Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Teori

Batuan induk dari nikel adalah ultrabasa dengan rata-rata kandungan Ni


0,2 % yang terdapat pada kisi-kisi kristal olivin dan piroksen
(vinogradov). Pada awal yang dialami batuan induk adalah proses
serpentinisasi. Serpentinisasi akibat pengaruh larutan hydrothermal pada
akhir pembekuan magma telah mengubah batuan ultrabasa menjadi
serpentinnit atau peridotit terserpentinkan. Batuan ini sangat mudah
terpengaruh oleh pelapukan lateritik.

Air tanah yang banyak mengandung CO 2 berasal dari udara dan tumbuh-
tumbuhan akan menghancurkan olivin. Penguraian olivin, magnesium,
besi, nikel dan silika ke dalam larutan cenderung untuk membentuk
suspensi koloid dari partikel-partikel silika yang sub-mikroskopik. Di dalam
larutan, besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai
feri-hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan
membentuk mineral-mineral seperti karat, yaitu goetit (FeO9OH), hematite
(Fe2O3) dan kobalt dalam jumlah kecil. Jadi besi oksida mengendap dekat
dengan permukaan tanah, sedang magnesium, nikel, silika tertinggal di
dalam larutan selama larutan masih asam. Tetapi jika dinetralisasi karena
adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut akan
cenderung mengendap sebagai hydrosilikat.

Beberapa proses reaksi kimia pada proses serpentinisasi terjadi sebagai


berikut :

Larutan CO2 mengubah mineral olivin menjadi serpentin dan magnesit


2Mg2SiO4 + CO2 + 2H2O H4Mg3Si2O9 + MgCO3

Proses hidrasi yang mengubah olivin dan piroksen menjadi serpentin


Mg2SiO4 + MgSiO3 + 2H2O H4Mg3Si2O9

Unsur nikel tidak terdapat pada proses ini karena unsur nikel hanya
sebagai impurities yang tidak mengalami reaksi. Unsur nikel hanya
mengalami pemisahan dan pengumpulan akibat proses hydrothermal.
Proses selanjutnya adalah laterisasi; akumulasi oksida besi dan alumina,
sedangkan silika dan komponen lain mengalami leaching.

Pada pelapukan kimia, air merupakan pelarut supergen yang baik, akan
menguraikan mineral yang tidak stabil (olivin, piroksen) pada batuan
ultrabasa menghasilkan Fe, Mg, nikel yang larut dan silika.

Di dalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferrihidroksida


membentuk geotit, limonit, hematite dekat permukaan. Nikel tidak
semuanya larut, tetapi ada yang tertinggal sebagai residu.

1
Konsepsi dan Pemetaan Nikel
Larutan yang mengandung Mg, Ni dan Si meresap ke bawah selama
larutannya bersifat asam, hingga pada kondisi cukup netral. Akibat adanya
reaksi tanah dengan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk
endapan hidrosilikat.

Nikel yang berkembang dalam rantai silikat/hidrosilikat dengan komposisi


yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah/rekahan yang
dikenal dengan urat garnierite dan chrysopras. Sedangkan larutan residunya
akan membentuk senyawa menjadi saprolite yang berwarna coklat-kuning-
kemerahan.

Berdasarkan kekerasan, dibedakan menjadi :


Soft saprolite (lunak)
Hard saprolite (keras)

Nikel mempunyai sifat kurang kelarutannya dibandingkan magnesium.


Perbandingan antara nikel dengan magnesium di dalam endapan lebih besar
daripada larutan, karena sedikit magnesium yang terbawa oleh air tanah.
Kadang-kadang olivin di dalam tanah diubah menjadi serpentin sebelum
tersingkap di permukaan. Serpentin terurai ke dalam komponen-
komponennya bersama-sama bengan terurainya olivin.

Adanya erosi air tanah asam dan erosi di permukaan bumi akan mengubah
mineral-mineral yang telah diendapkan. Zat tersebut dibawa ke tempat yang
lebih dalam. Selanjutnya diendapkan, sehingga terjadi pengayaan pada bijih
nikel. Kandungan nikel pada zat terendapkan akan semakin bertambah
banyak, dan selama itu magnesium tersebar pada aliran tanah. Dalam hal ini
proses pengayaan bersifat komulatif.

