila suami dan isteri kedua-duanya berkedudukan sebagai Pegawai, maka tunjangan
keluarga hanya diberikan kepada Pegawai yang mempunyai gaji pokok lebih tinggi.
(4) Pegawai yang beristeri/bersuamikan PNS, tunjangan keluarga mengikuti PNS yang bersang-
kutan.

20
(5) Pegawai Tetap yang mempunyai anak atau anak angkat yang sah menurut hukum, yang
belum berumur 25 (dua puluh lima) tahun, belum pernah menikah dan nyata-nyata menjadi
tanggungannya, diberi tunjangan anak sesuai peraturan yang berlaku bagi PNS.
(6) Tunjangan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) Pasal ini diberikan sebanyak-
banyaknya untuk 2 (dua) orang anak termasuk anak angkat.

Pasal 17
(1) Kepada Pegawai Tetap diberikan Tunjangan Pangan.
(2) Pegawai yang mendapat Tunjangan Keluarga diberikan Tunjangan Beras untuk isteri/suami
dan paling banyak 2 (dua) orang anak yang sah menurut hukum, masing-masing sebesar 10
(sepuluh) kilogram setiap bulan.
(3) Tunjangan Pangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diberikan dalam
bentuk uang.

Pasal 18
(1) Pegawai Tetap yang menjabat jabatan tertentu diberikan Tunjangan Jabatan.
(2) Tunjangan Jabatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan surat keputusan
Pengurus Yayasan.

Pasal 19
(1) Kepada Pegawai Tetap yang oleh Rektor, Direktur, Ketua dinilai melaksanakan pekerjaan
yang mempunyai volume, tanggung jawab dan risiko lebih besar dari pada volume, tanggung
jawab dan risiko rata-rata Pegawai yang lain dapat diberikan Tunjangan Insentif.
(2) Tunjangan Insentif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Pengurus Yayasan.

Pasal 20
(1) Kepada Pegawai tetap yang menduduki jabatan tenaga pengajar diberikan tunjangan
fungsional.
(2) Tunjangan fungsional diberikan berdasarkan tingkat profesionalisme dan kompetensi
akademik yang dinyatakan dengan surat keputusan dari Pejabat yang berwenang.

BAB V
PENUTUP
Pasal 21
(1) Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam peraturan ini akan diatur lebih lanjut
dengan surat keputusan Yayasan.
(2) Ketentuan-ketentuan yang berlaku sebelum dikeluarkannya peraturan ini sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan ini dinyatakan tetap berlaku.
(3) Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 1 Juli 2000
YAYASAN SANDJOJO SEMARANG
Ketua,

Prof. Dr. dr. RJ. Djokomoeljanto


21
SURAT KEPUTUSAN
------------------------------------------------
No. 065 SK/YS/02/VII/2000
tentang
Pengadaan Pegawai

PENGURUS YAYASAN SANDJOJO SEMARANG


Memperhatikan : Konstitusi Apostolik tentang Universitas Katolik.
Menimbang : bahwa untuk mengisi formasi dan menjamin keseragaman dalam pelaksanaan-
nya, perlu dikeluarkan peraturan tentang pengadaan Pegawai
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Yayasan Sandjojo tahun 1987;
2. Peraturan Yayasan Sandjojo No. 061 SK/YS/02/VII/2000 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian Yayasan Sandjojo Semarang.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN TENTANG PENGADAAN PEGAWAI YAYASAN SANDJOJO.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
(1) Pengadaan Pegawai adalah proses untuk mengisi formasi mulai dari perencanaan,
pengumuman, pelamaran, penyaringan, sampai dengan pengangkatan menjadi Pegawai.
(2) Pengadaan Pegawai dilakukan hanya untuk mengisi formasi yang telah ditetapkan.

Pasal 2
(1) Setiap warga negara yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan mempunyai kesempatan
yang sama untuk melamar dan diangkat menjadi Pegawai.
(2) Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar :
a. Warga Negara Indonesia atau Warga Negara Asing yang memenuhi ketentuan
perundang-undangan;
b. beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun;
d. bersedia dan sanggup menghormati ciri khas lembaga sebagai lembaga pendidikan
Katolik;
e. tidak pernah dihukum penjara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap;
f. tidak pernah terlibat dalam gerakan yang menentang Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945, dan kegiatan yang membahayakan keutuhan bangsa dan negara;

22
g. tidak pernah diberhentikan tidak dengan hormat dari suatu instansi;
h. tidak terikat sebagai Pegawai dari suatu instansi atau institusi lain;
i. mempunyai latar belakang pendidikan, kecakapan, dan keahlian yang diperlukan;
j. berkelakuan baik;
k. sehat jasmani dan rohani;
l. tidak ada hubungan suami atau isteri dengan Pegawai Tetap Yayasan;
m. tidak ada hubungan suami atau isteri dengan sesama pelamar;
n. tidak ada hubungan darah garis lurus atau garis menyamping sampai dengan derajat
ketiga dengan Pegawai Tetap Yayasan; dan
o. syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh Pengurus Yayasan.

BAB II
PERSYARATAN, PENGUMUMAN DAN LAMARAN
Pasal 3
Pengadaan Pegawai diumumkan kepada masyarakat luas oleh Pejabat yang berwenang atau
pejabat lain yang ditunjuk, dengan mencantumkan :
a. jumlah dan jenis formasi yang dibutuhkan;
b. syarat-syarat yang harus dipenuhi;
c. alamat tempat lamaran diajukan; dan
d. batas waktu pengajuan lamaran.

Pasal 4
Setiap pelamar harus mengajukan surat lamaran yang ditulis dengan tangan sendiri kepada
Pimpinan wilayah kerja yang bersangkutan dengan disertai :
a. daftar riwayat hidup;
b. salinan sah ijazah atau surat tanda tamat belajar yang diperlukan;
c. surat keterangan berkelakuan baik dari Pejabat yang berwajib;
d. surat keterangan kesehatan dari dokter yang ditunjuk;
e. surat pernyataan pelamar, bahwa ia tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan
keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan
suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya
dengan jabatannya;
f. surat pernyataan pelamar, bahwa ia tidak pernah diberhentikan tidak dengan hormat sebagai
Pegawai suatu instansi, baik instansi Pemerintah maupun swasta;
g. surat pernyataan pelamar, bahwa ia tidak berkedudukan sebagai Pegawai atau calon Pegawai
di instansi lain;
h. surat pernyataan pelamar, sesuai dengan Pasal 2 ayat (2) huruf k, l, m;
i. pas foto menurut ukuran dan jumlah yang ditentukan;
j. salinan sah keputusan atau keterangan tentang pengalaman bekerja bagi pelamar yang telah
mempunyai pengalaman bekerja;
k. surat keterangan lainnya yang diminta dalam pengumuman.

BAB III
PENYARINGAN
Pasal 5
Jawaban terhadap surat lamaran dikirimkan kepada yang bersangkutan disertai alasan-alasannya.

