id
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun oleh :
ISMAILAH NUR ELLIZA
I 0109043
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
Orang harus cukup tegar untuk memaafkan kesalahan, cukup pintar untuk belajar
dari kesalahan dan cukup kuat untuk mengoreksi kesalahan.
Semangat dan kerja keras adalah kunci keberhasilan yang dilandasi keyakinan dan doa
Bagaimana sikap kita pada orang lain, akan mencerminkan sikap orang lain ke kita.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Assalamualaikum.Wr.Wb.
Puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah-Nya.
Nikmat iman dan sehat yang ALLAH SWT berikan kepada saya.
Skripsi ini saya persembahkan sebagai ucapan terima kasih juga kepada:
Terima kasih pada si ade Nisa dan seluruh keluarga besar saya, yang telah
memberi dukungan semangat dan doanya.
Dosen pembimbing saya, Bapak Edy Purwanto dan Bapak Setiono terimakasih
atas bimbingan, ilmu yang disampaikan pada saya dan menyemangati saya
sehingga Tugas Akhir dapat terselesaiakan.
Teman seperjuangan saya Dian Ayu Angling Sari dan Bagus Hendri S, yang
saling bahu membahu, saling menyemangati, mendengarkan seluruh keluh
kesahku, menikmati lembur di ces bersama sampai satpam ngusir,berbagi suka
dan duka bersama,terima kasih maaf aku sering merepotkan. Semoga kenangan
ini akan menjadi kenangan manis yang akan menjadi cerita indah buat anak-anak
kita kelak dan tak lekang oleh waktu.
Buat Mamahnya Ayu terima kasih banyak atas dukungannya selama ini maaf kalo
selama ini sering merepotkan. Dede Kinanthi semoga jadi anak yang berbakti yaa,
amin.Sekali lagi terima kasih telah menjadi pendukung kami bertiga,serasa
punya keluarga baru di Solo.
Teman sepermainan saya, Eir, Tyo, Tutut, Revy, Paska, Nisa, Nadya. Terimakasih
atas dukungan dan bantuannya selama ini. Maaf kalo selama ini saya banyak
nyusahin dan ngerepotin kalian. Kalo kita udah punya hidup masing masing
nanti, jangan pernah lupa keep contact.
Buat para pejuang kloter satu Tutut, Revy, Alty, Syfa pejuang kloter selanjutnya
semangat kawan mari kita susul perintis 09 Festy, ST. Semangat.
Buat warga setia CES yang budiman, pak ketua Patrich, Ade Dewa, Fido, Satya,
Adit kecil dan warga Ces lainnya terima kasih, maaf sering merepotkan dan sering
rusuh di CES.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Buat para atlit badminton 09 terima kasih telah menjadi coach saya salam sehat
selalu.
Buat mba mba kos: mb Hyw, mb puu, mb lia, mb ayu ang telah menginspirasiku,
terima kasih.
Seluruh teman - teman Civil Engineering 2009 yang telah saya anggap keluarga.
Terimakasih banyak. Mohon maaf atas semua kesalahan yang saya lakukan.
Sukses untuk kita semua.
Semua teman-teman dan sahabat saya dimanapun kalian berada saat ini, semoga
silaturahmi kita selalu terjaga dengan baik.
Wassalamualaikum.Wr.Wb.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Wilayah Indonesia terdiri daratan, lautan dan gunung-gunung maka dari itu
Indonesia termasuk negara yang rawan terjadi gempa. Hal ini disebabkan
Indonesia terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik utama, yaitu lempeng
Eurasia, Pasifik, Filipina dan Indo-Australia. Pengembangan infrastruktur yang
sangat digemari pada zaman sekarang adalah gedung bertingkat karena semakin
terbatasnya lahan yang tersedia. Dengan adanya kejadian gempa di Indonesia
yang mengakibatkan kerugian sangat besar bagi bangunan, maka diperlukan
pengembangan analisis gempa terhadap struktur. Ada 2 pendekatan yang
digunakan untuk memperhitungkan beban lateral (gempa bumi) yang bekerja pada
suatu struktur, yaitu analisis secara statik ekivalen dan analisis dinamik ( response
spectrum atau time history ).
Nilai displacement pada arah X adalah 0,1254 m dan pada arah Y adalah 0,1533
m. Maksimum total drift pada arah X adalah 0,0055 m dan pada arah Y adalah
0,0099 m, sehingga gedung aman terhadap kinerja batas ultimate (0,02h) dan
kinerja batas layan {(0,03/R) x h}. Displacement pada gedung Solo Center Point
tidak melampaui displacement maksimal dan aman terhadap gempa rencana.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
The objecives of this study is to determine the safety of the building seen from
the displacement, drift and base shear. The results of this study had been analyzed
by the performance of the structure service ability limit the performance of the
structure and performance of structures ultimit limit. The method used is the
spectrum response dynamic analysis using ETABS program V 9.50.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
hidayah , serta karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
EVALUASI KINERJA STRUKTUR PADA GEDUNG BERTINGKAT DENGAN
ANALISIS RESPON SPEKTRUM MENGGUNAKAN SOFTWARE ETABS V 9.50
( STUDI KASUS : GEDUNG SOLO CENTER POINT ).
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan
wacana dan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi orang lain pada
umumnya.
Atas bantuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak hingga selesainya skripsi
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Segenap Pimpinan Fakultas Teknik Univeritas Sebelas Maret Surakarta.
2. Segenap Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Edy Purwanto, ST, MT, dan Setiono, ST, MSc selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak memberikan arahan dalam menyusun laporan ini.