Proses pengayaan dimulai dari suatu batuan yang mengandung 0,20 % nikel,
sehingga akan menghasilkan 1,05 % bijih nikel. Keadaan ini merupakan suatu
kadar nikel yang sudah marketable. Waktu yang diperlukan untuk proses
pengayaan tersebut beberapa juta tahun. Bijih nikel pada endapan laterit yang
mempunyai kadar paling tinggi terdapat pada dasar zona pelapukan dan
diendapkan pada retakan-retakan di bagian atas dari lapisan dasar (bedrock).
Perlu ditambahkan bahwa endapan nikel laterit terletak pada lapisan bumi
yang kaya akan besi. Pembagian sempurna dari besi dan nikel ke dalam zona-
zona yang berbeda, tidak pernah ada.

Pengayaan besi dan nikel terjadi melalui pemindahan magnesium dan silika.
Besi dalam material ini paling banyak berbentuk mineral ferrioksida yang pada
umumnya membentuk gumpalan (disebut limonit). Di mana endapan nikel
tersebut ditunjukkan dengan adanya jenis limonite tersebut atau sebagai
nickel ferrous iron ore.

Unsur-unsur Ca dan Mg yang terlarut sebagai karbonat terbawa ke bawah


sampai batas pelapukan dan diendapkan sebagai dolomitan, magnesit, kalsite
(mengisi celah/rekah pada batuan asal). Di lapangan dikenal sebagai petunjuk
antar zona pelapukan dan zona batuan fresh, disebut akar pelapukan (root
of weathering).

2
Konsepsi dan Pemetaan Nikel
Faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan nikel adalah :
Batuan asal
Iklim
Reagen kimia dan vegetasi
Struktur
Topografi
Waktu
Penyebaran endapan

TABEL 1
ELEMEN MAYOR DAN MINOR PADA BATUAN BEKU

Ultrabasa Basa Intermediate Asam


Mayor
(%) (%) (%) (%)
Si 19.0 24.0 26.0 32.3
Al 0.5 8.8 8.9 7.7
Fe 9.9 8.6 5.9 2.7
Mg 25.9 4.5 2.2 0.6
Ca 0.7 6.7 4.7 1.6
Minor (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)
Cr 2000 200 50 25
Ni 2000 160 55 8
Co 200 45 10 5
Mn 1500 2000 1200 600
Ca 20 100 35 20
Pb 1 8 15 20

2. Karakteristik Umum Zona Laterite Nikel

Endapan laterit nikel pada umumnya sangat tidak teratur baik bentuk,
penyebaran horizontal atau vertkal maupun sifat-sifat fisis dan komposisi
kimianya. Secara umum lapisan dikenal sebagai :

Zona Tanah Penutup


Warna : coklat-coklat tua, kehitaman
Kekerasan : lunak sedang
Diameter : halus - sedang
Diskripsi :
- Pada bagian atas gembur dan mengandung humus/
lapisan organik
- Biasanya terdapat pada daerah yang tidak terganggu
erosi
- Sering dijumpai fragmen-fragmen lepas seperti
pisolit Fe, konkresi Fe, fragmen silika dan fragmen
batuan asal

3
Konsepsi dan Pemetaan Nikel
- Tidak terlihat indikasi adanya mineral
- Pada lapisan kadar nikelnya relatif rendah
- Gradasi ke arah zona limonite ditunjukkan dengan
hilangnya material di atas, perubahan warna lebih
cerah, coklat kekuningan coklat merah. Munculnya
mineralisasi tertentu (lemah) seperti MnOx, FeOx dan
AlOx

Zona Limonite
Warna : coklat kemerahan, coklat kekuningan, merah
Kekerasan : lunak sedang
Diameter : halus - sedang
Diskripsi :
- Kadar nikel yang relatif lebih tinggi dari lapisan
pertama (1 - 2 % Ni + Co)
- Terlihat adanya mineralisasi yang kuat
- Cenderung homogen
- Sifat-sifat yang lebih poros dan plastis. Tingkat
elastisitas lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain
- Sering dijumpai fragmen batuan asal, seperti silika
- Kehadiran laterite dengan campuran fragmen
tersebut di atas dapat merupakan perselingan dengan
yang cenderung homogen
- Mineral utama pada zona ini goetit (FeOH) dan
mineral lempung seperti kaolin
- Mineral sedikit pada zona ini adalah mineral-mineral
oksida seperti MnOx, AlOx, magnetit dan cromit
- Silika lebih sering dijumpai
- Dikenal dengan low grade ore atas, yang kadang-
kadang dapat dianggap sebagai lapisan ekonomis
(sebagai campuran)
- Gradasi ke arah zona saprolite dapat dilihat dari
perubahan warna menjadi coklat kekuningan, coklat
kehijauan atau hijau