23
Pasal 6
(1) Pelamar yang surat lamarannya memenuhi syarat dipanggil untuk mengikuti ujian seleksi.
(2) Ujian meliputi berbagai aspek teknis, akademis, kesehatan dan kepribadian yang berhubungan
dengan dan diperlukan untuk jenis pekerjaan yang dilamar;

Pasal 7
Nama Pelamar yang lulus ujian seleksi diumumkan oleh Pejabat yang berwenang.

BAB IV
PENGANGKATAN
Pasal 8
Pelamar yang lulus ujian seleksi diangkat oleh Pejabat yang berwenang menjadi Calon Pegawai
dipekerjakan dan digaji berdasarkan peraturan yang berlaku.

Pasal 9
(1) Hak atas gaji Calon Pegawai mulai berlaku terhitung sejak bulan yang bersangkutan secara
nyata melaksanakan tugasnya.
(2) Tanggal pelaksanaan tugas yang dimaksud ayat (1) dinyatakan secara tertulis oleh atasan
langsung yang membawahi Calon Pegawai.

Pasal 10
(1) Calon Pegawai yang telah menjalani masa percobaan diangkat oleh Pejabat yang berwenang
menjadi Pegawai dalam pangkat tertentu menurut peraturan yang berlaku apabila memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a. Menunjukkan kesetiaan dan ketaatan penuh kepada nilai-nilai Kristiani, Pancasila dan
Undang Undang Dasar 1945 serta menghormati ciri Katolik lembaga;
b. Menunjukkan sikap dan budi pekerti baik;
c. Menunjukkan kecakapan dalam melakukan tugas; dan
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan jasmani dan rohani.
(2) Penilaian terhadap syarat-syarat seperti tersebut pada ayat (1) butir a, b, dan c dinyatakan
secara tertulis dalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh kepala unit
kerja yang bersangkutan, sedang terhadap syarat butir d dinyatakan secara tertulis oleh
pejabat kesehatan yang ditunjuk.
(3) Calon Pegawai yang telah menjalani masa percobaan tetapi tidak memenuhi syarat-syarat
yang dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diangkat menjadi Pegawai.

Pasal 11
(1) Masa kerja di luar lingkungan Yayasan dapat diperhitungkan untuk penetapan gaji pada
pengangkatan pertama sepanjang pekerjaan yang dimaksud sejenis dengan pekerjaan yang
akan dilaksanakan.
(2) Masa kerja yang dapat diperhitungkan untuk tenaga pengajar dihitung sebagai masa kerja
penuh, sedangkan tenaga administrasi dan penunjang akademik adalah (setengah) dari
jumlah masa kerja di luar Lembaga dengan ketentuan sebanyak-banyaknya 10 (sepuluh)
tahun.

Pasal 12
Pegawai yang di kemudian hari diketahui bahwa pada waktu melamar dengan sengaja memberi-
kan keterangan palsu atau bukti-bukti yang tidak benar, diberhentikan tidak dengan hormat.

24
Pasal 13
Segala ketentuan yang berhubungan dengan pengadaan Pegawai yang dilakukan sebelum surat
keputusan ini diterbitkan dinyatakan tetap berlaku.

Pasal 14
Hal-hal mengenai pengadaan Pegawai yang belum atau belum cukup diatur dalam peraturan ini
akan diatur dalam peraturan tersendiri.

Pasal 15
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 1 Juli 2000
YAYASAN SANDJOJO SEMARANG
Ketua,

Prof. Dr. dr. RJ. Djokomoeljanto

25
SURAT KEPUTUSAN
------------------------------------------------
No. 066 SK/YS/02/VII/2000
tentang
Pemberhentian Pegawai

PENGURUS YAYASAN SANDJOJO SEMARANG

Memperhatikan : Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai


Negeri Sipil (PNS)

Menimbang : bahwa ketentuan yang mengatur tentang pemberhentian Pegawai di lingkungan


Yayasan Sandjojo perlu diperbaiki dan disempurnakan.

Mengingat : 1. Surat Keputusan Menkowasbang PAN No. 34 Tahun 1999;


2. Anggaran Dasar Yayasan Sandjojo tahun 1987;
3. Peraturan Yayasan Sandjojo No. 061 SK/YS/02/VII/2000 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian Yayasan Sandjojo Semarang.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI DI LINGKUNGAN


YAYASAN SANDJOJO

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
(1) Pemberhentian sebagai Pegawai adalah pemberhentian yang mengakibatkan seorang
Pegawai kehilangan statusnya sebagai Pegawai.
(2) Pemberhentian dari jabatan adalah pemberhentian yang mengakibatkan Pegawai yang ber-
sangkutan tidak bekerja lagi pada unit kerja tertentu pada salah satu wilayah kerja Yayasan,
tetapi masih berstatus sebagai Pegawai.
(3) Batas usia pensiun adalah batas usia Pegawai harus diberhentikan sebagai Pegawai.

26
BAB II
PEMBERHENTIAN PEGAWAI
Bagian Pertama
Dasar Pemberhentian
Pasal 2
Pegawai dapat diberhentian sebagai Pegawai karena :
a. permintaan sendiri;
b. mencapai batas usia pensiun;
c. penyederhanaan organisasi;
d. melakukan pelanggaran/tindak pidana/penyelewengan;
e. tidak cakap jasmani atau rohani;
f. meninggalkan tugas;
g. meninggal dunia atau hilang; dan
h. hal-hal lain yang ditetapkan oleh Pengurus Yayasan.

Bagian Kedua
Pemberhentian Karena Permintaan Sendiri
Pasal 3
(1) Pegawai yang mengajukan permintaan berhenti, diberhentikan dengan hormat sebagai
Pegawai.
(2) Permintaan berhenti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat ditunda untuk waktu paling
lama 1 (satu) tahun apabila ada kepentingan dinas yang mendesak.
(3) Permintaan berhenti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat ditolak apabila Pegawai
yang bersangkutan masih terikat kewajiban bekerja pada Yayasan berdasarkan ketentuan
peraturan yang berlaku.

Bagian Ketiga
Pemberhentian Karena Mencapai Batas Usia Pensiun
Pasal 4
(1) Pegawai yang mencapai batas usia pensiun, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai.
(2) Batas usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bagi Pegawai administrasi adalah
56 (lima puluh enam) tahun.
(3) Batas usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bagi tenaga pengajar dan
penunjang akademik adalah sebagai berikut :
a. 56 (lima puluh enam) tahun bagi Tenaga Pengajar dengan jenjang jabatan fungsional
akademik Asisten Ahli sampai dengan Lektor;
b. 65 (enam puluh lima) tahun bagi Tenaga Pengajar dengan jenjang jabatan fungsional
akademik Lektor Kepala;
c. 70 (tujuh puluh) tahun bagi Tenaga Pengajar dengan jenjang jabatan fungsional akademik
Guru Besar.
(4) Batas usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bagi Tenaga Pengajar Pegawai
Negeri Sipil Dipekerjakan di Perguruan Tinggi di lingkungan Yayasan diatur atas dasar
ketentuan perundangan yang berlaku.