4. Ir. Rr. Rintis Hadiani, MT selaku pembimbing Akademik.
5. Rekan-rekan mahasiswa teknik sipil angkatan 2009 atas kerjasama dan
bantuannya.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pembaca, karena banyak kekurangan yang masih harus diperbaiki.
Kritik dan saran akan penulis terima untuk kesempurnaan tulisan ini.
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
Wilayah Indonesia terdiri daratan, lautan dan gunung-gunung maka dari itu
Indonesia termasuk negara yang rawan terjadi gempa. Hal ini disebabkan
Indonesia terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik utama, yaitu lempeng
Eurasia, Pasifik, Filipina dan Indo-Australia.
Gempa bumi adalah getaran atau gerakan bergelombang pada kulit bumi akibat
dari pergeseran tiba-tiba dari lapisan tanah di bawah permukaan bumi (lempeng
bumi). Ketika pergeseran ini terjadi, maka timbul getaran yang disebut dengan
gelombang seismic. Gelombang ini menjalar ke segala arah menjauhi pusat
gempa. Getaran yang sampai ke permukaan bumi bisa bersifat merusak struktur
bangunan serta menelan korban jiwa.
Gempa dahsyat yang melanda Indonesia yang telah menimbulkan korban terhadap
manusia dan harta benda yang cukup besar diantaranya :
Gempa/Tsunami Aceh 26 Desember 2004 dengan besaran 9 Skala Richter
Gempa Nias 28 Maret 2005 dengan besaran 8,7 Skala Richter
Gempa Yogyakarta 26 Mei 2006 dengan besaran 5,9 Skala Richter
Gempa Padang tahun 2009 dengan besaran 7,6 Skala Richter
Gempa Mentawai tahun 2010 dengan besaran 7,2 Skala Richter
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
dinamik sangat cocok digunakan untuk analisis struktur bangunan yang tidak
beraturan, bertingkat banyak terhadap pengaruh gempa.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah ini
adalah bagaimana mengevaluasi struktur dengan analisis respon spektrum dilihat
berdasarkan Displacement, drift dan base shear.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis struktur gedung dengan
analisis respon spektrum yang ditinjau berdasarkan displacement, drift dan base
shear.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
Gempa bumi merupakan getaran yang terjadi pada permukaan tanah yang dapat
disebabkan oleh aktivitas tektonik, vulkanisme, longsoran termasuk batu, bahan
peledak. Dari semua penyebab tersebut di atas, goncangan yang disebabkan oleh
peristiwa tektonik merupakan penyebab utama kerusakan struktur dan perhatian
utama dalam kajian tentang bahaya gempa. (Chen dan Lui, 2006)
Gempa bumi yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah gempa bumi
tektonik, yang merupakan jenis gempa yang menimbulan kerusakan paling luas.
(Dewi dan Sudrajat, 2007)
Hal yang perlu diperhatikan adalah kekuatan bangunan yang memadai untuk
memberikan kenyamanan bagi penghuninya terutama lantai atas. Semakin tinggi
bangunan, defleksi lateral yang terjadi juga semakin besar pada lantai atas.
(Mc.Cormak,1995)
Hal penting dari evaluasi berbasis kinerja adalah sasaran kinerja bangunan
terhadap gempa dinyatakan secara jelas. Sasaran kinerja tersebut terdiri dari
kejadian gempa rencana yang ditentukan (earthquake hazard), dan taraf
kerusakan yang diijinkan atau level kinerja (performance level) dari bangunan
terhadap kejadian gempa tersebut. (Dewobroto, 2006)
4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan IBC 2006, tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk
mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Tidak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil.
b. Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural
tetapi bukan merupakan kerusakan struktural.
c. Diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural dan non-struktural pada gempa
kuat, namun kerusakan yang terjadi tidak sampai menyebabkan bangunan
runtuh.
d. Sistem sprinkler untuk proteksi kebakaran dan tangga keluar tetap utuh.
(a) Susunan kolom dan balok (b) Ketidakstabilan terhadap beban horisontal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
(c) Tiga metode dasar untuk menjamin kestabilan struktur sederhana meliputi :
penopang diagonal, bidang geser dan titik hubung kaku.
(d) Setiap metode yang dipakai untuk menjamin kestabilan pada struktur harus
dipasang secara simetris. Apabila tidak, dapat terjadi efek torsional pada
struktur.
Gambar 2.1. Kestabilan Struktur Portal.
Sumber : Daniel L. Schodek (1999)
Pada Gambar 2.1(a). struktur stabil karena struktur belum mendapatkan gaya dari
luar, apabila suatu struktur dikenakan gaya horisontal maka akan terjadi deformasi
seperti yang terlihat pada Gambar 2.1(b). Hal ini disebabkan karena struktur
tidak mempunyai kapasitas yang cukup untuk menahan gaya horisontal dan
struktur tidak mempunyai kemampuan untuk mengembalikan bentuk struktur ke
bentuk semula apabila beban horisontal dihilangkan sehingga akan terjadi
simpangan horisontal yang berlebihan yang dapat menyebabkan keruntuhan.