Zona Saprolite
Warna : coklat kekuningan, coklat kehijauan, kuning kehijauan
Kekerasan : sedang - keras
Diameter : sedang - kasar
Diskripsi :
- Kadar nikel rata-rata tinggi (2 3 % Ni + Co) dan
biasanya merupakan lapisan bijih yang banyak
mengandung urat-urat garnierite dan crysopras
- Cenderung homogen
- Sering dijumpai fragmen batuan asal, seperti silika
- Perselingan antara laterite dengan batuan asal
(biasanya berukuran boulder) sering dijumpai di zona
ini
- Semakin ke arah bawah terlihat adanya gradasi
ukuran butir menjadi lebih kasar

4
Konsepsi dan Pemetaan Nikel
- Ke arah bawah kondisi fracturing semakin intensif
yang biasanya terisi oleh mineral-mineral silika,
seperti gaenierit dan crysopras
- Mineral tambahan pada zona ini adalah lempung dan
mineral oksidasi, seperti goetit, MnOx, Magnetit,
cromit dan chrysotil asbestos
- Magnesit (MgCO3) kadang dijumpai dalam jumlah
sedikit
- Gradasi ke arah zona bedrock diindikasikan dengan
kemunculan fragmen-fragmen batuan asal berukuran
couble-boulder dengan pelapukan yang semakin
berkurang ke arah bedrock

Zona Waste Saprolite


Warna : hijau-hijau tua, abu-abu
Kekerasan : sedang - keras
Diameter : sedang - kasar
Diskripsi :
- Kandungan nikel rendah akibat banyak batuan asal
yang belum terlapukkan, seperti serpentin dan lain-
lain

Zona Bedrock
Warna : hitam keabuan, hitam kehijauan, hijau tergantung
komposisi batuan asal
Kekerasan : sedikit lapuk - keras
Diameter : kasar
Diskripsi :
- Lapisan ini sudah tidak penting karena kadar nikel
sudah mulai rendah
- Komposisi terdiri atas dunit, peridotit atau batuan
ultrabasa lainnya
- Pada bagian atas sering dijumpai zona fracturing
yang terisi oleh mineral silikat seperti garnierite,
serpentin, crysopras atau mineral silikat lainnya
- Kondisi bedrock yang fresh dan massif dijumpai pada
bagian bawah dengan zona fracturing tersebut di
atas
- Mineral utama adalah olivin an piroksen
- Mineral sedikit adalah hornblende dan biotit
- Mineral tambahan adalah cromit dan mineral sulfide

5
Konsepsi dan Pemetaan Nikel
3. Diskripsi Mineral

GOETIT (FeOH) MAGNESIT (MgCO3)


Gol. Iron hidroxide Gol. Nitrat, karbonat, borat
Sistim kristal : tabular, melembar Sistim kristal : -
Warna : coklat kemerahan, perak Warna : putih kekuningan
Kekerasan : keras (5 5.5) Kekerasan : -
Belahan : sempurna Belahan : -
Kilap : sutra Kilap : kaca
Gores : coklat kekuningan Gores : putih
Keterangan : hadir pada limonite
KAOLIN (Al2Si2O5(OH)4) MAGNETIT (FeO2)
Gol. Silika (clay group) Gol. Oksida
Sistim kristal : monoklin Sistim kristal : isometrik
Warna : putih Warna : hitam
Kekerasan : 2 2.5 Kekerasan : 5.5 6.5
Belahan : sempurna Belahan : logam
Kilap : mutiara Kilap : hitam
Gores : - Gores : -
CROMIT (FeCr2O4) GARNIERIT (Ni,Mg)6Si4O10(OH)4
Gol. Oksida dan hidroksida Gol. Hydrous nickel magnesium
(spinel group) silikat
Sistim kristal : monoklin Sistim kristal : monoklin
Warna : hitam Warna : hijau menyala
Kekerasan : keras (5.5) Kekerasan : semi keras keras
Belahan : - (2 4)
Kilap : logam Belahan : -
Gores : coklat kehitaman Kilap : -
Keterangan : magnetic lemah Gores : hijau terang
Keterangan : membentuk veinlet