Pasal 5
Batas usia pensiun Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dan (3) diberitahukan
kepada Pegawai yang bersangkutan dalam waktu 1 (satu) tahun sebelum ia mencapai batas usia
pensiun tersebut.

27
Pasal 6
(1) Pemberhentian dengan hormat karena mencapai batas usia pensiun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (2) dan (3) huruf a, b dan c dapat ditunda sejauh keahlian dan penga-
lamannya masih diperlukan oleh lembaga.
(2) Pegawai yang telah dipensiun dapat dikontrak sejauh keahlian dan pengalamannya masih
diperlukan oleh lembaga.

Bagian Keempat
Pemberhentian Karena Penyederhanaan Organisasi
Pasal 7
Apabila terjadi perubahan dan atau penyederhanaan organisasi yang menyebabkan kelebihan
Pegawai dalam suatu wilayah kerja atau unit kerja, maka kelebihan Pegawai tersebut sedapat
mungkin disalurkan pada wilayah kerja atau unit kerja yang lain.

Pasal 8
Apabila penyaluran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 tidak mungkin dilaksanakan, maka
Pegawai yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dengan mendapatkan hak-hak
kepegawaian berdasarkan peraturan yang berlaku.

Bagian Kelima
Pemberhentian Karena Melakukan Pelanggaran/
Tindak Pidana/Penyelewengan
Pasal 9
Pegawai yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan disiplin Pegawai dapat diberhentikan
sebagai Pegawai.

Pasal 10
(1) Pemberhentian Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dapat dilaksanakan dengan
hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat.
(2) Pegawai yang diberhentikan tidak dengan hormat kehilangan hak-haknya sebagai Pegawai.

Bagian Keenam
Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani/Rohani
Pasal 11
Pegawai diberhentikan dengan hormat apabila berdasarkan surat keterangan Tim Penguji
Kesehatan yang ditunjuk oleh Yayasan dinyatakan :
a. Tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan di lingkungan Yayasan;
b. Menderita penyakit atau kelainan yang membahayakan dirinya sendiri atau lingkungan
kerjanya; atau
c. Setelah berakhirnya cuti sakit, belum mampu bekerja kembali.

Bagian Ketujuh
Pemberhentian Karena Meninggalkan Tugas
Pasal 12
(1) Pegawai yang meninggalkan tugas secara tidak sah selama lebih dari 1 (satu) bulan terus
menerus dikenakan sanksi penundaan pembayaran gaji.

28
(2) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam bulan berikutnya melaporkan diri
kepada yang berwenang, dapat :
a. ditugaskan kembali apabila ketidakhadirannya disebabkan karena alasan-alasan yang
menurut pertimbangan Pejabat yang berwenang dapat diterima; atau
b. diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai apabila ketidakhadirannya disebabkan
karena kelalaian Pegawai yang bersangkutan dan menurut pertimbangan Pejabat yang
berwenang akan mengganggu suasana kerja jika ditugaskan kembali.
(3) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), jika dalam waktu 2 (dua) bulan secara terus
menerus meninggalkan tugasnya secara tidak sah, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai
Pegawai.

Bagian Kedelapan
Pemberhentian Karena Meninggal Dunia atau Hilang
Pasal 13
Pegawai yang meninggal dunia diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai.

Pasal 14
(1) Pegawai dinyatakan hilang jika yang bersangkutan di luar kemauan dan kemampuannya
sendiri tidak diketahui apakah masih hidup atau meninggal dunia.
(2) Pegawai yang hilang, dianggap telah meninggal dunia pada akhir bulan ke-12 (dua belas)
sejak dinyatakan hilang.
(3) Pernyataan hilang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat oleh pejabat yang berwenang
berdasarkan surat keterangan dari yang berwajib.
(4) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bila diketemukan kembali masih hidup dan
sehat dapat diangkat kembali sebagai Pegawai dan gaji yang bersangkutan dibayarkan penuh
sejak dinyatakan hilang dengan memperhitungkan hak-hak kepegawaian yang telah diterima-
kan kepada keluarganya.

Bagian Kesembilan
Pemberhentian Karena Hal-hal Lain

Pasal 15
(1) Pegawai yang tidak melaporkan diri kembali setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan
Yayasan diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai.
(2) Pegawai yang terlambat melaporkan diri kembali setelah habis menjalankan cuti di luar
tanggungan Yayasan diperlakukan sebagai berikut :
a. Apabila keterlambatan malaporkan diri kembali kurang dari 6 (enam) bulan, maka Pegawai
yang bersangkutan dapat dipekerjakan kembali sepanjang alasan keterlambatan dapat
diterima oleh Pejabat yang berwenang dan ada lowongan untuk itu;
b. Apabila keterlambatan melaporkan diri kembali kurang dari 6 (enam) bulan tetapi alasan
keterlambatan tidak dapat diterima oleh Pejabat yang berwenang, maka Pegawai yang
bersangkutan diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai;
c. Apabila keterlambatan melaporkan diri kembali lebih dari 6 (enam) bulan, Pegawai yang
bersangkutan diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai.

Pasal 16
Pegawai yang diangkat dari pensiunan atau mantan pegawai dari suatu instansi di luar Yayasan,
apabila keahlian dan pengalamannya sudah tidak diperlukan diberhentikan dengan hormat sebagai
Pegawai.

29
BAB III
HAK-HAK KEPEGAWAIAN

Bagian Kesepuluah
Hak-hak Pegawai yang Diberhentikan

Pasal 17
Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai diberikan hak-hak kepegawaian
berdasarkan peraturan yang berlaku.

Pasal 18
Pegawai sebelum diberhentikan, baik dengan hormat maupun tidak dengan hormat diberi hak
untuk mengajukan keberatan melalui Komisi Penilaian dan Pengembangan Pegawai.

Pasal 19
(1) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 11 huruf a, b, c dan Pasal 15 ayat (1)
dan ayat (2) huruf b dan c sepanjang bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) diberhentikan dengan
hormat sebagai Pegawai dengan hak pensiun.
(2) Hak pensiun Pegawai tetap Yayasan yang diberhentikan dengan hormat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 diberikan dan dilaksanakan dengan ketentuan yang diatur melalui
kerja sama dengan Yayasan Dana Pensiun lembaga Katolik (Yadapen).

Pasal 20
Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai tetapi tidak memenuhi syarat untuk
ikut serta dalam jaminan hari tua Yadapen diberikan pesangon sebesar 3x (tiga kali) gaji terakhir.

BAB IV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21
(1) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan ini, diatur lebih lanjut oleh Yayasan.
(2) Peraturan ini berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 1 Juli 2000
YAYASAN SANDJOJO SEMARANG
Ketua,

Prof. Dr. dr. RJ. Djokomoeljanto

30
SURAT KEPUTUSAN
------------------------------------------------
No. 067 SK/YS/02/VII/2000
tentang
Cuti Pegawai

PENGURUS YAYASAN SANDJOJO SEMARANG

Memperhatikan : Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1976, tentang Cuti Pegawai.

Menimbang : 1. bahwa peraturan mengenai Cuti Pegawai yang ada di lingkungan Yayasan
Sandjojo perlu disempurnakan dan ditinjau kembali.
2. bahwa Cuti Pegawai merupakan salah satu hak Pegawai yang perlu
mendapat perhatian.