Menurut Daniel L. Schodek (1999), terdapat beberapa cara untuk menjamin
kestabilan struktur seperti pada Gambar 2.1(c). Cara pertama dengan
menambahkan elemen struktur diagonal pada struktur, sehingga struktur tidak
mengalami deformasi menjadi jajaran genjang seperti pada Gambar 2.1(b). Hal
ini disebabkan karena dengan menambahkan elemen struktur diagonal gaya-gaya
yang dikenakan pada struktur akan disebarkan keseluruh bagian termasuk ke
elemen diagonal, gaya-gaya yang diterima masing-masing struktur akan
berkurang sehingga simpangan yang dihasilkan lebih kecil. Cara kedua adalah
dengan menggunakan dinding geser. Elemennya merupakan elemen permukaan
bidang kaku, yang tentunya dapatcommit to deformasi
menahan user akibat beban horisontal dan
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
simpangan horisontal yang akan dihasilkan akan lebih kecil. Cara ketiga adalah
dengan mengubah hubungan antara elemen struktur sedemikian rupa sehingga
perubahan sudut untuk suatu kondisi pembebanan tertentu. Hal ini dengan
membuat titik hubung kaku diantara elemen struktur sebagai contoh meja adalah
struktur stabil karena adanya titik hubung kaku di antara setiap kaki meja dengan
permukaan meja yang menjamin hubungan sudut konstan di antara elemen
tersebut, sehingga struktur menjadi lebih kaku. Dalam menentukan letak bresing
maupun dinding geser hendaknya simetris. Hal ini untuk menghindari efek
torsional.
Secara umum analisis struktur terhadap beban gempa dibagi menjadi dua macam,
yaitu :
1. Analisis beban statik ekuivalen adalah suatu cara analisis struktur dimana
pengaruh gempa pada struktur dianggap sebagai beban statik horizontal yang
diperoleh dengan hanya memperhitungkan respon ragam getar yang pertama.
Biasanya distribusi gaya geser tingkat ragam getar yang pertama ini di
sederhanakan sebagai segitiga terbalik.
2. Analisis dinamik adalah analisis struktur dimana pembagian gaya geser
gempa di seluruh tingkat diperoleh dengan memperhitungkan pengaruh
dinamis gerakan tanah terhadap struktur. Analisis dinamik terbagi menjadi 2,
yaitu :
a. Analisis ragam respon spektrum dimana total respon didapat melalui
superposisi dari respon masing-masing ragam getar.
b. Analisis riwayat waktu adalah analisis dinamis dimana pada model
struktur diberikan suatu catatan rekaman gempa dan respon struktur
dihitung langkah demi langkah pada interval tertentu.
Pada struktur bangunan tingkat tinggi atau struktur dengan bentuk atau
konfigurasi yang tidak teratur. Analisis dinamik dapat dilakukan dengan cara
elastis maupun inelastis. Pada cara elastis dibedakan Analisis Ragam Riwayat
Waktu (Time History Modal Analysis), dimana pada cara ini diperlukan rekaman
percepatan gempa dan Analisis Ragam Spektrum Respon (Respons Spectrum
Modal Analysis), dimana pada cara ini respon maksimum dari tiap ragam getar
yang terjadi didapat dari Spektrum Respon Rencana (Design Spectra). Pada
analisis dinamis elastis digunakan untuk mendapatkan respon struktur akibat
pengaruh gempa yang sangat kuat dengan cara integrasi langsung (Direct
Integration Method). Analisis dinamik elastis lebih sering digunakan karena lebih
sederhana.
Untuk struktur gedung yang tidak beraturan yang tidak memenuhi struktur gedung
beraturan, pengaruh gempa rencana terhadap struktur gedung tersebut harus
ditentukan melalui analisis respon dinamik 3 dimensi. Untuk mencegah terjadinya
respon struktur gedung terhadap pembebanan gempa yang dominan dalam rotasi
dari hasil analisis vibrasi bebas 3 dimensi, paling tidak gerak ragam pertama
(fundamental) harus dominan dalam translasi. (SNI 03-1726-2002)
Analisis dinamik adalah untuk menentukan pembagian gaya geser tingkat akibat
gerakan tanah oleh gempa dan dapat dilakukan dengan cara analisis ragam
spektum respon. Pembagian gaya geser tingkat tersebut adalah untuk
menggantikan pembagian beban geser dasar akibat gempa sepanjang tinggi
gedung pada analisis beban statik ekuivalen. Pada analisis ragam spektum respon,
sebagai spektrum percepatan respon gempa rencana harus dipakai diagram
koefisien gempa dasar (C) untuk wilayah masing-masing gempa. Nilai C tersebut
tidak berdimensi sehingga respon masing-masing ragam merupakan respon relatif.
Untuk stuktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu-waktu getar alami
yang berdekatan harus dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Kombinasi
Kuadratik Lengkap (Complete Quadratic Combination atau CQC). Waktu getar
alami harus dianggap berdekatan, apabila selisih nilainya kurang dari 15%. Untuk
struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang berjauhan,
commit to user
penjumlahan respon ragam tersebut dapat dilakukan dengan metoda yang dikenal
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
dengan Akar Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares atau SRSS)
(SNI 03-1726-2002)
Pada ilmu statika keseimbangan gaya-gaya didasarkan atas kondisi statik, artinya
gaya-gaya tersebut tetap intesitasnya, tetap tempatnya dan tetap arah/ garis
kerjanya. Gaya-gaya tersebut dikategorikan sebagai beban statik. Kondisi seperti
ini akan berbeda dengan beban dinamik dengan pokok-pokok perbedaan sebagai
berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
Menurut Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung SNI
01-1726-2002, Struktur gedung ditetapkan sebagai struktur gedung beraturan,
apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10
tingkat atau 40 m.
2. Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun
mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25% dari
ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah tonjolan tersebut.
3. Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut dan kalaupun
mempunyai coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15%
dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut.