SERPENTIN (Mg,Fe)3Si2O5(OH)4 CHRYSOPRAS (SiO2)


Gol. Silika Gol. Silika (silika group)
Sistim kristal : - Sistim kristal : -
Warna : hijau tua Warna : biru menyala
Kekerasan : keras ( 4 6) Kekerasan : keras (7)
Belahan : - Belahan : -
Kilap : - Kilap : -
Gores : - Gores : -

4. Diskripsi Umum Batuan

6
Konsepsi dan Pemetaan Nikel
Nama : PERIDOTIT
Warna : Hijau terang - gelap
Tekstur : Granular, xenomorphic olivin, interstitial piroksen,
kadang poikilitik, fanerik
Struktur : Masif
Komposisi :
- olivin
- piroksen
- cromit

Nama : DUNIT
Warna : Hijau terang
Tekstur : Granular, xenomorphic, fanerik
Struktur : Masif, med fine grain
Komposisi :
- olivin
- cromit
- magnetit

Nama : SERPENTINIT
Warna : Hijau tua - hitam
Tekstur : lamellar dengan berzona
Struktur : Masif
Komposisi :
- serpentin dalam vein (chrysotil)
- asbestos
- talk
- cromit

7
Konsepsi dan Pemetaan Nikel
BAB 2
PEMETAAN

1. Regional

Dalam melakukan pemetaan regional perlu dibekali dasar indikasi geologi


yang memungkinkan terbentuknya formasi bijih.

Untuk dapat mengetahui adanya endapan nikel laterit :


- Batuan harus sedikit mengandung nikel, yang biasanya disebut peridotit
atau turunannya (serpentin)
- Batuan harus mengalami pelapukan karena pengaruh iklim
tropis atau subtropis
- Proses pelapuan harus terjadi secara continue

Tempat yang baik untuk mencari endapan nikel adalah bila kondisi
topografinya menguntungkan, misalnya pada dataran, lembah yang luas,
daerah perbukitan kecil atau di antara lembah-lembah yang dalam.
Kemudian jika batuan tersebut tersingkap, mudah dikenali bahwa batuan
tersebut adalah ultrabasa.

Tanah merah merupakan indikasi yang baik untuk mengetahui adanya


batuan ultrabasa, walaupun tidak selamanya benar. Di daerah tropis
banyak terdapat tanah berwarna merah, belum tentu menunjukkan
adanya batuan ultrabasa. Namun demikian, keadaan ini dapat dibantu
dengan sifat batuan ultrabasa setempat yang sudah diketahui.

Di beberapa daerah, tumbuh-tumbuhan juga akan membantu sebagai


indikasi. Untuk peridotit dan tanah serpentin, ditunjukkan dengan
tumbuhnya akar-akar kecil di dalamnya. Peridotit dan serpentin sedikit
mengandung kalsium, potassium, fosfor serta unsur-unsur lain yang
penting untuk hidupnya tanaman, sehingga ada kecenderungan terjadi
pembentukan tanah yang kurang subur di daerah tersebut.

Di daerah yang beriklim tropis terdapat bermacam-macam tumbuhan,


yang berarti mempunyai kondisi lebih baik daripada daerah lainnya.
Dengan demikian, tanah yang berasal dari pelapukan serpentinit akan
membantu lebatnya tumbuh-tumbuhan jenis tanaman tertentu, misalnya
cemara dan tumbuhan kayu keras.

Karena adanya perbedaan iklim, maka tidak ada tumbuh-tumbuhan yang


dapat menjadi indikasi secara umum. Tetapi dengan membandingkan
tumbuh-tumbuhan yang hidup di tempat-tempat yang mengandung
serpentinit dan laterit, kadang-kadang akan dapat membantu dalam
memberikan petunjuk untuk menemukan deposit bijih nikel di suatu
daerah.