Mengingat : 1. Anggaran Dasar Yayasan Sandjojo tahun 1987;


2. Peraturan Yayasan Sandjojo No. 061 SK/YS/02/VII/2000 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian Yayasan Sandjojo Semarang.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN TENTANG CUTI PEGAWAI DI LINGKUNGAN YAYASAN


SANDJOJO.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
(a) Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu.
(b) Pegawai adalah Pegawai tetap.

Pasal 2
(1) Pejabat yang berwenang memberikan cuti adalah :
a. Pengurus Yayasan bagi Pimpinan lembaga perguruan tinggi;
b. Rektor, Ketua, dan Direktur Perguruan Tinggi yang diselenggarakan Yayasan bagi
Pegawai dalam lingkungan kekuasaannya.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya
kepada pejabat lain di lingkungannya untuk memberikan cuti.

31
BAB II
Bagian Pertama
Jenis Cuti
Pasal 3
Cuti terdiri dari :
a. Cuti Tahunan;
b. Cuti Sakit;
c. Cuti Bersalin;
d. Cuti karena alasan penting;
e. Cuti di luar tanggungan Yayasan; dan
f. Cuti Sabatikal.

Bagian Kedua
Cuti Tahunan
Pasal 4
(1) Pegawai yang telah bekerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun secara terus menerus berhak
atas cuti tahunan.
(2) Lama cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja, yang dihitung secara kumulatif dalam 1
(satu) tahun.
(3) Untuk mendapat cuti tahunan Pegawai yang bersangkutan mengajukan permohonan secara
tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti.

Pasal 5
Cuti Tahunan yang tidak diambil dalam tahun yang bersangkutan tidak dapat diambil pada tahun
berikutnya, kecuali apabila hal tersebut disebabkan adanya tugas kedinasan yang mendesak yang
dinyatakan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti.

Pasal 6
Tenaga pengajar yang memperoleh Cuti Sabatikal tidak berhak atas cuti tahunan untuk tahun
yang berjalan.

Bagian Ketiga
Cuti Sakit
Pasal 7
Setiap Pegawai yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.

Pasal 8
(1) Pegawai yang sakit selama 1 (satu) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa ia
harus memberitahukan kepada atasannya secara tertulis.
(2) Pegawai yang sakit lebih dari 1 (satu) hari tetapi kurang dari 14 (empat belas) hari berhak atas
cuti sakit dengan ketentuan bahwa Pegawai yang bersangkutan harus mengajukan permo-
honan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan melampirkan
surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh Pengurus Yayasan atau Pimpinan Perguruan
Tinggi.
(3) Apabila setelah waktu 14 (empat belas) hari sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pegawai
yang bersangkutan belum memperoleh kesembuhan, ia wajib mengajukan permohonan per-
panjangan cuti sakit secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan
melampirkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh Pengurus Yayasan atau Pimpinan
Perguruan Tinggi.
32
(4) Perpanjangan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diberikan untuk paling lama 1
(satu) tahun.
(5) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) Pegawai yang bersang-
kutan belum juga memperoleh kesembuhan atau apabila akumulasi cuti sakit lebih dari 14
(empat belas) hari dalam 1 (satu) semester, maka kesehatan yang bersangkutan harus diuji
kembali oleh dokter yang ditunjuk oleh Pengurus Yayasan atau Pimpinan Perguruan Tinggi.
(6) Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5)
Pegawai yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya maka ia diberhentikan dengan
hormat sebagai pegawai karena sakit.

Pasal 9
(1) Pegawai perempuan yang gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1 (satu)
bulan.
(2) Untuk mendapatkan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang bersangkutan
harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan
cuti dengan dilampiri surat keterangan dokter atau bidan.

Pasal 10
Pegawai yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena menjalankan tugas kewajibannya
sehingga ia perlu mendapat perawatan, berhak atas cuti sakit sampai ia sembuh dari penyakitnya.

Pasal 11
Selama menjalankan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 10,
Pegawai yang bersangkutan menerima penghasilan penuh.

Pasal 12
(1) Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 10 kecuali yang
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang
memberikan cuti.
(2) Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) cukup dicatat oleh pejabat yang
mengurus kepegawaian.

Bagian Keempat
Cuti Bersalin

Pasal 13
(1) Setiap Pegawai perempuan berhak atas cuti bersalin untuk persalinan anak pertama dan
kedua.
(2) Untuk persalinan anak ketiga dan seterusnya, kepada Pegawai perempuan yang bersangkutan
diberikan cuti di luar tanggungan Yayasan.
(3) Lama cuti bersalin tersebut dalam ayat (1) dan cuti persalinan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) adalah 1 (satu) bulan sebelum dan 2 (dua) bulan sesudah persalinan.

Pasal 14
(1) Untuk mendapatkan cuti bersalin Pegawai perempuan yang bersangkutan mengajukan
permohonan tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan melampirkan
surat keterangan dari dokter atau bidan.
(2) Cuti bersalin diberikan secara tertulis oleh Pejabat yang berwenang memberikan cuti.

33
Pasal 15
Selama menjalankan cuti bersalin, Pegawai perempuan yang bersangkutan menerima penghasilan
penuh.

Bagian Kelima
Cuti Karena Alasan Penting
Pasal 16
(1) Semua Pegawai yang memenuhi syarat berhak atas cuti karena alasan penting.
(2) Lama cuti karena alasan penting ditentukan oleh Pejabat yang berwenang memberikan cuti
untuk paling lama 12 (dua belas) hari kerja.

Pasal 17
Yang dimaksud dengan cuti karena alasan penting adalah cuti karena :
a. ibu, bapak, istri/suami, anak, adik kandung, kakak kandung, mertua atau menantu sakit keras
atau meninggal dunia;
b. melangsungkan perkawinan pertama;
c. alasan lain berdasarkan pertimbangan Pengurus Yayasan atau Pimpinan masing-masing
Perguruan Tinggi.

Pasal 18
(1) Untuk mendapatkan cuti karena alasan penting Pegawai yang bersangkutan mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Pejabat yang berwenang memberikan cuti.
(2) Cuti karena alasan penting diberikan secara tertulis oleh Pejabat yang berwenang memberikan
cuti.
(3) Dalam keadaan yang mendesak yang menyebabkan Pegawai yang bersangkutan tidak dapat
menunggu keputusan Pejabat yang berwenang memberikan cuti, maka Pejabat yang tertinggi
di tempat pegawai yang bersangkutan bekerja dapat memberikan izin sementara untuk men-
jalankan cuti karena alasan penting sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Sub a dan b.

Pasal 19
Selama menjalankan cuti karena alasan penting Pegawai yang bersangkutan menerima peng-
hasilan penuh.