4. Sistem struktur gedung terbentuk oleh subsistem-subsistem penahan beban
lateral yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu
utama orthogonal denah struktur gedung secara keseluruhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
Untuk struktur gedung beraturan, pengaruh gempa rencana dapat ditinjau sebagai
pengaruh beban gempa statik ekuivalen, sehingga menurut standar ini analisisnya
dapat dilakukan berdasarkan analisis statik ekuivalen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
Pada kenyataan adalah sulit mendapatkan struktur yang hanya memiliki satu
derajat kebebasan (Single Degree Of Freedom = SDOF) atau pendekatan yang
diberikan oleh sistem SDOF mempunyai keandalan yang kurang memenuhi untuk
beberapa struktur pada umumnya, sehingga pendekatan pada sistim MDOF akan
lebih baik. (Paz, 1996). Sebagai contoh suatu struktur berupa balok diatas
tumpuan sederhana (simple beam) seperti gambar 2.1.
P (x, t)
m (x) , EI (x)
Gambar 2.3. Balok dengan Tumpuan Sederhana dengan Beban Merata p (x, t)
Pendekatan diskrit struktur pada gambar 2.3. akan lebih baik jika derajat
kebebasannya lebih dari satu, dan akibat dari beban yang bekerja p (x, t) akan
timbul respons struktur sebagaimana terlihat pada gambar 2.4.
V (x , t)
V1 (t) V3 (t)
V2 (t) V4 (t)
v : peralihan (displacement)
Gambar 2.4. Respons struktur
kumpulan dari respons yang diskrit pada gambar 2.4. ini menggambarkan respons
struktur yang lebih teliti daripada hanya ditinjau satu derajat kebebasan saja, dan
tentunya masih banyak derajat kebebasan yang ditinjau hasil yang diperoleh
commit to user
semakin akurat.
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Dengan memperhatikan gambar 2.4., maka pada tiap titik nodal mempunyai 3
(tiga) derajat kebebasan yang menyatakan :
- perpindahan lateral ( )
- perpindahan rotasi ( )
- perpindahan longitudinal ( )
Selanjutnya pada tiap titik nodal, terdapat 4 tipe gaya yang bekerja yaitu :
- gaya luar pi (t)
- gaya pegas f Si
- gaya redaman f Di
- gaya inersia f Ii
Gaya pegas, gaya redaman dan gaya inersia adalah gaya-gaya yang disebabkan
adanya gerakan (motion). Pada titik nodal (i) akan selalu berlaku persamaan
kesetimbangan :
f Ii + f Di + f Si = pi (t) (2.1)
dalam bentuk matik dapat ditulis :
[ f Ii ] + [ f Di ] + [ f Si ] = { pi (t)} (2.2)
masing-masing suku dari persamaan (2.1) adalah
Struktur tahan gempa adalah struktur yang tahan (tidak rusak dan tidak runtuh)
apabila terlanda gempa, bukan struktur yang semata-mata (dalam perencanaan)
sudah diperhitungkan dengan beban gempa (Tjokrodimulyo, 2007)
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa besarnya gaya gempa yang
diterima struktur bangunan pada dasarnya dipengaruhi oleh karakteristik gempa
yang tejadi, karakteristik tanah dimana bangunan berada dan karakteristik struktur
bangunan. Karakteristik struktur bangunan yang berpengaruh diantaranya bentuk
bangunan, massa bangunan, beban gravitasi yang bekerja, kekakuan dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
Ada 4 jenis sistem struktur dasar yang ditetapkan dalam peraturan perencanaan
gempa Indonesia (SNI 03-1726-2002), yaitu :
1. Sistem dinding penumpu, yaitu sistem struktur yang tidak memiliki rangka
ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Dinding penumpu atau sistem
bresing memikul hampir semua beban gravitasi. Beban lateral dipikul dinding
geser atau rangka bresing.
2. Sistem rangka gedung, yaitu sistem struktur yang pada dasarnya memililki
rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul
dinding geser atau rangka bresing.
3. Sistem rangka pemikul momen, yaitu sistem struktur yang pada dasarnya
memililki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban
lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur.
4. Sistem ganda, yaitu sistem yang terdiri dari rangka ruang yang memikul
seluruh beban gravitasi, pemikul beban lateral berupa dinding geser atau
rangka bresing dengan rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen
harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya
25% dari seluruh beban lateral, dan kedua sistem harus direncanakan untuk
memikul secara bersama-sama seluruh beban lateral dengan memperhatikan
interaksi sistem ganda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
Beban yang akan ditanggung oleh suatu struktur atau elemen struktur tidak selalu
dapat diramalkan sebelumnya. Meski beban-beban tersebut telah diketahui dengan
baik pada salah satu lokasi struktur tertentu, distribusi dari elemen yang satu ke
elemen yang lain pada keseluruhan struktur masih membutuhkan asumsi dan
pendekatan. Jenis beban yang biasa digunakan dalam bangunan gedung meliputi :
1) Beban Gempa
2) Beban Angin
Beban angin pada struktur terjadi karena adanya gesekan udara dengan
permukaan struktur dan perbedaan tekanan dibagian depan dan belakang struktur.
Beban angin tidak memberi konstribusi yang besar terhadap struktur
dibandingkan dengan beban yang lainnya. Menurut Schodek (1999), besarnya
tekanan yang diakibatkan angin pada suatu titik akan tergantung kecepatan angin,
rapat massa udara, lokasi yang ditinjau pada stuktur, perilaku permukaan struktur,
bentuk geometris struktur, dimensi struktur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
1) Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan
suatu gedung dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal
dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama
masa hidup gedung tersebut, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan
pada lantai dan atap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
Dilanjutkan
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
Lanjutan
Beban mati (DL) adalah berat dari semua bagian gedung yang bersifat tetap.
Beban mati terdiri dari dua jenis, yaitu berat struktur itu sendiri dan
superimpossed deadload (SiDL). Beban superimpossed adalah beban mati
tambahan yang diletakkan pada struktur, dimana dapat berupa lantai
(ubin/keramik), peralatan mekanik elektrikal, langit-langit, dan sebagainya.