Pada tahapan eksplorasi regional dimulai dengan kegiatan berupa kegiatan


studio, pelintasan menyeluruh dan pemetaan laterit, pengambilan conto
laterit.

8
Konsepsi dan Pemetaan Nikel
a. Kegiatan studio

Tahapan ini penting untuk dilaksanakan guna menyusun kerangka


kerja, kesampaian daerah dan perencanaan supply sarana penunjang
lapangan dan logistik, serta jumlah tenaga yang akan digunakan.

Kegiatan lain berupa persiapan meliputi :


- interpretasi peta topografi
- review literatur dan peta geologi mencakup luasan daerah yang
diteliti
- menyusun rencana kerja untuk masing-masing pelaksanaan
eksplorasi dan pembagian block guna prioritas eksplorasi
- mempersiapkan peta sebagai penunjang kegiatan lapangan berupa
peta geologi, peta topografi, peta penyelidikan terdahulu
- mempersiapkan perlengkapan kerja yang akan digunakan

Pembagian block yang sistimatis sangat penting untuk daerah telitian


yang luas agar mudah dikenal dan diingat. Standar luasan per-block
yang dianjurkan berukuran 800 x 1.000 meter, agar dapat
mempermudah dalam skala pengambaran (A0).

b. Pelintasan menyeluruh dan pemetaan laterite

Dilakukan peninjauan dan pelintasan menyeluruh di daerah kerja guna


memberikan gambaran tentang sebaran batuan dan melokalisir laterite
yang dapat digunakan sebagai pedoman pekerjaan tahap selanjutnya.

Hasil pelintasan ini ditampilkan berupa peta geologi dengan skala 1 :


10.000, yang kemudian dapat ditentukan rencana titik untuk
pengambilan conto tanah menggunakan hand auger, sebagai informasi
dasar korelasi kualitas dan kuantitas sebaran laterite yang ada.

Perencanaan titik bor regional dengan interval rata-rata 400 meter


dengan lokasi yang terpilih dan acak (punggungan), diharapkan dapat
memperoleh anomali pada titik-titik pemboran.

Pembagian satuan pada peta penyebaran laterite sebagai berikut :


- laterit, warna merah kecoklatan, terdapat pisolit Fe, silika,
dominan lempung, sebaran boulder ultrabasa < 10 %.
Penggambaran dengan warna kuning
- rocky laterite, merah kecoklatan, terdapat pisolit Fe, silika,
sebaran boulder ultrabasa 10 50 %. Penggambaran dengan
warna hijau
- out crop/sub-out crop, merah kecoklatan, silika, sebaran
boulder ultrabasa > 50 %. Penggambaran dengan warna biru
- brown soil, coklat, abu-abu, hitam, tanah bukan asal batuan
ultrabasa (sedimen, aluvial). Penggambaran dengan warna coklat.

Peta yang disajikan menginformasikan data-data :


- litologi dan satuan batuan
- morfologi (sungai, alur, jalan)

9
Konsepsi dan Pemetaan Nikel
- sebaran laterite, rocky laterite, outcrop/subaotcrop, brown soil
- struktur geologi
- tata guna lahan
- penentuan titik test pit atau auger dilakukan dengan spasi antara
200 400 meter

c. Pengambilan conto laterite

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui ketebalan lapisan


laterite, walaupun pada pelaksanaannya kedalaman yang diperoleh
terbatas dan hanya pada lapisan tanah lunak.

Percontoan regional dilakukan dengan metoda :


Auger
- Dilakukan logging per meter kemajuan dengan pembuangan
cutting
- Pengambilan conto setangan untuk conto per meternya
- Diharapkan pengambilan conto dengan mencapai formasi
saprolite lunak
- Conto tanah yang didapat di-logging, dikemas dalam plastik
yang sebelumnya diberi label yang berisi nomor titik, nomor
conto, dan berat conto, tanpa dibagi (quartering)
- Pengambilan conto dilakukan setiap 1 meter dan menggunakan
hand auger dengan kondisi kering (tanpa air) dari tanah penutup
hingga maksimal kedalaman
- Kemajuan dari pemboran perlu diamati dengan teliti untuk
menghindari masuknya cutting pada conto terambil