Bagian Keenam
Cuti di Luar Tanggungan Yayasan
Pasal 20
(1) Kepada Pegawai yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara terus menerus,
karena alasan pribadi yang penting dan mendesak dapat diberikan cuti di luar tanggungan
Yayasan.
(2) Cuti di luar tanggungan Yayasan dapat diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun.
(3) Jangka waktu cuti di luar tanggungan Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) atas
dasar pertimbangan Pimpinan tempat Pegawai yang bersangkutan bekerja, dapat diperpan-
jang paling lama untuk 1 (satu) tahun berikutnya.

Pasal 21
(1) Cuti di luar tanggungan Yayasan mengakibatkan Pegawai yang bersangkutan dibebaskan dari
jabatannya, kecuali cuti di luar tanggungan Yayasan untuk persalinan ketiga dan seterusnya
seperti dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).
(2) Jabatan yang menjadi lowong karena pemberian cuti di luar tanggungan Yayasan segera
dapat diisi.
34
Pasal 22
(1) Untuk mendapatkan cuti di luar tanggungan Yayasan, Pegawai yang bersangkutan mengaju-
kan permohonan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti disertai
alasan-alasannya.
(2) Cuti di luar tanggungan Yayasan dan/atau perpanjangannya diberikan dengan surat keputusan
Yayasan.

Pasal 23
(1) Selama menjalankan cuti di luar tanggungan Yayasan, Pegawai yang bersangkutan tidak
berhak menerima penghasilan dari Yayasan.
(2) Masa menjalankan cuti di luar tanggungan Yayasan tidak diperhitungkan sebagai masa kerja
Pegawai yang bersangkutan.

Pasal 24
Apabila setelah habis masa menjalankan cuti di luar tanggungan Yayasan Pegawai yang bersang-
kutan tidak melaporkan diri, ia diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai.

Pasal 25
(1) Pegawai yang melaporkan diri setelah menjalankan cuti di luar tanggungan Yayasan :
a. Ditempatkan kembali, apabila ada lowongan;
b. Ditempatkan di lembaga perguruan tinggi yang lain di lingkungan Yayasan, apabila tidak
ada lowongan.
(2) Apabila penempatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Sub b tidak mungkin, maka
Pegawai yang bersangkutan diberhentikan dari jabatannya karena kelebihan Pegawai dengan
mendapatkan hak-hak kepegawaian menurut ketentuan yang berlaku.

Bagian Ketujuh
Cuti Sabatikal
Pasal 26
(1) Tenaga pengajar yang memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun berhak
atas cuti Sabatikal.
(2) Cuti Sabatikal diberikan untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan
penulisan buku.
(3) Cuti Sabatikal diberikan paling lama 3 (tiga) bulan.

Pasal 27
(1) Untuk mengajukan Cuti Sabatikal, Pegawai yang bersangkutan mengajukan permohonan
secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti disertai alasan-alasannya.
(2) Cuti Sabatikal diberikan dengan surat keputusan Yayasan.

Pasal 28
Selama melaksanakan Cuti Sabatikal, pegawai yang bersangkutan tetap berhak menerima
penghasilan penuh.

Bagian Kedelapan
Lain-lain
Pasal 29
(1) Pegawai yang sedang menjalankan cuti tahunan dan cuti karena alasan penting dapat
dipanggil kembali bekerja apabila kepentingan dinas mendesak.

35
(2) Bila terjadi hal dimaksud dalam ayat (1), sisa waktu cuti yang belum dijalankan tetap menjadi
hak Pegawai yang bersangkutan.

Pasal 30
Dalam hal Yayasan menganggap perlu, segala macam cuti Pegawai dapat ditangguhkan.

BAB III
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 31
Pelaksanaan pemberian cuti yang pada saat peraturan ini diberlakukan dan masih dijalankan oleh
Pegawai, dinyatakan tetap berlaku.

BAB IV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 32
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 1 Juli 2000
YAYASAN SANDJOJO SEMARANG
Ketua,

Prof. Dr. dr. RJ. Djokomoeljanto

36
SURAT KEPUTUSAN
------------------------------------------------
No. 068 SK/YS/02/VII/2000
tentang
Perawatan, Tunjangan Cacat, Uang Duka dan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

PENGURUS YAYASAN SANDJOJO SEMARANG

Memperhatikan : Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1981 tentang Perawatan, Tunjangan Cacat
dan Uang Duka Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Menimbang : bahwa ketentuan yang mengatur tentang perawatan Pegawai yang ditimpa
suatu kecelakaan atau tewas karena menjalankan tugas, pemberian tunjangan
cacat, pemberian uang duka dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) perlu
ditata dan diatur kembali.

Mengingat : 1. Anggaran Dasar Yayasan Sandjojo tahun 1987;


2. Peraturan Yayasan Sandjojo No. 061 SK/YS/02/VII/2000 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian Yayasan Sandjojo Semarang.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAT, UANG DUKA


DAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK)

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
a. Kecelakaan adalah kecelakaan yang terjadi dalam dan karena menjalankan tugas kewajiban,
atau keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas;
b. Sakit adalah sakit yang diderita sebagai akibat langsung dari pelaksanaan tugas;
c. Cacat adalah cacat yang disebabkan oleh hal-hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b;
d. Tewas adalah meninggal dunia yang disebabkan karena menjalankan tugas dinas, karena
keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas, karena akibat luka atau cacat jasmani atau
rohani yang didapat dalam dan karena menjalankan tugas kewajiban;
e. Anak adalah anak yang sah, atau yang disahkan, dan anak angkat yang sah menurut hukum;
f. Orang tua adalah ayah atau ibu kandung atau ayah/ibu tiri atau ayah/ibu angkat;

37
g. Pejabat yang berwajib adalah pejabat yang karena tugas dan jabatannya berwenang
melakukan perbuatan hukum;
h. Pegawai adalah Pegawai tetap.
i. Tim penguji kesehatan adalah tim penguji kesehatan yang ditunjuk oleh pejabat yang
berwenang.

BAB II
PERAWATAN
Pasal 2
(1) Pegawai yang mengalami kecelakaan atau menderita sakit berhak memperoleh pengobatan,
perawatan dan rehabilitasi (pemulihan/penyembuhan).
(2) Kecelakaan atau sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dibuktikan dengan surat
pernyataan dari atasan yang bersangkutan yang dibuat berdasarkan surat keterangan dari
Pejabat yang berwajib.
(3) Pemberian pengobatan dan perawatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan surat keputusan Pejabat yang berwenang berdasarkan pertimbangan dokter setempat
yang menangani.
(4) Sebelum surat keputusan dari Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) diterbitkan, kepada Pegawai yang mengalami kecelakaan diberikan pengobatan dan
perawatan

Pasal 3
(1) Pengobatan, perawatan dan atau rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 pada
dasarnya dilakukan di rumah sakit yang telah ditetapkan, tetapi untuk keadaan yang mendesak
dapat dilakukan di rumah sakit yang terdekat.
(2) Rumah sakit yang ditetapkan adalah rumah sakit yang ditunjuk berdasarkan ketentuan dalam
rangka kerja sama dengan suatu badan yang mengelola hal-hal yang berhubungan dengan
pengobatan, dan perawatan Pegawai.