Perhitungan besarnya beban mati suatu elemen dilakukan dengan meninjau berat
satuan material tersebut berdasarkan volume elemen. Berat satuan (unit weight)
material secara empiris telah ditentukan dan telah banyak dicantumkan tabelnya
pada sejumlah standar atau peraturan pembebanan.
Dilanjutkan
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
Lanjutan
18 Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembab) 1700 Kg/m3
Sumber : Peraturan pembebanan Indonesia untuk bangunan gedung (Standar Nasional Indonesia
1983)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
Dilanjutkan
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
Lanjutan
No Komponen gedung Beban Satuan
11 Semen asbes gelombang ( tebal 5 mm ) 11 Kg/m2
12 Ducting AC dan penerangan 30,6 Kg/m2
Sumber : Peraturan pembebanan Indonesia untuk bangunan gedung (Standar Nasional Indonesia
1983.hal.11-12)
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 11.2, kombinasi beban yang dipakai dalam
penelitian ini yaitu :
a. U = 1,4 D
b. U = 1,2 D + 1,6 L
c. U = 0,9 D + 1,0E
d. U = 1,2 D + 1,0L + 1,0E
Dimana:
U = Kuat Perlu
D = Beban Mati
L = Beban Hidup
E = Beban Gempa
H H
L L
Gambar 2.5. Defleksi Lateral
Sumber :commit to user
Mc. Cormac (1981)
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Besarnya drift Indeks tergantung pada besarnya beban-beban yang dikenakan pada
struktur. Berdasarkan AISC 2005, besarnya drift indeks berkisar antara 0,01
sampai dengan 0,0016. Kebanyakan, besar nilai drift indeks yang digunakan
antara 0,0025 sampai 0,002.
- Fasilitas Pertanian. I
Lanjutan
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Resiko
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki resiko tinggi terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan
Gedung dan struktur lainnya, tidak termasuk kedalam kategori resiko
IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi
yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan
masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan.
Gedung dan struktur lainnyan, tidak termasuk kedalam kategori
resiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fsilitas manufaktur, III
proses penanganan penyimpanan, penggunaan atau tempat
penyimpanan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya,
limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak), yang
mengandung bahan beracun atau peledak dimana jumlah kandungan
bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang
berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika
terjadi kebocoran.
Dilanjutkan
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
Lanjutan
Jenis Pemanfaatan Kategori
Resiko
- telekomunikasi, tangki penyimpan bahan bakar, tower pendingin,
struktur stasiun listrik,tangki air pemadam kebakaran atau struktur
rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan
pemadam kebakaran) diisyaratkan dalam kategori resiko IV untuk
operasi pada saat keadaan darurat
- Tower.
- Fasilitas penampung air dan struktur pompa yang dibutuhkan
untuk meningkatkan tekanan air pada saat memadamkan
kebakaran
- Gedung dan struktur lainnya yang memiliki fungsi yang penting
terhadap sistem pertahanan nasional.
Gedung dan struktur lainnya (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk
fasilitas manufaktur, proses, penanganan , penyimpanan, penggunaan
atau tempat penyimpanan bahan bakar berbahaya, bahan kimia
berbahaya, limbah berbahaya) yang mengandung bahan yang sangat IV
beracun dimana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas
yang disyarakan oleh instansi yang berwenang dan cukup
menimbulkan bahaya bagi nasyarakat bila terjadi kebocoran.
Gedung dan struktur lainnya yang mengandung bahan yang beracun,
sangat beracun atau mudah meledak dapat dimasukkan dalam
kategori resiko yang lebih rendah bilamana dapat dibuktikan dengan
memuaskan dan berkekuatan hukum melalui kajian bahaya bahwa
kebocoran bahan beracun dan mudah meledak tersebut tidak akan
mengancam kehidupan masyarakat. Penurunan kategori resiko ini
tidak diijinkan jika gedung atau struktur lainnya tersebut juga
merupakan fasilitas yang penting.
Gedung dan struktur lainnya yang dibutuhkan untuk
mempertahankan struktur bangunan lain yang masuk kedalam
kategori resiko IV
Sumber : RSNI 1726-2010 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
Menurut peta hazard gempa Indonesia 2010, meliputi peta percepatan puncak
(PGA) dan respon spektra percepatan di batuan dasar (SB) untuk perioda pendek
0.2 detik (Ss) dan untuk periode 1.0 detik (S1) dengan redaman 5% mewakili tiga
level hazard gempa yaitu 500, 1000 dan 2500 tahun atau memiliki kemungkinan
terlampaui 10% dalam 50 tahun, 10% dalam 100 tahun, dan 2% dalam 50 tahun.
Definisi batuan dasar SB adalah lapisan batuan di bawah permukaan tanah yang
memiliki memiliki kecepatan rambat gelombang geser (Vs) mencapai 750 m/detik
dan tidak ada lapisan batuan lain di bawahnya yang memiliki nilai kecepatan
rambat gelombang geser yang kurang dari itu. Pada Pererncanaan Gedung Solo
Center Point digunakan wilayah gempa yang disusun berdasarkan peta respon
spektrum percepatanuntuk periode pendek 0,2 detik di batuan dasar SB untuk
probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun (redaman 5%).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
Faktor respon gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi, besarnya nilai faktor
respon gempa diperoleh dari perhitungan SS dan S1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
Keterangan:
SS = Parameter respon spektra percepatan pada perioda pendek, yang didapat dari
Peta Wilayah gempa di Indonesia untuk SS.