Test pit
- Lubang test pit dengan ukuran 100 x 80 cm
- Pengambilan conto dilakukan pada dua sisi yang berhadapan
dengan dimensi lebar 20 cm dan dalam 4 cm
- Conto diambil per meter dan di-quartering hingga berat 3 kg,
dengan disertai conto setangan
- Perlakuan sample setelah pekerjaan test pit serupa dengan
perlakuan auger

2. Semi-Detail

Pada tahapan ini dapat dilakukan apabila hasil analisa conto soil dan
evaluasi tahap eksplorasi regional telah dilakukan.
Pekerjaan berupa pengambilan conto soil di antara titik bor regional yang
menunjukkan anomali (perapatan). Dilakukan pengukuran topografi untuk
daerah yang beranomali guna perhitungan cadangan .

Rincian pekerjaan berupa :


perencanaan titik bor spasi lebih rapat, dari acuan anomali hasil
analisa conto regional (auger)
pemetaan semi-detail

10
Konsepsi dan Pemetaan Nikel
pemasangan titik Bench Mark (BM) untuk mendapatkan arah utara
dan nilai koordinat sebenarnya
penggunaan Total Station untuk membuat polygon tertutup pada
areal rencana pemboran
titik bor ditetapkan dengan koordinat grid yang telah ditentukan
titik bor ditentukan dengan menggunakan pengukuran untuk
menghidari pergeseran
mapping dilakukan kembali dengan melintasi grid pengukuran
dengan target data yang maksimal (litologi, kelayakan titik bor dan
checking titik bor)
akurasi data titik bor oleh surveyor sebaiknya dilakukan pada waktu
sebelum dan sesudah pengeboran
pemasangan titik interval 200, 100, 50, dan 25 meter dilakukan
dengan menggunakan alat ukur Total Station diharapkan memperoleh
titik-titik yang simetris dan berjarak sama
pelintasan pada jalur pengukuran grid, agar diperoleh luasan laterite
yang sebenarnya
pemboran dilakukan pada titik bor interval 200 meter. Pemboran
dilanjutkan pada spasi yang lebih rapat (100, 50, dan 25 meter) apabila
hasil analisa menunjukkan anomali, dengan sistim kurung.
prinsip dari pemboran ini adalah memperoleh conto full coring tanpa
adanya kontaminasi. Pemboran dapat dilakukan dengan single tube
atau triple tube
analisa conto dan evaluasi
studi awal infrastruktur

a. Pengambilan conto laterite


Pemboran dilakukan dengan kedalaman maksimal 25 meter
Penyetopan pemboran dilakukan dengan pertimbangan :
- kedalaman mencapai 25 meter
- mengenai boulder (indikasi ke bedrock) bila pemboran kurang
dari 25 meter
- mengenai formasi saprolite waste
Selesai proses pemboran, selanjutnya lubang bor yang
ditinggalkan diberi tanda dan kode yang meliputi nomor lubang bor
dan kedalaman akhir pemboran
Penggeseran titik diijinkan maksimal sejauh 50 cm searah
lintasan
Apabila core recovery kurang dari 90%, pemboran dianjurkan
untuk digeser dan diulang
Apabila dalam proses pemboran terdapat trouble yang memaksa
untuk dilakukan pergeseran titik, maka core yang terpakai adalah
pemboran yang terdalam
Logger bertanggung jawab atas core yang terambil
Core ditempatkan pada corebox sesuai dengan kedalaman
pemboran
Core didiskripsi per meter kedalaman lalu dimasukkan ke dalam
kantong dan ditimbang, serta diberi kode dan berat conto
Pengukuran kedalaman dimulai dari permukaan ke arah bawah
Apabila panjang core < 1 meter, dengan berat > 1 kg, conto
dipisahkan menjadi kantong sendiri dan didiskripsi tersendiri