BAB III
TUNJANGAN CACAT
Pasal 4
(1) Pegawai yang oleh tim penguji kesehatan dinyatakan tidak dapat melaksanakan tugas
pekerjaan di semua jabatan karena cacat, diberikan tunjangan cacat di samping hak pensiun.
(2) Cacat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuktikan dengan surat keputusan yang dibuat
oleh pejabat yang berwenang atas dasar surat keterangan dari tim penguji kesehatan.
(3) Besar tunjangan cacat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagai berikut :
a. Kehilangan fungsi penglihatan pada kedua belah mata;
Kehilangan fungsi pendengaran pada kedua belah telinga; dan
Kehilangan kedua belah kaki dari pangkal paha atau lutut ke bawah sebesar 70% (tujuh
puluh persen) dari gaji pokok.
b. Lengan dari sendi bahu ke bawah;
Kedua belah kaki dari mata kaki ke bawah, sebesar 50% (lima puluh persen) dari gaji
pokok.
c. Lengan dari siku ke bawah;
Sebelah kaki dari pangkal paha, sebesar 40% (empat puluh persen) dari gaji pokok.

38
d. Fungsi penglihatan pada sebelah mata;
Fungsi pendengaran pada sebelah telinga;
Tangan dari atas pergelangan tangan ke bawah; dan
Sebelah kaki dari mata kaki ke bawah, sebesar 30% (tiga puluh persen) dari gaji pokok.
e. Tingkat keadaan yang dapat dipersamakan dengan apa yang disebut dalam huruf a
sampai dengan huruf d, untuk kehilangan fungsi sebagian atau seluruh badan atau ingatan
yang tidak termasuk dalam huruf a sampai dengan huruf d sebesar 30% (tiga puluh
persen) sampai 70% (tujuh puluh persen) dari gaji pokok.
(4) Apabila terjadi beberapa cacat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), maka besarnya
tunjangan cacat ditetapkan dengan menjumlahkan persentase dari setiap cacat dengan
ketentuan paling tinggi 100 (seratus) persen dari gaji pokok.
(5) Tunjangan cacat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan (4) diberikan setiap bulan
sampai dengan usia pensiun.

Pasal 5
(1) Tingkat keadaan cacat ditetapkan oleh setuah Tim Kesehatan yang diangkat oleh Pejabat
yang berwenang.
(2) Tunjangan cacat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ditetapkan dengan surat keputusan
dari Pejabat yang berwenang.

BAB IV
UANG DUKA DAN BIAYA PEMAKAMAN

Pasal 6
(1) Kepada isteri atau suami Pegawai yang tewas diberikan uang duka tewas sebesar 3 (tiga) kali
penghasilan sebulan.
(2) Apabila Pegawai yang tewas tidak meninggalkan isteri atau suami maka uang duka itu
diberikan kepada anaknya.
(3) Apabila Pegawai yang tewas tidak meninggalkan isteri atau suami ataupun anak, maka uang
duka tewas diberikan kepada orang tuanya.
(4) Apabila Pegawai yang tewas tidak meninggalkan isteri, suami, anak ataupun orang tua, maka
uang duka tewas diberikan kepada ahli waris lain yang sah.

Pasal 7
Biaya pemakaman Pegawai yang tewas ditanggung oleh Yayasan setinggi-tingginya 3 (tiga) kali
penghasilan sebulan.

Pasal 8
Tewasnya Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 harus dibuktikan dengan
surat pernyataan dari Pejabat yang berwenang dan surat keterangan dari Pejabat yang berwajib.

Pasal 9
Uang duka dan biaya pemakaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 diberikan
dengan surat keputusan Pejabat yang berwenang.

Pasal 10
(1) Biaya pengobatan, perawatan, tunjangan cacat, uang duka, dan biaya pemakaman sebagai-
mana dimaksud dalam Pasal 2, 3, 4, 6, dan 7 dibebankan kepada anggaran Yayasan.

39
(2) Pengelolaan biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilaksanakan oleh sebuah
lembaga Asuransi yang ditunjuk.
(3) Penunjukan lembaga asuransi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan oleh Pejabat
yang berwenang.

Pasal 11
Ketentuan yang mengatur tentang uang duka serta biaya pemakaman menurut peraturan ini juga
berlaku bagi calon Pegawai.

BAB V
JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
Pasal 12
Pegawai dan salah satu anggota keluarga yang sah berhak memperoleh jaminan pemeliharaan
kesehatan.

Pasal 13
Jaminan pemeliharaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 meliputi pelayanan-
pelayanan sebagaimana diatur dalam perjanjian kerjasama Program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (PJPK) dengan Rumah Sakit yang ditetapkan seperti dimaksud dalam Pasal 3.

Pasal 14
Biaya pelaksanaan program jaminan pemeliharaan kesehatan berasal dari Yayasan.

BAB VI
PENUTUP
Pasal 15
Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang pembiayaan perawatan, tunjangan cacat, uang duka
tewas, biaya pemakaman, dan jaminan pemeliharaan kesehatan yang berlaku sebelum berlaku-
nya peraturan ini sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan ini tetap berlaku.

Pasal 16
Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam peraturan ini akan diatur kemudian dengan
surat keputusan Yayasan.

Pasal 17
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 1 Juli 2000
YAYASAN SANDJOJO SEMARANG
Ketua,

Prof. Dr. dr. RJ. Djokomoeljanto

40
SURAT KEPUTUSAN
-----------------------------------------------
No. 069 SK/YS/02/VII/2000
tentang
Pengangkatan Dalam Pangkat

PENGURUS YAYASAN SANDJOJO SEMARANG


Menimbang : bahwa untuk melaksanakan pembinaan Pegawai atas dasar sistem karier dan
prestasi kerja perlu ditetapkan ketentuan yang mengatur tentang pengangkatan
dalam pangkat.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Yayasan Sandjojo tahun 1987;
2. Peraturan Yayasan Sandjojo No. 061 SK/YS/02/VII/2000 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian Yayasan Sandjojo Semarang.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PEGAWAI DI LINGKUNGAN YAYASAN


SANDJOJO.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seorang Pegawai dalam rangkaian susunan
kepegawaian yang digunakan sebagai dasar penggajian, oleh sebab itu setiap Pegawai diangkat
dalam pangkat tertentu.

Pasal 2
Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan kepada Pegawai atas pengabdian yang
bersangkutan terhadap misi lembaga.

BAB II
PANGKAT PERMULAAN PADA PENGANGKATAN PERTAMA
Pasal 3
(1) Pangkat permulaan pada pengangkatan pertama diberikan atas dasar Surat Tanda Tamat
Belajar/Ijazah/Akta/Diploma yang sah yang dimiliki oleh Calon Pegawai sesuai bidang
pekerjaan yang diperlukan.