S1 = Parameter respon spektra percepatan pada perioda 1-detik, yang didapat dari
Peta Wilayah gempa di Indonesia untuk S1.
Fa = Parameter respon spektra percepatan untuk gempa maksimum yang ditinjau,
bergantung pada kelas lokasi dan nilai SS.
Fv = Parameter respon spektra percepatan untuk gempa maksimum yang ditinjau,
bergantung pada kelas lokasi dan nilai S1.
SDS= Parameter respon spektra percepatan desain. (2/3.Fa.SS)
SD1= Parameter respon spektra percepatan desain. (2/3.Fv.S1)
T = Periode
KDG : A
B
Resiko gempa meningkat.
C
Persyaratan desain dan detailing
D gempa meningkat.
E
F
Dalam perencanaan struktur gedung, arah utama pengaruh gempa rencana harus
ditentukan sedemikian rupa, sehingga memberi pengaruh terbesar terhadap unsur-
unsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan. Untuk
mensimulasikan arah pengaruh gempa rencana yang sembarang terhadap struktur
gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan harus
dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh
pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tadi,
tetapi dengan efektifitas hanya 30%.
Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung, dalam segala
hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
boleh melampaui 0,03 kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm,
R
bergantung yang mana yang nilainya terkecil.
Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan
antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam
kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi
kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan
korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya antar gedung atau
antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela delatasi).
Simpangan dan simpangan antar tingkat ini harus dihitung dari simpangan
struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu
faktor pengali .
a. Untuk struktur gedung beraturan :
= 0,7 R (2.3)
Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam segala
hal simpangan antar tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak
boleh melampaui 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini dilakukan pada Solo Center Point yang berada didaerah
Surakarta. Struktur gedung beton bertulang dengan ketinggian 19 lantai dan 2
basement. Fungsi utama bangunan adalah sebagai apartement, penthouse,
condotel dan mall.
Jumlah Lantai 19
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
Tampak Gedung Solo Center Point dapat dilihat pada Gambar 3.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
Studi literatur dari jurnal dan buku yang terkait dalam analisis respon spektrum.
Mempelajari semua yang berhubungan dengan analisis nonlinier respon spektrum.
Buku acuan yang dipakai antara lain SNI 03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Gedung, Peraturan pembebanan berdasarkan Peraturan
Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1727-1989, Federal
Emergency Management Agency for Prestandard And Commentary For The
Seismic Rehabilitation Of Buildings (FEMA-356), Uniform Building Code for
Earthquake Design volume-2 (UBC,1997) dan jurnal-jurnal yang berkaitan
dengan analisis respon spektrum.
Pengumpulan data dan informasi bangunan Solo Center Point yang diteliti, baik
data sekunder maupun data primer. Data yang didapat adalah Shop Drawing
Apartemen Tuning. Data ini digunakan untuk pemodelan struktur 3D yang
selanjutnya dianalisis dengan bantuan ETABS V 9.50. Data tanah yang digunakan
berdasarkan data tanah yang sudah ada (Data Perancangan Gedung Solo Center
Point).
Shop Drawing digunakan untuk tahapan pemodelan yang sesuai dengan gambar
yang ada sehingga analisis ini tidak menyimpang dari gambar yang ada. Semua
struktur yang dimodelkan harus sesuai dengan Shop Drawing, untuk bangunan
non striktural tidak dimodelkan karena tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam pemodelan 3D ini.
Data tanah digunakan untuk menentukan besarnya gaya tanah yang menekan
dinding basement. Besarnya gaya tekan tanah mempengaruhi struktur bagunan
yang akan dianalisis, oleh sebab itu besarnya gaya tekan tanah ini perlu
diperhatikan dalam pemodelan 3D.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
3.2.3. Pemodelan 3D
Sistem koordinat lokal elemen yang dipakai pada penelitian ini dinyatakan dengan
sumbu lokal 1, sumbu lokal 2, dan sumbu lokal 3 di mana :
a. Sumbu lokal 1 adalah arah aksial.
b. Sumbu lokal 2 searah sumbu global +Z untuk balok dan searah sumbu global
+X untuk kolom.
c. Sumbu lokal 3 mengikuti kaidah aturan tangan kanan, di mana sumbu 3 tegak
lurus dengan sumbu lokal 1 dan sumbu lokal 2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
Sumbu Lokal 1
Sumbu Lokal 3
Sumbu Z Global Sumbu Y Global
Sumbu Lokal 2
Sumbu Lokal 2
3. Diaphragm constraint
Tahapan ini dilakukan secara manual dalam ETABS V 9.50. Diaphragm
Constraint ini menyebabkan semua joint pada satu lantai diberi batasan constraint
bergerak secara bersamaan sebagai diafragma planar yang bersifat kaku (rigid)
terhadap semua deformasi yang mungkin terjadi. Asumsi Diaphragm constraint
sangat tepat untuk fenomena terbentuknya rigid floor di mana lantai struktur
bergerak bersamaan ketika suatu struktur mengalami gempa.
Menghitung beban-beban yang bekerja pada struktur berupa beban mati, beban
hidup. Beban mati yang dihitung berdasar pemodelan yang ada dimana beban
sendiri didalam Program ETABS V 9.50 dimasukkan dalam load case dead,
sedangkan berat sendiri tambahan yang tidak dapat dimodelkan dalam program
ETABS V 9.50 dalam load case super dead. Perhitungan berat sendiri ini dalam
program ETABS V 9.50 yang untuk dead adalah 1, sedangkan super dead adalah
0, dimana beban untuk dead telahcommit to secara
dihitung user otomatis oleh program ETABS
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
V 9.50, sedangkan untuk beban super dead bebannya perlu dimasukkan secara
manual sesuai dengan data yang ada.