11
Konsepsi dan Pemetaan Nikel
Apabila pemboran dengan menggunakan single tube, harus
dilakukan pengupasan core (1 mm) untuk menghindari
kontaminasi. Jika menggunakan triple tube, core yang dihasilkan
tidak perlu dilakukan pengupasan
Untuk menghindari kontaminasi, corebox dilapisi dengan plastik
sebelum core diletakkan
Titik pengambilan conto tersebut selalu di-plot-kan pada peta
laterite

b. Pemboran
Menggunakan pemboran portable rig
Kedalaman maksimum pemboran 25 meter
Pemboran dengan sistim full coring
Conto ditempatkan di dalam corebox dengan panjang 1 meter,
terdiri dari 5 lajur
Untuk menghindari kontaminasi, corebox dilapisi plastik sebelum
penempatan conto dan dicuci setiap selesai pengantongan conto
Core recovery minimal 90% per lubang. Apabila nilai core recovery
kurang, dianjurkan untuk re-drill pada lokasi yang ditentukan oleh
logger
Pihak pemboran menyertakan laporan perpancingan langsung di
lapangan dan akan ditandatangani oleh logger pada saat
penyetopan pemboran
Stop atau penghentian pemboran sepenuhnya menjadi tanggung
jawab logger
Core dalam kondisi tidak terkontaminasi saat pemboran maupun
proses pengeluaran conto
Penyusunan core disesuaikan dengan kedalaman pemboran.
Apabila terjadi pengembangan core, maka conto tetap disusun
berdasarkan kedalaman
Penempatan lokasi bor harus sesuai dengan titik yang telah
ditentukan
Pergeseran titik bor tidak lebih dari 50 cm, dan wajib
dikoordinasikan dan seijin logger
Core hasil reaming dibuang
Pemisahan boulder (per meter conto) dengan diameter 25 cm,
apabila kenampakan secara megaskopis boulder tersebut merubah
kadar saprolite
Pengawasan pengeboran dilakukan oleh geologist atau asisten
geologist
Tidak dianjurkan untuk mengadakan pemotongan lereng pada
rencana titk bor saat pembuatan lokasi bor
Diwajibkan untuk menjaga kebersihan lokasi pemboran dari
sampah tak terurai (plastik, kertas, dll)

12
Konsepsi dan Pemetaan Nikel
c. Diskripsi logging

Diskripsi logging (terlampir) berupa diskripsi soil, terdiri dari :


Prospek, menunjukkan nama desa/kampung terdekat dengan
prospek/mudah dikenal
Lokasi, menunjukkan nomor titik bor menggunakan penomoran
yang sistematis agar mudah dikenal dan diingat
Nomor conto, penomoran conto dimulai dari angka 1,
menunjukkan kedalaman pemboran
Kedalaman Dari/Ke, menunjukkan kedalaman bor per meternya
Core recovery, perhitungan persentase per meter pancingan
dengan rumus panjang core dibagi kemajuan pemboran
Berat, pengukuran berat conto per meternya saat di lapangan.
Tidak diperbolehkan melakukan split atau quartering
Zonasi, penggolongan berdasarkan visual conto pada saat
logging (limonite/saprolite)
Sketsa, menggambarkan keadaan core
Warna, menunjukkan singkatan warna umum dari core per
meternya (MC, CK, CM, KH, Ab, CH, H, HAb)
Kekerasan, menunjukkan kekerasan soil/batuan, terdiri lunak,
sedang, keras
Boulder Ukuran/Banyak, ukuran boulder rata-rata dengan
satuan cm, dan banyak dalam satuan persen dalam per meter
core-nya
Garnierit, menunjukkan persentase kehadiran garnierite
permeternya
Silika, menunjukkan persentase kehadiran silika per metenya
Keterangan, menerangkan hal-hal khusus yang penting
(mineralisasi, keterangan loss core, posisi boulder, posisi zonasi)
MAT (muka air tanah), pengukuran muka air tanah pada lubang
bor dilaksanakan 1 minggu setelah kegiatan pemboran selesai

3. Detail

Kegiatan ini berupa :


pemetaan detail mengacu pada anomali hasil analisa tahapan semi-
detail
perapatan bor spasi 50 dan 25 meter
pemetaan topografi
analisa conto dan evaluasi
evaluasi untuk Studi Kelayakan dan AMDAL
perencanaan tambang
perencanaan investasi

Pemboran pada spasi 25 meter menjelang penambangan dengan


ketentuan yang sama dengan pemboran semi-detail. Pemboran dengan
spasi yang lebih rapat (12,5 meter) diperlukan untuk menentukan batas
ore yang masih dapat dikembangkan.

13
Konsepsi dan Pemetaan Nikel

Anda mungkin juga menyukai