41
(2) Kepada masing-masing Calon Pegawai yang bersangkutan diberi gaji atas dasar :
Pangkat Golongan
Surat Tanda Tamat Belajar
Permulaan Ruang Gaji
A Sekolah Dasar (SD) Juru Muda I/a
B - Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
- Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Pertama Juru Muda Tingkat I I/b
(SMKTP)
C - Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)/SMU
- Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas
(SMKTA) Pengatur Muda II/a
- Diploma I
- Akta I
D - Sarjana Muda
- Diploma II
- Akademi
Pengatur Muda Tk. I II/b
- Akta II
- Diploma III
- Diploma III Politeknik
E - Sarjana
- Pasca Sarjana Program S2 Penata Muda III/a
- Akta IV/V
F - Pasca Sarjana Program Studi S3 Penata Muda Tkt. I III/b
(3) Surat Tanda Tamat Belajar, Ijazah, Akta dan Diploma yang sah sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) adalah Surat Tanda Tamat Belajar, Ijazah, Akta Negeri atau STTB, Ijazah, Akta dan
Diploma Swasta yang ditetapkan sederajat oleh Pemerintah.
(4) Surat Tanda Tamat Belajar, Ijazah dan Akta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
Surat Tanda Tamat Belajar, Ijazah dan Akta Negeri atau STTB Ijazah dan Akta Swasta yang
ditetapkan sederajat oleh Pemerintah.

Pasal 4
Pegawai yang diberhentikan dengan hormat dari instansi lain dan melamar menjadi pegawai tetap
Yayasan, dapat diangkat dalam suatu pangkat yang menyimpang dari ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), setinggi-tingginya sama dengan pangkat yang dimiliki.

BAB III
KENAIKAN PANGKAT

Bagian Pertama
Penetapan dan Jenis Kenaikan Pangkat
Pasal 5
Kenaikan pangkat ditetapkan pada tanggal 1 (satu) bulan Maret dan tanggal 1 (satu) bulan
September setiap tahun.

Pasal 6
Jenis kenaikan pangkat yang diatur dalam peraturan ini adalah :
a. Kenaikan pangkat reguler;
b. Kenaikan pangkat pilihan;

42
c. Kenaikan pangkat istimewa;
d. Kenaikan pangkat penyesuaian ijazah;
e. Kenaikan pangkat dalam tugas belajar; dan
f. Kenaikan pangkat anumerta.

Bagian Kedua
Kenaikan Pangkat Reguler
Pasal 7
(1) Kenaikan pangkat reguler adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada pegawai yang
telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan tanpa memperhatikan jabatan yang dipangku.
(2) Kenaikan pangkat reguler maksimal bagi pegawai administrasi dan penunjang akademik
diatur sebagai berikut :
(a) Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Dasar adalah sampai dengan pangkat Pengatur Muda
golongan ruang II/a;
(b) Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama adalah sampai dengan
pangkat Pengatur golongan ruang II/c;
(c) Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Pertama adalah sampai
dengan pangkat Pengatur Tingkat I golongan ruang II/d;
(d) Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Menengah Umum, Sekolah Menengah Kejuruan
Tingkat Atas non-Guru, Diploma I dan Akta I adalah sampai dengan pangkat Penata Muda
golongan ruang III/a;
(e) Surat Tanda Tamat Belajar Sarjana Muda dan Diploma II adalah sampai dengan pangkat
Penata Muda Tingkat I golongan ruang III/b;
(f) Surat Tanda Tamat Belajar Akademi, Akta II dan Diploma III adalah sampai dengan
pangkat Penata golongan ruang III/c;
(g) Surat Tanda Tamat Belajar Sarjana adalah sampai dengan pangkat Penata Tingkat I
golongan ruang III/d;
Pasal 8
(1) Kenaikan pangkat reguler bagi pegawai administrasi dan penunjang akademik diberikan
setiap kali setingkat lebih tinggi apabila Pegawai yang bersangkutan :
(a) telah 4 (empat) tahun dalam pangkat yang dimiliki dan setiap unsur penilaian pelaksanaan
pekerjaan sekurang-kurangnya bernilai baik;
(b) telah 5 (lima) tahun dalam pangkat yang dimiliki dan rata-rata penilaian pelaksanaan
pekerjaan bernilai baik.
(2) Pegawai administrasi dan penunjang akademik yang berpangkat Juru Tingkat I golongan
ruang I/d dan Pengatur Tingkat I golongan ruang II/d, untuk dapat dinaikkan pangkatnya
setingkat lebih tinggi, di samping harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan harus pula
lulus ujian dinas yang diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Agung
Semarang.
(3) Kenaikan pangkat reguler bagi tenaga pengajar harus memenuhi angka kredit yang ditentukan
oleh Pemerintah.

Bagian Ketiga
Kenaikan Pangkat Pilihan
Pasal 9
(1) Kenaikan pangkat pilihan adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada Tenaga Pengajar/
Dosen yang memangku jabatan fungsional tertentu yang telah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan.

43
(2) Kenaikan pangkat pilihan diberikan dalam batas-batas jenjang pangkat yang ditentukan untuk
jabatan yang bersangkutan.
(3) Tenaga Pengajar yang memangku jabatan fungsional yang untuk kenaikan pangkatnya di
samping harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan diharuskan pula memenuhi angka
kredit, dapat dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih tinggi, apabila :
a. sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat yang dimilikinya, telah memenuhi
angka kredit yang ditentukan, dan setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan
sekurang-kurangnya bernilai baik selama 2 (dua) tahun terakhir; atau
b. sekurang-kurangnya telah 3 (tiga) tahun dalam pangkat yang dimilikinya, telah memenuhi
angka kredit yang ditentukan, dan penilaian pelaksanaan pekerjaan rata-rata bernilai baik
selama 2 (dua) tahun terakhir, dengan ketentuan tidak ada unsur penilaian pelaksanaan
pekerjaan yang bernilai kurang.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang angka kredit sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditetapkan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Keempat
Kenaikan Pangkat Istimewa
Pasal 10
Kenaikan pangkat istimewa adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada Pegawai yang
menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya, yang mendapatkan penghargaan istimewa dan
diakui publik atau menciptakan penemuan baru yang bermanfaat bagi lembaga, masyarakat dan
negara.

Pasal 11
Pegawai yang dimaksud dalam Pasal 9 dapat diberikan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi,
apabila :
a. Prestasi kerja luar biasa yang ditunjukkan nyata-nyata dapat menjadi teladan di lingkungannya
yang diakui secara nasional, regional atau internasional;
b. Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat yang dimilikinya;
c. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan bernilai baik selama 2 (dua) tahun terakhir; dan
d. Masih dalam jenjang pangkat yang ditentukan bagi jabatan yang dipangku oleh Pegawai yang
bersangkutan.

Pasal 12
(1) Pegawai yang menciptakan/menemukan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi lembaga,
masyarakat dan negara dapat diberikan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi apabila
penilaian pelaksanaan pekerjaan bernilai baik dan tidak ada unsur yang bernilai kurang.
(2) Penetapan kenaikan pangkat tersebut ayat (1) diatur oleh Yayasan.

Pasal 13
Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 tidak terikat pada jabatan dan proses
evaluasi.