Beban hidup yang dimasukkan dalam program ETABS V 9.50 dinotasikan dalam
live. Beban hidup ini mendapatkan reduksi beban gempa. Beban hidup
disesuaikan dengan peraturan yang ada. Perhitungan beban hidup ini dalam
program ETABS V 9.50 yang untuk live adalah 0, di mana beban hidup perlu
dimasukkan secara manual sesuai dengan data yang ada.
Data fungsi bangunan digunakan untuk mendapatkan nilai faktor keutamaan (I),
letak bagunan terhadap wilayah gempa dan jenis tanah dipakai untuk
mendapatkan nilai waktu getar alami (Tc) dan kurva respon spektrum gempa
rencana sedangkan tipe struktur dipakai untuk mentukan faktor reduksi gempa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
Mulai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
Selesai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
Dari hasil analisis respon spektrum didapatkan nilal displacement, gaya geser
dasar dan drift. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat
dibuat kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Mulai
Perhitungan Pembebanan :
1.Beban gravitasi (Beben mati dan beban hidup)
2. Beban gempa (Respon spectrum)
Out Put
1. Grafik hubungan antara Displacement
dengan ketinggian bangunan.
2. Grafik hubungan antara drift dengan tinggi
per lantai
Selesai
commit to user
Gambar 3.4. Diagram Alir Analisis Respon Spektrum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
80
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 4
PEMBAHASAN
47
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
Mutu Beton
Gedung Solo Center Point
Fungsi
K fc Ec*)
MPa MPa
Balok
Balok Induk 300 25,38 23886,9148
Balok Anak 300 25,38 23886,9148
Balok di dalam core 400 25,38 23886,9148
Balok penggantung Lift 400 33,84 27340,9144
Balok Tie beams 300 25,38 23886,9148
Kolom
Kolom 400 33,84 27340,9144
Wall
Core Wall 400 33,84 27340,9144
RC Wall 300 25,38 23886,9148
Shearwall lift 400 33,84 27340,9144
Pelat
Pelat lantai 300 25,38 23886,9148
Pelat atap 300 25,38 23886,9148
Pelat basemen 300 25,38 23886,9148
Ground slab 300 25,38 23886,9148
Dinding Penahan Tanah
Dinding 400 33,84 27340,9144
Pondasi
PondasiBorpile - 30 25742,96
Sumber : PT. Mukti Adhi Sejahtera (2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
Keterangan :
Faktor gravitasi = 9,81 kg/dt2
Faktor konvers dari silinder ke kubus = 0,83
Ec = 4700 fc
Ec = 4700 25,38
Ec = 23886,9148 MPa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
4.3.3.2. Balok
Tipe balok yang dipakai sebagai berikut :
Tabel 4.3. Tipe Balok
Dimensi Dimensi
No Tipe No Tipe
(mm) (mm)
1 B.01 150 x 300 20 B.20 350 x 700
2 B.02 150 x 500 21 B.21 350 x 1080
3 B.03 150 x 600 22 B.22 350 x 1600
4 B.04 150 x 700 23 B.23 400 x 450
5 B.05 200 x 400 24 B.24 400 x 600
6 B.06 200 x 500 25 B.25 400 x 700
7 B.07 200 x 600 26 B.26 400 x 800
8 B.08 200 x 700 27 B.27 400 x 850
9 B.09 250 x 500 28 B.28 400 x 900
10 B.10 250 x 600 29 B.29 400 x 950
11 B.11 250 x 700 30 B.30 400 x 1200
12 B.12 250 x 1200 31 B.31 450 x 700
13 B.13 300 x 500 32 B.32 450 x 900
14 B.14 300 x 600 33 B.33 450 x 1600
15 B.15 300 x 700 34 B.34 450 x 1800
16 B.16 300 x 750 35 B.35 500 x 600
17 B.17 300 x 950 36 B.36 500 x 700
18 B.18 300 x 1050 37 B.37 600 x 1200
19 B.19 350 x 600
Sumber : PT. Mukti Adhi Sejahtera (2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
4.3.3.3. Kolom
Tipe kolom yang dipakai sebagai berikut :
Tabel 4.4. Tipe Kolom
Dimensi
No Tipe
(mm)
1 K1 250 x 250
2 K2 300 x 300
3 K3 400 x 400
4 K4 400 x 617
5 K5 400 x 750
6 K6 400 x 834
7 K7 400 x 1691
8 K8 500 x 500
9 K9 500 x 875
10 K10 600 x 600
11 K11 600 x 900
12 K12 600 x 925
13 K13 600 x 1200
14 K14 603 x 508
15 K15 700 x 1025
16 K16 700 x 1200
17 K17 700 x 1875
18 K18 875 x 877
Sumber : PT. Mukti Adhi Sejahtera (2011)
4.4. Pembebanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
Perhitungan mass moment of inertia (MMIcm) lantai bangunan pada lantai gedung
ini termasuk dalam lantai bangunan yang tidak beraturan, maka menggunakan
rumus sebagai berikut : (Computers and Structures, Inc, 2005)
m (Ix + Iy )
MMIcm =
A
Dimana :
m = massa per lantai (ton)
A = luas per lantai (m2)
Ix = inersia arah x (m4)
Iy = inersia arah y (m4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
Nilai hasil Test Penetrasi Standar rata-rata pada lapisan tanah setebal 20 m paling
atas bernilai 15 < N < 50 maka sesuai dengan tabel 4 SNI 1726 2002 hal 15, jenis
tanah ditetapkan sebagai tanah sedang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id
Nilai Fv
Karena S1 = 1,056 dan termasuk S1 > 0,5
Fv = 1,5 ( Dari Tabel 2.9 )
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,51010,5
Periode T (sec)
commit to user
Gambar 4.2. Respon Spektrum Gedung Solo Center Point
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id
Menurut SNI 03-1726-2002 Pasal 7.2.1: nilai Ordinat dari Spektrum Respon
Gempa Rencana harus dikalikan dengan faktor skala I/R, sedangkan nilai C
dinyatakan dengan percepatan gravitasi, maka harus dikali juga dengan nilai
percepatan gravitasi pada lokasi bangunan tersebut.
U1 (100%) 1,5328
RSPX
U2 (30%) 0,4598
U1 (30%) 0,4598
RSPY
U2 (100%) 1,5328
Data tanah diambil dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Sipil. Semua data tanah di seluruh tempat diasumsikan sama dengan data
tanah yang ada.
0
= 17,25 kN/m3
= 21,679 o
-4
= 19,33 kN/m3
0 Ka = tan2(45-21,679/2) = 0,1758
commit to user
Gambar 4.4. Beban Tekanan Tanah
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id
Kondisi geologi lapisan tanah di lokasi didominasi oleh lempung lanau dengan
muka air tanah rata-rata pada kedalaman 6 m. Dalam desain lantai basement dan
elemen-elemen horisontal sejenis lainnya yang berada di bawah tanah, tekanan ke
atas air harus diambil sebesar tekanan hidrostatis penuh dan diterapkan di seluruh
luasan. Besarnya tekanan hidrostatik harus diukur dari sisi bawah struktur. Beban-
beban ke atas lainnya harus diperhitungkan dalam desain tersebut.
Ground Slab
El = -6,2 m
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id
Hasil analisis displacement, drift dan base shear dengan menggunakan program
ETABS V.9.5.0 melalui beban gempa diperoleh nilai displacement, drift dan base
shear terbesar.
4.5.1. Hasil Analisis Displacement akibat Beban Kombinasi
Tabel 4.12. Simpangan Horisontal (Displacement) Terbesar
UX UY
No. Lantai
(m) (m)
T1 = 1,056
C1 = 0,3125 (didapat dari grafik respon spektra)
Maka,
1
1 =
0,3125 1,25
1 = 42262,2276 = 2063,5853 = 20635,853
8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
Analisis ragam spektrum respons pada arah X dan Y menghasilkan V > 0,8V1,
maka dapat disimpulkan bahwa nilai akhir respons dinamik struktur gedung
terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana pada arah
X dan Y memenuhi persyaratan SNI 03-1726-2002 Pasal 7.1.3.
Hasil dari analisis ragam spektrum respons dengan program ETABS kemudian
dicek dengan kinerja batas layan sesuai SNI 03-1726-2002, dengan persyaratan
sebagai berikut :
0,03
30
Dimana:
R = Koefisien Modifikasi Respons (Tabel 2.5)
= Simpangan Antar Tingkat
FS = Faktor Skala
hi = Tinggi Tingkat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id
6
7
Syarat s
8 (m)
9 s antar tingkat Y
10 (m)
11 s antar tingkat X
12 (m)
13
14
15
16
17
18
19 Simpangan
Atap (m)
Gambar 4.6. Grafik Kontrol Kinerja Batas Layan Arah X dan Arah Y
Hasil dari analisis ragam spektrum respons dengan program ETABS kemudian
dicek dengan kinerja batas ultimit sesuai SNI 03-1726-2002, dengan persyaratan
sebagai berikut:
. 0,02.
Dimana:
= Faktor Pengali (Persamaan 2.7)
= Simpangan Antar Tingkat
commit to user
hi = Tinggi Tingkat
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id
4 Mezz
6
Syarat
Lantai
8 m
(m)
10 m antar
tingkat Y
12 (m)
m antar
14 tingkat X
(m)
16
18
Atap
Gambar 4.7. Grafik Kontrol Kinerja Batas Ultimit Arah X dan Arah Y
Berdasarkan nilai kontrol batas layan dan batas ultimit struktur gedung sesuai SNI
03-1726-2002 yang ditampilkan dalam Tabel 4.15. - Tabel 4.17. menunjukan
bahwa struktur gedung tersebut pada arah X maupun arah Y memenuhi dari batas
yang disyaratkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
Dilanjutkan
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id
Lanjutan
Perfomance Level
Parameter
IO Damage Control LS Structural Stability
Maksimum
0,01 0,01 s.d 0,02 0,02 0,33
Total Drift
Maksimum
Total No
0,005 0,005 s.d 0,015 No limit
Inelastik limit
Drift
Sumber :Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings,Report ATC-40,(Redwood
City:ATC,1996),Table 8-4,p.8-19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id
Hasil evaluasi level kinerja struktur sesuai Applied Technology Council 40 pada
Tabel 4.21. dan Tabel 4.22., untuk nilai maksimum total drift dan nilai
maksimum total inelastik drift pada arah X maupun Y termasuk dalam kategori
level Immediate Occupancy (IO) yakni struktur bangunan aman, resiko korban
jiwa dari kegagalan struktur tidak terlalu berarti, gedung tidak mengalami
kerusakan berarti, dan dapat segera difungsikan/beroperasi kembali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id
Displacement maksimum dan story drift maksimum akibat beban gempa dapat
dilihat pada gambar-gambar di bawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
Dari gambar 4.8. dan 4.9. displacement pada lantai atap arah X = 0,1185 m dan
arah Y = 0,1442 m.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id
Dari gambar 4.10. dan 4.11. story drift pada lantai atap arah X = 0,0048m dan
arah Y = 0,0089 m.
commit to user