Bagian Kelima
Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah
Pasal 14
Pegawai yang memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah/Akta/Diploma berdasarkan penu-
gasan Yayasan dapat diberikan kenaikan pangkat sebagai penyesuaian jenjang pangkat yang
dimiliki, apabila :
44
a. Kepada yang bersangkutan diberikan tugas atau jabatan yang memerlukan keahlian yang
sesuai dengan pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah/
Akta/Diploma yang diperoleh;
b. sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat yang dimiliki;
c. setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya bernilai baik dalam tahun
terakhir.

Bagian Keenam
Kenaikan Pangkat dalam Tugas Belajar
Pasal 15
(1) Pegawai yang ditugaskan mengikuti pendidikan atau latihan jabatan, selama dalam pendidikan
atau latihan jabatan itu, dapat diberikan kenaikan pangkat.
(2) Pegawai yang mendapat tugas belajar selama dalam tugas belajar dapat diberikan kenaikan
pangkat menurut ketentuan yang berlaku.
(3) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dilaksanakan apabila
penilaian pelaksanaan pekerjaan rata-rata bernilai baik dalam tahun terakhir dan tidak ada
yang bernilai kurang.

Bagian Ketujuh
Kenaikan Pangkat Anumerta
Pasal 16
Pegawai yang tewas diberikan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi secara anumerta.

Pasal 17
Kenaikan pangkat anumerta mulai berlaku pada tanggal Pegawai yang bersangkutan dinyatakan
tewas.

Pasal 18
Keputusan kenaikan pangkat anumerta diusahakan sebelum Pegawai yang tewas dikebumikan.

BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
(1) Peraturan yang berlaku sebelum berlakunya peraturan ini sepanjang tidak bertentangan
dinyatakan tetap berlaku.
(2) Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 1 Juli 2000
YAYASAN SANDJOJO SEMARANG
Ketua,

Prof. Dr. dr. RJ. Djokomoeljanto

45
SURAT KEPUTUSAN
------------------------------------------------
No. 070 SK/YS/02/VII/2000
tentang
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan

PENGURUS YAYASAN SANDJOJO SEMARANG


Memperhatikan : Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1979; tentang Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Menimbang : 1. bahwa sebagai salah satu usaha untuk lebih menjamin obyektivitas dalam
pembinaan pegawai berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja
dipandang perlu menetapkan ketentuan yang mengatur tentang penilaian
pelaksanaan pekerjaan pegawai;
2. bahwa untuk memperoleh bahan pertimbangan yang obyektif diperlukan
penyempurnaan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3).
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Yayasan Sandjojo tahun 1987;
2. Peraturan Yayasan Sandjojo No. 061 SK/YS/02/VII/2000 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian Yayasan Sandjojo Semarang.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
(1) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai yang selanjutnya disebut Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan adalah suatu daftar yang memuat penilaian pelaksanaan pekerjaan
seorang Pegawai dalam jangka waktu 1 (satu) tahun yang dibuat oleh Pejabat Penilai.
(2) Pejabat Penilai adalah atasan langsung Pegawai yang dinilai dengan ketentuan serendah-
rendahnya Kepala Biro, Pembantu Dekan atau Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau
Kepala Lembaga.
(3) Atasan Pejabat Penilai adalah atasan langsung Pejabat Penilai.

Pasal 2
Penilaian pelaksanaan pekerjaan dilakukan sekali setahun oleh Pejabat Penilai terhadap setiap
Pegawai tetap.

46
BAB II
DAFTAR PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pasal 4
(1) Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan dituangkan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan.
(2) Unsur-unsur yang dinilai dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan meliputi :
a. kesetiaan;
b. prestasi Kerja;
c. tanggung jawab;
d. ketaatan;
e. kejujuran;
f. kerjasama;
g. prakarsa; dan
h. kepemimpinan.
(3) Unsur kepemimpinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sub h hanya dinilai pada
Pegawai yang memangku jabatan dalam arti mempunyai anak buah.

Pasal 4
(1) Nilai pelaksanaan pekerjaan dinyatakan dengan sebutan dan angka :
a. Amat baik : 91 100
b. Baik : 76 90
c. Cukup : 61 75
d. Sedang : 51 60
e. Kurang : 50 ke bawah
(2) Pedoman dalam memberikan nilai pelaksanaan pekerjaan pegawai adalah seperti tersebut
dalam lampiran keputusan ini.

Pasal 5
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan adalah bersifat rahasia.

BAB III
PEJABAT PENILAI, ATASAN PEJABAT PENILAI DAN
TATA CARA PENILAIAN
Pasal 6
(1) Pejabat Penilai wajib melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan terhadap pegawai yang
berada dalam lingkungannya.
(2) Penilaian pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan pada
setiap akhir tahun akademik.

Pasal 7
(1) Pejabat Penilai dapat melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan apabila ia telah mem-
bawahi pegawai yang dimaksud di lingkungannya dalam waktu sekurang-kurangnya 6 (enam)
bulan.
(2) Bila Pejabat Penilai belum memenuhi syarat seperti ditentukan pada ayat (1) pasal ini, maka
Pejabat Penilai adalah atasan Pejabat Penilai.

47
Pasal 8
(1) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan diberikan oleh Pejabat Penilai kepada Pegawai yang
dinilai.
(2) Apabila Pegawai yang dinilai berkeberatan terhadap nilai dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan, ia dapat mengajukan keberatan disertai dengan alasan-alasannya kepada Atasan
Pejabat Penilai selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterimanya Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut.
(3) Pegawai yang dinilai wajib mengembalikan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan sebagai-
mana dimaksud dalam ayat (2) kepada Pejabat Penilai selambat-lambatnya dalam waktu 14
(empat belas) hari sejak diterimanya Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut.

Pasal 9
(1) Pejabat Penilai menyampaikan Daftar Pelaksanaan Penilaian Pekerjaan kepada Atasan
Pejabat Penilai dengan ketentuan :
a. apabila tidak ada keberatan dari Pegawai yang dinilai, Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan disampaikan tanpa catatan.
b. apabila ada keberatan dari Pegawai yang dinilai, Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
disampaikan dengan catatan tentang tanggapan Pejabat Penilai atau keberatan dari
Pegawai yang dinilai.
(2) Atasan Pejabat Penilai memeriksa dengan seksama Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
yang disampaikan kepadanya.
(3) Apabila ada alasan yang cukup, Atasan Pejabat Penilai dapat mengadakan perubahan nilai
yang tercantum dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2).
(4) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, baru berlaku sesudah ada pengesahan dari atasan
Pejabat Penilai.

Pasal 10
Pengurus Yayasan, Rektor, Ketua dan Direktur Perguruan Tinggi adalah Pejabat Penilai atau
Atasan Pejabat Penilai tertinggi di lingkungan masing-masing.

BAB IV
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 11
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai yang sedang menjalankan tugas belajar dibuat
oleh Pejabat Penilai dengan menggunakan bahan-bahan yang diberikan oleh Perguruan Tinggi
tempat belajar.

BAB V
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 12
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan yang dibuat sebelum dikeluarkannya peraturan ini tetap
berlaku.

48
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 1 Juli 2000
YAYASAN SANDJOJO SEMARANG
Ketua,

Prof. Dr. dr. RJ. Djokomoeljanto

49

Anda mungkin juga menyukai